#banjari
Explore tagged Tumblr posts
Text
We welcome you to our Rajasthani Banjara Poushak store. We deal in weaving Rajasthani Banjara clothes and hand embroidered clothes. In this you will find all types of clothes, stylish and unique. You can look at the clothes in our store where you will find many types of clothes.
0 notes
Text
Cari aman untuk beramal ya amalin hadits yang shahih aja, itu udah paling bener. Kalo kata ustadz Nuzul Dzikri hafizhahullahu ta'ala,
"kita itu harus jadi 'safety player'."
Yang hadits nya shahih aja belum tentu bisa kita amalkan semua, ngapain mengamalkan amalan yang tidak ada asal usulnya atau palsu.
Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi hafizhahullahu ta'ala juga pernah mengatakan,
"Kadang kita saja sulit menjalankan yang sunnah, tapi justru bikin perkara yang tidak ada asal usulnya di dalam syariat"
Maka, inilah perlunya kita belajar agama, bukan hanya sekadar pelajaran tentang kebaikan, tapi juga perihal keburukan agar kita tidak masuk ke dalamnya.
"Siapa yang tidak mengetahui keburukan dari kebaikan, maka ia akan terperosok di dalamnya. Seperti tidaknya mengetahui apa itu bid'ah sedang ia hanya mengetahui apa itu sunnah, maka ia pun akan terperosok di dalamnya."
- Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjary hafizhahullahu ta'ala
29 notes
·
View notes
Text
Oleh-oleh dauroh Syaikh Dr. Utsman Muhammad Al-Khamis Hafizhahullah
1. Seorang penuntut ilmu harus istimewa (berbeda dari bukan penuntut ilmu) _Akhlaq, Perkataan, Adab_.
2. Seorang penuntut ilmu harus memliki amalan rahasia yang hanya dia dan Allah yang tahu.
Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjari, LC
6 notes
·
View notes
Text
Maulid Nabi di Arinna Cafe, Arinah Hidayah Ajak Teladani Akhlak Rasulullah
SUMENEP, MaduraPost – Owner PT Arinna Makmur Sentosa, Arinah Hidayah, mengajak para hadirin untuk meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dalam acara peringatan Maulid Nabi yang digelar pada Minggu, 22 September 2024 malam. Acara tersebut berlangsung di Arinna Cafe & Resto dan dimeriahkan oleh grup Banjari Al-Hidayah. Kehadiran lantunan salawat yang diiringi alat musik tradisional menciptakan suasana…
#Arinna Cafe & Resto#Berita Sumenep#Madurapost#Maulid Nabi 2024#Nilai Islam Dalam Bisnis#PT Arinna Makmur Sentosa#Sumenep#Teladan Rasulullah
0 notes
Text
Katalog Budaya Desa Wonoploso: Pelestarian Warisan Budaya Lokal
Kekayaan budaya suatu daerah merupakan warisan berharga yang perlu dilestarikan dan dipromosikan agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang. Desa Wonoploso, yang terletak di Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, yang mencakup seni tradisional, adat istiadat, serta berbagai kegiatan keagamaan yang kaya makna.
Katalog Budaya Desa Wonoploso adalah inisiatif terbaru yang bertujuan untuk mendokumentasikan, melestarikan, dan mempromosikan kekayaan budaya yang dimiliki oleh desa ini. Proyek ini bukan hanya sekadar pencatatan, tetapi juga upaya komprehensif untuk memastikan bahwa nilai-nilai budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Wonoploso tetap hidup dan relevan dalam konteks modern. . Inisiatif ini digagas oleh Grace Natasha Karundeng anggota kelompok Kuliah Kerja Nyata R-11 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya periode genap 2023/2024 yang menjalankan KKN di Desa Wonoploso, dibimbing oleh dosen pendamping lapangan, Ibu Novi Andari, S.S. M.Pd. yang memberikan arahan dan dukungan untuk kesuksesan program kerja tersebut.
Katalog ini mencakup berbagai aspek kekayaan budaya Desa Wonoploso, antara lain:
- Seni Tradisional: Seperti seni Banjari, Bantengan dan Wayang Kulit yang masih aktif dipraktikkan dalam upacara adat dan keagamaan.
- Adat Istiadat: Tradisi Ruwah Desa, Brokohan, Neloni, Tingkeban, Temu Manten, dan upacara kematian yang mengandung nilai-nilai spiritual yang mendalam.
- Tradisi Keagamaan: Dari perayaan Hindu seperti Galungan, Kuningan, Saraswati, hingga perayaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Ramadhan, serta perayaan Kristen seperti Natal, Paskah, Pentakosta, dan Hari Raya Tritunggal Mahakudus.
