#baginda Nabi
Explore tagged Tumblr posts
Text
6 Nikmat Terbesar Dari Allah SWT.
Rutinan malam sabtu kliwonOleh : Ustadz Abdul Azis Adnan(Catatan 13 Desember 2024) Dari Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah RA dalam riwayat Sayyidina Umar RA nikmat Allah itu banyak, saking banyaknya nikmat Allah maka niscaya manusia itu tak akan bisa menghitungnya. Hanya saja Sayidina Ali merangkum nikmat besar yang terbesar dari Allah itu ada 6, yakni:1. Islam. Ada riwayat lain yang mengatakan…
0 notes
Text
Catatan Pelajaran dari Es Teh untuk Kita
Bercanda itu ada adabnya. Salah satunya adalah jangan sampai bercanda itu merendahkan orang lain apalagi sampai menyakiti hatinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga terkadang bercanda. Tapi baginda Nabi tidak pernah berbohong atau membuat-membuat dengan tujuan sekedar agar orang lain tertawa, apalagi sampai merendahkan seseorang. Semoga kita selalu hati-hati dalam bercanda.
Menahan rasa sakit dan luka itu tidak mudah. Entah keikhlasan dan doa seperti apa yang Pak Penjual Es miliki sehingga Allah langsung mengangkat derajatnya. Kalau kita pernah atau sedang merasakannya, mari perbanyak doa. Salah satu privilege ketika berada di posisi itu adalah, doa punya peluang besar untuk diijabah dan kecil kemungkinan untuk tertolak. Kita berkhusnudzon bahwa ada unsur khilaf, lupa atau kurangnya ilmu di sana. Merasa kesal, memberi nasihat dan teguran itu boleh, asal jangan sampai berlebihan dalam mencela. Sulit memang jika yang di posisi itu adalah orang tua kita. Tapi kita masih punya pilihan untuk menjadi berbeda atau sama dengan orang yang suka mencela.
Itu pentingnya kita belajar melalui seorang guru. Berusahalah mencari dan berdoalah sepenuh hati. Agar Allah berkenan mempertemukan kita dengan guru yang tidak hanya berilmu, tapi juga meneladankan adab.
Beliau yang khilaf sudah minta maaf. Terlepas dari apakah itu murni atau pencitraan, kita tak bisa menilai niat seseorang. Itu adalah ranahnya Allah. Kita berkhusnudzon dan berdoa semoga itu benar-benar dilakukan dengan niat tulus. “Heeii, tapi itu kelihatan banget pencitraan dan cuci tangannya”.
Pun jika memang benar seperti itu, Allah pasti punya rencana lainnya untuk menegur dan mengingatkan lagi. Kita hanya melakukan sesuatu yang kita mampu dan Allah Ridha di situ. Jika seseorang tak juga berubah setelah banyaknya nasihat dan teguran, mungkin yang dia butuhkan bukan lagi itu, tapi doa-doa tulus dari lisan dan hati kita.
Kita sudah sama-sama tahu bahwa Pak Penjual Es Teh adalah orang yang menyambung hidup dari dagangannya tersebut. Sudah hidupnya berada di garis bawah dan tak mudah, ditambah dengan hati yang mungkin sedang terluka dan berdarah.
Tapi kita dapat hikmahnya. Bahwa di titik terendah mana pun kita, Allah Maha Kuasa untuk membalikkan keadaan dan menaikkannya. Jangan putus asa dari kasih sayangnya Allah, jangan berburuk sangka dengan rencananya Allah untuk kita. (c)Quraners
55 notes
·
View notes
Text
Saat kau tampil di depan, coba periksa yis; yang ingin kau tampilkan apakah hanya sebatas dirimu saja, atau keagungan Dzat yang menciptakanmu
Saat kau berbicara, coba periksa yis; yang kau bicarakan secara bangga itu dirimu saja atau kehebatan Al Quran yang menjadi pedoman hidupmu
Saat kau menulis, coba periksa yis; yang kau tulis itu sekadar membuat namamu terkenal atau kau mengenalkan Baginda Nabi Muhammad, yang karena dialah kita sebagai umatnya diperintahkan membaca
Periksa terus ya yis! Kau boleh saja dikenal, diketahui banyak orang, atau sering tampil di depan; tapi itu dalam rangka untuk mengenalkan keagungan Allah, kehebatan Al Quran, keteladanan Rasulullah
Atau jikapun tidak, itu bukan masalah bagimu yis, karena kau memang bukan siapa-siapa, tapi teruslah belajar, teruslah merendahkan hati, teruslah meminta nasihat, teruslah meminta hidayah
Bukankah yang Allah nilai dari seorang manusia itu ketaqwaannya? Semoga dengan itu Allah ridho padamu yis!
-2024
161 notes
·
View notes
Text
Sudah terpikir untuk angkat kaki belum dari tempat persembunyianmu? Apakah kamu masih nyaman bergelung memeluk kaki, enggan menyalakan lampu dan membiarkan gelap merengkuhmu siang dan malam? Manusia-manusia baik memanggilmu untuk menikmati cahaya, tidakkah kamu gubris mereka?
