Photo
. makin enak aja neng😂 dari rumah nenek sampai hargo dumilah 😚 tapi ga mampir ke mbok yem😂 . . besok-besok yang jauhan dikit maennya😜 #gunungciremai #gunugsalak #gununglawu #mbokyem #erwinsfn #sitiholivah #insyaallahGR #cemorosewu #cigowong #kawahratu
#mbokyem#sitiholivah#erwinsfn#cemorosewu#gununglawu#gunugsalak#insyaallahgr#gunungciremai#kawahratu#cigowong
0 notes
Text
Sebandingkah?
Senyummu abadi nyaris seperti puisi.
Matamu berkilau nyaris seperti bintang dilangit malam yang terang.
Hidungmu sempurna nyaris seperti purnama dimalam gelap.
Sedangkan aku? Apakah pantas untuk menjadi buku cerita yang berisikan sedih dan bahagiamu? Apakah cukup pantas bisa mendampingimu?
Ditulis di : Pos 1 (Cigowong) Gn. Ciremai 3078mdpl
0 notes
Text
Menunggu Action Pemerintah, DMC Dompet Duhafa Gerecep Rampungkan Jembatan Kp. Cigowong
Menunggu Action Pemerintah, DMC Dompet Duhafa Gerecep Rampungkan Jembatan Kp. Cigowong
Bogor | newskabarnegeri.com – Sebanyak 129 siswa SDN Cigowong 03 akhirnya bisa sebrangi jembatan gantung untuk bersekolah. Basri selaku Bendahara SDN Cigowong 03 merasa bersyukur atas adanya bantuan Disaster Management Center (DMC) Dompet Duhafa #Berdaya Bencana. Terlebih sudah hampir dua tahun enam bulan, mereka mengunakan akses jembatan swadaya masyarakat yang sifaatnya Jembatan Sementara.…
View On WordPress
0 notes
Video
Bersyukur masih bisa merasakan liburan di pantan cigowong @darmalarang @exploremajalengka . Dijamin bikin #refresh piknik wisata domestik #jawabarat melepaskan penat aktifitas di Kota. Yuks Cek google map “pantan cigowong” langsung tancap gas pada moment weekend. #vacation #weekend #majalengka #majalengkahits #majalengkakeren #pantancigowong #darmalarang #natural #watercolorart #westjava #indonesia https://www.instagram.com/p/CPLdo89DOmy/?utm_medium=tumblr
#refresh#jawabarat#vacation#weekend#majalengka#majalengkahits#majalengkakeren#pantancigowong#darmalarang#natural#watercolorart#westjava#indonesia
0 notes
Text
Masa-masa Sulit Mendaki Gunung
30 Juni 2017
Edisi : #RinduNaikGunung
Dewasa ini kegiatan mendaki memang sedang naik daun. Orang-orang berlomba menapaki puncak gunung satu per satu. Tidak bisa dipungkiri mendaki maupun berpetualang di alam bebas bagi sebagian orang memang menyenangkan. Selain bisa menikmati keindahan alam, banyak hikmah yang dapat kita ambil dari berpetualang di alam bebas. Namun perlu diketahui bahwa mendaki tidak segampang yang kita bayangkan. Perlu pengetahuan dan persiapan yang matang sebelum petualangan dimulai untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Saya yakin kalian yang pernah berpetualang khususnya mendaki gunung pernah mengalami masa-masa sulit selama pendakian atau pengalaman unik termasuk saya. Ada yang pernah mengalami kejadian yang di luar nalar, tersesat di hutan ataupun kisah kisah konyol nan lucu. Ada beberapa hal sulit yang pernah saya alami pada saat pendakian diantaranya: 1. Celana sobek Pengalaman pertama mendaki Gn. Manglayang yaitu celana sobek, waktu itu saya mendaki dengan sistem ‘tok tak’ atau berangkat langsung pulang tanpa menginap sehingga tidak membawa baju atau celana ganti. Meskipun gunungnya tidak terlalu tinggi namun jalurnya cukup ekstrim karena harus menaiki batu yang tinggi seperti memanjat tebing. Pada saat akan menaiki batu yang cukup tinggi,tiba2 terdengar bunyi ‘breeeek’ kalo kata bahasa sunda mah ‘ngaberewek’ haha. Daan celana saya sobek. Alhasil saya pulang dengan celana sobek tersebut, untung masih ada daleman celana boxer. Pengalaman yang malu tapi lucu haha