- Punden atau Makam Keramat
a. Punden Mbah Singojoyo: Terletak di Dusun Gempol, punden ini merupakan tempat ziarah yang penting bagi masyarakat, diyakini sebagai salah satu pendiri desa.
b. Punden Mbah Pande: Terletak di Dusun Ploso, punden ini dihormati sebagai situs bersejarah yang melambangkan kontribusi besar dalam sejarah desa.
c. Makam Mbah Chasbullah: Seorang tokoh Islam penting yang makamnya terletak di Dusun Wonosari, menjadi tempat ziarah yang penting bagi masyarakat karena peran dalam penyebaran agama Islam di daerah ini.
- Makam Umum: Terdapat tiga makam umum di Desa Wonoploso, masing-masing di Dusun Ponggok, Pandansari, dan Wonosari, yang menjadi tempat peristirahatan terakhir dan ziarah penting bagi masyarakat.
Setiap tahunnya, masyarakat Desa Wonoploso mengadakan tradisi ruwah desa yang melibatkan ziarah ke punden-punden dan makam-makam tersebut. Tradisi ini tidak hanya memperkuat nilai-nilai kebersamaan, tetapi juga sebagai upaya mempertahankan warisan budaya yang kaya akan nilai spiritual dan sejarah.
Katalog Budaya Desa Wonoploso, yang merupakan program kerja Kelompok R-11 Kuliah Kerja Nyata Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya semester genap tahun 2023/2024, adalah langkah konkret untuk menjaga dan memperkuat identitas budaya yang berakar di Jawa Timur. Dengan mendokumentasikan dan mempromosikan kekayaan budaya serta situs-situs bersejarah Desa Wonoploso, diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budaya lokal dan menjadikan mereka agen pelestarian warisan budaya untuk generasi mendatang.
#KitaUNTAGSurabaya
#UntukIndonesia
#UNTAGSurabayaKeren
#EcoCampus
#KampusKompeten
0 notes
Text
Pj Bupati Tala Berikan Tugas Khusus Kepada Tim Penanganan Stunting
TANAH LAUT, inspirasitala.co.id – Tindak Lanjuti Kesalahan Input Data Stunting Pj. Bupati Tanah Laut (Tala) H. Syamsyir Rahman memberikan tugas khusus kepada team penanganan stunting. Hal tersebut Ia sampaikan pada Rembuk Stunting Pertemuan Koordinasi Konvergensi Aksi III Tala yang digelar di Aula Arsyad Al Banjari Poltek Tala, Selasa (11/06/2024) “Angka stunting yang awalnya 14% di tahun 2024…
View On WordPress
0 notes
Text
Syekh Abdus Somad Al-Falimbani
Dalam perkembangan intelektual ulama Melayu khususnya di era abad 18 M, peran dan kiprah Syeikh Abdush Shamad Al-Palimbani tak bisa dianggap kecil. Syeikh Al-Palimbani, demikian biasa ia disebut banyak kalangan, merupakan salah satu kunci pembuka dan pelopor perkembangan intelektualisme Nusantara. Ketokohannya melengkapi nama-nama ulama dan intelektual berpengaruh seangkatannya semisal Al-Raniri, Al-Banjari, Hamzah Fansuri, Yusuf Al-Maqassari, dan masih banyak lainnya.
Dalam deretan nama-nama tersebut itulah, posisi Syeikh Al-Palimbani menjadi amat sentral berkaitan dengan dinamika Islam. Malah, sebagian sejarahwan, seperti Azyumardi Azra, menilai Al-Palimbani sebagai sosok yang memiliki kontribusi penting bagi pertumbuhan Islam di dunia Melayu. Ia bahkan juga bersaham besar bagi nama Islam di Nusantara berkaitan kiprah dan kontribusi intelektualitasnya di dunia Arab, khususnya semasa ia menimba ilmu di Mekkah.
Riwayat hidup Abdush Shamad al-Palimbani sangat sedikit diketahui. la sendiri hampir tidak pernah menceritakan tentang dirinya, selain tempat dan tanggal yang dia cantumkan setiap selesai menulis sebuah kitab. Seperti yang pernah ditelusuri M. Chatib Quzwain dan juga Hawash Abdullah, satu-satunya yang menginformasikan tentang dirinya hanya Al-Tarikh Salasilah Negeri Kendah (di Malaysia) yang ditulis Hassan bin Tok Kerani Mohammad Arsyad pada 1968.
Sumber ini menyebutkan, Abdush Shamad adalah putra Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad al-Mahdani (ada yang mengatakan al-Mahdali), seorang ulama keturunan Arab (Yaman) yang diangkat menjadi Mufti negeri Kedah pada awal abad ke-18. Sementara ibunya, Radin Ranti adalah seorang wanita Palembang. Syekh Abdul Jalil adalah ulama besar sufi yang menjadi guru agama di Palembang, tidak dijelaskan latar belakang kedatangannya ke Palembang. Diperkirakan hanya bagian dari pengembaraannya dalam upaya menyiarkan Islam sebagaimana banyak dilakukan oleh warga Arab lainnya pada waktu itu.
