Tumgik
#arjunowelirang
ceritasehabishujan · 6 years
Text
LIBUR 2 PASANG KARRIMOR BUTUT #2
Dan..
Kami kesasar~
Untuk menuju Savana 1 pun kami tidak tau kemana jalannya, karena memang belum pernah sama sekali kesini haha. Tapi alhmdulillah, akhirnya kami tiba di savana 1.
Lanjut ke Savana 2 atau Lembah Kidang konon katanya dulu disini tempat atau habitat rusa biasa bermain, berkembang biak tapi karena maraknya perburuan liar jadi populasi rusa menurun drastis atau mungkin sudah menghilang disana. Oh iya review sedikit camp area di savana 1 yang cukup nyaman menurut saya dengan dikelilingi beberapa pohon Pinus besar plus dekat sumber air.
Dari Savana 1 kami menyusuri jalan setapak mengambil ke arah kanan agak menanjak sedikit. Sampailah kami di savana berikutnya. Tapi yang aneh dari Savana ini tidak seperti diceritakan orang banyak di blog, medsos, ataupun ceritanya be. Savana ini terkesan seperti jalan buntu, tidak begitu luas, dan hampir seperti lingkaran yang dikelilingi pohon-pohon Pinus. Apa ini benar Savana 2? Ah saya berdua tidak yakin!
Akhirnya kami memutuskan berpencar mencari jalan atau sumber air seperti informasi yang kami dapat. Tapi hasilnya nihil. Sekitar 30 menit sudah kami mencari jalan, padahal ini belum di Alas Lali Jiwo yang diceritakan angker penuh nuansa mistis dan sering membuat pendaki hilang arah tapi sudah kesasar. Tetap berpikir positif kalau kami cuma salah jalan dan kami memutuskan kembali ke Savana 1. Sambil berpikir di jalan apa yang salah dari kami berdua padahal kami sudah memakai teori ilmiah bahwa "naik itu ke atas dan turun itu ke bawah" tapi masih salah juga hehe (jangan ditiru).
Tumblr media
Sesampainya di savana 1 kami bertemu rombongan pendaki yang sedang menempel kertas di pohon pinus. Awalnya saya pikir mereka kurang kerjaan tapi ngga apalah yang penting saya bisa tanya sukur-sukur dapet barengan :)))
Tapi setelah saya wawancarai mereka ternyata mereka kembali ke savana 1 guna menunggu teman mereka yang sudah hilang sehari semalam di puncak sewaktu perjalanan turun dan tulisan yang mereka tempel di pohon pinus adalah tanda kalau-kalau teman mereka kembali ke sini mereka sedang menunggunya di basecamp. Dan yang mengenaskan lagi survivor atau orang yang hilang ini baru pertama kali naik gunung dan kondisi sewaktu mereka terpisah dari rombongan tanpa makanan tanpa minuman. Seorang laki-laki dan perempuan, yang laki-laki tanpa jaket. Sehari semalam tanpa makan dan minum di tengah hembusan angin juga dinginnya cuaca! What the???
Dengan jiwa kesatria kami berdua menawarkan membantu mencari survivor atau teman mereka yang hilang sampai ke puncak (padahal mah biar ada barengannya hehe). Tapi mereka menolak mereka lebih memilih menunggu di savana 1 untuk beberapa waktu lalu kembali ke basecamp. Silahkan nilai sendiri apakah yang mereka lakukan sudah benar atau belum?
Akhirnya kami cuma bertanya kemana arah savana 2 dan kira-kira berapa lama waktu dari savana 2 sampai ke puncak (seperti pendaki pada umumnya kalau ditanya puncak masih jauh atau belum adanya jawabnya santai, lebay sampai ada yang rada alay haha)
Mungkin dari savana 1 ke savana 2 membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit kalau tidak salah saya lupa. Kami bergegas mendirikan tenda untuk menyimpan carrier dan membawa barang yang kami anggap perlu dan penting ke puncak di daypack.
Oh iya sebelumnya be juga memperingatkan kalau harus teliti ketika turun dari puncak karena disekitaran Pasar Dieng, yaitu nama tempat sebelum puncak dimana ada beberapa kuburan entah benar atau cuma batu nisannya saja seperti kebanyakan gunung di Indonesia itu ada beberapa jalur turun sehingga menyebabkan beberapa pendaki kesasar atau salah jalan pada waktu turun. Be juga cerita kalau dia hampir salah turun waktu dia trip ke Arjuno tapi untungnya diingatkan oleh pendaki lain sehingga kembali ke jalan yang benar. Mungkin jalur itu juga yang menjadi penyebab 2 pendaki hilang tadi.
Waktu kurang lebih menunjukan waktu kurang lebih pukul 10 pagi, tidak ada lagi alasan untuk kami berleha-leha atau santai karena kami harus segera berpacu dengan waktu untuk sampai ke puncak. Kami tidak mau kemalaman waktu turun atau bertemu cuaca buruk. Jadi kami memanfaatkan betul langit cerah untuk segera menuju ke puncak.
Lepas Savana 2 kami masih menemukan bonus di trek dengan pemandangan yang luar biasa indah, kami memasuki kawasan hutan lali jiwo. Alhamdulillah tidak seperti yang diceritakan macam-macam tentang kawasan hutan ini kami melewatinya dengan nyaman.
Jalan mulai menanjak, lalu kami menjumpai trek berupa batu-batu besar yang bersusun tidak beraturan, menurut saya cukup unik karena cukup jarang melihat batu-batu besar bersusun di tengah trek pendakian.
Tumblr media
Trek semakin kejam, matahari semakin terik. Kami sampai pada jalan bercabang yang menuju gunung kembar. Kabarnya kalau kita melintasi 2 gunung ini kita bisa sampai di puncak welirang tapi entah memakan waktu lama atau tidak.
Tumblr media
Sesekali kami mendangak keatas ke arah puncak terlihat batu-batu besar runcing di atasnya kabarnya puncak arjuno ada di balik batu berbentuk lancip tersebut tapi kami harus menerima kenyataan bahwa puncak masih jauh. Sesekali kami beristirahat meminum air sambil mengendurkan otot-otot kaki yang mulai tegang.
Kami mendapati sebuah batu besar dengan view yang cukup bagus dan dihadapannya berdiri pohon Pinus besar, sangat tidak mungkin kalau kami tidak berteduh singgah sejenak disini sambil memakan makanan ringan bekal kami. Kurang lebih sudah sekitar 2 jam kami berjalan.
