#belajar piano lagu
Explore tagged Tumblr posts
Text
FOUREVER
Seperti judul, tulisan ini akan membahas lagu-lagu di album terbarunya my husband DAY6. Bagi yg tidak berminat bisa langsung di scroll kenceng aja ke atas 😂 karena akan bertabur kebucinan dan ke-cringe-an yg membuat eww 👍
Dimulai dari lagu utamanya, yg mana juga ada MV-nya, Welcome to The Show. Tipe-tipe sing-along song banget apalagi pas dibawain di konser. Juga tipe lagu yg langsung nemplok di otak once you listen to it (lagu daesik mana yg gak nempel hellow?). Liriknya dibuka dengan "I'm so moved by the stage, that I won't be alone any longer.". Yap, YoungK banget udah ini yg nulis. Betapa senangnya dia bisa balik nge-band lagi, nyanyi bareng bocah-bocah lagi karena selama masa hiatus kemaren he was going solo to every show. Wonpil juga ada proyek covering lagu. Dowun mungkin latihan vokal ya, karena sempet ngeluarin lagu duet bareng penyanyi cewek. Sungjin sibuk manjangin rambut 😂Eeem mungkin beliau ngasah skill gitar elektrik ya, karena dulu kan megang gitar akustik dan Jae yang megang elektrik. Karena Jae my beloved human udah bersolo karir, Sungjin dah tu yang mengisi posisi gitar elektrik sekarang.
Naaah menurut selera musik gw, lagu ini tu easy-listening, tapi kayak belum Day6 banget. Masih normal, masih familiar dan cenderung ngikutin pasar. Ya allah maap maap kita bukan expert di bagian musik yak, ini mah sepenilaian aing aja yg memang sotoy ✌ Untuk tau the real Day6 tu harus kudu wajib nyelamin B-side mereka gengs. Dari pengalaman gw, lagu-lagu B-side mereka lah yg bikin gw jadi My Day. Soooo kita lanjut ke next song~
Urutan kedua judulnya The Power of Love. Langsung inget lagunya Celine Dion gak tuuu CAUSE I'M YOOURR LAAAAAAYDEEEEEE~~ AND YUWA MA MEEEEEEN~~ Tapi yang versi daesik ini musiknya nge-beat wkwkw bikin lu ngangguk-ngangguk cem anjing dashboard. Vibe-nya ceria, energetik, full of positivity. Line yg ear-catching itu pas bagian reff "You need the power of love, power of love..." Yaa, as you can guess, lagunya berkisah tentang lu tu butuh kekuatan cinta dalam menjalani hidup, gak ada yg gak mungkin kalo kita belajar mencintai hidup. Gitu gitu lah, dengan kata-kata magisnya YoungK. Bisa banget dengerin lagu ini pas lagi butuh disemangatin, pas mau bangkit lagi tapi you got no friends around. Biarin lagu ini jadi temen lu 👍
Next lagu ini udah pernah gw singgung sedikit di post sebelumnya. Lagu yg wajib gw curigain karena tidak se-happy musiknya atau se-happy judulnya. Iyak the title is Happy. Daaaaan kecurigaan gw terbukti. AMBYAAAAARRR 😭😭😭 Ini lagu kedua terbanyak yg gw sumpah serapahi karena GILE LU YANGKE BIKIN LAGU LIRIKNYA KEK BANGKE??? Meski belum nemu ya yg nulis lirik lagu ini tu siapa tapiiii biasanya si YoungK yg paling banyak kontribusi ke lirik dari semua lagu mereka. Padahal ini tempo beat nya lebih cepat dari The Power of Love tapi tapi tapi, desperate banget heran??? Line yg terngiang-ngiang di otak gw tu pas Sungjin nyanyi "Will there be such a day? The day when I find my dream. The day when I'm so happy I could scream at the sky." Trus reff nya yang seolah-olah bilang "Boleh gak sih gue bahagia? Senyum, ketawa, gak perlu khawatir. Please help me, gue cuma terduduk diam dan rasanya pengen nangis. Plis bilang kalo gue boleh bahagia." Selama reff itu ada harmoni piano yg bikin lu makin tersayat-sayat.
Ah skip. Alert banget lagu ini. Cocok buat yg mau tumpah sekebon karena merasa useless, diam di tempat, gak berhak bahagia, dll. Tapi abis itu udah yak, dengerin The Power of Love biar semangat lagi. Atau For Me boleh juga tu, lagu lama mereka. Tentang embracing yourself biar bisa strong lagi 😉
NEEEXT kita move on dari yg sedih-sedih padahal judulnya happy. Eh bentaaaaar. Judul Happy itu jadi semacam topeng gak sih? Manusia kan topengnya begitu ya, di luar tampak senyum, fine, ketawa, eh dalemnya kapal titanic??? Wah jenius sih. Parah daeziiikkk
NEEEEXT beneran next kita ke yg judulnya Get The Hell Out. This one is the real rock vibe, yang dari liriknya pun juga gak ada yg mencurigakan kek tadi. Sumpah ya, lagu-lagu day6 yg begini tu ngingetin sama MCR sih, nyatu banget vibe-nyaaa. Reff nya nagih, sumpah. Mana dinyanyiin Sungjin lagi, bahasa inggris pula 👏👏👏 "How nice this world could be to me... kalo aja orang ini ni TENGGELAM ke inti Bumi wuahahaha." Wkwkwk ya emang begitu gaes, ceritanya tentang kebencian mendalam ke seseorang (yg mungkin mantan) sampe yauda sih lu ke laut aje sana jadi bangke duyung, jangan ganggu hidup gw lagi. Begitu. Asik sih tetep lagunya.
NEXT ya allah gw nulis begini aja sampe satu jam-an. Kita kasih part 2 yak kalo rame ehe. Mimin belum mandi juga ini. Insyaallah abis magrib kita lanjut yaa~ masih ada lagu yg bikin geleng-geleng soalnya ckck.
22 notes
·
View notes
Text
Udah setahunan ini bareng Daffa di rantauan.
Masih dengan seorang diri yang berkutit dengan stase koas nanggung ini. Takut ga fokus kalau kerja yang lain-lain, tapi juga banyakan gabut karna stase yang tersisa tinggal sedikit.
Udah coba ngegym di tempat gym yang sesuai budget, tapi ga nyaman dengan ownernya yang cenderung lebih perhatian dengan kaum mata sipit.
Udah coba belajar lagu baru untuk skill piano nanggungku ini, tapi endingnya justru bosen sendiri karna ga ada apresiasi.
Satu-satunya yang aku punya cuma Daffa disini. Tapi ternyata dia bukan orang yang juga bisa mengerti. Terlalu banyak perbedaan pendapat, logika yang beda, serta titik temu yang endingnya selalu condong ke penyelesaian menurut versinya.
Kadang aku bertanya-tanya,
Kalau definisi jodoh seperti ini, apakah ini artinya memang harus banyak yang perlu diperbaiki dan dimaklumi?
Aku capek.
Bagiku definisi cinta bukan sekedar masalah mesra, dan berdiam diri menatap layar hp masing-masing. Bukan tentang hubungan transaksional sebagai tempat pinjaman keuangan yang paling aman, atau sebuah angkutan bersubsidi. Cinta menurutku adalah mendengarkan keluh kesah satu sama lain, menjadi yang khawatir saat salah satu ada yang sakit, mau merubah diri menjadi lebih baik, dan sumber kata maaf yang tiada henti.
Daf, aku menghargai kesetiaanmu, tapi tidak dengan sikapmu dalam menghadapi sebuah masalah.
Aku gatau apakah proses memahamimu akan berjalan lancar sampai garis finish atau tidak,
Jika tidak, aku berharap aku bisa ingat apa yang kutulis hari ini, sebagai pelipur sedihku bahwa rasa sakitku hari ini memang sepadan dengan apa yang harus terjadi.
Jika iya, aku berharap saat waktu itu tiba kamu sudah bukan seperti orang yang saat ini aku pahami.
9 notes
·
View notes
Text
Sonorous Allure.
Tahun 1997, ketika negara Bambu berada dalam masa-masa yang terombang-ambing di antara ketenangan dan kericuhan, ada keluarga kecil yang tengah menghabiskan waktu bersama. Keluarga kecil itu tengah bersantai di ruang tengah, dengan sang ibu yang membawa anaknya dalam gendongan, dan sang ayah yang tengah tersenyum sembari bermain dengan buah hati.
Ketiganya tertawa bersama, menunjukkan seberapa harmonisnya keluarga. Dengan perlahan, sang ibu menurunkan anak laki-lakinya, lalu membawanya dalam pangkuan.
“锟,你真的长得那���快!” itu dari sang ayah. Dengan arti, ‘Kun, kau tumbuh besar cepat sekali!’. Anak yang bernama Kun itu tertawa lebar, menatap sang ayah dan ibu bergantian.
“因为妈妈和爸爸很好的照顾我!” jawab Kun kecil sembari tertawa dan merentangan tangannya. Yang dengan arti, ‘Karena mama dan papa menjagaku dengan baik!’.
