#baduga
Explore tagged Tumblr posts
themakeupbrush · 2 years ago
Text
Tumblr media
Puteri Indonesia Sumatra Barat 2 2023 Regional Costume: Putri Kandita
This costume was inspired by the character of Princess Kandita who has a beautiful, resilient and authoritative face. Green as the color of fertility, and gold meaning prosperity. Putri Kandita is a descendant of the Pajajaran Kingdom led by Sri Baduga Maharaja or Prabu Siliwangi. The level of beauty that Princess has makes everyone amazed by her creation. Princess Kandita is also Prabu Siliwangi's beloved daughter. When Princess Kandita begins to grow up, the intellectual and prudent nature like Prabu Siliwangi begins to appear in her. With her beautiful face doesn't keep Princess Kandita away from trouble. In the journey of her life, Princess Kandita encountered many very great tests which made her leave the palace. She walks where her feet go aimlessly. After days of walking, Princess Kandita arrived at the southern coast, in front of her was laid a vast and deep ocean. With all of its wonders Putri Kandita is able to conquer the sea with all its contents. Everyone bows to her, that's where she is known as nyi roro kidul the ruler of the sea Queen of South West Java coast.
57 notes · View notes
cacatoto7 · 29 days ago
Text
Purwakarta
Tumblr media
Selain Bandung, destinasi yang bisa dijadikan pilihan saat wisata Jawa Barat adalah Purwakarta. Kabupaten ini memiliki kekayaan alam yang menarik berupa pegunungan, perbukitan, hingga danau.
Objek wisata yang menjadi favorit di Purwakarta, antara lain Waduk Jatiluhur, Situ Wanayasa, Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud, Gunung Bongkok, dan lain sebagainya.
0 notes
honeymuggle · 3 months ago
Text
I'm working on something I didn't expect.
"Nari Jaipong" at Museum Sri Baduga.
Bener-bener ga menyangka pengen ikutan hal begituan, itung-itung olahraga ya. Tiap hari Sabtu jam 09.00 gratisssssss lagiiii fufufu.
Tumblr media Tumblr media
So funnnnn!!
0 notes
priangancom · 5 months ago
Text
Kerajaan Sunda Padjadjaran Runtuh, Sukakerta Jadi Bagian Sumedanglarang
Oleh: Muhajir Salam TASIKMALAYA | Priangan.com – Berpusat di Dayeuh Tengah –kini masuk Salopa, Kabupaten Tasikmalaya—Sukakerta merupakan salah satu daerah bawahan dari kerajaan Sunda Padjadjaran yang berpusat di Pakuan. Penguasa pertama Sukakerta adalah Sri Gading Anteg yang hidupnya diperkirakan sezaman dengan Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja, yaitu sekitar akhir abad XV sampai awal abad…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
trinugroho · 5 months ago
Link
https://syehhakediri.blogspot.com/2024/06/siliwangi-sri-baduga-maharaja-ratu.html
0 notes
sunda-akur · 7 months ago
Text
- Prabu Siliwangi, juga dikenal sebagai Prabu Surawisesa, adalah raja kerajaan Sunda pada abad ke-15 dan 16.
- Prabu Siliwangi lahir di desa Pakuan Pajajaran (sekarang Kota Bogor) pada sekitar tahun 1401 Masehi.
- Ayahnya adalah Prabu Niskala Wastu Kancana, yang merupakan raja Sunda sebelumnya.
- Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Dewawarman VII, raja Kerajaan Galuh.
- Ia memiliki tiga orang saudara kandung yang bernama Dewi Sri Pohaci, Dewi Ratih, dan Ki Tarjuna. Prabu Siliwangi adalah penerus tahta kerajaan Galuh setelah kematian ayahnya.
- Prabu Siliwangi dengan kerajaan Pajajaran, yaitu kerajaan yang memerintah di wilayah yang sekarang menjadi Jawa Barat pada abad ke-14. Menurut versi ini, Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Niskala Wastu Kancana, raja Kerajaan Sunda. Ia memiliki dua orang saudara kandung yang bernama Dyah Pitaloka dan Dyah Wiyat.
- Silsilah Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran Teragung
- Salah satu sejarawan abad 18 masehi  yang menguraikan mengenai silsilah Prabu Siliwangi adalah Pangeran Arya Carbon, tokoh yang dikenal sebagai penulis Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.
Silsilah Prabu Siliwangi, raja pajajaran teragung dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari diuraikan pada Pupuh IV. Adapun silsilahnya adalah sebagai berikut:
- “Prabu Siliwangi adalah putra Prabu Anggalarang, putra Prabu Mundingkawati, putra Prabu Banyakwangi, putra Prabu Banyaklarang, putra Prabu Susuktunggal, putra Prabu Wastukancana, putra Prabu Ciungwanara, - dan Ciungwanara adalah putra Maharaja Galuh Pakwan bernama Maharaja Adimulya”.
- Berdasarka Pupuh IV pada Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari di atas dapat dinyatakan jika Prabu Siliwangi secara silsilah adalah ketrunan dari Maharaja Adimulya, yaitu pendiri Kerajaan Sunda yang jangkuan kekuasannya meliputi pulau Jawa bagian barat. 
- Ibu Prabu Siliwangi
Berdasarkan silsilah yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Prabu Siliwangi adalah anak dari Prabu Anggalarang atau juga disebut Prabu Niskala Westu Kencana, adapun nama Ibunya adalah Mayangsari. 
