#dalimoment
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pengurus An Nas Payakumbuh Resmi Terbentuk, Tokoh Muda Enerjik Ini Jadi Penggawanya
PAYAKUMBUH | KBA – Pengurus Presidium Anies Nasional (An Nas) Kota Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumbar), resmi terbentuk. Terpilih sebagai Koordinator Presidium Hadi Suhaimi, Wakil Firmansyah, Sekretaris Rahmanida, Wakil Sekretaris Asnidar Dalimo, dan Bendahara Lainis. “Ini hasil pemilihan Presidium An Nas Kota Payakumbuh sore ini. Mewakili Presidium Nasional Relawan An Nas, kami mengucapkan…
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/29e18dc7467c6c7f1ffe6c5c5be2a728/d8addff0cfcd7261-ee/s540x810/748ce83dc29d25364d4b2345fa5009d2f5af07ef.jpg)
View On WordPress
0 notes
Note
*His eyes are cold.*
Swear it. Say it, 'by the thorns of Dalimos's blade.'
*walks into your bedroom*
*isn't there*
1K notes
·
View notes
Text
Dikutip dari Buku Sejarah Kebudayaan Minangkabau bahwa suku-suku yang ada dalam kelompok suku Minangkabau merupakan pemekaran dari suku Malayu. Berikut uraiannya: Suku Melayu terpecah menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok mengalami pemekaran menjadi beberapa pecahan suku sebagai berikut:
Melayu nan IV Paruik (Kaum Kerajaan) :
Suku Malayu
Suku Kampai
Suku Bendang (Suku Salayan)
Suku Lubuk Batang
Melayu nan V Kampung (Kaum Datuk Nan Sakelap Dunia, Lareh Nan Panjang)
Suku Kutianyie
Suku Pitopang
Suku Banuhampu (Suku Bariang)
Suku Jambak
Suku Salo
Melayu nan VI Ninik (Kaum Datuk Perpatih Nan Sebatang, Lareh Bodi Caniago)
Suku Bodi
Suku Singkuang (Suku Sumpadang)
Suku Sungai Napa (Sinapa)
Suku Mandailiang
Suku Caniago
Suku Mandaliko
Suku Balaimansiang (Suku Mansiang)
Suku Panyalai
Suku Sumagek
Suku Sipanjang (Supanjang)
Melayu Nan IX Induak (Kaum Datuk Ketumanggungan, Lareh Koto Piliang)
Suku Koto (Andomo Koto)
Suku Piliang
Suku Guci (suku Dalimo)
Suku Payobada (suku Dalimo)
Suku Tanjung
Suku Simabur
Suku Sikumbang
Suku Sipisang (Pisang)
Suku Pagacancang
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan populasi warga suku Malayu, pemekaran suku menjadi hal yang tak dapat dihindari. Telah terjadi pemekaran suku Malayu menjadi beberapa pecahan suku di berbagai nagari di Minangkabau, antara lain:
Malayu Panai
Malayu Gadang
Malayu Gadang Ranatu Kataka (Lunang)
Malayu Gadang Kumbuang (Lunang)
Malayu Gantiang
Malayu Ampek Niniak (Empat Nenek) (Solok Selatan}
Malayu Ampek Paruik (Empat Perut) (Solok Selatan)
Malayu Bariang Ampek Paruik (Solok Selatan)
Malayu Koto Kaciak Ampek Paruik (Solok Selatan)
Malayu Durian (Malayu Rajo)
Malayu Kecik (Kecil) (Lunang)
Malayu Durian Limo Ruang (Solok Selatan)
Malayu Badarah Putiah,
Malayu Baduak,
Malayu Balai,
Malayu Baruah,
Malayu Bendang,
Malayu Bongsu,
Malayu Bosa,
Malayu Bungo,
Malayu Cikarau,
Malayu Gandang Perak,
Malayu Kumbuak Candi,
Malayu Kumbuak Harum,
Malayu Lampai,
Malayu Lua,
Malayu Panjang,
Malayu Patar,
Malayu Siat,
Malayu Talang,
Malayu Tobo,
Malayu Tongah (Tangah)
Kerabat Di antara suku-suku yang termasuk rumpun suku Melayu di Minangkabau adalah :
Suku Panai
Suku Bendang
Suku Kampai
Suku Mandailiang
#SidiAbdullah #Minangkabau #Malayu #Melayu
7 notes
·
View notes
Video
#DeColonizationBeLike... #FundBlackHistory #PapaBear #Blackdom...#AmericanRoadTripsBeLike... #EPic: #NewMexicoBeLike... oh naw bro .. its safe. #FaRealFaReal. #InBlackdom #Székesfehérvár... in #FindingBlackdom #NegroSaxon #BlackdomsIlluminati #TransColonial #FindingBlackdom #Take1 #DaliMoment #BoyersTomb #BorderDwellers... #BlackdomsIlluminati #RioGrandeRiverView #FrontierSigmas #BlackMinisters (at Dr. Timothy E. Nelson the Historian)
#fundblackhistory#transcolonial#inblackdom#decolonizationbelike#blackministers#epic#americanroadtripsbelike#székesfehérvár#blackdom#take1#riogranderiverview#blackdomsilluminati#farealfareal#newmexicobelike#frontiersigmas#findingblackdom#negrosaxon#papabear#boyerstomb#dalimoment#borderdwellers
0 notes
Text
Tempat Pabukoan Menjadi Incaran di Sore Hari
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/40fc8ec72543ed2eac0f63d5de59c5dc/dfe1bb91f2568da8-0c/s540x810/afaaec626c6163d02784155e096343638838f19e.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/a36bebae60e6e16c364a6c6c6cb8d358/dfe1bb91f2568da8-b5/s400x600/722a89985d0320f014e94e08f9225ca0a87a49cc.jpg)