Ketiganya kembali tertawa dengan bahagia. Anak lelaki pertama mereka benar-benar bermulut manis. Entah dari siapa ia belajar—yang pasti, sang ibu memicing tatapan ke arah sang ayah. Curiga, bahwa ayahnya yang mengajarkan Kun untuk pintar menabur gula dalam ucapannya.
Kedua orang tua Kun pun mengecup pucuk kepalanya bergantian, sebelum memberikan anak lelaki mereka waktu untuk sendiri. Sang Ayah, Zhou Bi, bersama sang ibu, Sarah, berjalan menuju instrumen besar dalam ruangan itu—piano. Mereka pun duduk bersama, dengan Zhou Bi yang membuka penutup tuts piano.
Obsidian Sarah berbinar. Ia begitu menyukai suaminya bermain piano, dan akan selalu menjadi penggemar nomor satu. Memang, Zhou Bi dikenal sebagai seorang musisi yang baik dan cemerlang di China, dan sering mendapat penghargaan yang terpajang di ruang kerja. Sarah selalu bahagia ketika Zhou Bi menekan tuts-tuts hitam-putih dengan jemari lentik dan wajah menghayati.
周杰伦—可爱女人 is playing …
Melodi demi melodi dilantunkan, dan ruangan penuh dengan musik yang menenangkan. Tentu saja, Zhou Bi menyanyikan lagu dari salah satu seniornya, Jay Zhou. Keluarga Qian memang menyukai penyanyi legenda tersebut, bahkan Zhou Bi sendiri mengkoleksi seluruh album, musik, dan lainnya yang berhubungan dengan Jay Zhou.
Sarah yang mengetahui apa yang dilantunkan Zhou Bi langsung tersipu. Ia pun tersenyum malu-malu, dan bersamaan dengan itu, mereka pun bernyanyi bersama.
Kun yang tengah sibuk membaca buku pun mulai kehilangan fokus. Ia mendongkakkan kepala, menatap kedua orang tuanya yang tengah memadu romansa. Senyumnya merekah, telinganya mendengar lantunan piano, dan kepalanya bergerak mengikuti tempo.
Ketika Zhou Bi berhenti menekan tuts, Kun langsung berlari menuju sang ayah, menarik-narik bajunya. Matanya berbinar, mulutnya merekah lebar.
“爸爸,我要学这个!爸爸教我吧!”
Dengan semangat, Kun berkata,
“Baba, aku mau belajar ini! Baba ajari aku!”
Dari sanalah, Kun diajarkan untuk bermain piano, mengenal semua hal tentang musik, bahkan diajarkan oleh Zhou Bi sendiri tentang cara membuat musik sendiri. Semua ilmunya ia turunkan kepada sang anak tanpa sisa. Begitupula Sarah yang mendukung sang anak sepenuhnya. Semenjak itu, Kun tumbuh menjadi seseorang yang begitu peka dengan musik, dan selalu bersama dengan musik.
Qian Kun, 4 years old. (1997)
0 notes
Text
“Podcast: Two Sides of a Coin with Dahlia Nekhbet.”
Ocean: "Haiii everyone! Welcome back to Two Sides of a Coin! I'm Ocean..."
Lia: "...and I'm Lia!"
Ocean: "Dan hari ini kita bakal ngobrol santai tentang kreativitas nih. Btw, cuaca hari ini cerah banget ya Kak, cocok buat ngomongin hal-hal yang bright and positive!"
Lia: "Iya bener banget! Perfect timing sih buat diskusi yang fun-fun kayak gini."
Ocean: "Nah, hari ini kita bakal bahas tentang how we express ourselves through creativity. Kak Lia, aku penasaran deh, hal kreatif apa sih yang menurut Kakak tuh 'so you banget'?"
Lia: "Hmm, apa ya? Mungkin aku suka bercerita dan menulis kali ya. Baik untuk menulis segala hal yang aku sedang rasakan atau alami, ataupun menulis dan bercerita untuk menghasilkan sebuah karya. Mungkin, karena aku juga suka bercerita ke orang lain, hal ini juga menjadikan ku sebagai pribadi yang dapat mendengar dengan baik semua cerita teman-teman ku. Untuk bagaimana cara aku mengekspresikan karya seni yang mencerminkan diri aku sendiri, aku juga masih menerapkan proses 'bercerita' tadi. Bercerita tentang bagaimana aku melihat dunia lewat berbagai laguku, atau bercerita bagaimana imej yang ingin aku tampilkan, misal dengan gaun putih saat manggung... hehe kurang lebih seperti itu sih. Kalau kamu gimana, Ocean? Share dong!"
Ocean: "Apa ya... hal kreatif yang paling 'aku banget' itu ketika aku bisa bikin orang lain ketawa dan ikut bahagia dari hal-hal sederhana. Misalnya, aku suka banget bikin jokes aneh yang kadang bikin orang geleng-geleng kepala. Atau enggak, aku bikin postingan lucu yang bisa bikin siapapun yang baca jadi sedikit senyum. Rasanya itu fulfilling banget kalau aku berhasil buat orang yang tadinya murung atau capek, tiba-tiba bisa tersenyum gara-gara tingkah atau omongan randomku! Buat aku, kreativitas itu nggak harus selalu serius atau complicated. Justru kemampuan untuk bikin orang ketawa dan nyaman itu adalah seni tersendiri. Apalagi di jaman yang stressful kayak sekarang, menurutku membawa energi positif itu juga bentuk kreativitas yang meaningful. Kurang lebih kayak gitu siiih. By the way, speaking of creative stuff nih Kak, aku jadi penasaran - skill atau hobi baru apa yang Kakak pengen explore lebih dalam?"
Lia: "Pertanyaan menarik! Pertama aku ingin jago masak, I do love eating makanya aku ingin jago masak supaya bisa eksplor berbagai makanan yang belum pernah aku buat atau makan. Could be fun juga berjam-jam di dapur untuk aku si anak yang cuma bisa bikin mie instant! Haha! Kalau untuk dalam ruang lingkup hal kreatif, aku pingin banget mahir dalam menggunakan alat musik, apapun itu. Aku mau proses menulis lagu ku beriringan dengan bagaimana aku menciptakan aransemen nya sendiri... ingin sih tapi aku yakin itu ngga mudah, perlu banyak waktu dan ketekunan, wish me luck! What about you, Ocean?"
Ocean: "Sebenernya aku tuh tipe orang yang excited banget buat belajar hal-hal baru! semangat Yang paling utama sih aku pengen ningkatin skill-skill performing art yang udah aku punya. Jadi pengen lebih jago main piano, improvisasi vokal biar teknik nyanyiku makin bagus, sama ngasah skill dance biar gerakanku bisa lebih clean dan powerful. Oh, dan yang bikin aku super excited - aku lagi pengen banget cobain paragliding! Bayangin bisa terbang bebas di langit sambil nikmatin pemandangan dari atas... Kayaknya bakal jadi pengalaman yang mind-blowing banget. Aku percaya learning journey itu nggak ada habisnya. Setiap skill baru yang kita pelajari tuh bisa buka perspektif dan pengalaman baru yang bikin hidup makin colorful! Speaking of which nih Kak, gimana sih cara Kakak ngadepin tantangan-tantangan yang muncul dalam proses belajar atau berkarya?"
Lia: "Jujur, memang agak susah sih kalau lagi ada di tahap stuck atau ngga tau harus ngapain, ditambah aku juga tuh super bosenan anaknya. Kadang kalau lagi semangat banget bisa jadi perfeksionis, tapi kalau lagi stuck bisa ngga ngapa-ngapain seharian. Untuk tantangan kaya gitu tuh aku selalu kuatin diri aku sendiri dan baca mantra dalam hati... mantra ku adalah 'ayo inget kamu udah di titik ini, liat proses kamu sebelumnya'. Dengan ucap mantra itu berkali-kali, aku berusaha banget buat yakinin diri aku kalau memang aku harus terus maju kedepan. Kalau kamu gimana, Ocean?"
Ocean: "I love that mantra, Kak! Kalo dari pengalamanku, cara aku ngadepin tantangan itu dengan mindset 'it's okay to not be okay'. Maksudnya gini, misal dalam proses belajar piano, nyanyi, atau dance, pasti ada aja momen dimana aku ngerasa stuck atau nggak berkembang. Tapi justru di saat-saat kayak gitu, aku selalu ingetin diri bahwa proses belajar itu nggak selalu linear. Yang penting itu konsistensi dan tetep have fun sama prosesnya! Intinya, setiap tantangan itu aku jadiin pembelajaran. Dan yang paling penting, aku selalu berusaha keep the vibe - karena dengan tetep positive dan enjoy the journey, somehow tantangan itu berasa lebih ringan dilaluinya!"
Lia: "I truly enjoyed our chat today! Rasanya time flies banget ya kalau udah ngobrol tentang passion."
Ocean: "Bener banget Kak! Dan sepertinya kita udah harus wrap up episode kali ini nih. Thank you ya Kak Lia udah sharing pengalaman dan wisdom-nya!"
Lia: "Thank you juga Ocean! Dan buat temen-temen yang udah dengerin sampe sini..."