Anak baik, sampai kapan mau seperti ini terus? Tidakkah kamu rindu dengan masa dimana antusias membuncah dalam diri, dan ia sukses menjadi mesin penggerak?
Tidakkah ingin kembali menikmati waktu dimana kamu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bertemu ragam manusia dengan berbagai ekspresi mereka? Mencipta senyum dari pertemuan yang kita datangi. Sudikah kamu memilih menghancurkan dirimu perlahan demi perlahan di dalam guamu sendiri?
Anak baik, dimana Allah? Dimana Allah dalam hatimu? Dimana Allah dalam bathinmu? Dimana Allah? Apakah NamaNya masih bertahta hingga membuat kau ketakutan jika mulai berani-berani merambah yang salah?
Apakah NamaNya masih bertahta sehingga semilir bahagia memenuhi hatimu tersebab ingat bahwa RahmatNya mengalahkan murkaNya? Apakah NamaNya masih bertahta, sehingga membuat kita leluasa mengerdilkan masalah tersebab ada Allah Yang Maha Besar senantiasa mendekap kita?
Anak baik, pekat sekali aroma kebusukan disini. Dalam relung nurani yang mulai terdominasi noktah hitam dosa, kurasakan keberadaanku semakin terhimpit. Tak terpikirkan kah untukmu mulai bersih-bersih? Mulai mengenyahkan sampah-sampah yang kau timbun lewat ibu jarimu, lalu dari matamu, juga dari telingamu, dan sampai mengalir di saraf ingatanmu. Apakah memang tak boleh lagi aku yang mengisi relung ini?
Anak baik, nafasku sudah mulai patah-patah. Tapi yakinku padamu senantiasa terbuncah. Kalaulah kamu berpikir keadaan telah membuat jiwamu goyah, sehingga membuatmu memilih menjalani hidup bak orang yang kalah. Yakinlah bahwa selalu ada aku yang setia menemanimu untuk kembali mengejar Jannah.
Kamu belum kalah anak baik. Aliran nafas masih penuhi rongga dadamu. Maka ampunanNya masih akan terus terkucur untukmu. Maka kesempatan untuk memperbaiki hidup masih terbuka selalu.
Anak Baik, senang rasanya kita bisa kembali bicara. Meski banyak hal yang menjadi penghalang diantara kita, aku akan selalu temukan cara untuk bisa bersuara dan meyakinkanmu bahwa semuanya masih akan baik-baik saja.
Hari ini, ketika jutaan manusia bershalawat mengingat momen Maulid Nabi Muhammad SAW, dan kisah Salman Al Farisi yang kita simak di waktu menjelang siang. Membuat kita kembali berpikir panjang, bahwa perjumpaan dengan Baginda Nabi SAW adalah sebuah perjumpaan yang harus dibayar dengan harga mahal. Kita ingin berjumpa dengan beliau, di Telaga Kautsar dan FirdausNya kan, Anak Baik?
Bicara sendiri buat diri sendiri, di usia seperti ini melalui kanal biru ini masih jadi andalan ternyata. Lama uninstall tumblr, aku sangat rindu dengan vibes positif yang orang-orang tularkan di beranda! 😭
34 notes
·
View notes
Text
Sang Nabi ﷺ Pun Berproses
@edgarhamas
Salah satu inspirasi terbesar kehidupan Rasulullah ﷺ yang relate dengan semua orang adalah: betapa pentingnya sebuah proses.
Syaikh Hasan Diddou menyampaikan, "bahwa salah satu tiang yang menyangga kesuksesan Rasul ﷺ adalah At Tadarruj Al Marhaliyah", maknanya: berlevel dan berproses.
Baginda Rasul ﷺ menjadi manusia besar yang dipilih jadi utusan Allah tentu bukan dengan persiapan yang serba tiba-tiba.
Masa kecil dan remaja beliau menunjukkan pada kita semua bahwa Nabi ﷺ benar-benar dididik oleh Allah untuk jadi manusia yang kuat fisik dan mentalnya. Beliau ﷺ telah menjadi yatim sejak kecil, sang ibu wafat saat usianya 6 tahun, disusul sang kakek yang berpulang saat beliau 8 tahun.
Baginda Nabi muda telah bekerja mandiri sejak usia beliau 15 tahun, menggembala domba: yang ternyata hikmahnya pun luarbiasa.
Setidaknya, kata Ibnu Hajar Al Asqalani, Rasul muda dididik Allah sebagai penggembala domba dengan hikmah istimewa: agar terbiasa dengan kesepian, supaya memiliki sifat yang rendah hati, dan punya gambaran bagaimana cara memanajemen.
Rasul menjadi manusia hebat dengan proses.
Aku pun ingin bertanya padamu: bukankah Allah Mahakuasa untuk memenangkan Nabi Muhammad ﷺ 1 hari saja setelah beliau diutus menjadi Rasul ﷺ?
Ya, Allah Mahakuasa atas itu. Namun dengan hikmah luarbiasa, kita disuguhkan kisah perjuangan Nabi yang 23 tahun; panjang dan penuh tantangan.