Tumblr media
Trek terasa semakin berat, tapi kali ini treknya cukup teduh dengan kanan kiri pohon di kanan kirinya. Sesekali saya mendangak keatas sambil berkata dalam hati "mungkin diujung sana puncaknya" namun nihil ternyata belum juga, maklum gunung itu salah satu pemberi harapan palsu atau kitanya aja yang kebanyakan ngarep haha. Seperti biasa sesekali kami berhenti guna mengumpulkan tenaga dan semangat untuk mencapai puncak. View disini juga cukup indah disisi sebelah kanannya, kalau yang sudah pernah ke Arjuno pasti paham kalau yang belum silahkan coba sendiri hehe.
Tumblr media
Sampai pada akhirnya kami melihat pucuk! Ya kali ini kami yakin ini ujungnya. Dan benar saja akhirnya kami sampai di atas, jalan mendatar terbentang lurus di depan. Batu-batu besar tersusun kokoh di puncak ogal-agil Arjuno. Sambil mengucap syukur kami menyusuri jalan menuju puncak. Sesampainya di daerah yang dinamakan pasar dieng kami mengikat tali plastik atau rapia di ranting-ranting pohon, yang sengaja kami bawa dari bawah untuk menandakan jalan yang agar tidak salah ketika turun nanti.
Tumblr media
And finally, we do it! Kurang lebih pukul setengah 2 siang kami berdiri di puncak gunung Arjuno yaitu puncak ogal-agil tak henti-hentinya kami mengucap syukur atas nikmat bisa sampai dengan selamat sampai disini. Lalu kami mengumandangkan Adzan dengan mata berkaca-kaca, entah kenapa tiba-tiba terlintas dipikiran kami keinginan untuk mengumandangkan adzan. Ini pertama kalinya kami adzan di puncak gunung, padahal di Rinjani gunung tertinggi yang pernah kami naiki sampai saat ini keinginan itu tidak terlintas. Mungkin emosi karena mendaki cuma berdua memberi kami bersyukur lebih. Yaa ini adalah puncak yang susah payah kami gapai yang membuat kami bersyukur yang berarti kami sudah setengah jalan untuk tujuan sebenarnya, yaitu pulang kembali ke rumah. Banyak dari kebanyakan orang bilang, tujuan entah pergi atau mendaki itu untuk kembali pulang bukan? Ringkas, banyak yang tidak bisa saya ungkapkan. Sekali lagi, Alhamdulillah terima kasih wahai Raja dari segala raja yang menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, lagi-lagi kami telah Engkau perkenankan belajar dari gunung.
Tumblr media
Kondisi puncak pada saat itu sangat terik, awan bergulung-gulung tebal menghampar. Kami mengambil tiang besi berikatkan bendera merah putih di puncak mengabadikan momen dan menikmati puncak sejenak. Lalu kembali turun.
Tumblr media
Perjalanan turun kami lakukan dengan cepat setelah memakan bekal makanan ringan kami. Kami kembali harus berpacu dengan waktu karena kami berniat turun sore ini juga dan berusaha turun dengan cepat agar tidak terlalu kemalaman sampai basecamp.
Tumblr media
Sekitar pukul 4 lewat kami sampai kembali di savana 2 atau Lembah Kidang. Sunyi, itu yang pertama kami rasakan ketika sampai disana. Angin berhembus kencang menerjang rimbunan pohon Pinus yang bergoyang melambai. Cuma kami berdua manusia disana. Tidak mau kehilangan momen sejenak kami menikmati pemandangan langka ini sambil menikmati teh hangat dan memakan biskuit, kami memutuskan tidak makan besar guna menghemat waktu. Karena setelah packing kami akan langsung turun.
Sebenarnya masih ada yang mengganjal karena kami tidak jadi menuju puncak welirang karena bimbang harus meninggalkan barang dimana, berita tentang penambang belerang yang mengambil barang pendaki memang sangat menggangu. Tapi mau bagaimana lagi, cuma kami berdua yang mendaki pada waktu jadi tidak ada pilihan lain.
Tumblr media
Pukul 5 sore kami sampai di pos 3 atau pondokan. Yep, kami mau ngebuttt (gaya). Hari semakin gelap kabut perlahan turun, burung-burung mulai kembali ke sarangnya. Kami menemukan beberapa jenis burung di jalan, pentet atau cendet diantaranya yang biasa dipelihara orang untuk dijadikan burung kicau di Arjuno populasinya sepertinya masih bagus. Juga kami berpapasan dengan rombongan induk ayam hutan dan anaknya. Yang mana bila kita usik mereka akan langsung berpencar satu sama lain, biasanya induknya terbang ke pohon dan anaknya akan menghilang tiba-tiba kedalam semak.
Pukul 6 sore kami sampai di pos 2 atau kokopan. Kami mengisi beristirahat dan mengisi perbekalan air. Oh iya warung kecil yang ada disana tutup. Perut kami mulai keroncongan tapi kami memilih untuk menahannya dan berencana makan di basecamp. Lanjuttttt
Sepertinya perut lapar ini menjadi penghambat kami turun, tapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur sudah tidak ada lagi tempat bagus untuk memasak yang ada cuma trek batu tidak teratur sepanjang jalan. Jalan kami turun dari pos 2 kokopan ke pos 1 pet bocor tidak semulus jalan kami turun dari pos 3 pondokan ke pos 2. Mungkin karena hari juga sudah gelap pandangan terbatas, jadi kami tidak bisa turun dengan cepat ditambah rasa lapar yang membuat kondisi fisik kian menurun.
Perasaan tidak enak di tengah sunyinya jalan turun mulai kami rasakan. Suara lolongan anjing dan suara gesekan di semak belukar di kanan-kiri jalan menemani perjalanan turun kami. Kami jadi sering beristirahat padahal ini jalan turun, mungkin karena kondisi fisik sudah tidak bagus. Ketika kami berhenti saya melihat bayangan hitam melintas di depan kami, tapi saya diam tidak bilang kepada Ridwan. Bau bunga dan bau sangit menyengat sesekali muncul. Tapi saya mencoba tidak menghiraukan dan terus berdoa meminta perlindungan kepada yang maha kuasa.
Dengan berlelah-lelah aduhai kami sampai di pos 1 atau pet bocor. Akhirnya kami bisa jalan di jalan datar lagi hehe. Kondisi pos 1 pada saat itu sunyi sesekali dihiasi gonggongan anjing-anjing penjaga kebun kopi.