Ocean & Lia: "See you next week! Bye everyone~"
[Sound effect outro mengalun]
0 notes
Text
Game Musik yang Mengasah Kreativitas
Melalui situs game resmi, pemain dapat menemukan berbagai judul game musik yang menarik serta menghadirkan tantangan unik dalam mengasah kreativitas dan ketangkasan. Game musik telah menjadi genre yang digemari karena menggabungkan elemen hiburan dan pelatihan keterampilan ritmis, memungkinkan pemain untuk merasakan pengalaman musikal tanpa perlu alat musik sungguhan. Tidak hanya untuk bersenang-senang, game musik juga membantu meningkatkan kemampuan koordinasi, konsentrasi, dan kreativitas pemain. Baik untuk pemula yang hanya ingin mencoba ataupun bagi penggemar musik yang ingin lebih serius dalam bermain ritme, game musik menawarkan beragam pilihan untuk segala kalangan.
Mengapa Game Musik Menarik?
Game musik menarik karena mereka memungkinkan pemain untuk mengekspresikan diri secara kreatif sambil mengikuti irama yang menarik. Judul-judul populer seperti Guitar Hero, Beat Saber, dan Dance Dance Revolution mengajak pemain untuk mengikuti alunan musik sambil menekan tombol atau mengikuti gerakan yang sesuai dengan ketukan lagu. Ini menggabungkan elemen fisik dengan aspek musikal, menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan interaktif. Dalam Beat Saber, misalnya, pemain menggunakan kontroler untuk “memotong” kotak yang datang sesuai dengan irama lagu, sambil menghindari rintangan yang ada. Ini membuat pemain seolah menjadi bagian dari musik, memungkinkan kreativitas mereka tersalurkan lewat gerakan.
Mengembangkan Keterampilan Musik dan Ritme
Bermain game musik ternyata bisa melatih keterampilan ritme dan bahkan mengasah kemampuan dasar dalam bermusik. Banyak dari game ini melibatkan pemahaman tentang tempo, nada, dan harmoni dasar, yang semuanya dapat memperkaya pengetahuan musikal pemain. Game seperti Piano Tiles dan Deemo memberikan pengalaman layaknya bermain piano sungguhan, sehingga pemain dapat merasakan langsung bagaimana nada dan tempo berperan dalam menciptakan melodi. Ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bisa menjadi sarana belajar yang efektif, terutama bagi anak-anak atau pemula yang baru mengenal musik.
Kreativitas dalam Permainan Musik
Selain kemampuan ritmis, game musik juga memberikan ruang bagi kreativitas. Game seperti osu! dan Muse Dash memiliki komunitas besar yang memungkinkan pemain untuk membuat dan berbagi level serta lagu-lagu mereka sendiri. Ini memberikan kebebasan bagi pemain untuk menyesuaikan pengalaman bermain mereka, menciptakan tantangan baru, dan mengekspresikan kreativitas secara bebas. Bahkan, beberapa game musik modern memiliki mode kreatif, di mana pemain dapat menyusun lagu mereka sendiri atau menyesuaikan gameplay agar sesuai dengan selera musikal masing-masing.
Pengalaman Multiplayer yang Menarik
Game musik juga semakin menarik berkat fitur multiplayer yang memungkinkan pemain berkompetisi atau berkolaborasi dengan pemain lain secara online. Dalam Just Dance, misalnya, pemain dapat bergabung dalam tantangan tarian global dan berkompetisi dengan pemain dari berbagai belahan dunia. Kompetisi ini tidak hanya meningkatkan motivasi, tetapi juga memungkinkan pemain untuk melihat sejauh mana kemampuan mereka dalam mengekspresikan diri melalui musik dibandingkan dengan orang lain. Melalui fitur ini, game musik menjadi platform interaktif yang juga mempererat hubungan sosial melalui seni musik dan gerakan.
Kesimpulan
Situs game resmi adalah tempat terbaik untuk mendapatkan informasi lengkap dan pilihan terbaik dari game musik yang beragam. Game musik memang lebih dari sekadar hiburan; mereka menawarkan cara yang menyenangkan untuk melatih koordinasi, kreativitas, dan keterampilan musik. Dengan pilihan permainan yang terus berkembang, baik dalam mode tunggal maupun multiplayer, genre ini terus menginspirasi pemain dari berbagai usia dan latar belakang untuk menjelajahi dunia musik secara interaktif. Game musik bukan hanya sekadar permainan, melainkan cara baru untuk mengeksplorasi dan menikmati musik sambil meningkatkan keterampilan dan kreativitas.
0 notes
Text
Mimpi #2
Pengen jadi musisi.
Waktu SD gue punya impian pengen jadi musisi. Karena saat itu gue suka banget sama musik, dan kayanya bakat gue emang disana. Dari SD gue udah nyobain nge-band sama temen-temen gue. Kata ibu gue, karena nggak jelas namanya jadi band morat-marit (ben morat-marit a.k.a biar acak-acakan) hahaha. Ternyata bener dah tu, morat-marit beneran.
Gue ngefans banget lah pada saat itu sama T.R.I.A.D, dan band-band lainnya. Genre rock, pop, jazz, bahkan semua genre gua dengerin. Gue suka banget nyanyi, karena dari kecil emang suka nyanyi. Kata ibu gue, dulu pas masih kecil gue hafal banyak lagu anak-anak gitu. Setiap mau berangkat sekolah selalu dengerin radio yang isinya lagu anak-anak (pas masih TK), sampe SD berlalu gue makin suka lagu band gitu. Sesuka itu, gue sering nyanyi, kebetulan lingkungan mendukung. Semua suka musik. Orang tua gue juga suka, bahkan dulu sering karaokean tuh ayah dan ibu gue. Ayah gue pun belikan gue alat-alat musik, mulai dari piano, gitar, mic, sampe disediakan satu ruangan karaoke di rumah yang isinya berbagai kaset karaoke, sound-system, alat-alat musik, dan perlengkapan tempur lainnya.
Gue juga punya teman-teman yang satu minat, bahkan tetangga gue udah jadi bestie sekaligus guru gue buat main gitar dan nyanyi. Karena dia memang anak band yang udah lumayan serius dan sering tampil bahkan udah sempet produksi lagu rekaman. Di samping itu, gue juga suka bikin lagu sendiri, dengan nada yang diciptakan sendiri. Kalo gue seriusin itu, gue yakin banget kalau sekarang ini gue udah jadi musisi. Wkwkwk se-yakin itu, kalau kehidupan gue saat itu nggak berubah. Orangtua gue mendukung, lingkungan mendukung, bahkan dulu sempet punya usaha 'orgen' yang tiap malam minggu latihan di rumah dan suaranya sampe se-kampung denger kali ya. Wkwkwk. Jadi, nggak heran kalau impian gue pengen jadi musisi, kan? Dari latar belakang yang seperti itu.
Kenapa musnah?
Singkat cerita pas masuk SMP, gue memutuskan untuk berhijab. Entah gue nggak tau kenapa kaya tiba-tiba aja gitu pengen mantap dalam berhijab (dapet hidayah kali ya wkwk). Walaupun hijabnya belum syar'i, tapi gue yakin banget buat memutuskan berhijab seumur hidup dari situ. Sebelum gue tau kalau hijab itu wajib (saat itu gue nggak tau). Orang tua gue ya netral aja. Gue mau berhijab atau enggak ya silahkan. Tapi, setiap keputusan gue didukung, alhamdulillah.
ROHIS ternyata mengubah impian gue.
Sekitar kelas 8 gue diajak sama bestie gue saat itu yang mana dia anak Rohis (dia ketuanya btw). Ya gue sih mau-mau aja. Segala sesuatu yang menurut gue positif, gue selalu mau oke gass. Disitu gue ketemu sama kakak-kakak mahasiswa/i yang maa syaa Allah, adem banget dah dilihatnya. Kami belajar Islam dari organisasi ini, sedikit demi sedikit. Sampe akhirnya gue tau kalo hijab itu hukumnya wajib. Disitu gue makin mantap dong untuk berhijab. Gue belajar juga dari kakak-kakak itu gimana cara pakai hijab yang benar (syar'i). Sedikit demi sedikit gue belajar Islam, akhirnya impian gue berubah. Gue gak mau lagi jadi musisi. Gue pengen jadi penghafal al-Qur'an aja.
Karena ambisi bukan lagi tentang dunia, dan saat itu gue ngerasa banyak dosa. Se-simpel gue bermimpi setelah lulus SMP gue masuk pondok pesantren, lalu hafal 30 juz, bisa Bahasa Arab, dan kuliah di Madinah. Se-pendek itu pemikiran gue saat itu hahaa.
Kenapa Madinah? Karena biar deket sama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Udah mulai sangat religius, bukan?
Lalu bagaimana orang tua gue? Mereka pun mendukung apapun keputusan gue. Entah karena gue yang keras kepala atau mereka yang memang selalu support gue saat itu, ya hahaha.
Pesantren juga berperan mengubah keputusan gue.
Gue memutuskan lanjut SMA di Pondok Pesantren. Rasanya gue dapet angin segar, dari sanalah gue belajar Islam more and more. Gue seneng banget, gue belajar hijrah. Gue kenal orang-orang baru yang positif. Dari sinilah gue dapet informasi lain seputar pendidikan yang itu pun mengubah impian gue dan keputusan gue.
