#danarto
Explore tagged Tumblr posts
Photo
古書店でようやっと購入。太田省吾さんの「小町風伝」。 2020年10月から続けているジャカルタのBambang Prihadiの劇団 Lab Teater Ciputatとの長期国際共同制作にどうしても必要な気がして。 というのもこの共同制作が、shelfがインドネシアの作家ダナルトの小説「Rintrik」を、LTCが三島由紀夫の「卒塔婆小町」を題材に、それぞれお互いの国の先行する文学テキストを交換するかたちでそれぞれ舞台制作をし、出来上がった2作品をベースに新しく共同制作、共同演出作品を作るというものだからだ。(CROSSING TEXT: というプロジェクトタイトルにある言葉はここに由来する。) 共同制作の難しさはたくさんある。だが敢えて二つ“このプロジェクトの”困難さを挙げるとすると、 インドネシアで広く題材として扱われ続けている「Rintrik」の作家ダナルトのスーフィズムあるいはケジャウェンという土着宗教に影響を受けたイスラム思想を日本人がどう受容するか。またそのような、一種異端の思想とも言えるダナルトの書いた物語がなぜ繰り返しインドネシアの芸術家たちを惹きつけて来たか。 ということと、三島の書いた「卒塔婆小町」のその向こうにある三島の思想はもちろん、観阿弥作の「卒塔婆小町」のそれ以外にも/以前から日本に数多のバリアントがある小町伝説や、そも、何故かくも「卒塔婆小町」という題材が日本人を惹きつけて来たか。ということをも、創作の射程に入れなければならないという点ではないかと思っている。 難しい。しなければならないリサーチは果てしない。(だがその結果が研究発表になってはつまらない。) 来週、僕らは2020年10月に初演したshelfの「Rintrikーあるいは射抜かれた心臓」をジャカルタに持って行く。(その後対面では初めての共同作業、クリエイションを1週間、LTCのメンバーと行う予定だ。)楽しみと、不安の入り混じるこの本番前の感覚はキライじゃない。 まずは日本人が作った「Rintrik」が、ジャカルタでどう受け取られるか。日本での稽古はあと6日間。稽古場では毎日、創作と、今も題材に関するディスカッションが続いている。 Bought at an old bookstore. "Komachi Fuden" by Shogo Ota. I feel that it is absolutely necessary for this long-term international collaboration with Bambang Prihadi's theatre company Lab Teater Ciputat, which has been ongoing since October 2020. This joint production is based on Indonesian author Danarto's short story "Rintrik" and Yukio Mishima's "Sotoba Komachi" and two theatre companies exchanging these preceding literary texts from each other's countries and creating a theatre piece. But it's just the first step. Next, we involve creating a new co-production/co-directing work based on the two completed works. (The word CROSSING TEXT: comes from here in the project title.) Of course, there are many difficulties in international collaboration. However, if I dare to mention two difficulties of "this project", How do we (can we) Japanese members accept the Islamic thought of Danarto the writer of "Rintrik" especially influenced by Sufism or Kejawen, the indigenous religion? This short story continues to be widely used as a subject of theatre work in Indonesia. Also, why has the story written by Danarto, which can be said to be a kind of heretical thought, repeatedly attracted Indonesian artists? One more, Mishima's thoughts behind "Sotoba Komachi" written by Mishima, as well as Konami's "Sotoba Komachi" / Komachi legends that have had many variations in Japan since before Why, then, has the theme of 'Sotoba Komachi' attracted so many Japanese? This is also a point that must be included in the view of creation. It's difficult. The research I must do is endless. (However, it would be boring when the results were shown as like research papers.) Next week, we'll bring shelf's "Rintrik - or the Pierced Heart", which premiered in October 2020, to Jakarta. (After that, we're planning to do our first face-to-face collaboration and creation with LTC members for a week.) I like this mixed feeling of excitement and anxiety before the performance. How the Japanese-made “Rintrik” will be received in Jakarta? Six more days of rehearsing in Tokyo. We continue to create and discuss themes every day in the rehearsal room.
