#Tua amat gua
Explore tagged Tumblr posts
Text
[16/04/24]
Officially turned 15 ....
Have a simple art ig
19 notes
·
View notes
Text
Saat jd anak gua berusaha sebaik mungkin sebagai seorang anak karna buat gua perasaan org tua itu penentu arah hidup gua. Walaupun boong amat gua gapernah kesel atau gimana tp karna prinsip gua itu mungkin yg jd alasan gua ada di titik ini skrng yg banyak alhamdulillahnya
Dan skrng sebagai seorang istri tentu aja gua jg selalu ngelakuin yg terbaik sebisa gua, entah knp gua merasakan suatu hal magic yg terjadi akhir2 ini. Setiap fakhri bikin gua sedih pasti ada hal yg terjadi sm dia, aneh2 macem2
Gua ngerasa ajaib bgt yaa seorang istri tuh
0 notes
Text
BUNGA YANG HAMPIR MATI.
️️ ️️
⚠ PERINGATAN : ADEGAN KEKERASAN, BERBICARA TIDAK SENONOH, DIPERUNTUKKAN UNTUK 18+. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA YA!
️️ ️️
Ia itu bagaikan bunga yang sudah layu pasca meninggalnya Ibu pada tahun 2018 lalu. Terbiasa tersenyum palsu dengan kebahagiaan yang semu. Rasanya hendak mengadu kepada Ibu seraya mendamba rengkuhan hangat yang menggebu.
️️ ️️
TAHUN 2018.
Kasmirah sudah meninggalkan keluarga lebih dulu ke pangkuan Tuhan. Penyebab meninggalnya Kasmirah dikarenakan alami kelelahan luar biasa. Tubuh ringkih wanita tersebut tidak mampu lagi untuk mencari nafkah demi keluarga kecilnya. Keluarga ini bukan dari kalangan atas, namun kalangan bawah memiliki anak satu-satunya yang amat dekat dengan Ibunda. Ia, Kahwa Narain.
Semenjak kepergian Kasmirah, ia merasa adanya kekosongan di dalam hunian. Keadaan mulai berubah tatkala Najandra kerap pulang larut dalam keadaan mabuk. Banyak melantur soal kepergian Kasmirah bahwa penyebabnya adalah ia. Kahwa merasa Ayahanda tidak betul-betul berujar demikian kausa dipengaruhi oleh alkohol.
Namun, merasa bahwa ucap tersebut senyata-nyatanya ditujukan padanya. Bagai pungkur terhantam oleh sesuatu yang berat dan berakhir menyakitkan.
“Mulai sekarang, jangan minta uang lagi. Gua ogah nafkahi lu ya. Soalnya lu penyebab kematian istri gua. Lu cuma ngerepotin Kasmirah dan jadi beban. Sekarang, lu makan atau apapun sendiri.”
“Tapi, yah. Tugas ayah kan nafkahi keluarga.”
“DIBILANGIN MALAH NGELAWAN!”
PLAKK.
Tangan besar Najandra kali pertama melayang di pipi anak dara satu-satunya yang mestinya dirawat dengan baik. Kausa, usianya sedang berada pada tahap remaja yang membutuhkan figur orang tua yang baik. Ia menangis sejadi-jadinya.
Semenjak kejadian malam itu, Kahwa dalam beberapa hari selanjutnya makan seadanya dengan uang simpanan mulai menipis. Najandra benar-benar tidak memberikan ia sepeserpun. Mau tidak mau, ia mencari pekerjaan untuk uang makan harian. Ia dapati pekerjaan untuk berjualan makanan di sekolah. Ibu warung dekat huniannya menolong ia dari neraka yang mulai dipijak.
️️ ️️
Tatkala naik kelas, ia berhasil membeli barang-barang kebutuhan sekolah yang baru. Meski untuk tas hanya dapat bekasan dari kawan. Ia sudah berada di tingkat sekolah akhir dan guru BK mengajukan formulir untuk melanjutkan studi ke tingkat selanjutnya. Meragu hendak tanyakan ini pada Najandra, namun ia harus.
“Yah, ini ada formulir dari guru BK untuk gambaran jurusan nanti kuliah. Awa udah sudah isi dan tinggal tanda tangan.”
Lelaki paruh baya itu mengambil selembar kertas, lantas merobek-robek hingga menjadi potongan kecil. Dari raut wajah nampak begitu geram tatkala Kahwa berujar demikian.
Najandra kembali ringan tangan dengan menampar pipi Kahwa sebanyak dua kali. Kemudian, dilanjutkan dengan memukul jisim dara malang ini gunakan sapu lidi. Ia meringis, meminta lelaki tersebut menyudahi kekerasan ini.
Adegan tersebut terasa begitu lamban bagi Kahwa. Tubuh ia sudah seperti hancur lebur dan tulang-tulang tidak lagi pada tempat semestinya. Ia yakin bahwa punggung akan di penuhi gores-gores memerah dan membekas berkat pukulan yang bertubi-tubi datang.
“Eh tolol! Lu udah tau keluarga kita miskin, ‘kan? Ngapain lu kuliah? Ngabisin duit aja. Nanti lu nikah juga kerjanya cuma urus suami, dapur sama ngangkang aja. Minimal sadar diri, goblok! Awas sampai ketahuan lu keterima, habis lu di tangan gua.”
Usai berujar, bajingan ini pergi keluar dari hunian yang meninggalkan anak seorang diri dalam keadaan sakit di sekujur tubuh dan juga hatinya. Sejak hari itu, kejadian kekerasan kerap menimpa Kahwa pada saban hari yang dilakukan Najandra dalam keadaan pengaruh alkohol ataupun sadar.
️️ ️️
️️ ️️
TAHUN 2019.
Berhasil lewati hari yang terasa seperti neraka. Percaya diri kian menurun akibat kejadian tersebut. Meski sudah berusaha, ia memilih ambil langkah aman saja. Kendati, peluang untuk maju dan lari selalu ada.
Contohnya, sewaktu ia ikuti SBMPTN dan keterima pada pilihan pertama. Tidak jadi diambil karena terngiang-ngiang ucapan daripada Najandra. Membuat ia harus relakan angan-angan sedari kecil.
Tatkala sudah lulus sekolah, ia diminta untuk cari pekerjaan. Hal yang sama dilakukan Kasmirah untuk menghidupi pria bajingan ini. Seharusnya sadar bahwa beban dan jadi benalu dalam kehidupan, ya, Najandra? Bukan segalanya dilimpahkan pada anak semata wayang.
Pernah suatu hari, ia kabur dari hunian. Tujuannya ingin bebas dari siksaan dan kungkungan Ayahanda. Namun ia berhasil ditemukan oleh sekawanan anjing-anjing liar Ayahnya. Lagi-lagi darab melayang pada jisim yang mulai ringkih ini dan dapati ancaman bahwa ingin melakukan yang menyebabkan nyawa handai ia melayang bilamana tidak turuti si bajingan.
Belum dapati pekerjaan tetap, ia terus bekerja paruh waktu di manapun dan kapanpun demi hidup, demi si bajingan yang tidak tau diuntung ini. Kahwa sempat berdo'a pada Tuhan agar ia menyusul Ibunda daripada terus menerus rasakan neraka.
️️ ️️
️️ ️️
TAHUN 2020-KINI.
Hampir setahun lamanya, ia akhirnya mendapati pekerjaan meski tidak sesuai diinginkan. Menjadi pengemas pesanan di suatu toko online. Gaji dan jam pekerjaan tidak sepadan. Kendati setahun bekerja ia merasa baik-baik saja. Seperti dapat lingkungan yang lebih baik dibanding di hunian.
Hal tersebut tidak bertahan lama, hingga rumor tentang dirinya menjadi pelakor dalam hubungan rumah tangga salah satu pekerja di gudang. Mulanya memang ia tutup telinga, sampai-sampai terangin-angin ke telinga pemilik toko. Ingin membantah segala tuduhan desas-desus itu, namun tujuan ia bekerja demi uang. Demi ia bertahan hidup pada pahitnya dunia.
Desas-desus dan diamnya ia, menjadi buah petaka dan neraka ke-dua. Pekerjaan yang tidak semestinya ia lakukan, mengharuskan dilakukan. Pekerja yang lain bungkam dan seolah menjauhi ia karena rumor itu. Bahkan, ia kerap dimarahi tidak berdasar. Meski karena pekerjaan, ia selalu merasa pekerjaan yang dilakukan tidak pernah salah sedikitpun.
️️ ️️
Kejadian-kejadian yang dialami menimbulkan trauma pada diri. Ia tidak lagi menjadi sosok penuh percaya diri dan kehilangan arah harus kemana lagi ia melangkah? Lingkup yang toksik sudah menggerayangi ia sejak lama, bahkan hingga tidak mampu untuk mencoba hal baru dan mengembangkan diri. Ia terus berada pada lingkaran yang katanya zona nyaman. Ketakutan ia terhadap bentakan dan tangan yang terangkat. Seolah-olah respon diri entah untuk melindungi atau menutup telinga agar tidak lagi mendengar tutur kasar yang dilayangkan padanya.
Sampai, ia berhasil temukan sebuah komunitas. Berlumang pelanduk di cerang rimba, ia bimbang. Berkat bujukan juga, berhasil melangkah ke tempat baru. Tempat yang membuat ia merasa aman, senang dan hal-hal baik lainnya. Akankah, dengan masuknya ke komunitas ini ia berhasil membuat langkah baru?
️️ ️️
Bunga yang telah layu, kembali segar berkat siraman air baik. Meski tidak secara signifikan, bunga tersebut dipastikan agar lekas membaik.
1 note
·
View note
Text
Happy Birthday To Me
Alhamdulillah masih diberi umur
Sudah tua memang, dan semakin menua 🤣🤣
Tapi it's okey, karena memang aku sudah tua 🤣🤣
Aku sangat amat bersyukur, kehidupan aku dan keluarga semakin membaik. Yang disayangkan adalah tanpa didampingi mama
Ah, 2024 dan aku masih sendiri.
Kadang udah males gitu, takut kecewa lah, dan gua akui standar gua terlalu tinggi. Paling nggak kayak Lee dong Wook nggak sih, atau kayak Arya Khan anaknya Shakhrukh Khan.
Tapi guanya bantet gemuk, wew lah pokoknya hhaa 🤣🤣
Harapan gua cuma satu, semoga Allah selalu memberi gua kesehatan. Bisa terus dampingin adek gua sampai sukses.
Syukur-syukur direvisi dilauhul Mahfudz tentang pertemuan gue sama jodoh gue.
Ya Allah kasihan ini, calon anakku pengen liat emak-bapaknya.
Pokoknya di 2024 ini gua harap gua sukses dunia akhirat dan selalu Heppy
0 notes
Text
Kipu
I cant imagine ternyata gua bisa sesukadan sesayang itu sama kucing!
Dari dulu selalu didoktrin sama orang tua kalau kucing adalah hewan kotor yang bisa menyebarkan virus berbahaya. Aku terpengaruh oleh doktrin tersebut dan ikut membenci kucing sampai akhirnya, tidak jelas kapan, aku mulai menyadari bahwa aku menyukai kucing.
Ada banyak resiko memelihara kucing apalagi kalo yang melihara belum divaksin atau punya daya tahan tubuh yang lemah (ini casenya stray cat ya). Well, kucing ras pun kalau gak bisa rawat dengan baik bakal menimbulkan berbagai macam bibit penyakit.
1. Bertemu
Saat diminta tanteku untuk menjaga rumahnya sembari ia pergi bekerja di luar kota bersama suaminya, aku sudah mengira bahwa keseharianku akan membaik karena didukung oleh lingkungan yang sunyi dan asri, serta asupan makanan yang cukup. Namun ternyata, lebih dari baik dan menarik.
Ketika aku kembali menginjakkan kaki di rumah ini setelah beberapa bulan tidak berkunjung, ada dua ekor kucing -ibu dan anak- yang langganan mampir untuk meminta makanan. Si ibu dan anak kucing selalu menghabiskan waktu untuk beristirahat dan makan disini. Awalnya, aku memberi mereka makan ya karena hanya ingin saja. Si ibu kucing sangat ramah dan suka dielus, dia bahkan sampai berdiri untuk mendapat belaian dari tangan manusia. Si anak......kala itu sangat amat penakut, melihatku saja dia langsung pergi, mendekat hanya ketika ingin makan. Itu juga benar-benar tidak ingin disentuh. Si anak selalu merebut makanan milik ibunya, si ibu pun selalu mengalah.