- Prabu Siliwangi  disebut juga Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja yang mempunyai nama asli Jaya Dewata (Dewa Niskala) adalah anak tertua dari pasangan Prabu Anggalarang dan Mayangsari. - Selain itu Prabu Siliwangi juga mempunyai seorang adik kandung yang yang bernama Kusumalaya.
- Perjalanan Prabu Siliwangi
Sebelum dinobatkan menjadi Raja Pajajaran pada tahun 1482 hingga1521, Jaya Dewata mulanya dinobatkan menjadi penguasa bawahan di Kerajaan Sindangkasih, sebelum akhirnya dinobatkan menjadi Raja di Galuh dan seterusnya dinobatkan menjadi Raja di wilayah Kekuasaan Kerajaan Sunda (Gabungan Galuh-Sunda).
- Wafatnya Prabu Siliwangi
Prabu Siliwangi wafat secara normal akibat usia yang sudah menua, beliau wafat pada tahun 1521 dan disemeyamkan di Pakuan, Ibukota Kerajaan Sunda. Beliau wafat pada umur 120 Tahun (1401-1521). Setelah kewafatannya, tahta Kerajaan Pajajaran dilanjutkan oleh Prabu Surawisesa anak tertua dari Mayang Sunda, hal itu dikarenakan Pangeran Walangsungsang sebagai putra Mahkota lebih memilih keluar Istana dan mendirikan Kesultanan Cirebon. 
- Anak-Anak Prabu Siliwangi
Menurut beberapa sumber sejarah, Istri Prabu Siliwang jumblahnya sangat banyak, lebih dari 151 orang, begitupun juga anak-anaknya dikisahkan sangat banyak sekali, akan tetapi, dari beberapa istrinya yang terkenal diantaranya
(1) Nyi Ambet Kasih
(2) Subang Larang dan
(3) Mayang Sunda
- Dari ketiga Istrinya yang terkenal itu, hanya anak-anak dari Subang Larang dan Mayang Sunda saja yang sangat begitu terkenal, karena dari Subang Larang kelak melahirkan Raja-Raja di Kesultanan Cirebon dan Banten dan dari ketrunan Mayang Sunda melahirkan Raja-Raja Pajajaran pengganti Prabu Siliwangi. 
------------------
0 notes
hendriyvialli · 1 year ago
Text
Sri Baduga Maharaja
( Prabu Siliwangi/Raden Pemanah Rasa )
Lahir : Kawali, Ciamis, Jawa Barat 1401 M
Gelar : Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Raja Sunda ke - 35 : 3 Juni 1482 -
Orang Tua : ♂ Rakryan Ningratkancana / Prabu Dewa Niskala / Raja Sunda, ♀ Nay Ratna Mayangsari / Ratu Banawati.
Saudara : ♀ Dewi Retna Pamekas / Ratu Ayu Kirana, ♂ Raden Kusumalaya Ajar Kutamangu / Raden Palinggih.
Istri : Nyai Subanglarang / Dewi Kumalawangi (Puteri Subang Keranjang), ♀ Kentringmanik Mayang Sunda ? (Nyimas Padmawati), ♀ Ratu Anten, ♀ Ratu Ratnasih / Nyi Rajamatri (Ratu Istri Rajamantri), ♀ Nyai Ambetkasih, ♀ Nyai Aciputih.
Anak : ♂ Prabu Kian Santang / Raja Sangara, ♀Nyai Rara Santang / Hajjah Syarifah Mudaim, ♂ Walangsungsang / / Sri Mangana (Pangeran Cakrabuwana), ♂ Prabu Surawisésa / Munding Laya Dikusuma (Ratu Samiam), ♂ Dalem Manggu Larang, ♂ Munding Sari / Ratu Bancana, ♂Munding Laya Dikusumah (Munding Sari Ageung / Munding II / Prabu Munding Suria Ageung / Prabu Munding Wangi), ♂ R. Sake Alias Prabu Wastu Dewata, ♀ R. Ne-Eukeun,♂Munding Keleupeung / Munding Kelemu Wilamantri , ♂ Prabu Liman Sanjaya, ♂Jaka Puspa Alias Guru Gantangan, ♀ Dewi Surawati, ♂ Balik Layaran / Sunan Kebo Warna, ♂ Sultan Surosoan, ♂Banyak Ngampar (Silihwarni) / Arya Gagak Ngampar, ♂Prabu Layakusumah, ♀ Nyai Lara Badaya, ♂ Rd. Ceumeut / Raden Meumeut (Raden Ameut), ♂Raden Tenga, ♂ Raden Banyak Catra / Raden Kamandaka, ♀ Ratna Ayu Kirana.
Wafat : Pakuan Pajajaran, 31 Desember 1521 M
Makam : Desa Pajajar, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Keterangan :
Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Sunda: ᮞᮢᮤ ᮘᮓᮥᮌ ᮙᮠᮛᮏ atau ᮕᮢᮘᮥ ᮞᮤᮜᮤᮝᮍᮤ) (Ratu Jayadewata) (1401-1521) putra Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana lahir 1401 M di Kawali Ciamis, mengawali pemerintahan zaman Pakuan Pajajaran Pasundan, yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan Pajajaran di Bogor mencapai puncak perkembangannya.
Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta Kerajaan Galuh di Kawali Ciamis dari ayahnya Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Permaisuri Mayangsari putri Prabu Bunisora, yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewataprana. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda di Pakuan Bogor dari mertua dan uwanya, Prabu Susuktunggal putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Permaisuri Ratna Sarkati putri Resi Susuk Lampung. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Kerajaan Sunda - Kerajaan Galuh dan dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Jadi, sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, rakyat Sunda kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat. Untuk menuliskan situasi kepindahan keluarga kerajaan dapat dilihat pada Pindahnya Ratu Pajajaran.