Foto:Aktifitas sore hari di simpang tugu Indarung pada bulan puasa. Sumbarlivetv.com, Padang - Tempat Pabukoan menjadi incaran di sore hari. Simpang tugu di Indarung masih menjadi tempat favorit untuk menjajakan jualan pabukuon di setiap bulan suci Ramadhan. Hal tersebut yang di tunggu-tunggu oleh bagi pedagang pabukoan,karena mengharapkan keuntungan dari penjualan pabukoan tersebut. Bagi masyarakat kecamatan lubuk kilangan atau masyarakat Indarung sendiri memberikan respon yang baik sekali karena menurut salah satu pengunjung/pembeli pabukoan di simpang Indarung tersebut Zal (45 tahun) mengatakan, “ dengan adanya pedagang pabukoan di disini sangat membantu para masyarakat yang tidak sempat untuk memasak pabukoan dirumahnya, karena masyarakat tersebut sibuk bekerja mencari nafkah, itu pun rata-rata bagi masyarakat yang bekerja suami-istri. Bagi masyarakat yang sempat memasak dan mempunyai waktu banyak dirumah dan di dapur, mereka ikut juga membeli makanan pabukoan di simpang Indarung, mereka membeli makanan pembuka atau hidangan pembuka pada waktu berbuka puasa nantinya. Ucap salah satu pengunjung/pembeli Rosma(41 tahun), “ ambo dirumah alah ado samba untuak babuko beko, tapi karano ado pabukoan disiko ambo pun ingin mancari makanan untuak pambuka puaso beko, soalnyo suami dan anak-anak ambo di waktu babuko mereka indak langsuang makan nasi doh, tapi mangulek-ngulek makanan seperti kolak pisang campua dalimo, onde-onde, pergedel jaguang, serta banyak lai nan di jua disiko.” “Dengan kami berjualan Pabukoan disini bisa menguntungkan bagi si pembeli dan si penjual, karena bagi si pembeli membuat dirinya tidak repot/susah memasak lagi untuk makanan berbuka puasa dirumah karena sudah lelah dalam bekerja. Karena berbagai macam aneka makanan kami sajikan di tempat Pabukoan ini, mulai dari samba sampai kue cemilan serta aneka minuman, jadi pembeli bisa memilih makanan sesuai seleranya masing-masing. Bagi si penjual/pedagang seperti kami ini di setiap bulan Puasa kami berdagang mengharapkan keuntungan dari jualan ini agar bisa mempersiapkan segala kebutuhan lebaran nantinya”. Ucap Uci (35 tahun) salah seorang pedagang Pabukoan di simpang tugu Indarung kota Padang. Itulah perbincangan salah seorang awak media Sumbarlivetv dengan pelaku aktifitas di simpang tugu Indarung yaitu si pedagang Pabukoan dan si pembeli Pabukoan. Aktifitas seperti ini sudah menjadi budaya atau kebiasaan bagi masyaratakat kita, ada banyak tempat pedagang Pabukoan berjualan, salah satu tempatnya disini simpang tugu Indarung. Semoga aktifitas positif ini tidak pernah hilang nantinya. Ricky Read the full article
0 notes
Photo
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/e9c56c4018d46087a496210b3cc6db1c/73dc12390588b62a-5f/s540x810/f32d25339848cac43faa64b8ff56bb1fc8605448.jpg)
Romantis itu saat kita bersyukur, saat apa yang tidak mewah tetapi berkesan dalam hidupmu. Romantis itu saat apa yang kamu berikan bisa bermanfaat untuk orang lain. Romantis itu adalah cara kamu memperlakukam sesuatu. Bukan perihal cinta tetapi perihal kamu bisa menghargai sesuatu. _____ 🍁Teman berbuka puasa syawal kemarin sepiring lontong gulai sayur pakai, segelas air kelapa muda, semangkuk konji dalimo, sepiring kecil buah pir. Alhamdulillah🍁 #iftar #newnormal #dirumahsaja https://www.instagram.com/p/CBMgkSnJZ2o/?igshid=lfe5w5oy6uy6
0 notes
Text
TMMD Reg 105 Akan Buatkan Jamban Untuk Seorang Buruh Harian Lepas
TMMD Reg 105 Akan Buatkan Jamban Untuk Seorang Buruh Harian Lepas
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/74df19c89e8f325328897ef331852145/tumblr_inline_pttgf4fiDV1wfue6o_500.jpg)
Berita Militer Klaten | TMMD Reguler 105 Kodim Klaten Akan Buatkan Jamban Untuk Dalimo, Seorang Buruh Harian Lepas, Dalimo warga Desa Jimbung Klaten seorang buruh harian lepas, kedatangan Babinsa Koramil 01 Kota Kodiam 0723/Klaten Koptu Hartono dan Yusiar Suswandodo Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Desa Jimbung untuk meninjau jamban, Jumat (28/06/19)
Dari peninjauan didapatkan, Dalimo belum…
View On WordPress
0 notes
Text
Sidak Pedagang Takjil, BPOM Temukan Zat Pewarna Tekstil pada Cendol Dalimo