Sampai pada suatu hari, sang ibu tidak terlihat lagi, mungkin kesal dengan anaknya sendiri. By the way, nama anaknya adalah Kipu.
Setelah ditinggal, Kipu sering mengeong dari balkon bawah seperti sedang memanggil-manggil ibunya, sepertinya dia belum berani meninggalkan rumah ini sendirian. Aku tetap memberinya makanan. Beberapa hari pertama, Kipu masih tidak ingin disentuh. Namun aku tetap berusaha curi-curi celah, hingga akhirnya suatu hari aku dapat menyentuhnya lebih lama di bagian kepala dan langsung kukeluarkan jurus belaian idaman para kucing di bagian kepala dan leher. Awalnya Kipu ragu tapi mau, lama-kelamaan dia memberanikan diri untuk menikmati belaian dan elusanku lebih lama lagi.
2. Dekat
Di kesempatan berikutnya Kipu mulai nyaman berada di sekitarku, bahkan mulai berani menempelkan diri ke kakiku. Kipu mulai menunggu untuk dielus dan sudah berani mengeong lebih keras untuk meminta makanan. Aku pun mulai memasukkan Kipu dalam daftar rutinitas sehari-hari. Frekuensi makan Kipu tidak teratur, tergantung kesediaan makanan. Semakin hari, suara meongnya semakin berkurang, seakan mengerti bahwa aku pasti tidak akan membiarkannya kelaparan. Hanya perlu menunggu dan sabar sebentar, aku pasti akan datang memberinya makanan.
Perilaku Kipu sama seperti kucing pada umumnya, suka pup sembarangan. Kelakuan nakalnya menggerakkanku untuk bekerja extra demi membuatnya nyaman dan membuat rumah ini tidak semakin kotor. Anggap saja latihan sebelum benar-benar memelihara anjing -hewan peliharaan yang aku idam-idamkan-. Lelahku terbayar oleh wajah dan tingkah laku lucunya yang selalu sukses menaikkan kadar dopamin atau endorfin di otak.
3. Heal
Membuat otot-ototku selalu lebih terasa relax ketika sedang tegang. Pantas saja ada penelitian yang menunjukkan bahwa memelihara kucing dapat menurunkan resiko terkena serangan jantung.
Beberapa momen ketika aku dan ibuku sedang bertengkar, atau momen ketika aku sedang overthinking, atau juga ketika sedang memikirkan dosen pembimbing yang sangat amat menyebalkan, seringkali membuat jantungku berdebar dan rasanya benar-benar ingin teriak atau melempar sesuatu. Beberapa kali, tidakan impulsif tersebut batal aku lakukan... karena aku melihat Kipu.
Aku bersyukur kepada Tuhan, ketika aku meminta kepada-Nya seseorang secara fisik yang bisa menemaniku ketika aku sedih, Tuhan kirim Kipu -meskipun dia bukan manusia-. Kipu tidak bisa berbicara atau memberikan tanggapan atas kemarahan dan kesedihanku. Tapi, melakukan sesuatu yang ia suka membuatku lebih teralihkan dan sadar. Suara meongnya yang sangat imut, raut wajahnya yang mengerucut ke depan, serta tingkahnya yang konyol dan sok tahu, nyatanya dapat meredakan debar jantungku.. melihatnya tidur dengan posisi meringkuk, akhirnya meredamkan emosiku.
4. Langkah selanjutnya
Tidak tahu. Saat ini aku tidak benar-benar mengklaim Kipu sebagai kucing peliharaanku. Banyak alasan: aku belum divaksin virus yang bisa timbul dari hewan berbulu, kondisi finansialku yang belum stabil, dan keluarga tidak mendukung. Aku berniat membelikannya kalung, namun kuurungkan niatku karena tidak ingin mengikatnya dalam hubungan resmi. “Sementara, bagaimana kalau kita jalanin dulu saja, ya? seperti ini.” *udah kayak orang lagi fwb-an belum?
Hubungan kami tidak terikat. Aku memberinya makanan setiap hari dan membersihkan pasir pupnya, kemudian Kipu menyenangkanku dengan kelucuannya. Tetap, tidak ada ikatan dalam kegiatan tersebut.
Tapi satu kali, aku menangkap basah ketika Kipu sedang makan di rumah tetangga karena aku belum memberinya makan, aku benar-benar ngambek. Kupikir ternyata sampai situ saja kesetiaannya, setelah itu aku jamin dia tidak akan kembali. Yasudah. Namun nyatanya, dia kembali dan membuatku tidak bisa berlama-lama mengabaikannya. Setelah kejadian tersebut, Kipu tidak pernah makan di tempat lain dan selalu menungguku memberinya makan walaupun harus menunggu berjam-jam.
Jari kelingkingku dan paw-nya ternyata sudah terikat dengan benang tak kasat mata. Aku tidak akan sampai hati meninggalkan atau menelantarkannya. Namun mengingat kondisiku yang sekarang dan tidak tahu sampai kapan aku akan tinggal disini, aku tetap belum akan secara resmi mengklaimnya sebagai hewan peliharaanku. Tapi, Kipu boleh pergi kapanpun apabila sudah menemukan orang yang mau dan mampu merawatnya dengan baik. Jadi, bukan aku yang akan meninggalkannya, melainkan Kipu yang akan meninggalkanku.
Ya, lebih baik begitu.
0 notes
Text
Movie Review #9
Review film walaupun sotoy: Mencuri Raden Saleh (2022)
Film ini nyeritain tentang sekelompok anak muda yang dijebak sm salah 1 org yg punya kekuasaan di pemerintahan. Jadi, mereka terpaksa buat malsuin lukisan penangkapan pangeran diponegoro karya raden saleh yg ada di istana negara dan nuker lukisan yg asli dengan yg palsu.
Gua suka dengan ide ceritanya yang unik karena ngangkat tema pencurian. Dari yang gua tau dan selama ini banyak kita liat biasanya film-film Indo kan banyak bahas tentang drama keluarga, drama cinta2an, horror, kayanya genre2 itu udah berseliweran di mana mana (apalagi yg tayang di bioskop) dan jarang ada yg bawain tema heist ini. hal ini jadi salah satu penyebab yg bikin gua tertarik dan pensaran untuk nonton.
Gua juga seneng karna ada sedikit bagian film yang jelasin sepotong tentang interpretasi lukisannya raden saleh. Emang cuma dikit banget si dan penjelasannya juga umum aja, tapi lumayan bgt asli buat edukasi skaligus jd sarana apresiasi karya seni. At least, yg tadinya gatau ttg tu lukisan ato siapa itu raden saleh jadi tau dan bisa aja jadi kepo trus searching di google, baca2 ttg lukisan itu, liat2 karyanya yang lain atopun karya pelukis indonesia yg lainnya.
Lagi-lagi gua suka dengan adanya karakter yang beragam di film ini, masing2 punya ciri dan gaya khasnya sendiri. Unfortunately, gaada pendalaman karakter yang gimana-gimana. Jadi sayang aja gitu karakter sebegitu unik dan kerennya tp role mereka ga signifikan di film, paling yg dominan cuma piko sama ucup aja. sisanya ya yaudah cuma numpang lewat doang. Fella menarik tp kurang dibahas, Gofar sama Tuktuk juga, padahal mereka kece bgt di sini. Si Ari (Tuktuk) udh ampe belajar ngedrift tp kok di film ga disorot bgt, ujung2nya semuanya nyetir trus spesialnya dia di mana :(
Dari segi cerita, iya sih idenya unik, tapi ga terlalu didalemin gitu. ada beberapa kejadian di film yang bikin bertanya-tanya, pokoknya kayak ada alur yg bolong aja gt, kayak ada yg kuraaaaaaang tapi apa????!?!? (BINGUNG JELASINNYA GMN TP COBA TONTON DEH) Abis itu, gua ngerasa dialognya ada yang ganjel gituu, terlalu cringe dan kaku untuk jadi bahasa yang kita pake di obrolan sehari-hari.
Tapiiii despite segala kelebihan dan kekurangannya, gua mengapresiasi bgt film ini sih. Beberapa hari sebelum nonton filmnya, gua sempet nonton blueprint proses pembuatannya. Gua kagum banget dengan usaha yang dilakuin buat bikin film ini, sumpah. Apalagi ngeliat mereka shooting nabrak-nabrak mobil di SCBD, balapan di kota tua, iqbaal lompat dari atep, aghniny berantem sm orang2 di pesta pake dress + heels!!! gua seneng bgt ngeliat mereka persiapin semuanya dgn mateng dan bener2 kasi effort + put their ideas + creativity + imagination disitu gitu loh. BTW, shotnya juga kece deh gua suka!! BTW lagiii, outfit castnya juga bagus2 dah, enak bgt diliatnya.
Pokoknya, gua ksh tepuk tangan yg banyak buat proses pembuatannya terutama buat bapak angga dwimas sasongko selaku sutradara yang sgt amat passionate dlm mengerjakan film ini. Satu closing statement dia di blueprint yg keren adalah pas dia bilang kurang lebih gini, dia pengen pas mencuri raden saleh udh tayang nanti, kita yg nonton jd punya keyakinan bahwa everything is possible. kita mau bikin karya kyk gimana pun, mau berimajinasi seperti apa pun ya bisa aja kejadian karna sebenernya batesannya ada di diri kita sendiri. VERY INSPIRING!!
Akhir kata, mencuri raden saleh tu tipe film yg cocok ditonton buat hiburan di kala kemumetan duniawi ini. Meskipun emg ada beberapa hal yg kurang realistis dan “membumi”, tapi gua pastiin lo bakal tetep bisa keseret dan nikmatin keseruan filmnya. Pokoknya, mencuri raden saleh cukup ok utk dijadiin patokan kalo mau bikin film sejenis. thxxx bgt buat piko n friendz utk hiburannya, selamat menikmati uang hasil jualan lukisan curian xixixixi
2 notes
·
View notes
Text
Positif
Haduh kenapa? Tbtb kedinginan di kantor kirain karna ac yg emg lg dingin. Pulang naik mrt masih biasa aja masih kuat sampe transit dan pindah naik krl, di krl mulai gakuat badan lemes rasanya mau jatoh ditambah kereta ketahan karna ada gangguan listrik. Sampe akhirnya ada org baik yg ngasih gua duduk, posisi gua yg pegangan sm ring dan kepala yg gua senderin ke lengan mungkin keliatan bgt kalo gua bener2 lemes.
“Duduk mba”
Yg biasanya gua sangat amat nolak dikasih duduk ini gua bener2 langsung duduk setelah bilang makasih.
Gua nangis, gatau apa yg gua tangisin. Mungkin karna lemes bgt dan bersyukur ada org baik atau gua ngerasa bersalah buat org lain berdiri demi gua. Entahlah. Tp rasanya gua gakuat.
Sampe akhirnya gua berhasil sampe rumah dengan keadaan lemes selemes2nya. Gua minta obat ke ibu dan gua tidur. Gaenak, gua meriang kedinginan.
Panas naik turun tanpa lemes yg berkurang selama 2 hari. Hari ke 3 gua putusin buat tes antigen di klinik deket rumah.
Pertama kali gua ngerasain idung colok2, sakit gaenak. Suster tanya
“Untuk keperluan apa mba?”
“Saya sakit, jadi mau tes aja”
Antigen hasilnya galama. Cuma 10menitan.
Gua liat dia lipet surat hasilnya lemes bgt, gua udh sadar hasilnya bakal gmn.
Galama gua dipanggil dan ya hasilnya positif.
Rasanya susah buat nahan tangis, gatau apa yg ditangisin lg. Tp gua sedih bgt.
“Semangat ya mba, pasti sembuh ko. Saya aja bisa”
Gua cuma diem aja, dlm hati “😭😭😭”
Pulang kerumah gua langsung isolasi, kabarin kantor dan ternyata gua harus pcr. Besoknya gua pcr.
Hasilnya sama. Sama2 positif dengan CT 16. Covid bgt yg lg nular2nya. Gua takut bgt ayah ibu kena. Takut bgt.
Disediain segala macem, dilayanin bgt, ditanya mau makan apa dll. Duhh ngerepotin bgt si gua.
Oiya, gejala gua demam, batuk, pilek, sm lemes aja. Gaada ilang rasa atau penciuman.
Tadinya gua kira karna gua udh 2 kali vaksin, gua gaakan terlalu parah. Di awal ya rasanya mirip2 gejala tipes aja gt.