Tetapi selain sumber tersebut, Azyu-mardi Azra juga mendapatkan informasi mengenai dirinya dalam kamus-kamus biografi Arab yang menunjukkan bahwa Al-Palimbani mempunyai karir terhormat di Timur Tengah.
Sejauh yang tercatat dalam sejarah, memang ada tiga versi nama yang dikaitkan dengan nama lengkap Al-Palimbani. Yang pertama, seperti dilansir Ensiklopedia Islam, ia bernama lengkap Abdus Shamad Al-Jawi Al-Palimbani. Versi kedua, merujuk pada sumber-sumber Melayu, sebagaimana dikutip Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Mizan: 1994), ulama besar ini memiliki nama asli Abdus Shamad bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani. Sementara versi terakhir, tulis Rektor UIN Jakarta itu, bahwa bila merujuk pada sumber-sumber Arab, maka Syeikh Al-Palimbani bernama lengkap Sayyid Abdus Al-Shamad bin Abdurrahman Al-Jawi.
Menurut Azra, informasi ini merupakan temuan penting sebab tidak pernah ada sebelumnya riwayat-riwayat mengenai ulama Melayu-lndonesia ditulis dalam kamus biografi Arab. Dalam literatur Arab, Al-Palimbani dikenal dengan nama Sayyid Abdush Shamad bin Abdur Rahman al-Jawi. Tokoh ini, menurut Azra, bisa dipercaya adalah Al-Palimbani karena gambaran karirnya hampir seluruhnya merupakan gambaran karir Abdush Shamad al-Palimbani yang diberitakan sumber-sumber lain.
Dalam pengembaraan putra mahkota Kedah, Tengku Muhammad Jiwa ke Palembang, ia bertemu dengan Syekh Abdul Jalil dan berguru padanya, bahkan mengikutinya mengembara ke berbagai negeri sampai ke India. Dalam sebuah perjalanan mereka, Tengku Muhammad Jiwa mendapat kabar bahwa Sultan Kedah telah mangkat.
Tengku Muhammad Jiwa lalu mengajak gurunya itu (Syekh Abdul Jalil) pulang bersamanya ke negeri Kedah. Ia dinobatkan menjadi sultan pada tahun 1112 H/1700 M dan Syekh Abdul Jalil diangkat menjadi mufti Kedah dan dinikahkan dengan Wan Zainab, putri Dato’ Sri Maharaja Dewa, Sultan Kedah.
Tiga tahun kemudian Syekh Abdul Jalill kembali ke Palembang karena permintaan beberapa muridnya yang rindu padanya. Di Palembang ia menikah dengan Radin Ranti dan memperoleh putra, Abdush Shamad. Dengan demikian kemungkinan Abdush Shamad lahir tahun 1116 H/1704 M.
Sumber yang menyebutkan silsilahnya sebagai keturunan Arab tidak pernah dikonfirmasikan oleh Al-Palimbani sendiri. Jika keterangan sumber tersebut benar, tentu Al-Palimbani akan mencantumkan nama besar al-Mahdani pada akhir namanya. Ini dapat dilihat dari setiap tulisannya, ia menyebut dirinya Syekh Abdush Shamad al-Jawi al-Palimbani. Kemungkinan dalam dirinya memang mengalir darah Arab tetapi silsilah itu tidak begitu jelas atau ada mata rantai yang tidak bersambung menurut garis keturunan bapak sehingga dia tidak merasa berhak menyebut dirinya keturunan al-Mahdani dari Yaman. Dan barangkali dia lebih merasa sebagai orang Indonesia sehingga mencantumkan ‘al-Jawi‘ dan ‘al-Palimbani‘ di ujung namanya.
Al-Palimbani mengawali pendidikannya di Kedah dan Pattani (Thailand Selatan). Tidak ada penjelasan kapan dia berangkat ke Makkah melanjutkan pendidikannya. Kemungkinan besar setelah ia menginjak dewasa dan mendapat pendidikan agama yang cukup di negeri Melayu itu. Dan agaknya sebelum ke Makkah dia telah mempelajari kitab-kitab para sufi (tasawuf) Aceh, karena di dalam Sayr al-Salikin dia menyebutkan nama Syamsuddin al-Samatrani dan Abdul Rauf al-Jawi al-Fansuri (Abdul Rauf Singkel). Namun sumber lain mengatakan bahwa ia pernah bertemu dan berguru pada Syamsuddin al-Samatrani dan Abdul Rauf Singkel di Makkah.