2. Diserang Babi Hutan Ini adalah pengalaman berharga yang tidak bisa dilupakan. Pengalaman ini saya dapatkan saat mendaki Gn. Cikuray di Garut. Waktu itu saya berangkat bersama 6 orang rekan saya. Kami berangkat pukul 3 sore dan tiba di pos terakhir sebelum puncak sekitar jam 11 malam. Karena perjalanan cukup melelahkan, kami langsung memasak untuk menghilangkan lafar. Menu yang dipasak waktu itu adalah ikan sarden. Selain praktis makanan ini cukup enak. Saya pun memasak ikan sarden tersembut ditambah dengan bumbu-bumbu khas resep dari si mamah sehingga tercium wangi yang menusuk hidung yang membuat masakan tersebut ingin cepat kami lahap. Tanpa disadari wangi amis tersebut dicium oleh si babi. Pada saat kami sudah makan dan sudah terlelap tidur, tiba-tiba kawan saya yang tidur paling pinggir merasa seperti ada yang menubruk. Tak lama kemudian piring dan alat masak yang ada di dalam tenda pun tumpah dan luluh lantah di sundul si babi dan membuat suasana tenda menjadi tidak kondusif. Dari ketiga tenda yang berdiri tidak ada yang berani keluar mengusir si babi. Karena saya sudah sangat tidak nyaman akhirnya saya memberanikan diri ke luar tenda untuk mengusir si babi. Sedikit demi sedikit resleting tenda saya buka lalu keluar dari dalam tenda. Dan saya kaget si babi yang menganggu kami sangat besar setinggi jok motor mio serta berbulu dan bersihung. Asli ini mah. Si babi membawa antek-anteknya yang masih berusia balita. Sebetulnya babi takut dengan manusia, hanya setau saya kita tidak boleh membuat gerakan tiba-tiba yang bisa mengagetkan si babi karena sewaktu waktu bisa menyundul kita. Dengan mengucap bismillah saya pun ambil batu sambil berteriak “babi !” . Karena merasa tidak nyaman akhirnya si babi pun pergi. Semua kawan saya hanya bisa diam di dalam tenda dan tidak berani keluar, mungkin karena dingin kayaknya hahaha. Setelah suasana aman dan nyaman saya pun masuk ke dalam tenda untuk persiapan summit ke puncak karena waktu sudah menunjukan pukul 4 pagi. Setelah siap, tenda dan barang-barang kami tinggal di tempat camp agar beban ke puncak tidak terlalu berat. Akhirnya kami sampai puncak dan berfoto-foto sejenak sambil menikmati indahnya sunrise. Setelah puas berfoto dan kembali ke tempat camp di pos 7, saya kaget ketika melihat dua dari tiga tenda kami sobek, hancur, dan luluh lantah disundul si babi. Tidak ada barang berharga yang hilang kecuali semua persediaan logistik kami untuk turun. Beberapa carrier kami sobek karena ada makanan di dalamnya, tempat minum kawan saya pun hancur lebur. Kami pun hanya bisa duduk termenung sambil berpikir bagaimana agar turun dengan salamat walaupun tanpa persediaan logostik. Beruntung pada saat mendaki kami barengan bersama 3 orang pendaki asal Jakarta. Beliau berangkat dan turun bersama sama dengan rombongan kami serta rela membagi sebagian makanannya untuk kami. Saya ucapkan terima kasih kepada mereka yang sebesar-besarnya karena sudah menolong kami. Pengalaman ini kami jadikan pelajaran agar tidak terulang kembali. Sebaiknya hindari makanan bebau amis yang dapat mengundang hewan serta tutup makanan rapat-rapat agar tidak dicium oleh hewan. Kira kira sih begitu. Kalau diingat ingat bodor juga sih tapi seru !
