Tumgik
#belajar melukis di jogja
nabiladinta · 3 years
Text
Hari Ini Bapak Ulang Tahun!
Beberapa pekan lalu, ada pesan whatsapp masuk siang bolong. Dari seorang ibu, yang ternyata adalah teman sekolah Bapak. Katanya tanpa kurevisi, jadi pesan khas ibu-ibu,
“Tp jgn bilang" ke bpk yaa..😁 Soale pak didik curang sih..mosok beliau tau semua harlah teman" tp kita gk tau harlah beliau..😁 Beliau rajin ngucapin ultah pd teman"..tp kita gk bs membalasnya..”
Aku kaget, terharu, ingin ketawa karena ini lucu, semua perasaan bercampur aduk.
Adalah Bapak yang sebegitu pedulinya dengan teman-temannya sekaligus sebegitu nggak peduli sama perkataan orang tentang apa yang beliau sukai dan apa yang menurut beliau itu prinsip yang sangat prinsipil.
Adalah Bapak yang setiap aku merengek setelah dikecewakan atau dianggap remeh orang, selalu gagah menasihati tanpa tedeng aling-aling, “Nggih buktikan mawon Bil,” “Kalau di-bully waneni (beranikan diri)” kata banyak teman-teman aku, cara Bapak mendidik aku seperti Bapak mendidik seorang anak laki-laki, “Koe ki wedok neng dirumat koyo cah lanang,” kata seorang teman.
Bapak: A Long Life Learner
Sebagai putri sulung Bapak, aku bisa jadi paling kerap mendengar protes-cerita suka duka-apresiasi dari karib kerabat atau siapapun yang pernah bersinggungan dengan Bapak. Termasuk bulek bude yang paling gemar mengomentari cara Bapak berpakaian, bagi mereka seorang laki-laki seperti Bapak harusnya berpakaian sesuai ‘norma kesopanan’. Dalam hati aku suka bilang, berisik sekali mereka ini, ya terserah Bapak dong.
Menurutku ini cara menjadi berani yang keren. Dan aku mencoba mereplika untuk berani berpakaian nyentrik di tengah orang yang kadang suka heran sama gayaku, termasuk Ibu yang kerap protes karena menurut beliau fashion taste aku beda dari kebanyakan orang. Dan satu-satunya yang membela aku adalah Bapak, suka lucu kalau ngebayangin saling adu mulut ini di rumah setiap kali aku mau pergi. Hahaha
Bapak kerap secara sengaja mendeklarasikan dirinya sebagai orang pasar, mantan preman, dan seorang yang belajar agama di jalanan. Hidup Bapak di masa lalu, percaya nggak percaya selalu jadi pegangan hidup aku bahwa belajar itu bisa dari mana saja, bahasa kerennya a long life learner. Kalau aku cerita teman yang cukup termarjinalkan, pesan Bapak selalu sama sejak aku kecil, “Niku justru yang perlu dikancani Bil.”
Sejak SD, setiap aku fotocopy buku paket di toko teman Bapak (se-kota Parakan rasanya betulan isinya teman Bapak semua) kata Mbaknya begini, “Bapak e njenengan pinter dek mbiyen beasiswa kuliahe.” Aku betulan mengagumi cara Bapak belajar dan cara mengajari kami anak-anaknya belajar.
Bapak dan Seni Mencintai Seni
Adalah Bapak yang mengajari seorang Nabila untuk percaya diri aja kalau menyukai sesuatu yang berbeda dan nyentrik, pasalnya Bapak juga sama-sama anehnya. He loves art so much! He was an artist. He decided to stop painting. Alasan berhenti juga mungkin nggak masuk akal, karena melukis itu nikmatnya dilakukan non-stop Bapak jadi suka menunda salat dan nggak menghiraukan panggilan mbah putri.
Maka, semenjak bulan Juli aku memutuskan melukis lagi, Bapak tanpa henti mewanti-wanti aku untuk ambil jeda di tengah aku melukis sewaktu azan berkumandang. Aku merasakan betul kekhawatiran terbesar Bapak.
Kata Bapak semuanya itu bisa dirasain lewat segala indera, termasuk sesederhana kalau kita pakai sandal. Dari Bapak, aku belajar menjadi manusia supel yang bisa mengudara ke segala lini, aku belajar memperlakukan teman-temanku selayaknya Bapak menghargai, menyayangi, dan peduli ke teman-temannya meskipun sesungguhnya kadang aku nggak habis pikir, meskipun di tengah kesulitan dan kehidupan keluarga lagi terhimpit Bapak justru memilih menolong temannya.
Sikap-sikap Bapak kadang baru bisa aku pahami dengan hitungan bulan bahkan tahun. Kadang aku juga suka dibuat terharu sama impresi orang-orang terdekatku yang ketemu Bapak, salah satunya Mbak Dewi, Volunteer Binabud Jogja yang melakukan home-interview sebelum aku exchange dan  Izzy, rekan aku dari Amerika yang empat tahun lalu bantu fundraising aku untuk exchange, sempat ketemu Bapak di sebuah kafe di Jogja.
Beberapa bulan setelah itu, aku ketemu Izzy di Cortina D'Ampezzo Italia Utara saat masa perayaan natal dan hawa yang lagi dingin-dinginnya, “Bapak kamu itu keren Nabila,” sambil menyimbolkan kekerenan ini dengan jempolnya.
----
Kadang aku menyampaikan rasa takutku kalau suatu hari nanti ditinggal Bapak pergi, kata Bapak penuh keyakinan, “Mau nggak mau Bila harus siap, itu ketentuan Allah,” sungguh aku selalu nangis kalau ingat-ingat kata ini.
Di hari ulang tahun Bapak, aku kepingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, aku sungguh belajar cara memaknai kebebasan yang diajarkan Bapak dari cara beliau memperlakukan aku sebagai anak perempuannya, tanpa lupa diingatkan kalau ini juga ada batasnya. Serta mungkin pengharapan yang mungkin sulit aku capai seperti Bapak mencapainya: nggak bayar parkir di Parakan karena semua tukang parkir dan rekan preman adalah teman Bapak. Ini bikin aku iri sekaligus kagum setengah mati! Hal lain yang bikin aku iri adalah: tulisan bapak sangat rapi tanpa penggaris sekalipun itu nulisnya pakai kuas:)
Menyambut hari ulang tahun Bapak, aku merayakannya sesederhana dengan muter playlist kesukaan Bapak yang tentu aja, hanya Iwan Fals seorang di dalamnya. Matur nuwun nggih Pak. Sugeng tanggap warsa, Gusti Mberkahi!
Pamulang, 25 Oktober 2021
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
11 notes · View notes
mudahdicari · 5 years
Text
Wajib Anda Ketahui, Tokoh Seni Lukis Indonesia !
