#anoa dataran rendah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Hewan yang di Lindungi di Masing-Masing Pulau di Indonesia.
Banyak hewan-hewan endemik dari masing masing pulau di Indonesia. Contohnya, Sumatra dengan harimau nya, Kalimantan dengan orang utan nya, dan yang lainnya. Tapi tahu kah kamu hewan yang di lindungi atau hampir punah di masing-masing pulau di Indonesia? Mari kita bahas.
Harimau Sumatera (Pulau Sumatera).
Sumber: kba.one
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan harimau asli Pulau Sumatera yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan jenis harimau lainnya.
Harimau Sumatera jantan memiliki berat sekitar 140 kg, sedangkan harimau Sumatera betina memiliki berat sekitar 91 kg.
Populasi harimau Satwa saat ini hanya tersisa 400-500 ekor sehingga mereka dimasukkan dalam daftar satwa kritis yang terancam punah.
Badak Jawa (Pulau Jawa).
Sumber: beritasatu.com
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang lebih dikenal dengan nama badak bercula satu ini merupakan satwa asli Pulau Jawa. Karena saat ini diperkirakan hanya tersisa 74 spesies, badak bercula satu menjadi salah satu hewan paling langka di Indonesia.
Adapun kemampuan reproduksi yang rendah dan perburuan yang tidak henti-hentinya dilakukan membuat hewan ini menjadi langka. Kini, badak bercula satu tengah berada di bawah perlindungan program konservasi intensif secara in-situ di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Anoa (Pulau Sulawesi).
Sumber: Sultrakini.com
Anoa (Bubalus depressicornis) merupakan hewan endemik pulau Sulawesi yang memiliki dua macam spesies, yaitu anoa dataran rendah dan anoa pegunungan.
Anoa termasuk ke dalam hewan yang hampir punah. Mengapa anoa terancam punah? karena kebiasaan masyarakat sekitar yang berburu anoa untuk dikonsumsi hingga diambil bagian kulit dan tanduknya.
Hewan langka ini hidup di dalam hutan sehingga anoa tidak bisa menjadi hewan ternak meski memiliki kesamaan dengan hewan kerbau.
Bekantan (Pulau Kalimantan).
Sumber: prcfindonesia.org
Bekantan (Nasalis larvatus) adalah spesies mamalia yang tergabung dalam kelompok primata dan memiliki habitat di Pulau Kalimantan. Di wilayah Kalimantan Timur, spesies bekantan mendiami wilayah Sungai Hitam di wilayah Samboja, Kutai Kartanegara. Bekantan juga dijuluki monyet berhidung panjang karena memang hidungnya terlihat unik.
Keberadaan bekantan juga sangat memprihatinkan akibat perburuan liar, penebangan hutan, dan perusakan habitat alam liar. Itu sebabnya, spesies bekantan menjadi salah satu spesies hewan yang sangat dilindungi oleh pemerintah Indonesia, bahkan oleh IUCN.
Yang membuat sedih adalah jumlah bekantan yang benar-benar sangat sedikit di alam liar. Menurut data yang ditulis dalam laman Cambridge, jumlah populasi bekantan di alam liar yang hidup mandiri hanya sekitar 300 ekor. Bekantan merupakan spesies yang rentan stres, bahkan mereka bisa mengalami kematian mendadak meskipun sedang berada di tempat penangkaran.
Burung Cendrawasih (Pulau Papua).
Sumber: kabarpapua.co
Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra).Dikenal sebagai burung surga karena keeksotisannya, Cendrawasih Merah corak bulu dominan berwarna merah, dengan aksen hijau, kuning, dan hitam pada bagian kepalanya.
Berdasarkan data, Burung Cendrawasih Merah tergolong ke dalam jenis hewan yang hampir terancam di habitat aslinya, yakni Pulau Waigeo dan Batanta.
Dikutip dari: berbagai sumber.