3. Terjebak badai Ini juga merupakan pengalaman menegangkan yang saya alami selama mendaki. Kejadian tersebut terjadi saat saya mendaki Gn. Ciremai via Palutungan. Kami berangkat dari Basecamp sekitar jam 7 dengan total 18 orang rombongan. Rombongan kami bagi 2, saya dan 4 orang rekan saya mendaki di depan. Kami bertugas membuka lapak tenda agar camp yang akan kami tempati belum penuh diisi pendaki lain. Kami pun bergerak cepat tanpa banyak istirahat. Tiap rombongan dibekali handy talkie agar bisa berkomunikasi. Pokoknya segala persiapan sudah kami rancang sebaik mungkin agar perjalanan berjalan aman dan lancar. Mendaki dengan jumlah kelompok yang banyak memang lebih beresiko,selain beban logistik cukup berat, kemampuan fisik tiap orang-orang pun berbeda-beda. Kuncinya adalah tiap rombongan dan tim harus solid satu sama lain. Ada sweeper dari belakang yang bertugas menjaga dari belakang agar tidak ada yang tertinggal. Pun harus ada leader yang berpengalaman mendaki gunung. Singkat cerita kami sampai di Camp Walet tanpa ada hambatan walau agak sedikit lambat namun yang penting tetap sampai. Kami pun bermalam dan summit keeseokan harinya. Kami tiba di puncak agak siangan lalu sejenak berfoto. Tiba-tiba langit yang awalnya cerah menjadi gelap dalam waktu sekejap. Saya pun segera memanggil teman-teman agar cepat turun karena sepertinya akan turun hujan. Benar saja, saat perjalanan turun kami diguyur hujan cukup lama. Karena tidak ingin mengambil resiko turun saat hujan dengan kondisi batuan yang licin, kami berteduh menunggu hujan dan badai reda. Dari sini timbul beberapa masalah, ada beberapa kawan yang kondisi badannya mulai tidak membaik, mulai dari kedinginan biasa hingga hypotermia. Ketika perjalanan turun, beberapa kawan ada yang sudah tidak kuat, akhirnya kami putuskan untuk beristirahat dan bermalam di sekitar pos 4 karena hari sudah malam dan cukup berbahaya jika berjalan pada saat malam hari. Kondisi seperti ini jika dipaksakan akan sangat berbahaya bagi pendaki yang sakit dan bisa berakibat fatal. Kami pun bermalam kembali di pos 4. Malam itu hujan turun sangat deras. Tak terbayang jika perjalanan terus dilanjutkan. Pengambilan keputusan sangat penting dalam kondisi seperti ini. Alhamdulillah keeseokan harinya kondisi kawan sudah mulai membaik setelah diistirahatkan dan perjalanan turun pun dilanjutkan. Di pos Cigowong alhamdulillah kami bertemu ranger yang mengevakuasi kedua kawan kami yang sakit. Kami pun tiba di basecamp dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun. Hal yang positif adalah kami tetap solid dalam berbagai situasi, selalu bersama sama dalam menghadapi kesulitan. Terima kasih kawan kawan pendakian yang mengagumkan.
Itu adalah secuil pengalaman sulit saya mendaki gunung, dari setiap perjalanan yang ditempuh selalu ada hikmah dan pelajaran berharga yang kita petik. Walaupun begitu naik gunung tetap seru dengan segala cerita unik sulit dan mistisnya hehe Terima kasih sudah berkenan membaca. -agungrizkyr
2 notes
·
View notes
Photo
#lightinstitute ✖ #ciremai no. 10
Catatan
Dari Tulungagung berangkat 4 orang dengan membawa 6 carrier. Bertemu dengan 3 orang lainnya di Stasiun Pasar Turi, kami berangkat bertujuh ke Cirebon, untuk menunggu 1 orang lainnya dari Ibukota.
Sempat 'diusir' dari stasiun, kami akhirnya menyelamatkan diri ke Masjid At-Taqwa yang ada di pusat kota Cirebon. Sedikit ribet saat cari angkutan (karena ada calo a.k.a. preman setempat) akhirnya kami berangkat ke basecamp Palutungan dan sampai sana sekitar pukul 15:00.
30/12
17:00 Berangkat dari basecamp. Butuh waktu ± 3,5 jam (termasuk break Sholat Maghrib) untuk sampai pos Cigowong, camp area pertama kami. Nyaman, ada sumber air di pos itu, tidak terlalu dingin, ya sejauh itu berjalan aman.
31/12
08:15 berangkat, sepanjang perjalanan adalah track hutan yang rimbun, tanah tidak terlalu basah dan licin. Sampai pos Arban kita break makan. Selepas dari Pos Arban, tanjakkannya semakin asoy, terutama sebelum dan setelah Pos Tanjakan Asoy.
Sebenarnya target kami camping di Goa Walet, tapi karena banyak informasi dari pendaki yang turun bahwa Goa Walet 'full' akhirnya ketika menemukan tempat yang cukup lapang untuk 2 tenda, kami putuskan untuk bermalam disana. Lokasi yang tidak jauh dari persimpangan dengan Jalur Apuy.
Keputusan yang tepat, karena sesaat setelah tenda berdiri berlapis flysheet, hujan turun cukup deras. Malam itu kami sempat berbagi tenda dengan 4 pendaki asli Cirebon yang kehujanan di tengah jalan. Jadi 2 tenda kapasitas 4 orang, sempat diisi dengan 13 orang.