Prabu Siliwangi
Di Tatar Pasundan, Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Niskala Wastu Kancana (kakeknya). Menurut tradisi lama, orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun memopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis:
"Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira".
Indonesia: Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya.
Arti nama Siliwangi Sunting
Nama Siliwangi adalah berasal dari kata "Silih" dan "Wawangi", artinya sebagai pengganti Prabu Wangi. Tentang hal itu, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan bahwa orang Sunda menganggap Sri Baduga sebagai pengganti Prabu Wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi sebagai berikut (artinya saja):
"Di medan perang Bubat, ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain.
Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa.
Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Tatar Sunda. Kemasyurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Tatar Sunda. Oleh karena itu, nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda".
Biografi Sunting
Leluhur Sunting
Kesenjangan antara pendapat orang Sunda dengan fakta sejarah seperti yang diungkapkan di atas mudah dijajagi. Pangeran Wangsakerta, penanggung jawab penyusunan Sejarah Nusantara, menganggap bahwa tokoh Prabu Wangi adalah Maharaja Linggabuana yang gugur di Bubat, sedangkan penggantinya ("silih"nya) bukan Sri Baduga melainkan Niskala Wastu Kancana (kakek Sri Baduga, yang menurut naskah Wastu Kancana disebut juga Prabu Wangisutah).
Orang Sunda tidak memperhatikan perbedaan ini sehingga menganggap Prabu Siliwangi sebagai putera Wastu Kancana (Prabu Anggalarang). Tetapi dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahwa Mahaprabu Niskala Wastu Kancana itu adalah "seuweu" Prabu Wangi. Mengapa Dewa Niskala (ayah Sri Baduga) dilewat? Ini disebabkan Prabu Dewa Niskala hanya menjadi penguasa Galuh. Dalam hubungan ini tokoh Sri Baduga memang penerus "langsung" dari Wastu Kancana. Menurut Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/4, ayah dan mertua Sri Baduga (Dewa Niskala dan Susuktunggal) hanya bergelar Prabu, sedangkan Jayadewata bergelar Maharaja (sama seperti kakeknya Niskala Wastu Kancana sebagai penguasa Sunda-Galuh).
Dengan demikian, seperti diutarakan Amir Sutaarga (1965), Sri Baduga itu dianggap sebagai "silih" (pengganti) Prabu Wangi Wastu Kancana (oleh Pangeran Wangsakerta disebut Prabu Wangisutah). "Silih" dalam pengertian kekuasaan ini oleh para pujangga babad yang kemudian ditanggapi sebagai pergantian generasi langsung dari ayah kepada anak sehingga Prabu Siliwangi dianggap putera Mahaprabu Niskala Wastu Kancana.
Masa muda dan Silsilah Sunting
Waktu mudanya Sri Baduga atau Prabu Jayadewata terkenal sebagai pengembara ksatria pemberani dan tangkas. Istri pertamanya, Nyi Ambetkasih putri pamannya, Ki Gedeng Sindangkasih putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Kerajaan Surantaka ibu kotanya Desa Kedaton sekarang di Kecamatan Kapetakan Cirebon, penguasa di Pelabuhan Muarajati Cirebon berbatasan langsung dengan Kerajaan Sing Apura. Saat Wafat digantikan menantunya, Prabu Jayadewata. Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabu Wangi.
Bahkan satu-satunya saat menyamar dengan nama Keukeumbingan Rajasunu yang pernah mengalahkan Ratu Kerajaan Japura Prabu Amuk Murugul putra Prabu Susuktunggal putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana waktu bersaing memperebutkan Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa/ Giridewata atau Ki Gedeng Jumajan Jati, penguasa Kerajaan Sing Apura putra Ki Gedeng Kasmaya, Penguasa Cirebon Girang putra Prabu Bunisora (Adik Mahaprabu Niskala Wastu Kancana), (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam) dari Kerajaan Sing Apura berbatasan dengan Kerajaan Surantaka. Dari pernikahannya dengan Permaisuri Subanglarang melahirkan Raden Walangsungsang atau Cakrabuwana, Nyimas Rara Santang dan Raden Kian Santang. Kemudian Nyimas Pakungwati putri Pangeran Walangsungsang menikah dengan Sunan Gunung Jati putra Nyimas Rara Santang. Pangeran Walangsungsang sebagai Sultan Cirebon I dan Sunan Gunung Jati sebagai Sultan Cirebon II dalam Kesultanan Cirebon sejak tahun 1430 M.[1].[2]
Setelah terbuka jati diri Sang Prabu Jayadewata masih kerabat, lalu diantarkannya menemui ayah Prabu Amuk Murugul, yaitu Prabu Susuktunggal kakak lain Ibu Prabu Dewa Niskala ayahnya Prabu Jayadewata, di Kerajaan Sunda Bogor sekarang dan dijodohkan dengan Nyai Kentring Manik Mayang Sunda putri Prabu Susuktunggal, yang nanti melahirkan Prabu Sanghyang Surawisesa kelak jadi pengganti Sri Baduga Maharaja di Pakuan Pajajaran dan Sang Surasowan jadi Adipati di Pesisir Banten atau Banten Girang. Sang Surasowan berputra Adipati Arya Surajaya dan putri Nyai Kawung Anten. Nyi Kawung Anten kelak menikah dengan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati dan melahirkan Pangeran Sabakingkin alias Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten tahun 1552 M.