Juwita Lala Sidak Pedagang Takjil, BPOM Temukan Zat Pewarna Tekstil pada Cendol Dalimo Baru Artikel Tentang Sidak Pedagang Takjil, BPOM Temukan Zat Pewarna Tekstil pada Cendol Dalimo Pencarian Artikel Tentang Berita Sidak Pedagang Takjil, BPOM Temukan Zat Pewarna Tekstil pada Cendol Dalimo Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Sidak Pedagang Takjil, BPOM Temukan Zat Pewarna Tekstil pada Cendol Dalimo Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Padang menggelar sidak terhadap pedagang takjil di Pasar Pabukoan kawasan Pasar Ateh, Kota Bukittinggi. http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
Lirik Lagu Minang: Nan Bagala – Gumarang
Lirik Lagu Minang: Nan Bagala – Gumarang
Apo gala nyo rambuik? Iyo bagala si ika mayang Gala urang panakuik? Nan bagala si gadang kalang
Apo gala nyo bibia? Iyo bagala merah dalimo diak Apo gala rang andia? Hei tagiah gilo lah pado kayo
Apo gala nyo pipih? Iyo bagala pauah dilayang Apo gala nyo Siti? Kok bajalan suko malenggang
Apo gala nyo sunguik? Iyo bagala si sunguik kawek Ndak elok urang…
View On WordPress
0 notes
Text
Century Pacific inks supply deals with top Russian food firms
#PHnews: Century Pacific inks supply deals with top Russian food firms
MANILA -- Century Pacific Food Inc., one of the Philippines’ largest food and beverage companies, has signed multiple deals to supply tuna, sardine, and coconut milk products to top Russian firms.
Under separate memoranda of understanding, Century Pacific agreed to supply tuna and sardine products to Magnit Food Retail Chain, Dalimo, and LLC Dalpromryba. It will also supply coconut milk products to Panasia Impex Co. Ltd.
These were among the business deals worth USD12.57 million that were signed during President Rodrigo Duterte’s five-day official visit to Russia early this month.
“Russia is an attractive market for us because of its large, increasingly affluent, and highly educated population,” CNPF chief operating officer Gregory Banzon said in a statement.
Russia has the sixth-largest economy in the world and a population of 146 million people.
The multiple deals follow accreditation of CNPF’s various manufacturing plants, allowing the company to meet and service various requirements of established food brands and retailers in Russia.
“The supply agreements will help us build a global consumer base for our flagship brand Century Tuna, which is already gaining traction abroad, and grow as well our emerging coconut milk business,” Banzon added,
Cabinet Secretary Karlo Nograles, who joined the Philippine delegation to Russia, said the agreements between Century Pacific and the Russians were proof of the government’s efforts to deliver on its commitment to the country’s tuna producers to find new markets abroad.
“The trip of the President was very productive, and these agreements were one of many that will benefit Philippine business interests, especially those that are based in Mindanao,” said the former congressman from Davao.
“As a son of Mindanao, I consider this a big win, not just for producers, but for Mindanao as well - the source of 90 percent of tuna produced by our country. This is an industry that creates jobs and annual direct revenues of USD400 million. In General Santos City alone, the industry employs 25,000 workers,” Nograles added.
According to Nograles, even before the country’s official delegation left for Russia, one of the priorities of the government was to explore business opportunities for the country’s growing tuna industry.
The Philippines is already the top tuna-exporter to Spain, Germany and Britain. The country exports 171,452 metric tons of tuna worth USD492 million to these three markets alone each year.
Century Pacific in turn remains one of the country’s largest exporters of tuna and coconut products to the world.
It also maintains market leadership in the domestic canned tuna market and is investing in an emerging local coconut business. (PR)
***
References:
* Philippine News Agency. "Century Pacific inks supply deals with top Russian food firms." Philippine News Agency. https://www.pna.gov.ph/articles/1083259 (accessed October 16, 2019 at 02:19AM UTC+14).
* Philippine News Agency. "Century Pacific inks supply deals with top Russian food firms." Archive Today. https://archive.ph/?run=1&url=https://www.pna.gov.ph/articles/1083259 (archived).