1/1
Paginya kami sedikit terlambat untuk fajar pertama di tahun 2017. Kami terlambat 30 menit dari rencana awal berangkat. Sampai puncak sekitar pukul 06:00 matahari sudah sedikit lebih tinggi. Tidak lama, sekitar pukul 07:00 kita sudah berangkat turun. Udara dan angin di puncak cukup membuat tangan melepuh kaku. Sampai di tenda kita langsung packing, rencananya kita akan masak di pos Pesanggrahan (walaupun akhirnya kita masak di pos Arban). (Lanjut di kolom komentar)
Hawa dingin bersamaan dengan cahaya cerah yang menembus celah pepohonan menemani perjalanan turun kami. Sampai di pos Cigowong (terakhir sebelum basecamp), kami beristirahat cukup lama, makan gorengan dan minum minuman hangat. Keputusan yang membuat kami mengakhiri perjalanan turun dengan hujan yang cukup deras. Sekitar pukul 18:30 kami semua sudah sampai di basecamp.
Basecamp Ciremai memberikan pengalaman yang berbeda, setelah semua anggota tim lengkap, sampah (yang dibawa turun) sudah dibuang ke tempatnya, kami mendapat makan (malam) beserta sertifikat pendakian.
Malam itu, kita beristirahat di masjid dekat basecamp. Paginya kami dibangunkan dengan speaker masjid untuk Sholat Subuh berjama'ah. Dan akhirnya kami mengakhiri liburan kami di Palutungan dengan sarapan dan obrolan tentang perjalanan yang baru saja kita lalui bersama. Tawa, olokan, candaan, dan kata-kata kotor yang tertahan selama ± 48 jam di Gunung Ciremai akhirnya terbebaskan.
So, terima kasih untuk perjalanannya. Sampai jumpa di pendakian selanjutnya. Semoga tahun ini berlalu dengan ceria.
1 note
·
View note
Text
Banjir Bandang di Bogor Usai, Listrik Masih Padam
Banjir Bandang di Bogor Usai, Listrik Masih Padam
Dailymail.co.id, Jakarta – Warga Desa Sukamaju, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bahu membahu membangun jembatan darurat setelah jembatan penghubung di daerah itu terputus.
Jembatan terbuat dari bambu dan batang pohon kelapa ini dilakukan untuk membuka akses warga Kampung Cigowong, Ciasahan, Cikaret, dan Nanggung yang terisolir.
Jembatan satu-satunya yang bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat ini…
View On WordPress
0 notes
Text
Mengenang Ciremai, Puncak Yang Kutunggu
Dua tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2015. Saya diajak oleh teman untuk mendaki sebuah gunung tertinggi di Jawa Barat, Gunung Ciremai namanya yang mempunyai tinggi 3078 mdpl. Gunung Ciremai tidak asing bagi saya, karena sejak kecil saya sudah tinggal di bawah kaki gunung itu, dan saya bersekolah di pesantren yang memang dekat dari Gunung Ciremai. Awalnya saya tidak pernah diizinkan oleh kedua orang tua untuk mendaki gunung, karena alasan sederhana “saya perempuan”. Dimana perempuan itu pada umumnya memiliki hobi yang tidak ekstrem seperti mendaki gunung, melainkan memasak, menjahit dan lain sebagainya. Tetapi dengan tekad dan keinginan yang kuat, saya ingin merasakan pengalaman yang berbeda. Kemudian saya meyakinkan kedua orang tua sehingga pada akhirnya mereka memberikan izin.
Sebelum mendaki, terlebih dahulu saya banyak mencari tahu tentang Gunung Ciremai ke beberapa teman. Karena saya belum pernah punya pengalaman dan tidak memiki beberapa peralatan seperti tenda, sleeping bag, alat masak, handlamp, matras dan lain-lain, hampir semua peralatan gunung saya dapat dari pinjaman teman. Selebihnya saya membawa makanan dan barang-barang pribadi. Saya pergi bersama tujuh teman saya (Widi, Defri, Qamar, Adam, Rahmah, Nisa dan Hilda), sebagian besar dari kelompok kami adalah pemula.
