#ayam jago
Explore tagged Tumblr posts
Text
0 notes
Text
Nemo jena reunited~ biasa akur gelud akur gelud..
Rumah uber kembali ramai, 2 cucu kakek ngumpul lagi.. Nemo libur seminggu yaa mayan bisa agak lama disini. Seperti biasa disini tinggal makan, bobo aja wkwk. Masak jg ibu doang suka gapengen diganggu hahaha. Ngurus anak? Kadang pgn sama neneknya, kalo libur kadang disuapin sama ayahnya, atau dah gede ya makan sendiri bisa. Leha2 bgt yakan disini tuh.. Udah turun 4 kg seminggu disini bisa naik kiloan ieu mah haha mana belom bisa puasa jg. Dateng2 ibu bikin sop iga, trus maksi tadi makan ikan kembung, sambel, jukut, perkedel kentang, kerupuk bawanh warna warni.. Yaampun menu sederhana tp meni nambah weh, suamiku jg bisa bikin semuanya jg sih hahaha naha bukan aku yg masak? Ah suamiku aja kan lg hobi masak, istrinya udah jarang masak, cuma bebikinan buat maksi anaknya aja. Suamiku selalu rajin masak skrg, alhamdulillah yakan mana suka enak mulu lagi..
Oiya adikku mulai nih nanya2 resep sop ayam ala aku, bikinnya waktu bulan lalu, bisa dia dan mirip. Katanya bapak sampe blg ke adik sop ayamnya ko mirip bikinan teteh haha se khas itu memang buatanku. Dan itu sop ayam kesukaan adikku bgt dulu, wkt baru ditinggal meninggal ibu umur 21 thn aku terpaksa belajar masak dan ternyata ngga sesulit itu jg tp emg masakan yg simple2 sih, dulu bikin ayam goreng ungkep gapake bumbu racik loh, ngulek sendiri cuy dan enak sriyeusssan wkwk. Skrg kebanyakan malesnya jadi pake bumbu instan aja. Bikin ikan bumbu acar, apayah yg sulit dan lama mah paling ngolah daging sapi sih mau diapain jg, kaya bola2 daging asam manis gt. Oiya jarang bisa nyambel, baru pas nikah aja bebikinan sambel gara2 suamiku, ternyata bikinnya lebih jago haha.
Jadi masak mah emg basic life skill yah mau cewe mau cowo kudu bisa ih helooowwww.. Gosah yg rumit2 yg penting mah ada bawang putih, bawang merah atau bawang bombay dah bisa bikin apa aja deh..
3 notes
·
View notes
Text
Elegi
Rumah ini selalu gegap gempita di pagi hari. Bunyi spatula beradu dengan penggorengan untuk menghasilkan nasi goreng istimewa dilakukan oleh ibu. Disusul dengan riuh tawa hewan peliharaan bapak yang meminta makanan satu persatu, mulai dari kucing, burung dan ayam jago kesayangan Ucok. Tak lupa rebutan kamar mandi ala Bang Adam dan Aku sendiri.
Rasanya kami tidak akan berhenti adu mulut jika ibu tidak mengeluarkan nyanyian menggelegar "Bang Adam duluan yang mandi Din, bang Adam cuma mandi bebek, begancanglah mangko dak telat." Begitulah kami mengisi pagi hari, dengan segala rutinitas dan cerita-ceritanya.
Siapa sangka pagi ini adalah pagi terakhir gegap gempita di rumah itu. Pasalnya, siang ini, tepatnya saat bel jam istirahat berakhir, ibu menelpon. Tidak seperti biasanya, ibu menelpin saat aku masih di sekolah. Hatiku mulai was-was, apa yang terjadi. Ku angkat telpon itu, diseberang sana ibu mengawali dengan tangisan disusul dengan hembusan nafas yang berat.
"Din, bapak kecelakan. Nanti bang Adam yang jemput kamu di sekolah. Kamu sekarang siap-siap dan minta izin ke guru piket untuk pulang lebih awal ya. Nanti bang Adam juga yang bantu ngomong sama wali kelas kamu. Ibu tutup dulu ya." Deg. Aku terdiam beberapa saat. Aku bahkan tidak menjawab salam penutup dari ibu. Kaki ku terasa lemas. Setelah sepersekian menit aku mulai sadar, segera ku kemas buku-buku ku ke dalam tas. Kebetulan bang Adam juga sudah sampai ke kelas untuk meminta izin kepada guruku. Aku bergegas memeluk bang Adam dan ke rumah sakit. Di perjalanan kami saling diam. Sesuatu yang sangat jarang terjadi dalam hidup kami. Kami membiarkan satu sama lain untuk berdialog dan menenangkan diri sendiri.