0 notes
Quote
Surakarta, Jateng - Babinsa Sudiroprajan Koramil 04 Jebres Kodim 0735 Surakarta Koptu Agus S hadiri kegiatan Talkshow Peran Masyarakat Dalam Upaya Kelurahan Sudiroprajan Bersih Narkoba bertempat di Aula Kelurahan Sudiroprajan Jebres Surakarta (12/5/2019) Hadir Dalam Kegiatan tersebut Camat Jebres Agung Riyadi, Plt.Kepala BNN Kota Surakarta Edison Pajaitan SH.MH, Lurah Sudiroprajan Dalimo SH. dan Babhinkamtibmas. Dalam pengarahannya Kepala BNN menyampaikan dari hasil evaluasi/Survei dari Tahun 2009 sampai Sekarang untuk Kota Surakarta Menduduki Peringkat ke - 2 Se-Jawa Tengah dari hasil laporan Polres Surakarta. Dengan tingginya pengguna Narkoba di Kota Surakarta Kepala BNN membuat Kepanjangan tangan dari tiap kelurahan perwakilan 10 orang untuk perpanjangan tangan untuk menyampaikan tentang bahaya narkoba yang mengancam diri kita dan Kepala BNN juga sudah mengandeng Rumah Sakit yang ada di Solo untuk para pemakai narkoba yang perlu di Rehabiltasi Rumah Sakit yang di gandeng antara lain Rs. Moewardi dan Rumah Sakit Jiwa yang ada di Surakarta.Penyampaian dari Kepala BNN sekarang juga sudah banyak yang mau yang menjadi pelopor tentang bahaya narkoba di tiap-tiap kelurahan.Kepala BNN juga mengatakan untuk Anak- anak Sekolah yang terlibat narkoba juga sudah di koordinasikan sama Sekolah bagi pengguna yang ketangkap memakai narkoba untuk di rehabilitasi dan tidak di keluarkan dari Sekolah. untuk itu Kepala BNN mengajak kepada seluruh warga kota surakarta untuk menghindari atau menjahui tentang bahaya narkoba mulai dari diri sendiri, keluarga,saudara, tetangga untuk kelurahan sudiroprajan yang bersih dari Narkoba. (Pendim Solo Agus Kemplu)
http://www.tatagbuleng.online/2019/06/peran-aktif-koptu-agus-s-pada-kegiatan.html
0 notes
Text
Berburu Takjil Khas Minang di Pasa Pabukoan Batusangkar, Ada Gulai Tambusu hingga Kolak Dalimo
Salma Nania Berburu Takjil Khas Minang di Pasa Pabukoan Batusangkar, Ada Gulai Tambusu hingga Kolak Dalimo Artikel Baru Nih Artikel Tentang Berburu Takjil Khas Minang di Pasa Pabukoan Batusangkar, Ada Gulai Tambusu hingga Kolak Dalimo Pencarian Artikel Tentang Berita Berburu Takjil Khas Minang di Pasa Pabukoan Batusangkar, Ada Gulai Tambusu hingga Kolak Dalimo Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Berburu Takjil Khas Minang di Pasa Pabukoan Batusangkar, Ada Gulai Tambusu hingga Kolak Dalimo Pasa Pabukoan Batusangkar menyediakan banyak makanan lauk-pauk, minuman dingin, serta jajanan untuk berbuka puasa. http://www.unikbaca.com
0 notes
Video
#Earta... #DeColonizationBeLike... #FundBlackHistory #PapaBear #Blackdom...#AmericanRoadTripsBeLike... #EPic: #NewMexicoBeLike... oh naw bro .. its safe. #FaRealFaReal. #InBlackdom #Székesfehérvár... in #FindingBlackdom #NegroSaxon #BlackdomsIlluminati #TransColonial #FindingBlackdom #Take1 #DaliMoment #BoyersTomb #BorderDwellers... #BlackdomsIlluminati #RioGrandeRiverView #FrontierSigmas #BlackMinisters #BlackFreeMasons #BlackMilitary #BurningSands #Ethiopianism #BlackLiberationTheology #Texas #NewMexico (at Dr. Timothy E. Nelson the Historian)
#decolonizationbelike#blackfreemasons#borderdwellers#dalimoment#transcolonial#blackministers#blackmilitary#boyerstomb#frontiersigmas#blackdomsilluminati#take1#earta#inblackdom#blackliberationtheology#newmexico#riogranderiverview#papabear#székesfehérvár#americanroadtripsbelike#farealfareal#burningsands#newmexicobelike#findingblackdom#epic#ethiopianism#negrosaxon#fundblackhistory#texas#blackdom
0 notes
Text
Pada hari keempat Lokakarya Bakureh Project yang digelar oleh Komunitas Gubuak Kopi sejak tangggal 1 Juni 2018 lalu, cuacanya terasa lebih panas dari yang biasanya. Kegiatan Lokakarya ini berlangsung selama tujuh hari, tiga hari pertama kami beraktifitas di dalam kelas dengan berbagai materi. Sedangkan hari keempat hingga hari keenam kami akan mengumpulkan data-data di lapangan.
Zekalver sebagai fasilitator kami memilih lokasi sekitar Tembok, Kelurahan Nan Balimo, Kecamatan Tanjung Harapan yang tak jauh dari sekretariat Gubuak Kopi. Narasumber pertama kami ialah Ibu yang menjual gorengan. Ibu tersebut sedang meramu “Godok Ketan” yang terbuat dari beras ketan yang sudah dimasak kemudian dibentuk menjadi bulat dan diisi dengan parutan kelapa. Setelah itu, godok dilumuri tepung yang telah dicampur dengan air dan bumbu lalu digoreng. Menurut Ibu tersebut, hanya dia satu-satunya orang yang bisa memasak “Godok Ketan”.
“Lai ado pulo nan mambuek sarupo godok ko di Solok tu ha. Tapi yo ndak ado nan salamak godok iko doh,” (ada juga yang membuat godok di solok, tapi tidak ada yang seenak bikinan saya) jelas Ibu tersebut sambil meniriskan godok-godok yang berwarna hitam dibalut warna keemasan itu.
Ketika saya menyinggung perihal bakureh kepada si Ibu, beliau menjawab,”Iko lah bakureh mah diak,” (Ini juga dapat disebut bakureh, dek) jawabnya. Saya menangkap bahwa bakureh yang dimaksud ialah bekerja. Secara harfiah bakureh dapat diartikan sebagai bekerja atau berkuli, namun saya pernah mendengar bahwa bakureh di Solok dipahami sebagai kegiatan gotong royong masak-memasak dalam sebuah perhelatan. Defenisi tersebut didukung oleh Pak Kalek yang saya temui di hari kelima, beliau merupakan salah satu ninik mamak yang ada di Suku Caniago di Banda Panduang, Kelurahan Tanah Garam. Beliau menjelaskan bakureh merupakan sebuah tradisi memasak bersama yang dilakukan oleh kaum Ibu-Ibu dalam acara baralek.