Terdapat tiga jalur pendakian yang dapat ditempuh, yaitu melalui Linggarjati, Apuy dan Palutungan. Perjalanan mendaki kami melewati jalur palutungan, dimana jalur ini biasa dilalui oleh para pendaki pemula seperti saya. Karena jalur ini tanjakannya landai dan tidak begitu terjal, tetapi memiliki jarak yang lebih jauh menuju ke puncaknya. Sedangkan jalur yang lainnya ternilai lebih sulit dan curam, tetapi lebih dekat mencapai puncaknya.
Tepat pada tanggal 15 Agustus 2015, kami sampai di desa Palutungan sekitar jam sebelas pagi, dua hari menjelang peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.Pada umumnya, momen kemerdekaan Republik Indonesia ini memang membuat Ciremai dipenuhi oleh para pendaki yang antusias merayakan kemenangan Indonesia di sana. Sebelum memulai perjalanan, setiap pendaki harus mendaftarkan diri dan memberikan data diri yang lengkap, termasuk nomor telepon keluarga yang bisa dihubungi untuk keadaan darurat. Setelah mendaftar, ada kewajiban membayar tiket masuk sebesar lima puluh ribu rupiah, tiket ini berlaku untuk setiap pendaki.
Kami memulai perjalanan pada jam satu siang setelah menjama’ shalat zhuhur dan asar, kamipun makan terlebih dahulu untuk mengisi stamina selama perjalanan ke Ciremai. Di awal perjalanan, kami melewati rumah, sekolah, sawah, dan juga kebun. Kemudian yang menjadi penanda berakhirnya perkampungan dan memasuki hutan adalah dengan adanya shelter yang terbuat dari kayu tanpa dinding. Selama perjalanan menuju Gunung Ciremai, tak jarang kami bertemu dengan para pendaki yang sedang beristirahat. Sudah menjadi kebiasaan para pendaki, ketika bertemu dalam perjalanan meskipun tidak mengenal satu sama lain, kami saling bertegur sapa dan memberikan semangat.
Setelah melalui waktu selama kurang lebih empat jam perjalanan, kami tiba di daerah yang bernama Cigowong. Cigowong terletak di ketinggian 1.450 mdpl. Di daerah ini masih terdapat sumber mata air yang jernih, dan juga masih terdapat kamar mandi sehingga kami tidak susah mencari tempat untuk mendapatkan air. Di sana pun terdapat sebuah warung yang menjual beberapa minuman serta makanan berat dan ringan seperti gorengan, pop mie, teh gelas, kopi dan makanan-makanan lainnya.
Kami berniat bermalam di tempat ini, pos pertama dalam pendakian menuju Ciremai. Kemudian kami membangun tenda untuk beristirahat. Sebagian dari teman kami yang sudah mahir pun mengajari kami yang masih pemula untuk membangun tenda. Terdapat tiga tenda yang kami bangun, satu tenda untuk laki-laki, satu lagi untuk perempuan, dan sisanya untuk peralatan serta barang-barang bawaan kami. Waktu menunjukan matahari sudah mulai terbenam, kami melaksanakan kewajiban kami yaitu menjama’ sholat maghrib dan isya. Setelah itu kami langsung membagi tugas, laki-laki membuat api unggun dan perempuan memasak.
Dengan peralatan gunung yang seadanya, kami memasak sambil bercerita tentang pengalaman-pengalaman dari setiap perjalanan kami masing-masing. Kami pun makan malam ditemani api unggun yang menyala di depan kami, sembari melanjutkan cerita dan bercanda tawa. Suasana di Cigowong semakin malam semakin dingin dan juga semakin ramai oleh para pendaki yang baru datang. Bahkan hampir seluruh lahan di daerah Cigowong dipenuhi oleh pendaki. Kamipun memasuki tenda dan beristirahat untuk menyiapkan tenagakeesokan harinya.
Keesokan harinya pada tanggal 16 Agustus 2015, setelah sarapan kami berkemas untuk melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan dimulai pada jam tujuh pagi, kali ini kami menempuh perjalanan yang cukup berat. Karena kami akan melalui track yang cukup sulit dan perjalanan yang ditempuh akan lebih lama. Kami harus melewati beberapa pos, diantaranya Kuta, Pangguyangan Badak, Arban, Tanjakan Asoy, Pasanggrahan, Sang Hyang Ropoh, dan terakhir Goa Walet.
