Tumgik
#bayiqiya
notefromfa · 2 years
Text
Cerita Melahirkan Part. 2
RUMAH SAKIT
Jam 8 kami melanjutkan motor ke arah rumah kidul. Sampai di sana, ada Ibuk. Kami laporan kalau sedang flek dan akan ke RS. Kami drop barang-barang, hanya membawa buku KIA, surat-surat penting, surat rujukan, dan air mineral. Sampai di lokasi, kami masuk ke IGD. 
Awalnya kami memakai surat rujukan dari puskesmas. Jadi, minggu sebelumnya, saya sudah USG dengan dr. Puspa dan beliau menyarankan untuk minta rujukan karena saya mengalami oligohidramnion, yaitu kondisi ketika air ketuban sedikit di banding normal. Sebenarnya air ketuban saya masih oke, di ambang batas saja, cuma dr. Puspa takut kalau nantinya pas aliran (which is 3 minggu lagi), si ketuban semakin sedikit dan berbahaya bagi bayi. Jadi, paginya saya pun minta rujukan ke puskesmas. Rencananya, saya baru mau ke RS untuk konsul pada hari Sabtunya. So, ketika saya ke IGD dan menunjukkan surat rujukan, mereka tanya, saya mau lewat jalur apa, karena kalau pakai rujukan ya harus nanti sore, saat ada klinik dr. Puspa. Saya akhirnya putuskan untuk lewat jalur IGD saja.
Singkat cerita, menahan kontraksi yang 10 menit sekali tapi ga terlalu sakit, kami masuk ke IGD. Si perawat tanya-tanya riwayat kehamilan. Setelah itu, dicek kondisi vital. Lalu, cek pembukaan ternyata sudah pembukaan 2. Maka, diputuskan kalau kami harus rawat inap sekarang. Soalnya sudah pembukaan. Nanti juga akan dicek kala kontraksinya entah dengan alat apa yang ditaruh di perut.
Sekitar 1 jam kami ada di ruang IGD, belum kerasa sakit, masih bisa haha hihi, mengabari ibuk dan yangti pekalongan. Dari IGD kami akan dibawa ke ruang bersalin. Saya tanya sama perawatnya, 'nanti ke sananya gimana ya?', 'nanti kita antar bu, pakai bed ini'.
Spontan aku jawab, 'gausah aja mbak, nanti saya jalan boleh ga, belum sakit kok.' si perawatnya heran tapi tetep aja dituruti. Ya bener kok, kalau masih bisa jalan yauda jalan aja. Kan jalan juga bisa mempercepat kelahiran toh.
RUANG TRANSIT DAN RUANG BERSALIN
Kami masuk ke ruang transit pukul 10.00 WIB. Ruang transit itu semacam ruang untuk menunggu proses pembukaan. Nantinya, jika sudah siap melahirkan, maka akan diantar ke ruang bersalin. Mr.G lapar karena dari pagi belum makan, begitupun saya. Karena kehectican ini, kami ga selera dan ga sempat makan. Akhirnya Mr.G minta ijin sama saya mau beli makan. Keluarlah dia dan kembali degan membawa sebungkus nasi padang. Kami makan dengan lahap, berdua. Setengah jam kemudian, eh dianterin makanan buat pasien dan makanan buat penunggu. Tahu gitu ga beli makan kami, hahaha.
Seorang perawat datang dan menyampaikan prosedur, bahwa kami akan dicek 4 jam lagi setelah cek pertama, untuk melihat perkembangan kontraksi, which is jam 1 siang nanti. Jadi, selama menunggu proses itu, aku pun melakukan berbagai gerakan untuk mempercepat proses bukaan: yoga, jalan, jongkok berdiri, dan sebagainya. Pokoknya ga berenti, gerak terooooosss.
Mindset kami saat itu, jangan dulu induksi. Karena, akan membahayakan janin dan si ibu. Risiko besar. Lebih baik ditunggu saja. Jadi, harus normal. Ga mau lah induksi apalagi sesar.
Jam 1 akhirnya tiba. Dua perawat datang dan mulai memasang alat yang sama saat di IGD. Selamat 15 menit, kami dicek. Lalu 1 jam kemudian, hasilnya keluar. Seorang perawat dan dokter masuk ke dalam kamar. Si dokter masih muda dan menerangkan kepada kami. Singkatnya, kami harus diinduksi karena tidak ada pembukaan setelah 4 jam menunggu. Tapi, Penjelasan nya mengambang banget menurut kami berdua. Kayaknya si dokter kurang memahami hal ini, jadi Penjelasan nya pun sangat singkat. 
Kami bilang ke dokter dan perawat bahwa kami butuh waktu untuk diskusi. Si perawat bilang, jangan kelamaan ya bu, nanti takutnya semakin lama.
Kami masih dengan keyakinan kami, sebisa mungkin normal tanpa induksi.
Pukul 3 tiba. Seorang perawat datang. Kali ini lebih ramah daripada yang sebelumnya. Si perawat mengajak kami berbicara tentang perkembangan kontraksi dan pembukaan. Saya bilang sih, kontraksinya semakin cepat dibandingkan yang pagi. Si perawat tampak ga setuju dan mengambilkan hasil pemeriksaan jam 1. Nah ini nih guwe suka, ga cuma bilang kesimpulan tapi dijelaskan dari awal, based on data.