Lepas pos 1 suasana perjalanan lebih ramah, seperti lepas dari tekanan entah apa. Tapi ada yang aneh menurut saya jalan yang kami lewati melam ini berbeda dengan jalan yang kami lewati kemarin karena saya sudah menghafal beberapa belokan dijalan yang kemarin kami lewati. Ah, sudah terlanjur bismillah ikutin ajelah~
Lampu-lampu jalan terlihat dari kejauhan, beberapa rumah penduduk juga mulai terlihat. Sampai kami tiba di gerbang besar dan seperti ada loket disana. Ternyata kami salah turun kami turun di tempat wisata air terjun gunung Arjuno. Didepannya berjajar hotel-hotel wisata, saya tertawa kecil dengan Ridwan "bloon turun aja pake salah jalan" haha. Kami beristirahat di pinggir jalan dan bertanya kepada satpam hotel tersebut dimana letak basecamp atau pintu pendakian Arjuno via tretes. Kurang lebih kami jalan sekitar 600 meter dari hotel tadi sampai ke basecamp. Lumayan
Ternyata di jalan raya depan basecamp cukup banyak warung lesehan warung kopi dan pecel lele di malam hari. Dan banyak anak motor yang nongkrong disana, seperti yang saya bilang di awal daerah disini seperti puncak di Bogor jadi banyak yang touring dengan motor dari daerah sekitaran sini. Karena disini banyak tempat wisata seperti kebun binatang, kolam renang, oh iya gunung penanggungan juga dekat katanya tapi kami tidak mampir.
Dengan badan yang masih belepotan dan kaki berdarah-darah (lebay) karena trekking tanpa kaos kaki haha waktu naik sih oke tapi pas turun tanpa kaos kaki di trek berbatu itu aduhai sekali, walhasil kuku jempol kaki saya yang sebelah kiri copot hehe. Dengan bermodalkan cuma cuci muka saja kami langsung menuju warung pecel lele. Rasa lapar sudah tidak tertahan lagi, sambil makan kami bercerita perjalanan turun tadi. Ternyata Ridwan juga melihat sekelebat bayangan hitam yang lewat di depan tadi tapi dia memilih untuk diam juga. Dia juga bercerita mencium bau-bauan yang saya cium, bahkan dia bilang selepas pos 2 atau kokopan terasa seperti ada yang mengikuti sepanjang jalan. Tapi itu sudah lewat, alhamdulillah kami masih dalam lindungan Alloh SWT, cuma kami berdua sempat terasa agak pusing dan mual, lalu muntah. Entah karena belum makan atau apa, tapi it's ok lah sekarang semuanya sudah baikan. Suasana malam itu cukup menyenangkan, kondisi basecamp cukup ramai kedatangan beberapa rombongan dari Jember dan sekitaran jawa timur lainnya. Senyum sapa, canda, dan obrolan-obrolan khas pendaki gunung tidak terlakan. Mereka bertanya seperti apa kondisi diatas dan macam-macam. Go a head and take your time bro! Nikmati setiap lelahnya dan gapailah puncak hehe.
Oh iya terakhir. Setelah kami tanya di basecamp, pendaki yang hilang itu ternyata turun lewat jalur Lawang lalu berhasil diselamatkan oleh pendaki lain dan diantar ke rumahnya, alhamdulillah. Mungkin kalo waktu itu beritanya sampe masuk medsos bakalan banjir komen gegara ngga safety dll haha.
Saran dari saya untuk yang ingin mendaki ke Arjuno jangan buka tenda atau camp di pos 2 atau kokopan, menurut saya tanggung kalau memang memungkinkan mending langsung di pos 3 pondokan. Kerena dari sana lebih enak kalau mau menuju ke Welirang atau Arjuno tinggal ke kiri atau kanan.
Mungkin cuma ini dari terima kasih sudah membaca.
Regard : @sehabishujan
1 note · View note
farizhadip-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
Selamat pagi. Pagi ini saya disalami 2 gunung indah di Jawa Timur yaitu Gunung Arjuno-Welirang . #travel #traveling #traveler #travelgram #wanderlust #wanderer #instatravel #nature #photography #photo #photograph #mountain #eastjava #arjunowelirang #pendaki #pendakiindonesia #wisata #holiday #beauty #indonesia (at Tarik, Jawa Timur, Indonesia) https://www.instagram.com/p/B7MyQAVHX_S/?igshid=8uk8384t1ycw
0 notes
himitshu-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
JJS - Jalan-Jalan Silaturrahim bersama Jerry 🚘💙 . . . . #prigen #prigenkeren #prigenhits #arjuno #arjunowelirang #arjunomountain #arjuno3339mdpl #mountains #mountain #galant #galanthiu #mitsubishigalant #mitsubishiindonesia #galantv6 #galantlovers #galantautosociety #autospeed #redodbf (at Prigen, Jawa Timur, Indonesia) https://www.instagram.com/p/ByaaWfYB0Bq/?igshid=1dn2xzy8zurdb
0 notes
tukangkaffee · 7 years
Photo
Tumblr media
Arjuno - Welirang in Blue silhouette #photography #landscape #mountain #nusantara #indonesia #arjunowelirang #silhouette #blue #minimalist
1 note · View note
mee-graph · 6 years
Photo
Tumblr media
“Kadang kita tidak sadar bahwa hidup bukan hanya tentang rutinitas, tetapi ttg melangkah bebas dan tertawa lepas.” ~p.f.~ . . . Lok: Puncak Gn. Penanggungan . . . #mojokerto #exploremojokerto #explorepasuruan #penanggungan #arjunowelirang #exploremountain #exploreindonesia #geonusantara #instanusantara #seasiaig #hipaae #35awards #livefolk #folk #folkscenery #folkindonesia (at Puncak Pawitra) https://www.instagram.com/p/Bo06oH0Bi6J/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1abxj1uv0o1gn
0 notes
Photo
Tumblr media
@Regrann from @adisuub - ( REPOST ) - Ku Kibarkan Sang Saka Merah Putih Setinggi-tingginya Hingga di Atas Awan, Agar Negeriku Tercinta ini Tetap Selalu Berjaya & Merdeka Sampai Selama-lamanya - " Jayalah Indonesia-Ku Tercinta " DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA 72 TAHUN [ 17 Agustus 2017 ] • • Loc : Puncak Mt. Welirang 3.156 Mdpl 🗻 • • #id_pendaki #ceritapendaki #pecanduketinggian #exploretrawas #trawasjawatimur #pendakiindonesia #mountainers #mountanesia #keindahanalam #id_traveller #adventure #alamindonesia #pendakipemula #hikingadventures #tracking #hikingmountains #mendadakpuncak #rindualamindonesia #pendakimuncukers #camerapendaki #viatretes #welirang #arjunowelirang #nafas_pendaki #parapenikmat_alam #jelajah.gunung
0 notes
fromafarawaygalaxy · 7 years
Photo
Tumblr media
The feeling when you are on cloud nine! #throwback #adventure #arjunowelirang #mountain #trekking #twinpeaks #hiking #RoyTravels #arjunomountain #travelindonesia (at Arjuno-Welirang)
0 notes
blogkulo · 3 years
Photo
Tumblr media
Menghitam di puncak ketinggian.