Di Makkah dan Madinah, Al-Palimbani banyak mempelajari berbagai disiplin ilmu kepada ulama-ulama besar masa itu serta para ulama yang berkunjung ke sana. Walaupun pendidikannya sangat tuntas mengingat ragam ulama tempatnya belajar, Al-Palimbani mempunyai kecenderungan pada tasawuf. Karena itu, di samping belajar tasawuf di Masjidil-Haram, ia juga mencari guru lain dan membaca kitab-kitab tasawuf yang tidak diajarkan di sana. Dari Syekh Abdur Rahman bin Abdul ‘Aziz al-Magribi dia belajar kitab Al-Tuhfatul Mursalah (Anugerah yang Diberikan) karangan Muhammad Fadlullah al-Burhanpuri (w. 1030 H/1620 M). Dari Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Madani (w. 1190 H/1776 M) ia belajar kitab tauhid (suluk) Syekh Mustafa al-Bakri (w. 1162 H/1749 M). Dan bersama Muhammad Arsyad al-Banjari, Abdul Wahab Bugis dan Abdul-Rahman Masri Al-Batawi dari Jakarta, mereka membentuk empat serangkai yang sama-sama menuntut ilmu di Makkah dan belajar tarekat di Madinah kepada Syekh Muhammad al-Samman (w. 1162 H/1749 M), juga bersama-sama dengan Dawud Al-Fatani dari Patani, Thailand Selatan.
Selama belajar pada Syekh Muhammad al-Samman, Al-Palimbani dipercaya mengajar rnurid-murid Al-Sammani yang asli orang Arab. Karena itu sepanjarig menyangkut kepatuhannya pada tarekat, Al-Palimbani banyak dipengaruhi Al-Sammani dan dari dialah Al-Palimbani mengambil tarekat Khalwatiyyah dan Sammaniyyah. Sebaliknya, melalui Al-Palimbani-lah tarekat Sammaniyyah mendapat lahan subur dan berkembang tidak hanya di Palembang tetapi juga di bagian lain wilayah Nusantara bahkan di Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina. Beberapa orang guru yang masyhur dan berandil besar dalam proses peningkatan intelektualitas dan spiritualitasnya antara lain Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani, Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi, dan Abdul Al-Mun’im Al-Damanhuri. Juga tercatat ulama besar Ibrahim Al-Rais, Muhammad Murad, Muhammad Al-Jawhari, dan Athaullah Al-Mashri.
Al-Palimbani rnemantapkan karirnya di Haramayn (Mekkah dan Madinah) dan mencurahkan waktunya untuk menulis dan mengajar. Meski demikian dia tetap menaruh perhatian yang besar terhadap Islam dan kaum Muslimun di negeri asalnya. Di Haramayn ia terlibat dalam ‘komunitas Jawi’ yang membuatnya tetap tanggap terhadap perkembangan sosio-religius dan politik di Nusantara. Peran pentingnya tidak hanya karena keterlibatannya dalam jaringan ulama, melainkan lebih penting lagi karena tulisan-tulisannya yang tidak hanya menyebarkan ajaran-ajaran sufisme tetapi juga menghimbau kaum Muslimun melancarkan jihad melawan kolonialis Eropa, dibaca secara luas di wilayah Melayu-lndonesia. Peranan dan perhatian tersebut memantapkannya sebagai ulama asal Palembang yang paling menonjol dan paling berpengaruh melalui karya-karyanya.
Al-Palimbani berperan aktif dalam memecahkan dua persoalan pokok yang saat itu dihadapi bangsa dan tanah airnya, baik di kesultanan Palembang maupun di kepulauan Nusantara pada umumnya, yaitu menyangkut dakwah Islamiyah dan kolonialisme Barat. Mengenai dakwah Islam, ia menulis selain dua kitab tersebut di atas, yang menggabungkan mistisisme dengan syariat, ia juga menulis Tuhfah al-Ragibtn ft Sayan Haqfqah Iman al-Mukmin wa Ma Yafsiduhu fi Riddah al-Murtadin (1188). Di mana ia memperingatkan pembaca agar tidak tersesat oleh berbagai paham yang menyimpang dari Islam seperti ajaran tasawuf yang mengabaikan syariat, tradisi menyanggar (memberi sesajen) dan paham wujudiyah muthid yang sedang marak pada waktu itu. Drewes rnenyimpulkan bahwa kitab ini ditulis atas permintaan sultan Palembang, Najmuddin, atau putranya Bahauddin karena di awal kitab itu ia memang menyebutkan bahwa ia diminta seorang pembesar pada waktu itu untuk menulis kitab tersebut.
Mengenai kolonialisme Barat, Al-Palimbani menulis kitab Nasihah al-Muslimin wa tazkirah al-Mu’min fi Fadail Jihad ti Sabilillah, dalam bahasa Arab, untuk menggugah semangat jihad umat Islam sedunia. Tulisannya ini sangat berpengaruh pada perjuangan kaum Muslimun dalam melawan penjajahan Belanda, baik di Palembang maupun di daerah-daerah lainnya. Hikayat Perang Sabil-nya Tengku Cik di Tiro dikabarkan juga mengutip kitab tersebut.
Masalah jihad fi sabililiah sangat banyak dibicarakan Al-Palimbani. Pada tahun 1772 M, ia mengirim dua pucuk surat kepada Sultan Mataram (Hamengkubuwono I) dan Pangeran Singasari Susuhunan Prabu Jaka yang secara halus menganjurkan pemimpin-pemimpin negeri Islam itu meneruskan perjuangan para Sultan Mataram melawan Belanda.
Mengenai tahun wafatnya juga tidak diketahui dengan pasti. Al-Tarikh Salasilah Negeri Kendah menyebutkan tahun 1244 H/1828 M. Namun kebanyakan peneliti lebih cenderung menduga ia wafat tidak berapa lama setelah meyelesaikan Sayr al-Salikin (1203 H/1788 M). Argumen mereka, Sayr al-Salikin adalah karya terakhirnya dan jika dia masih hidup sampai 1788 M kemungkinan dia masih tetap aktif menulis. Al-Baythar – seperti dikutip Azyumardi Azra – menyebutkan ia wafat setelah tahun 1200/1785. Namun Azyumardi Azra sendiri juga lebih cenderung mengatakan ia wafat setelah menyelesaikan Sayr al-Salikin, tahun 1788 M.
Karya Tulis Al-Palimbani
Tercatat delapan karya tulis Al-Palimbani, dua diantaranya telah dicetak ulang beberapa kali, dua hanya tinggal nama dan naskah selebihnya masih bisa ditemukan di beberapa perpustakaan, baik di Indonesia maupun di Eropa. Pada umumnya karya tersebut meliputi bidang tauhid, tasawuf dan anjuran untuk berjihad. Karya-karya Al-Palirnbani selain empat buah yang telah disebutkan di atas adalah:
Zuhrah al-Murid fi Bayan Kalimah al-Tauhid, ditulis pada 1178 H/1764 M di Makkah dalam bahasa Melayu, memuat masalah tauhid yang ditulisnya atas perrnintaan pelajar Indonesia yang belurn menguasai bahasa Arab.
Al-‘Uwah al-Wusqa wa Silsilah Ulil-Ittiqa’, ditulis dalam bahasa Arab, berisikan wirid-wirid yang perlu dibaca pada waktu-waktu tertentu.
Ratib ‘Abdal-Samad, semacam buku saku yang berisi zikir, puji-pujian dan doa yang dilakukan setelah shalat Isya. Pada dasarnya isi kitab ini hampir sama dengan yang terdapat pada Ratib Samman.
Zad al-Muttaqin fi Tauhid Rabb al-‘Alamin, berisi ringkasan ajaran tauhid yang disampaikan oleh Syekh Muhammad al-Samman di Madinah.
Mengenai Hidayah al-Salikin yang ditulisnya dalam bahasa Melayu pada 1192 H/1778 M, sering disebut sebagai terjemahan dari Bidayah al-Hidayah karya Al-Ghazali. Tetapi di samping menerjemahkannya, Al-Palimbani juga membahas berbagai masalah yang dianggapnya penting di dalam buku itu dengan mengutip pendapat Al-Ghazali dari kitab-kitab lain dan para sufi yang lainnya. Di sini ia menyajikan suatu sistem ajaran tasawuf yang memusatkan perhatian pada cara pencapaian ma’rifah kesufian melalui pembersihan batin dan penghayatan ibadah menurut syariat Islam.
Sedangkan Sayr al-Salikin yang terdiri dari empat bagian, juga berbahasa Melayu, ditulisnya di dua kota, yaitu Makkah dan Ta’if, 1779 hingga 1788. Kitab ini selain berisi terjemahan Lubab Ihya’ Ulum al-Din karya Al-Ghazali, juga memuat beberapa masalah lain yang diambilnya dari kitab-kitab lain. Semua karya tulisnya tersebut masih dijumpai di Perpustakaan Nasional Jakarta. (disarikan dari berbagai sumber dan portal palembang.
1 note
·
View note
Photo
Maulid Nabi Muhammad S.A.W dan Haul Ke-27 KH Umar Isma'il https://majelis.info/event/haul-ke-27-kh-umar-ismail/ Hadirilah dan Syiarkanlah Kemeriahan Peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W, Ziarah Kubro & Haul Ke-27 Ayahanda (Alm) KH Umar Isma'il, serta pelaksanaan Akad Nikah Aldi & Mariah Al Qibtiyah (Putri Abuya KH Abdul Majid bin KH Umar Isma'il) yang akan diselenggarakan pada: Detail Acara: Maulid Nabi Muhammad S.A.W dan Haul Ke-27 KH Umar Isma'il - **Hari / Tgl:** Jum'at, 8 Desember 2023 / 24 Jumadil Awwal 1445 H - **Waktu:** Pukul 13:30 WIB (Ba'da Shalat Jum'at - Selesai) - **Tempat:** Masjid Quba - **Alamat:** Jl.Kalipasir Gg.Guru Demar, Cikini, Jakarta Pusat Dihadiri Oleh: - Al Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab - Al Habib Hanif bin Abdurrahman Al Atthas - Al Habib Hud bin Baqir Al Atthas - Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi - Tuan Guru KH Maulana Kamal Yusuf - Serta para tamu undangan lainnya Perform Banjari: Jam'iyyah Hadroh Daarul Khoir Live Streaming Youtube: Sudar Production
0 notes
Text
MUHASABATUL QOLBI || ALBUM BANJARI TERBAIK 2023 || FULL BASS || ROBBI LAHUL ASMAUL HUSNA
youtube
kalem lah
hwaaa dulu ndak bisa sekarang lupa
tempo 😅 , dan nada 🤭 akhirnya cuma penikmat
0 notes
Text
Ridha
youtube
Pontianak. 05:55. 01102023.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Manalah ada sesuatu yang kebetulan kan? Setelah beberapa hari lalu alhamdulillah mendapatkan ilmu tentang takdir dari Ustadz Ahmad Zainuddin al Banjary (yang sejujurnya baru saya dengar namanya, ini ketemunya sebenarnya dari potongan kajian singkat oleh beliau di reels IG teman saya, waktu saya telusuri, kok ya cocok sekali dengan ilmu tentang takdir), eeeh besokannya Yulida cerita kajian Jumat subuh Gurunda Oemar Mita yang ini. Kan nyambung banget tuh. MashaAllaah.
Dari pembukaan video ini saja rasanya sudah nyessss hangaaattt sekali. Diingatkan keutamaan dzikir berikut:
Ridha. Ridha. Ridhalah atas apa yang Allah berikan untuk kita.
Karena kajian kali ini, audiensnya adalah Ibu Bapak berusia lanjut, Oemar Mita menyampaikan dengan lebih banyak canda, dengan materi yang disesuaikan untuk bekal menghadapi kematian. Padahal yaaa saya juga bisaa loh matinya hari ini.
Beristiqomah di jalan Allah SWT itu mesti diperjuangkan. Kali ini Oemar Mita mengingatkannya melalui 3 jalan:
1. Ridha dengan takdir Allah SWT
2. Roja', berharap kepada Allah SWT
3. Perjuangkan untuk memiliki teman yang shaleh, maafkan yang berlaku menyakiti, janganlah mencari musuh.
Oemar Mita menekankan untuk bersyukur itu kadangkala berat. Bukanlah bahagia yang menjadikan kita bersyukur, namun bersyukur yang menjadikan bahagia. Semoga Allah ridha.
Ada bonusnya. Jika Oemar Mita biasanya memberikan contoh dari kisah hidup Rasulullah SAW dan para sahabat, kali ini beliau contohkan kisah yang terjadi di lingkungannya. Dari orang-orang yang diketahuinya. Ada kisah Mbah Jum yang bakal bikin kita maluuu dan termotivasi. MashaAllaah canteek sekali hatinya. Malu saya yang punya berbagai fasilitas jika dibanding dengan Mbah Jum ini. Betapa Allah ar Rohiim menyayangi beliau.
youtube
Selain itu ada juga kisah lain tentang Saad bin Waqqash, eh atau memang saya yang ilmunya masih fakir. Baru pertama dengar yang versi ini. MashaAllaaah semoga teman-teman dimudahkan untuk menontonnya langsung yaaaa. Hangaaaaatttt sekali.
Semoga kita menjadi golongan yang mencintai kematian kita kelak ya, agar Allah pun cinta ketika berjumpa dengan kita.
Semoga bekal kita menjadikan kita bahagia ketika ajal menjemput.
Semoga kita dimudahkan ridha pada semua fase hidup kita.
Semoga Allah SWT ridha.
Salam,
ayuprissakartika.
1 note
·
View note
Text
Tourist Places Near Raipur within 100 km
Tourist Places Near Raipur within 100 km Also include 50 km Like Waterfall, Temples, Picnic Spots, Zoo, Ghatarani Waterfall ( 77 km ), MM Fun City, Vivekanand Sarovar, jungle safari, Banjari Mata mandir, Mahamaya temple and more places that are near Raipur within 100 km. Read More...
0 notes
Text
Oleh: Gr. Dr. Miftah el-Banjary • Rasulullah Bukan Seorang Raja Dalam Rumah Tangga
0 notes
Text
Dahsyatnya Hisab di Akhirat
Ustadz Ahmad Zainuddin al-Banjary
Kalau ingin belajar agama Islam, ada empat hal yang perlu dipelajari:
1. Perkara yang berkaitan dengan akidah
2. Perkara yang berkaitan dengan ibadah
3. Perkara yang berkaitan dengan muamalah
4. Perkara yang berkaitan dengan adab dan akhlak
Akidah adalah sesuatu yang diyakini oleh setiap muslim di dalam qalbunya, dengan keyakinan yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya.
Iman billah: beriman kepada Allah
Iman bimalaaikatih: beriman kepada malaikat
Iman bikutubih: beriman kepada kitab-kitab-Nya
Iman birusulih: beriman kepada para rasul-Nya
Iman bilyaumil akhir: beriman kepada hari akhir
Iman bilqadri khairihi wa syarrih: beriman kepada takdir baik dan buruk
Pembahasan malam ini
IMAN BILYAUMIL AKHIR
Beriman kepada Hari Akhir
Salah satu potret pemandangan beriman pada yaumul akhir adalah al-kiyamatun kubro; kiamat yang besar didalamnya ada peniupan sangkakala, kebangkitan seluruh makhluk setelah diwafatkan, pengumpulan makhluk di padang mahsyar, pemberian syafa'at, kedatangan Allah dan pada malaikat-Nya bershaf-shaf, diberikan buku catatan amal, dihisab, timbangan, berjalan diatas shirat, telaga, surga dan neraka.
Tema ini penting karna berkaitan dengan akidah, dan akidah adalah pondasi dasar keislaman. Islam seseorang tidak akan tegak berdiri menghasilkan amalan, menghasilkan ibadah, menghasilkan akhlak, menghasilkan adab, menghasilkan muamalah; kecuali dengan akidah yang benar.
Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 24
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَا بِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ
"Apakah engkau tidak memperhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan sebuah kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan batangnya (menjulang) ke langit memberikan buah-buah setiap tahunnya dengan izin Allah Ta'ala"
Ibnu Abbas menafsirkan
Kalimat yang baik: akidah yaitu لا إله الا الله
Akidah bagaikan akar pada sebuah pohon, akidah bagaikan ruh pada setiap tubuh manusia, akidah bagaikan sebagai sebuah pondasi dalam sebuah bangunan.
Syaikh Abdul Muhsin al-Muhaddits Baqiyatussalaf (ulama tersisa dari ulama salaf) hafizhahullah berkata:
Al-ikhlas sinonim dari akidah
Akidah yang benar yaitu keikhlasan, tauhid, jika dikaitkan dengan amalan dia seperti ruh pada tubuh. Dan seperti pondasi dalam sebuah bangunan. Apabila sebuah tubuh tidak ada ruhnya maka tidak bisa diambil manfaatnya.
0 notes
Text
Festival Qosidah dan Al Banjari Semarakkan HUT 49 Pemkab dan Hari Jadi 536 Kota Gresik
Lasem Gresik News, Gresik - Pemkab Gresik menggelar Festival Qosidah dan Al Banjari memperebutkan piala bupati, digelar pada Sabtu – Ahad (11-12/3/2023), di GNI Gresik. Event ini menjadi rangkaian HUT ke-49 Pemkab Gresik dan Hari Jadi Kota Gresik yang ke-536. Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah, menyampaikan kekagumannya melihat antusiasme peserta luar biasa tinggi. Ia bahkan berharap bisa dilakukan seleksi di tiap kecamatan sehingga tiap kecamatan mewakili festival ini. “Tahun depan saya berharap agar festival ini menjadi agenda tahunan. Sehingga kesenian Islami ini bisa lestari keberadaannya di Kabupaten Gresik,” kata Wabup. Baca juga : Tinjau Persemaian Mentawir, Presiden: Komitmen Pemerintah Terhadap Lingkungan Dimulai dari Sini Lain itu, potret keberagaman dan kerukunan antar umat di Kabupaten Gresik terbingkai nyata dalam event ini. Pasalnya, selain Pemkab Gresik dan Gusdurian Gresik, Festival Qosidah dan Al Banjari ini juga didukung Forum Masyarakat Gresik Cinta Keberagaman (Formagam) Gresik. Simak Juga: LP Ma'arif NU Panceng Sabet Juara Umum Olimpiade MIPA Tingkat MI/SD Di Gresik Seperti diketahui, Formagam Gresik merupakan suatu organisasi yang di dalamnya diisi oleh beragam umat beragama. “Saya tidak bisa berkata apa-apa. Dukungan teman-teman