Halo, sahabat seniman dunia, bagi kalian yang mencintai dunia seni lukis, anda harus banyak-banyakin nutrisi seni, salah satunya Anda harus tau siapa tokoh-tokoh ternama seni likus. Dan dapat kalian jadikan motifasi dalam berjuang untuk meneruskan perjuangan mereka.
Kalian juga harus tau, teknik melukis, seperti mengenal cara membuat teknik aquarel, pointilis, teknik arsir, dan masih banyak lagi.
1. Abdullah Suriosubroto Abdullah Suriosubroto lahir di Semarang pada tahun 1878 dan meninggal di Yogyakarta pada tahun 1941. Wahidin Sudrohusodo yang dikala itu menjadi tokoh pergerakan nasional Indonesia. Abdullah merupakan pelukis pertama di Indonesia pada abad ke-20, ia melanjutkan jejak ayahnya dan belajar kedokteran di Batavia yang sekarang diketahui di Jakarta, melainkan dikala ia kuliah di Belanda, ia merubah profesinya menjadi melukis. Bagaimana dapat? Ia diketahui suka pemandangan, dan sempat ke Bandung untuk merasakan pemandangan alam Bandung walaupun hasilnya menentukan untuk melanjutkan perjalanannya ke Yogyakarta dan meninggal di sana. Aliran seni diketahui sebagai nama panggilan Mooi Indie. Dari karya-karyanya, ia benar-benar suka melukis pemandangan dengan sudut pandang yang luas. Bila lukisan itu kelihatan seperti aliran naturalisme ya? Sependapat ga? Karya Abdullah Suriosubroto: Hutan Bambu dan lainnya.
2. Barli Sasmitawinata Barli Sasmitawinata lahir pada 18 Maret 1921-8 Februari 2007. Dalam perjalanan hidupnya, ia mulai mengejar dunia seni lukis pada 1930-an dikala saudara iparnya memintanya belajar melukis di sanggar Jos Pluimentz, seorang pelukis Belgia yang pernah tinggal di Bandung. Setelah belajar dari Jos Pluimentz, ia melanjutkan pendidikan seni di Eropa salah satu dari dua: pengajarannya di Academie de la Grande Chaumiere, Paris pada tahun 1950 dan Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam Belanda pada tahun 1956. Sosok Barli penggiat seni yang mementingkan pendidikan seni, kemudian ia juga mendirikan Studio Rangga Gempol di Dago, Bandung. Karya Barli Sasmitawinata: Affandi dengan Istri Kembali Lukisan Pohon Apel, Fruit Saller, Mother Tani, Bobotoh, Pasar, Dua Wanita, Gadis, Pantai Nude, Penari Kebyar, Penari Kipas 2, Penari Kipas 2 dan lainnya. 3. Affandi Koesoema Affandi Koesoema lahir di Cirebon pada tahun 1907 dan meninggal pada tahun 1990. Wow ,,, keren ya umur. Di dunia Affandi sosok pelukis yang benar-benar rendah hati, ia menganggap dirinya seorang pelukis bukan pelukis, baginya melukis merupakan pekerjaan. Uniknya, jalan pikirannya benar-benar simpel sampai pada dikala ada kritik Barat meminta aliran lukisan yang dibuat Affandi. Affandi malahan beralih ke aliran lukisan. Ia tidak memperlihatkan kejeniusannya, melainkan orang-orang mengevaluasi ia sebagai Maestro, karyanya menempuh 2.000 karya. Fantastis!!! Bagaimana ia melukis? Cara melukisnya benar-benar lucu, ia tidak melukis seperti pelukis lazimnya, ia tidak menggunakan kuas. Hanya menumpahkan lukisan berwarna ke dalam lukisannya yang membikin kesan pertama benar-benar semrawut, melainkan setelah itu ia menyikat warna cat dengan jarinya. Karya Affandi Koesoema: Kebun Cengkeh, Ayam Tarung, Perahu dan Matahari, Sis Cut Bunga Matahari, Barong & Leak, Kuda Jogja, Jatayu, Kepala Kuda dan lain-lain. 4. Basuki Abdullah
Basuki Abdullah lahir pada tanggal 27 Januari 1915 di Surakarta, Jawa Tengah dan meninggal pada tanggal 5 November 1993. Termasuk salah satu pelukis Maestro Indonesia dengan aliran realis dan naturalisnya. Jiwa artistiknya tertanam dari bakat ayahnya, Abdullah Suriosubroto. Pada masa pemerintahan Jepang, Basuki masuk ke gerakan Poetra dan menugaskannya untuk mendidik melukis kepada murid-muridnya, kecuali itu Basuki juga aktif dalam kebiasaan Jepang pada waktu itu. Sementara di Belanda ia sukses menaklukkan 87 pelukis di Eropa dan menjadi jawara. Wow, berbangga ya ia punya wangi-wangian Indonesia. Selain itu ia sering berkeliling Eropa seperti Italia dan Prancis di mana banyak pelukis di negara itu. Basuki terkenal dengan pelukis potret yang dapat melukis wajah-wajah indah wanita, terkadang lukisan lebih indah dari wajah aslinya. Pengajaran seni tidak sia-sia, sampai hasilnya pada 1974 ia menetap di Jakarta untuk diangkat sebagai pelukis Istana Merdeka. Karyanya: Dr. Ir. Soekarno, Ibu dan Buah, Upacara Pembantaian Bali, Wanita Spanyol, Nyai Roro Kidul, Jaka Tarub, Pertempuran Gatotkaca dengan Antasena, Bandel Buah, dan lain-lain.
Nah, itu tadi penjelas mengenai tokoh-tokoh seniman, yang dapat di contoh perjuangan serta usahanya dalam dunia seni lukis. Nah, untuk teknik-teknik dalam melukis Anda dapat mempelajarinya di mudahdicari.com, yang akan dijelaskan dengan lengkap.