Beban yang kami bawa terasa semakin berat, tenaga yang kami punya semakin terkuras, keringat yang mengalir seperti menghujani tubuh kami. Jalanan yang curam, bebatuan dan berdebu membuat pernafasan dan penglihatan kami pun tidak maksimal. Tetapi semangat yang kami punya masih tetap sama, bahkan semakin menggebu untuk segera sampai ke puncaknya. Tanjakan yang kami lalui benar-benar membutuhkan kehati-hatian, sebab jalannya yang semakin jauh dan tinggi menjadi semakin curam. Oleh karena itu, keyakinan dan kekuatan fisik serta mental sangat diperlukan. Tolong menolong serta bahu membahu harus selalu kami lakukan. Dukungan dari setiap teman yang saling menyemangati pun sangat berpengaruh untuk energi positif bagi setiap pendakinya.
Setelah seharian menempuh perjalanan yang berlika-liku, kami sampai di tempat yang biasa disinggahi para pendaki untuk berkemah. Nama tempat ini adalah Goa Walet. Tempat ini berada hampir sampai pada ketinggian puncak Gunung Ciremai. Tempatnya pun tidak seluas saat kami berkemah di Cigowong. Dan tempat ini sangat padat oleh para pendaki, bahkan kami membangun tenda untuk bermalam di tempat yang posisi tanahnya miring.
Hari mulai gelap, kami menyaksikan sesuatu yang berbeda, senja yang begitu indahnya. Matahari yang mulai terbenam sedikit demi sedikit, warna orange alam yang kian memudar terhapus kegelapan. Udara dingin yang mulai menyelimuti tubuh kami sehingga kami menggigil. Pemandangan yang sudah terlihat menawannya. Kami berada di atas awan, kami memandangi sunset dengan penuh kekaguman. Maasya Allah, sungguh indah ciptaan-Mu.
Sore berganti malam, senja sudah berubah menjadi gelap. Udara yang semakin dingin menusuk sampai ke tulang kami, rasa lapar mulai menyerang perut kami sejak tadi, kami pun membagi tugas untuk memasak. Sambil menunggu masak memasak selesai, kami menunaikan kewajiban kami secara bergantian, menjama’ sholat maghrib dan isya. Setelah itu kami berkumpul membuat lingkaran dan bercanda gurau bersama, tertawa kami begitu lepas. Kami memainkan permainan sederhana, sangat menyenangkan dan membuat kami menjadi semakin akrab.
Rasa lelah setelah seharian menempuh perjalanan membuat kami harus segera beristirahat, kami masuk ke dalam tenda dan tidur. Tidak heran sesekali salah satu diantara kami terbangun karena rasa dingin yang tidak tertahankan. Terkadang tenda kami pun goyang diterpa angin yang lumayan kuat. Tidur kami tidak bisa lelap seperti pertama kali berkemah di Cigowong. Jam empat subuh pun kami sudah terbangun semua, sambil menunggu waktu subuh kami sembari mengemaskan barang-barang. Karena saat matahari mulai terbit, kami akan segera melanjutkan perjalanan yang dinanti-nanti, menuju puncak Gunung Ciremai.
Pagi itu kami dibuat terkagum lagi oleh ciptaan-Nya, terutama saya. Menyaksikan pergantian gelap menjadi terang di atas ketinggian Gunung Ciremai, pertama kalinya saya melihat bayangan gunung yang berbentuk segitiga. Bahkan terlihat puncak gunung-gunung lainnya tegak berdiri. Kami masih berdiri di atas awan, langit pun terasa lebih dekat, matahari sudah menunjukan dirinya yang perlahan terbit, kami pun bersiap melanjutkan perjalanan. Tak lupa kami sarapan dengan makanan ringan seadanya.
Perjalanan menuju titik akhir puncak Gunung Ciremai ditempuh sekitar lima puluh menit dari Goa Walet, selama itu kami harus selalu berhati-hati dengan medan yang kami tempuh, karena sebagian besar yang kami pijak adalah bebatuan. Selain itu, banyaknya pendaki yang membuat lalu lintas menuju puncak sangat padat, kami harus berjalan satu persatu.
Puncak Gunung Ciremai semakin terlihat, para pendaki sudah mulai ramai mengabadikan momen ini dengan berfoto atau mengambil video. Alhamdulillah, kami telah tiba di puncaknya tepat pada tanggal 17 Agustus 2015, hari kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian kami menyaksikan adanya pengibaran bendera merah putih sepanjang 500 meter mengelilingi kawah gunung, serta menyanyikan lagu nasional kebanggaan Indonesia.