Formagam ini merupakan suatu penghargaan bagi keberagaman di Kabupaten Gresik. Mudah-mudahan hal ini bisa terus ada di Kabupaten Gresik yang kita cintai,” pungkas Bu Min. Ketua Panitia Festival Qosidah dan Al Banjari Piala Bupati, Gus Mufis Salam menyampaikan kesenian Qosidah dan Al Banjari secara filosofis mengajarkan kebhinekaan. Karena di dalamnya, digunakan berbagai alat musik dan beragam suara dari masing-masing individu yang dipadukan. “Alhamdulillah kegiatan hari ini kita turut serta melestarikan ajaran leluhur. Dan luar biasanya lagi, kepanitiannya juga diisi dari lintas agama dan lintas iman,” terang Gus Salam. Simak Juga: Jelang Puncak Harlah 1 Abad NU, Perajin Songkok di Gresik Banjir Pesanan Sebagai informasi, kegiatan ini diikuti oleh puluhan grup Qosidah dan Al Banjari se-Kabupaten Gresik. Total sebanyak 22 grup Qosidah dan 32 grup Al Banjari akan unjuk kebolehan satu sama lain. Kegiatan ini juga menggandeng UMKM sekitar. Sementara, Seni Qosidah dan Al Banjari merupakan salah satu sarana dalam merayakan keindahan seni dan musik Islam. Keduanya juga memiliki tradisi yang melekat di Kabupaten Gresik yakni rebana. Gresik yang juga dikenal sebagai kota santri memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Islam, yang didalamnya terdapat kesenian yang lazim memakai rebana. Festival Qosidah dan Al Banjari yang digelar dalam peringatan Hari Jadi Kota Gresik dan HUT Pemkab ini sekaligus menjadi tetanda bila Pemkab Gresik memberi perhatian dalam menjaga tradisi. Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah, menyampaikan kekagumannya melihat antusiasme peserta luar biasa tinggi. Ia bahkan berharap bisa dilakukan seleksi di tiap kecamatan sehingga tiap kecamatan mewakili festival ini. “Tahun depan saya berharap agar festival ini menjadi agenda tahunan. Sehingga kesenian Islami ini bisa lestari keberadaannya di Kabupaten Gresik,” kata Wabup. Lain itu, potret keberagaman dan kerukunan antar umat di Kabupaten Gresik terbingkai nyata dalam event ini. Pasalnya, selain Pemkab Gresik dan Gusdurian Gresik, Festival Qosidah dan Al Banjari ini juga didukung Forum Masyarakat Gresik Cinta Keberagaman (Formagam) Gresik. Seperti diketahui, Formagam Gresik merupakan suatu organisasi yang di dalamnya diisi oleh beragam umat beragama. “Saya tidak bisa berkata apa-apa. Dukungan teman-teman Formagam ini merupakan suatu penghargaan bagi keberagaman di Kabupaten Gresik. Mudah-mudahan hal ini bisa terus ada di Kabupaten Gresik yang kita cintai,” pungkas Bu Min. Ketua Panitia Festival Qosidah dan Al Banjari Piala Bupati, Gus Mufis Salam menyampaikan kesenian Qosidah dan Al Banjari secara filosofis mengajarkan kebhinekaan. Karena di dalamnya, digunakan berbagai alat musik dan beragam suara dari masing-masing individu yang dipadukan. “Alhamdulillah kegiatan hari ini kita turut serta melestarikan ajaran leluhur. Dan luar biasanya lagi, kepanitiannya juga diisi dari lintas agama dan lintas iman,” terang Gus Salam. Sebagai informasi, kegiatan ini diikuti oleh puluhan grup Qosidah dan Al Banjari se-Kabupaten Gresik. Total sebanyak 22 grup Qosidah dan 32 grup Al Banjari akan unjuk kebolehan satu sama lain. Kegiatan ini juga menggandeng UMKM sekitar. Sementara, Seni Qosidah dan Al Banjari merupakan salah satu sarana dalam merayakan keindahan seni dan musik Islam. Keduanya juga memiliki tradisi yang melekat di Kabupaten Gresik yakni rebana. Baca juga : Angkat Tagline “Kolaborasi Dalam Pelayanan Untuk Gresik Baru Yang Lebih Maju”, Kabupaten Gresik Rayakan Hari Jadinya Yang Ke-536 Hari Ini Gresik yang juga dikenal sebagai kota santri memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Islam, yang didalamnya terdapat kesenian yang lazim memakai rebana. Festival Qosidah dan Al Banjari yang digelar dalam peringatan Hari Jadi Kota Gresik dan HUT Pemkab ini sekaligus menjadi tetanda bila Pemkab Gresik memberi perhatian dalam menjaga tradisi. Sumber : nugresik.or.id Read the full article
0 notes