1 note · View note
lesprivatjogja · 7 years
Text
Les Privat Melukis Jogja
Les Privat Melukis Jogja
Les privat melukis jogja– melukis adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Melalui kegiatan melukis ini kita bisa mengekspresikan kreativitas. Selain itu melukis juga tidak banyak membutuhkan biaya. Hanya dengan sebatang pensil dan juga selembar kertas kita bisa membuat suatu karya. Jadi, karena melukis merupakan kegiatan yang mudah untuk dilakukan, maka banyak sekali orang yang mengisi waktu…
View On WordPress
0 notes
turisiancom · 2 years
Text
TURISIAN.com – Bagi Sobat Turisian yang ingin berlibur ke Yogyakarta bersama keluarga, bisa coba ke Desa Wisata Kembangarum. Letaknya berada di Dusun Kembangarum, Desa Donokerto, Turi, Kabupaten Sleman. Berjarak kurang lebih 20 km dari pusat Kota Jogja. Sesuai dengan slogannya, “Anda Datang Senang, Pulang Tambah Pintar”, desa wisata ini mengajak Sobat Turisian berwisata edukasi lingkungan. Di sini kalian bisa belajar tentang perkebunan, sawah, hingga atraksi budaya. Saat sampai di tempat wisata ini, Sobat Turisian akan disambut dengan hamparan perkebunan salak dengan pohonnya rapi berderet di sepanjang jalan desa. Tampak pagar-pagar batu yang tersusun sedemikian rupa menambah kesan sederhana perdesaan yang tenang dan nyaman bikin betah. Suasana Desa Wisata Kembangarum Yogyakarta ini sangat ramah untuk segala usia. Selain cocok untuk berkumpul bersama keluarga. Bisa juga jadi pilihan tempat untuk menggelar acara sekolah, kampus, atau perkantoran. Aktivitas Menarik di Desa Wisata Kembangarum Ada beragam paket wisata edukasi di Desa Wisata Kembangarum yang bisa Sobat Turisian nikmati. Terutama bagi anak-anak dan keluarga. Ketika musim tanam tiba, kalian bisa turun langsung ke sawah untuk belajar teknik menanam padi yang baik, mulai dari menanam hingga membajak sawah. Dapat juga memilih kegiatan menangkap ikan dan memasak hasil tangkapannya. Baca juga: Desa Wisata Kali Opak Tujuh Bulan Sleman, Wisata Kekinian dengan Spot Foto Instagrammable Buat Sobat Turisian yang ingin aktivitas yang sedikit memacu adrenalin bisa pilih paket wisata outbond dan susur sungai. Tapi tak usah kahawatir, karena tingkat kesulitannya bisa menyesuaikan usia. Salah satu kegiatan yang tak kalah menarik dan menjadi unggulan desa ini, yakni kursus melukis. Di tempat ini tersedia sanggar lukis yang sudah tidak meragukan lagi kualitasnya. Terbukti dengan lulusannya yang sering menjuarai event melukis bahkan tingkat internasional. Fasilitas di Desa Wisata Kembangarum Sleman Terdapat pula Pendopo Dewi Kembar yang punya halaman cukup luas dan biasa digunakan untuk menggelar aneka permainan tradisional. Seperti gobak sodor, dakon, engklek, eggrang, dan lainnya yang kini mulai hilang tergerus zaman. Fasilitas penunjang yang tersedia di Desa Wisata Kembangarum sudah sangat lengkap. Mulai dari penginapan, masjid, kamar mandi, rumah makan, art-shop, hingga jasa pijat yang unik karena dilakukan di tepi sungai. Tersedia juga joglo sarasehan dan panggung pentas untuk menunjang kegiatan pengunjung. Baca juga: Cari Tempat Buat Ngadem di Yogyakarta? Datang Saja ke Kaliadem Sleman! Kalau Sobat Turisian tertarik berkunjung ke desa wisata ini, jangan lupa untuk melakukan reservasi terlebih dahulu. Agar pengelola dapat menyiapkan segala hal yang kalian butuhkan.*
0 notes
nialavv · 5 years
Text
5 Alasan Kenapa Kamu Akan Baik-Baik Saja Meskipun Resign dari Mojok
Tumblr media
Menulis dengan template 5-alasan-kenapa akan jadi salah satu hal yang paling kamu rindukan di Mojok. Tentu selain itu, hal-hal yang akan kamu rindukan adalah main seven, main UNO, pesen gofood bareng, nginjek-nginjekin mas-mas, ketawa-ketawa gara-gara jokes membingungkan mas-mas di sana, dan jangan lupakan kentut mas Ega. Ya, entah kenapa aku punya perasaan kamu akan merindukan dikentutin mas Ega---yang kentutnya ngaudzubillah baunya itu. Apalagi kalau dia lagi kentut vegan alias kentut setelah makan sayur-sayuran hahahaha.
Ya, sayang. Mojok memang sangat menyenangkan dan tentu saja kamu akan sangat merindukan hari-hari yang selama ini kamu lalui bersama mereka. Kemungkinan di bulan-bulan pertama resign kamu akan cukup kesepian. Tapi itu wajar saja. Tidak apa-apa, namanya juga sedang berusaha melepaskan. Setelahnya, kamu akan baik-baik saja. 
Hah baik-baik saja??? Kok bisa baik-baik saja???
Well, setidaknya aku punya 5 alasan yang mendasari perkataanku ini. Kamu penasaran???
Langsung aja, mari kita~ gasssssssss~
1. Mojok akan tetap baik-baik saja tanpa kamu dan karenanya sangat rugi kalau kamu hanya jadi orang yang bersedih sendiri.
Betul~ Kamu tidak salah membaca. Bahkan setelah kepergianmu, Mojok akan tetap baik-baik saja. Akan selalu ada 120 naskah terbit tiap minggunya (60 dari Mojok.co dan 60 lagi dari terminal mojok). Redaktur akan tetap bekerja dan kebingungan mencari tema. Pun, ilustrator akan tetap menggambar seperti biasanya. Admin sosmed sih nggak usah ditanya, bahkan setiap libur pun, Mas Don akan bekerja, apalagi pas hari kerja.
Nial sayang, kepergianmu tidak akan berdampak banyak di sana. Tentu mereka akan merindukanmu, tapi kamu juga harus ingat bahwa mereka sudah punya penggantimu. Dan begitulah dunia bekerja, sayang. 
Apalagi dunia yang melaju dalam sistem kapitalisme yang mana manusia tak ubahnya hanya alat produksi saja. Kata Marx, manusia tidak punya “nilai” di sana. Kamu sama halnya dengan mesin-mesin yang harus diganti jika sudah tidak berfungsi. Jadi tolong jangan terlalu mellow ketika kamu berhenti bekerja nanti, ya!
2. Kamu akan punya banyak waktu untuk melakukan apa yang selama ini tidak bisa kamu lakukan.
Kamu ingat, hampir setiap hari kamu aslinya malas sekali bekerja. Diam-diam kamu meminta untuk punya waktu luang lebih lama. Dan inilah, doamu terkabul, wuuushhhh. Sana melakukan apa pun yang kamu inginkan.
Menyusun puzzle, bermain tic tac toe, minum coklat panas---seperti SpongeBob. Atau memilih melukis dan berkesenian seperti Squidward. Atau berolahraga dan membaca buku seperti Sandy. Atau mencari uang seperti Tuan Crab. Atau rebahan dan nggak ngapa-ngapain seperti Patrick. Hehehe nggak tahu kenapa referensinya jadi SpongeBob.
Oke, yang mau aku bilang adalah: Jangan terlalu khawatir menjadi pengangguran. Kamu sejatinya tidak benar-benar “menganggur” kalau melihat itu sebagai “waktu untuk mengembangkan diri”. Mulailah belajar menggambar, membaca jurnal atau buku-buku serius, atau novel, atau malah belajar opening catur, dan hey, ingat nggak kalau kamu juga pengin bikin podcast? Atau menulis di media online lain selain Mojok. Wow banyak juga yang bisa dilakukan ya!