Sampe hari ke 3 dari positif, saturasi gua turun 88. Yg gua tau di bawah 95 aja udh ga ok. Gua sedikit panik tp gua blm ngerasain apa2 soal pernafasan. Gua cuma kasih tau pacar gua aja, gua gatau kalo ternyata itu cukup bikin panik dia. Sampe dia nyariin link untuk peminjaman oksigen. Awalnya gua pikir itu berlebihan tp yaa dengan fakta soal saturasi gua akhirnya ttp pinjem. Setelah gua isi link bbrp jam kemudian oksigen di anter ke rumah.
Masih gapapa. Walaupun saturasi udh jarang di atas 95. Gua ngantuk trus tidur.
Gua kebangun kaget, kaya mimpi buruk atau apa
“Haahhhhhh” bangun kaget langsung duduk
Shock bgt pas narik napas kedua gua sesek. Napas rada sakit dan ga lega. Iya sesek pokonya. Wahh
Dengan kondisi oksigen yg blm kepasang regulator, gua bener2 ngerasa butuh oksigen. Gua coba atur napas dan tenangin diri. Cuma bisa nangis. Sampe gua berhasil dicariin kunci inggris buat ngencengin regulator.
Saat kepasang selang ke idung dan gua mulai atur oksigennya. YaAllah lega bgt.
Hari itu gua banyak nangis. Takut. Liat saturasi makin turun dan mentok di 71. Setiap rasa gaenak gua pasang oksigen. Nangis dan nangis terus.
Gua ganyangka gua bakal ada di kondisi kaya gt hari itu. Hahhh
Kondisi kaya gt berlangsung 2 hari. Gua gabilang orang tua karna takut mereka panik. Gua bersyukur bgt ada oksigen yg gua pikir awalnya gua gabutuh itu. Kalo gaada dia, wah.
Ibu sering bgt vcall buat nanya mau makan apa dan nanya kondisi gua. Setiap angkat telpon gua buru2 lepas selang dan setelah mati gua pasang lg.
Rasanya idung kaya ketusuk.
Udah segitu aja. Sekarang lg dlm masa pemulihan.
Keadaan ini bikin gua sadar ternyata banyak juga ya yg sayang. Harus banyak2 bersyukur🥺🤍
8 notes
·
View notes
Text
Bapa Mertua Ku
Aku seorang isteri muda umur 23 tahun. Sudah 2 tahun aku berkahwin dengan seorang lelaki yang bernama Azman. Azman bekerja sebagai penyelia syarikat dan sentiasa bekerja di berbagai cawangan. Mungkin kerana kesibukannya kami belum lagi dikurnia cahaya mata.
Aku sering keseorangan di rumah. Bapa mertuaku yang tinggal seorang diri sejak kematian ibu mertuaku sering mengunjungi rumahku. Kebiasaannya dia datang semasa suamiku di rumah. Pada suatu petang bapa mertuaku berkunjung semasa Azman pergi outstation.
“Bapa saja nak tengok kaulah Lia, kalau sunyi boleh bapa temankan,” jawab bapa mertuaku.
Selepas makan malam bapa mertuaku berehat di ruang tamu. Waktu itu bapa mertuaku memakai kain sarung saja. Oleh kerana keadaan bilik agak panas kipas angin dipasang laju.
Aku diajaknya berbual-bual. Sebagai menantu yang baik aku melayan bapa mertuaku berbual. Sambil berbual-bual terselak kain bapa mertuaku kerana ditiup angin dari kipas yang laju.
Aku ternampak balak bapa mertuaku terpacak keras di celah paha. Tak kusangka sama sekali..! Dalam hidupku, tak pernah kulihat balak yang sebegitu besar saiznya. Aku hanya biasa melihat balak suamiku yang bersaiz kecil.
Bapa mertuaku buat-buat tak tahu saja. Balak bapa mertuaku nampaknya berada di dalam keadaan yang sungguh tegang. Spontan saja cipapku mengemut dan nafsuku bangkit. Lebih lebih lagi aku baru saja bersih dari haid dan tak sempat didatangi oleh suami ku.
Jika bersama pun suamiku tidak memberi perhatian kepada hubungan kami. Di fikirannya hanya kerja. Terasa mendidih darahku pada waktu itu. Bagai gunung berapi yang siap sedia memuntahkan lahar panasnya.
Aku rasa balak bapa mertuaku jadi tegang sebab dia asyik perhatikan pakaianku. Aku hanya mengenakan pakaian gaun malam tanpa apa-apa pun di dalam, maklumlah cuaca begitu panas.
Sebenarnya telah menjadi kebiasaanku bila mengenakan gaun malam aku tidak memakai bra dan seluar dalam. Memang kebiasaanku bila berada di rumah bersama suamiku.
Aku terlupa bahawa yang bersamaku kali ini adalah mertuaku bukan suamiku. Saiz buah dadaku yang berukuran 36 B sudah pasti telah mencuit hati mertuaku. Patutlah semasa aku menghidangkan makanan, bapa mertua asyik merenung lurah bukit kembarku yang agak terdedah kerana leher gaun yang kupakai agak luas.
Kerana tidak dapat menahan nafsu, aku terus menuju ke bilikku dan meninggalkan bapa mertua di ruang tamu untuk menonton berita perdana di TV. Desakan nafsuku yang meluap-luap itu telah menyebabkan aku terkocoh-kocoh mengejar tilam untuk segera melayan denyutan cipapku.
Setiba di dalam bilik, aku pun menghumbankan badan ke katil dan terus menyelak gaun tidur. Bahagian bawahku terdedah tanpa seurat benang.
Aku mengangkang seluas yang mungkin dan mulalah bermain dengan biji kelentitku. Alangkah bahagianya kalau Azman mempunyai konek besar seperti kepunyaan bapa mertuaku. Aku terus leka dibuai khayalan yang sebegitu rupa.
Sambil menjolok jariku ke dalam gua keramatku aku membayangkan batang balak yang besar berurat-urat sedang keluar masuk menujah taman laranganku. Kupejam mataku sambil melayan imaginasi seksku.
Kurapatkan kedua-dua pahaku dengan jariku masih tetap di dalam lubang cipapku. Kubelai kelentitku dan kuraba-raba mesra. Terasa cairan hangat meleleh keluar membasahi lurah merkahku. Sungguh enak dan lazat kurasa.
Rupa-rupanya pintu bilik ku tadi bukan saja tidak kukunci malahan ianya ternganga luas. Tanpa kusedari, bapa mertuaku telah mengekoriku ke bilik. Ketika aku sedang leka melayani runtunan nafsu, dia dengan jelasnya dapat menonton segala tingkah lakuku.
Berderau darahku melihat bapa mertuaku sedang berdiri di muka pintu. Sesosok tubuh lelaki tua yang berkulit hitam legam sedang bertelanjang bulat di situ. Batang balaknya yang juga hitam legam itu terpacak keras berurat-urat. Bulu-bulu yang sudah mulai memutih kusut masai seperti tak terurus. Tangan kanannya sedang kemas menggenggam balaknya yang sudah keras terpacak.
Aku terkejut dan teramat malu. Aku tergamam hingga aku terlupa bahawa tanganku masih lagi melekat pada mutiara nikmatku.
Bapa mertuaku bertindak pantas meraih kesempatan terhadap aku yang masih terpinga-pinga. Dia terus menerpa dan mencelapak kangkangku yang sudah sedia terbuka luas. Pahaku dipegang kemas hingga aku tak mampu melindungi cipapku.
Mukanya disembam ke taman rahsiaku. Cipapku yang telah basah dijilat-jilat dengan lidahnya. Bibir cipapku yang lembut menjadi sasaran jilatannya. Bila kelentitku yang sememangnya telah tegang dijilatnya aku hanya mampu meraung kesedapan.
Terangkat-angkat punggungku menahan geli dan nikmat. Selama dua tahun kami berkahwin suamiku tak pernah melakukan seperti apa yang mertua aku sedang lakukan.
Suamiku patut belajar dari bapanya cara memuaskan isteri. Mungkin terlalu geram melihat cipap muda berbulu nipis di depannya, mertuaku seperti dirasuk menggomol dan menggosok mukanya ke seluruh cipapku. Habis mukanya berlepotan dengan lendir yang banyak keluar dari cipapku.
Lidahnya makin ganas meneroka lubang cipapku yang mula ternganga menunggu diisi. Gerakan lidah maju mundur dalam lorong nikmatku sungguh sedap. Belum pernah aku merasa senikmat ini. Hanya erangan saja yang keluar dari mulutku.
Gerakan-gerakan ganas pada cipapku membuat aku tak dapat bertahan lagi. Cairan panas tersembur keluar dari cipapku. Aku mengalami orgasme yang pertama. Muka mertuaku makin basah dengan lendir dari cipapku. Aku lemah longlai penuh lazat. Lelaki separuh abad yang berkulit hitam dipanah matahari ini sungguh mahir melayanku.
Badan tuanya masih kelihatan berotot-otot kekar kerana setiap hari beliau menggunakan tulang empat keratnya bersawah. Tenaganya masih kuat dan mampu mengalahkan suamiku, anaknya. Nafsunya juga amat tinggi, mungkin kerana telah bertahun tidak bersama perempuan sejak kematian ibu mertuaku.
Melihat mataku yang kuyu, mertuaku mula merangkak ke atas tubuhku. Badanku dipeluk kemas sementara mulutnya pula telah berjaya menyusukan puting payudara ku. Dinyonyot putingku bergilir-gilir kiri kanan. Aku masih cuba menolak badannya yang berotot keras itu tapi mertuaku lebih tangkas. Kedua tanganku ditekan ke tilam. Aku tak berdaya berbuat apa-apa lagi. Aku hanya mampu meronta melawan kudrat bapa mertuaku yang lebih kuat.
“Bapa, jangan. Saya menantu bapa, isteri anak bapak,” rayuku. “Tak apa, anggap saja bapa suamimu sekarang,” bapa mertuaku bersuara. Bapa mertuaku merapatkan bibir lebamnya ke bibirku. Dihisap dan disedut bibirku yang comel. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Aku pasrah saja menunggu tindakan selanjutnya dari bapa mertuaku. Aku tergeletak pasrah di tilam dengan kakiku terkangkang luas.
“Lia, sudah lama bapak geram pada Lia. Kecantikan dan gerak geri Lia meruntuhkan iman bapa,” bisik mertuaku di telingaku. Aku hanya diam tak bersuara.
Melihat keadaanku yang pasrah tak melawan itu maka bapa mertuaku mula bertindak. Aku terasa ada gerakan-gerakan di celah kangkangku. Cipapku terasa disondol-sondol oleh satu benda bulat. Benda bulat keras bergerak pantas di celah alur cipapku yang telah basah dari tadi.
Tiba-tiba benda bulat panjang mula terbenam ke dalam rongga cipapku. Bapa mertuaku mula menghayunkan pinggulnya maju mundur. Mertuaku menggunakan segala pengalamannya bagi menakluk menantunya yang masih muda dan bertenaga.
Jika kekuatan tenaga yang diadu mungkin dia akan dahulu menyerah kerana itu mertuaku mengguna segala muslihat dan pengalaman yang dipunyainya. Ibarat pendekar tua yang banyak ilmu yang sedang bertarung dengan pendekar muda yang penuh bertenaga. Hanya dengan taktik dan teknik yang ampuh saja mampu mengalah pendekar muda yang banyak tenaga.
Bapa mertuaku hanya memasukkan separuh saja balaknya ke dalam cipapku. Dilakukan gerakan maju mundur dengan cepat sekali. Sungguh cepat dan laju hingga aku terasa sensasi nikmat yang amat sangat. Aku rasa G-spot ku diteroka dengan penuh kepakaran oleh mertuaku. Hanya erangan demi erangan saja yang keluar dari mulutku. Aku tak mampu berfikir lagi. Otakku kosong, yang aku rasa hanya nikmat semata-mata.
Selepas lima minit mertuaku mula menekan perlahan balaknya yang keras itu. Akhirnya seluruh batang balaknya terbenam dalam lubang cipapku. Terbeliak mataku menerima balak besar dan panjang. Terasa senak diperutku dihentak oleh balak bapa mertuaku.
Suamiku tak pernah mampu meneroka sedalam ini. Aku cuba menyesuaikan diri dengan balak besar hingga perasaan nikmat dan lazat bertambah-tambah menyelinap ke seluruh urat sarafku.
“Lubang Lia sungguh sempit, padat rasanya. Belum pernah bapa rasa lubang ketat macam ni,” puji bapa mertuaku. Aku hanya tersenyum mendengar pujian mertuaku. Aku tak pasti pujian itu ikhlas atau hanya pujian palsu lelaki yang sedang dikuasi nafsu.