Sesampainya di rumah sakit, ibu segera memeluk kami. "Ucok, Dina, Abang, bapak sudah berpulang. Bapak mengalami gagal pernapasan karena kecelakaan itu." Ku lihat ibu langsung luruh ke lantai. Ucok kebingungan karena dia masih berumur empat tahun, bang Adam berlari ke ruangan bapak. Lalu bagaimana dengan aku? Aku diam mematung, lima menit kemudian ku peluk ibu dan ku gendong ucok untuk menemui bapak. Kami berempat saling memeluk bapak sebelum jenazah beliau dibawa pulang ke rumah.
Selama ini, aku tidak pernah melihat ibu dan bang Adam menangis sedemikian adanya. Karena itu pula ku putuskan untuk mengambil tas ibu dan mengurus administrasi bapak. Ucok masih kebingungan, aku juga bingung bagaimana menjelaskannya. Ku putuskan untuk mampir ke kantin, membeli susu coklat dan jajanan kesukaan Ucok.
"Nanti, kak Dina akan jelasin ke Ucok tentang bapak. Sekarang Ucok nurut ya sama Kak Dina, Kakak sayang Ucok." Ku peluk erat ucok sambil menahan tangis.
Aku harus menjadi perempuan kuat untuk saat ini dan seterusnya. "Aku harus bisa bantu ibu dan bang Adam. Aku harus kuat." Demikianlah yang ku katakan pada diriku sendiri. Kehilangan bapak sekaligus cinta pertamaku, sesak sekali rasanya hati ini.
Izin tag mas @kurniawangunadi, tim @careerclass dan tim @bentangpustaka-blog
12 notes
·
View notes
Text
The Story of Cico
Part 1
“Mulai sekarang aku akan memanggilmu Nilo,” ucap Pak Mamat seraya mengelus kepala si kucing kecil yang ada di gendongannya. Kucing berwarna coklat dan putih dengan corak seperti harimau. Ekornya lurus panjang dengan bulu yang lebat.
Kemarin sore istri Pak Mamat menemukan seekor kucing di dekat pagar rumah mereka dengan kondisi basah kuyup, kedinginan dan terluka di beberapa bagian tubuhnya Buru-buru beliau bawa masuk ke dalam rumah. Dilap hingga kering, dihangatkan dengan handuk baru, dan diobati luka-lukanya.
Awalnya Pak Mamat tidak terlalu suka dengan kucing, akan tetapi ia mulai jatuh hati ketika melihat kelincahan si kucing yang kini diberi nama Nilo itu. Terkadang Nilo melompat-lompat bak anak kecil yang kegirangan. Nilo juga segera berlari menghampiri Pak Mamat saat ia baru pulang dari sawah. Mengusap-usapkan kepalanya pada kaki Pak Mamat. Manja sekali.
Seekor ayam jago memperhatikan dari pintu belakang dapur Pak Mamat. Pintu yang terbuat dari kayu dan terbagi menjadi 2 bagian. Bagian bawah yang hanya menutup sampai perut orang dewasa, dan bagian atas yang menutup sisanya. Pagi ini hanya bagian bawah yang tertutup. Cico bertengger di atasnya.
Ayam jago itu bernama Cico. Bulunya didominasi warna hitam dengan warna merah di bagian kepala dan punggungnya. Ia dipelihara Pak Mamat dari sejak hari pertamanya menetas. Bahkan dari ia masih didalam cangkang telur. Induknya sudah meninggal menjadi korban tabrak lari. Saudara-saudara Cico pun satu per satu gugur menyusul sang induk. Hanya tinggal Cico seorang diri. Ayam jago kesayangan Pak Mamat.
Cico sangat antusias untuk bertemu teman barunya. Ia menunggu waktu untuk bisa menyapa Nilo. Pagi itu, segera setelah Pak Mamat berangkat menuju ke sawah, Cico terbang turun mendekati Nilo.
“Hei, Nilo, perkenalkan aku Cico,” Cico menyapa Nilo yang sedang duduk di dekat tungku.
Nilo menengok kearah datangnya suara,“hmm-- tahu darimana namaku Nilo?” Nilo bertanya. Bingung.