3. Tidak ada yang harus dipertahankan di Mojok. Memang sudah saatnya kamu pergi mempraktekan pelajaran kehidupan yang selama ini kamu lakukan.
Well, kamu sudah stuck juga meskipun memaksakan diri tetap di sana. Kamu tidak suka pekerjaanmu di terminal. Terlalu membosankan. Yang kamu inginkan hanya main seven bersama teman-teman. 
Lagipula Ngaglik terlalu sepi, kan? Sudah saatnya kamu pergi. Ke tempat lain (meskipun belum tahu mau ke mana wqwq). Jakarta nanti akan jadi pertaruhan dan pertarungan yang sangat keras, bung. Setidaknya buatlah persiapan sebelum pergi ke sana. Dan hey, kapan lagi kamu bisa bikin persiapan kalau bukan sekarang? Ketika kamu mau tidak mau harus melangkahkan kakimu dari Jogja yang berhati nyaman ini? Hem??
4. Ibumu akan senang kamu ada di dekatnya.
Waini, apalagi yang kamu cari? Sudah waktunya berbakti! Terlalu lama kamu pergi sampai akhirnya lupa bahwa ibu sudah tua. Sudah saatnya kamu setiap hari melayaninya.
5. Kamu harus ingat kalau mimpimu bukan di sana :)
Aku tahu kamu sedih karena ini bukan perpisahan yang kamu inginkan. Mendadak kamu merasa terbuang dan dijadikan pilihan kedua ketika kamu sudah mati-matian membuktikan bahwa kamu penting dan berguna di sana.
Tapi hey, kamu sedang menuju mimpimu yang sebenarnya. Kamu akan jadi seorang ahli teroris, dan itu tidak ada sangkut pautnya lagi dengan menulis atau melakukan apa pun di Mojok :)
Kamu bisa jadi akan bersyukur diperlakukan seperti ini di masa depan. Karena dengannya kamu bisa melihat lebih jelas apa yang sebenarnya sangat kamu inginkan :)
Nial sayang, kalau bukan karena Cik Prim tidak menyukaimu sebagai redaktur Mojok.co baru, kamu mungkin tidak akan impulsif mendaftar LDPD keesokan harinya, lalu UI di beberapa bulan setelahnya. Itu adalah berkah, dan tentu saja anugerah yang membawamu semakin dekat dengan dirimu yang sesungguhnya. (Wow, thankyou, cik!)
Mojok hanya zona nyaman. Dan seperti zona nyaman-zona nyaman lainnya, akan sulit ditinggalkan. Apalagi, motto hidupmu kan jangan keluar dari zona nyaman (tapi memperluasnya dari zona nyaman itu sendiri). Tapi kamu harus sadar, sayang. Yang bikin nyaman belum tentu bisa membawa kebaikan dan kebahagiaan (tentu saja ini belajar dari kasus mas Azka dan mb. Lia).
Nial sayang, kamu akan baik-baik saja. Percaya, ya!
0 notes
anamdotka · 6 years
Text
Atap Kaca Rendra
Tumblr media
Beranjak!
“Everyone is an artist” begitulah kata seniman Jerman, Joseph Beuys. Arti sederhananya adalah semua orang bisa menjadi seniman, dengan menempuh jalan kreativitasnya masing-masing, yang tentunya berbeda-beda. Tidak terkecuali Rendra Kurniawan, pemuda jebolan Pondok Pesantren Gontor 6 Magelang, Jawa Tengah yang memutuskan untuk menjadi pelukis kaca. Meskipun ia tidak mempunyai latar belakang akademisi seni atau tidak pernah secara khusus mengenyam pendidikan formal seni rupa, tetapi semangat berkeseniannya tak pernah surut. Pelukis kaca kelahiran Magelang, Jawa Tengah ini tanpa sadar telah masuk dalam art circle semenjak sering berkunjung ke Yogyakarta. Lebih tepatnya ke rumah bu lik-nya yang bisa kita sebut “keluarga seni” karena semua anggota keluarganya bergelut di dunia seni, khususnya seni rupa. Pak lik dari Rendra Kurniawan adalah Mikke Susanto seorang staf pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang juga berofesi sebagai kurator. Sedangkan bu lik-nya adalah Rina Kurniyati yang berprofesi sebagai seniman pelukis kaca kontemporer. Rendra menceritakan bahwa ia selalu diajak pak lik-nya ikut bermain bersama kedua anaknya, Abad dan Bintang. Kegiatan mencoret-coret tembok bersama tersebut tiba ketika liburan. Semakin sering berkunjung, Rendra semakin tertarik kala menyaksikan proses kerja berkesenian bu lik-nya melukis kaca. Dari situlah ia mulai belajar dari bu lik-nya. Sampai suatu ketika bu lik-nya memerlukan seorang artisan untuk membantu kerja berkesenianya saat menyiapkan pameran tunggal yang diselenggarakan di Jogja Gallery (15 September - 3 Oktober 2015). Dari situlah ia mulai praktik melukis kaca. Setelah menjadi artisan bu lik-nya, Rendra pun memutuskan untuk terjun dan berkecimpung ke dalam dunia kesenian, lebih tepatnya seni lukis kaca. Pada 2017, ia ikut berpartisipasi dalam Pameran Lukisan Kaca 35 Tahun Bentara Budaya di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Lalu pada 2018 ikut juga dalam Pameran Lukisan Kaca Berkaca pada Kaca di Tahunmas Artroom Yogyakarta. Karya-karya yang dihasilkan pada saat itu berupa lukisan-lukisan kaca yang bertemakan potret individu yang dekat dengan kehidupannya, seperti potret kakeknya yang menjadi salah satu karya yang paling menarik. Karya itu berjudul Mbah Kakung Daliman (2014).
Tumblr media
Atap Kaca Rendra
Dalam seni rupa, ada banyak jenis lukisan. Dilihat dari mediumnya terdapat lukisan cat air, lukisan batik, lukisan dinding, lukisan cat minyak, lukisan kaca, dan lainnya. Dalam hal ini, lukisan kaca sama menariknya dengan lukisan jenis lain. Lukisan kaca menjadi berharga ketika dijaga dan dilestarikan dengan sangat baik. Di sisi lain, lukisan kaca juga lebih khas, karena tidak banyak perupa yang menggunakan medium yang mempunyai kesan bersih dan mengkilap ini. Selain mediumnya, secara teknik lukisan kaca memiliki kekhususan, yakni teknik melukisnya terbalik atau dilukis di bagian belakang.