Mula merasai lubang cipapku yang sempit dan hangat, bapa mertuaku mulalah menghenjutku dengan rakus. Dari gelagat keganasannya itu jelaslah bahawa selama ini dia memang geram terhadap diriku. Apalagi ibu mertuaku telah lama meninggal.
Sudah lama bapa mertuaku berpuasa hubungan kelamin. Dendam nafsu yang ditanggung selama ini dilampiaskan sepuas-puasnya pada diriku yang masih muda dan solid.
Akalku cuba menafikan tetapi nafsuku tak dapat menolak akan kehebatan bapa mertuaku. Balaknya yang besar dan berurat-urat itu memberi kenikmatan berganda berbanding zakar suamiku yang kecil. Biar otakku menolak tapi cipapku mengalu-alu kehadiran batang besar dan panjang.
Kehadirannya di dalam perutku amat ketara kurasakan. Malahan kesan penangan yang sebegitulah yang selama ini aku dambakan. Gerakan kasar dan penuh penguasaan seperti inilah yang amat aku berahikan. Semakin lama semakin pasrah aku zahir dan batin.
Bagi menyeimbangkan perlawanan maka aku mula mengurut dan mengemut batang besar mertuaku. Otot-otot cipapku meramas secara berirama balak yang terbenam dalam terowong nikmatku. Aku ayak-ayak punggungku bagi menambahkan lagi kenikmatan bersama.
“Lubang Lia hangatlah. Lia padai kemut, sedaplah Lia,” mertuaku memujiku lagi. Seluruh jiwa ragaku mulai kecundang terhadap tuntutan nafsu yang maha sedap itu.
Tanpa segan silu mulutku tak putus-putus merengek dan mengerang. Aku mengaku akan kehebatan bapa mertuaku. Tiada lagi rasa berdosa dan penyesalan. Nikmat dan lazat saja yang kurasai waktu ini.
“Bapa sedaplah, laju lagi pak,” tanpa sadar aku bersuara. Mendengar suara rengekanku meminta maka makin laju bapa mertuaku mengerjakanku. Badanku dirangkul kemas, bukit kembarku diramas dan dihisap.
Ladangku yang subur dibajak sejadi-jadinya oleh mertuaku. Kehebatannya mengalahkan suamiku yang juga anaknya sendiri. Kesuburan ladangku dapat dirasai mertuaku. Digemburnya ladangku sepuas-puasnya. Jelaslah bahawa suamiku sendiri gagal menandingi kemampuan bapanya. Mungkin sebab itulah dia gagal menghamilkan aku.
Dinding cipapku digeser-geser oleh kepala dan batang mertuaku. Otot-otot cipapku menjerut rapat batang besar. Terasa seperti melekat dinding cipapku dengan balak mertuaku. Bila ditarik balaknya aku rasa seperti isi cipapku turut sama keluar. Aku menggelupur kesedapan. Aku seperti melayang di kayangan. Otot-otot badanku menjadi kejang, kakiku mendakap erat badan mertuaku dan tanganku mencakar-cakar belakang bapa mertuaku kerana teramat nikmat. Akhirnya mencurah-curah air nikmatku menyirami kepala konek mertuaku. Aku lesu kelemasan.
“Bapa hebat, Azman tak sehebat Bapa,” aku memuji kemampuan mertuaku.
Setelah cukup rata membajak, bapa mertuaku pun mulalah menyemburkan benih zuriatnya ke dalam rahimku. Terbeliak biji mataku menikmati kesedapan setiap pancutan yang dilakukannya. Kepanasan cecair benih lelaki tua disambut dengan ledakan nafsuku sendiri. Menggeletar seluruh tubuhku menikmati tadahan benih-benih zuriat yang cukup banyak menyemai rahimku yang subur. Aku terkulai layu penuh nikmat.
Selepas itu kami sama-sama terdampar keletihan setelah mengharungi kepuasan bersama. Bertelanjang bulat kami tidur berpelukan hingga ke pagi. Tengahhari esoknya sekali lagi bapa mertuaku menyemai benih yang mampu membuncitkan perut aku. Kali ini dia menghenjut aku bagi tempoh yang lebih lama dari semalam. Malahan cecair benihnya juga lebih banyak dan lebih pekat.
Hampir seminit aku terpaksa menadah perahan nafsunya. Dua kali aku klimaks sepanjang pertarungan itu. Batang besar hitam itu membuat aku terkapar lesu kesedapan. SungguHPun bentuknya hodoh hitam berurat-urat tetapi membuat aku ketagih untuk menikmatinya.
Telefon di ruang tamu berdering. Dengan perasaan agak malas aku menyambutnya. Di hujung sana suamiku memberitahu bahawa dia akan terus ke Sarawak dan akan berada di sana selama sebulan. Bapa mertuaku tersenyum sumbing mendengar khabar tersebut.
Aku pula jadi serba salah kerana selama tempoh itu kelak aku bakal ditiduri oleh seorang lelaki tua yang hitam legam lagi tidak kacak. Tetapi aku akui mainan seksnya cukup hebat mengalahkan orang muda.
Dua bulan kemudian aku mulai muntah-muntah. Mertuaku tersenyum senang kerana benih yang disemainya telah tumbuh. Suamiku juga gembira kerana akan menimang cahaya mata tetapi dia tidak tahu bahawa anak yang kukandung adalah adiknya sendiri...
398 notes
·
View notes
Text
SatuPersen
Mindfullnes itu bukan hanya bicara tentang meditasi tapi setidaknya ada 3 prinsip : jangan menghakimi, jangan terikat sesuatu, fokus terhadap fakta (baca lengkap mungkin bisa disini), contoh untuk mindfulness yang membebaskan (Contoh sama persis seperti yang diutarakan oleh Mbak Hani psikolog yang jadi tempatku ngeluarin unek-unek), Kamu mau presentasi depan atasan, pas ditanya kamu ga bisa jawab. Nah, mindfullnessnya adalah kamu fokus aja dimoment saat itu yang benar-benar kejadian dimana kamu presentasi terus udah gak bisa jawab lalu kedepannya persiapin lebih baik, permasalahannya otak tuh terlalu menghakimi dan mendramatisir dengan bilang kamu bodoh dst, padahal atasan kamu juga gak bilang demikian (yah kalau atasan bilang demikian ada konsep gak usah terika, dan kamu kudu liat potensimu pasti banyak kok yang bertolak belakang dengan kata bodoh)
Kenapa judulnya SatuPersen. Pertama, aku sudah merasa energi yang tersisa didiriku tinggal satu persen, Kedua, aku mencari pertolongan dengan konsultasi dipsikolog layanan satu persen yang aku temui di media maya, kurang lebih bunyinya “sekarang konsultasi dengan psikolog bukan hal yang tabu tapi perlu”, yang sebelumnya temanku ada sounding layanan konsultasi psikolog di salah satu telemedice (but personally aku gak prefer karena cuman dichat walau sarannya cukup useful kok)
Oh ya konsultasi ke Psikolog tidak disarankan jika kalian tidak merasa perlu, why? karena kalian akan merasa menghabiskan uang atau useless soalnya otak tuh bakal ngerasa “ya gua juga tau, ya gua juga bisa”, soalnya kakakku pernah bilang Psikolog itu sebenarnya kayak cermin, dia terima semua cerita kita kayak cermin yang mantulin bayangan sama persis nah kemudian kita bisa figure out dari pantulannya. Jadi konsultasilah ketika kamu udah hopeless banget atau merasa butuh, kamu akan ngerasa kata-kata dari Psikolog itu helpfull banget, udah kayak kalau mau jatuh ke jurang terus disodori tali, kebayang gak bahagianya.
Layanan ini ku rekomendasikan untuk yang punya waktu cukup terbatas (dimana jamnya bisa milih dan sebenarnya siapapun psikolognya pasti asik semua), yang terlalu malu untuk berkunjung ke klinik/rumah sakit karena psikolog dan psikiater itu kadang suka nyatu dalam poli kesehatan jiwa. Affordable, biayanya justru bisa dibilang lebih murah (kalau untuk kasusku sepertinya hampir sama seperti spesialisi di rumah sakit, tapi kayaknya kalau tatap muka belum tentu ceritanya bisa plong).
Ada dua quote yang berkesan selama sesi konseling “istirahat itu kebutuhan bukan keinginan, kalau kamu gak cari kesempatan, nanti badan yang bakal bikin” sama “ada dua pelari yang mulai lesu nah ternyata yang satu itu masih ada tenaga jadi masih bisa dimotivasi, yang satu lagi itu udah kehabisan oksgien jadi mau diteriakin juga kagak mempan, dia butuhnya mah oksigen, tiap orang punya kondisi masing-masing”
Selanjutnya adalah ceritaku pada saat konseling ntah buat kepo atau buat diambil pelajaran terserah pembaca (buatku ini jadi reminder semacam #NTMS lah), jadi karena ada opsi, kubuat readmore saja :)
Biasanya aku semasa bodoh itu benar-benar berpikir ‘what doesn’t kill you, make you stronger’. Toh bukan sekali dua kali ngerasa stagnan atau suntuk dalam hidup. Yah namanya hidup, kalau di Alquran dibilang di Surat Al Ankabut pas ayat kedua, Allah berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji?”
Dulu pas pendidikan 9 tahun wajib capek buat PR, gak masuk rangking 10 besar ternyata semuanya tinggal kenangan rapih dalam bentuk angka diijazah yang mungkin akan dibuka kembali kalau sudah punya anak, itupun masih bisa bilang “liat nilai mama lumayan kan”, ngerasa kuliah salah jurusan ternyata ilmu semester 1 dan 2nya masih kepakai sampai sekarang, dan kemudian kuliah 1 tahun tertunda juga tidak dipertanyakan sekali ditempat kerja, demikian juga saat stuck dinulis skripsi dan tesis akhirnya lulus juga.
Aku mengalami titik buntu, merasa tidak bisa menunjukan peforma terbaik ditempat kerja, tidak menjadi anak berbakti, tidak bisa memberikan kebermanfaatan untuk bersama. Kerjaan gak habis-habis dikantor, pulang dirumah ada kerjaan rumah yang walau sedikit dan sudah dibantu bikin jemu, mau ‘me time’ tak pernah merasa 100% karena selalu terinterupsi hal lain. Tapi alhamdulillahnya aku terlalu penakut jadi pikiran yang selalu ada meski ingin mengakhiri hidup akan berakhir dipikiran saja tidak pernah dieksekusi, cuman sekadar membayangkan “mati kayaknya enak, gak perlu ngapai2in lagi” (dablek udah serasa pahala banyak amat dan gak punya dosa jadi langsung ngelesat kesurga).
Beberapa bulan lalu sempat merasakan hal yang sama kemudian sebagaimana ku tulis diatas aku mencoba salah satu telemedicine yang menyarankan aku untuk berolahraga agar refreshing dan akhirnya aku sempat ambil paket personal trainer yang alhasil emang ga ada waktu buat mikir aneh-aneh karena pulang sesi langsung capek dan tidur hahah. Tapi kemudian ketemu lagi si titik buntu, mencoba ‘me time’ seperti biasa dengan hanya berdiam diri dikamar beraktifitas sesuka hati, walau sudah mengambil waktu lebih biasa tetap tidak terasa bahagia, mencoba belanja, hangout bareng teman, mencoba makan (sampai shock sendiri karena bisa habis ranjungan 1/5 kg dan donat 1/2 lusin seorang diri), dan akhirnya badan meronta dengan diagnosis carpal tunnel sindrom membuatkan merasa butuh bantuan orang ketiga.
Berhubung jadwal praktik psikolog di batam kurang asik, lalu meski kakak sendiri psikolog tapi dia mah kadang suka tegaan terus karena sodara sendiri aku kebanyakan ga manutnya, kemudian dari iklan dan postingan disosial media akhirnya tanpa pikir panjang aku membayar Rp.250.000 dan melakukan pendaftaran di https://satupersen.net/ yang menyediakan layanan konseling dan juga test/worksheet untuk dikerjakan (adikmu ini tau mbake daya tahannya lemah makanya test pauli juga kagak kelar) dan kemudian hasil skor untuk kecemasan adalah 26 atau sangat tinggi.
Tiba memilih jadwal psikolog awalnya mencari semalam mungkin biar bisa voice call dengan senyaman mungkin dan orang tua udah tidur, ada psiokolog yang cocok tapi pas main ke medsosnya kok too young ya, terus ada lagi tapi too old, liat lagi eh baru lulus s2 profesinya, mukanya terlalu kaku(rewel bener yak tapi sebenarnya asli nyari yang nyaman aja sih, layanan voice call juga kagak keliatan mukanya dan sebenarnya semua psikolog di satupersen itu punya testimoni memuaskan). Alhasil rencana awal sambil dijalan pulang fisioterapi terjadwalkan dengan Mbak Hani Kumala jam 20.30.