“Aku memperhatikan dari tadi, disana,” jawab Cico sambil menunjuk kearah pintu.
Nilo hanya mengangguk. Memperhatikan Cico yang tersenyum ramah padanya. Kemudian membalas dengan senyuman canggung.
“Ayo, aku ajak berkeliling. Ini rumah barumu juga sekarang,” ajak Cico.
Mereka berkeliling rumah Pak Mamat. Di bagian depan rumah terdapat taman bunga yang dibatasi dengan pagar kayu yang sudah lapuk. Bunga berwarna-warni menghiasi setiap bagiannya. Hasil jerih payah istri Pak Mamat yang rajin merawat mereka. Di sampingnya terdapat halaman luas yang didominasi dengan rumput jepang. Beberapa bagiannya gundul, yang terlihat hanya tanah.
Cico menjelaskan setiap bagian dengan detail. Sesekali melempar gurauan kepada Nilo. Nilo dibuat tertawa dengan selera humor Cico. Baru beberapa waktu berlalu mereka sudah akrab.
Mereka terus berjalan menuju samping rumah Pak Mamat. Cico menunjuk kotak berukuran 2mx2mx1m. Terbuat dari bambu yang dipasang berjajar. Terdapat pintu dibagian sampingnya.
“Ini rumahku, kamu bisa kemari jika mencariku.” Jelas Cico.
“Wah! Kamu punya rumah sendiri, Cico?” tanya Nilo yang terlihat takjub.
“Tentu saja, Pak Mamat sendiri yang membuatnya untukku,” ucap Cico bangga.
Nilo memperhatikan dengan seksama rumah Cico. Sesekali mengibaskan ekornya.
“Ayo, kita lanjutkan ke bagian belakang,” ajak Cico.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke bagian belakang rumah Pak Mamat. Di sana terdapat sumur lengkap dengan timbanya. Terjejer pula ember-ember tempat Pak Mamat menampung air. Di bagian dekat tembok disediakan wadah tempat Cico minum.
“Mulai sekarang, kamu boleh minum di sana juga,” jelas Cico.
“Oke!” jawab Nilo semangat. Nilo merasa beruntung bertemu dengan Cico.
***
Matahari sebentar lagi tenggelam. Suara motor Pak Mamat terdengar memasuki halaman. Nilo dan Cico sedang asik bermain di depan bangunan yang masih setengah kayu itu.
Istri Pak Mamat turun terlebih dulu dari motor, disusul dengan Pak Mamat. Nilo yang melihat pemiliknya pulang segera menghampiri mereka. Mengibaskan ekornya tanda kegirangan. Mengusapkan kepalanya manja pada kaki Pak Mamat.
“Lucunya Nilo,” Pak Mamat berjongkok untuk mengusap Nilo. Nilo menutup mata. Merasa nyaman dengan perlakuan Pak Mamat.
Cico juga bergegas menyusul Nilo walaupun kalah cepat. Pak Mamat yang melihat Cico menghampirinya, meninggalkan Nilo dan segera menggendong Cico. Cico tidak heran. Bukahkah aku ayam jago kesayangannya? Pikirnya.
“Sudah hampir gelap, ayo masuk kandang,” ucap Pak Mamat.
Selama perjalan menuju kandang, pandangannya tertuju pada Nilo. Nilo yang juga sedang digendong oleh istri Pak Mamat. Nilo yang kepalanya diusap lembut oleh istri Pak Mamat. Nilo yang dibawa masuk ke dalam rumah. Iya, rumah Pak Mamat.
Pak Mamat memasukkan Cico ke kandang dan menguncinya dari luar. Pak Mamat berjalan meninggalkan kandang dan memasuki rumah.
Kejadian tadi masih terekam di memori Cico. Bagaimana istri Pak Mamat memperlakukan Nilo. Seingatnya, ia tak pernah diperlakukan semacam itu oleh beliau.
Apakah Nilo juga akan tidur di dalam rumah? Dengan Pak Mamat dan istrinya? Sedangkan aku tidur sendirian disini?
Cico segera menepis pikiran-pikiran itu. Bagaimanapun ia punya rumah sendiri. Bahkan Pak Mamat khusus membuatkan untuknya. Itu merupakan hal yang patut disyukuri dan dibanggakan bukan?