Tumblr media
Ada beberapa pendapat yang menegaskan bahwa lukisan kaca pertama datang ke Indonesia bermula dari Cirebon, seiring dengan penyebaran agama islam di tanah Jawa pada abad ke-17. Terlepas dari hal itu, Cirebon memang menjadi salah satu kota yang mempopulerkan lukisan kaca di kalangan masyarakat dengan menjadikan salah satu cinderamata khas Cirebon. Ketika kita mencari tahu soal lukisan kaca, pasti yang banyak muncul adalah lukisan kaca yang bertemakan figur-figur wayang, legenda rakyat (mitos), dan seni Islami (dekoratif dan kaligrafi). Hal tersebut dapat ditarik ke belakang, bagaimana lukisan kaca pertama kali datang dan berkembang di Indonesia, yang berbarengan dengan penyebaran Islam, dan mempunyai target utama masyarakat umum, tidak hanya lingkup kerajaan. Lalu apa yang membedakan lukisan kaca Rendra Kurniawan dan lukisan kaca pada umumnya? Perbedaanya adalah pada muatan nilai yang diangkat dan medium kaca yang berbeda. Perbedaan dari segi nilai, jika kebanyakan lukisan kaca mengangkat tentang figur wayang, mitologi, dan Islam dekoratif, maka Rendra menelisik dan menyelami kehidupannya sendiri secara lebih dalam, mengenali asal usulnya sampai mengangkat keresahannya yang terjadi saat ini. Dari aspek medium, Rendra pun memilih berbeda dengan menggunakan medium atap atau genteng kaca sebagai “kanvas”, bukan kaca datar pada umumnya yang digunakan para pelukis kaca. Apakah perbedaan itu datang secara kebetulan? Tidak. Dalam proyek pameran tunggalnya kali ini, Rendra secara sadar memilih genteng kaca karena memiliki bentuk yang unik, sekaligus berbeda. Dipilihnya genteng kaca sebagai medium seturut dengan nilai yang ingin diangkat dalam karya-karyanya. Inilah perbedaannya. Genteng adalah sebuah partikel yang menjadi atap dari sebuah bangunan yang disebut rumah. Rumah adalah tempat dimana seseorang untuk kembali pulang. Rumah menjadi simbol kedekatan seseorang dengan seseorang lainya dengan status yang dinamakan keluarga. Hal ini, sesuai dengan nilai yang diangkat, Rendra bicara tentang kedekatan dengan keluarga dan lingkungannya. Selain itu, genteng kaca juga mempunyai fungsi pokok dalam bagian bangunan, yaitu sebagai media agar cahaya masuk dalam ruangan yang menghantarkan terang sinar matahari atau bulan. Hal ini lantas dapat ditarik ke belakang bahwa medium genteng kaca sebagai sebuah simbol, yang menghantarkannya ke sebuah gerbang kesuksesan (hidup yang terang benderang) di dunia (seni rupa), melalui pameran tunggalnya kali ini.
Tumblr media
Rokok Riwayatnya Dulu 
Dalam pameran ini, ia secara sadar mengangkat tema dan subjek berupa bungkus atau kemasan etiket rokok, tembakau, dan kertas rokok. Kemasan etiket tersebut hadir antara tahun 1930-an sampai 1980-an. Beberapa merek rook tersebut antara lain: Prahoe Lajar, Atlas, Gaya Silat, Pelikan, Gradoe Djati, Sumantra, hingga Blue Ribbon. Kemasan produk rokok tersebut dihasilkan dari pabrik-pabrik rokok di Jawa Tengah, seperti Muntilan, Temanggung, Magelang dan Semarang. Apa sih alasannya? Alasannya tidak lain adalah kedekatan dirinya dengan rokok. Ia adalah perokok aktif. Di lingkungannya, merokok sudah menjadi bagian dari hidup dan menjadi budaya, khususnya dalam keluarganya. Kakeknya yang bernama Sumarlan, kini tinggal di Temanggung adalah petani tembakau, sekaligus bekerja sebagai pengolah tembakau. Tema rokok yang diangkat kali ini juga menjadi sebuah penghargaan atas dedikasi pekerjaan kakeknya tersebut. Pembatasan pemilihan objek rokok produksi Jawa Tengah juga dilatarbelakangi karena alasan geografis, dimana Rendra tumbuh dan tinggal di daerah Titang, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Daerah tersebut merupakan kawasan pertanian tembakau yang indah di lereng Gunung Sumbing.
Tumblr media
Dalam debut tunggalnya kali ini, Rendra menampilkan 25 karya lukisan atap atau genteng kaca. Proses kekaryaan Rendra dimulai dari memilih objek. Dari situ lantas ia mengolahnya di komputer untuk pola gambarnya. Barulah hasil olahan tersebut ditempel di belakang kaca dan ia mulai melukiskannya. Karakter genteng kaca ini menarik. Kalau biasanya para pelukis memakai medium kaca rata atau datar, berbeda halnya pada genteng kaca. Ia memiliki permukaan bergelombang, cembung dan cekung. Tingkat kesulitannya lebih banyak dibanding kaca datar. Hal ini tentu menambah nilai artistik genteng kaca.
Dari perbandingan gambar produk rokok dan lukisan yang dikerjakan Rendra, hampir tidak mempunyai perbedaan. Pembesaran gambar pada atap genteng kaca makin memberi kesan indah dan tampak detil-detilnya. Artinya Rendra melakukan reproduksi gambar kemasan etiket rokok pada medium genteng kaca dengan sangat baik. Komposisi dari ilustrasi bungkus produk rokok ke medium genteng kaca, dilakukan dengan ketekunan dan keuletan yang tinggi. Dalam segi warna maupun garis, ia mengakui sendiri bahwa pembuatan karya ini tidak semudah yang dibayangkan, apalagi ia mempunyai penyakit tremors (kondisi tiba-tiba bergetar atau menggigil secara tak sengaja). Bisa dibayangkan bagaimana ketekunannya harus diuji. Karya Rendra Kurniawan dalam konteks hari ini memiliki ekpresi personal yang ditampilkan tidak hanya melalui teknik dan gaya visual. Lebih jauh, ia menampilkan ekpresi personalnya melalui medium yang dipilih sebagai media simbolik, yaitu genteng kaca. Di mana medium tersebut menyiratkan hubungan kedekatan Rendra dengan lingkungan, dimana tempat ia tinggal. Di sisi lain, karya-karya Rendra kali ini juga mewakili keresahan konsumen rokok, yang mana terkadang merasa dirugikan dengan regulasi pemerintah yang mewajibkan gambar-gambar yang menyeramkan dan menjijikkan pada semua produk bungkus rokok.