Kejadiannya ternyata setelah kelar fisioterapi lebih cepat, makan sate padang, pulangnya makan bubur belauk dan mie boncabe, siang sblumnya makan mie boncabe plus nasi (tuhkan aku ngeri sendiri liat nafsu makanku). Aku justru lupa ada jadwal konsultasi sampai ada notifikasi by whatsapp, alhasil aku buru-buru ke kamar dan ambil headset, waktu menunjukkan 20.49 disitu Mbak Haninya masih sabar nunggu karena suara aku noise gitu.
Aku memposisikan diri kayak lagi curhat keteman dan mbaknya dengeri dan bahkan reaksinya asli kayak lagi ghibah sama teman sendiri hahah dari hela nafasnya terus nada ya ampuun (wkwkw dasar manusia seneng kalau ketemu orang yang sependapat). Saran dari beliau untukku (yang sebenarnya pas ku tulis ulang udah tau dan udah banyak juga yang bilang wkwkw tpi ntah kenapa ngena aja : set boundaries dan prioritas, kaki kamu masih jejak ditanahkan kamu bukan malaikan yang bisa nyenengin semua orang, kamu bukan yang maha kuasa bisa melakukan semuanya, istirahatkan diri 100% ketimbang kamu istirahat 50% terus paksa kerja 50% eh kerjaan ambyar mood bahagia juga modar,
Mbak Hani nya baik banget nunggu 10 menit terus kelarnya lebih dari 60 menit, dengan aku minta closing “mbak aku gak malas kan dengan diriku? aku udah melakukan yang terbaik kan”, lalu mbaknya bilang “iya, gak semua orang bisa kayak kamu”(you set your own value, kalau kamu gak bisa nilai dirikamu berharga gimana orang lain gitu kata mbaknya). Mbak Hani bilang : Kamu udah berusaha, gak semua orang bisa kayak kamu, kamu hebat yati, kata-kata seklise itu meski cuman lewat google meet kresek2 tapit terasa hangat dan bisa membuatku nangis di akhir sesi. Dalam hidup ini sepertinya kita memang butuh ditanya apakah baik-baik saja, kita butuh dirangkul bahwa semua baik-baik saja, dan/atau ditepuk pundaknya bahwa yang dilakukan sudah yang terbaik. Setelahnya aku menarik napas sambil berharap semoga aku bisa menjalani hari kedepan dengan sebaik-baiknya. Terima Kasih Mbak Hani, Terima Kasih SatuPersen :)
5 notes
·
View notes
Text
Terjemahan: 美ST - Yamada Ryosuke
Fairy — Ryosuke yang Cantik
“Aku datang ke sini untuk menyelamatkanmu.”
Berkat lima gram rahasia diri mungilmu yang kau berikan padaku.
Aku tak lagi takut apapun.
Gua besar yang dingin mengantar diri ini sampai ke hutan dengan danau berselimut biru pekat. Lumut di bawah langkahku semakin lembab, seketika aku terbangun begitu merasa akan terpeleset. Punggungku berkeringat. Aku tak ingin terbangun dari mimpi manapun. Bangun pun, aku tak dapat lari dari diri ini. Hari ini, aku kembali disudutkan akibat kesalahan rekan kerjaku. Aku tak bisa mengelak. Hanya bisa menghela nafas pada diri yang pengecut ini. Saat itulah, ada yang bergerak dari ujung pandanganku. Tutup botol kaca herbarium mawar merah tua terbuka, keluar makhluk mungil yang lebih kecil dari smartphone. Ia terbang, lalu duduk di ranjang.
“Ssstt! Jangan terkejut. Jangan bilang siapapun kalau aku ada di sini.”
Bintang yang menetapi manik matanya, bulu matanya yang panjang, juga emisi cahaya dari pipinya. Bahkan jika kegemilapan seluruh dunia ditarik, takkan ada yang bisa menjadi ‘makhluk cantik’ seperti ini.
“Jangan takut. Aku datang untuk menyelamatkanmu.”
Menyelamatkanku? Sejak hari itu, makhluk cantik dengan suara sedikit serak yang membawa kesan nostalgia, Ryosuke tinggal di kamarku. Ketika aku berias, ia kegirangan mengoleskan sisa lip gloss pada bibirnya sendiri. Ketika minum latte, ia mengadukkan kayu manis untukku bagai mendayung perahu. Ia tertarik dengan remahan sisa biskuit, yang sejak hari itu menjadi makanan pokoknya. Ketika aku bepergian, dia masuk dalam tas. Kala siang musim panas. Kala kereta api bawah tanah mengantar udara amat dingin pada telapak kakiku. Kala di tengah keramaian supermarket. Di manapun itu, rahasia menyembunyikan Ryosuke memeriahkan hatiku. Namun, meski terlihat oleh mata, tubuhnya yang transparan tak bisa kusentuh. Terkadang terlihat sayap tipis di punggungnya, yang kurasa menebar serbuk kilau emas sana-sini. Ternyata kedatangannya saat itu telah menjadi ketentuan, ia menyelamatkan diriku dari situasi krisis. Bersamaan dengan suara benturan butir kalung mutiara di lehernya, juga aroma harumnya. Ia segera meluruskanku, kala diri ini bimbang saat tengah perjalanan menemui klien. Perkataan atasan yang tak tetap dan berbelit pun mulai bisa kutanggapi dengan senyum. “Ulang tahunku bulan September, tepat satu bulan kemudian di hari ini.” Suatu malam di tengah perbincangan itu, Ryosuke berucap, “Sedikit lebih cepat, tapi ini hadiah untukmu.” Seraya mengoleskan krim dingin di kelopak mataku.
“Ini obat oles misteri. Jika kau memanggilku, aku akan datang menemuimu kapanpun.”
“Mulai saat ini, aku tak lagi bisa bersamamu setiap hari.”
Aku tersenyum seraya membuka mata, Ryosuke telah tiada. Hanya botol kaca kosong yang tersisa.
“Karena kau melanggar peraturan, aku tak bisa di sampingmu lagi.”
Terdengar suara itu begitu dekat di telingaku. Ryosuke seketika tak terlihat, meninggalkan harum mawar dan vanilla.
٩(๑❛ᴗ❛๑)۶
2 notes
·
View notes
Text
Personality
Ikut 30-days prompt atau seenggaknya 30 tulisan yang ada di twitter itu hehe.
Harapannya sih ini sifatnya therapeutic biar tidak tenggelam di beban kerjaan yang makin hari makin makin, mau therapeutic tapi isi bahasannya private bgt ini hahaha.
Gua sebenarnya bingung apa juga itu personality, kan biasanya orang-orang nulis tuh di bio sosmed mereka, mereka infp, inft, enfp, enfj dan sebagainya. Nah itu dari MBTI test, tapi sifatnya sebenarnya lebih ke dalam diri sendiri melihat personalitynya, bukan bagaimana ke luar (seenggaknya gua ngertinya gitu, kalau salah yowis).
Karena ga terlalu paham juga gimana enaknya menjelaskan personality itu apa, yaudah gua ke google. Di google dijawab oleh wikipedia yang mengutip dari Cambridge Book of Personality dan gua parafrase, “personality atau kepribadian merupakan satu set karakteristik dari perilaku, kognisi dan pola emosi yang dipengaruhi oleh faktor biologi dan lingkungan.
Selain itu disebut juga bahwa tidak ada definisi yang pakem terkait apa itu personality, tapi, umumnya kajian terkait personality fokus pada motivasi dan interaksi psikologis yang terjadi pada masing-masing individu.
Ribet bet. Padahal cuma mau ngomong gua orangnya gimana.
Gua bisa aja ngomong, gua orangnya ribet, banyak bacot dan lain-lain, tapi kan nanti proses nulis ini ga jadi therapeutic buat gua heheh, apalagi ini kan nulisnya buat gua juga.
Jadi ya kalau kita mau bicara personality, itu bakal banyak tarik jauh ke belakang, tentang siapa saya dan kenapa bisa sampai di titik ini dalam hidup, di mana saya memandang hal-hal dengan cara tertentu.
Nah personality kedua keliatan, nyampur-nyampur. Di awal make gua, di paragraf terkahir make saya, dikit lagi make aku nih.
Gua lahir dari keluarga biasa, antek-antek pemerintah daerah, sekolah negeri dari SD sampai beres.
Gaada momen yang terlalu spesial dalam hidup gua selama 23 tahun ini. Alhasil gaada yang bisa gua bilang sebagai turning moment dalam hidup, ya mungkin karena masih muda juga, walaupun baca cerita orang-orang lain hidupnya kayak ada aja turning pointnya.
Tapi, bukan berarti hidup gua lurus-lurus aja juga. Banyak masalah, banyak hal-hal yang bikin sedih, bahagia, tapi gua ga ingin anggap jadi momen yang terlalu besar untuk gua bilang sebagai turning point (sampai di titik ini, semoga nanti ada.
Gua anak terakhir dari 3 bersaudara, jarak umur kita bertiga rada jauh, dengan yang paling tua beda 8 tahun, dengan anak tengah beda 5 tahun. Alhasil main bareng pun jarang karena umurnya beda jauh, ya paling dulu waktu kecil gua ikut nimbrung kalau teman sekolah mereka datang ke rumah hehe.
Gua inget karena alasan beda umur ini, gua ngerasa ada perubahan pas kakak-kakak gua mulai masuk usia remaja. Terutama kakak gua yang tengah, karena mainan banyak pinjam dia segala macam, at certain point semua mainan dia itu jadi punya gua karena dia dah gede dan sering main di luar (sementara gua masih main robot-robotan sampai kelas 5 atau 6 hahaha).
Tapi karena alasan beda umur ini gua sering merasa left out. Di post lain gua pernah bahas soal gua clingy dan benci ditinggal, tapi karena akhirnya sering digituin, pun terbiasa.
Kelas 6 SD orang tua gua pindah daerah kerja, sedang gua gamau pindah, karena tempat pindahnya pedalaman dan kualitas sekolah beda jauh, orang tua pun ga pernah maksa ikut pindah karena emang jaraknya masih bisa bolak-balik ngunjungin tiap minggu.
Nah, dari SMP ini gua udah jarang tinggal bareng ortu, mereka datang sih tiap minggu, tapi emang kerasa bedanya. Pun waktu SD juga gua inget bahwa nyokap itu lagi kuliah D3 (doi dah kerja dari D2, karena bidan sifatnya profesi) dan tidak dekat dengan bokap, ya alhasil juga sering main sendiri-sendiri juga ternyata.
Balik lagi, dari SMP sudah sendiri. Gua inget banget dulu gua daftar SMP ada sesi wawancara dengan orang tua, gua nangis karena orang tua gabisa datang, alhasil wawancara dulu ditemenin temen biar ga sedih-sedih amat wkwk, prop to Olan for being a good friend!
Ya hal-hal gitu ngebiasain hidup sendiri, berlanjut ke SMA juga ngekost dan kuliah di Bandung, yang mana gaada keluarga dekat buat dihubungi. Somehow hidup tetap menyenangkan walau sedih kadang datang, namanya juga hidup.
Biasa ngelakuin apa-apa sendiri, sekalinya ada yang sering ngebarengin kadang ngerasa clingy dengan orang-orang pengen mereka selalu ada di sekitar, tapi people come and go, and we gotta let it go wwkwk.
Ya, menurut gua sendiri sih gua sebenarnya clingy, tapi malu aja buat nunjukin, jadi biasanya diem-diem aja, tar juga lupa sendiri kalau butuh orang lain.
Ini daritadi ngalor ngidul doang sebenarnya ga benar-benar bahas personality diri sendiri, tapi semoga tulisannya bisa ngegambarin kayak gimana, kemungkinan besar sih ngga emang wkwk.
Tapi bagi gua kadang penjelasan kita, orang lain soal personality itu terlalu dangkal. Kadang kita ngejelasin soal kelakuan si A kayak gini kayak gitu, cuma berdasarkan pengamatan kita yang terbatas ruang dan waktu. Banyak lilitan yang harus diurai buat ngejelasin personality seseorang, pun banyak yang pakai jalan pintas dengan tes MBTI dan jadi pembenaran untuk pembawaannya yang mungkin ga semua orang bisa suka atau terima.
Gua ga ingin membatasi deskripsi diri dengan hal-hal terbatas, tapi memang dilakukan karena kita punya batasan abstraksi, banyak hal-hal yang gabisa kita jelasin dengan kata-kata, dengan cuma liat sekilas, banyaknya yang bisa dijelaskan dengan benar-benar ngerasain sendiri.
Semoga kita hidup cukup panjang untuk punya banyak pengalaman dan belajar dari tiapnya!
Jakarta, 27 September 2020
2 notes
·
View notes
Text
study from home
oke, ini udah hari keenam gua di rumah. berawal dari plot twist yang gak ketebak banget dan singkat cerita gua udah berada di rumah. pulang emang selalu jadi istimewa buat anak boarding, apalagi buat anak rantau kek gua. bagi gua, pulang selalu istimewa, karena gua bisa dengerin lagi keributan keempat adek gua dan kehebohan kakak gua. sebagai anak golongan tua tentunya gua punya kewajiban buat nemenin mereka main dan bantuin mereka buat ngerjain tugas seabrek yang guru mereka kasih selama liburan. gua yang tinggal menghitung hari menuju un ternyata gak terlepas dari tugas-tugas yang kalo ditumpuk bakal jadi bukit (gak juga sih). mulai dari simulasi un, soal-soal un tahun-tahun sebelumnya, sampe bimbel online di wa tiap malem yang asik gak ada abisnya.
liburan (isolasi mungkin lebih tepatnya) kali ini ternyata berbeda dengan liburan-liburan sebelumnya. bukan karena gak boleh keluar main basket ama ortu, ternyata belajar online dari rumah (study from home) gak semenarik kedengarannya. ternyata belajar dengan suasana kelas yang super berisik jauh lebih menyenangkan daripada berkutat berjam-jam di depan layar laptop. ternyata main basket di aula umar jauh lebih memuaskan daripada naik rank ml atau chicken dinner di pubg. tentu, yang membuat semua itu keliatan menyenangkan adalah kehadiran teman-teman yang asik gak ada abisnya. kadang ada aja bahan yang bisa buat diketawain bareng. suka bingung kadang kita ngetawain hal yang sepele banget, dan itulah yang bikin gua jadi pengen ngumpul bareng mereka lagi. ngeliatin angkatan sebelah yang keknya pada kangen banget amat curhatan dan keributan angkatan mereka di tumblr, dengan caption-caption kangen dan lainnya. sedangkan angkatan gua keknya adem ayem aja ama liburannya.
jadi gini gaes (eaa), gua tau kok kalemnya temen-temen gua sebenarnya sama kek yang gua rasain. selain karena kita emang maennya gak di tumblr, laki-laki lebih cenderung menyembunyikan perasaannya (eaa wkwk). tapi kita, laki-laki, emang gak butuh semua kata-kata itu, karena kita tahu kita sampai kapanpun satu tubuh dan bagai bangunan yang kokoh. semangat rendezvous! zeniusnya jangan cuma di donlot doang, hayu ah study from home!
8 notes
·
View notes
Text
Ngacir ke Kuala Lumpur, Malaysia!
Halo kawan-kawan!
Aku bakal bagi pengalamanku “short-time” backpackeran ke luar negeri pada tanggal 9-10 November 2019 bersama sahabatku ke Kuala Lumpur, Malaysia.
Berikut aku juga kasih RAB kasar (ngga detail banget sih) buat backpackeran ke Kuala Lumpur, Malaysia. Let’s go!
Berawal dari punya kenalan di Batam, jumpa pertama langsung klop banget dari segi kekikirannya. Setelah sekitar satu setengah bulan kenal langsung bisa jadi sahabatan, instan banget yak? Semoga awet lah ya hehehe. Di pertemuan pertama kami beride bagaimana kalo ngacir ke luar negeri? Ke Singapura atau Malaysia? Mumpung Batam kan deket, naik kapal pun sampe dan murah meriah hehehe.
Setelah diskusi panjang dan berbagai pertimbangan, akhirnya pilihan jatuh ke Kuala Lumpur, Malaysia. Liburan ini hanya berlangsung Sabtu-Minggu (itu pendek banget ya Tuhan) aku sih bisa ngajuin cuti, tapi kawan belum bisa huhuhu sedih... Setelah diputuskan ke KL, kami membuat jadwal dan RAB. Tujuan membuat jadwal dan RAB adalah agar liburan bisa lebih efektif, nyaman, dan aman. Tapi kenyataannya bisa sedikit melenceng sih hehehe. Setelah fix tentang jadwal dan RAB, aku pun berangkat ke Batam usai kerja hari Jumat (waktu itu aku masih kerja di Lagoi, Bintan). Tiket kapal untuk Batam – Stulang Rp325.000 per orang untuk PP (belum pajak INA & MY).
Sesampainya di Batam, aku rehat dulu, makan malam, dll. Kemudian mencari money changer. Nah, disini titik kekikiran mulai muncul hiahaha… Di mall pertama (MB2) kami menemukan money changer dengan harga tukar Rp3.450 untuk RM1, hmmm kawanku merasa bahwa masih ada yang lebih murah. Maka kami pindah ke Kepri Mall, disana juga menemukan money changer, tapi sudah tutup karena kelamaan nongkrong di Miniso nyari cutlery hehehe. Ya udah kemudian menggunakan peta ajaib dari google map, alhasil menemukan yang masih buka di atas jam 10 malam. Tapi di Nagoya banget. Kampay jambay jauh kali lah, syedih. Ya tapi mau bagaimana lagi, daripada pagi-pagi rempong di pelabuhan buat tukar duit. Akhirnya kami tukar duit di Nagoya. Kalau aku buat jaga-jaga cuma tukar 1.5jt (karena sudah ada itungan RAB). Setelah itu, kami pulang dan beristirahat agar bisa bangun pagi dan dapet kapal pertama.
Keesokan harinya kami bangun pagi, persiapan, dan berangkat menuju pelabuhan dan ENG ING EEENG sudah ramai seperti antre sorga. Buat check in kapal pertama ternyata sudah tutup, bangke bener. Ya sudah pakai kapal kedua dengan jeda keberangkatan kurang lebih 45 menit dari kapal pertama. jangan lupa pajak Rp65.000 per orang (pajak Indonesia). Check in selesai, lalu masuk pemeriksaan imigrasi. Karena weekend, ramailah warga Batam piknik ke luar negeri. Antre masuk ke imigrasi berasa kaya masuk dalam lautan zombie. Kenapa mirip zombie? Karena dibikin 1 line, dan jalannya pelan banget huhu kalo maju cuma 2 langkah doang, dst. Selesai cap paspor, masuk kapal, dan duduk manis... Keberangkatan akhirnya jam 08.00 WIB, dengan perjalanan 2 jam mengarungi hempasan ombak manjalita.
Setelah tidur di kapal dan 2 jam telah berlalu. Eng ing eeeng, sampailah di Water Front Harbor, Stulang, Johor, Malaysia. Seperti biasa, datang, cap paspor, terus keluar... Sesampainya di drop off, kami segera memesan Gr*b car untuk mengantar kami ke Terminal Larkin (biar cepet). Untuk menuju KL dari Stulang, kami pakai bus dan terminalnya di Larkin. Dari Stulang ke Larkin jaraknya lumayan sih, less than 15 minutes. Ok, dengan Gr*b car kami bayar RM11 (untuk 2 orang/patungan - RM5.5) dan kemudian sampai di Larkin...
Kampretnya adalah apabila diajak ngobrol pakai English sama orang, kawanku langsung nyodorin HPnya ke aku. Tapi kalau untuk ngobrol bahasa Melayu, aku nyodorin kawanku huehehe.
Kami menuju konter pembelian tiket. Saat membeli tiket, kami bisa memilih bus yang hendak dinaiki dan memilih seat. Oke, sifat kikir mulai muncul... Saat milih bus, mataku hanya aware sama jadwal keberangkatan, ketika aku mau pencet nama busnya, kawanku bilang, "Mas, jangan yang itu, mahal... yang ini aja RM30.40", padahal bus yang mau kami naiki awalnya RM35.40 hehehe hemat RM5 hehehe klop deh pokoknya. Ok, kami memilih bus dengan harga RM30.40 per orang dengan keberangkatan 12.30 MY time. Oya, MY time itu sama kek WITA.
Kami otw ke KL dengan jarak tempuh 4-5 jam lewat tol. Kemudian berhenti di rest area 1x dan kami makan siang dulu sama nasi dan ayam dengan harga RM6.90 per porsi. Karena waktu di Batam terburu-buru, jadi ngga sempet sarapan, baru bisa makan waktu di rest area. Stupidity at its finest adalah tidak menyempatkan sarapan ketika perjalanan jauh huhuhu syedih... Luweee! Setelah selesai makan siang, kami lanjut lagi ke KL dan akhirnya sampai pukul 17.00-an MY time.
Di KL terminalnya adalah TBS (Terminal Bersepadu Selatan). Dari TBS bisa langsung terintegrasi ke BTS (Bandar Tasik Selatan) atau stasiun untuk LRT, ERL, dan KTM. Dari BTS kami menggunakan LRT dengan tujuan Plaza Rakyat transit ke Merdeka dilanjutkan ke Bukit Bintang dimana hotel kami berada. Total ongkosnya RM3.60 per orang.
Oh ya, dari Plaza Rakyat (LRT) transit ke Merdeka (MRT) nanti nambah ongkos untuk tap koinnya. karena beda moda. Kami disana menggunakan tap koin aja hehe biar selese jalan langsung celup aja... Celuuup bae ah!
Ok, sampai Bukit Bintang kami keluar stasiun dan jalan menuju hotel, deket kok... Kami check in di hotel dengan pajak RM10 (patungan RM5) oya kami pesen hotel udah jauh hari di Tr***loka dengan harga normal Rp180.000 tapi kawanku cari kupon diskon, jadinya Rp160.000 per malam. Harga Rp160.000 untuk 2 orang ya murmer dungs (patungan Rp80.000) alhamdulillah kamar bersih dan yah standar lah, orang cuman buat tidur doang. Setelah bersih-bersih, kami keluar hotel untuk ngacir... Hotel kami deket sekali dengan Jalan Alor dimana banyak street food.
Di Jalan Alor banyak sekali kuliner khas China, Thailand, Vietnam, Melayu, bahkan Mie S*dap pun ada. Ok, kami pun lihat-lihat dulu dan cari makan yang pas. Tapi kabanyakan pork semua... Jadi harus jeli cari yang halal. Akhirnya nemu di salah satu PKL, kami pesan Tom Yum. Kami awalnya pesan Tom Yum sendiri-sendiri, tapi keknya Mbak waiternya tahu deh kalo kami kikir nan kismin, langsung ditawarin Tom Yum jumbo untuk berdua hehehe. Langsung sekut hehe, tambah nasi 2. Ditawarin telur dadar, engga Mbak. ditawarin minum, engga Mbak (udah bawa sendiri), hehehe. Alhasil kami cuma pesen Tom Yum untuk 2 orang dan nasi 2. minumnya udah beli sendiri di Sevel, air mineral murmer hehehe. Ok, total makannya RM19 satu porsi jumbo (patungan RM 9.50) lalu kami lanjut jalan-jalan dengan tujuan Masjid Jamek... Kebodohan dan kekikiran mulai lagi.
Kami dari Jalan Alor menuju ke Masjid Jamek dengan JALAN KAKI... Sedih ngga tuh? Ya tapi karena pengen menikmati suasana malam dengan jalan kaki aja sih hehehe (alesan... Bacot!)
Ok, sampai di Masjid Jamek kami sholat Isya' dulu, terus lanjut liat air mancur menari. Dari air mancur menari kami ke jembatan belakang Masjid Jamek. Kali di bawah jembatannya kalo malam keluar kabutnya gitu (emang disemprot yak, bukan menyan) di jembatannya bisa foto-foto dengan background bangunan tua gitu deh dan cahaya lampu syaining syimering splendid. Pas di jembatan ketemu turis hla kok seka Jawa, dan Mbaknya ngedumel "Nyong wis kencot"... wahaha mak jegagik, juebule sak kampung karo batire nyong hahaha. Habis dari jembatan, kami lanjut ke Dataran Merdeka yang cuma berada di belakang Masjid Jamek by our feet.
Tempatnya enak, nyaman, dan apik banget dengan background bangunan Gedung Sultan Abdul Samad dan hiasan lampu yang hangat uwu uwu... Kawanku ngebet banget ke lapangan Dataran Merdeka, tapi setaunya cuma lapangan doang, dia ya b aja hehehe. Habis dari Masjid Jamek - Dataran Merdeka - Gd. Sultan Abdul Samad kami lanjutkan KL Tower... Yaaah ini mah juga geblek, kemaleman pula. Ya udah tetep kesana tapi cuma di luarnya doang hahaha. Dan kesananya jalan kaki lagi, gempor ngga tuh kaki gheeelaaak! Sekujur tubuhku sudah mandi peluh nan asin... Sedih deh, mana jalannya nanjak, ya udah sesampainya disana cuma nongkrong doang habis itu cabut.
Dari KL Tower dilanjutkan ke Twin Tower Petronas BY FEET again! Sebelum sampai TT kami rehat dulu di Sevel, jajan aer sama roti hehe (tidak dimasukkan ya ongkosnya). Usai rehat, lanjut ke TT. Sesampainya di TT udah malem banget, langsung sempatkan buat foto dooongs! Di TT sampai jam 00.00 MY time, dan disempritin syekurity buat bubar (sedih amat yak, penting dapet fotonya haha). Ok, usai foto dan hebring ria kami putuskan untuk pulang... Hmmm kalo jalan kaki lagi, sampe hotel jadi nisan marmer. Baiklah pesan Gr*b car. Gr*b car dari TT ke hotel ongkosnya RM15 (patungan RM7.50) sampainya di hotel kami pun istirahat menuju esok hari yang cerah ceria gembira ria.
Ok, keesokan harinya kami persiapan, check out, dan berangkat menuju ke Batu Caves. Untuk menuju kesana kami naik MRT sambung pakai KTM. Kami menggunakan MRT dari Bukit Bintang menuju Muzium Negara - KL Sental (RM1.30) ganti moda ke KTM di KL Sentral - Batu Caves (RM2.60). Harusnya sih bisa transit di Pasar Seni, tapi ya karena stupidity lagi ya mau gimana lagi??? Ok, kami pun naik KTM dan sampailah di Stasiun Batu Caves... Wow seperti Tanah Abang versi India buceeet tapi menarik hahaha.
Dari Stasiun ke Batu Caves cukup jalan cat walk aja, deket kok... Nah ngepasin waktu ada acara umat Hindu disana, jadi puadet metethet. Musti membelah lautan manusia dengan punten dan nuwun sewu. Setelah berjibaku membelah lautan manusia, sampailah di depan pelataran Batu Caves yang terkenal itu. Syukurlah daftar venue terakhir terpenuhi. Kami foto-foto dulu sebelum ujian menjemput.Kami menantang diri dengan menaiki anak tangga sebanyak 272 buah. Costnya free!
Perjalanannya melelahkan memang, bikin lutut gemeter. Hayooo pasti sering **** yaaa? Nah sesampainya di atas, kami masuk goa tapi ada voidnya huhu adem bener ndeee dengan tetesan air gua dan semerbak dupa. Disini jadinya wisata religi ya, jadi ngga boleh polah gaesss. Kami pun sampai di ujung goa dengan voidnya yang membahana. Setelah puas melihat-lihat, kami putuskan untuk turun dan pulang. Langkah demi langkah kami tempuh demi konten wasuuu... 272 PP apa ngga hilang tuh kaki huhu.
Sampai di depan gate masuk Batu Caves kami pun pesan Gr*b car menuju Sentul Timur. Kenapa Sentul Timur? kenapa ngga Stasiun Batu Caves? Karena interval KTM lama, jadi kami putuskan naik LRT ke Sentul Timur menuju BTS, biar cepet zeyeeeng...
Nah kampret moment ada disindang, Boook! Kawanku memesan Gr*b car dengan tujuan Sentul Timur, alhasil dapet driver orang India dan ngga bisa bahasa Melayu, beliau menggunakan English dengan aksen India. MAMPOOOSSS... Mumet ndase Berbi!
Ok, beliau pake aksen India apadaya aku pake aksen USA-UK-lenjeeeh... Alhasil beliau minta cancel karena macet total depan Batu Caves tuuu. Syedih hamba! Next order, dapet driver cewek, judes, alhasil kawan aku meng-cancel orderan hahaha. Akhirnya aku juga yang order, dapat driver orang MY dan berbahasa Melayu... Ok, aku suruh kawan aku yang ajak ngomong. Apadaya aku hanya bisa "Betul betul betul..." Sip, naik Gr*b, sampai di Stasiun Sentul Timur dengan cost RM12 (patungan RM6).
Dari Sentul Timur menuju BTS ongkosnya RM3.60 per orang. Ok, sampai BTS langsung ke terminal bus TBS, kami sempatkan buat jajan ena-ena dulu dong. Beli sushi di terminal transitnya hehehe. Nah kekikiran terjadi lagi. Di konter tiket, kami pun memilih bus lagi untuk ke Larkin. Kalau ini mataku sudah jeli dan memilih bus yang paling murah huehehe. Dapet lagi yang RM30.40 per orang dooong haaazeeek!
Kami menunggu bus di ruang tunggu dan ternyata setelah sekian lama menunggu, busnya ada di pintu lain dong. Kan syebel, padahaln kami sudah menunggu di gate yang benar sesuai tiket. Tapi yang ini busnya lebih enak sumpaaah! Sip! Kami naik bus dari TBS, KL menuju Larkin, Johor dengan tempuh waktu 4-5 jam. tinggal micek sik... Eh ada adegan debus ding haha. Makan sushi di bus tapi pake wasabi segentong. Wuanjeeer alhasil aku menagis sodara-sodara... Hehehe… Rasanya kek dicekokin bawang bombai sak molen. Nyegrak manja di hidung, telinga, dan mulut. Bazeeeng! Setelah itu kami tidur di perjalanan hahaha capek gaeesss.
Sampe di Larkin kami bergegas keluar dan mencari Gr*b car menuju Water Front Harbor, Stulang. Hmmm disini agak bete sih, soalnya dapet driver yang songong huft... Ongkos Gr*b car RM12 (patungan RM6) terus kami langsung menuju konter tiket untuk chek in kapal.
Dan terjadi lagi...
Antre panjang untuk check in, ya udah kawan aku yang antre, aku ngacir buat jajan di Sevel hehe. Setelah antre lama akhirnya langsung masuk ke imigrasi, menjadi zombie lagi... Sabar! Ok, selesai di imigrasi kami langsung masuk kapal. Terus tang ting tung mari berhitung utang piutang selama di KL hahaha. Oya, pajak MY di pelabuhan adalah RM21 per orang yaaa janglup!
Perjalanan pulang kami dimulai, tinggal tidur aja lah. 2 jam berlalu, kami sampai di pelabuhan Batam Center. Antre lagi jadi zombie… Oke, keluar BC kami jalan agak jauh buat pesen Gr*b car ke rumah kawanku. Setelah order, dapatlah driver. Asek, drivernya suka nyetel musik dan aku bisa pilih. Aku pilih Natalie Imbruglia - Torn uwu uwu bocah lawas yak. Ongkos Gr*b car Rp54.000 (patungan Rp27.000).
Naaah sampailah di rumah kawan, kami pun istirahat dengan damai. Mandi dolo ding hehehe. Itu pengalaman ngacir kikir ke KL bareng kawanku dari Batam. Oya hampir kelupaan... waktu datang pertama kali di pelabuhan, beli kartu perdana setempat. Beli satu aja buat tethering hehehe kemarin dapet harga RM32 wanjeeer! Mau nyari yang mifi tapi ngga ada. Yang namanya juga liburan diburu waktu juga...
Ok, rincian per-pax ya, some of them patungan hehehe...
Gr*b to Batam Center : Rp20.000
Tiket kapal PP : Rp325.000
Hotel : Rp80.000
Tax Batam : Rp65.000
Tax MY : RM21
Tax hotel : RM5
Gr*b to Larkin : RM5.5
Bus PP : RM60.8
Lunch : RM6.9
LRT-MRT : RM3.6
Dinner : RM9.5
Gr*b to hotel : RM7.5
LRT-KTM : RM3.9
Gr*b to Sentul Timur : RM6
LRT-BTS : RM3.6
Gr*b to Larkin : RM6
Sim card : RM16 (beli SIM card satu aja tapi patungan)
Gr*b to rumah : Rp27.000
ok totalnya adalah:
=Rp 517.000 + (RM 155.3 x Rp 3.450)
=Rp 517.000 + Rp 535.785
=Rp 1.052.785
itu belum termasuk jajan di Sevel ya... Tapi kalo ditotal under 1.2jt kok hehe
hehehe ya itu cerita ngacir kikir irit medit aku bersama kawan aku di KL. Kalau ada saran mengenai info lebih irit lagi, bisa beritahu aku hehehe dan info transportasi yang lebih yoi. Ini dikarenakan dadakan juga sih, hehe yang penting ngacir!
Salam ngacir!
#ngacir#dolan#main#travel#traveling#backpack#backpacker#lowbudget#kualalumpur#malaysia#best friend#bolang#mbolang#mblayang
2 notes
·
View notes
Text
Dengan kejadian kemaren ada omongan yg bikin nyakitin banget orang tua gua cerai di bilang pencitraan di bilang hoax cuman nyari sensasi doang mohon maap nih tuh mulut enteng amat ngomong gitu dan gua juga gak butuh di kasianin ko!
2 notes
·
View notes
Text
Ya terus kenapa?
Pengingat buat diri sendiri.
Lidah itu lunak, bisa membangun jika digunakan dengan bijak, bisa menghancurkan jika dibiarkan menjadi liar.
Tergantung dari si penerima kata juga sih, kalo hatinya terlalu lembut, lidah yang maksudnya lunak bisa mengoyak segalanya.
----
Sejak pakai jilbab yang gayanya gak seperti anak-anak seusia gua pada umumnya, gua sering diledek. Diledek sama orang yang dikenal, sama orang yang gak dikenal, sama semua orang.
"kaku banget sih lu?"
"gua kira dosen!"
"kayak ibu-ibu banget deh lu"
Gua yang waktu itu kesel sama ejekan mereka, memutuskan untuk memakai jilbab dengan gaya seperti mereka, dengan gaya yang umum untuk orang-orang seusia gua. Walaupun gua sendiri ngerasa agak kurang nyaman, tapi pikiran itu terbuang begitu aja karena orang-orang jadi dekat sama gua. Gua yang emang waktu kecil pernah tomboy, kembali jadi manusia tomboy lagi dengan celana jeans dan balutan jilbab di kepala.
Itu saat-saat yang paling luar biasa yang pernah gua rasain. Gua ngerasa bebas, ngerasa bisa ngelakuin apa aja di mana aja dengan kesempatan-kesempatan baru yang terbuka lebar di setiap waktunya.
Titik balik gua datang, ketika gua melihat diri sendiri dalam foto-foto liburan bareng temen-temen. Naik gunung, ke pantai, ke puncak, ke mana-mana. Ada yang janggal dari diri gua. Mata ngantuk (karena liburan biasanya berujung ke begadang berjamaah), lekuk tubuh yang terlihat karena jilbab yang gak turun ke dada dan celana jeans, tingkah gua yang pecicilan walaupun ngantuk di setiap foto, gua gak suka. Butuh waktu bertahun-tahun untuk memastikan apa yang sebenarnya gua inginkan agar gua seneng liat foto diri sendiri. Sebagai langkah awal percobaan, gua putuskan untuk menggunakan rok.
Anak tomboy ini sekarang pake rok. Gerakan jadi terbatas, tanpa sadar tingkah laku juga jadi lebih feminim. Perbedaan itu membuat gua agak sedikit dilihat aneh.
"kenapa pake rok sih? Kan jadi susah boncengan naik motor"
"yaudah pake celana aja jangan pake rok"
Tapi gua bersikeras untuk pakai rok. Alasannya sederhana, gua lebih seneng melihat diri gua di foto saat pakai rok.
Sejak pakai rok, waktu gua untuk jalan-jalan bareng yang lain jadi sedikit lebih berkurang. Alasannya karena gua pake rok, ribet.
Foto demi foto dihasilkan. Gua masih gak suka lihat foto diri. Padahal udah pake rok, apa yang salah? Gua amati tiap foto, gua tanya ke diri sendiri apa lagi yang gua mau lakukan agar gua terbiasa ngeliat foto diri. Setelah beberapa lama, dan dengan pertimbangan-pertimbangan, gua menurunkan jilbab ke dada.
Ini benar-benar keputusan yang sangat bikin gua cemas. Dengan pakai rok aja gua merasakan perbedaan di sekitar gua, apalagi kalo pake rok dan jilbab sedada?
Kecemasan gua pun terbukti.
"eh? Elu? Gua kira dosen"
"kok lu mirip sama Bu ini deh? Lu kembarannya ya?"