Prabu Siliwangi juga menikahi Ratu Istri Rajamantri putri Prabu Gajah Agung putra Prabu Tajimalela atau Prabu Agung Resi Cakrabuana putra Prabu Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata putra untuk mendirikan Kerajaan Sumedang larang tahun 900 M. Nama kerajaannya berubah-ubah, Kerajaan Tembong Agung saat Prabu Aji Putih, zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata Insun medal Insun madangan. Artinya Aku dilahirkan, Aku menerangi. Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.[3]
Ratu Pucuk Umun Sumedang keturunan Prabu Gajah Agung menikah dengan Pangeran Pangeran Kusumahdinata atau Pangeran Santri putra Pangeran Pamelekaran atau Pangeran Muhammad, sahabat Sunan Gunung Jati. Ibu Pangeran Santri Ratu Martasari/Nyi Mas Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Dari pernikahan itu lahir Prabu Geusan Ulun yang memerintah Sumedang Larang (1578-1610) M bersamaan dengan berakhirnya Pakuan Pajajaran tahun 1579 M, menerima mahkota emas milik Raja Pakuan Pajajaran yang bernama Binokasih (Mahkota Binokasih) dari senapati Pajajaran sebagai tanda bahwa Kerajaan Sumedang Larang penerus sah Kerajaan Pajajaran.
Kebijakan dalam kehidupan sosial Sunting
Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja):
Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran. Harus menitipkan ibu kota di Jayagiri dan ibu kota di Sunda Sembawa.
Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan "dasa", "calagra", "kapas timbang", dan "pare dongdang".
Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea. Karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran. Merekalah yang tegas mengamalkan peraturan dewa.
Dengan tegas di sini disebut "dayeuhan" (ibu kota) di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Penduduk kedua dayeuh ini dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu "dasa" (pajak tenaga perorangan), "calagra" (pajak tenaga kolektif), "kapas timbang" (kapas 10 pikul) dan "pare dondang" (padi 1 gotongan). Dalam kropak 630, urutan pajak tersebut adalah dasa, calagra, "upeti", "panggeureus reuma".
Dalam koropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa "kapas sapuluh carangka" (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat.
"Pare dondang" disebut "panggeres reuma". Panggeres adalah hasil lebih atau hasil cuma-cuma tanpa usaha. Reuma adalah bekas ladang. Jadi, padi yang tumbuh terlambat (turiang) di bekas ladang setelah dipanen dan kemudian ditinggalkan karena petani membuka ladang baru, menjadi hak raja atau penguasa setempat (tohaan). Dongdang adalah alat pikul seperti "tempat tidur" persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Dondang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut "dondang" (berayun). Dondang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan atau arak-arakan. Oleh karena itu, "pare dongdang" atau "penggeres reuma" ini lebih bersifat barang antaran.
Pajak yang benar-benar hanyalah pajak tenaga dalam bentuk "dasa" dan "calagra" (Di Majapahit disebut "walaghara = pasukan kerja bakti). Tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan raja diantaranya: menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air (ngikis), bekerja di ladang atau di "serang ageung" (ladang kerajaan yang hasil padinya di peruntukkan bagi upacara resmi).
Dalam kropak 630 disebutkan "wwang tani bakti di wado" (petani tunduk kepada wado). Wado atau wadwa ialah prajurit kerajaan yang memimpin calagara. Sistem dasa dan calagara ini terus berlanjut setelah zaman kerajaan. Belanda yang di negaranya tidak mengenal sistem semacam ini memanfaatkanna untuk "rodi". Bentuk dasa diubah menjadi "Heerendiensten" (bekerja di tanah milik penguasa atau pembesar). Calagara diubah menjadi "Algemeenediensten" (dinas umum) atau "Campongdiesnten" (dinas Kampung) yang menyangkut kepentingan umum, seperti pemeliharaan saluran air, jalan, rumah jada dan keamanan. Jenis pertama dilakukan tanpa imbalan apa-apa, sedangkan jenis kedua dilakuan dengan imbalan dan makan. "Preangerstelsel" dan "Cultuurstelsel" yang keduanya berupa sistem tanam paksa memanfaatkan tradisi pajak tenaga ini.
Dalam akhir abad ke-19 bentuknya berubah menjadi "lakon gawe" dan berlaku untuk tingkat desa. Karena bersifat pajak, ada sangsi untuk mereka yang melalaikannya. Dari sinilah orang Sunda mempunyai peribahasa "puraga tamba kadengda" (bekerja sekadar untuk menghindari hukuman atau dendaan). Bentuk dasa pada dasarnya tetap berlangsung. Di desa ada kewajiban "gebagan" yaitu bekerja di sawah bengkok dan ti tingkat kabupaten bekerja untuk menggarap tanah para pembesar setempat.
Jadi "gotong royong tradisional berupa bekerja untuk kepentingan umum atas perintah kepala desa", menurut sejarahnya bukanlah gotong royong. Memang tradisional, tetapi ide dasarnya adalah pajak dalam bentuk tenaga. Dalam Pustaka Jawadwipa disebut karyabhakti dan sudah dikenal pada masa Tarumanagara dalam abad ke-5.
Piagam-piagam Sri Baduga lainnya berupa "piteket" karena langsung merupakan perintahnya. Isinya tidak hanya pembebasan pajak tetapi juga penetapan batas-batas "kabuyutan" di Sunda Sembawa dan Gunung Samaya yang dinyatakan sebagai "lurah kwikuan" yang disebut juga desa perdikan, desa bebas pajak.