#Crossing text: International collaboration project between Tokyo and Jakarta#Danarto#三島由紀夫#卒塔婆小町#小町風伝#太田省吾#Rintrik
3 notes
·
View notes
Text
abracadabra danarto
0 notes
Text
Nayamullah Jamming and Listening Station /// 나야물라 잼 및 청취 스테이션
Curatorial Proposition: The jamming station of Nayamullah and the OK Studio of Julian Abraham "Togar" are the starting point in the pavilion development. Through both installations, the pavilion is imagined as a space for call and response, listening and playing, being with each other and in solitude. The pavilion's location in the National Asian Cultural Center, as one of the free admission spaces within the 15th Gwangju Biennale, provides another context on how a communal space could look when resources are abundant.
큐레이토리얼 제안: 나야물라의 잼 스테이션과 줄리안 아브라함 "토가르"의 OK 스튜디오는 파빌리온 개발의 출발점입니다. 두 설치물을 통해, 파빌리온은 호출과 응답, 듣기와 연주하기, 함께 있음과 고독의 공간으로 상상됩니다. 제15회 광주비엔날레의 무료 입장 공간 중 하나인 국립아시아문화전당에 위치한 파빌리온은 자원이 풍부할 때 공동체 공간이 어떤 모습일 수 있는지에 대한 또 다른 맥락을 제공합니다.
Nayamullah is a group of researchers and a band connected through a shared interest in Danarto's works. Nayamullah has produced radio programs and composed songs based on Danarto's stories and works in an effort to keep Danarto's spirit, thoughts, and aesthetics alive. Danarto (27 June 1941 in Sragen, Central Java – 10 April 2018, Jakarta) was an Indonesian writer and artist renowned for his interdisciplinary approach in theatre, literature, music, and visual art. His extensive style ranged from abstract, magical realism, and Sufism to concrete poetry.
Nayamullah took on one of Danarto’s methods, Teater tanpa penonton (Theatre without spectators) to reconnect with other Danarto’s ideas, thoughts, and works through songs and sounds. Danarto introduced this idea at least twice. First in practice and as the name of a theatre group that he assembled to perform his 1978 ‘Bel Geduwel Beh’ play. And, later on, he elaborated Teater tanpa penonton through a lecture with the same title in the 1980 Theatre Meeting in Jakarta.
Nayamullah jamming station is a continuation of Danarto's Teater tanpa penonton where visitors are invited to shift from being spectators into players as they choose to pick up any instrument and jam. The listening station plays various recorded jamming sessions from Nayamullah and Julian Abraham "Togar" as reference points. The signage is part of OK Studio, the ongoing series of work by Julian Abraham "Togar"—a place for music and events and to imagine the role of public space. The Nayamullah iterations span through the Indonesia’s National Cultural Week (2023), The Acquiescent Allies exhibition (2022), and Istanbul Biennale (2022).
Photo Credit: Yudha Kusuma P.
나야물라는 다나르토의 작품에 대한 공통된 관심사로 연결된 연구자들과 밴드 그룹입니다. 나야물라는 다나르토의 정신, 사상, 그리고 미학을 살아���게 하기 위해 다나르토의 이야기와 작품��� 바탕으로 라디오 프로그램을 제작하고 노래를 작곡했습니다. 다나르토(1941년 6월 27일 스라겐, 중부 자바 - 2018년 4월 10일, 자카르타)는 연극, 문학, 음악, 시각 예술에서 학제간 접근으로 유명한 인도네시아 작가이자 예술가였습니다. 그의 광범위한 스타일은 추상, 마술적 사실주의, 수피즘에서 구체시에 이르기까지 다양했습니다.
나야물라는 다나르토의 방법 중 하나인 테아터 탄파 페논톤(관객 없는 연극)을 채택하여 노래와 소리를 통해 다나르토의 다른 아이디어, 사상, 작품들과 다시 연결하고자 했습니다. 다나르토는 이 아이디어를 최소 두 번 소개했습니다. 첫 번째는 실제로, 그리고 1978년 '벨 게두웰 베' 연극을 공연하기 위해 그가 구성한 극단의 이름으로 사용했습니다. 그 후, 1980년 자카르타 연극 모임에서 같은 제목의 강연을 통해 테아터 탄파 페논톤을 더 자세히 설명했습니다.