Saya begitu menikmati momen berharga ini, momen pertama kalinya mendapatkan pengalaman yang berbeda dari biasanya. Bahagia dan bersyukur kepada Allah karena telah menunjukkan betapa besar kekuasaan-Nya dan betapa indah lukisan alam-Nya. Ternyata, mentadabburi ciptaan-Nya adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Semua lelah dan letih terasa terbayar, banyak hikmah yang saya dapatkan untuk mencapai puncak Gunung Ciremai. Saya tidak mungkin bisa melupakan momen ini, dan saya mencintai negeri ini, Indonesia.
Salam rindu dari kami, Widi, Komar, Defri, Adam, Nisa, Rahmah, Hilda dan Aalaa. 😊
0 notes
Photo
Indahnya Memberi Dalam Kebersamaan Bukti Sebuah Sinergitas Tanpa Batas Polsek Talaga Polres Majalengka, Jajaran Kepolisian Sektor Talaga dengan di pimpin langsung oleh Kepala Kepolisian Sektor Talaga Ajun Komisaris Polisi Eko Susilo, SH. melaksanakan gait bakti sosial di desa Ganeas Kecamatan Talaga, Selasa (17/10/2017). Pasca kejadian kebakaran dapur milik warga cigowong desa Ganeas Kecamatan Talaga (Toyo) minggu siang kemarin 15/10/17 nampaknya mendapat respon yang positif dari muspika Talaga khususnya jajaran Kepolisian Sektor Talaga beserta Mitra Polsek Talaga yang merupakan para pengusaha dan donatur yang berada di wilayah Talaga. Adapun bahan material bangunan yang kami himpun dan serahkan kepada korban berupa Kayu dengan berbagai ukuran sesuai kebutuhan, Paku sesuai kebutuhan dan serta semen sebanyak 10 sak, alhamdulillah semua bisa kami lakukan berkat kerjasama dengan mitra polsek talaga yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat talaga yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, Jelas Ajun Komisaris Polisi Eko Susilo, SH. Setelah semua bahan material yang diperlukan terkumpul akhirnya Kami Jajaran Kepolisian Sektor Talaga, Komando Rayon Militer Talaga dan Pemerintahan Desa Ganeas Kecamatan Talaga menyerahkan kepada korban sekaligus kami ikut bergotong-royong bersama warga cigowong melakukan perbaikan dapur rumah milik pak Toyo (81), ungkap Kapolsek menambahkan. Tribratanews Talaga
0 notes
Photo
Polsek Talaga Merespon Kejadian Kebakaran di Blok Cigowong Desa Ganeas
0 notes
Text
Sempat Terisolasi, Warga di Cigudeg Bogor Dievakuasi Lewat Jembatan Bambu
Sempat Terisolasi, Warga di Cigudeg Bogor Dievakuasi Lewat Jembatan Bambu
Dailymail.co.id, Jakarta – Ribuan warga di empat kampung di Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, sempat terisolasi menyusul jembatan utama putus diterjang banjir bandang pada Rabu (1/1/2019) pagi.
Kampung yang terisolasi akibat jembatan putus adalah Kampung Ciasahan, Nanghung, Cikaret, dan Kampung Cigowong Kabupaten Bogor. Hampir 24 jam mereka tidak bisa beraktivitas akibat Jembatan…
View On WordPress
0 notes
Text
Sempat Terisolisasi, Warga di Cigudeg Bogor Dievakuasi Lewat Jembatan Bambu
Sempat Terisolisasi, Warga di Cigudeg Bogor Dievakuasi Lewat Jembatan Bambu
Dailymail.co.id, Jakarta – Ribuan warga di empat kampung di Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, sempat terisolasi menyusul jembatan utama putus diterjang banjir bandang pada Rabu (1/1/2019) pagi.
Kampung yang terisolasi akibat jembatan putus adalah Kampung Ciasahan, Nanghung, Cikaret, dan Kampung Cigowong Kabupaten Bogor. Hampir 24 jam mereka tidak bisa beraktivitas akibat Jembatan…
View On WordPress
0 notes
Text
Indahnya Memberi Dalam Kebersamaan Bukti Sebuah Sinergitas Tanpa Batas
Indahnya Memberi Dalam Kebersamaan Bukti Sebuah Sinergitas Tanpa Batas
Polsek Talaga Polres Majalengka, Jajaran Kepolisian Sektor Talaga dengan di pimpin langsung oleh Kepala Kepolisian Sektor Talaga Ajun Komisaris Polisi Eko Susilo, SH. melaksanakan gait bakti sosial di desa Ganeas Kecamatan Talaga, Selasa (17/10/2017).