Ketika memerintah Prabu Siliwangi dikenal sebagai pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan Egalitarianisme. Egalitarianisme sendiri memiliki arti sebagai paham yang memegang teguh azas kesetaraan dalam kehidupan sosial. hal tersebut sering digambarkan dalam berbagai literasi menenai Prabu Siliwangi.[1]
Peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahannya Sunting
Beberapa peristiwa menurut sumber-sumber sejarah:
Carita Parahiyangan Sunting
Dalam sumber sejarah ini, pemerintahan Sri Baduga dilukiskan demikian:
"Purbatisi purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit. Suka kreta tang lor kidul kulon wetan kena kreta rasa. Tan kreta ja lakibi dina urang reya, ja loba di sanghiyang siksa".
(Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit batin. Senang sejahtera di utara, barat dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang banyak yang serakah akan ajaran agama).
Dari Naskah ini dapat diketahui, bahwa pada saat itu telah banyak Rakyat Pajajaran yang beralih agama (Islam) dengan meninggalkan agama lama.
Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2. Sunting
Naskah ini menceritakan, bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka, Syarif Hidayat atau lebih dikenal Sunan Gunung Jati menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. Syarif Hidayat masih cucu Sri Baduga dari Lara Santang. Ia dijadikan raja oleh uanya (Pangeran Cakrabuana) dan menjadi raja merdeka terlepas dari Pajajaran di Tatar Pasundan (Jawa Barat dan Banten).
Ketika itu Sri Baduga baru saja menempati Istana Sang Bhima (sebelumnya di Surawisesa). Kemudian diberitakan, bahwa pasukan Angkatan Laut Demak yang kuat berada di Pelabuhan Cirebon untuk menjaga kemungkinan datangnya serangan Pajajaran.
Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon, tidak mengetahui kehadiran pasukan Demak di sana. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menyerahkan diri dan masuk Islam.
Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang santri Syekh Quro).
Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga (sebelum menjadi Susuhunan) sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Karena Syarif Hidayat dinobatkan oleh Cakrabuana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh penguasa Pajajaran.
Demikianlah situasi yang dihadapi Sri Baduga pada awal masa pemerintahannya. Dapat dimaklumi kenapa ia mencurahkan perhatian kepada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan dan menyusun Pagelaran (formasi tempur) karena Pajajaran adalah negara yang kuat di darat, tetapi lemah di laut.
Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki enam buah Kapal Jung 150 ton dan beberapa lankaras (?) untuk kepentingan perdagangan antar-pulaunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor/tahun).
Keadaan makin tegang ketika hubungan Demak-Cirebon makin dikukuhkan dengan perkawinan putera-puteri dari kedua belah pihak. Ada empat pasangan yang dijodohkan, yaitu:
Pangeran Hasanudin dengan Ratu Ayu Kirana (Purnamasidi).
Ratu Ayu dengan Pangeran Sabrang Lor.
Pangeran Jayakelana dengan Ratu Pembayun.
Pangeran Bratakelana dengan Ratu Ayu Wulan (Ratu Nyawa).
Perkawinan Pangeran Sabrang Lor alias Yunus Abdul Kadir dengan Ratu Ayu terjadi 1511. Sebagai Senapati Sarjawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon.
Persekutuan Cirebon-Demak inilah yang sangat mencemaskan Sri Baduga di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Imperium Portugis Afonso de Albuquerque di Malaka yang ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai milik Kesultanan Samudera Pasai. Sebaliknya upaya Pajajaran ini telah pula meresahkan pihak Demak.
Pangeran Cakrabuana dan Susuhunan Jati (Syarif Hidayat) tetap menghormati Sri Baduga karena masing-masing sebagai ayah dan kakek. Oleh karena itu permusuhan antara Pajajaran dengan Cirebon tidak berkembang ke arah ketegangan yang melumpuhkan sektor-sektor pemerintahan. Sri Baduga hanya tidak senang hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, bukan terhadap Kerajaan Cirebon. Terhadap Islam, ia sendiri tidak membencinya karena salah seorang permaisurinya, Subanglarang, adalah seorang muslimah dan ketiga anaknya—Walangsungsang alias Cakrabuana, Lara Santang, dan Raja Sangara—diizinkan sejak kecil mengikuti agama ibunya (Islam).
Karena permusuhan tidak berlanjut ke arah pertumpahan darah, maka masing masing pihak dapat mengembangkan keadaan dalam negerinya. Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai zaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan zaman Sri Baduga dengan komentar "The Kingdom of Sunda is justly governed; they are honest men" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur).
Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.
Naskah Kitab Waruga Jagat dari Sumedang dan Pancakaki Masalah Karuhun Kabeh dari Ciamis yang ditulis dalam abad ke-18 dalam bahasa Jawa dan huruf Arab Pegon masih menyebut masa pemerintahan Sri Baduga ini dengan masa Gemuh Pakuan (kemakmuran Pakuan) sehingga tak mengherankan bila hanya Sri Baduga yang kemudian diabadikan kebesarannya oleh raja penggantinya dalam zaman Pajajaran.
Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi dalam Prasasti Tembaga Kebantenan disebut Susuhunan di Pakuan Pajajaran, memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Ia disebut secara anumerta Sang Lumahing (Sang Mokteng) Rancamaya karena ia dipusarakan di Rancamaya.