Suatu ketika Renda membeli rokok di sebuah toko klontong. Ketika mendapati bungkus rokok yang menampilkan gambar-gambar yang menyeramkan dan menjijikkan, seperti foto penyakit kangker mulut, tenggorokan, dan paru-paru, bergidiklah perasaannya. Ia lantas menukarkannya dengan kemasan yang lain, yang gambarnya relatif tidak menyeramkan dan menjijikkan. Hal ini yang menggelitik Rendra, mengapa ia mengangkat rokok zaman dulu yang indah desainnya sebagai ide dalam lukisan-lukisannya. Rokok memang menyimpan dinamika dimana-mana, tidak hanya karena tembakaunya, tetapi juga pada bungkus kemasan atau etiketnya. *
https://indoartnow.com/exhibitions/rokok-riwayatnya-dulu E-Catalog: https://drive.google.com/open?id=0B3CenNtF5x9Ka3VpRDN2b3ZGYXNlUWRhLWN1al91bHVsR1Br
Yogyakarta, 16 November 2018
+++++ Anam Khoirul Kurator
0 notes
selandonaendra-blog · 6 years
Photo
Tumblr media
Belajar Agama sambil Merokok dan Minum Kopi Kemarin lusa diberi kesempatan bertemu teman lama di Jogja. Ia adalah seorang laki-laki tangguh dengan standar kebahagiaan hidup yang begitu rendah, menyukai rokok dan kopi, suka melukis, penggemar berat Festivalist, dan seorang Jamaah Maiyah sejati. Kami mengobrol kesana-kemari mulai dari kehidupan percintaan saya yang malangnya minta ampun, seberapa boros masing-masing kami dalam merokok, teman-teman dekat kami sewaktu SMP yang kini sudah terasa begitu jauh, sampai sok pandai mengobrol cukup serius tentang khilafah, Salafi-Wahabi, pergulatan Syiah-Sunni, dan tentu juga Nahdlatul Ulama. Saya paham betul bahwa ia adalah orang yang sudah kenyang dengan berbagai macam pengalaman dan asam garam kehidupan. Maka dari itu, saya rasa tidaklah berlebihan jika hendak meminta nasihat spiritual padanya. Pada saat ia saya tanya cara yang harus dilakukan seseorang supaya tidak terlalu sering bermaksiat, ia menjawab dengan sederhana dalam bahasa Jawa yang kurang lebih artinya begini, "Manusia itu diciptakan dari tanah. Tanah itu tempat tumbuhnya tanaman. Kalau sedang kering tidak ada hujan seperti ini, tanaman tidak akan dapat tumbuh tanpa kita sirami sendiri. Anggap saja tanaman adalah keimananmu, sementara air yang kau gunakan untuk menyiraminya adalah amal saleh. Maka siramilah tanamanmu itu dengan beramal". Mendengar nasihatnya, saya sontak kaget dan merasa sedang dinasihati oleh seorang salik yang telah menempuh jalan sufistik menuju Tuhan. Nasihat yang keluar dari mulutnya serasa menghujam hati saya sebagai orang yang begitu lalai dalam beragama, menghentikan saya menghisap rokok dalam sekejap, dan membuat saya kagum luar biasa. Ia juga menasihati saya untuk mencoba berdiam diri (tidak berdoa maupun mengatakan apapun) selepas salat dalam keadaan masih suci karena berwudu guna mencoba bercengkerama dengan jiwa, menemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin sebelumnya belum sempat terlihat, dan memperoleh ketenangan batin. Kejadian seperti ini lantas membuat saya berpikir. Isi nasihat yang sama untuk berbuat baik tetapi disampaikan oleh orang yang berbeda selalu mempunyai perbedaan pula dalam kekuatannya membuka hati si penerima. Mungkin saja orang masih tetap pelit selepas menghadiri pengajian tentang keutamaan sedekah, tetapi justru terketuk hatinya ketika melihat seorang pengemis kumal menggendong anaknya (walaupun seringkali hanya berpura-pura) meminta-minta di pinggir jalan. Keterbukaan hati untuk berbuat baik ini mungkin dalam buku-buku agama bisa diganti dengan istilah "hidayah". Hidayah yang diberikan Tuhan kepada kita sangat mungkin kita terima dari siapapun; ustaz pengisi pengajian, guru agama di SMA, politisi pemberi ceramah keagaaman sambil kampanye di masjid, sampai bahkan mungkin pacar kita sendiri, pelacur, atau anjing yang menggonggong di depan rumah. Pedoman semacam itu digunakan oleh para penempuh jalan tasawwuf dalam bentuk pembersihan hati. Mereka tidak pernah meremehkan hikmah dan pelajaran yang mungkin didapat dari siapapun. Dalam bentuk ekstremnya, pedoman semacam ini kadang bisa terwakili dalam pernyataan seperti, "Ahli maksiat yang aku lihat itu adalah Waliyullah" atau "Aku tidak lebih mulia daripada seekor anjing". Dengan berpikir seperti itu, mereka mempunyai hati yang bening seperti embun dan mudah sekali menangis. Berbeda dengan kita yang masih awam, penilaian kita terhadap agama masih bergantung pada hal-hal yang sangat simbolis. Alih-alih menghargai orang lain dan tawadhu, kita selalu menilai kesalehan orang berdasarkan peci, kopyah, sarung yang ia gunakan, berapa juz hafalan Qurannya, merdu tidak suara tartilnya, dan sebagainya. Sikap gandrung terhadap simbol semacam ini mungkin saja akhirnya terwujud dalam sikap kita yang tidak bersedia menjadi makmum seorang imam yang merokok, melarang teman yang masih berpacaran menjadi ketua rohis, meledek kesana-kemari saudaranya yang masih suka musik dangdut, atau menasihati orang lain sambil memposisikan diri layaknya keponakan Tuhan dan pemilik hidayah dengan berkata "Allahu Yahdik...". Lantas teringat sepintas nasihat seorang sufi, "Lihatlah orang lain dengan kacamata hakikat supaya kau berbaik sangka. Lihat dirimu dengan kacamata syariat agar kau teliti." Pertemuan dengan minum kopi dan merokok bersama teman saya pada malam itu ternyata membuat saya belajar untuk tidak menyempitkan agama dengan hal-hal yang terlalu simbolis dan "baik" menurut kacamata pemikiran saya sendiri sebagai orang awam.