0 notes
ceritasehabishujan · 6 years
Text
LIBUR 2 PASANG KARRIMOR BUTUT
Kamu bekerja
Aku mah tidak
Kamu sekolah
Aku mah enggak
Asalamualaikum salam sejahtera buat semua, pasti sehat semua kan? Ya kalo ada yang lagi kurang sehat dinikmatin aja semoga sakitnya menjadi kafarotul dzunub, aamiiin.
Akhirnyaaa kepengen nulis cerita ini juga di tengah 2 buku bacaan yang baru saya beli dan ada 2 buku lagi yang mau saya baca juga nantinya jadi ada 4 buku deh haha, juga di tengah-tengah rutinitas ngopi saya hehe. Oke, seperti yang sudah-sudah seperti pada tulisan saya sebelumnya. Sebelum masuk tulisan atau cerita ada patongan atau beberapa bait lagu yang saya selipkan untuk membukanya dan lagu berjudul “AKU TIDAK” dari Budi Doremi ini menjadi pilihan saya karena yaa.. Karna emang sesuai sih dari keadaan sama liriknya haha
Jadi gini ceritanya..
Lebaran adalah momen emas dimana para buruh baik yang berdasi maupun yang engga, baik yang makan siang di restoran maupun warthug, baik yang minum kopi di starbak maupun warkop sampe kopi gunting (saset) pinggir jalan untuk liburan. Perlu di catet mas sekeren apapun kerjaan situ, pake dasi di ruangan ber-ac tapi kalo situ masih kerja sama orang ya sama aja buruh! Jadi misal ada sekawanan buruh yang demo nuntut ini itu terus bikin macet, kalian yang kerja kantoran jangam teriak “Dasar buruh kerjaannya demo mulu bikin macet doang!” yaa. Karna inget situ juga buruh lho mas hehe
Oke lanjut
Seperti pada libur lebaran biasanya kita akan dihampiri pula oleh sebuah kultur atau budaya yang dinamakan MUDIK. Hampir setiap orang di ibukota melakukan tradisi ini kecuali orang betawi. Mengingat udah beberapa tahun keluarga saya ngga mudik, bapak saya mencetuskan ide tahun ini harus mudik, alih-alih beliau juga mau reunian sama temen-temen smpnya. Saya yang cuma tim hore cuma bisa iya sementara abang dan adik saya yang menjadi team inti juga cuma bisa ngangguk doangan. Gagasan ini semacam perintah komandan kepada anak buahnya yang ngga bisa ditolak.
Sebenernya seperti libur-libur lebaran pada tahun sebelumnya saya lebih suka menikmati susana ibukota yang lengang sambil nyemilin nastar juga minum kopi. Kapan lagi kan jakarta begini, tapi apa boleh buat..
Sambil puasa di bulan ramadhan saya berpikir keras untuk mencari akal agar nanti sampai di kampung halaman ngga stuck di rumah saja. Dan pucuk dicinta dila pun tiba anak terakhir di keluarga saya ini meminta sekalian liburan ke malang biar disana ngga bete di rumah aja katanya. Semua mengiyakan dan saya pun tersenyum penuh kemenangan haha. Padahal sebelum dila minta sekalian libur ke malang pun saya sudah mengatur rencana agar bisa colongan trip dengan membawa carrier dan pulang terpisah dengan keluarga. Mengingat di jawa timur gunung buanyak banget dan dari kampung halaman saya aksesnya ngga jauh-jauh amat ketimbang jakarta. Tapi rencana ini sepertinya ngga bisa berjalan mulus sepertinya dan saya berpikir “yaudah lah nanti aja pas sampe jakarta jalan lagi, lumayan kan itung-itung jadi 2 hari liburan” begitulah bunyinya.
Menjelang hari raya dikala masjid dan musolah semakin ada kemajuan yang signifikan dari shafnya (maksutnya makin maju shafnya makin sedikit jamaahnya), semakin ditinggalkan sementara pusat-pusat perbelanjaan semakin ramai. Tibalah berita duka entah kenapa mudik tahun ini dibatalkan, padahal persiapan hampir 80 persen. Batal deh semua rencana trip dan trip colongan. Mungkin ini indikasi dari awal saya sudah agak males-malesan buat mudik dan akhirnya beneran ngga jadi mudik. Oke kita stay di jakarta, jakarta ramai hati ku sepi dan jakarta udah sepi hati ku masih tetep sepi juga. Yerahhh brooo..
Dit tengah sepinya jakarta juga sepinya hati saya belum juga kehabisan akal buat gendong ransel lagi. Mulai cari-cari info lagi dan bikin ulang rencana trip yang berkali-kali diundur karena bentrok sama acara lain terus dengan bung ridwan yanh biasa dipanggil aki yang tidak lain tidak bukan cs kentel saya dari kecil hehe.
Tujuan masih tetap sama yaitu daerah jawa timur mengingat kami baru sekali memijakan kaki di dataran tinggi sana yaitu argopuro yang menurut saya masih menjadi gunung terbaik yang pernah saya daki karena pesonanya. Sempat berpikir untuk trip ke dataran terendah yaitu pantai atau laut, telanjang dada lari-larian menyusur pantai atau berjemur dengan kolor motif bunga-bunga serta berenang dan menyelam bersama nemo dan dori. Tapi.. Kayaknya itu bukan kita banget dan kami mengurungkan niat tersebut dam tetap memilih gunung :’)
Waktunya kita menentukan destinasi. Lalu terbersit Gunung Raung dengan puncak Sejatinya tapi untuk saat itu sepertinya tidak memungkinkan. Kemudian Lawu tapi engga juga deh kayaknya buat saat itu. Akhirnya pilihan kita stuck di Semeru, untuk kriteria gunung dengan waktu tempuh lebih dari sehari semalam. Tapi sepertinya kita kurang bersemangat dengan pilihan kita ini. Kenapa? Yo know lah semenjak film 5cm booming, semeru itu udah kayak apa? Setiap ketemu pendaki dijalan terus ngobrol pasti ada yang nanya “Udah naek gunung kemana aja bang? Semeru udah belom?” kebayang kan orang kayak apa yang nanya begitu. *Ngelus dada* (dadanya ridho roma)
Pencarian kita belum berakhir.. Mao naek gunung aja ribet amat bang! Huft
Sampai pada akhirnya kami teringat pada teman masa kecil kami dulu yang harus berpisah saat tanah moyang kami tersentuh sebuah rencana demi serakahnya kota (bkt) haha. Dia suka traveling, hiking, malahan dia terbilang lebih nekat dan ekstrim dari kita, karna kalau dia udah angakt carrier bisa sampe sebulan ngga pulang ke rumah. Sebut saja Yakub biasa dipannggil “Be” karna namanya kalau disebut seperti memakai hukum tajwid qolqolah, yang sejak kecil menggemari Iwan Fals, kopi, dan rokok. Terkadang kami meet up kalo kata anak jaman sekarang sharing pengalaman, gears, sampai kerasnya kehidupan. Kami berdua ingat betul kalau dia belum lama baru dari gunung Arjuno.