Kemudian saya melanjutkan perbincangan dengan Ibu penjual gorengan itu tentang tradisi bakureh dalam baralek. Beliau menjelaskan, dikampungnya di Kampuang Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok, tradisi itu masih ada. Ketika seseorang akan baralek maka ia akan mamanggia (mengundang) tetangga dan warga kampung (yang perempuan) untuk bersama-sama membantu memasak di rumahnya. Kemudian, sehari sebelum hari alek orang yang diundang akan hadir membawa beras, piring, pisau, dan perkakas dapur lainnya. Penjelasan ini sejurus dengan materi yang disampaikan dua hari yang lalu oleh Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto atau yang lebih akrab dipanggil Mak Katik, Sabtu 2 Juni 2018. Beliau menjelaskan bahwa pada masa saisuak (masa lampau), ketika diselenggarakannya baralek, kaum ibu akan membawa perkakas dapur dan bahan-bahan memasak lainnya ke rumah yang melakukan perhelatan. Demikian pula dengan yang disampaikan oleh Ibu Suwarna selaku Bundo Kanduang di Tembok, pada sebuah kelas di Gubuak Kopi.
”Kalau dahulu iyo mambaok piriang, kuali, kukuran gai pai bakureh manolong masak-mamasak tu. Kini kan indak.” (Kalau dahulu membawa piring, kuali, alat memarut kelapa untuk pergi menolong masak-memasak. Sekarang sudah tidak lagi) jelas Bundo. Asumsi yang terbangun oleh saya pribadi ketika mendengar penjelasan Ibu yang menggoreng godok itu dan teringat penjelasan-penjelasan Bundo Suwarna serta Mak Katik, bahwasanya potret bakureh zaman lampau masih ada dan dapat kita temukan di zaman milenial sekarang, seperti di Kampuang Payo.
Gapura memasuki kawasan usaha tani terpadu di Kampung Payo, Tanah Garam, Kota Solok. (Foto: Sefni/Arsip Gubuak Kopi, 2018)
Ibu itu sudah menekuni pekerjaannya kurang lebih dua tahun. Sekali waktu, Ibu tersebut berbicara dengan rekan sesama menggoreng di dapur kecil yang kira-kira berukuran 2×3 meter. Ada yang menarik perhatian saya ketika mereka berbicara. Kata-kata yang mereka lontarkan tak satupun yang saya kenal, saya pahami, dan yang saya mengerti. Asumsi saya bahasa yang mereka gunakan mungkin bahasa asli Payo. Kampuang ini menjadi semakin menarik menurut saya, selain tradisi masa lampau yang masih terjaga, tetapi masyarakatnya juga menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh penduduk lokal Kampuang Payo. Walaupun demikian, cara mamanggia menyita perhatian saya.
Kemudian kami bergerak mencari narasumber atau informan berikutnya. Tak jauh dari kedai gorengan, saya dan kawan-kawan memilih berhenti di kedai pabukoan (istilah yang biasa digunakan oleh masyarakat lokal, merujuk makanan dan minuman untuk berbuka puasa). Makanan dan minuman yang dijajakan sangat menggugah selera. Beberapa di antaranya ada yang masih asing bagi saya. Seperti halnya bubua cande[1]. Penjualnya bernama Ante Yet, begitulah sapaan akrabnya.
Ante Yet tidak hanya menjual pabukoan seperti bubua cande, tapi juga kolak pisang, kolak ubi, kolak dalimo, lopis dan bakwan. Ia juga menjajakan samba (lauk-pauk), ayam goreng balado, samba lado tanak seperti kalio jariang dicampur dengan teri kecil dan kentang kecil, dan samba lado atau sambal cabe yang dicampur dengan petai serta telur puyuh.
Ante Yet menjelaskan bahwa bakureh merupakan tradisi masak-memasak saat baralek. Dia menambahkan sembari melayani pembeli. “Biasonyo nan dimasak pas baralek tu yo samba nan biaso, tapi kini ko lah samba buruak-buruak ko se lai nan di masak, itu nan katuju dek urang-urang kini, kayak toco tu lah jarang dimasak lai nyo,”(Biasanya yang dimasak ketika kenduri itu ialah samba yang biasa tapi sekarang sudah samba yang disukai oleh masyarakat saja yang dimasak) jelasnya.
Di hari kelima ternyata tak kalah panasnya dari kemaren. Tujuan observasi kami kali ini ialah Kampuang Payo yang berada nun jauh di atas bukit. Sebelum berangkat Olva menyarankan agar terlebih dahulu mampir ke rumahnya, dan siapa tahu nanti mamanya bisa membantu kita untuk menentukan orang yang akan kita temukan di Payo. Kami mengamini dan langsung berangkat menuju rumah Olva. Menjelang petang kami sampai di rumah Olva. Kami mendapati tiga orang ibu-ibu sedang bersantai diteras rumah. Setelah kami berkenalan, saya memulai obrolan dengan menu makanan ketika beralek.