Agar umatnya tahu bahwa berproses adalah cara kita mengimani sunnatullah. Allah adalah Rabb yang Mahabijaksana, Al Hakim. Dia menetapkan sebuah sistem dimana siapapun yang ingin berjaya; janganlah ia nafikan proses.
Bahkan, kau tahu kan? Langit dan bumi diciptakan dalam 6 masa.
"Jika Allah berkehendak, Dia Mahakuasa untuk menciptakan semesta sekejap saja", tulis Imam Al Qurthubi, "namun Allah mengajarkan hamba-Nya tentang kelembutan dan ketelitian pada segala hal..."
Maka, kawan, hargailah proses. Di situ sabar dan syukurmu terasa sangat bermakna.
Bekasi, 25 Januari 2023
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#quotation#tadabbur#edgarhamas
358 notes
·
View notes
Text
Keindahan Cinta
Mencintai adalah (pilihan). Dicintai adalah (anugerah), dan saling mencintai adalah (takdir)
(Pilihan) dari sang maha cinta, (anugerah) dari sang maha kasih, dan (takdir) dari sang maha kuasa. Itulah mengapa cinta itu suci.
/ Cinta dalam pendekatan filsafat
1.) Ontologis Cinta
Dalam kaidah ontologis, pemilik cinta adalah Tuhan itu sendiri. Bentuk cinta darinya adalah Nur Muhammad, yang mana dari Nur itu menjadi cikal bakal adanya makhluk. Dan kesuciannya terjaga sampai kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. (Ulama Ahlu sunnah Wal Jamaah sepakat dalam hal itu, dalam kitab al barzanji, dan Qosidah Burdah).
2.) Epistimologi
Dalam ranah Episomlogi coba kita bedah menjadi 4 hal sebagai berikut :
a. Tauhid
Inti dari tauhid adalah mengesakan Tuhan. Iman dan rasa mencintai adanya tuhan di setiap aktivitas kita.
b. Hablum Minallah
Jikalah seseorang telah mengimani dan cinta kepada Tuhan, maka orang tersebut pasti akan beribadah kepadanya. Ibadah secara syariat dan ibadah secara sosial pengamalannya.
c. Hablum Minannas
Jika sebelumnya dari kaidah ontologis sudah dibahas bahwa nur muhammad adalah cikal bakal diciptakannya semua makhluk, maka dari itu menjaga hubungan sesama manusia adalah wajib hukumnya. Mencintai manusia sebagai sesama manusia, memanuisakan manusia, dan bertanggung jawab sesama manuisa.
d. Hablum Minal Alam
Alam semesta adalah manifestasi dari tuhan. Maka dari itu kita sebagai manusia wajib menjaga alam supaya kestabilannya bisa bertahan untuk penguninya.
3.) Aksiologi Cinta
Aksilogi adalah menjaga nilai nilai, norma dan estetika. Dalam hal ini tahap terakhir dari cinta dalam pendekatan filsafat adalah aksiologi. Menjaga cinta agar tetap bervalue. Menjaga keindahan cinta dan estetikanya. Sebagai manusia yang memiliki kesadaran penuh wajib menjaga dan mengontrol diri agar cinta itu tetap suci.
Dari penjelasan diatas Cinta adalah bentuk kesucian. Maka dari itu jangan menodai kesucian dan keindahannya atas nama nafsu buruk manusiawi yang sebenarnya dapat dikendalikan penuh. ( SAM/ Juni 2024)
8 notes
·
View notes
Text
Dai dan Murobbi
Sedang berada di fase yang membutuhkan mobilitas tinggi dan fokus penuh, qadarullah dapat rekomendasi video bagus di Youtube sebagai pengingat dan juga penguat.
Napak Tilas Pemikiran Ustadz Hilmi ra perihal sosok Dai dan Murobbi yang disampaikan Al-Ustadz Muzzamil Yusuf ini seakan mengingatkan kita kepada Baginda Rasullullah Salallahu alaihi Wassalam tentang porsi dai dan murobbi yang harus beriringan untuk keberlangsungan dakwah.
Seorang murobbi haruslah selalu belajar kapanpun dan dimanapun, bahkan belajar kepada mutarobbinya sendiri. Hal ini menjadi penting karena tak jarang muncul gesekan antara mr-mtr soal relasi komando yang terlalu overloud sehingga menciptakan ketidakharmonisan suasana tarbiyah, lebih parahnya keluar dari gerakan dakwah.
Dulu, Ustadz Hilmi banyak belajar dengan mtrnya dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda : ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Ini menjadi penting bahwa seorang aktivis dakwah harus paham akan ilmu, yang kedepanya dipakai bekal untuk melihat situasi dan kondisi. Dalam bingkai belajar bersama, hal itu tidak berarti menjadi egaliter secara menyeluruh, namun ini adalah fungsi dari proses tarbiyah yang sama-sama berkembang, pastinya tetap ada porsi pembebanan amanah yang berbeda.
Selanjutnya sebagai Dai, Ustadz Hilmi memberi himbauan kepada kita agar mengurangi judgement dalam dakwah, baik kepada mad’u dan juga Ikhwah sendiri. Jika ada kesalahan atau evaluasi forum, hendaklah menggunakan bahasa yang halus dan menyentuh sembari memberi motivasi agar kader tumbuh perasaan semangat selanjutnya, bukan takut dievaluasi oleh senior lagi.