Tanpa berpikir panjang kami mencari kontaknya dan mulai sharing akses menuju Arjuno. Sama seperti kami dari awal melakukan pendakian dia belum pernah juga mengagendakan Semeru dengan alasan malas karena ramai. Setelah berbincang cukup lama ditemani kopi sachet yang diberi tambahan es batu kami sampai diujung pertanyaan umum newbie. “Gimana Be treknya?” sambil tertawa dia menjawab “Udah lu naek aja, treknya pokonya enak dah! Haha” mendengar jawaban tersebut aki yang seperti biasa lebih banyak diam sangat ingin meng-Kamehameha yakub pada saat itu, tapi tidak jadi dia mengurungkan niatnya.
Finally, kami mencoret semua list gunung-gunung sebelumnya dan fix menuju Arjuno via jalur Tretes sebagai gantinya. Dengan cepat kami memberi kabar kepada beberapa teman yang sebelumnya ingin ikut agar bisa cepat memebeli tiket kereta. Tapi nihil, yang awalnya bilang mau ikut satu persatu menarik kembali ucapannya karena acara dan kesibukan masing-masing. Nah lo terus gimana dong? Kalo cuma berdua ngga jadi naek dong? BRANGKAAATTTTT ! mundur sebelum berperang bukan moto kami hehe. Walaupun standar pendakian gunung adalah 3 orang tapi kali ini kami tidak mengindahkannya. Kalo bisa jangan ditiru yaa, tapi kalo udah kebelet mah jalan aje udeeeehhh haha.
Sudah lama saya merencanakan trip berdua dengan anak manusia yang satu ini tapi selalu gagal, terakhir rencana trip berdua ke Rinjani tapi gagal karena akhirnya 3 orang crew memutuskan ikut juga. Mungkin ini saatnya 2 mahluk marjinal ini melepas penatnya cuma berdua, guna menghilang sejenak dari membosankannya hipokrisi dan slogan-slogan ibukota, dari penatnya pertanyaan dan tuntutan hidup dari mereka yang menurut kami hidup mereka itu terlalu mengikuti arus itu bukan kami dan kami tidak bisa seperti kalian, juga dari patah hati. Kami ingin kembali berdaulat dan kembali belajar menaklukan diri sendiri dari kesombongan diri ini dengan lagi-lagi membuktikan pada diri ini bahwa kamu bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa. Gunung menempa kami, gunung menampar kami, aku yang lebih besar dan lebih kuat memaku bumi saja bisa hancur apalagi kalian. Mereka seakan membuktikan bahwa ada yang jauh Maha Besar darinya yaitu Sang Ar-Rahman Ar-Rahim yaitu Allah Azzawajala.
Sehari sebelum keberangkatan tidak lupa kami mengecek sepatu trekking tipe Karrimor Summit yang kondisinya cukup mengenaskan. Sepatu ini adalah sepatu pertama kami yang kami beli bersama dan sampai saat ini masih kami pakai yang kami beli dari olshop lewat Cod (romantis banget yaa). Dengan kondisi jebol disana-sini dan track record 2x Sol 1x Lem mengharuskan kami memakai jasa tukang sol lagi. Beberapa hari sebelumnya sempat terbersit di kepala saya untuk membeli sepatu trekking baru, tapi setelah saya pikir dengan harga yang cukup lumayan merogoh kocek lebih dalam lagi saya memutuskan untuk mengurungkannya. Sepertinya lebih baik uangnya dipakai untuk tambahan trip buat jaga-jaga diperjalanan. For your info lagi-lagi beli barang original dengan yah yang lumayan itu menurut saya cukup worth it sih karena ada harga ada kualitas. Entah sudah berapa kali perjalanan kami lalui berdua dengan sepatu yang menurut kami penuh histori tidak terlalu banyak juga tapi banyak hal berat yang sudah kami lalui bersama mereka. Kondisi mereka yang lusuh dengan jebol sana-sana akibat medan keras mengingatkan saya akan kami berdua banyaknya hal yang kami lalui, 2 teman kecil main bersama, tumbuh bersama, sampai sekarang besar bersama, menjelajah bersama dengan 2 pasang karrimor bututnya. Dari sini judul tulisan ini berasal hehe.
Semua persiapan beres, kami berangkat dengan cara estafet naik angkot dari rumah lalu menggunakan kereta dari stasiun cakung transit di stasiun jatinegara lalu stasiun pasar senen. Sore hari sebelumnya kami sudah packing sedikit dengan agak kelimpungan karena beberapa gears di homebase yang tidak jelas kemana rimbanya karena dipakai sana-sini sampai tidak tau ada dimana lagi dan akhirnya kami memutuskan meminjamnya dari yakub, masalah selesai akhirnya rampung ter-packing 2 buah carrier ukuran 38 liter dan 60 liter yang menjadi teman kami selama trip kali ini.
Sampai di stasiun cakung sambil sedikit merapikan carrier dan menggendongnya setelah turun dari angkot, munculah mba-mba dengan biji pepaya di pipi melempar senyum di sabtu pagi cerah dimana kebanyakan orang liburan tapi dia malah masuk kerja, biar bisa liburan ke bulan katanya haha. Selamat bekerja kakak hehe
Kereta berangkat pukul 11.30 kami dan kami tiba di stasiun sekitar pukul 10.45. Belanja cemilan sebentar, sambil aki curi-curi pandang sama mb cashier. Kita lanjut boarding pass, nah disini terjadi sedikit ketegangan antara saya dan polsuska bahwa tidak boleh membawa gas portable di dalam kereta. Saya sedikit mengadu nyali disini, saya tantang mereka untuk membongkar carrier saya yang sangag penuh dan sudah pasti sangat merepotkan kalau harus mengeluarkannya satu-persatu mengingat diblakang saya antrian cukup panjang.