Si perawat menjelaskan hasil pemeriksaan yang kedua dibandingkan yang pertama. Ternyata lebih stabil dan bagus yang pertama di jam 9. Oleh dr.Puspa disarankan untuk induksi. Induksi akan dilaksanakan melalui infus dalam beberapa tahap. Pertama, akan diberi 4 tetes, 8 tetes, setelah itu dinaikkan ke 12 tetes, lalu terakhir 16 tetes. Kalau sampai terakhir tidak ada kenaikan nanti akan dievaluasi. Selama proses itu, detak jantung bayi akan dievaluasi apakah ada kenaikan, karena konon katanya jika tidak cocok dengan induksinya, detak jantung bayi akan berubah, bisa naik maupun turun. Positifnya dari induksi adalah akan dipercepat proses pembukannya sehingga ibu akan lebih cepat bersalin dan ketuban aman. Kalau harus menunggu, dikhawatirkan energi ibu udah habis duluan karena capek menunggu pembukaan dan nanti malah bahaya pas bersalin. Negatifnya adalah jika detak jantung bayi berubah, itupun pasti akan ada treatment lanjutannya.
Dari Penjelasan si perawat tadi, yang sangat jelas dan logis, kami berdua sepakat untuk induksi. Tanda tangan, selesai.
Tak sampai 5 menit, beberapa perawat masuk dan melakukan persiapan. Infus dipasang, induksi disuntikkan pada pukul 15.36 WIB. Perawat itu pun keluar dan mengatakan akan kembali 15 menit kemudian untuk menambah dosis induksi.
10 menit kemudian si perawat masuk. Kondisiku saat itu masih oke, hahahihi, bahkan sempat selfi dan kirim foto ke Ella. Si perawat menaikkan dosis, dan masih bisa hahahihi. Gengsi dong, harus merasa baik-baik saja. Level kesakitanku kan tinggi, pernah diambang putus nafas di gunung wologai dan air terjun tonggopapa, jadi ini pasti bisa dilewati.
10 menit kemudian, udah bubar jalan semua teori hahaha. Rasa sakitnya mulai kerasa yang sakit. Si perawat bilang, kalau udah ga tahan bilang ya Bu. Aku langsung bilang, kayaknya udah ga tahan ini. Spontan semua perawat langsung sigap mendorong bed ke dalam ruang bersalin. Rasanya? Sakit lah wkwkwkw.
Setelah itu, ingatanku sepotong-potong karena fokus ke rasa sakit. Kontraksinya lebih sakit dari waktu lahiran Qiqi. Kalau dulu kan pembukaan 8 masih jalan ke kamar mandi, pipis, nahan sakit masih aman. Ini? Hahahaha kacau. Karena mendadak banget lahirannya dan keliatan perawatnya ga prepare kalau secepat ini pembukaannya, keadaan di ruang bersalin agak hectic. Dokter juga belum ada. 
Aku udah yang teriak-teriak. Teriaknya: sakit, ga kuat mau ngejan, boleh ngejan belum, udah nafas ini, sakit banget, udah atur nafas, ini udah hah.
Bukan yang aaaa aduuuuhhh aaaa gitu. BUKAN. Hahahaha
Soalnya perawatnya bilang, atur nafas bu, tahan ibu, keluarin HAH bu. 
HAHAHAH. Sempet-sempetnya aku wangsulan. Kalau dipikir lucu.
Setelah rasa sakit yang kayaknya baru sebentar banget, akhirnyaaaaa boleh mengejan dan HUH sekali mengejan, si bayi keluar. Kerasa banget si bayi meluncur hangat keluar. Udah keluar, dr Puspa baru nongol haha telat budok. Jam 16.49 WIB tepat.
Meski si bayi udah keluar, aku masih ngerasa banget ada sesuatu di vagina. Mikirku sih itu plasenta. Rasa hangat sekarang berganti ke rasa perih.
Si bayi ditaruh ke dadaku, siap untuk IMD, tapi nggak ada 10 detik diambil lagi karena ada treatment. Belakangan aku dikasih tahu ternyata si bayi minum air ketuban dan tidak langsung menangis. 
Setelah itu, si budok dengan sigap mengecek plasenta, lalu mengeluarkan isi rahim yang masih ada. Bisa banget kerasa tangan budok masuk dan membersihkan rahim. Gausa dibayangin, udah ngeri aja bayangin tangan bisa masuk ke rahim tuh. Lalu setelah itu, Dr. Puspa persiapan mau menjahit. Dibius. Masih sakit. Dibius masih sakit lagi. Katanya sih Dibius 3x dan masih kerasa sakit. Mungkin karena udah mindset kali ya kalau dijahit itu LEBIH SAKIT dari saat melahirkan. Makanya, rasanya sakit bangeeeeeettt.