***
“Kukuruyuukkk,” alunan merdu Cico menandakan waktu fajar. Alunan ini pula yang membangunkan Pak Mamat setiap pagi. Dan benar saja, seperti biasa, tidak lama setelah Cico berkokok, Pak Mamat keluar dari rumah lewat belakang dan membukakan pintu kandang Cico. Cico segera terbang keluar. Menikmati sejuknya udara dini hari.
Ia menuju tempat favoritnya. Pintu kayu dapur Pak Mamat yang hanya setengah bagian. Disana ia bisa melihat ke dua sisi sekaligus. Sisi dapur yang hangat dan juga sisi luar yang sejuk. Pagi ini ia memutuskan untuk memandangi dapur Pak Mamat.
Lantai dapur Pak Mamat masih berupa tanah. Tembok bata yang hanya setinggi satu meter. Kemudian disusun anyaman bambu diatasnya. Membentuk tembok hingga menjulang ke atas. Gorden biru dijadikan pembatas antara dapur dengan ruang utama keluarga mereka. Rak besi lusuh berdiri di sudut ruangan dengan beberapa piring dan gelas tertata rapi.
Asap mengepul dari tungku di sebelah kanan. Periuk besar diatasnya. Pantatnya menghitam. Setiap hari ditempa panasnya api dari tungku.
Istri Pak Mamat menambahkan kayu yang mulai habis. Rutinitas yang setiap pagi Cico lihat. Namun tetap saja menyenangkan baginya. Membuat senyuman terukir diwajah Cico.
Tetapi hari ini ada yang berbeda. Nilo muncul dari balik gorden. Meregangkan badannya sepanjang yang ia bisa. Mengibaskan ekor panjangnya. Kemudian berjalan pelan mendekati istri Pak Mamat yang berada di depan tungku. Duduk disana. Menghangatkan badan.
“Eh, Nilo sudah bangun,” ucap istri Pak Mamat. Mengusap kepala Nilo. Nilo hanya mengeong.
Pak Mamat tiba-tiba muncul dari balik gorden tempat Nilo muncul tadi. Kantong plastik hitam di tangan kanannya.
“Aku belikan ikan untuk Nilo, Bu,” Pak Mamat memberikan bungkusan itu pada istrinya.
Nilo mencium aroma sedap dari bungkusan yang diterima istri Pak Mamat. Suara ngeongnya semakin lantang. Nilo melompat-lompat berusaha meraih kantong plastik itu. Pak Mamat dan istrinya tertawa melihat kelakuan Nilo. Hal yang lucu dan baru bagi mereka.
Senyuman Cico memudar perlahan.
2 notes
·
View notes
Text
xx. jalan-jalan.
hari jumat waktunya olahraga! hehe. saya seperti biasa, lebih pilih ling tien kung daripada senam aerobik---setelah selesai senam, rasanya lebih capek dari minggu sebelumnya.
sebagaimana yang saya jelaskan minggu lalu, ling tien kung ini senam terapi olah tubuh. jinjit-jinjit tiga ratus kali ... jongkok jalan tiga puluh kali ... angkat tangan ke atas, ke samping, ke depan masing-masing lima puluh kali ... membungkuk, angkat kaki ... BANYAKLAH. PEGEL BANGET. jinjit tiga ratus kali itu melelahkan pol, sampai 100-an itu saya saking capeknya malah memilih ngetawain aja sambil berpikir, HADEH. XD tapi, tetep aja, paling parah buat saya itu jongkok jalan tiga puluh kali. kedua kaki rasanya panaaaaass. tapi alhamdulillah 3x terakhir ini saya selalu bisa 30x APA PUN YANG TERJADI. XD
favorit saya dari ling tien kung adalah ... babak pengendapan emosi. gampangnya, ini adalah pendinginan wkwk. tapi saya lebih suka dengan penyebutan begini: mengendapkan emosi. tarik napas. embuskan. tarik napas. embuskan. dst. saya suka aja sama penyebutannya, ketika dikaitkan dengan binatang: bangau, bebek, kuda, belalang, katak ... dan buat jadi distraksi diri yang udah kecapekan banget, saya nganggapnya lagi menari. :D soalnya pengendapan emosi ini khasnya adalah kedua tangannya nggak boleh putus/patah geraknya, perlu serasi sama lagu---jadi jalan terus gerakannya. kayak menari---terutama pelatihnya sih, yang tentu saja gerakannya lebih bagus. seneng gitu lihatnya.
