#Tawanya
Explore tagged Tumblr posts
kaktus-tajam · 22 days ago
Text
There is khair behind everything.
Kukira menjadi dokter itu banyak mengajarkan pasien. Ternyata, justru dokter yang seringkali lebih banyaak belajar dari pasien.
-
Selama 6 bulan terakhir di US sebagai clinical research fellow, alhamdulillah aku berkesempatan bertemu banyak pasien, yang jadi perantara pesan-pesan dari Allah.
2 bulan lalu misalnya: keluarga muslim dari Scotland itu.
Pasien ini seorang anak ini usia belasan tahun, di kursi roda karena spastisitas pada kakinya. Iya, anak ini didiagnosis penyakit langka, ia satu dari lima pasien yang sama di dunia. Ia sering tertawa. Walau mungkin tawanya bagian dari penyakitnya: stereotypical laughter.
Ibunya teduh sekali, dalam hijab putihnya. Ayahnya tampak sederhana, masih muda dan aksennya Scottish-nya begitu kental sehingga sulit dipahami. Haha. Adiknya juga ikut menemani, kalem dan malu-malu duduk di sebelahku sepanjang klinik.
Selepas konsultasi 1,5 jam hari itu, kami saling mengucap salam, beliau memberikan tim kami hadiah cokelat dan kue.
Kami berpisah, keluarga beliau menuju lab untuk sampling darah. Setelah mengurus berkas dan lainnya, aku bersiap ke rehat pekananku: shalat Jum’at, yang biasa diadakan di hall dari dormitory building-nya Harvard Medical School. Letaknya di seberang Boston Children’s.
Hari itu suhu sudah negatif, menjelang musim salju. Aku berjalan dalam dingin, walau alhamdulillah ada matahari! Masih pukul 12 lewat, aku mampir beli makan dulu deh, batinku.
Dan di momen itu lah aku berpapasan dengan keluarga itu lagi.
“Assalamualaikum! Do you want me to help you take the pictures?”
Aku menyapa dan menawarkan untuk mengambil foto mereka sekeluarga yang sedang berfoto di depan gedung kedokteran kami.
“Waalaikumussalam! No worries it��s fine! Thank you.”
Ibunya menjawab dengan senyum dan hangat.
“MashaAllah it is so nice to see you. There is going to be a Jummah prayer here, if you’d like to join.”
“We are heading to the masjid actually, we heard it’s pretty close.”
“Ahh yes, it is walking distance, it’s a beautiful masjid, and with this beautiful weather you should definitely go there.”
Kami akhirnya mengobrol sebentar di courtyard Harvard yang hijauuu dan cantik itu.
Mereka bercerita, mereka dari keluarga Pakistan, walau sudah lama menetap di Inggris.
Aku bercerita lebih detail background-ku dokter dari Indonesia dan sekarang sedang melakukan penelitian tentang kasus-kasus penyakit neurogenetik langka.
“I am always inspired by my patients and their family. You guys are the reason we are doing research.”
“Thank you! Thank you for doing this.”
Tiap keluarga pasien berkata demikian, selalu membuatku merinding. Research di penyakit langka itu kadang sangaaat membuat frustrasi haha, tapi di saat yang bersamaan: sangat mengisi ruang hati. Fulfilling and rewarding.
“InshaAllah, may Allah give you strength and may Allah make it easy.” Aku mendoakan mereka.
Tapi jawaban sang ibu, membuatku berkaca-kaca:
“Aamiin. It’s okay! We believe that there is always khair in everything.”
Deg. Iya ya, selalu ada kebaikan dalam setiap skenario Allah. Beliau mengatakan itu sambil tersenyum lebar dan muka berseri-seri. Bagiku, mereka telah diuji dengan penyakit yang merenggut masa muda anaknya. Telah mengubah hidup keluarga ini, berobat kesana kemari, mencari jawaban hingga 7000 kilometer dari rumah.
"We have eeman, we'll be okay.”
Dan kalian tau apa? Beliau dengan senyumnya berkata:
"The dunya is temporary anyways.”
Kata-kata itu menghujam dalam.