Setelah kerasa lamaaa banget, akhirnya jahitan selesai, bersih-bersih bekas lahiran, lalu dipakein underpad baru dan boleh istirahat, makan, dan lainnya. Si bayi dibawa ke NICU jadi aku cuma ditemenin Mr.G. Aku ga boleh tidur selama 2 jam.
Jam setengah 7, aku pipis, lalu dibantu ganti baju dan pakai pembalut. Jam 7, kami masuk ke kamar inap.
*bersambung ke Part 3*
2 notes · View notes
notefromfa · 2 years
Text
Cerita Melahirkan Part. 1
Wow akhirnya bisa menuliskan postingan ini lol.
Cerita ini akan saya jadikan sebagai pengingat. Mana tahu suatu hari nanti lupa bagaimana emosi yang muncul dalam detik-detik itu yang orang bilang sebagai perjuangan antara hidup dan mati. Meski terkesan lebay, memang begitulah yang terjadi. Atau, nantinya aku akan akan hamil dan melahirkan lagi, kan ga tau ya.
Wait jeda dulu, si bayi gelisah, bangun heeemmh.
Oke kita lanjut...
CUTI
HPL si bayi adalah 8 Februari 2023. Setelah mempertimbangkan tugas-tugas sekolah dan lainnya, akhirnya ku putuskan untuk mengambil cuti di tanggal 3 Februari 2023, hari Jumat, 5 hari sebelum HPL. Alasannya, hari senin-rabu, ada Try Out 1 kecamatan, aku merasa bertanggung jawab untuk setidaknya mendampingi si pengganti cuti agar dia tahu tugasnya nanti. Kenapa jumat? Agar nanti saat aku masuk setelah cuti, aku punya hari libur ekstra di senin-kamis. Kayaknya, mengawali masuk di hari Senin itu membuat mood kurang baik HAHAHA. Jumat = berkah. Wkwkwkw
Selama seminggu sebelum cuti, aku hectic banget di sekolah. Nyiapin cuti, delegasi tugas, ngurus TO, pendataan sekolah, KKG, kejar materi, dan lainnya. Malah kadang takut. Takutnya brojol, lairan sebelum cuti, kan ga enak ya. 
Aku pun akhirnya melakukan sounding ke si jabang bayi: Dek, ibuk cuti tanggal 3, kamu kalau mau lahir setelah ibu cuti ya, jangan merepotkan orang lain. Sabar ya.
LAIRAN
HARI-hari terlewati. Kamis yang maunya santai aja di sekolah, pamitan sama anak-anak, malah harus KKG di daerah Tegallayang. Oke baik. Akhirnya berangkat. Dan masih ditanyain sama temen guru lainnya, kapan cuti, kok masih masuk, dll. LOL.
Aku udah planning banget, hari Jumat esok paginya, hari pertama cuti, mau beberes rumah dan bersiap pindah ke rumah kidul. Rumah kidul juga belum disiapin, jadi hari Jumat mau prepare dan leha-leha saja. Hari pertama cuti kan ehehehe. Hitung-hitung untuk hadiah ke diri sendiri setelah berbulan-bulan melaksanakan tanggung jawab dan kadang tidak inget kalau lagi hamil. Tapi, aku masih sempet sounding ke si bayi: Dek, ibuk udah cuti, kamu kalau mau keluar boleh hari ini, atau besok, atau nunggu tanggal 8. Terserah 
Kamis malamnya, hujan turun. Mau masak, kok malas banget. Yaudah beli nasi goreng tetangga aja. Beli dua bungkus untuk bertiga, yang satu pedes. Setelah kenyang, tidurlah kami semua. Jam 3 pagi, rasanya perut mules banget. Oh...ini efek cabe kali. Akhirnya, aku putuskan untuk pup saja. Tapi, karena sudah feeling, takut kalau ini kontraksi, akhirnya ku putuskan untuk menyiapkan baju-baju. Iya, soalnya aku baru packing baju bayi, untuk baju yang aku bawa sendiri, belum aku siapkan. Like I said, setiap hari hectic sekali. Sampai rumah, tenaga udah habis dan cuma sempat mengurus urusan domestik rumah (+gegoleran yang banyak haha). 
Setelah beberes selesai, jam 4 aku putuskan untuk tidur sejenak. Jam 5 bangun lagi dan mendapati ada sedikit flek. Tapi aku cuek aja, karena masih samar, jadi semacam keputihan tapi agak keruh. Aku putuskan untuk membangunkan Mr.G dan laporan kalau (sepertinya) ada flek. Tapi samar, jadi tetep sekolah aja, ku bilang gitu. Yang penting motor ditinggal, jadi kalau ada yang urgent, aku bisa pergi sendiri.
Tapi, ketika Mr.G lagi mandi, ku rasakan ada yang keluar lagi, kali ini flek itu berubah lendir darah. Oke fiks, ini alarm. Aku sampaikan ke Mr.G dan kami sepakat untuk ke rumah sakit.
Kami prepare semuanya hingga jam 8 baru siap. Kayak orang mau pindahan. Haha.
Kita sambung di part. 2 ya. Si bayi menangis lagi. Iya, begadang kayaknya *sigh*
1 note · View note