Pasca kejadian kebakaran dapur milik warga cigowong desa Ganeas Kecamatan Talaga (Toyo) minggu siang kemarin 15/10/17 nampaknya mendapat respon…
View On WordPress
0 notes
Photo
http://tribratanewspolresmajalengka.com/polsek-talaga-merespon-kejadian-kebakaran-di-blok-cigowong-desa-ganeas/ Polsek Talaga Merespon Kejadian Kebakaran di Blok Cigowong Desa Ganeas Polsek Talaga Polres Majalengka, Kepala Unit Bimbingan Masyarakat Kepolisian Sektor Talaga Aiptu Yosep Kurniawan melaksanakan giat sambang ke desa Ganeas Kecamatan Talaga, Senin (16/10/2017). Aiptu Yosep Kurniawan bertatap muka dengan perangkat desa ganeas dan melakukan pembahasan masalah mengenai kejadian kebakaran di blok cigowong pada minggu siang 15/10/17, Yosep melakukan pendataan perihal kerugian yang diderita korban yang rencananya akan diberikan sumbangan berupa material bangunan oleh jajaran Muspika Talaga, selain itu ia juga menyampaikan beberapa pesan dan himbauan kamtibmas dari Kepala Kepolisian Sektor Talaga Ajun komisaris Polisi Eko Susilo, SH. terkait pemeliharaan kemananan dan ketertiban masyarakat terutama situasi kamtibmas di desa ganeas, ucap Yosep. Ditambahkan pula bahwa Kepala Kepolisian Sektor Talaga Ajun Komisaris Polisi Eko Susilo, SH. mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga yang telah berpartisipasi dalam memadamkan api yang membakar dapur milik pak Toyo, karena berkat kerja keras dan gotong royong amukan api dapat di kendalikan dan di padamkan sehingga tidak merembet terhadap bangunan disekitar tempat kejadian perkara, dan kerugian pun dapat di minimalisir dengan cepat, tambahnya Tribratanews Talaga
0 notes
Photo
Kebakaran di Duga Dari Sisa Bara Api Dalam Tungku Polsek Talaga Polres Majalengka, Anggota Kepolisian Sektor Talaga datang Tempat Kejadian Perkara kebakaran di blok Cigowong Desa Ganeas Kecamatan Talaga, Minggu (15/10/2017). Diduga dari sisa bara api dalam tungku yang masih menyala dan ditinggalkan pemiliknya sehabis memasak akhirnya dapur milik Toyo (81) warga cigowong desa ganeas kecamatan Talaga terbakar, dari keterangan sejumlah saksi Dadang (45) bahwa kepulan asap terlihat sekitar jam 11.30 wib ketika korban sedang berada di kebun, dengan sigap dadang langsung memberi tahu warga yang lain dan secara bergotong royong dan peralatan seadanya berusaha memadamkan kobaran api agar kebakaran tidak meluas ke bangunan yang lainnya, akhirnya api dapat di padamkan tidak sampai setengah jam, kata Kepala Kepolisian Sektor Talaga Ajun Komisaris Polisi Eko Susilo, SH. Anggota Kepolisian Sektor Talaga Bripka Kurnia, Brigadir Enung dan Bripda Erwin setelah mendapat laporan warga lewat telpon sekitar jam 11.35 wib langsung mendatangi Tempat Kejadian Perkara, melakukan pendataan dan mengumpulkan informasi terkait dengan kejadian tersebut, dari hasil olah TKP awal dan keterangan korban serta para saksi bahwa penyebab kebakaran diduga dari sisa bara api dalam tungku tertiup angin dan menyambar benda yang ada di sekitar tungku serta membakar benda-benda yang lainnya, kerugian materi yang di alami korban sekitar 8 (delapan) juta rupiah, beruntung tidak menimbulkan korban jiwa, pungkas Kapolsek. Tribratanews Talaga
0 notes
Text
Polsek Talaga Merespon Kejadian Kebakaran di Blok Cigowong Desa Ganeas
Polsek Talaga Merespon Kejadian Kebakaran di Blok Cigowong Desa Ganeas
Polsek Talaga Polres Majalengka, Kepala Unit Bimbingan Masyarakat Kepolisian Sektor Talaga Aiptu Yosep Kurniawan melaksanakan giat sambang ke desa Ganeas Kecamatan Talaga, Senin (16/10/2017).
Aiptu Yosep Kurniawan bertatap muka dengan perangkat desa ganeas dan melakukan pembahasan masalah mengenai kejadian kebakaran di blok cigowong pada minggu siang 15/10/17, Yosep melakukan pendataan perihal…
View On WordPress
0 notes