#ceritaketika
Explore tagged Tumblr posts
Text
Togagawa Park
Ini cerita ketika kami main ke Togagawa Park, Nada-ku, Kobe. Waktu itu hari MInggu, kami memang sudah merencanakan main membawa Q ke taman di tepian sungai tersebut. Seperti yang sudah diperkirakan, saat Q melihat sungai, langsung minta masuk. Hahaha. Padahal sudah pertengahan musim semi tapi cuaca masih agak dingin. Akhirnya Basa dan Q masuk air, main air sampai ndredeg (dan masih nggak mau keluar juga). Setelah dibujuk dengan chokore-to (coklat) akhirnya mau mentas.. bibirnya sampai biru, Nak, Nak..
Kami lanjut jalan-jalan di beton bantaran sungai. Hari itu banyak yang berkumpul untuk barbeque atau piknik. Mereka menggelar alas duduk, menyiapkan pemanggang barbeque, membawa cold box yang isinya minuman: teh, soda, bir. Ada yang membawa kursi lipat juga.. niat sekali :D Biasanya ada 2-3 orang yang datang lebih awal dan menggelar alas duduk (ngecupin tempat sebelum dipakai rombongan lain mungkin yaa), kemudian teman-temannya mulai datang dan menyiapkan peralatan, ada juga yang datang tinggal duduk dan makan ^^ Kami jalan terus ke arah hulu sampai tidak banyak orang-orang, lalu naik lagi ke taman (lho ini judulnya jalan-jalan ngelihatin orang piknik yaa, sudahlah mungkin bisa jadi ide piknik PPI).
Dari taman, kami berencana ke pasar di utara stasiun JR Maya, yang menjual sayuran murah (kalau lagi murah). Nah, itu harus jalan dulu ke utara. TIba-tiba, kami melihat stand-stand yang sepertinya menjual barang dan pakaian. Ternyata benar, itu stand baju bekas. Kami disapa nihonjin yang bercerita (dengan bahasa Inggris tentu saja bukan nihongo apalagi yang ditulis kanji) bahwa beberapa keluarga mengumpulkan baju bekas itu (salah satunya keluarganya) dan menjualnya disini. Setahu saya, nihonjin memang suka memberi barang-barang yang sudah tidak terpakai, dengan niat baik tentu saja. Tapi beberapa orang tidak suka diberi (terutama gaijin yang asing dengan kebiasaan ini), jadi mereka memilih untuk menjualnya murah. Dia pun menyarankan saya untuk mengambil beberapa baju musim dingin seperti sweater dan cardigan. Sayangnya kebetulan saya sudah dapat banyak lungsuran dari senior yang masih bagus-bagus banget jadi ngga beli.. hehehe. Kami dapat beberapa items untuk Q termasuk topi bundar gambar koala-koala, yang saat membayar agak mis-komunikasi. Karena melihat tulisan 100 yen, saya menyerahkan dua benda, dan kemudian menyerahkan dua koin 100 yen. Mbak penjualnya mengisyaratkan angka 3 dengan jarinya, terus saya berpikir, oh, 2 items ini jadi 300 yen ya? Saya pun memberikan 1 koin 100 yen lagi. Saat itu, Mbak yang tadi cerita-cerita sama kami, bilang kalau 3 barang harganya 100 yen. Uwaaaa murah banget, termurah yang pernah saya temui disini, sungguhaan. 12.000 rupiah dapat 3 items, ini seperti bazaar baju murah di baksos Indonesia ya :D Pengunjungnya juga cukup banyak, ada pasangan, ada orang-orang tua, yang yang membawa anak-anak. Selain pakaian, ada pecah belah (mangkuk, gelas, poci Jepang), dan mainan anak. Nah mainan ini 1 item harganya 10 yen. “Kore mo juu-en desu ka?” Ini juga 10 yen? tanya saya memastikan sambil mengulurkan boneka tangan berbentuk Goofy yang masih bagus. “Hai, zenbu de juu-en desu” Iya, semua 10 yen. Edyaan, kami beli 10 items deh. Hahaha. Kami kemudian duduk di kursi di taman itu, makan bekal sambil melihat-lihat. Sepertinya acara itu diatur oleh organisasi yang peduli terhadap kaum difabel. Banyak sekali orang difabel & disabilitas di sana. Duduk di kursi roda, jalan-jalan, atau mengobrol. Salah satunya bertanya kami bertiga dari mana dan meminta foto kami *aaaw. Di Jepang, keberlangsungan hidup kaum difabel dan disabilitas memang diutamakan. Bila harus menempuh tangga, tidak jauh dari sana akan ada jalan turunan/tanjakan untuk membantu orang dengan alat bantu jalan (kursi roda, kereta dorong bayi, dll). Bila ada toilet umum, hampir selalu ada toilet untuk disabilitas juga. Kaum disabilitas juga mendapat kartu tunjangan khusus, mendapat poin tambahan saat akan mendaftar perumahan publik, dan lain-lain. Fasilitas ini memungkinkan kaum disabilitas untuk hidup mandiri. Sering kami lihat mereka bisa berjalan-jalan tanpa bantuan orang lain. Sampai ngebatin, untung mereka hidup di Jepang ya. Bukan mau membandingkan tapi.. sudahlah. Memperbaiki lebih baik daripada terus membandingkan tanpa perubahan.
0 notes
Video
youtube
kami duduk bersisian pagi ini, menghadapi layar datar masing-masing, mengerjakan hal yang berbeda sambil berbagi semangkuk pepaya potong. diselingi saling bertanya, tertawa, mengintip, menimpali. siku saya tersangkut sela kursi dan ia membantu mengeluarkannya sebelum berjalan ke kamar mandi.
sudahnya ia berangkat, tugas saya selesai dan lalu menyetel video acak. seketika menemukan video ini, yang lagunya sudah puluhan kali saya dengar tapi videonya tidak pernah menyentuh ingatan. menderas.
1 note
·
View note