Tumgik
#budidayapohongaharu
dapur-asik · 1 year
Text
Pohon Gaharu Adalah Investasi Hijau Yang Menggiurkan
Tumblr media
Pohon gaharu adalah jenis tanaman kayu yang khas dan mengandung resin atau getah yang beraroma wangi. Resin gaharu dengan kualitas terbaik harganya sangat tinggi, bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah per kilogramnya. Kini, pohon gaharu mulai banyak dibudidayakan sebagai ladang investasi dengan keuntungan tinggi. Selama ini, investasi di bidang kehutanan yang lebih umum dikenal adalah menanam pohon jati emas, jati jabon, sengon atau mahoni. Hasil investasi dari jenis pohon tersebut adalah bahan kayu sebagai kebutuhan bidang properti atau perumahan. Hal ini berbeda dengan investasi di bidang pohon gaharu. Pohon gaharu lebih dikenal sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Jadi, meskipun pohon gaharu merupakan tanaman kayu hutan, namun produk yang dihasilkan bisa bermacam-macam.
Tumblr media
Semua bagian pohon gaharu ternyata bisa dimanfaatkan dan mempunyai nilai jual masing-masing. Dari mulai resin atau getahnya sebagai produk utama, juga bagian lain mulai dari batang pohon hingga daunnya. Salah satu manfaat daun pohon gaharu bisa diolah menjadi teh herbal untuk kesehatan. Sementara, resin atau getah gaharu merupakan bahan dasar dalam berbagai bidang industri. Salah satunya dalam industri parfum. Resin gaharu yang sudah disuling, biasanya berbentuk cair atau minyak digunakan sebagai bahan pengganti alkohol. Parfum yang memakai bahan dasar minyak gaharu, konon keharumannya lebih tahan lama. Selain sebagai bahan dasar parfum, minyak gaharu juga dipakai dalam berbagai keperluan. Seperti digunakan untuk ritual keagamaan, juga sebagai bahan kosmetik, produk spa dan obat-obatan kesehatan. Di negara-negara Timur Tengah, juga ada yang menjadikannya sebagai bahan mandi uap untuk kesehatan. Di samping minyak gaharu, pohon gaharu biasanya dijual dalam bentuk potongan-potongan kayu. Atau sudah diolah dalam bentuk serbuk atau powder. Kayu gaharu biasanya diolah menjadi dupa atau hio, dan banyak juga dijadikan bahan cinderamata. Dengan berbagai manfaat itulah, menjadikan pohon gaharu mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dan banyak yang menyebut pohon gaharu adalah emas hijau. Kiranya penyebutan emas hijau ini tidaklah berlebihan, mengingat harganya yang tinggi dan hampir tidak pernah turun seperti harga emas.
Pohon Gaharu Komoditas Ekspor
Tumblr media
Gaharu yang kemudian dikenal sebagai emas hijau, menurut catatan sejarah, ternyata sudah dikenal di nusantara sejak 20 abad yang lalu. Gaharu diperdagangkan ke berbagai negara seperti India, Jazirah Arab, Persia dan Afrika. Dari abad ke abad, gaharu nusantara telah diperdagangkan. Dan telah menjadikan Kepulauan Nusantara sangat terkenal di dunia sebagai penghasil utama gaharu. Hingga kini, kepulauan nusantara yang sekarang menjadi Indonesia, masih tetap dikenal sebagai pengekspor gaharu terbesar dunia. Harga gaharu yang sangat tinggi, telah menjadikannya sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia. Nilai perdagangan ekspor gaharu Indonesia dengan berbagai negara tujuan, telah menyumbangkan devisa negara hingga jutaan dollar per tahun. Tercatat pada tahun 2010 perdagangan ekspor gaharu Indonesia mampu menghasilkan devisa hingga 85,9 juta dollar. Diperkirakan akan terus mengalami kenaikan karena nilai devisa sebesar itu untuk hasil ekspor gaharu sekitar 600 ton. Sementara, permintaan pasar ekspor gaharu di dunia diperkirakan mencapai 4000 ton per tahun. Indonesia yang dikenal sebagai negara penghasil gaharu terbesar dunia, ternyata juga belum mampu untuk memenuhi pasar gaharu sebesar itu. Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 15 persen pasar dunia. Padahal, menurut para ahli kehutanan, dengan lahan hutan Indonesia yang sangat luas, potensi gaharu Indonesia diperkirakan bisa mencapai 600 ribu ton per tahunnya. Bisa dibayangkan betapa besarnya potensi lahan hutan Indonesia, dan ini baru dari pohon gaharu saja. Dengan melihat potensi pohon gaharu yang sedemikian besar, maka sekarang ini banyak pihak mulai membudidayakan pohon ini sebagai ladang investasi baru. Selain itu, pemerintah mendukung dengan berbagai program pengembangan kayu gaharu dan juga peningkatan ekspor gaharu. Di Indonesia, pohon gaharu adalah pohon yang berasal dari alam. Pohon gaharu ditebang lewat perburuan di hutan-hutan yang ada di berbagai wilayah kepulauan. Terutama hutan-hutan di Pulau Kalimantan, Papua, Sumatera, dan Pulau Nusa Tenggara. Tingginya permintaan gaharu di pasar dunia, ditambah lagi harganya yang tinggi, menjadikan aktifitas perburuan gaharu semakin tak terkendali. Sehingga ketersediaan pohon gaharu di hutan Indonesia semakin berkurang, bahkan semakin langka. Tanpa diimbangi dengan penanaman pohon-pohon gaharu yang baru. Kelangkaan ini disebabkan karena pohon gaharu baru bisa di panen secara alami ketika pohon berumur di atas 10 tahun. Bahkan gaharu kualitas terbaik hanya bisa didapatkan dari pohon yang telah berumur di atas 30 tahun. Maka, terjadilah ketidakseimbangan antara penebangan dengan penanaman pohon. Hingga akhirnya lembaga konvensi internasional CITES yang berbasis di Amerika Serikat, sekitar tahun 1994, menetapkan spesies tanaman gaharu dalam daftar yang dibatasi perdagangannya. Dan sejak saat itu, semua perdagangan gaharu di dunia harus ada izin dari CITES. Berangkat dari rasa keprihatinan berbagai pihak terhadap keberadaan pohon gaharu yang semakin langka, maka lahirlah terobosan dalam mempercepat masa panen pohon gaharu. Dan saat ini telah ditemukan teknik-teknik dalam mempersingkat usia panen pohon gaharu. Salah satu teknik tersebut dengan cara inokulasi. Yaitu dengan melobangi pohon gaharu berumur 5-6 tahun dengan cara dibor secara spiral. Kemudian dilakukan penyuntikan cendawan tertentu. Setelah disuntik, pohon dibiarkan selama satu sampai dua tahun, dan baru kemudian dilakukan pemanenan. Jadi, waktu panen bisa dipersingkat menjadi sekitar 7-8 tahun.
Gaharu, Investasi Hijau
Dengan menggunakan teknik-teknik yang mampu mempersingkat masa panen, maka nilai ekonomis dalam budidaya pohon gaharu bisa ditingkatkan. Dari sebelumnya yang membutuhkan waktu puluhan tahun menjadi hanya sekitar delapan tahunan. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya yang perlu dikeluarkan dalam merawat pohon gaharu. Dan hasilnya sekarang budidaya pohon gaharu termasuk sangat menguntungkan. Dan layak dijadikan lahan investasi baru. Sebagai gambaran, kayu gaharu kualitas ekspor, pada tahun 2011 mampu dijual dengan harga Rp 10 juta perkilogram. Bahkan untuk jenis kualitas tertinggi mencapai harga Rp 150 juta per kilogram, seperti gaharu dari daerah Kalimantan Timur. Dalam setiap pohon gaharu, bisa didapatkan hasil panen 1-2 kg gubal atau getah gaharu. Jadi, dengan menjual getahnya saja sudah bisa didapatkan Rp 10-20 juta per pohon. Belum ditambah olahan batang kayu gaharu yang juga bernilai tinggi. Per pohon gaharu bahkan bisa mencapai 20 kg. Padahal, biaya awal yang diperlukan untuk menanam pohon gaharu relatif murah. Untuk membeli bibitnya  sekarang bisa bervariasi harganya. Bergantung jenis pohon dan umur tumbuh bibitnya. Dan setiap daerah biasanya juga berbeda harganya. Ada yang dijual hanya seharga Rp.1700 per batang, dan ada juga seharga Rp 50.000 per batang. Sedangkan biaya selain pembelian bibit, selama masa tanam ada biaya perawatan termasuk biaya pemupukan, dan ada biaya perlakuan atau penyuntikan pohon untuk mendapatkan gubal gaharu. Dengan potensi besar yang bisa didapatkan, maka saat ini budidaya pohon gaharu mulai banyak diminati masyarakat. Di daerah-daerah seperti Bogor, Bangka Belitung, Lampung, Sukabumi dan NTT kini telah dikembangkan penanaman pohon gaharu. Selain potensi besar ekonomi sebagai tujuan utama, pohon gaharu juga bisa sebagai sarana untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dengan budidaya pohon gaharu yang masa panennya delapan tahun, juga bisa berpeluang untuk menjaga kelestarian alam. Selain itu juga bisa untuk menekan pemanasan global. Dengan potensi ekonomi yang tinggi, dan juga potensi pelestarian alam yang besar manfaatnya, maka layaklah sebutan pohon gaharu adalah investasi emas hijau yang sangat menggiurkan. Read the full article
0 notes