habis senam, saya main badminton. cuma beberapa menit wkwk capek. sisanya saya nonton aja. pada jago-jago ih. tapi saya diem-diem merasa servis panjang saya membaik---minimal di tahap keberanian deh. dulu saya nggak pernah berani nyoba, dan sekarang setiap kali giliran saya servis, saya selalu servis panjang.
terus kerja. pas istirahat, saya menghabiskan waktu dengan makan mi ayam dan nonton anime. episode kali ini agak menyebalkan & nggak adil menurut saya, walaupun tetep kocak sih, ada adegan ketiga tokohnya main kartu yang bikin saya ketawa.
pulangnya saya jalan sama ibu saya. kami ke gramedia, makan, ke optik ambil kacamata (saya ke optik bawa framing lama saya karena framing yang saya pakai patah D: terus minta ganti lensa aja heuheu), dan terus ke togamas. wkwk dua kali ke toko buku. baca di gramed beli di togamas astagfirullah.
pulang-pulang saya mau mensyukuri hari karena SENIN CUTI BERSAMA! alhamdulillah. saya belum berencana senin mau ngapain saking bingungnya, kapan lagi senin libur. tapi nggak papa disyukuri dulu aja. XD
2 notes
·
View notes
Text
Daydreaming
Bagaimana kalau uang, lencana Korpri, jabatan, atau karir bukanlah sesuatu hal yang dianggap penting di dunia ini? Maka dengan kesadaran penuh aku memilih menghabiskan waktuku di kebun belakang rumah. Rumah siapa? Ya rumahku *sambil membayangkan rumah impian*. Menyemai biji-biji sawi hijau sambil membayangkan sawi itu siap petik dan siap melengkapi Indomie Ayam Bawang dalam mangkok bergambar ayam jago. Memetik cabe yang merah merona seperti gincu mbak-mbak. Menanam Bunga Matahari, Kertas, dan Marigold lalu mengatur layout-nya sedemikian rupa supaya bisa dipamerkan ke khalayak Instagram tentunya. Di sore hari duduk menikmati senja sambil mencomot pisang goreng buatan sendiri lengkap dengan segelas susu kedelai pemberian tetangga dalam upayanya promosi ke sekitar sebelum ia pasarkan ke masyarakat luas.
Nikmat sekali kegiatan berandai-andai ini..
0 notes
Link
1 note
·
View note
Text
Sabung ayam
Bali, pulau surga di Indonesia yang terkenal dengan pantai, pura, dan budayanya yang dinamis, menarik wisatawan dari seluruh dunia. Meskipun Bali menawarkan beragam atraksi, masih ada tradisi yang mengakar dan sebagian besar masih belum diketahui oleh wisatawan pada umumnya: sabung ayam. Olahraga leluhur ini, yang mempertemukan dua ekor ayam jago dalam pertarungan sampai mati, dikagumi karena kepentingan budayanya sekaligus dikritik karena sifatnya yang brutal. cuancash88
1 note
·
View note
Text
Modus Tukar Ayam Jago, Peredaran Sabu Dibongkar Polres Jombang
MMCJATIM – Satresnarkoba Polres Jombang kembali mengungkap peredaran narkotika sabu-sabu dengan modus unik. Pelaku mengedarkan sabu dengan cara Sabu ditukar dengan ayam jago. Kapolres Jombang AKBP Eko Bagus Riyadi melalui Kasat Resnarkoba AKP Komar Sasmito mengungkapkan tersangka berinisial JZR (34) warga Desa Bandarkedungmulyo, Kecamatan Bandarkedungmulyo, kabupaten setempat. Dari tangan…
0 notes
Video
youtube
APA SIH TAS KISO AYAM?? yuk kenali lebih lanjut👆
Tas kiso ayam merupakan tas yang digunakan untuk membawa ayam, khususnya ayam jago atau ayam petarung, seperti ayam aduan atau ayam sabung. Tas ini dirancang khusus agar nyaman dan aman bagi ayam saat dibawa ke tempat perlombaan atau kegiatan lainnya. Beberapa kegunaan utama tas kiso ayam adalah:
Membawa ayam dengan aman: Tas ini memberikan ruang yang cukup bagi ayam untuk tetap nyaman, sehingga mencegah cedera selama perjalanan.
Perlindungan: Tas ini melindungi ayam dari cuaca ekstrem seperti panas atau hujan, serta dari kontak fisik yang tidak diinginkan selama perjalanan.
Transportasi praktis: Dengan tas ini, ayam bisa dibawa lebih mudah, tanpa risiko kabur atau lepas.