Ketika tau fakta bahwa di Madinah sulit bagi perempuan yang nggak ada mahrom, maka gue menjadikan Mesir (Al-Azhar) sebagai opsi lain. Kali ini, ketika gue menunjukkan ke orang tua gue tentang ini, mereka mulai khawatir rasanya, mulai tidak menunjukkan support-nya. Hehehe. Mereka memberatkan gue, tapi tetap mengizinkan gue untuk mencoba, sampai akhirnya gue ikut tes daftar ke Al-Azhar, berangkat sendiri ke Jakarta, naik bus sendiri, cari penginapan sendiri, sampai pulang sendiri.
Beberapa bulan sebelumnya, gue juga ikut tes di LIPIA, bareng temen-temen gue. Karena LIPIA juga salah satu opsi gue kalau nggak bisa ke luar negeri. Akhirnya, gue nggak keterima baik di LIPIA maupun Al-Azhar. Gue pun daftar ke Al-Ahghaff (Yaman), dan pas mau berangkat tes langsung ditolak sama ayah gue. Hehehe. Disinilah gue ngerasa bener-bener gak disupport lagi.
*Bersambung...
0 notes
Text
1. Genre musik favorite aku adalah R&B, K-Ballad, Pop, Rock dan EDM. Genre yang aku sebut cukup diverse, ya, karena aku memang bukan tipe yang stuck dengan satu genre aja dan mostly lagu-lagu yang aku dengar juga beragam genrenya! Kenapa, karena dari sini aku jadi bisa eksplor berbagai macam genre yang bisa aku aplikasikan ke musikku. Tapi kalau aku sendiri, lebih produksi lagu-lagu dengan genre R&B!
2. Untuk alat musik yang aku kuasai sejak kecil adalah piano. Mengingat bahwa Eomma aku adalah pianist, jadi mau tidak mau aku juga harus bisa! Sejak umur 5 tahun Eomma sudah bantu aku untuk belajar bermain piano. Tapi sejujurnya, aku lebih suka dengan gitar! Aku mulai bisa bermain gitar sekitar umur 12 tahun.
3. Lagu-lagu favorite aku sesuai genre yang aku sebut tuh ini,
Dari genre R&B favorite aku adalah lagu ini. Menurut aku, despite lagunya yang punya makna yang cukup dalam, tapi balutan nadanya yang easy listening selalu enak didengerin pagi-pagi waktu lagi di perjalanan berangkat ke tempat kerja, atau waktu lagi beberes rumah!
Dari genre K-Ballad favorite aku adalah lagu ini. Sumpah, ya, nggak lagi galau pun waktu dengerin lagu ini jadi ketularan galaunya. Apalagi lagu ini punya makna yang pedih banget real no fake nggak pernah nggak bengong dalam kesedihan tiap habis dengerin lagu ini.
Kalau dari genre EDM, lagu ini masih pegang juara teratas. Dengerin aja biar tau maksud aku ya. Menurut aku juga tipe lagu kayak gini cukup jadi stress reliever, karena tiap dengerin bikin kepala goyang-goyang tapi nggak pusing gitu.
0 notes
Text
Ini Nih, Musik yang Sering Aku Dengerin Waktu Ngerjain Tugas. Cobain Deh!
Aku suka banget dengerin musik waktu ngerjain tugas. Awalnya sih engga gitu suka karena yah, aku ngerasanya jadi kurang fokus ke tugas dan malah asik dengan musik yang lagi kuputar. Tapi seiring bertambahnya usia dan berjalannya waktu, aku jadi sering banget mutar musik waktu lagi nugas.
Awalnya sih iseng aja karena sepi banget rasanya. Secara kan aku nugas malem banget dan orang rumah udah pada tidur. Tugas yang bikin pusing dan seolah beranak pinak ini juga menguras tenaga sehingga bikin aku ngerasa butuh healing sedikit.
Tapi karena deadline udah di depan mata, ya mau ga mau harus cepetan dikelarin dong! Tapi gimana biar nugasnya kerasa asik dan ngga jenuh? Aku coba deh dengerin musik. Hmm...ternyata lama-lama asik juga ya. Aku bisa beristirahat beberapa detik dengan menyanyikan beberapa bait lagu sambil terus mengerjakan tugasku. Ini nih, list musik yang aku putar waktu lagi ngerjain tugas.
DMEANOR-The Moment
Pernah nggak sih kalian pertama kali dengerin lagu terus suka banget sampai diputer hampir sehari bisa nyampe 10 kali atau lebih? Ini aku banget sih, guys. Pertama kali aku dengerin lagu ini tuh karena nonton drama special berjudul "If We were a Season". Seketika aku langsung jatuh cinta!. Aku suka banget sama lagu yang suara penyanyinya alus banget dan diiringi instrumen piano. Pokoknya buat kalian yang suka lagu iringan piano, ini cocok sih!
BTS-GO GO
Yolo yolo yolo yo! Yolo yolo yolo yo! Siapa sih fans BTS yang gatau lagu ini? Asik banget, coy! Pertama kali denger lagu ini pas mereka perform di M Countdown dan musiknya yang unik bikin aku tercandu-candu banget. Nugas pake lagu ini? Beuh, udah berasa party pokoknya sik lah dan tentunya bikin nggak ngantuk!
iKON-Best Friend
iKON gapernah gagal si bikin lagu asik. Ada love scenario sama killing me yang terkenal. Tapi aku lebih suka lagu ini sih. Asik aja jedag jedugnya tuh nggak brutal dan ada hawa alusnya gitu gais. Kalau diputer waktu study tour asik si. Buat nugas apalagi. Suka banget lah pokoknya!
Taylor Switf-22
Aku suka lagu ini sejak kelas 11. Waktu itu lagi hectic les dan tugas sekolah. Nyicil belajar buat SBMPTN juga makanya tiap hari yang ditemui cuma buku dan soal. Waktu itu masih 16 tahun tapi lagu ini rasanya enak banget di dengerin. Apalagi suaranya mba Taylor tuh kaya estetik gitu. SUkak banget lah pokoknya!
Kelly Clarkson - Catch My Breath
tai Alex Goot and friends ngga? Dulu tuh mereka suka cover lagu-lagu gitu gais. Awalnya aku dengerin yang one more night danasik banget. Sampe aku dulu hafal banget sama liriknya. Dari video itu aku tau salah satu temen ceweknya cantik dan punya suara bagus banget. Ternyaat dia punya channel youtube sendiri dan suka cover juga sama bandnya dia sendiri. lagu ini yang pertama aku dengerin dari video youtube nya. Langsung nyantol dan suka. Hampir tiap nugas selalu muter lagu ini karena asik!
Itu dulu aja kali ya yang aku share. Sebenernya masih banyak gais, tapi waktu kuliah aku lebih suka dengerin lagu yang instrumen aja atau cuma suara kaya hujan gluduk gitu. Sekian! Lovee
#lagu#song#song for study#DMEANOR#ikon#taylor swift#kelly clarkson#bts#22#the moment#catch my breath#best friends#go go
0 notes
Text
COLDPLAY BENER-BENER JENIUS
Halooo teman-teman blog ku, sudah lama ya gak nulis disini. Haha. Apa kabarrr?! *sambil jenggut rambut. Semoga semua dalam keadaan sehat selalu ya. Oiya, tulisan kali ini cukup special karena kali ini gua lagi ngikutin #KompetisiBlogJenius.
Berhubung kemarin baru selesai nonton show ke 3 Coldplay di Singapura, jadi ingin cerita. Tentang pengalaman pertama kali ke Singapura, nonton Coldplay pula. Enjoy yaa!
BTW, Tiket konser ini sudah berhasil dibeli sejak Juni 2023. Tentu sebagai orang yang belum pernah ke Singapura, pertanyaan besar di kepala gua waktu itu adalah; “Apa di Singapura bisa kencing di rumah kosong?”. Bercanda bercanda. Salah satu pertanyaan besar nya adalah “Apakah gua harus menukarkan semua budget liburan gua kali ini ke dalam bentuk cash dollar Singapura?”, atau pertanyaan selanjutnya, “Kalau tidak dengan cash, bank apa yang paling mudah untuk gua melakukan banyak transaksi di Singapura?”.
Ngobrol ngobrol sama sahabat, browsing-browsing, muncul lah satu opsi : JENIUS. Pas dibilang begitu sama temen, gua langsung, “Eh pas banget, gua pemakai Jenius udah lama banget”. Istri juga sama, pengguna Jenius juga. Pas banget gua dan istri sama sama baru pertama kali ke Singapura. Dann..bener banget lagi, jalan jalan kali ini, kebantu banget sama Jenius. Segala nya serba mudah pake Jenius di Singapura demi apapun. Sekali lagi ya, D-E-M-I A-P-A-P-U-N!
Sampai di Changi Airport itu di jam 22.30 Waktu Singapura. Dijemput temen lama yang tinggal di Singapura, kita ditawari mampir di salah satu mini market di perjalanan menuju hotel. Disitu pertama kali Jenius terasa memudahkan sekali. “Can I use this card?” nanya ke kasir. “Yes, can can”. Baru tau ternyata sistem bayar debit di Singapura tuh ga pake masukin masukin pin bank kita ya. Norak banget haha. Satu itu, Untung ada Jenius.