0 notes
taufiknoor · 7 years
Video
instagram
#commissionwork #charcoalwedding Happy Wedding I Dewa Gede Wira Putra & Cantik Ayu :) 55 x 75 cm Charcoal on paper Info pemesanan silahkan hubungi (hanya) via email [email protected] . . "Eh aku mau pesen gambar nih tapi aku bingung gambar yang mana".. Kurang lebih begitu pintanya sekian tahun lalu saat saya pertama kali open order saat kami masih kuliah dulu. Iya, dia adalah teman kuliah saya. Banyak hal yg kami bagi bersama, karena dia teman sekelas saya dg nim akhir2. Dari dia juga saya banyak belajar bahasa Bali, karena orangnya ramah, lucu. Apalagi kalau lagi panik belum kelar tugas :)) maklum sebagai kelompok mahasiswa ga jelas kami sering kerjakan tugas bareng (bareng2 salin jawaban tugas temen maksudnya hehe). Yah sama2 gilanya lah kalau suruh pahami tugas kuliah. Singkat kata, saat2 kami sebelum lulus dia tetep kekeuh minta digambar, akhirnya seingat saya di simpangan jalan depan kantin kampus saya bilang "udah lah besok aja kalau mau nikah". Dan semenjak itu kami jarang bertemu, karena sudah sibuk masing2. . Sekian tahun berlalu. Dia sudah kembali ke Bali dan saya ke Jogja. Suatu ketika ada insiden rasial yang menimpa saya dari orang yang tidak saya kenal. Mungkin orang itu pikir saya tak mengerti bahasa Bali. Tapi dari sana saya malah jadi keingat teman2 saya, karena maklum teman saya banyak yg anak Bali. Dan momentum tersebut justru saya gunakan untuk menyambung lagi tali pertemanan, termasuk ke teman saya ini. Terlebih ketika salah satu sahabat kami, Komang, meninggal dunia, kami jadi sering mengenang almarhum bersama kala itu. . Lalu tiba2 beberapa minggu lalu saya dikontak lagi, dia cerita jika dia akan menikah bulan ini, dan ingin dibuatkan lukisan dia bersama calon mempelainya. Betapa bahagia dan terharunya saya mendengarnya. Dan terlebih ketika di tengah proses menggambar saya bertanya "kenapa kok ingin ada gambarku?" Dia menjawab "Aku pingin suatu saat nanti, ketika udah punya anak cucu, aku pingin tunjukkan ke mereka bahwa orang tuanya memiliki teman, seorang pelukis hebat, yang bersedia melukis ayah dan ibumu saat menikah dahulu.." :") . . Teriring doa dalam tiap goresan tangan untuk kebahagiaan kalian di sana, my brother n sister 💕 (at Malioboro, Keraton Jogja, Museum Vredeburg)
0 notes
theaidanbencu-blog · 7 years
Text
Ketika Bosan
Tugas numpuk?
Nggak punya waktu jalan-jalan?
Tidur pun nggak sempat?
Stress?
Keringat berlebih?
Kuping gatal-gatal?
Badan kurus kerempeng?
#apasih?
empat pertanyaan di atas yang dipakai, selebihnya itu penyakitnya Bencu.
Iya, udah semester akhir pastinya tugas makin numpuk, belum lagi persiapan untuk terjun ke dunia masyarakat, dunia kerja. Tekanan untuk menyelesaikan skripsi secepatnya dan lulus dengan nilai sebaik-baiknya. Maka, sebaik-baik nilai adalah IP 4.
Untuk saya, sepertinya lulus dengan nilai sebaik-baiknya belum berlaku.
IP saya, jika dilihat, akan menimbulkan suasana mencekam. Seperti di diskotik (?)
Miris.
Stress? Iya, tapi harus cerdas menghalau stress dan kebosanan ketika belajar. Orang sih beda-beda ya. Ada tuh temen saya, kelihatannya nggak pernah stres. Saya tanya deh, koq bisa nggak pernah stres? Dia bilang ketika dia stres kuliah, tugas dari dosen banyak yang harus dia selesaikan, cara menghalau stress a la dia adalah dengan mengikuti lomba, call for paper, atau apalah namanya. Edan.
Katanya lomba memacu adrenalin dia.
Ada lagi, stress kuliah, dia gantung diri di pohon cabe. Trus nanya sama saya, “koq stres saya nggak hilang?”
Saya bingung jawab pertanyaan dia.
Saya sendiri, kalau bosan, ngeliat dulu deh bosannya kapan. Kalau bosan muncul di awal bulan, saya jalan keliling-keliling Jogja, membiarkan kemana insting liar saya (?) membawa saya ke tempat yang absurd. Atau ke toko buku :D
Kalau bosan muncul tengah bulan, biasanya saya pergi gerilya ke tempat temen-temen. Silaturahmi. Siapa tahu ada yang nawarin makanan gratis *niat*. Atau sekedar menginap dan bercerita.
Kalau bosan muncul akhir bulan, saya biasanya akan melukis, nyanyi-nyayi sendiri di kost, atau pilihan terakhir adalah tidur, dengan perut yang menggerutu minta diisi.
Atau, nulis blog.
Intinya menarik diri dulu untuk refreshing. Sekedar berjalan-jalan dekat kost, atau berebah 15 menit. Juga bisa mandi dengan basuh kepala.
Intinya: banyak jalan ke Roma, tapi mahal tiketnya. Banyak cara menghalau kambing bosan dan stress.
Tulisan ini dibuat hanya untuk buat kamu tambah stres dan gila karena nggak ngerti.
Saya juga nggak ngerti kenapa bikin tulisan ini.
Salam gila,
Aidan
0 notes
pacarkecilku · 8 years
Photo
Tumblr media
. . Tahun lalu, saya empat kali mengunjungi Museum Affandi dlm rangka mengikuti Ramadhan di Museum bersama @malamuseum. . Sebuah kesempatan emas, karena sejak kecil, kisah Affandi dan Kartika sudah terpatri di pikiran saya. . Pakdhe di Lampung sambil melukis selalu bercerita ttg Affandi, ttg Kartika si Bunga Matahari dan ttg kenangan masa mudanya pacaran di Museum Affandi di tepi sungai Gajah Wong. . Di Museum Affandi, ada satu galery yg berisi hanya lukisan Kartika. Bukan hanya lukisan, ada juga patung karya Kartika. Kartika mmg belajar seni patung di London. . Tapi bukan itu yg paling menarik, bbrp lukisan Kartika bicara ttg patah hati dari sisi yg sangat perempuan. . Untuk pertama kalinya, saya sadar, selama ini saya melihat Affandi dan Kartika seperti Dewa, Maestro, Pujaan, Legenda. Saya lupa, bahwa Kartika adalah manusia biasa yg hatinya pernah remuk redam karena patah hati. . Perjalanan cinta Kartika mmg tdk seberuntung ayahnya, dua kali menikah dan gagal. Kalian bisa rasakan di bbrp lukisannya, bgmn sulitnya menata hati yg patah dan bangkit kembali. . Tdk pernah mudah hidup bersama seorang seniman yg tiap hari emosinya mudah dipengaruhi perubahan suasana di sekitarnya. Dan Kartika, beliau adalah penyair di atas kanvasnya. . Sejak itu, saya berdoa, suatu saat bisa bertemu dgn Kartika, bukan untuk berfoto bersama. Tidak. Bukan itu. . Saya ingin melihat secara langsung bgmn seorang Kartika bekerja. Menulis larik-larik puisinya dlm lukisan. . Tak berapa lama, alam semesta pun menjawab, di sebuah hari yg indah. Pagi itu, saya duduk-duduk sambil ngopi melihat Kartika melukis dlm jarak yg begitu dekat. . Langit Jogja yg mendung pun tampak biru dimata saya. Saya duduk diam-diam di samping beliau, memotret Kartika dari semua sudut. . Terkadang Kartika yg sibuk melukis, menoleh dan menatap saya, pikirnya: "Ada anak aneh yg melihatku terus menerus". Meski begitu, saya tidak beranjak. Saya menatap lekat-lekat Kartika hari itu, menikmatinya dan merangkumnya dlm ingatan. . Ingatan ini adalah oleh-oleh buat mamak di rumah dan buat anak-anak saya kelak: "Kartika Affandi, sang maestro, melukis dihadapanku". . #CeritaJogja #kartikaaffandi #pacarkecilku
0 notes
mudahdicari · 5 years
Text
Wajib Anda Ketahui, Tokoh Seni Lukis Indonesia!