Terkhusus kesalahan yang fatal, jangan sampai mempermalukan orang di depan umum. Nasihatilah, ingatkanlah dengan adabnya, jangan sampai kedepan memunculkan bibit sakit hati yang justru malah melemahkan dakwah kedepanya. Berapa banyak ikhwah yang sakit hati kerena dipermalukan di depan umum, sedang yang bersangkutan masih belum kuat pemahamanya, ini perlu menjadi perhatian agar kedepan dakwah tidak melahirkan barisan kecewa yang destruktif.
Selain itu, aktivis dakwah juga perlu memposisikan diri bukan hanya ingin mengkritik tapi harus siap untuk dikritik, meski seorang qiyadah dan posisi strategis sekalipun tentunya tetap mengedepankan adab. Jangan merasa paling benar, paling paham lapangan lalu banyak mengkritik namun enggan mendapat kritik. Hal seperti hanya akan memunculkan otoritarianisme dalam dakwah, jadi duri yang mengganggu kader untuk berkembang.
Terakhir, seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al-Banna, bahwa waktu yang kita miliki sangatlah sedikit dibandingkan pekerjaan yang harus dilakukan. Maka dengan waktu yang sedikit itu, amanah yang hadir kepada kita adalah peluang besar untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga kita dalam kebaikan.
Tantangan yang hadir semakin mengerikan, kita perlu cepat dewasa menghadapi masalah dan tentunya menyiapkan para generasi penerus dakwah.
Pelan-pelan ikhwah, amanah Nabi Adam!
31 notes
·
View notes
Text
Jadikanlah Selawat itu sebagai wangi-wangian pada mulut dan bibir kita. Dan yakinlah bahawa Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sedang membalas Selawat dan Salam kita”.
Habib Nael Bin Ali Ben Tohir
2 notes
·
View notes
Text
Inilah Bahasa Cinta Paling Mulia
“Ahlu Sunnah,” Ujar Ustadz Muhammad Nuzul Zikry Hafizhahullah, “harus banyak belajar ngomong, yang tidak asbun, asal bunyi saja.” Beliau menutupnya dengan tersenyum.
Betapa, jauh-jauh hari Rasulullah ﷺ telah mengajarkannya kepada kita, dialah sebaik-baik uswah, setinggi-tingginya qudwah. Yang siapa mampu mengelaknya, jika pujian itu adalah pujian yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla di dalam firman-Nya, dalam surat al-Ahzab ayat 21 “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Adalah, saat itu beliau ﷺ menunjuk Dihyah ibn Khalifah al-Kalbi membawa secarik kertas berisi surat yang ditujukan kepada sang Kaisar Romawi, Heraklius. Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibn Abbas kisah dari Abu Sufyan ibn Harb saat masih kafir bahwa sebelumnya dia pernah bertemu dengan Heraklius dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai Rasulullah ﷺ.
Adalah sebuah pertanyaan panjang yang kesemuanya mencakup kebenaran apa yang dibawa oleh Baginda ﷺ . Dan inilah keajaibannya, bahkan dalam menjawab seluruh pertanyaan Heraklius kepada Abu Sufyan ibn Harb, ia menjawabnya dengan jujur tanpa berdusta sedikitpun. Padahal pada saat itu Abu Sufyan masih kafir dan memusuhi Baginda ﷺ. Hingga termaktublah dalam kalimat Heraklius, “..dia memerintahkan kepada kalian untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, melaksanakan shalat, bersikap jujur dan menjaga kehormatan. Maka apabila itu benar, dia akan segera menguasai tempat dimana kakiku berpijak sekarang.”
“Aku yakin,” Dada Heraklius bergemuruh riuh, “..dia akan datang. Tapi aku tidak menyangka dia datang diantara kalian. Seandainya aku yakin bisa menjumpainya, pasti aku akan menemuinya. Dan seandainya aku berada didekatnya, aku benar-benar akan membasuh kakinya.”
Itulah ucapan dari musuh-musuhnya, betapa Rasulullah ﷺ memiliki tempat khusus di benak orang-orang yang menyelisihinya. Bahkan kepada mereka, Rasulullah ﷺ tidak menyebut dalam suratnya, “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya, kepada Kafir Romawi”, melainkan “..kepada Heraklius, Kaisar Romawi.”
Maka sekarang, apabila kita masih ketus dan keras terhadap mereka yang tidak sefaham dalam masalah yang diperbolehkan terdapat perbedaan, kemanakah kita bertauladan? Jika kepada musuhnya saja, Nabi Muhammad ﷺ menggunakan bahasa-bahasa yang santun lagi bertutur lembut, apalagi jika beliau ﷺ berlaku pada Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum? Kepada saudara seiman dan terlebih keluarga sendiri?