4 notes
·
View notes
Text
Hubungan pembagian wilayah untuk penyebaran binatang dengan teori Darwin (genap)
Nama : Diena Maysya Zyandra
NPM : 12516002 (genap)
Kelas : 1 PA 09
Tugas MTK & Ilmu Alamiah Dasar 3
1. Sebutkan pembagian wilayah untuk penyebaran binatang!
Persebaran hewan di muka bumi ini didasarkan oleh faktor fisiografik, klimatik dan biotik yang berbeda antara wilayah yang satu dengan lainnya, sehingga menyebabkan perbedaan jenis hewan di suatu wilayah. Ilmu yang mempelajari persebaran fauna di muka bumi ini disebut Zoogeografi. Seperti diketahui setiap spesies hewan mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengatasi hambatan-hambatan. Jika tidak ada hambatan-hambatan, maka persebaran hewan akan berjalan terus. Misalnya hewan yang biasa hidup di pegunungan akan sulit hidup di dataran rendah atau hewan yang biasa hidup di daerah panas akan sulit hidup di daerah yang beriklim dingin atau kurang curah hujannya.
Di samping itu, faktor sejarah geologi juga mempengaruhi persebaran hewan di wilayah tertentu karena wilayah tersebut pernah menjadi satu. Namun hewan berbeda dengan tumbuhan yang bersifat pasif, bila habitatnya dirasakan sudah tidak cocok seringkali mereka secara massal mengadakan migrasi ke tempat lainnya. Oleh karena itu, pola persebaran fauna tidak setegas persebaran flora. Adakalanya hewan khas di suatu wilayah juga terdapat di wilayah lainnya.
Pada tahun 1876 Alfred Russel Wallace membagi wilayah persebaran fauna atas delapan wilayah yaitu Ethiopian, Palearktik, Oriental, Australian, Neotropikal dan Neartik, Oceanik dan Antartik. Kedelapan wilayah persebaran fauna tersebut adalah sebagai berikut.
1. Wilayah Ethiopian
Wilayah persebarannya meliputi benua Afrika, dari sebelah Selatan Gurun Sahara, Madagaskar dan Selatan Saudi Arabia. Hewan yang khas daerah ini adalah gajah Afrika, badak Afrika, gorila, baboon, simpanse, jerapah. Mamalia padang rumput seperti zebra, antilop, kijang, singa, jerapah, harimau, dan mamalia pemakan serangga yaitu trenggiling. Mamalia endemik di wilayah ini adalah kuda Nil yang hanya terdapat di sungai Nil, Mesir. Namun di Madagaskar juga terdapat kuda Nil namun lebih kecil. Menurut sejarah pulau Madagaskar pernah bersatu dengan Afrika. Wilayah Ethiopian juga memiliki hewan yang hampir sama dengan di wilayah Oriental seperti golongan kucing, bajing, tikus, babi hutan, kelelawar, dan anjing.
2. Wilayah Palearktik
Wilayah persebarannya sangat luas meliputi hampir seluruh benua Eropa, Uni Soviet, daerah dekat Kutub Utara sampai Pegunungan Himalaya, Kepulauan Inggris di Eropa Barat sampai Jepang, Selat Bering di pantai Pasifik, dan benua Afrika paling Utara. Kondisi lingkungan wilayah ini bervariasi, baik perbedaan suhu, curah hujan maupun kondisi permukaan tanahnya, menyebabkan jenis faunanya juga bervariasi. Beberapa jenis fauna Paleartik yang tetap bertahan di lingkungan aslinya yaitu panda di Cina, unta di Afrika Utara, binatang kutub seperti rusa Kutub, kucing Kutub, dan beruang Kutub. Binatang-binatang yang berasal dari wilayah ini antara lain kelinci, sejenis tikus, berbagai spesies anjing, kelelawar. Bajing, dan kijang telah menyebar ke wilayah lainnya.
3. Wilayah Nearktik
Wilayah persebarannya meliputi kawasan Amerika Serikat, Amerika Utara dekat Kutub Utara, dan Greenland. Hewan khas daerah ini adalah ayam kalkun liar, tikus berkantung di Gurun Pasifik Timur, bison, muskox, caribau, domba gunung. Di daerah ini juga terdapat beberapa jenis hewan yang ada di wilayah Palearktik seperti kelinci, kelelawar, anjing, kucing, dan bajing.
4. Wilayah Neotropikal
Wilayah persebarannya meliputi Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan sebagian besar Meksiko. Iklim di wilayah ini sebagian besar beriklim tropik dan bagian Selatan beriklim sedang. Hewan endemiknya adalah ikan piranha dan belut listrik di sungai Amazon, lama (sejenis unta) di padang pasir atacama (Peru), tapir, dan kera hidung merah. Wilayah Neotropikal sangat terkenal sebagai wilayah fauna vertebrata karena jenisnya yang sangat beranekaragam dan spesifik, seperti beberapa spesies monyet, trenggiling, beberapa jenis reptil seperti buaya, ular, kadal, beberapa spesies burung, dan ada sejenis kelelawar penghisap darah.