Ibu Yet, ia adalah ibu dari rekan saya sesama partisipan Bakureh Project, Olva. Ia menjelaskan “Kalau toco kini lah hampia ndak ado dibuek urang lai pas baralek. Kini kalau baralek tu nan dibuek katiko bakureh, randang, kalio, sampadeh, pergedel, pangek kuniang, gulai cubadak.” (Sekarang kalau kenduri itu yang dimasak ketika bakureh ialah randang, kalio, sampadeh, pergedel, pangek kuniang dan gulai cubadak). Penjelasan terkait samba yang wajib ada ketika baralek tersebut, hampir sama dengan penjelasan Mak Katik tentang panghulu samba yaitu, randang, kalio, pangek, goreng maco, pergedel kentang, karupuak jangek dan samba kuah. Kemarin, Ante Yet juga menyinggung hal tersebut bahwa sekarang sudah ada banyak tambahan menu seperti soto. Dahulu soto tidak ada, namun karena perubahan zaman, sekarang kita akan menemukan soto di beberapa tempat baralek.
Di depan teras kira-kira berjarak 2 meter terdapat kolam ikan lele, sesekali ikan lele tersebut riuh seolah-olah mendengarkan hasil percakapan kami. Zekalver, seorang penggiat di Gubuak Kopi lebih akrab dipanggil Skal dikesehariannya. Ia juga menambahkan bahwa ia pernah pergi baralek dan menemukan sate sebagai hidangan yang disuguhkan oleh yang punya hajat. Untuk tambahan menu makanan ketika baralek di sekitar tempat tinggal Ibu Yet di Banda Panduang, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah seperti, mi goreng, samba lado tanak, samba lado mudo dan abuih buncih.
Di era milenial yang serba instan ini juga tidak dapat dipungkiri ikut memberi pengaruh terhadap kebiasan dan tradisi bakureh di tengah-tengah masyarakat Solok. Ante Yet misalnya menceritakan bahwa,”Di satiok alek kini lah pakai catering, tapi lai ado juo nan mamakai bakureh, ado juo nan manggabuang nyo, kadang ndak cukuik kalo dek catering tu doh,” (Di setiap kenduri sekarang sudah pakai catering tetapi ada juga yang memakai bakureh dan ada pula yang menggabungkannya, terkadang jasa catering tidak mampu melayani semua tamu undangan yang datang) jelasnya.
Berbincang dengan Ante Yet saat menjajakan ‘pabukoannya’, di Tembok Raya, Kota Solok. (Foto: Arsip Gubuak Kopi, 2018)
Berbincang dengan Ante Yet saat menjajakan ‘pabukoannya’, di Tembok Raya, Kota Solok. (Foto: Arsip Gubuak Kopi, 2018)
Ante Yet saat menjajakan ‘pabukoannya’, di Tembok Raya, Kota Solok. (Foto: Arsip Gubuak Kopi, 2018)
Lain lagi dengan penjelasan Ibu Yet, beliau berkata catering hanya untuk orang-orang kaya saja, sedangkan kaum menengah masih menggunakan tradisi bakureh dalam baralek. Ibu Yet juga menambahkan, biasanya yang pakai catering itu orang-orang PNS karena dia sibuk dan jarang ikut bakureh. Hal serupa dipertegas lagi oleh Bapak Kalek Bandaro Malin,
”Alek ko ado duo, alek adaik jo alek biaso. Alek adaik ko pakai niniak mamak badatuak-datuak, sedangkan alek biaso yo pakai niniak mamak juo tapi ndak ado aleknyo doh.” (Kenduri itu ada dua, ada kenduri adat ada kenduri biasa. Kenduri adat itu menyediakan ruang untuk ninik mamak badatuak-badatuak, sedangkan kenduri biasa kadang juga pakai ninik mamak tapi tidak ada kenduri adatnya) terang Bapak Kalek Bandaro Malin.
Perubahan-perubahan tersebut adalah bentuk pertarungan kebiasan dan tradisi melawan arus perubahan zaman dan teknologi yang sangat cepat. Tidak hanya pada acara baralek atau perhelatan bahagia saja, bakureh juga dilakukan oleh kaum ibu di kampuang Banda Panduang ketika kemalangan. Di Banda Panduang terdapat dua peringatan untuk sesorang yang sudah meninggal; pertama, manujuah hari (peringatan di hari ketujuh setelah almarhum meninggal). Kedua, manyaratuih hari (peringatan 100 hari setelah almarhum meninggal). Pada kedua perayaan tersebut jenis makanan dan tata caranya tidaklah sama. Umumnya menu masakan terbagi atas dua yaitu samba dan cemilan. Untuk manujuah hari, kaum ibu akan bakureh dengan membawa kompor, penggorengan, kuali, sendok besi dan sebagainya (sesuai kebutuhan). Biasanya hanya tetangga terdekat saja, seperti ungkapan Minangkabau, “…Kaba baiak baimbauan, kaba buruak bahambauan,” maksudnya adapun kabar baik (bahagia) dikabarkan dan diinformasikan kepada seluruh masyarakat dan mengundangnya untuk hadir dalam perhelatan tersebut. Sedangkan kabar buruk (seperti kematian dsb) tidak dikabarkan secara luas hanya dari mulut ke mulut saja, dan masyarakat tidak diundang, hanya spontanitas dari masyarakat saja untuk takziah dan melayat ke rumah duka. Selain membawa perkakas memasak, juga ada kaum ibu yang membawa beras dan telur. Untuk samba yaitu, toco, gulai cubadak, kalio dan pergedel. Sedangkan untuk cemilan yaitu, serabi, nasilamak dan goreng pisang batu.