Inilah bahasa cinta paling mulia, yang di turun-temurunkan lewat pewaris para Nabi. Yang kemuliaannya tak akan habis menyinari. Wahai hati, melembutlah.. bukan ilmu itu membuatmu sempit, melainkan kekerasan jiwamu. Tanda diri masih harus terus belajar, membarengi ilmu dengan akhlak, sebab keduanya bagai burung yang memiliki dua sayap, hilang satu maka takkan mampu dia berkepak tegap. Selayaknya hud-hud, berendah dirilah dalam menyampaikan pesan-pesan kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”[1]. Lalu Syaikh Muhammad Al amin Asy Syinqithi mengatakan, “Berendah diri yang dimaksud dalam ayat ini hanya untuk mengungkapkan agar seseorang berlaku lemah lembut dan tawadhu’.” Dan dalam surat yang lain Allah berfirman, “Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”[2]
Rasulullah ﷺ bersabda, “Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mampu mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik.”. Begitu tergambarkan keutamaan akhlak yang beliau sampaikan, sebagaimana “Rasulullah ﷺ menjadikan tutur kata yang baik sebagai pengganti sedekah”, Ibnu Qayyim menjelaskan, “..bagi mereka yang tidak mampu bersedekah.”
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmus-shalihaat. Saksikanlah, bahwa ini adalah bahasa cinta yang paling mulia.
[1] Al-Hijr 88
[2] Ali-‘imran 159
11 notes
·
View notes
Text
Bersua dengan Sang Mursyid, Ulama, Dokter Bedah
Maulana Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani, Sp. BTKV, Lc.
Zawiyah Yusriyah, Semarang
📍28 Februari 2023
Beberapa waktu lalu, qadarullah kami diberi kesempatan bertemu seorang al-‘Alim ‘Allamah Mesir yang tak dapat disangsikan lagi kebesaran nama dan kontribusinya untuk umat. Beliau Allahu yahfadz Maulana Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani, Sp. BTKV, Lc. Berangkat dari Solo malam harinya, kami tiba di Zawiyah Yusriyah dini hari; berbekal kerinduan kepada Maulana yang sebelumnya hanya dapat kami simak kajiannya lewat media online.
Tak disangka, subuh harinya Maulana berkenan melaksanakan sholat berjamaah bersama jamaah di aula zawiyah, rasa-rasanya hati ini dipenuhi syukur dapat menikmati lantunan al-Qur’an dalam shalat beliau: pagi itu beliau membaca surah Maryam (dan ternyata surah tersebut adalah penanda dalam tiga hari perjalanan dakwahnya di Indonesia, dari hari pertama surah al-Baqarah, pagi itu muroja’ah beliau sudah sampai surah Maryam😭). Dan dari biografi sebelumnya kami mengetahui bahwa beliau sudah menguasai 10 jenis bacaan al-Qur’an yang berbeda atau Qira’at al-‘Asyrah.
Sebakda subuh, Maulana memimpin wirid-wirid yg diantaranya beliau karang dan himpun dari berbagai wirid salafunasshaleh diantaranya ad-Durar an-Naqiyyah (wirid tarekat Yusriyah Shiddiqiyah). Saya kembali terpesona, selain daripada kedisiplinan beliau dalam muroja’ah hafalan al-Qur’an dalam 1 minggu khatam, wirid-wirid yang beliau himpun dan dawamkan teramat banyak. Bagaimana bisa beliau istiqamah dengan amal-amal tersebut disela kesibukan sebagai pengajar di majelis-majelis al-Azhar dan operasi-operasi beliau di rumah sakit?! Tidak lain inilah bentuk keberkahan paripurna pada waktu yang beliau miliki. Seluruhnya adalah dzikrullah. Seluruhnya adalah pengabdian kepada Allah.
Agenda selanjutnya merupakan daurah ilmiah sekaligus penguatan aqidah melalui kitab karangan beliau, Futuhat Yusriyah di mana kitab tersebut merupakan rangkuman dari kitab-kitab aqidah yang masyhur: Aqidatul Awwam, Kharidah Bahiyyah, dan Risalah Qushairiyyah. Selanjutnya, Maulana menerangkan kepada kami terkait sirah nabawiyyah melalui kitab Nurul Yaqin fi sirati sayyidil mursalin. Sebanyak kekurangan saya, ini merupakan beberapa poin penting yang saya highlight dari yang Maulana sampaikan, yang saya kira perlu untuk menjadi perhatian kita sebagai seorang muslim sejati:
Sebagaimana kita ketahui bahwa iman perlu dikuatkan, maka penting menanamkan ilmu tauhid yang benar. Selain dari kalimat La ilaha illallah, terdapat Muhammadan rasulullah pada dua kalimat syahadat. Baginda Nabi Muhammad SAW adalah ‘pintu Allah’, di mana kita dapati mukjizat terbesar berupa al-Qur’an adalah dengan wasithah (perantara) beliau. Maka sudah seyogianya kita mengenal Baginda Nabi Sang Washilah kita kepada Allah SWT.