Akhirnya kami di perbolehkan lewat dan salah seorang dari mereka bilang “Bener ya ngga ada gasnya? Awas nanti diatas saya cek lagi, kalo sampe ada saya suruh turun” kami berlalu sambil Aki bergumam “Enak aja gua beli tiket bayar pake nyuru turun” lalu kami tertawa jahat. Apa boleh buat saya harus berbohong karena ada 4 kaleng gas di dalam carrier saya dan kalau saya serahkan kepada mereka, saya masak pakai apa? Beli lagi Harga gas portable sekarang hampir sama kek gas 3kg bro :“)
Tumblr media
Lepas berjam-jam tidur, mondar-mandir di rangkaian, akhirnya kami sampai di surabaya kurang lebih 3.30 pagi. Ternyata kegabutan di kereta berlanjut di stasiun yang masih teramat pagi itu kita bingung mau ngapain. Ke musolah pintu masih di kunci ke masjid di dekat stasiun sama juga. Yaudah lah kita senderan melukin carrier sambil makan pop mie aja. Kebanyakan penumpang lain juga sama, sama-sama nunggu matahari terbit tanda memulai aktivitas.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu sedari tadi tiba yaitu adzan subuh, sebuah lantunan tak terbantahkan mengiringi kami menuju pagi. Setelah kita selesai solat subuh di masjid dekat stasiun, kami bergegas mencari taksi untuk menuju pasar turi karena bis yang menuju terminal Bungur Asih ngga ada yang lewat stasiun surabaya gubeng. Ketika nanya angkot sama satpam sebuah gedung, ternyata kabar buruk yang di dapat. Dia bilang “Percuma mas kalo mau naik angkot, ini kan hari minggu waktunya CFD ya angkot adanya nanti siang mau naik taksi aja, udah gitu surabaya lagi kedatangan tamu asing dari beberapa negara”. Huft banget yak, menurut saya pribada kita berdua terlalu cepat untuk naik taksi sekarang (ngirit ongkos). Kemudian saya nanya lagi “Kalo jalan kaki lewatnya mana pak?” Pak satpam menjawab “Waduh jauh banget mas kalo jalan kaki, bisa sejam lebih” sambil dia menunjukan arah kana saja kami harus berjalan. Terima kasih pak satpam atas informasinya, dengan berat hati kaki memutuskan jalan kaki.
Ternyata benar apa kata pak satpam jarak dari stasiun surabaya gubeng ke stasiun pasar turi itu JAUUUUUUH! Entah berapa lama kami berjalan, kalau tidak salah kurang dari 1 jam sih. Belum naik gunung udah jalan entah berapa kilo ditambah bawa kulkas 2 pintu di pundak fyiuh.. Tapi cukup menghibur suasana kota pahlawan pagi itu selain lagi cfd juga banyak polisi lagi jaga dijalan ada acara fun bike juga.
Tumblr media
Sampai di stasiun pasar turi hasil dari menggunakan GPS, kami langsung menuju lampu merah di perempatan lampu merah dekat stasiun dan langsung menuju terminal Bungur Asih menggunakan bus damri. Damrinya beda banget sama di jakarta, disini damrinya agak reot hehe.
Sampai di terminal bungur asih kami langsung mencari bus yang menuju ke pandaan. Entah akibat antimo atau memang saya pelor, saya lagi-lagi tidur di bus. Dan setelah beberapa saat, saya dibangunkan oleh aki “bray bray bangun bray, kata keneknya udah sampe” saya cukup tersentek dan langsung buru-buru menuju keluar dan membuka bagasi untuk mengambil carrier. Beberapa saat setelah mobil pergi dan saya mulai tersadar kami berada di pinggir jalan di depan sebuah komplek perumahan besar. Jancuk! Kita turun bukan di terminal tapi dipinggir jalan! pr lagi untuk kami mencari dimana letak terminal pandaan, maaf saya ngomong “jancuk!” sekali lagi.
Setelah berkali-kali dihampiri tukang ojek dan kami menolaknya. Kami memutuskan untuk bertanya ke kantor polisi di pinggir jalan dan percuma saja tidak membuahkan hasil, jawabannya muter-muter bikin pusing. Yang cuma kami mengerti dari jawaban pak polisi cuma “kalo jalan kaki mah jauh mas”. Kami keluar dari kantor polisi dan memilih bertanya kepada warga sekitar. Kami menemukan seorang bapak di teras rumah pinggir jalan, entah itu rumahnya atau bukan tapi yang penting ada jawaban. Setelah saya bertanya bla-bla-bla ternyata beliau tidak terlalu bisa bahasa indonesia, Sabarin kitaa Ya Alloh..
Kalau masih bahasa jawa biasa saya masih lumayan mengerti dan bisa membalasnya walaupun sebisanya, tapi ini bahasa jawa halus. Malah saya sempat dikira tuli karena saya selalu menjawab “iya, iya, dan hah” sampai-sampai beliau berbicara agak keras si telinga saya. Padahal mau di berbicara sekeras apapun kami tetap tidak mengerti bahasanya -_-. Sampai pada akhirnya kami ada di titik saling mengerti, mungkin bukan karena bahasa melainkan dengan hati (celah). Dan beliau membantu kami menyetop angkot yang menuju ke terminal (terima kasih bapak berbahasa jawa halus).
Sedikit percakapan kecil di dalam angkot dengan supir, ternyata lagi-lagi semua jalur dialihkan karena CFD dan jarang angkot atau bis yang lewat arah terminal pagi ini. Dan angkot yang kami naiki ini salah satu angkot yang agak bandel memilih tetap narik walaupun dia harus memakai jalur alternatif untuk menuju terminal.
Sampai di depan terminal kami turun dan alhamdulillah nya langsung ada angkot berwujud mobil carry atau espass agak lusuh yang katanya cuma ada sampai siang hari saja untuk menuju ke tretes. Supir baik, harga bersahabat, kami langsung menuju ke pintu pendakian tretes.