Sedangkan untuk peringatan manyaratuih hari, kaum ibu tidak membawa perkakas namun membawa bareh dan pitih (uang). Sedangkan sumandan membawa gantuang-gantuang yang berisi nasilamak, pisang goreng dan kue-kue. Untuk samba masih sama. Adapun yang berbeda ialah cemilannya yaitu, lamang dan pinyaram.
Sembari itu, di tempat terpisah Pak Kalek Bandaro Malin dan Pak Ilyas Pandeka Rajo sedang bercengkrama di kedai Pak Ngah. Kami menghampiri beliau dan memperkenalkan diri. Pak Kalek menjelaskan bakureh merupakan sebuah tradisi memasak bersama yang dilakukan oleh kaum Ibu-Ibu. Perbincangan kami kemudian mengarah pada aktifitas mamanggia (mengundang) pada perhelatan alek gadang. Pak Kalek begitu sapaan akrab beliau, menjelaskan, ”Kalau mamanggia disiko, nan padusi bajalan kaki manuruik rumah mamak nyo, nan kilaki manuruik ka rumah niniak mamak jo kendaraan bisa jo oto atau jo onda,” (Jika mamanggia disini, perempuan akan berjalan kaki menuju rumah mamaknya, yang laki-laki menuju rumah mamaknya dengan kendaraan roda empat atau motor) ungkap Pak Kalek.
Pernyataan Pak Kalek menjadi titik terang atas pencarian saya. Beliau menambahkan, “Tu diagiah pitih pambali minum untuak urang nan pai mamanggia ko, ado nan 250 ribu baduo, ado juo 300 ribu baduo, nan kini antah baralah”,(Itu diberikan uang untuk membeli minuman kepada orang yang pergi mamanggia, ada yang 250 ribu untuk berdua, ada juga 300 ribu untuk berdua, tapi sekarang entahlah), lanjutnya. Otak saya dipenuhi tanda tanya, perihal cara mamanggia yang dilakukan oleh perempuan dengan berjalan kaki sedangkan laki-laki menggunakan kendaraan. Pertanyaan tersebut sempat saya utarakan kepada Pak Kalek, namun beliau berucap,
”Yo lah sajak ninik mamak nan tadahulu lah mode itu juo,” (Ya sejak zaman nenek moyang kita sudah begitu aturannya)
Berbincang bersama Pak Kalek Bandaro Malin, di Banda Panduang, Kota Solok. (Foto: Arsip Gubuak Kopi, 2018)
Berbincang bersama Pak Kalek Bandaro Malin, di Banda Panduang, Kota Solok. (Foto: Arsip Gubuak Kopi, 2018)
Di hari keenam yang merupakan hari terkahir kami untuk observasi di lapangan, kami memutuskan berbincang dengan Bundo Kanduang Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Tanjung Harapan, beliau kerap disapa dengan Bundo Wi oleh warga sekitar. Kami memutuskan untuk tidak ke Kampuang Payo. Saya ingin menuntaskan pembahasan mengenai tata cara mamanggia dalam baralek. Sedangkan rekan saya Olfa akan mengupas bakureh pada kemalangan. Sesampainya kami di rumah beliau waktu menunjukkan pukul 15.30 Wib, ketika beliau sedang duduk santai di teras bersama cucunya.
Beliau menjabarkan perihal alek yang ia ketahui. “Alek di solok tabagi duo, alek biaso jo alek gadang. Alek gadang ko ado alek baminantu salamo 7 hari jo alek malakek an gala. Kok alek biaso yo alek baminantu nan 3 hari atau sahari salasai.” (Alek di solok terbagi dua, alek biasa dan alek gadang. Alek gadang terdiri dari kenduri baminantu selama 7 hari dan kenduri malakek an gala).
Tiga hari observasi di lapangan, saya menemukan beragam informasi yang sangat luas, informasi tentang bagaimana alek dan jenis hidangan yang disuguhkan serta tata cara dalam pelaksanaannya memperkaya pengetahuan saya dan juga pembaca tentunya. Rasa penasaran saya berlabuh kepada Bundo Wi, bundo menjelaskan bahwa untuk baralek gadang tata cara mamanggia memang berbeda dengan alek yang biasa. Bundo Wi memulainya dari pakaian orang yang pergi mamanggia,
“Baju nan padusi baju kuruang basiba warna hitam, tingkuluak hitam, sendal dengan tumit 3 cm, mambaok payuang hitam nan diguluang kain,” (Baju perempuan ialah baju kurung basiba warna hitam, penutup kepala warna hitam, sendal dengan tinggi 3 cm, membawa payung hitam yang dibalut dengan kain) jelasnya.
Hal ini memperlihatkan keanggunan dari yang mamanggia, selain itu juga payung dapat digunakan untuk berteduh ketika panas yang begitu terik atau hujan.
“Nan padusi tu yo bajalan ka rumah mamak, untuak mangecek an bini mamak. Tapi yo diagak kama se nyo ka mamanggia dan itu pun indak banyak dan harus salasai sahari tu juo, samisal duo atau tigo rumah sajo per urang,” (Perempuan itu berjalan ke rumah mamak untuk menyampaikan keoada istri mamak. Tetapi diatur kemana saja mamanggia dan itu pun tidak banyak dan harus selesai hari itu juga, semisal dua atau tiga rumah saja per orang) tambahnya.