Sirah nabawiyyah tak cukup hanya dibaca untuk mengetahui perjalanan kisah beliau seperti kisah orang-orang biasa, karena Baginda Nabi merupakan Sayyidul ‘alamin (penghulu seluruh alam) maka perlu pendalaman sirah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mencakup karakteristik, sifat, perjalanan hidup dan hikmah-hikmah beliau Baginda Nabi diantaranya dengan tiga kitab: Syamail muhammadiyyah karya Imam Tirmidzi, Nurul Yaqin karya Imam Muhammad Khudhori, dan Kitab Syifa’ karya Qadhi ‘Iyadh.
Maulana menyampaikan bahwa dengan mempelajari ketiga kitab tersebut insyaallah kita akan dihindarkan dari kekufuran, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali Imran: 101, “Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan RasulNya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. Maulana menyampaikan bahwa maksud dari ayat tersebut diantaranya adalah ketika Baginda Nabi hadir ditengah-tengah kita dalam bentuk akhlak beliau dan kita yakini kehadiran ruhaniyyahnya yang selalu menyertai dan menjembatani kita untuk menuju Allah, maka akan terbentuk ‘adamul kufri (terhindar dari kekufuran). Karena bagaimana mungkin manusia yang didalam hatinya terdapat Rasulullah dapat terhinggapi kekufuran?
Maulana meneruskan bahwasanya terkadang manusia hanya memahami Baginda Nabi dari sekedar jasadnya yang sempurna, padahal kita perlu mengetahui hakikat nabi; yang dengannya keimanan tidak akan pernah hilang, meski kita berada di tengah fitnah lautan akhir zaman. “Apakah mereka tidak mengenal nabi sehingga mereka mengingkarinya?”. Maka jika kita dapat memahami, sesungguhnya Baginda Nabi ada di dalam diri kita, ada di dalam alam semesta, ada di dalam kehidupan kita, maka dengan ‘menjiwai’ Baginda Nabi selamanya api neraka tidak akan menyentuh kita. Allahumma aamiin. Hakikat nabi yang Maulana maksud adalah selain jasadiyyah beliau yang paling sempurna diantara makhluk lain, juga ruhaniyyah beliau. Jikasaja para syuhada yang syahid dalam peperangan kita tidak boleh mengatakan bahwasanya mereka mati (QS. Al-Baqarah: 154), maka terlebih maqom para Kekasih-kekasih Allah, para Nabi, para Rasul, Ulul Azmi, apalagi Baginda Nabi Muhammad SAW yang merupakan pemimpin Ulul Azmi?? Baginda Nabi wafat secara basyariyyah namun nubuwwahnya tidak. Nabi bersabda al anbiya ahyau min quburihim, yushallun (para Nabi hidup dalam kubur mereka dan melaksanakan shalat).
Maulana menyampaikan bahwa sebagaimana saat hidupnya Baginda Nabi merupakan sayyidul ‘alamin, begitupula saat wafatnya ketinggian derajat Rasulullah tidaklah berkurang, setiap lahdzhah beliau selalu naik ke derajat yang lebih tinggi. Karena selain sayyid-nya alam manusia, Baginda Nabi juga merupakan sayyid di alam-alam lain seperti alam malakut, alam jabarut, dan lain sebagainya. Salah satu dalilnya adalah Q.S. Adh Dhuha: 4 Walal akhiratu khoirun laka minal ula (dan Sungguh akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan; dunia). Maka Maulana menyampaikan jangan sampai kita seperti saudara-saudara kita yang wahabi; mereka mengingkari maqom Baginda Nabi, menganggap Baginda Nabi mati, mengkafirkan orangtua Baginda Nabi bahkan mengatakan mereka di neraka padahal dalam hadits disebutkan nasab Baginda Nabi sejak Nabi Adam a.s. hingga beliau adalah min ahlil khair seluruhnya tanpa ada satupun dari ahli maksiat apalagi menyekutukan Allah. Saudara kita dari wahabi melarang untuk ziarah, tidak boleh tawassul, mereka (wahabi) menyibukkan diri menghafal al-Qur’an tetapi bodoh dalam mengenal Baginda Nabi. Maka harus taalluq, takholluq, tahaqquq kepada Baginda Nabi dalam setiap pengajaran kita. Maka harus kita ajarkan nabi tidak hanya jasadiyyahnya saja tapi juga ruhaniyyahnya.
Dengan mengenal dan memahami Baginda Nabi, maka sudah sepatutnya kita menjadikan beliau wasilah dalam setiap doa-doa kita kepada Allah, karena tiadalah Nabi Adam a.s. diciptakan kecuali telah diciptakan ruhaniyyah Baginda Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu, tidaklah seluruh alam diciptakan kecuali karena beliau, tidaklah surga dan neraka diciptakan kecuali karena beliau, tidaklah syafaat di hari mahsyar didapatkan kecuali melalui beliau. Jika saja seorang bayi dapat lahir dengan perantara ibunya, bagaimana mungkin kita mengingkari Baginda Nabi sebagai perantara kita kepada Allah?