나야물라 잼 스테이션은 다나르토의 테아터 탄파 페논톤의 연장선으로, 방문객들이 관객에서 연주자로 전환하여 원하는 악기를 선택해 즉흥 연주에 참여할 수 있습니다. 청취 스테이션에서는 나야물라와 줄리안 아브라함 "토가르"의 다양한 녹음된 잼 세션을 참고 자료로 재생합니다. 이 표지판은 줄리안 아브라함 "토가르"의 진행 중인 작업 시리즈인 OK 스튜디오의 일부로, 음악과 이벤트를 위한 장소이자 공공 공간의 역할을 상상해볼 수 있는 곳입니다. 나야물라의 반복적인 활동은 인도네시아 국가 문화 주간(2023), 순응하는 동맹자들 전시회(2022), 그리고 이스탄불 비엔날레(2022)를 통해 펼쳐졌습니다.
사진 제공: 유다 쿠수마 P.
0 notes
Text
Bertempat di Kampus Widya Mataram Yogyakarta Babinsa Kelurahan Ngestiharjo Serka Sugiyono mengahdiri acara Pengumuman Hasil Seleksi Pamong Kalurahan Ngestihajo dalam hal ini ada 2 lowongan Pamong Kalurahan Ngestihajo Yaitu Danarto dan Dukuh Sonopakis Lor.
0 notes
Photo
Humour Quote By Danarto, “Memang sulit menulis puisi. Dan untuk apa mempersulit diri sendiri.” Danarto, - Berhala: Kumpulan Cerita Pendek
0 notes
Text
Oh, bunga penyebar bangkai
Disana, disana pahlawanku tumbuh mewangi
Kutipan sajak pada cerpen godlob karya danarto
Puluhan kali aku baca cerpen ini dan selalu bikin aku merinding pada tiap bait dan tiap dialognya. Cerita tentang ayah yang begitu mencintai anaknya yang seorang tentara garis depan. Rela mencari anaknya berhari-hari yang mungkin jika tidak ditemukan telah mati dimakan gagak. Tapi dengan tanpa ampun, keserakahan menyusup kepada hati sang ayah. Sehingga sang anak dibunuhnya agar menjadikannya seorang pahlawan.
Cerpen ini bikin aku bertanya-tanya, apa benar ada dari antara pahlawan negeri ini yang dibunuh untuk mencapai sebuah kekuasaan ? Atau cerita ini tentang sindiran untuk pemerintah ? Entahlah, tentang sejarah bumi pertiwi ini dan segala kebaikan dan keburukannya biarlah para mendiang dan tuhan yang menyimpannya.
1 note
·
View note
Photo
Bupati Pasangkayu Sambut Danrem 142 Tatag Baru Pasangkayu, Katinting.com - Setelah menjabat sebagai Komandan Korem (Danrem) 142/Tatag beberapa hari yang lalu, Kolonel Inf Eventius Teddy Danarto langsung menyambangi Kabupaten Pasangkayu.
0 notes
Text
Nganu, pak pulisi...
Biar saya cerita dulu deh ya. Saya tuh bisa suka mbaca buku dimulai dari waktu saya SMA dulu. Sebagai seorang santri yang nggak boleh pegang handphone, laptop, dan harus hidup terasing dari dunia luar, selain ngobrol, makan, dan tidur, satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah mbaca buku. Alkisah ada seorang teman yang memperkenalkan saya pada buku Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye. Katanya bagus buanget. Sedih. Dan sebutlah saya nggak mau ketinggalan karena hampir seluruh teman-teman asrama sudah menamatkan buku tersebut, membacalah saya. Eh ya bener, buat seorang santri super ngeyel yang nggak suka belajar kayak saya, buku tersebut lumayan seru. Beneran sedih. Dan akhirnya, bikin saya tertarik buat baca buku tere liye yang lain.