Kultus Prabu Siliwangi Sunting
Sunda Wiwitan Sunting
Dalam kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan, tokoh Prabu Siliwangi dihormati sebagai gambaran pemimpin ideal masyarakat Sunda. Ia dihormati dan diakui sebagai karuhun atau leluhur para menak atau bangsawan Sunda.
Hindu Dharma Sunting
Dalam kompleks Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, di lereng utara Gunung Salak, terdapat sebuah candi yang dibangun untuk memuliakan tokoh Sunda, Prabu Siliwangi. Pura ini terletak di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Konghucu Sunting
Prabu Siliwangi dipuja dan memiliki altar tersendiri pada Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa, Simpenan, Sukabumi.[4]
Uga Wangsit Siliwangi Sunting
Prabu Siliwangi memberikan petuah kepada keturunannya dalam bentuk wangsit yang disebut Uga Wangsit Siliwangi
Sc: Elisandra Nur Maharani 28
#history #sunda #sejarah #siliwangi #rajasunda
Tumblr media
0 notes
zoechristabel · 1 year ago
Text
Tumblr media
KEBUN RAYA BOGOR
Kebun Raya Bogor atau Kebun Botani Bogor adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor, Indonesia. Kebun ini dioperasikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kebun ini terletak di pusat kota Bogor dan bersebelahan dengan kompleks istana kepresidenan Istana Bogor. Luasnya mencapai 87 hektar dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Letak geografis Bogor yang mengalami hujan hampir setiap hari bahkan di musim kemarau menjadikan kebun ini sebagai lokasi yang menguntungkan untuk budidaya tanaman tropis.
Didirikan pada tahun 1817 oleh pemerintah Hindia Belanda, Kebun Raya Bogor berkembang pesat di bawah kepemimpinan berbagai ahli botani terkenal termasuk Johannes Elias Teijsmann, Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer, dan Melchior Treub. Sejak didirikan, Kebun Raya Bogor berfungsi sebagai pusat penelitian utama pertanian dan hortikultura, dan merupakan kebun raya tertua di Asia Tenggara.[1] Saat ini Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi sebagai tempat wisata, terutama hari Sabtu dan Minggu. Tiket masuknya Rp 30.000. Di sekitar Kebun Raya Bogor tersebar pusat-pusat keilmuan yaitu Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor, dan PUSTAKA.
SEJARAH
latar belakang
Kawasan yang kini menjadi Kebun Raya Bogor awalnya merupakan bagian dari "samida" (hutan buatan) yang kira-kira didirikan di masa Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) yang memerintah Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan ini dibuat untuk melindungi bibit pohon langka.[2] Hutan ini terbengkalai setelah kerajaan Sunda runtuh pada abad ke-16. Pada tahun 1744, Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mendirikan sebuah taman dan wastu di lokasi Kebun Raya yang sekarang ada di Buitenzorg (sekarang dikenal sebagai Bogor).
Setelah Britania Raya menginvasi Jawa pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Letnan-Gubernur pulau itu dan dia mengambil Istana Buitenzorg sebagai kediamannya. Raffles memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik.[3] Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.
Pada tahun 1814, Olivia Raffles (istri Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.
PERISTIWA
Penanaman Bunga BangkaiSunting
Pada tanggal 19 Desember 1992, ditanamlah bunga bangkai jenis bunga bangkaiAmorphophalus titanum Becc. (Araceae atau suku talas-talasan). Bunga ini berasal dari Muara Aimat- Jambi, dengan berat umbi 100 kg.
Pada tanggal 5 Februari 1994, muncul tunas bunga, kemudian pada tanggal 9 Maret 1994tingginya telah mencapai 1 meter. Lima hari kemudian tinggi tanaman ini bertambah menjadi 1,5 meter. Karena tanaman ini termasuk langka, maka tanaman ini termasuk salah satu tanaman yang dilindungi dan dikembangbiakkan.
1 note · View note
doodlyfishy · 1 year ago
Text
Kebun Raya Bogor
Tumblr media
Kebun Raya Bogor atau Kebun Botani Bogor (Sunda: ᮊᮨᮘᮧᮔ᮪ ᮛᮚ ᮘᮧᮌᮧᮁ, translit. Kebon Raya Bogor) adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor, Indonesia.
Kebun ini dioperasikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kebun ini terletak di pusat kota Bogor dan bersebelahan dengan kompleks istana kepresidenan Istana Bogor. Luasnya mencapai 87 hektar dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Letak geografis Bogor yang mengalami hujan hampir setiap hari bahkan di musim kemarau menjadikan kebun ini sebagai lokasi yang menguntungkan untuk budidaya tanaman tropis.
Didirikan pada tahun 1817 oleh pemerintah Hindia Belanda, Kebun Raya Bogor berkembang pesat di bawah kepemimpinan berbagai ahli botani terkenal termasuk Johannes Elias Teijsmann, Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer, dan Melchior Treub. Sejak didirikan, Kebun Raya Bogor berfungsi sebagai pusat penelitian utama pertanian dan hortikultura, dan merupakan kebun raya tertua di Asia Tenggara.
Saat ini Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi sebagai tempat wisata, terutama hari Sabtu dan Minggu. Tiket masuknya Rp 30.000. Di sekitar Kebun Raya Bogor tersebar pusat-pusat keilmuan yaitu Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor, dan pustaka.
Dengan rincian harga tiket masuk (HTM) pada Senin-Jumat, sebesar Rp 15.500 per orang, sepeda Rp 15 ribu per unit, mobil Rp 50 ribu per unit, dan motor Rp 5 ribu per unit.