Besok nya, kita berangkat ke konser Coldplay itu jam 3 sore. Menurut gua itu udah mepet banget buat berangkat. Karna gua tipe pilih yang standing kan ya. DEMI APAPUN dari gua nyari sarapan jam 9 pagi, orang orang udah pada rapih pake baju Coldplay. Mau nonton konser dong? Ya, kan?!��Mau kemana lagi coba?!
Jadi buru-buru lah tuh. Jarak dari hotel gua ke National Stadium itu, sekitar 3-4 stasiun MRT, lumayan jauh kan. Terus, bisa naik ojek online gitu, tapi mahal banget. Jauh banget harga nya sama MRT. Naik MRT bisa cuma habis 2 Singapore Dollar (sekitar 24 ribu rupiah), naik ojek online bisa 10-20 Singapore Dollar (sekitar 120-240 ribu rupiah).
Lagi-lagi ya. Untung ada Jenius. Masuk surga yang bikin Jenius ini sumpah. Kartu nya gak perlu verifikasi apa-apa, gak perlu registrasi ini-itu, tempel ke gate masuk MRT. Selesai. “Goks!” kata gua waktu itu sambil lari lari ngejar kereta. Singkat cerita, sampelah di National Stadium jam 3.30 sore.
“Rame benerrrr”. Reaksi istri gua pertama kali sampe lokasi konser. Antrian tiket udah panjang, antrian merchandise udah mengular. Tapi berhubung tiket gua adalah tiket kubik experience (tiket standing yang punya jalur merchandise khusus dan jalur masuk khusus), jadi bisa langsung ke antrian khusus kubik experience di merchandise. Tap sekali, kebeli 3 baju. Lagi-lagi Jenius mempermudah urusan kehidupan manusia yang ga tau apa apa tentang Singapura ini.
Masuklah gua ke Venue utama konser. Gila sih, rasa nya aneh banget. Dada penuh, mata berair, deg-degan, buat yang ga tau gua, gua udah dengerin Coldplay dari lama banget. Khatam semua lagi dari jaman See you soon nya mereka. Jadi nonton mereka live tuh, gila banget rasanya. Banget.
Chris martin hitung mundur “three, two, one..”, lagu Higher power dimulai, dilanjut Adventure of a lifetime, lanjut ke lagu berikut nya, mulai masuk ke piano, intro The scientist masuk, gua langsung nangis, se-nangis-nangis nya, se-lepas-lepas nya. “Ini lagu yang gua pakai untuk belajar main gitar dulu banget” dalem hati gua waktu itu, sekarang penyanyi nya ini nyanyi depan gua persis, jarak gua sama Chris Martin 2 meter paling. Gua berdiri, dibelakang pager persis. Di belakang petugas keamanan. Sumpah, ini salah satu momen terindah yang pernah gua capai. “Nobody said it was easy..”, bener banget bang Chris, tapi untung ada Jenius. Eitsssss, slebew!
Selesai konser, lalu istirahat sebentar karna capek banget loncat-loncat, nangis, ketawa gitu terus berulang. Jam 12 malem baru bisa menuju MRT, untung MRT nya masih ada. Lagi-lagi lari lagi, ngejar kereta terakhir. “Lari, Octa (nama istri)! Ayo mending lari daripada 200 ribu naik ojek online”. Lari lah kita, untung dapet kereta terakhir. Lagi dan lagi, Jenius bekerja. Tap kartu, sepersekian detik, selesai. Ajaib!
Besok nya kita harus pulang ke Jakarta. Huhu, berakhir liburan kali ini. Liburan tersingkat, terindah, termudah, tersusah move on nya karna gak tau lagi kapan akan ketemu Coldplay. What a beautiful memory, Coldplay. Thank you, thank you, thank you. Thank you juga, Jenius. Jalan-jalan kali ini, bener-bener #Jalan2Jenius pertama kali di luar negri. Hidup jadi semudah itu dengan Jenius.
Buat yang baru pertama kali mau jalan-jalan ke Singapura, percayalah. Lagi nih ya, percayalah. Hidup akan lebih mudah dengan Jenius. ASLIIIIII.
Semoga bisa jumpa kembali ya, Coldplay.
Jenius, tunggu travelling berikut nya!
Jarak sama chris martin, sedeket ini ! *nangis*
1 note
·
View note
Text
we say goodbye, separate. then we, too, become two shadows projected onto the wall: a routine spectacle, impossible to capture.
. . .
I met him when I was 18. Among the sea of new students who were wearing the same uniform with the same haircut and hairstyle, but he still managed to stand out among the others. He caught my attention, and somehow, I was glad that I met him.
I met him when I was 18. Too young and too inexperienced to truly grasp the complexities of love, yet brimming with a fervent desire to express the depth of affection I could offer to him.
Our story ended when we were 21– the story between me, and my first in everything.
. . .
2017.
“Sha, kamu gamau belajar gitar?”
Shasa glanced at her boyfriend, who sat beside her with a guitar on his lap, and asked, “Buat apa?”
Marcell, Shasa's boyfriend, grinned upon hearing her answer. Then he replied, “Ya, bukan buat apa-apa. Hitung-hitung belajar hobi baru. Siapa tau bisa jadi pelarian kamu dari belajar.”
Shasa remained silent. The thought of playing guitar or any musical instrument had never crossed her mind. In contrast, Marcell was the complete opposite from her. He had a deep passion for playing the guitar and various other instruments— he excelled at drums, had a great singing voice, and could also play the piano. It was no surprise that many girls tried to catch a glimpse of him whenever he performed with his bandmates.
“Kamu suka lagu apa?” Marcell asked.
Shasa thought for a moment. “I’m not sure.”
This didn't mean that Shasa had never heard songs or was unfamiliar with the latest music. She was simply uncertain about how to respond.
Marcell then began to strum his guitar, producing soft notes that caressed Shasa's ears. “Aku lagi suka lagu ini,” he said while playing "Stuck On The Puzzle" by Alex Turner.
Shasa closed her eyes, attempting to immerse herself in the song's emotions while listening to Marcell's soft and unique voice.
“Fingers dimming in the lights… like you’re used to being told that you’re trouble,” Shasa sang softly.
Marcell paused his playing for a moment and looked at his girlfriend with an admiring expression. “Sha… you have a good voice. Kenapa kamu gak bilang kalau kamu bisa nyanyi?”
Shasa stayed silent as she listened to Marcell’s compliments. For as long as she could remember, it was the very first time she had received praise for her singing, or had she never sung in front of others before? It seemed that way. Shasa had grown up in a family where was occupied with work, and there was little time for hobbies, particularly in the realm of music. This might explain why the thought of picking up a musical instrument had never crossed her mind. If there had been no art classes in school and no requirement to play the keyboard, she might not have been able to play any musical instrument until this day.
“Pegang. Aku ajarin pelan-pelan,” Marcell whispered, tenderly placing his cherished guitar into Shasa's hands. With utmost care, Marcell adjusted Shasa's fingers, introducing her to the enchanting world of basic guitar chords.
“That’s how you play it! You’re actually good, Sha.”
In silence, Shasa acknowledged that she enjoyed this side of herself. A side that didn't always have to be immersed in books but could find new enjoyment in playing the guitar and singing. Alongside Marcell, she was exploring many new things.
to be continued… (2021).
0 notes
Text
Get to Know Second Option’s Producer : Ivander Adrilaska.
Lahir dengan nama Ivander Adrilaska, ia memiliki panggilan kecil yang bernama Vander. Panggilannya kemudian berubah ketika Vander mulai beranjak dewasa, di mana orang-orang mulai memanggilnya dengan nama Ivan. Sebenarnya, anak ini tidak menyukai jika dipanggil Ivan karena terkesan seperti nama pria paruh baya. Namun, seperti orang-orang pada umumnya, prinsipnya merupakan ‘larangan adalah perintah’ yang akhirnya Ivan menjadi nama panggilannya hingga saat ini.
Ivan merupakan anak tunggal. Ia lahir di Osaka pada tanggal 20 Agustus 2001, di mana perayaan ulangtahunnya yang ke - 22 akan diadakan sebentar lagi. Sejak kecil, kedua orangtua Ivan sudah menyadari ketertarikan anak semata wayangnya dalam bermusik. Bagi mereka, tidak ada salahnya jika Ivan memang sudah diajarkan untuk berfokus pada keahliannya yaitu bermusik dari kecil. Mulai dari piano, gitar, drum, bass, hampir seluruh alat musik Ivan sangat kuasai.
Beranjak dewasa, ketertarikan Ivan pada musik justru bertambah ketika ia menyadari bahwa ia merasa ‘bosan’ dalam memainkan alat musik yang begitu-begitu saja. Ivan akhirnya tertarik dan mencoba untuk membuat lagu. Mulai dari lagu yang ia ciptakan hanya dengan iringan gitar atau piano, hingga akhirnya Ivan merasa ia benar-benar berada di dalam zona nyamannya. Ia jatuh cinta dengan menciptakan sebuah lagu. Cita-citanya kini berubah menjadi seorang produser musik yang handal, dan ia berhasil mewujudkan impiannya itu. Tentu bukan merupakan hal yang mudah bagi dirinya untuk belajar bagaimana cara membuat dan mengaransemen sebuah lagu agar lagu tersebut terdengar enak di telinga para pendengar dan menarik perhatian. Ia sering mengurung dirinya di dalam kamar, menghabiskan waktunya untuk membuat lagu.
Pencapaian Ivan yang luar biasa adalah ketika dirinya berhasil membuat nama ‘Second Option’ menjadi tenar dan digemari oleh banyak orang. Berkat lagu-lagu yang diciptakan dan diaransemen olehnya, dirinya berhasil mengolah seluruh lagu Second Option hingga mencapai trending nomor satu di Billboard. Tak hanya itu, Ivan juga seringkali mendapatkan tawaran untuk berkolaborasi dengan penyanyi sekaligus band lain untuk menjadikannya sebagai seorang produser atau arranger untuk lagu mereka. Hal ini membuat Ivan semakin yakin bahwa tujuan hidupnya adalah menjadi seorang produser musik. Kini, karirnya masih berjalan mulus sebagai produser dalam band ‘Second Option’.
Salam, Ivan.
0 notes
Text
Mengenal Lebih Dekat dengan Lady Gaga, Mulai Berkarir dari Usia 14 Tahun
GERUBOK profil | Lady Gaga adalah seorang penyanyi, penulis lagu, aktris, dan aktivis berkebangsaan Amerika Serikat yang telah mencatatkan kesuksesan luar biasa dalam industri musik dan hiburan. Ia terkenal karena gaya eksentriknya, suara yang kuat, serta kemampuan kreatifnya dalam menyampaikan pesan melalui seni. - Baca Juga: Profil dan Biodata Elton John, Penyanyi Sukses Era Tahun 90an - Aretha Franklin: Biodata dan Profil si “Ratu Soul” Biodata dan Profil Lady Gaga - Nama: Stefani Joanne Angelina Germanotta - Nama Panggung: Lady Gaga - Tanggal Lahir: 28 Maret 1986 - Tempat Lahir: New York City, Amerika Serikat Kehidupan Awal dan Karir Awal Lady Gaga lahir di New York City, Amerika Serikat. Bakat musiknya sudah terlihat sejak usia dini ketika ia mulai belajar bermain piano dan bernyanyi. Ia mengejar karir musik dengan tekun dan pada usia 14 tahun, ia tampil di panggung lokal dan festival musik. - Baca Juga: Celine Dion, Sosok Penyanyi Dibalik Soundtrack Film Titanic - Biodata dan Profil Adele, Kehidupan Pribadi Hingga Debut Perdana Pendidikan dan Pengalaman Teater Lady Gaga menghadiri Sekolah Seni Tisch di Universitas New York, di mana ia mendalami seni pertunjukan. Selama masa kuliahnya, ia belajar akting dan menyanyi, serta mengejar karir di teater musikal. Pengalaman di teater musikal membantu memperkuat bakat panggungnya dan memberikan dasar yang kuat bagi karir musiknya di masa depan. Kejayaan sebagai Lady Gaga Pada tahun 2008, Lady Gaga merilis album debutnya, "The Fame," yang mengandung lagu hit seperti "Just Dance" dan "Poker Face." Album ini memperkenalkan gaya musik elektronik dan dance-pop yang unik yang kemudian menjadi ciri khasnya. Lady Gaga menjadi fenomena global dengan album-album berikutnya, seperti "The Fame Monster" (2009), "Born This Way" (2011), dan "Artpop" (2013). Karya-karyanya menggabungkan musik pop, elektronik, dan rock dengan pesan tentang keberanian, kebebasan, dan cinta diri. - Baca Juga: Profil Deepika Padukone: Pesona dan Keberanian Aktris Terkenal Bollywood - Profil Angelina Jolie: Pemeran Hebat dan Aktivis Kemanusiaan Pengaruh dan Inovasi Lady Gaga dianggap sebagai seorang inovator dalam industri musik, dengan penampilan panggungnya yang ekstravaganza dan gaya berpakaian yang eksentrik. Ia sering menggunakan busana yang unik dan ekspresif untuk menyampaikan pesan tentang kreativitas dan kebebasan berekspresi. Selain karir musiknya, ia juga terlibat dalam berbagai inisiatif amal dan aktivisme sosial. Ia berbicara terbuka tentang isu-isu seperti hak LGBT, kesehatan mental, dan keadilan sosial. Penghargaan dan Prestasi Lady Gaga telah menerima berbagai penghargaan dan pengakuan atas karyanya. Ia telah memenangkan enam Grammy Awards dan mencatatkan penjualan album dan singel yang mengesankan di seluruh dunia. - Baca Juga: Profil Lisa BLACKPINK: Mengungkap Pesona dan Kesuksesan Di Balik Panggung - Profil Jisoo BLACKPINK Lengkap: Biodata, Karier, Prestasi, dan Fakta Unik Kehidupan Pribadi Meskipun popularitasnya yang tinggi, ia tetap menjaga kehidupan pribadinya dengan rahasia. Ia aktif dalam menjalankan kegiatan amal dan menjadi inspirasi bagi banyak penggemar di seluruh dunia. Lady Gaga terus menunjukkan bakat dan kreativitasnya sebagai salah satu seniman terkemuka dalam industri musik dan hiburan. Gaya dan pesan yang diusungnya telah menginspirasi banyak orang, membuatnya menjadi sosok yang dinamis dan penting dalam dunia seni dan budaya kontemporer. Temukan Berita Terkini, Berita Terbaru, Berita Viral dan Ramalan Zodiak Hari Ini dari gerubok lainnya di Google News. Read the full article
0 notes
Text
Siapakah Dia?
Yoriko Evangelina lahir dari seorang ayah berkebangsaan Jepang dan ibu berkebangsaan Indonesia pada tanggal 11 November 2001, di kota Jakarta, Indonesia. Tumbuh dalam rumah tangga multikultural, ia terpapar dengan beragam tradisi, bahasa, dan musik sejak usia dini. Orang tuanya memupuk lingkungan yang merangkul warisan Jepang dan Indonesia, yang sangat mempengaruhi perjalanan artistiknya.
Ketertarikan Yoriko pada musik dimulai sejak kecil ketika ia dengan penuh semangat mendengarkan koleksi musik orang tuanya yang sangat banyak. Dari musik Indonesia dan Jepang hingga musik klasik Barat dan lagu-lagu pop, selera musiknya tidak mengenal batas. Dia menemukan hiburan dalam harmoni dan melodi yang melampaui batasan bahasa dan budaya.
Orang tua Yoriko menyadari hasratnya terhadap musik dan mendorongnya untuk menekuninya. Pada usia enam tahun, ia mulai mengambil pelajaran piano dan dengan cepat menunjukkan bakat alami untuk alat musik tersebut. Dedikasi dan bakatnya membawanya unggul dalam piano klasik, memenangkan beberapa kompetisi lokal selama tahun-tahun awal perkembangannya.
Ketika Yoriko memasuki usia remaja, ia mulai mengeksplorasi genre musik lain di luar piano klasik. Dia mengambil gitar dan belajar bermain gitar dengan menonton tutorial online. Hal ini membuka jalan baru bagi kreativitasnya dan memungkinkannya untuk mengekspresikan dirinya melalui penulisan lagu.
Di usia remaja, Yoriko mulai tampil di berbagai tempat dan acara-acara open mic di Jakarta. Suaranya yang penuh perasaan, keterampilan gitar yang rumit, dan penampilannya yang tulus memikat para penonton, dan secara bertahap membangun pengikut yang setia.
0 notes
Text
Putri Ariani, Penyanyi Tunanetra Indonesia, Menyita Perhatian di America's Got Talent: Pemda Yogyakarta Siap Dukung Talenta Lokal
Putri Ariani, Penyanyi Tunanetra Indonesia, Menyita Perhatian di America's Got Talent: Pemda Yogyakarta Siap Dukung Talenta Lokal
Pewarta Nusantara, Yogyakarta – Penyanyi tunanetra asal Indonesia, Putri Ariani, menunjukkan kemampuannya yang luar biasa di panggung America’s Got Talent (AGT).
Keempat juri, Simon Cowell, Heidi Klum, Howie Mandel, dan Sofia Vergara, terpesona oleh penampilannya yang memukau. Putri tidak hanya mendapatkan apresiasi dari para juri, tetapi juga memperoleh penghargaan Golden Buzzer.
Putri Ariani, seorang siswi kelas XI di SMK Negeri 2 Kasihan, Bantul, atau dikenal sebagai Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta, telah menorehkan prestasi yang luar biasa.
Namun, dia bukan satu-satunya yang mencatat pencapaian gemilang dalam dunia tarik suara dari talenta asal Yogyakarta. Sebelumnya, Salma Salsabil Aliyyah, seorang mahasiswi dari ISI Yogyakarta, juga berhasil menjadi juara dalam ajang pencarian bakat Indonesian Idol.
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, dengan bangga mengungkapkan kegembiraannya atas prestasi yang diraih oleh para pelajar di DIY. Keberhasilan Putri dan Salma telah membawa kehormatan bagi tempat mereka belajar dan juga DIY secara keseluruhan.
Singgih menyatakan bahwa Pemda DIY terus memberikan dukungan dan apresiasi kepada para bakat yang ada di DIY. Selaku Pj Wali Kota Yogyakarta, ia berkomitmen untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi para seniman untuk berkolaborasi dalam berbagai acara dan destinasi wisata.
Menurutnya, destinasi wisata tidak hanya berhubungan dengan pantai, tetapi juga perlu dikombinasikan dengan aktivitas lainnya agar semakin menarik. Singgih menjelaskan bahwa acara-acara dengan tema budaya, ekonomi kreatif, musik, seni pertunjukan, dan sebagainya dapat dijadikan daya tarik tambahan.
Penampilan Putri Ariani di panggung AGT menjadi viral dan mengundang decak kagum. Sebagai seorang gadis berusia 17 tahun, ia tampil percaya diri sambil memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris yang fasih kepada keempat juri.
Dengan memainkan piano dan membawakan lagu ciptaannya sendiri, penampilannya menghipnotis juri dan penonton di studio.
Setelah aksinya selesai, para juri serta penonton memberikan standing ovation. Simon Cowell bahkan mendekati Putri di panggung, memperkenalkan diri, dan meminta Putri untuk menyanyikan lagu lagi.
Penampilan keduanya juga berhasil memukau seluruh studio, bahkan beberapa penonton tak kuasa menahan air mata mendengarkan suara indah Putri.
Para juri memberikan pujian yang sangat tinggi terhadap penampilan Putri. Mereka menyebutnya seperti superstar dan malaikat.
Simon Cowell kembali memuji Putri dan memberikan Golden Buzzer untuknya, dengan mengatakan, “Kamu masih berusia 17 tahun, kamu menulis lagu, kamu memiliki suara yang luar biasa dan khas, dan maksud saya sangat, sangat bagus.”
Dengan Golden Buzzer tersebut, Putri langsung melaju ke babak semifinal kompetisi AGT tanpa melalui tahap bootcamp.
Prestasi Putri tak terlepas dari bakatnya dalam menyanyi yang telah terlihat sejak usia 8 tahun saat ia mengikuti kompetisi Indonesia’s Got Talent, bahkan memiliki suara indah dalam melantunkan ayat suci Al-Quran.
New Post has been published on https://www.pewartanusantara.com/putri-ariani-penyanyi-tunanetra-indonesia-menyita-perhatian-di-americas-got-talent-pemda-yogyakarta-siap-dukung-talenta-lokal/
0 notes
Text
On building one’s confidence
Dari SD-SMP, aku ikut banyak sekali les. Les musik, les sempoa (walaupun super short lived karena pas gurunya keluar aku langsung ngotret di kertas), les balet, tari tradisional, dan juga les bahasa asing. Menurutku, rentetan kegiatan ekstrakurikuler ini sedikit banyak membantuku menumbuhkan endurance dan juga komitmen. Dan juga bantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri karena ternyata aku itu punya kemampuan untuk mempelajari sesuatu dari 0 and being quite good at them. Selain itu, mempunyai hobi dimana aku bisa membuat sesuatu - dalam bentuk musik, tulisan, maupun gambar - ternyata juga membantuku untuk memberikan sedikit fulfilment. That I can not only consume but also create.
Tentu gak semua les itu aku sukai, hehe. Badanku kaku dan aku gak bisa menghafal gerakan: aku nggak suka menari. Di awal-awal aku ambil les piano dan biola sekaligus - aku cuma dateng ke les karena aku disuruh mama, dan aku nggak punya personal motivation tentang kenapa aku harus bisa main alat musik ini dan itu. Most of the people in my mom’s family play piano, so I guess that was the bare minimum. As well as the students that were enrolled in my elementary and middle school - Tarbak itu sebrang-sebrangan sama tempat kursus musik jadi udah biasa banget sih beres jam sekolah terus anak-anak sekolahan pada nyebrang untuk belajar musik.
Pas aku masuk SMA negeri, aku baru ngeh bahwa kursus-kursus yang aku ambil merupakan sebuah kemewahan. Aku inget banget pas pertama kali kami masuk sekolah dan ada momen dimana kami harus tampil untuk membawakan lagu - ternyata dari hampir 40an lebih anak di kelasku, cuma 1 orang yang bisa main gitar (aku juga gabisa main gitar sih karena gak les). Waktu itu aku mikir: kok pada gabisa main alat musik, sih? I was totally unaware that not everybody even had the chance to touch a piano before they turn six.
I think I’m going to become some sort of a tiger mom. Haha. I want my children to be able to be good at playing musical instruments. Cuman ya aku merasa bahwa strategi mamaku itu kurang pas, karena hanya menyuruh tanpa memberiku inspirasi. I think I will let my children grow up surrounded by classical music and the magnificent composers. Untuk denger komposisi-komposisinya Brahms, Rachmaninoff, Liszt, Haydn, Debussy, dan juga pianis-pianis besar lainnya. Toh dulu juga aku baru punya motivasi belajar musik dengan bener setelah nonton Nodame Cantabile. I want to be good at piano. Dari situ juga aku jadi super tertarik belajar wind instrument dan akhirnya mulai belajar klarinet.
Kalo les sempoa ga usah deh, bikin trauma aja dan kayanya udah ga relevan juga. Mungkin akan enroll anak-anak di Kumon sih ha-ha, karena jujur being able to solve hard problems on my own was also a very big part of building my confidence. Sama ya, ngasih banyak buku bacaan seri tokoh dunia juga lumayan ngefek untuk menaikkan curiosity dan ilmu pengetahuanku sebagai anak kecil.
5 notes
·
View notes
Text
Dewi saat TK adalah seorang yang pemalu untuk bermain dengan anak lainnya bahkan ada dua orang anak perempuan yang sering kali merebut mainan darinya. Dewi TK adalah seorang yang sering kabur ketika disuruh belajar membaca huruf hijaiyah ataupun alfabet. Dewi saat TK selalu senang saat tampil di atas panggung, dia ikut bernyanyi lagu anak-anak islami dan juga sesekali ikut menari.
Dewi saat SD adalah seorang yang banyak keingin tahuan serta mulai mudah berteman dengan yang lainnya bahkan karena terlalu sering ikut lomba jadi perwakilan sekolah dia memiliki teman yang cukup dekat dari SD lainnya. Dewi saat SD menyukai membaca peta buta, bermain catur, membaca puisi, menulis cerita pendek yang menjadi khayalannya, membaca komik dan buku cerita milik temannya karena dia tidak pernah dibelikan sebelumnya selain majalah bobo oleh kedua orang tuanya. Dewi saat SD tetap tidak bisa berolahraga tetapi dia lumayan dalam hal akademik lainnya. Dia pernah ingin ikut les biola dan piano tetapi tidak terwujud sehingga mainannya hanya keyboard mini dan ikut lomba kecil-kecilan tingkat SD karenanya, dia ingin bernyanyi tapi suaranya cempreng dan sumbang, ikut les menari tarian tradisional tapi berhenti setelah beberapa kali pertemuan, ikut les modeling dan akting juga; pernah tampil di peragaan busana di salah satu mall dan juga tampil ikut jadi bagian paduan suara di salah satu acara. Dewi saat SD belajar merajut karena penasaran dan membuat anyaman wool lalu bangga karenanya. Dewi saat SD senang bepergian sendirian, menginap di rumah sodara yang jauh dan pergi sendiri ke sana menggunakan kendaraan umum. Dia bermain di sawah, di sungai, naik ke atas bukit, memancing dan naik pohon murbei di rumah Uwa. Dewi saat SD senang mendengar lagu Raihan juga Audi dan Westlife karena sepupu-sepupunya. Dewi saat SD sangat takut berdekatan dengan makluk bernama pria hahaha
Dewi saat SMP mulai mengenal radio, mendengar lagu Glen Fredly, Tangga, Kahitna, dan banyak lagu asing lainnya. Dewi saat SMP mulai tertarik berorganisasi dia mencalonkan diri sebagai wakil OSIS saat baru duduk di kelas 7 dan aktif hingga dua masa kepengurusan. Dewi saat SMP sangat percaya diri awalnya, dia menjadi MC di acara pentas seni dan perpisahan, dia menulis beberapa cerpen, dia terpilih sebagai bagian dari tim story telling di sekolah walau pengalaman dia tentang bahasa Inggris tidak sebanding teman-temannya yang lebih jago dan sempat ikut les tapi berhenti saat dia ditertawakan dan jadi bahan lelucon karena pronunciation-nya yang masih berantakan. Dewi saat SMP ingin lebih tinggi jadi dia bergabung di tim basket sekolah walau dia belum pernah bermain basket sebelumnya sampai akhirnya dia menyerah karena tidak bisa berbaur dengan anak perempuan lainnya di tim tersebut lalu pernah ditertawakan saat terjatuh dan bajunya tersingkap meninggalkan luka di perutnya, lalu dia bergabung dengan tim PASKIBRAKA karena dia dulu punya keinginan untuk bisa jadi pembawa bendera pusaka di Istana Negara. Di sana dia memiliki teman dekat, walau cukup lama akhirnya dia terpilih menjadi salah satu tim inti pasukan, pernah menjadi kandidat komandan, menjadi wakil angkatannya, menjadi pusat penentu setiap kode gerakan formasi bebas. Dewi saat SMP pernah juga tidak memiliki teman dan sendirian lalu dibully beberapa lama, satu-satunya teman dia, teman sebangkunya sering self-harm dan broken home; dia sering kali dijauhi juga entah kenapa hingga akhirnya ada seseorang yang mengajaknya bicara lagi dan mengajaknya bermain sepulang sekolah; hingga akhirnya dia memiliki sahabat dari SMP hingga sekarang. Dewi saat SMP berada di tim mading dan benci di foto karena percaya dirinya semakin turun akhirnya dia bermain di balik lensa foto, menemukan kesenangan saat mengambil gambar bersama salah satu kakak tingkatnya yang mengajarinya fotografi hingga bangku SMA. Dia salah satu yang memulai menerbitkan mading berisi foto-foto kegiatan sekolah dan juga membuat majalah.
Dewi saat SMA masih aktif di organisasi namun semakin terpuruk di bidang akademis. Dia banyak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Dia juga berpikir untuk masuk jurusan bahasa karena saat kelas 10, sekolah tempat dia belajar masih membuka jurusan bahasan walau hanya 1 kelas. Dia tertarik lebih tertarik dibandingkan jurusan IPA; namun kata orang lebih mendominasinya, orang bilang jurusan IPA lebih mudah buat memilih jurusan apa saja saat nanti kuliah hingga akhirnya dia masuk ke kelas standar internasional di sekolahnya. Dewi saat SMA pernah terpilih menjadi imam sholat dhuha untuk satu angkatan oleh guru agamanya padahal dia bukan anggota rohis juga dan kebingungan saat disuruh baca doa khusus setelah sholat dhuha, dia tidak hapal. Dewi saat SMA bergabung di tim English Club dan Sastra walau dia asal bergabung karena diwajibkan untuk mengikuti ekstrakurikuler yang ada; dia menulis beberapa cerpen yang tidak pernah dia publikasikan. Dia berhenti ikut eskul PASKIBRAKA karena tahu kesempatan dia untuk menjadi pembawa bendera pusaka di Istana Negara nihil adanya walau dia percaya diri dengan kemampuan baris berbarisnya tapi untuk seleksi tingkat daerah saja tinggi dia tidak sampai; dia menyerah. Dewi saat SMA ingin masuk eskul seni di sekolahnya bergabung dengan tim dance, tim teater tapi dia terlalu malu untuk mendengar apa kata orang dan apa kata teman-temannya bahkan dia sekarang gugup ketika disuruh menjadi MC sebuah acara. Dia masih bersama kakak tingkatnya saat SMP yang mengenalkannya fotografi, kali ini kakak tingkatnya memperlihatkan padanya DSLR yang membuatnya kagum dan hati-hati saat menyentuhnya. Dia masih bermain dibelakang kamera mengambil gambar setiap kegiatan sekolah menjadi seksi dokumentasi dimanapun kesempatan dia berada. Dewi saat SMA pernah dipanggil guru BP karena sering bolos kelas matematika dan memilih untuk menunggu pendaftaran acara sepak bola, nilainya turun dratis entah mengapa. Dewi saat SMA mudah stress dan sakit, dia mulai sering menstruasi hingga tiga minggu lamanya, walau masih memiliki sahabat dia sudah jarang bermain bersama mereka di bandingkan saat SMP dulu. Dewi saat SMA ingin melanjutkan kuliah yang membuatnya bisa keliling negara atau menjadi jurnalis dan berkerja di media tapi dia tidak berani, dia takut dan akhirnya memilih hal yang menurutnya bisa dia handle untuk masa depan. Dewi saat ini selalu berpikir ingin mengulang masa SMAnya karena dia banyak melewatkan kesempatan yang ada. Dewi saat SMA tertarik belajar bahasa Jepang tapi dia berakhir belajar bahasa Jerman karena kurikulum sekolah yang menyuruhnya dan kemampuan bahasa inggrisnya tidak ada kemajuan berarti.
Dewi saat kuliah tidak terlalu merasa terjebak salah memilih jurusan, dia cukup enjoy menikmati masa kuliahnya. Dia memiliki sahabat dekat hingga sekarang. Dia masih aktif di organisasi jurusan dan juga pusat. Dia menjadi ketua saat Ospek jurusan dan juga ketua Jurnalis pusat selama satu tahun jabatan walau dia malu mengakuinya karena merasa tidak memberikan yang terbaik di sana. Dia kembali di balik kamera dan mulai belajar lebih jauh tentangnya, dua juga mulai tertarik belajar desain seadanya, dia membuat majalah dan melakukan wawancara, dia berhubungan dengan fotografer profesional, mengikuti seminar dan workshopnya juga. Dewi saat kuliah menikmati bagiannya saat berorganisasi dan mengurus acara inagurasi. Dia sangat bersemangat tentang mempersiapkannya, membuat berbagai konsep award dari jauh hari bersama ketua acaranya dan dia menjadi bagian salah satu seksi acara, menghandle artis yang tampil dan bernegosiasi dengan mereka. Dewi saat kuliah berhenti menulis cerita dia hanya menulis curhatan-curhatan ringan saja. Dewi juga masih ingin belajar bahasa asing dia membeli buku belajar bahasa korea dan mengumpulkan banyak artikel tentang belajar bahasa inggris lebih jauh; tapi percuma tidak ada kemajuan yang berarti juga.
Dewi setelah lulus kuliah berpikir untuk melanjutkan kuliah kembali saja. Dia masih bercita-cita menjadi wanita karir yang sibuk setiap harinya dan bekerja di perusahaan besar sampai sesuatu mengubah pandangannya. Dia akhirnya memilih untuk kerja sesuai bidang kuliahnya karena dia tak pernah lolos seleksi menjadi presenter/pemandu acara/salah satu job di balik layar televisi.
Dia membeli kamera pro pertamanya belajar lebih jauh sendiri tentangnya, salah satu teman dekatnya mengambil jurusan fotografi tapi dia terlalu malas mengajari dirinya saat diminta. Dia juga mulai tertarik pada Make up, membeli peralatannya juga ikut kursus karenanya. Dia mulai menulis cerpen kembali tapi tidak berkembang banyak dibanding beberapa orang temannya yang menerbitkan buku miliknya sendiri. Dia mulai membuka pertemanan lebih luas dan jauh, dia memberanikan diri untuk bergaul dan berteman; sesuatu yang sebelumnya membuatnya takut mengenal orang baru. Dia menemukan dirinya lebih tertarik bekerja sebagai jasa rias saat dia tanpa sadar berdiri lama dan harus berangkat dini hari untuk merias; dia merasa lelah tapi sangat sangat sangat menikmatinya seperti halnya dia saat memegang kamera mengabadikan moment yang ada di setiap acara sekolahnya. Dia menikmati menghabiskan waktu untuk belajar membuat alis, belajar cara memblend fondation, menerka skin tone, membuat shading, belajar hair do seadanya dan trik tips lainnya mengandalkan youtube dan bantuan temannya yang menjadi relawan model dirinya. Tidak banyak yang memakai jasanya dan dia dibayar belum seberapa tapi dia cukup puas dan bangga karenanya hingga akhirnya dia hiatus dan tidak lagi mengasah kemampuannya sama seperti halnya terhadap fotografi berakhir begitu saja. Dia mulai berpikir untuk belajar menjahit juga setidaknya dia punya keahlian lainnya.
Dewi saat ini di umurnya yang berada di akhir 20an mulai berpikir 'ahh kenapa dulu tidak dalami saja dunia yang dari kecil benar-benar aku suka? dan malah selalu berhenti di tengah jalan sekarang lebih sulit untuk memulainya kembali'. Terlalu takut apa kata orang, terlalu takut ditolak oleh orang tua saat dirinya pikir yang dia sukai tidak akan disetujui untuk dijalani dan tidak memiliki masa depan yang pasti. Dia bahkan kehilangan alasan untuk menulis sesuatu selama beberapa tahun terakhir hanya berakhir dengan curhatan-curhatan kesehariannya. Terutama yang jelas dirinya tidak benar-benar berusaha untuk belajar di bidang yang disukainya. Saat menjalaninya dia tahu dunianya bukan di rumah sakit bukan berkeliling untuk mengobrol dengan pasien yang berkonsultasi dengannya seringnya dia merasa sangat lelah secara mental karena ikut hanyut dan terbawa emosi negatif yang pasien sampaikan. Bukan juga menjadi seseorang yang bekerja di instansi pemerintah karena artinya kamu harus punya suatu ide untuk dikembangkan juga kan ya? Ngga mengikuti apa yang ada aja. Lalu juga dia terlalu takut melangkah karena dia merasa tidak memiliki bekal yang cukup untuk terjun ke dalamnya. Akhirnya dia berpikir mungkin nanti setelah dia jauh lebih tua lagi dia akan terus menyesali segalanya.
8 notes
·
View notes