Orang yang bertugas mamanggia tersebut membawa kampie dan siriah. Biasanya yang mendapat tugas mamanggia ialah Sumandan atau Induak Bako dari orang yang memiliki hajat.
“Sakali jalan tu ado banyak nan ka mamanggia tapi pai nyo baduo-duo. Ado agak 20-30 urang nan mamanggia hari tu.” (Sekali jalan itu ada banyak yang ikut mamanggia tetapi perginya berdua-dua. Kira-kira ada 20-30 orang yang ikut mamanggia) jelas Bundo Wi.
Sedangkan laki-laki,”Kok baju nan kilaki tu mamakai baju taluak bulango jo deta, nan pai tu mamak jo anak pisang manuruik ka rumah niniak mamak mambaok rokok buliah jo onda atau oto,” (Baju nan laki-laki itu memakai baju taluak bulango dengan deta, yang pergi ialah mamak dan anak pisang menuju ke rumah ninik mamak membawa rokok, boleh pergi dengan motor atau mobil) sambung Bundo Wi.
Perihal uang yang diberikan kepada masing-masing orang yang pergi mamanggia itu tergantung kemampuan yang punya hajat dan tidak ada aturan yang mengikat. Nah, untuk mamanggia khalayak umum seperti dunsanak sasuku, tetangga dan sebagainya dilakukan oleh Si Pangka. Pakaian yang digunakan boleh apa saja, yang penting sopan.
“Baju kuruang jo jilbab untuak nan padusi, nan kilaki mamakai baju koko.” (Baju kurung dan jilbab untuk yang perempuan dan baju koko untuk yang laki-laki).
Jadi untuk mamanggia ninik mamak dan tokoh adat haruslah dengan pakaian adat dan aturan adat pula, sedangkan untuk khalayak umum dilaksanakan biasa saja. Bundo Wi melanjutkan, bahwa ketika memakai baju adat itu sangat sakral sehingga perilaku dan sikap juga harus dijaga. Terlebih ketika memanggia menemui ninik mamak harus memakai baju adat yang lengkap. Bundo Wi juga menceritakan keresahannya akan anak-kemenakan yang sudah mulai meninggalkan tradisi, beliau prihatin dengan baralek pada zaman sekarang yang pelaminan diletakkan diluar rumah, itu bukanlah tradisi orang Solok. Pelaminan itu ada di dalam rumah dan disediadakan ruang untuk ninik mamak untuk badatuak-datuak (sejenis pidato adat). Tidak hanya itu ketika bararak, juga telah jauh melenceng dari tradisi yang diwariskan oleh ninik mamak terdahulu seperti baju anak daro yang panjang dan ada pula orang yang memegangnya di belakang. Sungguh memprihatinkan, sekarang Bundo Kanduang se-Kota Solok sedang menuliskan tradisi adat Solok ke dalam sebuah buku yang mana akan disebarkan kepada seluruh warga Solok, demi terjaganya tradisi urang Solok.
Sefniwati Solok, 7 Juni 2018
[1] Bubur yang diracik dari bahan dasar tepung beras dan dimasak dengan gula anau (aren), sehingga mengahasilkan warna kecoklatan dan sangat kental
Bakureh Dimulai dari Mamanggia Pada hari keempat Lokakarya Bakureh Project yang digelar oleh Komunitas Gubuak Kopi sejak tangggal 1 Juni 2018 lalu, cuacanya terasa lebih panas dari yang biasanya.
0 notes
Photo
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/8c00483b6af037161674a8d31d681e3f/tumblr_oxqt4eXI2P1wqmeg7o1_540.jpg)
Bismillah Rp. 2xxxxx Dalimo by salt executive Material woll kombinasi cigarette Lingkar dada 102cm panjang 140cm Resleting belakang
0 notes
Photo
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/aa97c5530018dd53542e9a8d0f92d035/tumblr_omc4kqMzY81vpoy69o1_400.jpg)
#SudutInfo - Izin melaporkan kebakaran: Hari : Minggu, 5 Maret 2017 Jam : 14.00 Wib Objek : 1 buah rumah permanent. Milik : 1.Usman St.Mudo 60 thn. Suku : Dalimo Guci Pekerjaan : Tani 2.Nora 30 thn Suku : Dalimo Guci Pekerjaan : Tani TKP : Jorong Ampaleh Nagari Tanjung alam Kec Tanjung baru Kab Tanah Datar. -Korban Jiwa Nihil. -Kerugian +-Rp.200 juta. 1Armada Fuso Kota Payakumbuh dikerahkan ke Lokasi. ° ° Sumber: Grup WhatsApp Damkar dan Pol-PP ° ° #sudutpayakumbuh #payakumbuh #limapuluhkota #luaklimopuluah #sumbar #sumatrabarat #infosumbar #merchandise #merchandisepyk #PayakumbuhWisataKuliner #payakumbuhcorner #pesonapayakumbuh #payakumbuhculinary #PayakumbuhArtSpace #DamkarPYK
#pesonapayakumbuh#damkarpyk#sumbar#payakumbuhcorner#sudutpayakumbuh#merchandisepyk#payakumbuhculinary#sumatrabarat#merchandise#limapuluhkota#payakumbuhartspace#luaklimopuluah#infosumbar#payakumbuh#sudutinfo#payakumbuhwisatakuliner
0 notes