Kawasan yang kini menjadi Kebun Raya Bogor awalnya merupakan bagian dari "samida" (hutan buatan) yang kira-kira didirikan di masa Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) yang memerintah Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan ini dibuat untuk melindungi bibit pohon langka.
Hutan ini terbengkalai setelah kerajaan Sunda runtuh pada abad ke-16. Pada tahun 1744, Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mendirikan sebuah taman dan wastu di lokasi Kebun Raya yang sekarang ada di Buitenzorg (sekarang dikenal sebagai Bogor).
Setelah Britania Raya menginvasi Jawa pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Letnan-Gubernur pulau itu dan dia mengambil Istana Buitenzorg sebagai kediamannya. Raffles memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik.
Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.
Pada tahun 1814, Olivia Raffles (istri Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.
0 notes
koran-tribun-jabar-video · 1 year ago
Video
youtube
Hasil Uji Coba Air Mancur Sri Baduga, Menari-nya Masih Kurang Optimal Ta...
0 notes
honeymuggle · 4 months ago
Text
Hi, the days are getting more absurd.
Just appeared again on Tumblr, I think it's too old, I'm still playing Tumblr in the X and Threads era, I don't care lol, I just need a platform that can accommodate my mind.
From the beginning of this August, life is a bit unexpected huh.. a lot of new things I did..
1. Nari jaipong :) at Sri Baduga Museum Bandung
Tumblr media
Hehehe. It's really fun, getting to know new people. As someone who is a social introvert, I am quite proud of my achievements.
Tumblr media
2. Tracing Griliya Sounds in Gg Apandi (Cikapundung)
It's crazy that the first time I've been down that road, it's really weird huh.
If you have the opportunity, try scanning the barcode below..
3. Participate in the public space theater (Cat Mask)
It's very new to be able to watch the Cat Mask, touched.. especially being asked for a speech with "cat language" to enter a new feel with people full of abundant creativity
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
There's a lot more, but that's all for now
Sekian. Terimakasih..
0 notes
inilahonline · 1 year ago
Text
Museum Sri Baduga Jabar Gelar Expo Pancarakén 2023
INILAHONLINE.COM, BANDUNG — Museum Sri Baduga Provinsi Jawa Barat menggelar expo ‘Pancarakén Sri Baduga 2023’, 20-23 Juni 2023 di halaman Museum Sri Baduga Provinsi Jabar, Jl. BKR Lingkar Selatan Tegallega Kota Bandung. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Beny Bachtiar menuturkan, Expo Pancarakén tersebut merupakan agenda tahunan untuk lebih mengenalkan kearifan leluhur,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rumahsakitbekasi · 2 years ago
Text
https://rsmekarsari.com/wp-content/uploads/2022/10/Pengenalan-Otolaringologi.jpg
Dokter THT Bekasi - Dalam bidang kedokteran, sering dikenal dengan istilah dokter spesialis organ atau penyakit tertentu. Salah satunya dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorok atau dokter THT. Dalam istilah internasional dokter THT disebut sebagai otolaryngologist. THT menjadi bidang kedokteran khusus sejak abad 19, karena para dokter menemukan fakta telinga, hidung dan tenggorok punya saluran yang berhubungan satu sama lain.
Hasilnya para dokter ini membuat alat khusus untuk melihat lebih dekat area tersebut dan mencari cara untuk mengatasi masalah di organ telinga, hidung dan tenggorokan
Pengenalan Otolaringologi
Otolaringologi adalah cabang ilmu kedokteran yang melakukan diagnosis dan pengobatan penyakit telinga, hidung, tenggorok, serta kepala dan leher. Di Indonesia, cabang kedokteran ini lebih dikenal dengan nama ilmu telinga, hidung, tenggorok, bedah kepala, leher atau T.H.T.K.L. Orang yang menjadi dokter T.H.T.K.L. akan mendapat gelar Sp.T.H.T.K.L.
Otolaringologi terdiri dari beberapa cabang yaitu:
Beberapa penyakit yang sering ditangani oleh Dokter THT yaitu:
Penyakit yang Bisa Ditangani Dokter THT
Telinga
Baca juga : USG 4D Bekasi
Hidung
Tenggorokan
Dokter spesialis THT yang mencurigai kamu mengalami kanker nasofaring, akan memastikan diagnosisnya dengan pemeriksaan lewat CT-Scan, MRI hidung dan tenggorokan, biopsi, dan tes darah. Sama seperti kanker lainnya, kanker nasofaring perlu pengobatan melalui operasi, radioterapi, atau kemoterapi.
Lokasi dan Alamat Dokter THT Bekasi
Lokasi dan Alamat Dokter THT Bekasi terletak di Jl. Mekar Sari, RT.001/RW.010, Bekasi Jaya, Kec. Bekasi Tim., Kota Bks, Jawa Barat 17112. silakan cek Google map di bawah
Dokter THT Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi
Jadwal Dokter THT di Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi
Pengenalan Kota Bekasi
Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Nama Bekasi berasal dari kata bagasasi yang artinya sama dengan candrabaga yang tertulis di dalam Prasasti Tugu era Kerajaan Tarumanegara, yaitu nama sungai yang melewati kota ini. Pada tahun 2021, jumlah penduduk kota Bekasi berjumlah 2.464.719 jiwa.
Kota ini merupakan bagian dari Metropolitan Jabodetabek dan menjadi kota satelit dengan jumlah penduduk terbanyak se-Indonesia. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri.
Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km², dengan batas wilayah Kota Bekasi adalah:
Sejarah Bekasi
Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, itulah sebutan Bekasi tempo dulu sebagai Ibukota Kerajaan Tarumanagara. Luas Kerajaan ini mencakup wilayah Bekasi, Sunda Kelapa (Jakarta), Pasir Awi (Jonggol), Depok, Cibinong, Bogor hingga ke wilayah Sungai Cimanuk Bengawan Timur (Indramayu).
Menurut para ahli sejarah dan fisiologi, letak Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri sebagai Ibukota Tarumanagara adalah di wilayah Bekasi sekarang. Dayeuh Sundasembawa inilah daerah asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M) pendiri Kerajaan Sunda dan seterusnya menurunkan Raja-Raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M).
Wilayah Bekasi tercatat sebagai daerah yang banyak memberi informasi tentang keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau. Diantaranya dengan ditemukannya 4 prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kebantenan. Keempat prasasti ini merupakan keputusan dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, Jaya Dewa) yang ditulis dalam 5 lembar lempeng tembaga.
Sejak abad ke-5 Masehi pada masa Kerajaan Tarumanagara, abad ke-8 Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Pajajaran pada abad ke-14, Bekasi menjadi wilayah kekuasaan karena merupakan salah satu daerah strategis, yakni sebagai penghubung antara Pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta).
Kota Bekasi memiliki 12 kecamatan dan 56 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 2.409.083 jiwa dengan luas wilayah 206,61 km² dan sebaran penduduk 4.035 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Bekasi, adalah sebagai berikut:
Penduduk Bekasi
Berdasarkan sensus tahun 2010, Kecamatan Bekasi Utara merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kota Bekasi, yakni sebesar 12.237 jiwa/km² dan Kecamatan Bantar Gebang dengan kepadatan 4.310 jiwa/km² menjadi yang terendah.[18]
Sementara pencari kerja di kota ini didominasi oleh tamatan SMA atau sederajat, yakni sekitar 65,6% dari total pencari kerja terdaftar. Sebagai kawasan hunian masyarakat urban, Bekasi banyak membangun kota-kota mandiri, diantaranya Kota Harapan Indah, Kemang Pratama, dan Galaxy City.
Selain itu pengembang Summarecon Agung juga sedang membangun kota mandiri Summarecon Bekasi seluas 240 ha di Kecamatan Bekasi Utara. Seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah keatas, Bekasi juga gencar melakukan pembangunan apartemen dan pusat perbelanjaan mewah.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Jika kebetulan lokasi dan rumah anda di Bekasi silakan kunjungi Dokter THT Bekasi yang kami miliki. Ingat, ketika terjadi keluhan di tubuh anda, segera buat janji dengan dokter  atau kunjungi kami di Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi agar mendapatkan penanganan yang tepat untuk segera di tangani.
Sumber : Otolaringologi, Wikipedia
0 notes
trinugroho · 6 months ago
Link
https://syehhakediri.blogspot.com/2024/06/siliwangi-sri-baduga-maharaja-ratu.html
0 notes
sunda-akur · 7 months ago
Text
SILIWANGI
Prabu Siliwangi, yang juga dikenal sebagai "Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja", merupakan sosok yang memimpin Kerajaan Pajajaran pada rentang tahun 1482-1521 M.
- asal-usul, masa kejayaan, dan silsilah Prabu Siliwangi:
- Asal-usul Prabu Siliwangi:
- Nama asli Prabu Siliwangi adalah Jaya Dewata. Ia lahir pada tahun 1401 di Kawali Galuh (sekarang Ciamis).
- Ayah Prabu Siliwangi bernama - Prabu Dewa Niskala, yang merupakan cucu dari - Raja Niskala Wastu Kencana, pemimpin Kerajaan Sunda-Galuh pada tahun 1348-1475 M.
- Sebutan “Prabu Siliwangi” berasal dari kata “silih” dan “wangi”, yang merupakan gelar turun temurun yang diberikan kepada beberapa pemimpin karena mereka bisa membawa harum nama Kerajaan Pajajaran.
- Dalam Prasasti Batutulis, Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai raja Kerajaan Sunda dan juga sebagai raja Kerajaan Galuh. Kerajaan Sunda-Galuh ini kemudian dikenal saat ini dengan nama Kerajaan Pajajaran yang berada di bawah kekuasaan Prabu Siliwangi.
- Masa Kejayaan Prabu Siliwangi:
- Selama memimpin Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi berhasil menjaga kerajaan dalam keadaan teratur dan tenteram.
- Kebijakan Prabu Siliwangi yang membebaskan penduduk Pajajaran dari empat macam pajak turut berkontribusi pada masa kejayaan kerajaan tersebut.
- Silsilah Prabu Siliwangi juga menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan ahli genealogi. Ada beberapa versi silsilah yang diterima secara luas oleh masyarakat. Menurut salah satu versi,
- Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Dewawarman VII, raja Kerajaan Galuh. 
- Versi lain menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi adalah putra dari - Prabu Anggalarang, yang memiliki silsilah panjang hingga ke Maharaja Galuh Pakwan.
----------------
0 notes
bogorone · 2 years ago
Text
Baznas Kota Bogor Soft Launching Bogor Berzakat 
BogorOne.co.id | Kota Bogor – Setelah diisi komisioner baru, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Bogor terus berinovasi, kali ini gelar kegiatan soft launching Bogor Berzakat, dan rapat kerja di Gedung Sri Baduga, Balaikota Bogor, Selasa (13/12/22) Hal tersebut bertujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat, salah satunya yaitu mengurangi angka kemiskinan di Kota Bogor melalui kekuatan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes