#alrowanjung
Explore tagged Tumblr posts
Text
Alastair Rowan Jung
BIOGRAPHY
๏ธ๏ธ๐๐ฎ๐ฐ๐ฒ ๐๐น๐ฎ๐ถ๐บ :
้ญๅฒ้ธฃ (Wei Zhe Ming) โฑ Miles Wei
๐ก๐ฎ๐บ๐ฒ :ย
Alastair Rowan Jung
๐ก๐ถ๐ฐ๐ธ๐ป๐ฎ๐บ๐ฒ :
Al ; Rowan
๐ฃ๐น๐ฎ๐ฐ๐ฒ ๐ผ๐ณ ๐๐ถ๐ฟ๐๐ต :ย
Wolfsburg, Germany
๐๐ฎ๐๐ฒ ๐ผ๐ณ ๐ผ๐ณ ๐๐ถ๐ฟ๐๐ต :
August 29, 1993
๏ธ๏ธ
๐๐๐ต๐ป๐ถ๐ฐ๐ถ๐๐ :ย
Germany (Father)
Indonesia & Chinese (Mother)
๏ธ๏ธ
๐๐๐ฒ๐ฐ๐ผ๐น๐ผ๐ฟ :
Dark Grey
๐๐ฎ๐ถ๐ฟ ๐ฐ๐ผ๐น๐ผ๐ฟ :
Dark Brown
๐๐ฒ๐ถ๐ด๐ต๐ :ย
183 cm
๐ช๐ฒ๐ถ๐ด๐ต๐ :
70 kg
๐๐น๐ผ๐ผ๐ฑ ๐ง๐๐ฝ๐ฒ :
O
๐ญ๐ผ๐ฑ๐ถ๐ฎ๐ธ :
Virgo
๐ฃ๐ฎ๐ฟ๐ฒ๐ป๐๐ :
Father : Hubert Roderick Jung
Mother : Kirana Kartika Tanujaya
๐ฆ๐ฝ๐ผ๐๐๐ฒ :
Raine Selena Zhang โฑ ๅผ ๆ ๆ (Zhang Ying Yue)
๐๐ฑ๐๐ฐ๐ฎ๐๐ถ๐ผ๐ป :ย
โธใ
คBarchelor Degree
ใ
ค International Class Program
ใ
ค ๐จ๐ป๐ถ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ถ๐๐ ๐ผ๐ณ ๐๐ป๐ฑ๐ผ๐ป๐ฒ๐๐ถ๐ฎ ( BA )
ใ
คใ
คใ
คใ
คใ
คใ
คใ
ค&
ใ
ค ๐จ๐ป๐ถ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ถ๐๐ ๐ผ๐ณ ๐ค๐๐ฒ๐ฒ๐ป๐๐น๐ฎ๐ป๐ฑ ( S.Psi )
ใ
ค Psychology
ใ
ค ๐๐ต๐ข๐ต๐ถ๐ด : ๐๐ง๐๐๐ช๐๐ฉ๐๐
โธ ใ
คMaster Degree
ใ
ค ๐๐๐บ๐ฏ๐ผ๐น๐ฑ๐ ๐จ๐ป๐ถ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ถ๐๐ฎฬ๐ ๐๐ ๐๐ฒ๐ฟ๐น๐ถ๐ป ( MSc )
ใ
ค Psychology of Clinical Psychology & Psychotherapy
ใ
ค ๐๐ต๐ข๐ต๐ถ๐ด : ๐๐ง๐๐๐ช๐๐ฉ๐๐
โธใ
คDoctorate Degree
ใ
ค ๐ฆ๐๐ฎ๐ป๐ณ๐ผ๐ฟ๐ฑ ๐จ๐ป๐ถ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ถ๐๐ (PsyD)
ใ
ค Clinical Psychology
ใ
ค ๐๐ต๐ข๐ต๐ถ๐ด : ๐๐ง๐๐๐ช๐๐ฉ๐๐
๐ข๐ฐ๐ฐ๐๐ฝ๐ฎ๐๐ถ๐ผ๐ป :ย
โธใ
ค Clinical Psychologist
โธ ใ
คMental Health Awareness Activist
โธใ
ค Freelance Model
โธใ
ค Writer / Blogger
โธใ
ค Guest Lecturer
๐๐ผ๐ป๐๐ฎ๐ฐ๐ & ๐ฆ๐ผ๐ฐ๐ถ๐ฎ๐น ๐ ๐ฒ๐ฑ๐ถ๐ฎ :ย
โธใ
คE-mail ใ
คใ
ค: ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐@๐๐๐๐๐.๐๐๐
โธใ
คInstagram : @ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
โธใ
คBlog ใ
คใ
ค : ๐๐๐๐๐://๐๐๐.๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐.๐๐๐
๐๐ฑ๐ฑ๐ฟ๐ฒ๐๐ :
๐'๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐
Jl. Raya Pasar Minggu No. Kav. 16, RT. 7 / RW. 9, Pancoran, South Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 12780, Indonesia.
๐๐๐๐๐๐๐
ARC (Kode untuk Tower 1) - Unit 02, Lt. 11. Arcadia Land, South Jakarta.
๐ฃ๐ฒ๐ :
Dog ( 1 )
Rascal, Male, Pembroke Welsh Corgi
Born on January 2021
Adopted from Loux on May 2021
โโโโโโโโโโโโโโโโโโโ
ยฉ 2020 December
๐๐น๐น ๐ฅ๐ถ๐ด๐ต๐๐ ๐ฅ๐ฒ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ฒ๐ฑ
Written under pseudonym
#๐๐จฬ๐ซ๐๐๐ง ( @shadowalxers )
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐
๏ธ
3 notes
ยท
View notes
Text
MรMOIRE
Thursday ; August 26, 2021ใ
ค|ใ
ค03.00 PM
ใ
ค ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
๐ Wittelsbacherstraรe, Mรผnchen, Germany
0 notes
Text
KNOW HER BETTER
Saturday ; August 16, 2021ใ
ค|ใ
ค03.00 PM
ใ
ค ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ( ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ )
๐ Mรผnchen, Germany
Seorang tuan membalas lambaian tangan penuh semangat dari seorang puan dengan surai panjang dengan tawa kecil yang mengiringi langkahnya. Sang puan dengan paras rupawan semakin tersenyum lebar saat mendapati sang tuan yang kini berdiri di depannya.
"Lihat-lihat aku tidak tersesat bukan?" ujar sang puan sambil menatap sang tuan dengan mata berbinar.
"Jika ibuku tau aku membiarkan kau menyetir ke sini sendiri, ia akan mengomeliku sepanjang hari. " ucap sang tuan dengan nada menggerutu.
"Oh ayolah Alastair, kau tinggal menutup mulutmu maka tak akan ada orang yang tau. " balas sang puan sambil tertawa yang membuat sang tuan ikut tertawa.
Tanpa banyak kata ia lalu meraih keranjang piknik yang di bawa oleh sang puan, membuat sang puan kembali tersenyum kecil.
Cuaca sore itu cukup bagus, membuat beberapa orang yang tinggal di Kota Mรผnchen memutuskan untuk menikmati udara segar di sebuah taman kota yang cukup populer, Englischer Garten atau English Garden dalam Bahasa Inggris.
Taman yang dibangun pada tahun 1789 dengan luas 370 hektar ini merupakan salah satu taman terluas di dunia itu. Sesuai namanya, taman ini dibangun agar mirip dengan taman negara Inggris, lengkap dengan halaman, bukit, danau, sungai buatan, dan beberapa paviliun.
Sepasang tuan dan puan tampak berjalan beriringan di sepanjang jalan setapak taman yang dihiasi dengan hamparan rumput hijau, pohon tinggi, dan bunga-bunga yang memiliki berbagai macam warna.
Sang puan bersurai panjang tampak tersenyum cerah menikmati pemandangan indah di depan matanya. Ini adalah kali pertamanya memasuki taman kota tersebut.
Sementara sang tuan dengan manik mata kelabu tampak hanyut pada pikirannya sendiri. Ia menoleh dan menatap wajah sang puan yang berjalan di sampingnya. Paras rupawannya semakin terlihat cantik saat sinar matahari menerpa wajahnya.
Raine Selena Zhang, wanita yang tidak sengaja ia temui di toko buku, wanita yang akan dijodohkan olehnya. Ya, mereka adalah orang yang sama. Alastair ingin sekali tertawa menyadari kebetulan tak terduga yang terjadi padanya.
Sudah hampir sebulan Alastair mengenal sosok di Raine. Sesekali mereka akan bertukar kabar lewat pesan atau sekedar menghabiskan makan siang bersama.
Sejauh ini ia mengenal sang puan sebagai sosok yang ceria dan mudah bergaul. Meski merupakan putri tinggal yang begitu di sayang, hal tersebut sama sekali tidak membuat sang puan menjadi pribadi yang manja. Raine justru adalah seorang sosok yang tangguh dan juga mandiri. Jika ia menginginkan sesuatu maka ia akan bekerja sangat keras untuk meraihnya dengan kemampuannya sendiri.
Setelah berbicara panjang dengan sahabatnya, sang tuan memutuskan untuk mengenal lebih jauh sang puan. Terlebih lagi entah kenapa ia ingin selalu melihat senyum indah sang puan...
Wait... what? Senyum indah? Hei, apa yang baru saja ia pikirkan???
"Bisa kah kita duduk di sana? Aku rasa tempat itu cukup nyaman. " ucapan sang puan sambil menunjuk sebuah bangunan bergaya Yunani.
Sang tuan yang sedari tadi hanya diam sambil mengamati setiap perubahan ekspresi wajah sang puan terkesiap dan mengalihkan tatapannya pada tempat yang ditunjuk.
"Monopteros. " gumam sang tuan pelan. Ia berusaha menyembunyikan perasaan gugup yang tiba-tiba menghampirinya.
"Huh?" tanya sang puan dengan wajah kebingungan.
"Monopteros adalah nama bangunan yang kau tunjuk. " jawab sang tuan membuat sang puan mengangguk mengerti.
Mereka lalu mendaki sebuah bukit kecil, mendekati bangunan yang dimaksud sang puan. Karena sore ini taman cukup padat paviliun tersebut sudah tampak penuh oleh orang-orang yang duduk di sana. Mereka berdua memutuskan untuk duduk di bawah pohon yang tidak jauh dari paviliun tersebut.
"Kau tidak keberatan aku hanya membawa sedikit makanan bukan?" tanya Raine saat mereka mulai mengeluarkan isi keranjang. "Di dalam masih ada beberapa buah, harus kah aku mengeluarkan seluruhnya?" lanjutnya mulai terlihat panik.
"No, no, no. It's more than enough. We will have dinner after this, because I want to take you to one of famous restaurant here. " ujar Alastair sambil duduk dan mulai menyesap segelas kopi yang diberikan sang puan.
Keheningan menyelimuti keduanya, sama-sama sedang menikmati suasana yang teeasa nyaman.
"Raine... " panggil Alastair pelan, membuat sang puan sontak mengalihkan tatapannya pada sang tuan. "Aku ingin tahu bagaimana pendapatmu tentang hal ini. "
Pertanyaan sang tuan membuat sang puan mengerutkan alisnya bingung, ia tidak mengerti dengan pertanyaan sang tuan. Tanpa menjawab separah kata, sang puan melemparkan tatapan bertanya pada sang tuan.
"Maksudku adalah aku ingin mengetahui pendapatmu tentang perjodohan yang diinginkan kedua orang tua kita. " jelas Alastair sambil menatap Raine dengan pandangan lurus. Manik mata kelabu yang terlihat lebih terang di bawah sinar matahari itu terlihat begitu indah di mata sang puan.
Sang puan tampak terdiam sejenak, meproses pertanyaan sang tuan perlahan-lahan. Ia lalu mengalihkan tatapannya dari sang tuan dan menunduk. Rona merah mulai menghiasi kedua pipinya.
"Well, awalnya aku benar-benar menolak acara perjodohan ini. Kau tau bukan kalau aku paling tidak suka jika orang tuaku terlalu ikut campur dan mengatur apa pun yang berkaitan dengan hidupku, termasuk pasanganku. " jelas Raine. "Saat di Beijing, entah sudah berapa banyak kencan buta yang harus aku lakukan atas suruhan orang tuaku. Sebenernya hal ini adalah hal yang lumrah yang dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di Cina, tapi bukan berarti aku bisa dengan senang hati melakukannnya. " lanjut Raine dengan lesu.
"Entah sudah berapa kali aku menemukan pria menyebalkan di kencan butaku. Dari mahasiswa hingga CEO perusahaan, dari pria polos hingga pria brengsek. Rasanya aku sudah pernah bertemu dengan segala macam pria di muka bumi ini. " ucap Raine dengan nada dilebih-lebihkan, membuat Aastair tertawa kecil saat mendengarnya.
"Hei! Aku serius!" gerutu Raine dengan nada pura-pura kesal.
"Jadi menurutku aku masuk golongan pria yang mana?" tanya Alastair sambil terkekeh pelan.
Sebenernya ia hanya setengah bercanda saat melemparkan pertanyaan tersebut. Ia berpikir Raine akan menjawab dengan candaan, sama sekali tidak menyangka akan mendapati raut wajah Raine yang berubah serius. Sang puan tampak benar-benar memikirkan tentang jawaban apa yang harus ia berikan atas pertanyaan sang tuan.
"Kau pria yang baik yang memiliki kepribadian yang luar biasa, Al. " ucap Raine pelan. "Meski aku belum terlalu lama mengenalmu, meski aku tau masih banyak hal yang belum bisa kau ceritakan mengenai dirimu padaku. Entah lah aku merasa bahwa bukan hal yang buruk jika aku memberikan kesempatan padamu dan pada diriku sendiri untuk hubungan ini. " lanjut sang puan sambil menatap dalam Alastair dengan manik matanya yang berwarna coklat.
Keduanya hanya saling menatap, mencoba menyelami satu sama lain. Manik mata kelabu Alastair dapat melihat pancaran hangat dari kedua manik mata coklat milik Raine. Otaknya terasa berjalan sangat lambat saat mencerna setiap kata yang keluar dari bibir Raine.
"Aku sudah membuat keputusanku. Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah membuat keputusanmu?" tanya Raine memecah keheningan di antara mereka.
"Ya, aku sudah membuat keputusanku. " jawab Alastair sambil tersenyum menatap sang puan. "Aku juga ingin memberikan kesempatan pada hubungan kita. " lanjutnya sambil meraih jemari tangan sang puan.
Rona merah kembali menghiasi pipi sang puan saat merasakan jemarinya kini berada di dalam genggaman tuan. Ia menarik nafas perlahan dan membalas gengagaman tersebut.
0 notes
Text
A WORD FOR FRIEND
Friday ; August 06, 2021ใ
ค|ใ
ค09.00 PMใ
ค
ใ
ค ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐
๐๐๐๐๐'๐ ๐๐๐๐๐
๐ Bogenhausen, Mรผnchen, Germany
Jemari seorang tuan sedari tadi mengetuk-ngetuk meja kerja dengan tidak saraban. Manik matanya menatap layar ponselnya setiap beberapa detik sekali, seperti menunggu pesan seseorang.
Setiap menit terasa begitu menyiksa baginya, waktu terasa berjalan begitu lambat. Seiring berjalannya waktu, bisa ia rasakan rasa cemasnya juga semakin meningkat. Tanpa sadar sang tuan mulai melakukan kebiasaan buruknya yakni menggigit kuku ibu jarinya.
Suara ponsel penanda pesan masuk membuat sang tuan secepat kilat meraih ponselnya.
Damian Aden Stryker : Sorry I just got home. What's up? You seem so agitated.
Tanpa pikir panjang sang tuan membalas pesan dari sahabat dekatnya itu.
Alastair Rowan Jung : Are you free? I need your advice. I will call you in Skype now.
Sang tuan lalu mengambil iPad yang ada di mejanya dan membuka sebuah aplikasi yang biasa ia gunakan untuk video conference bersama rekan-rekan kerjanya selama ia berada di Jerman.
Damian Aden Striker : Okay
Beberapa menit kemudian sang tuan akhirnya bisa melihat tanda hijau pada akun sahabatnya, tanpa pikir panjang ia pun memulai panggilan.
Tanpa menunggu lama wajah sahabatnya akhirnya muncul layar interface.
0 notes
Text
FIRST MEETING ?
Sunday ; June 25, 2021ใ
ค|ใ
ค07.00 PM
ใ
ค ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๆ ๆธธไน
๐ Fallmerayerstraรe, Mรผnchen, Germany
Malam itu adalah malam akhir pekan. Jalanan Kota Mรผnchen mulai dipadati orang-orang yang ingin menghabiskan malam akhir pekan. Entah itu makan malam bersama keluarga, sekedar menghabiskan waktu dengan teman atau sahabat, atau mungkin saja berkencan dengan pasangan terkasih.
Di tengah hiruk pikuk, sebuah mobil Mercedez-Benz G-63 AMG berwarna hitam leham baru saja terparkir dengan rapi di depan salah satu restoran China terkenal di Kota Mรผnchen, Le Voyage atau dalam Bahasa China disebut dengan ๆ ๆธธไน (Youyou Zhi).
Seorang tuan dengan pakaian rapi dengan satu set suit berwarna cream yang melekat si tubuh tegapnga keluar dari mobil mewah tersebut. Dengan sebuah kacamata yang membingkai wajah rupawannya, ia membawa kaki jenjangnya ke arah pintu penumpang.
Begitu sang tuan berhasil membuka pintu penumpang, seorang puan terlihat turun dari mobil mewah tersebut. Sang puan bersurai panjang itu mengenakan gaun hitam yang tampak terlihat indah di tubuh langsingnya. Meski tampak guratan usia senja, sang puan masih terlihat sangat cantik.
โAl, jangan lupa buket bunga dan juga hadiah kecilnya ya.ย โ ujar sang puan dengan nada mengingatkan. Sang tuan tanpa banyak bicara membuka pintu belakang mobil untuk mengambil barang yang dimaksud ibunya.ย
Ya, mereka berdua adalah sepasang ibu dan anak. Melihat keduanya yang berdiri berdampingan, beberapa orang mungkin tidak percaya bahwa mereka adalah sepasang ibu dan anak.
Sang tuan menggandeng sang puan dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain membawa buket bunga dan hadiah. Mereka berdua lalu melangkah memasuki restoran.
Mengingat betapa terkenalnya restoran tersebut, membuat sang puan sudah terlebih dahulu memesan reservasi restoran jauh-jauh hari. Setelah berbicara dengan salah satu pelayan mereka langsung di antarkan ke sebuah ruangan VIP yang terpisah dengan para tamu lain.
โApa kita datang terlalu cepat ya?โ tanya sang puan sambil melihat jam tangan di pergelangan tangannya begitu mereka berdua duduk dan pelayan meninggalkan ruangan.
โAku rasa tidak, Ma. Lebih baik kita memang datang lebih dulu bukan? Aku rasa mereka bisa saja terkena macet karena hari ini akhir pekan dan jalanan sudah pasti padat.ย โ jawab sang tuan yang dibalas anggukan oleh ibunya.
โAl, mama senang sekali akhirnya kamu mau datang malam ini. Terima kasih.ย โ ujar sang puan sambil tersenyum ke arah sang puan. Sang tuan, Alastair hanya bisa membalas dengan sebuah senyuman kecil pada ibunya.
Selama berhari-hari lamanya Alastair menimbang-nimbang apakah ia harus datang ke acara makan malam hari ini. Ibunya hampir setiap hari membicarakan Raine, wanita yang akan ia temui malam ini. Merasa tidak enak jika menolak ajakan ibunya yang tampak lebih ceria saat membicarakan Raine, membuat Alastair akhirnya menyetujui acara pertemuan malam ini.
Suara pintu yang terbuka diiringi dengan langkah kaki, membuat sepasang ibu dan anak sontak menoleh ke asal suara. Melihat keluarga Zhang akhirnya tiba, membuat mereka berdiri dari posisi duduknya.
Manik kelabu Alastair menatap sepasang suami istri paruh baya yang sedang tersenyum lebar sambil menjabat tangan ibunya.
โAiya, lihatlah anak lelakimu yang dulu begitu mungul kini sudah besar dan tumbuh menjadi pria yang menakjubkan.ย โ ujar sang puan paruh baya sambil menjabat tangan Alastair dengan sebyim lebar. โAku akan sangat senang jika memiliki menantu setampan ini.ย โ lanjutnya.
โAiya, kita tidak perlu terburu-buru. Al, jangan terlalu diambil hati ya. Aunty-mu ini sepertinya terlalu bersemangat.ย โ ujar sang tuan paruh baya sambil tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Alastair.
โKalian terlalu memuji Alastair, padahal lihatlah putri kalian juga begitu cantik.โ ujar ibu Alastair sambil tertawa kecil. โHalo, Raine. Bagaimana kabarmu hari ini?โ
โKabarku baik, Aunty. Senang bertemu lagi dengan aunty.ย โ jawab seorang gadis yang berdiri tak jauh dari mereka.
Alastair seketika terpaku begitu mendengar suara gadis tersebut. Terlalu fokus dengan pasangan paruh baya di depannya, membuatnya tidak memperhatikan ada orang lain yang datang bersama mereka. Setelah menelan ludahnya, ia memberanikan diri untuk mengalihkan pandangannya.
Betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang puan berwajah cantik yang terlihat tidak asing baginya. Sang puan mengenakan gaun berwarna putih selutut. Kaki jenjangnya dibalut dengan angkle strap heels dengan warna serupa.
Sang puan juga tampak terkejut saat sepasang matanya akhrinya bertemu dengan manik mata kelabu Alastair. Senyum yang terlukis di bibirnya perlahan memudar, matanya membulat saking terkejutnya.
โHuh? Pucca girl?โ gumam Alastair tanpa sadar.
โCarl Jung fanboy???โ pekik sang puan sambil mengarahkan telunjuknya ke arah Alastair tidak percaya.
Wajah keduanya tampak syok dan sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata pun selama beberapa detik. Sementara orang tua keduanya hanya bisa menatap mereka dengan tatapan bingung karena melihat reaksi unik keduanya.
โHuh? Fanboy? Wait, what fanboy?โ tanya Alastair bingung saat berhasil sadar dari rasa terkejutnya.
โWait, Pucca? Why do you call me Pucca?โ tanya sang puan sambil mengerenyitkan dahinya.
โKalian sudah saling mengenal?โ tanya ibu Alastair hati-hati dan memperhatikan reaksi keduanya bergantian. Melihat keduanya yang enggan menjawab pertanyaannya, ibu Alastair akhrinya menghela nafas.
โBaiklah kalau begitu, mari kita melakukan perkenalan secara resmi. Alastair ini Raine Selena Zhang, putri keluarga Zhang dan Raine ini Alastair Rowan Jungโkau bisa memanggilnya Al atau Rowan, anak laki-laki aunty satu-satunya.ย โ ujar ibu Alastair sambil tersenyum.
Meski masih tampak terkejut, Alastair berhasil mengulurkan tangannya dan untungnya Raine bereaksi dengan cepat dengan membalas jabatan tangan Alastair. Well, meski masih dengan wajah yang hampir pucat.
Mereka berdua sama sekali tidak menyangka akan bertemu lagi di sini, lebih tepatnya malam dimulainya acara perjodohan yang dilakukan oleh orang tua mereka.
โSebaiknya kita lanjut mengobrol sambil duduk dan memesan hidangan.ย โ ujar Tuan Zhang yang langsung disetujui oleh mereka semua.
Entah bagaimana caranya para orang tua berhasil membuat Alastair dan Raine duduk berdampingan.
Haaa... benar-benar acara perjodohan yang sesungguhnya.
Pelayan yang berhasil dipanggil akhirnya datang untuk mencatat pesanan mereka. Para orang tua lah yang mengambil pekerjaan ini sementara yang lebih muda hanya bisa membolak-balik buku menu tanpa ada niat memilih.
Rasa canggung begitu terasa di antara keduanya, hingga bibir sang tuan mengeluarkan tawa kecil. Sang puan yang sedari fokus membaca daftar menu, menoleh ke arahnya.
Sang tuan meraih buket bunga dan hadiah kecil tadi ia bawa pada sang puan dan sang puan mengucapkan terima kasih dan menerima pemberian sang tuan dengan sebuah senyum terluas di bibirnya.
โAku sama sekali tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini dan di acara ini. โ ujar Alastair berusaha membuka percakapan. Bagaimana pun ia lebih tua di sini, paling tidak ia harus berusaha mengajak sang puan yang jauh lebih muda darinya ini mengobrol.
โKau tahu aku tadi terkejut setengah mati dan hampir pingsan karena kakiku terasa lemas karena melihatmu berdiri di depanku. โ bisik Raine sambil menatap Alastair dengan tatapan serius, membuat sang tuan kembali tertawa kecil.
โDunia terasa begitu kecil bukan?โ ujar sang tuan sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
โAl, Aunty dengar kamu sekarang tinggal di Jakarta ya?โ suara Nyonya Zhang membuat Alastair dan Raine mengalihkan tatapannya pada sang puan paruh baya tersebut.
โBenar, Aunty. Tepatnya di daerah Jakarta Selatan karena klinik dan studio semuanya ada di sana.ย โ jawab Alastair.
โStudio?โ Kali ini Tuan Zhang yang melemparkan pertanyaan.
โYa, tepatnya studio kecil di sebuah apartemen yang aku dan teamku gunakan sebagai tempat untuk mengerjakan project yang berhubungan dengan modelling.ย โ jelas Alastair.
โAiya, aku hampir lupa kalau kau juga seorang model.ย โ ujar Tuan Zhang sambil terkekeh.
โHanya pekerjaan sampingan, Uncle. Aku hanya mau melakukannya saat akhir pekan dan jika jadwalku di klinik tidak terlalu padat. โ Alastair lalu meneguk segelas air putih yang ada di meja, entah kenapa tenggorkannya terasa kering. โRaine juga seorang model bukan?โ lanjutnya sambil menatap sang puan yang duduk di sebelahnya.
โYa, dia juga seorang model yang akhirnya menjadi fashion designer juga. Kami datang ke Jerman pun sebenernya karena ingin menemani Raine mengurus pekerjaannya di sini. Aunty tidak tega membiarkannya sendirian di negera orang.ย โ Nyonya Zhang dengan cepat menjawab pertanyaan Alastair bahkan sebelum Raine megucapkan sepatah kata pun.
โUgh, padahal aku akan baik-baik saja. Bagaimana pun aku bukan anak kecil lagi.ย โ gumam Raine pelan, namun Alastair masih bisa mengejarnya dengan jelas.
โMengingat Raine akan mengembangkan bisnis modenya di Indonesia, bisa kah Aunty minta tolong untuk membantu mengawasinya? Paling tidak aunty bisa jauh lebih tenang.ย โ ujar Nyonya Zhang sambil menatap penuh arti pada Alastair.
Sang tuan melirik sang puan yang kini menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan wajah kesalnya dan malu karena perkataan ibunya.
Suara pintu yang terbuka membuat Alastair menghela nafas lega. Para pelayan mulai membawakan berbagai hidangan untuk mereka. Tanpa banyak basa-basi mereka lalu menyantap hidangan pembuka.
Sambil menikmati hidangan, para orang tua saling bertukar cerita lama. Sementara yang lebih muda fokus dengan hidangan di piring mereka masing-masing hingga tandas.
โUgh... maafkan perkataan ibuku. Aku harap kau tidak terlalu memikirkannya. Bagaimana pun aku sama sekali tidak ingin merepotkanmu.ย โ ujar Raine sambil meletakkan sumpit yang digenggamnya ke tempat semula.
โTenang saja, kau tidak perlu merasa tidak enak. Kau putri satu-satunya yang mereka miliki, jadi sudah sewajarnya mereka selalu mengkhawatirkanmu.ย โ Alastair menatal sang puan sambil tersenyum.
Melihat piring-piring yang kosong, para pelayan dengan sigap mengangkat piring-piring tersebut dan menggantikannya dengan berbagai macam menu makanan utama. Setelah menyelesaikan tugasnya, satu persatu mulai keluar dari ruangan untuk memberikan privasi untuk tamu mereka.
โTunggu sebentar, aku baru sadar ternyata ada yang kurang.ย โ perkataan Nyonya Zhang menarik perhatian seluruh orang. โAlastair, papamu tidak datang malam ini?โ tanya sang puan paruh baya tersebut sambil melemparkan tatapan bertanya pada Alastair.
Genggaman tangan Alastair pada sumpit tanpa sadar mengerat. Ia terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Meski hubungan ayah dan ibunya sudah baik-baik saja, namun hubungan Alastair dan ayahnya belum bisa dibilang kembali seperti sedia kala. Ibarat gelas kaca yang sudah pernah jatuh pecah dan berantakan, jika direkatkan kembali tidak akan bisa kembali seperti semula.
Beruntung bagi Alastair karena selama satu bulan ini, ayahnya ada tugas sebuah penelitan di Berlin sehingga hingga detik ini ia belum bertemu langsung dengan ayahnya.
โHubert sedang ada di Berlin untuk sebuah penelitian jadi ia tidak bisa datang malam ini. Namun ia meminta kami untuk menyampaikan salam pada kalian. โ ucap ibu Alastair sambil tersenyum meminta maaf.
Pasangan suami istri keluarga Zhang lalu tertawa kecil dan mengatakan mereka mengerti dan masih ada lain kali untuk kembali mengadakan acara makan malam. Ibu Alastair dengan lihai mengalihkan topik pembicaraan, seperti mengerti gejolak yang dirasakan Alastair.
Respon janggal yang diberikan Alastair membuat Raine menatapnya lekat. Sang tuan hanya terdiam sambil menunduk manatap kosong piring di depannya. Namun, sang puan buru-buru mengalihkan tatapannya saat Alastiar mulai menunjukkan pergerakan.ย
Seperti tidak terjadi apa-apa, sang tuan kembali melanjutkan menikmati hidangan. Hanya saja Raine bisa merasakan ada perubahan dari sikap Alastiar dari sebelum dan sesudah ibunya membahas tentang ayah Alastiar.
Pria itu terlihat lebih pendiam dari sebelumnya. Senyum yang tadinya sesekali masih terlukis di bibirnya hilang tanpa sisa. Raine yang bisa membaca perubahan suasana hati Alastair hanya bisa kembali fokus dengan makanannya, sama sekali tidak berani mengajaknya menngobrol lagi.ย
"Jadi sampai kapan kau akan berada di sini?" pertanyaan tiba-tiba yabg keluar dari bibir sang tuan membuat sang puan terkesiap, tidak menyangka sang tuan akan kembali membuka obrolan.
"Aku di sini hanya sampai bulan Sepetember. Aku harus kembali ke Beijing selama satu minggu untuk menyiapkan kepindahanku di Indonesia untuk sementara. " jawab Raine lalu mengambil segelas air untuk ia minum.
"Kau akan tinggal di Jakarta bukan?" tanya Alastair yang dijawab dengan sebuah anggukan oleh Raine. "Apa kau punya keluarga yang tinggal di Jakarta?"
"Mama memang punya darah keturunan Indonesia, aku bahkan bisa berbahasa Indonesia. Hanya saja keluarga mama tidak ada yang tinggal di Jakarta, semuanya tinggal di Surabaya. " jawab Raine membuat Alastair menganggukkan kepalanya mengerti.
Pantas saja ibunya dan Ibu Raine memintanya untuk menjaga Raine selama ia tinggal di Jakarta. Ternyata keluarga Aunty Zhang tidak ada yang tinggal di Jakarta sehingga tidak akan ada sanak saudara yang bisa mengawasi putri satu-satunya itu.
"Sudah mendapatkan apartemen yang cocok?" tanya Alastair lagi, kali ini sang puan menggelengkan kepalanya dengan wajah lesu membuat sang tuan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas.
"Tenang saja, aku akan membantumu semampuku. Aku harap kau tidak akan teralalu sungkan untuk meminta bantuanku. " ujar Alastair sambil tersenyum. "Kau bisa menghubungiku di sini. " lanjutnya sambil menunjukkan informasi kontak miliknya yang pada layar ponselnya pada Raine.
Sang puan yang merasa sangat lega karena ada seseorang yang menawarkan diri untuk membantunya, buru-buru meraih ponselnya yang ada dalam tas kecil yang ia bawa. Selang beberapa lama ponsel sang tuan bergetar, menandakan ada panggilan masuk.
"Kau bisa menghubungiku di nomor itu. Aku juga sudah mengirimimu sebuah e-mail, mengingat aku akan mengganti nomorku lagi setelah tiba di Beijing. " ujar sang puan sambil tersenyum lebar. "Terima kasih banyak karena sudah mau membanting. " lanjutnya dengan nada tulus.
Sang tuan hanya tersenyum simpul mendengar perkataan sang puan, lalu dengan cepat ia kembali mengalihkan tatapannya dari mata penuh binar sang puan ke arah hidangan di atas meja. Entah kenapa ada perasaan menggelitik setiap ia melihat senyuman milik sang puan.
Sisa acara makan malam itu diisi dengan obrolan tentang masa lalu dari para orang tua dan obrolan tentang tentang pekerjaan oleh yang lebih muda. Hingga tak terasa malam semakin larut dan sudah saatnya mengakhiri acara malam itu.
Mereka lalu berjalan beriringan keluar dari restoran dengan masih diselingi obrolan ringan dan juga senyum yang menghiasi wajah mereka. Acara makan malam ini terasa cukup menyenangkan.
Setelah mengucapkan salam perpisahan dan membuat janji untuk mengadakan acara makan malam selanjutnya, mereka pun berpisah untuk menuju mobilnya masing-masing.๏ธ
๏ธ
โโโโโโ๐๐๐
Written by #๐๐จฬ๐ซ๐๐๐ง๏ธ
๏ธ
0 notes
Text
THE ENCOUNTER
Sunday ; June 19, 2021ใ
ค|ใ
ค08.30 AM
ใ
ค ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐
๐ Augustenstraรe, Mรผnchen, Germany
"Al! Mama berangkat dulu! Sarapannya ada di meja ya!"
Alastair membuka matanya saat mendengar suara sayup-sayup ibunya dari balik pintu. Ia lalu beranjak dari posisi berbaring dan duduk bersandar pada kepala tempat tidur.
Indra pendengarannya bisa menangkap suara langkah kaki ibunya yang menuruni tangga dengan buru-buru, sepertinya ada panggilan darurat dari rumah sakit.
Alastair dengan rambut acak-acakan sehabis bangun tidur itu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku dan beranjak dari tempat tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, sang tuan menyeret kakinya ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
๏ธโโโโ โข โข โข
Tiga puluh menit kemudian, Alastair melangkah menuruni tangga dan menuju ruang makan dengan wajah yang terlihat lebih segar. Manik mata kelabunya mendapati beberapa iris sandwich dengan berbagai macam isian yang sudah ibunya siapkan.
Alastair mengerenyitkan dahinya saat mendapati ada yang kurang dari menu sarapannya pagi ini. Ia mendecak pelan saat tidak mendapati cangkir berisi cairan hitam pekat yang harus ia minum setiap pagi.
Sang tuan lalu melangkahkan kaki jenjangnya ke arah dapur untuk membuat segelas kopi. Seorang Alastair Rowan Jung sepertinya tidak akan bisa berfungsi dengan baik jika ia belum meneguk cairan mengandung kafein tersebut.
Selesai membuat secangkir kopi hitam, sang tuan lalu duduk dan mengambil dua potong sandwich berisi ham dan telur. Ia menikmati sarapannya sambil berpikir apa yang harus ia lakukan hari ini.
'Hmmm... sebaiknya aku mulai mencari buku yang diinginkan Damian hari ini. Sepertinya ada toko buku yang khusus menjual buku dengan terjemahan Bahasa Inggris di dekat sini. ' pikir Alastair sambil meneguk kopinya hingga tandas.
๏ธSetelah menyelesaikan sarapannya, Alastair bergegas mengganti pakaiannya dengan kemeja putih, celana pendek berwarna navy, dan sepasang sneakers berwarna putih. Puas dengan penampilannya, Alastair mengambil kunci mobil dan melangkah menuju garasi.
โโโโ โข โข โข
Sekitar dua puluh menit menempuh perjalanan, Alastair memarkirkan mobilnya tak tak jauh dari toko buku yang menjadi tujuannya.
Lampu tanda pejalan kaki berubah menjadi hijau, sang tuan melangkahkan kakinya ke arah bangunan toko dengan tulisan 'The Munich Readery' pada jendela kacanya. Suara lonceng terdengar saat sang tuan mendorong pintu masuk toko.
"Willkommen, Meine Herr. " sapa seorang pria paruh baya yang duduk di meja kasir dekat dengan pintu masuk. Alastair membalas sapaan tersebut dengan seulas senyum. Manik kelabunya menelusuri seluruh penjuru ruangan.
Toko tersebut tidak terlalu ramai, terlihat beberapa pengunjung yang sedang memilih dan melihat buku yang berada di rak-rak tinggi yang ditata dengan begitu rapi. Suara halus musik klasik terdengar sayup-sayup, memberikan kesan nyaman.
Karena sepertinya toko buku ini lumayan luas Alastair lalu memutukan untuk bertanya kepada sang pria paruh baya,
"Auf welcher Regalseite finde ich Bรผcher zur Literaturpsychologie?. "
( Di rak sebelah mana saya bisa menemukan buku tentang sastra-psikologi? )
"Oh, Anda bisa menemukannya di lorong terakhir di bagian sebelah kanan. Jika Anda tidak bisa menemukannya, Anda bisa meminta tolong pegawai saya yang berada di sana. " jawab sang pria paruh baya yang sepertinya adalah pemilik toko dalam bahasa Jerman.
"Danke. "
( Terima kasih )
Sang tuan dengan surai kecoklatan itu lalu melangkahkan kakinya ke arah rak buku di bagian paling belakang. Ia menghela nafas lega saat menemukan rak berisikan buku yang dicarinya.
Manik mata kelabu Alastair berbinar saat mendapat buku yang dicari Damian, ia lalu mengambil buku tersebut untuk mengecek kondisinya. Seulas senyum puas terukir di bibirnya.
Toko buku ini memang khusus menjual buku-buku bekas, ini lah kenapa harganya bisa jauh lebih murah. Selain itu terkadang Alastair bisa menemukan buku-buku lama yang sudah sangat sulit ditemukan. Untuk kualitasnya buku-buku di sini masih terlihat sangat apik dan terawat.
Sang tuan memutuskan untuk melihat-lihat buku yang lain, siapa tau ia akan menemukan buku yang menarik. Jemarinya menelusuri beberapa buku yang ditata sesuai abjad, memudahkan pengunjung untuk menemukan buku yang sedang dicari.
Alastair menaikkan satu alisnya saat mendapati sebuah buku bersampul kulit berwarna merah ada di dalam deretan buku pada rak. Meski buku tersebut tampak tua, namun kondisinya masih sangat baik. Judul buku tersebut sudah tak asing bagi tuan.
'The Red Book by Carl Gustav Jung : Liber Novus. '
Saat Alastair hendak mengambil buku berwarna merah tersebut, tanpa sengaja jemarinya menyentuh jemari seseorang yang juga ingin mengambil buku tersebut. Alastair yang cukup terkejut sontak menoleh mengucapkan,
"Entschuldigung. "
( Maaf )
Manik mata kelabu Alastair mendapati seorang puan Asia yang juga sedang menatapnya dengan tatapan terkejut. Rambut sang puan yang dicepol dua mengingatkan Alastair pada karkater kartun seorang gadis Cina benama Pucca.
"Sorry!" ucap sang puan sambil tersenyum. Senyum cerah yang terlukis di bibir tipisnya membuat wajahnya semakin terlihat rupawan.
Keduanya hanya menatap satu sama lain selama beberapa detik, seperti sedang mengamati satu sama lain. Suara tawa kecil yang keluar dari bibir Alastair memecah suasana canggung di antara mereka bedua. Sang tuan mengulurkan tangannya untuk mengambil buku bersampul merah.
โMรถchten Sie dieses Buch kaufen?โ tanya Alastair. Sang puan tampaknya tak mengerti dengan kalimat yang diucapkan Alastair. โDo you want to buy this book?โ Alastair kembali mengulang pertanyaannya dalam Bahasa Inggris. โIf yes, you can have it since I just want to take a look and not going to buy it. โ lanjutnya sambil mengulurkan buku yang ada di tangannya pada sang puan.
"Uhm... yes?" jawab sang puan ragu sambil menatap Alastair dan buku yang berada digenggaman sang tuan bergantian.
"I can see you are hesitant to buy this book. " ujar Alastair sambil tersenyum.
"People said this book is not easy to read, that's why I'm not sure to buy it or not. " jawab sang puan sambil tersenyum tipis. Alastair menganggukkan kepalanya mengerti. Bagaimana pun buku ini tidak lah mudah dibaca, ia sendiri menghabiskan waktu yang cukup lama untuk membaca dan memahami keseluruhan isinya.
"Do you like to read Jung's work?" tanya Alastair penasaran.
"Yes! I'm starting to find the book related with his work after I read Memories, Dreams, Reflections. Itโs a good book!" jawab sang puan dengan mata berbinar.
Senyum Alastair semakin lebar saat mengetahui bahwa ia bisa tanpa sengaja bertemu dengan seseorang yang menyukai karya Carl Jung seperti dirinya. Terlebih kini tidak banyak generasi muda yang tertarik dengan buku-buku seperti ini.
"I already read both version of this book, this one and the reader's edition. The reader's edition has better explanation, so the reader will easier to understand Jung's theory. I think you better buy the reader's edition. " jelas Alastair.
Sang tuan lalu mengalihkan tatapannya pada deretan buku pada rak di depannya, mencari buku yang ia maksud. Jemarinya lalu mengambil sebuah buku bersambul merah lain dan mengulurkan buku tersebut pada sang puan.
Tawa kecil sang tuan yang dengan susah payah ia tahan hampir terlepas dari bibirnya saat melihat sang puan kini menatapnya kedua mata kelabunya dengan tatapan terpaku.
Kenapa gadis ini tampak begitu terkejut mendengar perkataan Alastair?
Sekian detik tak juga mendapatkan respon dari sang puan, Alastair menaikkan sebelah alisnya dengan heran.
"You don't want this book?" tanya Alastair sambil menahan senyum. Sang puan mengedipkan matanya lalu tersenyum malu, kedua pipinya merona merah.
"I-I want it. " ujar sang puan dengan suara pelan sambil meraih buku yang diulurkan oleh sang tuan. "Sorry, I'm just little surprised when you tell me that you already read both version. " lanjutnya sambil terkekeh pelan.
"Well, Carl Jung is one of famous figures in psychology field, as famous as Sigmund Freud if you ever hear his name. It just natural for me to read his works since I'm working on the same field. " jelas Alastair sambil mengembalikan buku lain yang masih ia pegang ke tempatnya semula.
"So, are you..... ?"
"A clinical psychologist. It's my job. " jawab Alastair sambil tersenyum.
"Oh, wow... " ujar sang puan dengan tatapan takjub, Alastair dapat melihat kilatan pada kedua manik matanya yang berwarna kecoklatan. Sang puan menganggukan kepalanya akhirnya mengerti. Namun tiba-tiba suara terkesiap terlepas dari bibir mungilnya, seperti teringat sesuatu. Buru-buru dilihatnya jam tangan yang melingkar di tangannya.
"Anyway, thank you for helping me with the book. I need to go now or my mom will scold me because I'm late to have lunch with her. Bye bye!" ujar sang puan sambil melambaikan tangannya.
"It's my pleasure. Bye bye... " balas Alastair sambil melambaikan tangannya.
Senyum Alastair perlahan memudar saat sosok sang puan mulai menghilang dari pandangannya. Sayang sekali ia tidak bisa mengobrol mengenai karya Jung lebih jauh.
Sang tuan lalu memutuskan untuk melanjutkan melihat-lihat koleksi yang ada di toko buku tersebut. Senyum kembali terukir di bibirnya saat berhasil menemukan beberapa buku menarik.
Puas dengan buku-buku yang ia dapat, sang tuan lalu melangkah kakinya ke arah meja kasir untuk membayar buku-buku yang hendak di belinya.
Suara lonceng kembali terdengar saat sang melangkah eluar dengan paper bag berisikan beberapa buku di tangannya. Ia lalu mengangkat kepalanya dan memejamkan matanya perlahan, menikmati sinar matahari yang menyinari tubuhnya.
Hari ini terasa begitu menyenangkan bagi sang tuan karena ia berhasil mendapatkan buku yang diinginkan sahabatnya, berhasil membeli beberapa buku menarik untuk dibaca, dan tanpa sengaja bertemu dengan orang baru yang cukup menarik.
Sang tuan mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia lalu membuka matanya dengan senyum yang terukir di bibirnya. Kaki jenjangnya kembali melangkah menuju tempat di mana mobilnya terparkir. Ia akan berjalan-jalan sebentar sebelum mencari makan siang. ๏ธ
๏ธ
โโโโโโ๐๐๐
Written by #๐๐จฬ๐ซ๐๐๐ง๏ธ
๏ธ
0 notes
Text
MOMโS PLAN
Saturday ; June 19, 2021ใ
ค|ใ
ค08.00 PM
ใ
ค ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐
๐๐๐๐๐'๐ ๐๐๐๐๐
๐ Bogenhausen, Mรผnchen, Germany
Alunan denting piano memenuhi ruangan di mana sepasang ibu dan anak laki-laki kesayangannya sedang menikmati segelas wine. Keduanya sudah lama tidak bertemu, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Tak terasa sudah hampir satu setengah tahun putra kesayangannya yang ia beri nama Alastair itu enggan pulang ke rumah. Terlebih karena terpisah di negara dan benua yang berbeda lah yang membuat mereka semakin sulit untuk bertemu.
"Ma, malam ini apa mama akan kembali ke rumah sakit?" tanya sang tuan kepada sang ibu.
"Nope! Hari ini mama mau nemenin kamu dulu. " jawab sang ibu sambil memutar gelas wine-nya perlahan, seperti sedang berpikir.
"Alastair... " panggil sang ibu setelah menghirup nafas dalam-dalam. Ia menatap putranya dengan tatapan serius. "Sebenernya ada yang ingin mama bicarakan mengenai kepulaganmu kali ini. "
Mendengar nada serius dari sang ibu, sang tuan mendogak dengan tatapan penasaran. Karena kesibukan ibunya yang berprofesi sebagai seorang dokter, Alastair harus menunggu seminggu lebih untuk mengetahui alasan kenapa ia didesak untuk pulang ke Jerman oleh ibunya.
"Al, sekitar bulan lalu mama bertemu dengan teman lama yang sudah tidak bertemu selama bertahun-tahun. Apa kamu masih ingat dengan Aunty Zhang? Mama bertemu dengan keluarga Aunty Zhang! Kebetulan keluarga mereka ada urusan pekerjaan di sini. " ujar sang ibu.
Aunty Zhang ?
Alastair berusaha menggali ingatannya, mencoba mengingat siapa orang yang dimaksud ibunya. Namun nihil, Alastair sama sekali tidak bisa mengingatnya.
"Tsk... sepertinya kamu tidak bisa mengingatnya. " decak ibunya pelan lalu menyesap kembali wine-nya. "Dulu saat kita masih tinggal di Wolfsburg ada satu keluarga keturunan China yang tinggal di sebelah rumah kita, mereka adalah keluarga Aunty Zhang. "
"Ma, kita tinggal di Wolfsburg hanya sampai umurku 3 tahun. Bagaimana bisa aku mengingatnya. " ujar Alastair tidak habis pikir.
"Tsk... padahal dulu kamu manja sekali dengan Aunty Zhang. " decak ibunya sambil mendengus, membuat Alastair menggelengkan kepalanya.
"Ma, kita tinggal di Wolfsburg hanya sampai umurku 3 tahun. Bagaimana bisa aku mengingatnya. " ujar Alastair tidak habis pikir.
"Tsk... padahal dulu kamu manja sekali dengan Aunty Zhang. " decak ibunya sambil mendengus, membuat Alastair menggelengkan kepalanya. "Lalu bagaimana kabar mereka?" tanya Alastair sambil tersenyum.
"Kabar mereka baik-baik saja. Mama senang sekali bisa bertemu lagi dengan mereka. Mereka akan berada di sini sampai bulan September sebelum kembali ke China. " jawab sang ibu.
"Mama ingin kamu menemani mama untuk bertemu lagi dengan mereka minggu depan, dengan begitu kamu bisa bertemu dengan Raine, putri keluarga Zhang. Ugh... gadis itu cantik sekali, siapa tau kamu bisa cocok dengannya, lalu dengan begitu mama akan mendapatkan menantu idamโ"
Alastair hampir tersedak saat mendengar rentetan kalimat yang keluar dari bibir ibunya
"Huh? Wait..., wait..., what?!" Alastair yang tiba-tiba memotong perkataan ibunya membuat sang ibu seketika mengatupkan bibirnya. "Raine? Menantu?" ujar Alastair bingung.
"Raine Selena Zhang, Zhang Ying Yue adalah putri tunggal keluarga Aunty Zhang. Usianya hanya terpaut lebih muda 3 tahun darimu. Ia adalah seorang fashion designer dan juga seorang model sepertimu. " jelas sang ibu sambil kembali menatap lekat putranya.
"Raine akan mengembangkan bisnisnya tahun ini di Indonesia dan ia tidak memiliki saudara yang bisa menjaganya. Mengingat kamu yang tinggal di sana, mama pikir kamu bisa sedikit membantunya saat ia tinggal di sana. Setidaknya Aunty Zhang tidak akan terlalu khawatir. "
Alastair memejamkan kedua matanya, kepalanya seketika terasa sakit. Ia sudah bisa menebak akemana arah pembicaraan ibunya.
"๏ธWell... Raine belum memiliki kekasih dan kamu pun belum memiliki kekasih bukan? Inilah kenapa mama dan Aunty Zhang berniat mengenalkan kalian. "
Melihat putranya yang hanya terdiam dan tidak mengatakan sepatah kata pun, membuat sang ibu semakin cemas.
"Al, mama semakin tua. Umurmu pun semakin bertambah setiap tahunnya. Mama rasa sudah saatnya kamu mencari pendamping hidup. " bujuk sang ibu. "Kamu tinggal begitu jauh dari mama, hal ini sering membuat mama khawatir. Setidaknya dengan kau yang memiliki calon pendamping, mama akan lebih tenang. " suara lirih sang ibu membuat Alastair menghela nafas.
Sepasang ibu dan anak itu sama-sama terdiam, bergelut dengan pikirannya masing-masing. Dua gelas yang tadinya berisikan cairan berwarna merah keunguan kini terlihat kosong.
Seiring dengan berjalannya waktu, sang ibu mulai merasa bersalah karena tanpa sadar memberikan tekanan yang cukup besar pada putra satu-satunya. Sementara Alastair mulai kehabisan akal untuk berkelit dari rencana yang sudah dibuat oleh ibunya.
Suara gesekan kursi dengan lantai akhirnya berhasil memecah keheningan yang semakin terasa menyesakkan, Alastair beranjak dari duduknya.
"Aku tidak bisa memberikan jawabanku sekarang, Ma. Aku butuh waktu untuk memikirkannya terlebih dahulu. " ujar Alastair. "Sudah larut malam, sebaiknya kita pergi tidur sekarang. Gute nacht, schlaf gut. " lanjut Alastair sambil melangkah keluar dari ruang makan dan menuju ke lantai atas di mana kamarnya berada.
โโโโโโ๐๐๐
Written by #๐๐จฬ๐ซ๐๐๐ง
๏ธ
0 notes
Text
THE CALL
Thursday ; June 09, 2021ใ
ค|ใ
ค08.00 PM
ใ
ค ๐โ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐
๐ South Jakarta, Jakarta, Indonesia
Jemari sang tuan menari-nari di atas keyboard laptop yang ada di depannya. Sesekali ia membenahi letak kacamata yang membingkai wajah tampannya.
Dahinya mengerenyit dan dengan cepat manik matanya beralih dari layar laptop ke arah buku dan kertas yang berserakan si meja kerjanya. Sang tuan lalu menenggak secangkir kopi dingin yang hampir tandas.
๏ธSudah berjam-jam sang tuan sama sekali tak beranjak dari tempatnya, fokus berkutat dengan laporan-laporan yang harus segera ia selesaikan malam ini juga. Namun, sayangnya konsentrasi nya terpecah saat suara dering ponsel berhasil memecah keheningan.
๏ธSang tuan sontak menghentikan seluruh kegiatan yang ia lakukan untuk melihat siapa yang meneleponnya. Satu alisnya terangkat saat mendapati nama yang tertera pada layar ponselnya.ย Dengan cepat ditekannya tombol hijau untuk menjawab panggilan telepon dari nyonya besar yang tak lain dan tak bukan adalah ibu sang tuan.
๏ธ"Hello, Ma. " sapa Alastair sambil menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya.
๏ธ"Hello, Al. Bagaimana kabarmu?" sapa seorang puan di seberang telepon yang membuat sang tuan tersenyum.
"Aku baik-baik saja, Ma. Sepertinya Mama juga baik-baik saja. " ujar sang tuan yang diiringi suara kekehan sang puan.
๏ธMendengar suara kekehan ibunya, senyum Alastair semakin lebar. Sepertinya ibunya memiliki suasana yang baik hari ini.
"Ada perlu apa, meneleponku?" tanya Alastair sambil membereskan beberapa kertas yang ada di mejanya.
๏ธ"Hei, tidak bolehkan mamamu ini menelepon anaknya yang ada di belahan dunia lain hanya untuk sekedar menanyakan kabar?" gerutu sang ibu membuat Alastair menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ma, aku baru saja menelepon mama tadi siang. "
๏ธ"Ugh, anggap saja Mama lupa menyampaikan hal penting tadi siang. " Alastair dapat mendengar suara gugup ibunya di seberang telepon.
"Hal penting apa?" tanya Alastair mengerutkan dahinya.
"Jika kau ingin mengetahuinya, Mama minta kamu pulang ke Jerman minggu ini. "
๏ธMendengar kata pulang dan Jerman dalam satu kalimat yang keluar dari bibir ibunya, kerutan di dahi Alastair semakin dalam.
"Huh? Kenapa aku harus pulang, Ma? Tidak bisa kah memberitahuku sekarang?"
"Nope. Kau harus pulang ke sini dan melihatnya sendiri. " jawab ibunya.
"Tapi aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku di sini begitu saja. " protes Alastair membuat ibunya menghela nafas kasar.
๏ธ"Al, kamu sudah lama sekali tidak pulang. Kapan terakhir kali kamu pulang? Satu setengah tahun yang lalu? Lalu, jangan lupakan bahwa kamu sempat ke Italy bulan lalu tapi tidak mencoba pulang ke sini menjenguk Mama. " ujar sang ibu panjang lebar.
๏ธ"Al, Mama tau kamu sangat mencintai pekerjaanmu. Mama tau kamu sibuk. Tapi, kamu juga harus tau bahwa Mama sudah senakin tua dan anak Mama cuma kamu. " nada sedih dari sang ibu membuat Alastair menghela nafas. Sepertinya ibunya memang benar-benar merindukannya.
"Baiklah, aku akan pulang minggu ini. Tapi, berikan aku waktu untuk membereskan pekerjaanku di sini terlebih dahulu. Aku janji akhir minggu ini aku sudah ada di rumah. " ujar Alastair mengalah.
๏ธ"Terima kasih, Al! Sampai jumpa!"
Sambungan telepon yang tiba-tiba terputus begitu saja membuat Alastair kembali mengerutkan dahinya. Ditatapnya layar ponselnya cukup lama, berusaha mencerna sikap ganjil ibunya.
โโโโโโโโ๐๐๐
Written by #๐๐จฬ๐ซ๐๐๐ง
๏ธ
0 notes
Text
Alastair Rowan Jung
BACKGROUND STORY
๐๐น๐ฎ๐๐๐ฎ๐ถ๐ฟ ๐ฅ๐ผ๐๐ฎ๐ป ๐๐๐ป๐ด, lahir di kota Wolfsburg, Jerman saat bulan Agustus tahun 1995. Ia lahir dengan kulit putih, rambut kecoklatan, dan mata kelabu. Wajahnya perpaduan antara dua ras dari barat dan timur. Bayi laki-laki mungil itu lahir dari dua pasangan suami istri yang berprofesi sebagai dokter. Kedua orang tuanya bertemu saat ibu Alastair menempuh pendidikan di salah satu universitas di Jerman hingga akhirnya jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah pada tahun 1992.
Ayahnya yang berkebangsaan Jerman lahir dari keluarga dokter dan kini merupakan salah satu dokter bedah ternama di Jerman. Sementara Ibunya yang memiliki darah Asia (Indonesia-China) dan lahir dari keluarga pebisnis ulung. Namun, alih-alih menjadi penerus bisnis turun-temurun seperti kebanyakan anggota keluarganya yang lain, wanita tangguh itu lebih mengejar impiannya sebagai dokter kandungan.
Sejak kecil Alastair kecil mejadi sangat familiar dengan kesibukan kedua orang tuanya. Memiliki orang tua yang berprofesi sebagai dokter membuat Alastair berteman baik dengan rasa kesepian sejak kecil. Di antara kedua orang tuanya, ia lebih dekat dengan ibunya. Namun dibandingkan dengan orang tuanya, Alastair lebih dekat dengan kakek dan neneknya dari pihak ayahnya karena mereka lah yang lebih banyak mengasuh Alastair sejak kecil.
Banyak orang yang beranggapan bahwa Alastair memiliki keluarga dan masa depan yang sempurna. Background keluarga yang cemerlang dengan prestasi yang cemerlang pula. Mereka berpikir bahwa kelak Alastair juga akan seperti kedua orang tuanya, menjadi seorang dokter.
Sayangnya kehidupannya tidak sesempurna yang dilihat banyak orang, pun jalan hidup yang ia pilih. Kehidupannya penuh liku dan luka. Setiap keputusan yang diambilnya selalu berkaitan dengan banyak peristiwa di sepanjang kisah hidupnya.
Saat berumur 15 tahun ia mendapati ayahnya berselingkuh dengan salah seorang wanita. Wanita yang merupakan asistenny dan juga juniornya. Selama bertahun-tahun Alastair menyembunyikan hal tersebut, karena tidak ingin ibunya terluka dan keluarganya hancur. Hal ini yang membuat Alastair semakin menutup diri dan semakin jarang berbicara dengan kedua orang tuanya.
Saat berumur 17 tahun, Alastair memutuskan untuk membongkar kedok perselingkuhan ayahnya karena sudah muak dan lelah harus terus berpura-pura. Hal yang lebih membuatnya syok adalah ternyata ibunya sudah mengetahui perselingkuhan suaminya, namun memilih diam karena ingin memberikan keluarga yang lengkap untuk Alastair. Mengetahui hal ini membuat dunia Alastair hancur, karena ibunya harus menderita selama bertahun-tahun. Saat itu ia benar-benar membenci ayahnya dan memaksa ibunya untuk membawanya pergi ke tanah kelahirannya, Indonesia. Di tanah ibu pertiwi ini lah dia bertemu dengan seseorang yang membuatnya memilih jalan hidupnya yang sekarang.
Meski ia tahu ayahnya menyesal dan memutuskan untuk mengakhiri semua hubungannya dengan mantan selingkuhannya, butuh waktu yang cukup lama baginya untuk benar-benar memaafkannya. Kisah kedua orang tuanya memberikan dampak yang cukup besar untuknya. Ia masih cukup takut untuk menjalin hubungan spesial dengan orang lain hingga sekarang. Perselingkuhan dan penghianatan yang dilakukan ayahnya meninggalkan bekas luka dalam pada diri Alastair.
โโโโโโ Written by #๐๐จฬ๐ซ๐๐๐ง (@shadowalxers)
๏ธ
0 notes