Tumblr media
Halo, sahabat seniman dunia, bagi kalian yang menyukai dunia seni lukis, kamu harus banyak-banyak nutrisi seni, salah satunya kamu harus tau siapa saja tokoh-tokoh ternama seni rupa likus. Dan dapat kalian jadikan motifasi dalam perjuangan untuk menyelesaikan perjuangan mereka.
Kalian juga harus tau, teknik melukis, seperti mengenal cara membuat teknik aquarel, pointilis, teknik arsir , dan masih banyak lagi.
1. Abdullah Suriosubroto Abdullah Suriosubroto lahir di Semarang pada tahun 1878 dan lahir di Yogyakarta pada tahun 1941. Wahidin Sudrohusodo yang dikala itu menjadi tokoh pergerakan nasional Indonesia. Abdullah merupakan pelukis pertama di Indonesia pada abad ke-20, ia melanjutkan jejak belajar dan belajar di Batavia yang sekarang dikenal di Jakarta, jika dikala ia kuliah di Belanda, ia mengubah profesinya menjadi melukis. Bagaimana bisa? Ia terkenal suka pemandangan, dan pernah ke Bandung untuk merasakan pemandangan alam Bandung. Aliran senior yang dikenal sebagai nama panggilan Mooi Indie. Dari karya-karyanya, ia benar-benar suka melukis pemandangan dengan sudut pandang yang luas. Kapan lukisan itu kelihatan seperti aliran naturalisme ya? Sependapat ga? Karya Abdullah Suriosubroto: Hutan Bambu dan lainnya.
2. Barli Sasmitawinata Barli Sasmitawinata lahir pada tanggal 18 Maret 1921-8 Februari 2007. Dalam perjalanannya, ia memulai perjalanan dunia seni lukis pada tahun 1930-an dengan dikala saudara iparnya memintanya belajar melukis di sanggar Jos Pluimentz, seorang pelukis yang pernah tinggal di Bandung. Setelah belajar dari Jos Pluimentz, ia melanjutkan pendidikan senior di Eropa salah satu dari dua: membalasnya di Academie de la Grande Chaumiere, Paris pada tahun 1950 dan Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam Belanda pada tahun 1956. Sosok Barli penggiat senior yang mementingkan pendidikan seni, kemudian ia juga mendirikan Studio Rangga Gempol di Dago, Bandung. Karya Barli Sasmitawinata: Affandi dengan Istri Kembali Lukisan Pohon Apel, Fruit Saller, Mother Tani, Bobotoh, Pasar, Dua Wanita, Gadis, Pantai Nude, Penari Kebyar, Penari Kipas 2, Penari Kipas 2 dan lainnya. 3. Affandi Koesoema Affandi Koesoema lahir di Cirebon pada tahun 1907 dan lahir pada tahun 1990. Wow ,,, keren ya berumur. Di dunia Affandi sosok pelukis yang benar-benar rendah hati, ia menganggap dirinya pelukis bukan pelukis, berhasil melukis mewakili pekerjaan. Uniknya, jalan pikirannya benar-benar simpel hingga dikala ada kritik Barat meminta aliran lukisan yang dibuat Affandi. Affandi malahan beralih ke aliran lukisan. Ia tidak memenangkan kejeniusannya, menggantikan orang-orang yang dikembalikan sebagai Maestro, karyanya menempuh 2.000 karya. Fantastis !!! Bagaimana ia melukis? Cara melukisnya benar-benar lucu, ia tidak melukis seperti pelukis lazimnya, ia tidak menggunakan kuas. Hanya menumpahkan lukisan berwarna ke dalam lukisannya yang membikin kesan pertama benar-benar semrawut, kemudian setelah itu ia menyikat warna kucing dengan jarinya. Karya Affandi Koesoema: Kebun Cengkeh, Ayam Tarung, Perahu dan Matahari, Sis Cut Bunga Matahari, Barong & Leak, Kuda Jogja, Jatayu, Kepala Kuda dan lain-lain. 4. Basuki Abdullah
Basuki Abdullah lahir pada tanggal 27 Januari 1915 di Surakarta, Jawa Tengah dan meninggal pada tanggal 5 November 1993. Minta salah satu pelukis Maestro Indonesia dengan aliran realis dan naturalisnya. Jiwa artistiknya diubah dari bakat yang didukung, Abdullah Suriosubroto. Pada masa pemerintahan Jepang, Basuki masuk ke gerakan Poetra dan menugaskannya untuk mendidik melukis kepada murid-muridnya, kecuali itu Basuki juga aktif dalam kebiasaan Jepang pada waktu itu. Sementara di Belanda ia berhasil menaklukkan 87 pelukis di Eropa dan menjadi jawara. Wow, berbangga ya ia punya wangi-wangian Indonesia. Selain itu ia sering berkeliling Eropa seperti Italia dan Prancis di mana banyak pelukis di negara itu. Basuki terkenal dengan pelukis potret yang bisa melukis wajah-wajah indah wanita, membahas lukisan lebih indah dari wajah berseru. Pengajaran seni tidak sia-sia, sampai selesai pada tahun 1974 ia diselesaikan di Jakarta untuk ditetapkan sebagai pelukis Istana Merdeka. Karyanya: Dr. Ir. Soekarno, Ibu dan Buah, Upacara Pembantaian Bali, Wanita Spanyol, Nyai Roro Kidul, Jaka Tarub, Pertempuran Gatotkaca dengan Antasena, Bandel Buah, dan lain-lain.
Nah, itu tadi penjelas tentang tokoh-tokoh seniman, yang bisa di contoh perjuangan dan usaha di dunia seni lukis. Nah, untuk teknik-teknik dalam melukis Anda bisa mempelajarinya di mudahdicari.com, yang akan memudahkan dengan lengkap.
0 notes