5. Wilayah Oriental
Fauna di wilayah ini tersebar di kawasan Asia terutama Asia Selatan dan Asia Tenggara. Fauna Indonesia yang masuk wilayah ini hanya di Indonesia bagian Barat. Hewan yang khas wilayah ini adalah harimau, orang utan, gibbon, rusa, banteng, dan badak bercula satu. Hewan lainnya adalah badak bercula dua, gajah, beruang, antilop, berbagai jenis reptil, dan ikan. Adanya jenis hewan yang hampir sama dengan wilayah Ethiopian antara lain kucing, anjing, monyet, gajah, badak, dan harimau, menunjukkan bahwa Asia Selatan dan Asia Tenggara pernah menjadi satu daratan dengan Afrika.
6. Wilayah Australian
Wilayah ini mencakup kawasan Australia, Selandia Baru, Irian, Maluku, dan pulau-pulau sekitarnya. Beberapa hewan khas wilayah ini adalah kanguru, kiwi, koala, cocor bebek (sejenis mamalia bertelur). Terdapat beberapa jenis burung yang khas wilayah ini seperti burung cendrawasih, burung kasuari, burung kakaktua, dan betet. Kelompok reptil antara lain buaya, kura-kura, ular piton.
7. Wilayah Oceanik
Fauna di wilayah ini tersebar di kawasan kepulauan di Samudra Pasifik. Wilayah ini merupakan pengembangan dari wilayah Australian daratan, dengan spesifikasi fauna tertentu. Oleh karena itu jenis faunanya hampir sama dengan wilayah Australian.
8. Wilayah Antartik
Seperti namanya, maka wilayahnya mencakup kawasan di Kutub Selatan. Jenis fauna yang hidup di daerah ini memiliki bulu lebat dan mampu menahan dingin, misalnya rusa kutub, burung pinguin, anjing laut, kelinci kutub, dan beruang kutub.
Tiga wilayah persebaran fauna di Kepulauan Indonesia, yaitu:
1. Sundaic
Pulau yang termasuk kedalam wilayah ini adalah pulau Kalimantan, pulau jawa, pulau Sumatera, pulau Bali. Fauna sundaic memiliki kemiripan dengan fauna Asia. Fauna sundaic antara lain adalah: gajah India di Sumatera, harimau terdapat di Jawa, Sumatera, Bali, badak bercula dua di Sumatera dan Kalimantan, badak bercula satu di Jawa, raliahan antara fauna Asia dengan fauna Australia. Orang utan di Sumatera dan Kalimantan, Kancil di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, dan beruang madu di Sumatera dan Kalimantan. Di Nusa Tenggara terdapat sejenis cecak terbang yang termasuk binatang Asia. Fauna endemik di daerah ini adalah, badak bercula satu di Ujung kulon Jawa Barat, Beo Nias di Kabupaten Nias, Bekantan/Kera Belanda dan Orang Utan di Kalimantan.
2. Wallacea
Fauna Wallacea ( peralihan) tersebar di Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Daerah fauna Peralihan dibatasi oleh garis Wallace yang membatasi dengan fauna di dataran Sunda dan garis Weber yang membatasi dengan fauna di dataran Sahul. Fauna pada wilayah ini memiliki kemiripan peraliahan antara fauna Asia dengan fauna benua Auatralia. Contoh faunanya antara lain: babi rusa, anoa, kuskus, biawak, katak terbang. Katak terbang ini juga termasuk fauna Asiatis. Di daerah fauna peralihan juga terdapat fauna endemik seperti: Komo di P.Komodo dan pulau-pulau sekitarnya, tapir (kerbau liar), burung Kasuari di Pulau Morotai, Obi, Halmahera dan Bacan.
3. Australis
Fauna yang terdapat di wilayah ini terdapat di Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya. Binatang-binatangnya mempunyai kesamaan dengan binatang-binatang di benua Australia. Daerah ini juga disebut fauna dataran Sahul, contohnya antara lain: kanguru, kasuari, kuskus, burung cendrawasih dan berbagai jenis burung lainnya, reptil, dan amphibi.