Mencegah stres: Desain tas ini dibuat untuk menjaga agar ayam tetap tenang selama perjalanan, sehingga mengurangi stres yang dapat mempengaruhi kondisi fisik ayam, terutama jika akan bertanding.
Secara umum, tas ini sangat membantu dalam kegiatan yang melibatkan pemindahan ayam aduan ke lokasi tertentu dengan tetap menjaga keselamatan dan kenyamanannya.
0 notes
Text
Kalo lo demen banget sama sabung ayam, lo pasti bakal jatuh cinta sama SV388. Platform ini emang juaranya buat urusan live sabung ayam. Lo gak cuma bisa nonton ayam jago lo bertarung secara real-time, tapi juga bisa langsung pasang taruhan dengan mudah. Yang paling keren, gak perlu ke lapangan panas-panasan, cukup dari gadget lo aja.
Di SV388, lo bisa nikmatin kualitas live streaming yang stabil dan HD, jadi gak bakal ada momen seru yang kelewat. Serunya lagi, di SV388 ini lo gak cuma nonton, lo juga bisa jadi bagian dari aksi, dukung ayam lo, dan kalau beruntung, menangin taruhannya! Sistemnya jelas dan transparan, jadi gak ada drama yang gak perlu. Yuk, segera gabung dan rasain sendiri serunya Sabung Ayam SV388!
1 note
·
View note
Text
۞ ﷽ ۞Jangan Suka NyinyirYusuf Abu Ubaidah As SidawiMari renungkan bersama sabda ...
۞ ﷽ ۞ Jangan Suka Nyinyir Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi Mari renungkan bersama sabda Nabi ﷺ : لا تسبوا الديك فإنه يوقظ للصلاة “Janganlah kalian menghina ayam jago, karena dia membangunkan untuk sholat”. (Hasan. HR. Abu Dawud: 5101 dan Ahmad 21679 dan dishahihkan al Albani) Subhanallah, kalau menghina ayam saja gak boleh, apalagi menghina manusia? apalagi jika dia adalah ulama dan umaro yg punya…
0 notes
Text
20 Agustus 2024, Selasa.
1. Alhamdulillah untuk makanan hari ini, udh makan dr jam stgh 10an pagi sambil nonton jinnyskitchen hihi seneng, makan asinan belian mama, trus makan nasi pake ayam goreng kuning 1,5 potong dan ayam geprek mama beli hr minggu, udh deh trus lanjut tidur siang stgh 1 dan baru bangun stgh 5, abis itu pulang gym makan lg sate padang 1 porsi bagi dua bel dan susu protein
2. Alhamdulillah untuk istirahat yang panjang hari ini, bangun pagi jam 8an trus gabisa tidur lg akhirnya main aja sm kucing, bangunin mereka biar ga kaget mau dipindah k kandang, trus tidur panjaaaang bgt enak dr jam stgh 1 siang sampe stgg 5, enak bgt tu tidur tadi nyenyak ga ada gangguan
3. Alhamdulillah untuk gym yg lancar hr ini, kelas yoganya hr ini menyenangkan gerakan yg gue jago backbend kayang, dan pump nya jg mayan gede bakar kalori hr ini
0 notes
Text
Ratusan Ayam Kukuak Balenggek Ikut Meriahkan HJK Padang ke-355
INGATLAH.COM – Ratusan peserta lomba Ayam Kukuak Balenggek ikut memeriahkan Hari Jadi Kota (HJK) Padang ke-355. Para peserta yang hadir dari berbagai daerah di Sumbar itu membawa ayam jago andalannya masing-masing. Kegiatan tersebut berlangsung di samping Gedung Youth Centre, Sabtu (3/8/2024). Lomba Ayam Kukuak Balenggek sendiri cukup menarik minat para pengunjung Youth Centre yang pada waktu…
0 notes
Text
Kandang Berisi 12.000 Ekor Ayam Milik Kades di Banyuwangi Terbakar, Kerugian Rp 920 Juta
BANYUWANGI, KOMPAS.com – Sebuah kandang ayam di Dusun Mojoroto, Desa Tegalsari, Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terbakar pada Selasa (16/7/2024) dini hari. Kandang ayam berkapasitas 12.000 ekor milik Kepala Desa Tegalsari, Boniran (68), tersebut, dilahap si jago merah sekitar pukul 02.00 WIB. “Benar, kandang ayamnya milik Pak Boniran, Kades Tegalsari,” kata Kasi…
0 notes