Kok cuma tere liye? Gini loh, di pesantren saya dulu, kalau ada buku-buku yang dianggap aNeH dan MeLeNceN9 dikit dari nilai-nilai yang diusung para penghuni pesantren, buku-buku itu bisa diambil, terus disita, dan nggak bakal dibalikin lagi. Persis kayak pak pulisi ya? Hehehehe. Nah kebetulan buku-buku tere liye terkenal betul kan sama nilai-nilai religi dan kebijaksanaannya. Walaupun ada satu dua buku yang temanya cinta-cintaan, tapi masih aman dan sesuai lah di mata ustad/ah pesantren saya dulu. Begitulah awalnya, saya bisa suka baca buku-buku tere liye sampek kalau saya hitung ulang di lemari buku di rumah, ternyata saya punya 14 buku belio. Semuanya asli, pulak. Kan, betapa baik saya turut serta mendukung kemajuan karya sastra Indonesia dengan menolak membeli hasil bajakan!
Jadi, sebagai mantan penggemar dan pembaca tere liye nih pak pulisi, saya kok ya sadar betul, sehabis mbaca buku-bukunya tere liye—termasuk negeri para bedebah yang bapak sita itu—saya sama sekali ndak kepikiran buat bertindak anarkis ya, ya mungkin ada lah keinginan buat maki-maki pemerentah sedikit, tapi kan wajar kalau sedikit ya pak pulisi namanya juga warga negara endonesa yang katanya demokratis, bukan begitu? Yang ada, efek habis mbaca buku-bukunya tere liye saya malah pingin tobat kepada gusti allah swt. Ya—walau tobatnya belum jadi-jadi, tapi mari diaminkan saja bole? AMIIIIIIIIINNNNN.
Saya tau saya cuma mantan pembaca buku-bukunya tere liye karena sehabis lulus dari pesantren, saya sadar semua yang ditulis dan diambil sarinya dari buku-buku tersebut hanyalah halah, hadeh, huft yang jauh sekali sama kenyataan di lapangan. Jadi saya mulai mbaca buku yang lain-lain kayak bukunya Sindhunata, Danarto, HB Jassin, Achdiat, NH Dini, Armijn Pane, Pram, Leila, Yusi, eh—pak pulisi tau nggak nama-nama penulis yang saya sebutin? Aduh muun maap ya, tapi coba pak pulisi baca buku tere liye dulu deh satu, kalau habis itu nggak langsung pingin rajin ibadah, ya banter-banter pingin berbakti deh sama kedua orang tua.
Terus saya liat juga tuh ada bukunya Eka Kurniawan yang Corat Coret di Toilet? Yaa duh pak pulisi, itu mah cuma kumpulan cerpen. Saya abis mbaca buku itu boro-boro mau jadi ketua anarko, malah saya pingin bengong sambil sebat sambil mikirin kapan saya bisa jalan-jalan ke Finlandia. Kebetulan saya juga udah mbaca semua bukunya Bung Eka nih pak pulisi. Cantik itu Luka? Seperti Dendam? Lelaki Harimau? Nah iya sih kalau abis mbaca ketiga buku tersebut saya pingin kritik pemerentah tapi saya lebih pingin misah-misuh sama sistem patriarki yang dari dulu nggak pernah berubah buat rakyat yang tertindas juga secara sistemik. Tapi ngga kok ngga sampe berbuat aksi, cuman ngritik aje gitu terus ngomongin di belakang sama temen-temen. Abis saya takut diciduk kalau terlalu vokal padahal saya tau ini bukan jaman suhartoe hehehehe. Kalau bukunya yang lain? Cinta Tak Ada Mati? Perempuan Patah Hati? O? yah, itu lagi. Nih pak pulisi, abis mbaca tiga buku itu saya malah pingin kontemplasi tentang eksistensi saya di bumi sambil mikirin, tuhan kalo sebat kira-kira rokoknya apa ya? Pak pulisi tau ndak?
Eh terus kebetulan karena saya kuliahnya kemarin ambil jurusan Kajian Gender, mbaca buku-bukunya Sartre adalah kewajiban yang hQQ. Lah ya terus kok ada buku Seks dan Revolusi malah pak pulisi sita. Pak pulisi tau nggak, habis mbaca buku-bukunya Sartre tuh saya langsung pingin bilang ke seluruh perempuan di alam semesta, kalau; masturbasilah! Masturbasilah! Sambil ngomongin ranah seksual lain yang bisa membantu perempuan mengenali tubuhnya sebagai dirinya. Boro-boro mau jadi bagian dari kelompok anarkis nih pak pulisi, saya malah pingin tahu gimana rahasia Sarte bisa punya hubungan super gemes sama Beauvoir abis baca karya-karya beliau.
Oh iya, ada juga tuh ya buku Syekh Siti Jenar sama Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat? Lah ya hadu itu ngapain disita juga pak pulisi. Saya pertama kali baca buku Syekh Siti Jenar tuh disuruh sama bapak saya, katanya bagus ini buat memandang agama dari banyak segi. Udah lama banget, saya lupa isinya, tapi yang pasti bikin saya pingin belajar banyak tentang tasawuf sementara kalau buku Bodo Amat itu isinya nggak seru pak pulisi. Maksudnya ya biasa aja gitu. Nggak kok nggak bikin mau ngelawan rezim yang berkuasa, malah pingin tetap melanjutkan hidup dengan baca buku lain yang lebih seru lagi.
Kalau buku-buku lain yang pak pulisi sita saya belum baca, maap ya, soalnya saya kadang capek juga baca buku melulu walaupun seneng sih tapi saya juga suka nonton drama koriya, nonton ftv, terus mantengin selebtwit ribut sama selebgram.
Saya nggak tau kenapa pak pulisi bisa nyita buku-buku yang—begitu? Oh gapapa mungkin pak pulisi dari lahir emang sibuk bangat sampe nggak sempet baca buku banyak-banyak. Atau sebenernya pingin tapi pak pulisi baru baca berapa halaman aja udah ngantuk? Gapapa juga, banyak kok temen saya yang begitu. Tapi kalau pak pulisi emang niaaaaat banget pingin suka baca buku, boleh kok pak pulisi mulai baca buku-buku sederhana yang kalimatnya mudah dipahami kayak baca teenlit, ada deh yang judulnya Summer Breeze atau A Little White Lie itu seru banget saya yakin habis itu minat baca pak pulisi langsung meningkat.
Terus kalau semisal pak pulisi udah suka mbaca, boleh deh tuh baca buku Fahrenheit 451 punyanya Bradburry atau 1984 deh karyanya Orwell, pasti abis itu langsung mikir “loh loh kok kayak dejavu ni” gitu hehehehehe. Tapi abis itu nggak boleh malu dan harus jadi lebih baik ya pak pulisi, masak, pemerentah takut sama buku? :(
Tapi kalau misalnya menurut pak pulisi buku-buku tersebut mengancam rejim dan disebut sebagai dalang dari tindak kelompok anarkis, pak pulisi nggak mau coba nuntut yang mbikin Money Heist? Atau Breaking Bad, atau Narcos, atau Prison Break? Tu kan juga bisa menginspirasi buat melawan pemerentah pake cara-cara ekstrim. E tapi, pak pulisi nggak tau gimana cara nyita itu semua ya :(
yaudah deh. Daripada tar saya disangka kelompok anarko-anarkoan, saya mau kirim hati dan salam aja buat pak pulisi semoga tetap sehat di tengah pandemi ini. amin!
13 notes
·
View notes
Photo
Mau beli buku gratis ongkir ? . Paket Buku Best Seller Penerbit BasaBasi Harga paket 305.000 DISKON Jadi 250.000 Info harga satuan 1) PUITIKA - Aristoteles - 50.000 2) TERJUN DAN KISAH-KISAH LAIN - Nadine Gordimer - 70.000 3) GODLOB - Danarto - 70.000 4) SENI MENCINTAI - Erich Fromm - 65.000 5) ELEMEN-ELEMEN SEMIOLOGI - Roland Barthes - 50.000 gratis ongkir Jawa Bali Madura (JBM) Ongkir 1 kg Luar JBM Subsidi Ongkir 15.000 … WA : 085640654073 . #Jualbukuonline #tokobukuonline #bukumurah #gratisongkir #senimencintai #godlob #danarto #erichfromm #puitika #aristoteles https://www.instagram.com/p/BpJGnm0hfLW/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=m0inr5o60ukh
#jualbukuonline#tokobukuonline#bukumurah#gratisongkir#senimencintai#godlob#danarto#erichfromm#puitika#aristoteles
0 notes
Photo
shelf「Rintrikーあるいは射抜かれた心臓」ジャカルタ公演、無事終了しました。激しいスコールを考慮して開演を30分遅らせた初回16:30からと、20:00からの2回公演。いろいろな要素が絡み合って、2020年の初演よりはるかに懐の深い良い作品になりました。 何よりこの2年間、何十回と回数を重ねで来た Lab Teater Ciputatとのリモート/オンラインでのミーティングやクリエイションのおかげではないかと思います。彼/彼女らとの対話を経て、Rintrikという作品や、ダナルトという作家に対して、さらにはインドネシアにおけるイスラムの教えについて、理解がずっと深められました。 ジャカルタのお客様にもたいへん楽しんで、刺激を受けて貰えたようで、終演後のアーティストトークもとても盛り上がりました。 今日は一日オフ。明後日から一週間は対面では初めてのLab Teater Ciputatのメンバーとの合同ワークショップ/クリエイションです。 さあ、頑張るぞ。 Shelf's "Rintrik - or the Pierced Heart" at Jakarta has ended successfully! Two performances from 16:30 and 20:00. (For the first show, we made it change from 16:00 due to a hard squall.) Various elements are intertwined, and it has become a much deeper and better work than the premiere in 2020. Above all, I think it's thanks to the dozens of remote/online meetings and creations with Lab Teater Ciputat over the past two years. After talking with them, we gained a much better understanding of the work of Rintrik, about the writer Danarto, and the teachings of Islam in Indonesia. The audience in Jakarta also seemed to enjoy and be inspired, and the Artist Talk was lively after the performance. We have a day off today. For a week from the day after tomorrow, it will be the first face-to-face joint workshop/creation with members of Lab Teater Ciputat. Come on, let's do our best.
#ftj#Danarto#Crossing text: International collaboration project between Tokyo and Jakarta#Lebaranteater#Rintrik
0 notes
Text
Bertempat di Aula Kelurahan Ngestiharjo, Babinsa Kelurahan Ngestiharjo Serka Sugiyono, menghadiri acara Pembekalan Pengisian Lowongan Pamong Kalurahan Ngestihajo, Kaur Danarto dan Dukuh Sonopakis Lor.
0 notes
Photo
Inalillahi wa inna ilaihi rojiun. Bertemu dan mengenal beliau beberapa tahun silam, sosok Bapak yang ramah dan rendah hati. Ubi cileumbu yang dibawanya suatu sore, masih terasa manis dalam ingatan. Selamat jalan, Bapak... Semoga khusnul khatimah. Aamiin. . . . #sastrawanindonesia #danarto #ripdanarto
0 notes
Photo
Apel Gelar Pasukan Pam VVIP RI 4 di Makodim 1418 Mamuju, Dihadiri Kapolda Sulbar Mamuju, Katinting.com - Kapolda Sulbar, Brigjen Pol Drs. Baharudin Djafar, M.Si turut menghadiri pelaksanaan apel gelar pasukan pengamanan VVIP RI 4 yaitu, Ibu Hj.
#Apel Gelar Pasukan Pam VVIP RI 4#Brigjen Pol Baharuddin Djafar#Danrem 142 Tatag#Kapolda Sulbar#Kodim 1418 Mamuju#Kolonel Inf. Eventius Teddy Danarto
0 notes
Text
Waktu danarto meninggal 2 tahun yang lalu, gue sedih banget karena sadar kalau segala karya dan tafsiran super unik beliau soal tuhan gak bakal muncul lagi di dunia ini. Tapi setelah membaca ulang cerpen-cerpen beliau, gue juga sadar kalau mungkin akhirnya beliau senang karena mencapai kejutan-kejutan mengenai kematian yang beberapa kali beliau sebutkan dalam tulisan-tulisannya. Tapi gimanapun seringnya mengalami, gue yakin setiap manusia gak pernah handal dalam menghadapi kehilangan. Begitu pula gue yang jelas gak kenal-kenal amat sama danarto tetep aja sedih pas tahu fisiknya udah gak bisa lagi menetap di bumi.
Hari ini perasaan sedih karena kehilangan itu muncul lagi dalam bentuk sapardi. Semua orang tahu sapardi paling paripurna dalam menulis puisi cinta, romansa, dan ingatan-ingatan tentang sakit hati. Gue lupa sejak kapan gue mulai baca karya-karyanya beliau tapi beberapa tulisannya selalu membekas dalam kepala. Walau sering dikutip dan dipajang di toko-toko kopi hits ternama ibukota dan didendangkan oleh kaum kopi dan senja, gue yakin sapardi gak pernah merasa keberatan dengan itu. Bahkan mungkin dengan cara itu, ia senang karena karyanya gak akan mati dari zaman ingatlah hari ini-nya project pop sampai peradaban-nya feast terngiang-ngiang di telinga anak muda.
Sontak semua orang mendadak menjadi puitis karena kehilangan beliau. Gapapa. Seengganya adik-adik kita yang lebih kenal fiersa besari dan rintiksedu hari ini bakal mencoba dan mengenali karya-karya sapardi walaupun orangnya udah gak ada. Seengganya mereka bisa tau kalau puisi gak perlu pake kata-kata rumit dan bait-bait panjang tapi juga gak se-apasih-aduh-huft puisi-puisinya orang-orang dari wattpad. Lah kok jadi nyinyir melulu. Maafkeun.
Gue pernah ketemu sapardi waktu asean literary festival tahun 2017 lalu waktu gue jadi panitia. Di situ gue ngeliat beliau udah ringkih tapi tetep semangat jadi pembicara dan selalu mengulum senyum ketika ada yang ngajak foto bareng. Gue ga minta foto soalnya lagi rariweuh ngurusin penulis-penulis yang lain tapi udah seneng buanget bisa liat sapardi dari jauh. Akhirnya penulis aku ingin mencintaimu dengan sederhana bisa gue liat secara dekat dengan mimik dan tutur kata yang sederhana, pula.
Dari situ gue sadar dengan segala karya dan pengaruhnya selama tinggal di dunia, sapardi pasti mendapatkan banyak doa baik dan mungkin bisa dapet tiket terusan ke surga tingkat menengah ke atas. Selamat jalan pak sapardi, selamat bergabung dengan danarto, pram, nh dini, dan penulis-penulis lain. Jangan lupa bikin puisi juga di sana dan semoga di sana gak ada pembuat buku bajakan yang suka jualin buku palsu dengan harga miring. Semoga pak sapardi tenang dan lelap sebelum ditanyain malaikat.
Di salah satu puisinya sapardi bilang kalau kita abadi, yang fana adalah waktu. Di puisinya yang lain beliau bilang sesaat yang abadi, padahal sesaat adalah waktu juga. Jadi sebetulnya waktu itu abadi atau fana, pak sapardi? Dulu gue sempet mikir untuk merekonstruksi puisinya sapardi kalau yang abadi dari semuanya adalah kosong. Tapi ternyata kosong juga fana, atau jangan-jangan ia cuma ilusi aja. Tapi karena kini sapardi udah gak ada lagi di dunia dan mengingat kenyataan kalau kita semua pasti mati (kecuali alien-alien cantik dan tampan yang ada di drama korea), gue yakin kalau kita semua adalah fana, yang abadi hanya idealisma, kapitalisma, dan ketakutan jokowi akan megawati. Hehehehehehehehe.
4 notes
·
View notes
Photo
. … Godlob >> Rp. 70.000 Diskon 20% >> Rp. 56.000 . Danarto telah diakui sebagai sastrawan yang memulai penulisan Realisme Magis di Indonesia dan juga seorang pelukis. –Goenawan Mohamad Jika Pramoedya Ananta Toer mata kanan kita, maka Danarto adalah mata kiri kita. Danarto adalah seorang pembaharu. Seorang master. –Harry Aveling Cerpen-cerpen Danarto adalah parabel-parabel religius yang luar biasa dinamika dan daya imajinasinya. Tradisional tetapi sekaligus kontemporer. –Mangunwijaya Cerita-cerita Danarto adalah parodi. Dalam parodinya, yang diejek terutama sastra itu sendiri. Cerita Danarto telah mengejek genrenya sendiri. –Sapardi Djoko Damono … WA / LINE : 085540654073 . #danarto #godlob #bukudiskon #bukumurah #bukubagus #jualbukuonline #tokobukuonlineyogyakarta
0 notes