Sampai di pos pendaftaran yang diurus oleh BKSDA langsung, disana terlihat cukup ramai terlihat pendaki sedang packing atau rapih-rapih untuk pulang. Kami langsung dihampiri petugas untuk mengisi daftar pendakian dan mengurus Simaksi. Beberapa pertanyaan diajukan oleh petugas “Sebelumnya sudah pernah kesini belum mas? Terus tau jalurnya ngga?” semua jawaban itu kami jawab singkat dengan kata tidak sambil nyengir kuda dan dia membalasnya dengan geleng kepala hehe. Mungkin yang ada di pikiran petugas tadi (Yang begini nih yang bikin gua repot kalo pada nyasar!).
Selesai mendaftar kami memilih sudut depan pos pendaftaran tadi dekat dengan beberapa orang pendaki yang isinya lakian semua. Sambil bergantian untuk ganti baju dengan aki, saya ikut bergabung dengan mereka dan disambut dengan segelas teh panas.
“Darimana mas?” kata seorang dari mereka, “Dari jakarta bang” jawab saya singkat. “Alhamdulillah akhirnya ketemu sama orang jakarta juga” sahut seorang dari mereka. “Lah emang ngga ada lagi yang dari jakarta bang?” jawab saya, “Ada si, rombongan kemaren, tapi yang berduaan kayak ente kagak ada bang. Yakin bang mao naek hari ini berduaan doang?” sahutnya. “Hehe iya bang insya allah, abisnya mao gimana lagi, sampenya baru sekarang, kalo naeknya besok keburu abis waktunya entar hehe” jawab saya.
Sambil menyeruput teh panas saya melanjutkan obrolan guna mengajukan beberapa pertanyaan. “Bang di pos pondokan aman?” tanya saya, mengingat dari informasi yang saya dapat penambang belerang yang menginap disana suka usil, dari mulai memalak hingga mencuri peralatan gunung pendaki. “Nggg gimana ya? Ya banyakin doa aja deh bang, kemaren kita si rame jadi enak aja. Emang si hawanya gitu” jawab seorang dari mereka. Ini kok jawaban rada janggal ya, ditanya apa jawabnya apa gumam saya dalam hati. Lalu mereka berbisik “Kemaren malem si katanya, ada rombongan 6 orang baru sampe belokan situ ada yang dicekik lehernya terus balik lagi ga jadi naek!”. Oalaaah ternyata dia menafsirkan pertanyaan keraguan saya tentang penambang, malah diartikan dengan keraguan mereka dengan cerita setan-setanan disini hehe. “Yaudah naeknya hati-hati ya bang, soalnya ente cuma berdua doang. Ga ada lagi yang naek hari ini. Melihat dari daftar data pendaki kami mengaminkan omongan mereka, karena yaa memang hari ini cuma kami yang naik selebihnya orang yang turun hehe. Ridwan selesai ganti baju, kini giliran saya tidak lupa berterima kasih untuk tehnya dan berpamitan dengan mereka. Doakan kami sukses jakartans! :”)
Setelah ganti baju dan packing ulang, saya baru sadar bahwa bukan hanya pasak saja yang tertinggal tapi juga kaus kaki saya, jadilah pendakian kali ini saya tanpa kaus kaki dan bersiap kaki lecet-lecet huhuuu.
Pendakian kami mulai dengan berdoa dan ketika di pintu masuk kami bertemu dengan beberapa petugas yang sedang ngobrol. “Misi pak” sapa kami, “Yoo mas monggo, berduaan aja? Jawab mereka. "Iya pak hehe” jawab kami, “Waduh, yakin mau naiknya hari ini berduaan aja?” tanya mereka ragu. “Iya pak hehe, abis mau gimana lagi” jawab kami mantap. Kesimpulannya dari semua orang yang kami temui pagi itu, semuanya meragukan kami berdua. Dan kami cuma bisa cengengesan, dibawa asik ajelah!
Trek diawal perjalanan peluran dengan batu-batu terususun rapih, hutan pinus, dan beberapa kuda sewaan terlihat mondar-mandir mengangkut pengunjung karena di daerah tretes ini banyak sekali resort dengan suasan persis seperti puncak di bogor namun jalannya lebih kecil.
Belokan yang mereka cerita ada orang dicekik kemarin kami lewati saya menyebutnya belokan valentino rossi liukannya yang cukup aduhai dan setelah itu langsung tanjakan, huft. Terus melewati area kemah yang cukup ramai di depannya ada warung yang cukup terkenal entah saya lupa apa nama warungnya persis sebelum Pos 1.
Melewati Pos 1 jalur berubah drastir yang tadinya batu-batu cor-an menjadi bebatuan besar dengan letak tidak teratur malah kalau diinjak terlalu keras batu-batunya melejit, sangat tidak nyaman treknya ditambah saya tidak pakai kaus kaki.
Kabut perlahan turun, beberapa kali kami bertemu pendaki turun dan bertanya apakah pos 2 masih jauh? Lalu mereka menjawa dengan tegas “MASIH MAS” yerah pada jujur amat~ Sampai dibalik kabut yang cukup tebal kami bertemu dengen beberapa orang yang dari penampilannya pasti bukan pendaki tapi penduduk setempat. Kami diberhentikan sebentar. Saya dan ridwan waspada, tapi untungnya meraka cuma meminta bekal air kami sedikit untuk pulut (lem perangkap dari getah) untuk jebakan burung. Dan ketika kami jalan kami dipanggil kembali “Mas jalannya pelan-pelan aja kalo kabutnya tebal, takutnya ada macan!”. Hadeh.. Okee masss makasih loh, setelah setan-setanan, tukang palak, sekarang ada lagi macan. Ini baru namanya tes mental!
Tumblr media
Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 2 jam kami tiba di Kokopan atau biasa disebut juga Kokopan yaitu pos 2 dari jalur pendakian via tretes, kenapa disebut begitu karena disini ada aliran air yang bocor di dinding tanahnya, juga ada aliran air yang cukup melimpah di sudutnya. Kami memutuskan untuk makan siang dan beristirahat disana, kalau tidak salah waktu itu sekitar pukul 2 siang. Setelah berleha-leha istirahat sampai kurang lebih pukul setengah 3 kabut tidak juga hilang. Karena jarak pandang yang sangat dekat karena tebalnya kabut, kami ragu untuk melanjutkan perjalanan ditambah kami juga tidak membawa senter pemecah kabut. Dan alhamdulillah di sekitar pukul 3 kabut menghilang, perjalanan kami lanjutkan. Beberapa kali kami berpapasan dengan para pendaki yang hendak turun sambil bertanya-tanya tentang penambang belerang yang sedikit tukang palak dan sedikit klepto. Dan benar saja apa yang kami takutkan terjadi. Ada beberapa pendaki yang dipalak makanannya dan kehilangan carriernya.