اللهم صل و سلم على سيدنا محمد وال�� وصحبه❤️
23 notes
·
View notes
Text
4 orang wanita teladan menurut Rasulullah s.a.w
dari 1) Asiyah binti Muzahim (istrinya Fir'aun) kita belajar bagaimana menjadi istri yang sabar, wanita yg tetap dalam keimanan. "Rabbibni lii' indaka baitan fil jannah, Ya Allah bangunkanlah untukku disisiMu sebuah rumah di surga."
dari 2) Siti Maryam (anaknya Nabi Imran) kita belajar bagaimana menjaga diri. mengetahui pentingnya didikan orangtua terhadap anaknya.
dari 3) Khadijah binti Khuwailid kita belajar bagaimana mencintai Allah dan Rasulullah s.a.w. "kuntu amsyi amyaalan", sebegitu cintanya berjuang di jalan Allah.
dari 4) Fatimah binti Muhammad S.A.W kita belajar bagaimana menjaga diri. fatimah menyiapkan keranda hanya demi gamau dirinya terlihat meski sudah dalam keadaan meninggal. fatimah menjadi pemimpin wanita di surga, masya allah. sampai-sampai beliau lewat shirat aja Allah minta semua hambanya menunduk.
"ujian saya itu melulu ustadzah." "ya artinya kamu masih remedial, kamu menjawab pertanyaannya belum bener."
"kenapa Allah kasih rasa kita untuk jatuh cinta padahal Allah melarang untuk mengikuti rasa tersebut?" "kayaknya Allah hadirkan rasa dihatiku cinta itu agar mengenalkan pada diri kita bahwa kita bisa se-cinta itu kepada seseorang, maka jadikanlah orang tersebut yang berhak untuk kamu cintai yaitu baginda Rasulullah s.a.w"
"qanaah terhadap apa yg telah Allah swt tetapkan dlm kehidupan, istiqamahlah dalam kebaikan tetaplah menjadi wanita yang penuh ketaatan"-ustadzah halimah alaydrus
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Cinta Abadi
Pagi tadi, di sela-sela kerja WFH seperti biasa, tergerak untuk ikut kajian dalam grup Temani. Tema besarnya tentang dzikir.
Karena baru gabung di ujung-ujung pembahasan, tidak banyak yang akhirnya aku tangkap. Melainkan ada satu. Satu yang kemudian membekas sampai detik ini saat aku menuliskannya.
Tentang syafaat Rasulullah Saw. bagi umatnya. Tentang bagaimana agar bisa mendapatkan syafaat yang amat kita dambakan tersebut.
Ustazah Aan Hani menyampaikan, ada tiga amalan agar kelak kita mendapatkan syafaat Rasulullah Saw., yaitu:
1. Membaca doa selepas azan
2. Bershalawat atas Nabi Saw.
3. Menghidupkan sunnah Nabi Saw.
Terlihat sederhana tetapi jujur aku sendiri masih tertatih mengamalkannya. Tapi juga amat mengharapkan syafaat tersebut. Sebab sadar diri betapa banyaknya dosa, serasa tidak pantas mendamba surga. Sedang diri takut dengan nyalanya api neraka.
Belum lagi ketika Ustazah bercerita bagaimana ketika kelak di akhirat para nabi sebelum Rasulullah yang dimintai syafaat menolak sebab terhalang darinya. Sedang Rasulullah Saw. memiliki keistimewaan itu atas doa yang Beliau simpan untuk umatnya di akhirat kelak.
Betapa sayang dan cintanya Baginda Rasulullah Saw. dengan kita umatnya, hanya bagaimana diri ini akan membalas cinta tersebut?
Ya Allah, sampaikan salam rindu kami kepada junjungan terbaik, tauladan keimanan, kekasihMu.
8 notes
·
View notes
Text
Salah satu bagian terfavorit di Sirah Nabawiyyah-nya Syaikh Mubarak Fury adalah gambaran real mengenai Baginda Nabi Muhammad SAW; mulai dari bentuk rambutnya, alisnya yang tersambung, pipinya yang bagai delima, senyumannya, hingga cara jalan beliau yang kata para sahabatnya "seakan bumi dilipat untuk beliau"
Allahumma sholli ala Muhammad
Kalau kamu, apa kisah atau hal favorit yang kamu maknai dari hidup beliau?
Semoga suatu saat kita bisa duduk bersama saling bertukar hal-hal favorit itu ya
Mungkin sambil melantunkan syair puji-pujian untuk beliau
Allahumma sholli ala Muhammad
95 notes
·
View notes
Text
Mush'ab yang Baik (1/2)
Mush'ab bin Umair namanya. Putra kesayangan dari Khunas binti Malik. Wanita yang disegani, ditakuti dan berkepribadian kuat.
Potret pemuda penuh pesona, berlimpah harta, indah paras rupa, pakaian yang menyenangkan mata, dan harum semerbak aromanya.Dilengkapi dengan kecerdasan pikir dan kesantunan sikap membuat Mush'ab jadi buah bibir dimana-mana.
Hingga pada suatu senja, Mush'ab merasa yakin bahwa Islam ialah jalan hidup yang akan ditempuh. Di hadapan Baginda Nabi SAW dengan mantap Mush'ab bersyahadat. Jadi bicara senja yang teringat bukan lagu galau atau kopi pahitnya, melainkan waktu dimana Mushab bin Umair teguh memilih jalan hidupnya.