Gua makin membatasi diri, mereka juga membatasi diri dari gua. Gak ada lagi nongkrong, jalan-jalan, gua merasa lebih nyaman untuk kumpul hanya dengan sesama perempuan, sedangkan yang anak perempuan masih senang nongkrong malem-malem.
Gua kesel. Kesel sama diri sendiri. Kenapa gua gak bisa sehiperaktif dan seekspresif dulu? Gua semakin feminim, semakin pemalu, semakin tertutup. Gua gak ngerti kenapa, tapi semua itu terjadi begitu aja.
Foto demi foto kembali dihasilkan. Gua nyaman dengan pakaian gua yang lebih tertutup ini, tapi ternyata gua masih sebel liat foto-foto diri. Gua terlihat lebih dewasa, dan gua gak suka. Akhirnya gua memutuskan untuk pakai jaket. Gak ada dosen wanita berjilbab yang pakai jaket saat ngajar kan?
Lelah karena selalu merasa gak senang lihat diri sendiri di dalam foto, gua jadi makin jarang mau buat difoto. Kalo terpaksa, gua ikutan foto, kalo ngga wajib, mendingan gua yang motoin mereka. Kadang terlintas di benak gua sih, gimana kalo ntar waktu udah lulus, gua dilupain karena gak ada foto gua bareng mereka? Yaah yang nanti biarlah nanti, sekarang fokus ke hal yang mau gua lakuin aja dulu.
Keputusan-keputusan kecil di kehidupan sehari-hari juga berdampak ke keputusan untuk pakai baju apa kalau mau pergi ke rumah sodara.
Mulai dari pakai baju bagus dengan jilbab yang diikat di leher, beralih ke baju biasa dengan jilbab putar yang sama sekali gak nyaman, sampai akhirnya memberanikan diri membeli sebuah gamis dan jilbab lebar warna-warni.
Komentar-komentar sejenis "oh kamu? Kirain ibu," datang dan pergi lewat telinga gua. Dari yang awalnya kesel, sampe udah bosen dan bodo amat. Dari yang tadinya langsung badmood, sampe akhirnya bisa gua jadiin bercandaan, "ibu yang itu, yang ini aku haha," sungguh proses yang luar biasa sih.
Komentar macam itu yang terakhir kali gua dapat terjadi saat lebaran tahun ini. "Loh ini kamu? Kirain ibu."
Gua tau komentar itu datang karena rok lebar yang gua gunakan dipadukan dengan outer kemeja panjang dan jilbab yang sengaja gua panjangin sampai ke siku. Dengan perawakan gua yang gempal, orang-orang pasti mengira gua ini ibu-ibu.
Komentar itu gua tanggapi dengan bercanda, "ngga dong, ini aku hehe,"
Biasanya gua kesal digituin, biasanya gua jadi kesal dengan perawakan gua sendiri dan berujung pada gua yang makin kesal sama diri sendiri. Tapi kali ini, rasanya gua gak marah. Bukan karena gua mengakui kalo gua ini ibu-ibu, tapi karena gua nyaman sama baju ini. Gua merasa lebih aman, lebih terjaga. Mungkin dia bilang gitu biar gua mau pakai baju yang sesuai dengan usia gua biar gak keliatan tua. I appreciate it, but I prefer my comfort outfit 😊 gua pake baju bukan buat nyenengin orang. Persetan kata orang. Gua pake baju buat nyenengin Allah sekaligus bikin seneng diri sendiri.
'Ntar kalo di foto, kamu keliatan tua loh?'
Yaudah gua gak perlu liat fotonya :)
3 notes
·
View notes
Text
Your Gallery When Saka Was Your Boyfriend
Memori ketika aku sengaja mengabadikan dirimu dalam lensa kamera.
"Saaak, noleeeh!! Ayo, anak mama noleh, mau difoto sini!!"
Aku menggoyangkan lengan besarnya untuk membuatnya menoleh. Kamera yang berada di genggaman tanganku satunya sudah sangat siap untuk mengabadikan lelaki di sebelahku.
"Apaan, sih?" Ia menolak mentah-mentah.
"Sini ih, noleh duluuu! Nggak mau difoto emang?"
"Nggak."
"Iiih, Saka! Kapan lagi coba ke sini bareng?"
Aku masih mencoba untuk membuatnya menghadap kamera. Saka, lelaki itu, kemudian mengembuskan napasnya malas sebelum akhirnya menyerah dan menoleh ke arahku.
"Nah, gituu dong!" Senyumku sontak melebar, lalu dengan satu tangan sedangkan tangan lainnya masih bertautan dengan miliknya, aku mengambil foto.
Dia masih menolak untuk tersenyum padaku saat kamera masih menghalangku untuk menatapnya secara langsung. Tangannya masih menggenggam tangan kiriku, malah ia eratkan lagi, biasanya tidak pernah.
"Ih, nggak senyum, ah, malesiiiin!" Aku merengut malas saat melihat hasil foto tadi. Satria enggan peduli bahkan sedikit pun, tapi aku bisa merasakan tatapannya yang terus mengarah kepadaku.
"Ke sana, yuk?"
"Kok nggak ada yang senyum sih, Sak!"
"Lihat, tuh! Kayaknya seru di sana."
"Ih, Sakaㅡ"
"Udaaah ah, yuk."
Dia kemudian menarikku sambil mengambil langkah, yang mau tak mau berarti aku harus mengikuti langkahnya.
Foto satu, 2015, New York.
He shrug my hair before picking up his guitar.
"Wuih, ciee, artis mana nih?"
Aku meledeknya yang baru muncul dari pintu. Saka di ujung sana hanya tersenyum malu-malu sebelum akhirnya berjalan mendekat. Tangannya merentang, berhasil menghasilkan kerutan di keningku. Nggak mungkin kalau ini anak satu minta peluk, ya kan?
Tentu saja, sodara-sodara. Bukannya apa, tapi ia malah mengusak-usak rambutku, membuatnya berantakan tak beraturan.
"Heh! Apaan sih, seneng banget kayaknya?"
"Iya, lah!" Suara ringannya kini mendobrak pendengaranku selagi pemiliknya mengambil gitar akustik di sisi lain.
Aku terkekeh. "Yaudah, awas kalo lupain gue pas udah terkenal. Inget yang nemenin waktu ujan-ujanan beli gitar siapa!"
Tawa kecilnya mulai mengudara, yang kemudian aku ikuti. Pada akhirnya, kami berdua tertawa.
Detik kemudian ia sibuk sendiri dengan gitarnya. Aku yang tadinya tenggelam dalam aksi menggulir beranda di ponsel, tergerak untuk mengarahkan kamera ponsel padanya.
Dan dalam satu tekan.
Ckrik!
Foto dua, 2015, Studio, taken by me.
saka0116 posted: "Yes, we're ready!!!"
See 15 replies...
ezaparahita: "Ready mau ngapaaaain, bosss"
devahrnd: "Buset, gua jelek amat bang, setengah doang"
saka0116: "@devahrnd fotonya yang pilih @orenjiday"
orenjiday: "@devahrnd lo selalu keren kok❤"
saka0116: "@orenjiday hah"
Foto tiga, 2015, Nggak tau, accidentally saved from LINE.
"OEEEE KEREEEEN!!!"
"Buset, lu paling berisik, dah, suer. Drumnya Deva nggak kedengeran."
"Bang Eza, ada baiknya lu diem aja, oke? WOOOOOOO KEREN BANGET KALIAN SEMUAAAA."
"Udaaah tauuu gueee."
"... kecuali Bang Eza."
Saka dan yang lain tertawa kecil mendengar perdebatanku dengan Bang Eza. Heran, itu orang tingkat pedenya ngalah-ngalahin monas, tinggi bener!
"Saaak, liat nih, Sak! Foto jepretan gue nih, bagus, kan?"
Aku menyodorkan ponselku yang menyala terang untuk menunjukkan foto yang kuambil tadi pada Saka.
Saka dengan napasnya yang masih belum beraturan usai turun dari panggung kecil tadi dan berkeringat basah mendekat padaku, lalu mengangkat satu alisnya usai melihat jepretanku.
"Nggak ada yang fotonya gue doang?"
Foto empat, 2015, Concert Hall, taken by me.
Aku memandangi layar ponselku sambil menahan tawa. Setengah otakku memikirkan bagaimana Yayan mengelabui Saka supaya mau difoto dengan efek ala-ala seperti itu.
'Wkwkwk, kok mau dia difoto kayak gitu, Yan?'
Send? Send.
Foto lima, 2016, Radio, taken by Yayan.
"SAKAAAAAAAAAAAA!"
Di tengah keramaian, aku berteriak.
Memanggil namamu dengan senyum lebar.
Yang kau balas dengan lambaian tangan.
ㅡlalu kau balas senyum keindahaaaan~ (lah nyanyi)
Foto enam, 2017, Concert, taken by me.
"Bisa nggak, sih?"
"Nggaaaak, huhu."
"Ih, cupu, deh."
Aku mendelik marah padanya. "Enak aja! Cobain nih kalo bisaa."
Dia terkekeh pelan sebelum akhirnya melangkah maju menggantikan posisiku di depan mesin keparat itu. Tangannya menggesek kartu permainan guna mengaktifkan kembali mesinnya. Aku bersedekap tangan di sebelah, memantau apakah lelaki itu bisa mengambil boneka.
Saka kemudian larut sendiri dalam permainannya. Menarik tuas, menekan tombol, lalu berakhir dengan embusan napasnya diiringi suara cekrik dari ponselku.
Ia lalu menoleh sambil tersenyum lebar seolah-olah tak pernah melakukan apa-apa.
"Nggak bisa, hehe, yuk."
Foto tujuh, 2018, Game Center, Taken by me
ㅡㅡㅡㅡ 2020
WhatsApp notification
07.00
[Saka] Di mana? Masih di rumah, kan?
[Saka] Nitip Kirana, yakk
[Saka] Nanti dijemput maknya jam 12
07.15
[Me] Hooh
[Saka] Dah di depan, hehe.
Aku melirik pintu depan setelah membaca pesannya. Detik kemudian, tingtong, terdengar suara bel yang sukses membuatku bangkit dari sofa untuk membuka pintu.
"Haaai, Kirana!" Aku menyapa riang setelah mendapati anak kecil berumur 5 tahun dengan rambut dikuncir dua dan tas ransel pink tersampir di pundaknya.
Ia menghambur ke pelukanku. Wangi anak kecil yang khas seketika menyeruak masuk ke penciumanku.
"Eh, jangan peluk-peluk. Tantenya masih ileran, belum mandi!" Pria di belakangnya memegang pelan pundak gadis kecil tadi.
"Eh, enak aja, Sak!"
Saka, pria dengan balutan jas itu, terkekeh kecil setelah mendapat pukulan pelanku pada bahunya.
"Eza mana?" tanyanya sambil berusaha melihat ke dalam rumah dari celah pintu.
"Belum bangun, habis ngerakit gundam semalem."
"Ah, yang bener? Habis ngerakit gundam apa habis-"
"Sut sut sut suut, nggak usah sok tau, lo. Dah sana kerja, kerja! Heran gue, hari libur juga masih kerja, Kirana ayo dadahin dulu papanya."
"Iya, iya, buset galak amat, bumil."
Aku mengangkat tangan Kirana dan melambaikannya pada Saka yang sudah menjauh hendak menuruni tangga teras.
"Dadah Papaaa!" Suara Kirana cempreng mengalun.
Kemudian aku mengajaknya masuk dan menutup pintu.
"Udah sarapan belom, Kir?"
Kirana sudah duduk anteng menonton televisi, sedangkan aku melangkah ke dapur setelah mengambil ponsel di atas sofa.
"By... aku laper..."
Suara serak khas orang baru bangun tidur terdengar bersamaan dengan munculnya Eza yang rambutnya berantakan.
"OM EJAAAA!"
"Eh eh, udah ada Kirana cantik. Mau ngapain nih?"
"Za, kamu nggak malu sama Kirana baru bangun jam segini?"
Aku ikut menimbrung dari dapur walau sambil menatap ponsel cukup lama,
'Anda yakin ingin menghapus folder?'
'Ya.'
Folder 'Foto Saka' telah dihapus. Urungkan.
orenjiday posted: “Kok nggak malu gitu sama Kirana.”
See 10 replies...
ezaparahita: “Kok nggak malu gitu foto suaminya dipajang-pajang.”
saka0116: “Siapa duluuu bapaknya Kirana... ya gue.”
yayanmasbuloh: “Pagi-pagi junk food, ckck. Mau doooong.”
wiratno_jaya: “Bau Bang Eza kecium sampe tempat gue.”
devahrnd: “Kirana-nya manaaaa??????”
6 notes
·
View notes