Hari mulai gelap, headlamp kami pasang. Trek menuju pos 3 semakin berat karena semakin menanjak ditambah batu-batu besar di trek yang ketika dipijak meleset sangat menguraa tenaga kami. Ada 2 tanjakan yang sangat jujur di jalur menuju Pos 3. Kenapa sangat jujur? Karena tingginya begitu jelas dari bawah membuat kami malas untuk menjajakinya. Turun aja yuk? Hehe Sampai kami bertemu rombongan pendaki yang terakhir dan kembali bertanya situasi di Pos 3 atau pondokan. Dan mereka membenarkan semua cerita pendaki lain bahwa ada yang dipalak makanannya dan satu tas carrier full yang ditinggal pada saat muncak dicuri. Hadeh betr banget masa digunung ada preman sama malingnya yak, kondisi seperti ini persis seperti yang pernah kami alami di gunung Sindoro via Kledung, huft. Setelah meminta saran untuk tempat camp yang aman. Mereka memberi saran untuk tetap camp di pondokan atau pos 3. Karena penambang belarang pada saat itu tidak tidur di pondokan mereka, melainkan tidur di jalur arah ke gunung welirang. Alhamdulillah, setiap saat Allah menolong kami. Karena jika kami harus camp di lembah kidang, cukup horror juga menurut saya. Coba bayangkan 2 orang di tengah padang savana dan hutan pinus di gunung yang kebanyakan orang bilang angker pula, mayan deh buat uji nyali.
Sampai di Pos 3 Pondokan, kami memilih tempat dekat hutan pinus posisinya memblakangi pondokan dan agak keatas sedikit dari jalur menuju ke lembah kidang. Kami sesegera mungkin membuka tenda karena cuaca pada saat itu cukup dingin dan menusuk tulang. Selesai mendirikan tenda, kami membuat makan malam, teh, dan menikmati beberapa snack yang kami bawa.
Cuaca pada malam itu cukup sunyi dan senyap, angin bertiup cukup kencang. Langit bertabur bintang, saya yakin tidak lama kemudian milky way mucul, tetapi kondisi kami cukup kelelahan menghadapi trek Arjuno. Kami menikmati setiap tetes keringatnya, setiap nyeri sendi sampai keram kaki yang kami dapat. Kami tersenyum lepas, kemerdekaan para penikmat lelah, yang rela berjalan jauh untuk mencari hakekat manusia dan arti dari pulang. Malam, izinkan kami melepas penat malam ini. Sekitar pukul 1 malam saya terbangun karena terkejut oleh lolongan keras suara anjing. Come on.. apalagi ini.
Suara terdengar begitu dekat, saya yakin ukuran anjing ini cukup besar terdengar dari lolongannya. Mengingat peristiwa di Argopuro saya langsung membangunkan Ridwan yang sedang tertidur lelap karena kelelahan. Ridwan bangun, kami berdua menikmati suasana chaos di seketar tenda. Suara menggeram mengelilingi tenda kami, beberapa kali terdengar suara lolongan dari arah lain. Kami takut mereka saling memanggil dan berniat mengepung kami lalu melucuti kami seperti perang gerilya, lebay yak? hehe. Tapi asli waktu itu suasanya chaos beneran deh. Dan akhirnya sekitar pukul 2 kami bisa tidur kembali. Akhirnya sang surya menampakkan sinarnya. Kami membuat sarapan dan segera packing, bergegas meninggalkan pondokan guna menghindari penambang belerang usil dan..
Tumblr media
Bersambung..
1 note · View note
shankaraadventure · 5 years
Photo
Tumblr media
Free request Trip Gunung di Indonesia.. 😘 Hayoo sapa yang pengen naik gunung tapi belum pengalaman?? . Hayok diskusikan dengan tim kami, siap kapanpun untuk kalian semua.. ☺😍🥰. Dijamin safety dan kenyamanan dalam perjalanan.. Ditunggu kabar baik dari kamu ya.. 😘 . . Book Seat NOW! Tour organizer : 📲 0822-6441-2435 . ⚡Hiking / Mountainering ⛺ °+ Private Trip Gn.Rinjani 5H4M °+ Private Trip Gn.Semeru/ Mahameru 3H2M °+ Private Trip Gn.Arjuno Welirang 3H2M °+ Private Trip Gn.Argopuro 3H2M °+ Private Trip Ranu Kumbolo 2H1M °+ Private Trip Gn.Buthak 2H1M . 🔥Transport Only🚘 ▪+ Bus Medium 35 Seat + Driver + BBM ▪+ Elf Long 17 Seat + Driver + BBM ▪+ Hiace 15 Seat + Driver + BBM ▪+ Elf Short 12 Seat + Driver + BBM ▪+ Mobil Innova, Avanza, Xenia 6 Seat + Driver + BBM . . #pendakiindonesia #pendakicantik #pendakihijabers #pendakilawas #mountainesia #ceritapendaki #barengan #semeru #arjuno #buthak #bromo #arjunowelirang #argopuro #raung #wilis #lawu #merbabu #gedepangrango #slamet #prau #guide #portergunung https://www.instagram.com/p/B2Ls4q-n4oo/?igshid=17dim3lu9rzjk
0 notes
fromafarawaygalaxy · 7 years
Photo
Tumblr media
#throwback 3 weeks ago when this guy brought us above the clouds #twinpeaks #arjunowelirang #welirangmountain #trekking #hiking #travelindonesia #RoyTravels #mountain #cimaraadventures #adventure (at Mt. Arjuno Welirang)
0 notes
ekarefa · 9 years
Photo
Tumblr media
Warna-warni pagi #lembahkidang #arjunowelirang #17agustus
2 notes · View notes
kutugunungid · 9 years
Link
Gunung arjuno welirang terletak di malang, jawa timur dengan ketinggian 3339 meter diatas permukaan laut.
0 notes
fromafarawaygalaxy · 7 years
Photo
Tumblr media
"Pain and pleasure, like light and darkness, succeed each other" - Laurence Sterne #arjunowelirang #twinpeaks #mountain #sunrise #RoyTravels #travelindonesia #mtarjuno #adventure #hiking #trekking (at Arjuno-Welirang)
0 notes
fromafarawaygalaxy · 7 years
Photo
Tumblr media
"Only those who will risk going too far can possibly find out how far they can go" #topoftheworld #mountarjunowelirang #travelindonesia #arjunomountain #welirang #RoyTravels #travelindonesia #mountain #twinpeaks #welirangmountain #arjunowelirang (at Arjuno-Welirang)
0 notes