2. Teori Darwin
Teori evolusi Charles Darwin adalah teori evolusi yang didasarkan pada teori Seleksi Alam, yang pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin dalam bukunya "On the Origin of Species" atau "Asal Usul Spesies" yang diterbitkan tahun 1859.Teori seleksi alam memiliki konsep bahwa spesies yang berhasil beradaptasi dengan baik akan terus bertahan hidup, sedangkan yang tidak dapat beradaptasi akan punah.Karena teori yang dibuat Charles Darwin ini, ia jadi dijuluki sebagai "Bapak Evolusi".
Darwin mengatakan bahwa evolusi diakibatkan mekanisme seleksi alam dan adaptasi. Menurutnya, adanya perkawinan akan memunculkan keragaman anggota populasi. Kemudian seleksi alam akan bekerja terhadap keragaman tersebut. Varian yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan akhirnya akan mengalami kepunahan. Sebaliknya, varian yang bisa bertahan hidup akan terus hidup beradaptasi dan melestarikan generasinya. Mekanisme seleksi alam dan adaptasi ini pada akhirnya akan memunculkan spesies-spesies baru.
3. Hubungan antara nomor 1 dan 2.
Darwin menyadari bahwa burung Finch yang mendiami pulau-pulau berbeda memiliki sedikit perbedaan. Dalam pengamatannya, Darwin mengidentifikasi beragam spesies burung Finch yang memiliki perbedaan pada bentuk dan ukuran paruh mereka. Perbedaan paruh itu berhubungan dengan makanan yang tersedia di wilayah yang didiami oleh tiap burung tersebut. Bertentangan dengan ini, ia mengamati hanya ada satu spesies burung Finch di Amerika Selatan. Darwin berasumsi bahwa spesies-spesies di kepulauan Galapagos mungkin telah berevolusi dari spesies yang ditemukan di Amerika Selatan. Menurut Darwin, spesies asli burung Finch datang ke kepulauan Galapagos dan kemudian tersebar pada kondisi lingkungan yang bervariasi. Seiring berjalannya waktu, anatomi burung-burung tersebut secara alami termodifikasi sebagai adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang ada.
Dalam istilah yang lebih sederhana, mereka termodifikasi agar dapat lebih mudah mengkonsumsi makanan, sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup untuk reproduksi. Misalnya, burung Finch yang hidup di tanah memiliki paruh besar untuk memecahkan biji-bijian. Burung yang berhasil bertahan hidup terus hidup dan bereproduksi, sedangkan yang tidak berhasil beradaptasi meninggal dan punah. Modifikasi pada paruh burung Finch ini mungkin berkembang setelah banyak generasi. Karena burung-burung ini secara anatomis berbeda satu sama lain, mereka terisolasi secara reproduktif, sehingga menimbulkan spesies berbeda.
Darwin mencoba mengaplikasikan teori ini pada semua makhluk hidup, Darwin menyatakan bahwa individu-individu yang berasal dari spesies yang sama akan menunjukkan adanya variasi diantara mereka. Kemudian individu-individu yang memiliki sifat menguntungkan akan terus hidup dan berkembang biak. Akhirnya setelah banyak generasi, sifat-sifat menguntungkan menjadi lebih umum, sehingga populasi berkembang terdiri dari sifat yang menguntungkan saja.
Seleksi alam dapat dijelaskan dengan cara yang sama dengan prosedur pembiakan yang dilakukan oleh peternak untuk hewan-hewan domestik. Sapi-sapi produktif terbaik biasa digunakan untuk pembiakan. Proses ini secara bertahap akan membuang sifat yang tidak diinginkan. Demikian pula seleksi alam, secara bertahap menghilangkan spesies yang tidak dapat beradaptasi baik, dan mendukung spesies yang dapat beradaptasi dengan baik.
0 notes
Text
Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) Kerbau Kerdil Sulawesi
Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) Kerbau Kerdil Sulawesi
Anoa Dataran Rendah atau Bubalus depressicorniskerap disebut juga sebagai Kerbau Kerdil. Penyebutan yang wajar mengingat sepintas penampilan fisik Anoa Dataran Rendah memang mirip kerbau. Namun lebih kecil dan lebih pendek ukurannya. Anoa dataran Rendah, bersama kerabat dekatnya, Anoa Pegunungan adalah hewan khas endemik pulau Sulawesi. Hewan yang dilindungi di Indonesia dan memiliki status…
View On WordPress
0 notes