Keislaman Mush'ab diganjar dengan kemarahan, makian, intimidasi hingga kurungan dari ibunya. Hingga ia berhasil menyelinap dan pergi hijrah ke Habasyah kedua kalinya. Tidak hanya diputus ikatan oleh keluarga, tiada lagi keberlimpahan harta yang dipunya. Jika dulu pakaian branded yang dikenakan, kini jubah usang penuh tambalan.
Tapi Mush'ab bahagia. Iman yang kuat tak membuatnya ragu mengorbankan apa yang ia miliki dulu. Terpilihlah Mush'ab pada misi yang amat penting. Menjadi duta Islam pertama ke Madinah. Ikut ke Madinah untuk tinggal dan mengajar Islam pada orang-orang yang telah berbaiat di Aqabah pertama.
Hanya 12 orang. Akan menghadapi tantangan dari suku Aus dan Khazraj disana yang kerap berseteru. Menghadapi ancaman nyawa namun juangnya tiada ragu. Ia terus membina, hingga petinggi-petinggi kaum terbuka hatinya memeluk Islam. Berbondong-bondong masyarakat Madinah menemui Mush'ab dengan ungkapan yang diabadikan sejarah.
"Jika Usaid bin Hudhar, Sa'ad bin Ubadah dan Sa'ad bin Muadz telah masuk Islam. Apalagi yang kita tunggu. Ayo kita pergi ke Mush'ab dan beriman padanya. Kata orang, kebenaran itu terpancar dari celah-celah giginya!"
Kecerdasan akal berpadu dengan kebesaran jiwa, lalu dipoles dengan kelembutan tutur kata membuat duta muda ini sukses dengan hasil yang gemilang tiada tara. Mush'ab yang Baik. Ialah julukan yang tersemat untuknya.
7 notes
·
View notes
Text
Sederhana, namun membuatku suka.
Sederhana, namun membuatku jatuh cinta.
Sederhana, namun membuatku tidak bisa berkata-kata.
Di akhir hayatnya, di akhir hidupnya, sebelum menghembus nafas terakhirnya, Ia mengkhawatirkan umatnya. Padahal Ia bahkan belum bertemu dengan mereka.
Rasulullah juga menganggap umatnya sebagai saudaranya, melebihi sahabatnya. Rasulullah pernah berkata pada sahabatnya, Abu Bakar, "Kamu semua adalah sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku,"
Rasulullah melanjutkan sabdanya, "Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku, tetapi mereka beriman padaku dan mereka mencintaiku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku."
Bahkan beliau pernah menangis di hadapan para sahabatnya setelah menanyakan kepada mereka siapa yang paling mulia. Para sahabat pertama menebak malaikat, lalu para nabi, lalu mereka sendiri sebagai sahabat nabi, semua dijawab dengan jawaban serupa yg intinya tentulah mereka mulia. Lalu baginda Rasulullah merundukkan wajahnya dan menangis di hadapan para sahabat-sahabatnya. Lalu para sahabat bertanya, "Mengapa Engkau menangis wahai Rasulullah?"
kemudian Rasulullah mengangkat wajahnya, terlihat jelas air matanya berlinang membasahi pipi dan janggutnya.
Baginda Nabi berkata, “Wahai sahabatku! Tahukah kalian siapa yang mulia itu?
Mereka adalah manusia-manusia, yang lahir jauh setelah wafatku nanti, mereka begitu mencintai Allah dan Rasul-Nya, Dan tahukah kalian?
Mereka tak pernah memandangku Mereka tak pernah melihat wajahku Mereka tidak hidup denganku seperti kalian, tetapi mereka begitu rindu kepadaku
Dan saksikanlah wahai sahabatku semuanya, Aku pun rindu kepada mereka, mereka yang mulia itu, mereka adalah umatku.”
Baginda Nabi Muhammad SAW meneteskan air matanya, para sahabat pun ikut menangis.
2 notes
·
View notes
Text
Masjid Al-Aqsa yang dikasihi kita, yang dirahmati oleh Yang Maha Kuasa, berdiri sebagai sebuah simbol penghormatan dalam sejarah dunia. Dipilih oleh Allah SWT sebagai tapak suci di mana Nabi Muhammad SAW memulakan perjalanan Isra’ dan Mi'rajnya yang penuh dengan kebesaran-Nya.
Di dalam mihrabnya yang suci, Baginda memimpin semua para nabi dalam solat, yang sudah pasti terkandung padanya 1001 makna yang tersurat dan tersirat.
Di tengah-tengah jantung bumi Palestin, di sebalik ujian yang menghentam, orang-orang beriman hari ini menzahirkan daya kebingkasan (resilience) yang amat mengharukan terhadap pencerobohan, kezaliman, penghapusan etnik, dan fitnah yang menghujat
Ia mengajar kita bahawa perjuangan pembebasan bumi yang tercinta ini, adalah komitmen yang berterusan dan kesabaran sebagaimana perjalanan Rasulullah SAW kepada Yang Maha Agung. Setiap langkahan pasti akan terzahir kebesaran-Nya bagi mereka yang ikhlas.
Salam Isra’ dan Mi’raj.
5 notes
·
View notes