Aku merasa iba pada mereka, padahal mereka sedang menabung banyak amal shalih untuk akhirat mereka. Aku harusnya iba pada diriku sendiri.
Aku merasa kasihan, padahal justruuu Allah sedang meninggikan derajat mereka dengan ujian tersebut. Aku harusnya mengasihani diriku sendiri.
Aku merasa simpati berlebih, padahal Allah hadiahkan mereka sarana penggugur dosa yang terus menerus dengan sakitnya itu. Aku harusnya bersimpati pada diriku sendiri.
Aku tersenyum, malu. Mereka keluarga yang ketaqwaannya begitu terpancar, pesona iman yang menghibur hatiku yang terlalu sering terlena ini.
Kami berpamitan, saling mengucap salam dan doa, dan sang ibu memberi pelukan hangat.
Hari itu aku banyak terdiam, ya Allah, semoga kami bisa menjadi perantara-Mu dalam kesembuhan untuk mereka. Sebagaimana mereka memberi kesembuhan untuk hatiku.
-h.a.
Boston, Desember 2024
146 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Sore ini aku berpapasan dengan orang asing. Tapi aku pernah tahu apa mimpinya, baunya, tawanya. Apakah dia masih mengejar bintang yang dulu dia ceritakan? Atau kini dia sudah lupa akan langit yang pernah kami tatap bersama?
Andira Wu
63 notes · View notes
diksibising · 5 months ago
Text
Yang terlihat baik-baik saja, bukan berarti ia tak memiliki luka. Yang terdengar keras tawanya, bukan berarti ia tak memiliki kepelikan dalam hidupnya. Yang dikira bahagia belum tentu ia tak pernah mengalami duka.
Pada hakikatnya kita semua sama, pernah, sedang, akan, terluka. Hanya saja yang membedakan perspektif dan caranya dalam mengahadapinya.
Tumblr media
18 notes · View notes
wahdanynayy · 2 months ago
Text
Kuatnya wanita
Aku kagum pada kuatnya wanita, saat mudah baginya untuk tersenyum kala menahan luka. Aku heran pada tegarnya wanita, saat tawanya tersemai di tengah tangis yang seharusnya ia urai. Betapa heran aku pada hati wanita, di balik rapuhnya yang bagai kaca, ia begitu kuat menahan segala sakit yang dirasa. Tak segan ia berkorban demi yang ia cinta.
Katanya wanita itu sosok yang lemah dan rentan. Di dalam dirinya ada kelembutan yang telah penciptanya berikan. Tapi, wanita dengan kelembutannya tak selemah itu. Justru ia kuat bersamaan dengan kelembutan yang dimilikinya. Wanita itu kuat, aku kagum pada kuatnya ia. Dibalik raganya yang tak sekuat lelaki ada hati yang kuat melebihi besi. Di balik hati yang begitu lembut dan mudah terluka, ia masih mampu tersenyum menahan segalanya, seakan tak terjadi apa-apa. Luka yang dengan mudah ia tutupi dengan senyum yang menenangkan hati.
Wanita, ia begitu tegar. Masih mampu tertawa dan menebar bahagia kala seharusnya ia mengurai air mata. Terlihat baik-baik saja di hadapan orang-orang yang ia tak ingin mereka tahu tentang lukanya. Terlihat baik-baik saja agar orang lain tak mengasihani ia yang terluka. Ia tegar, karena memang begitulah ia. Ia kuat, karena memang begitulah hatinya. Sebagaimana pun luka menggores hatinya, ia tahu bahwa lemah dan menyerah bukan pilihannya. Kuatnya hati dan jiwa, mengalahkan kuatnya fisik yang ia miliki. Dari luar ia memang terlihat biasa saja, mudah sekali rapuh bahkan. Tetapi, ketika ia memutuskan untuk kuat maka tak ada yang mampu melemahkannya.
Aku heran, dua hal yang bertolak belakang bisa menjadi satu pada diri seorang wanita. Hatinya rapuh, mudah sekali pecah bak kaca. Bahkan harus berhati-hati kala sudah menyangkut mengenai hatinya. Jika salah sedikit saja, mudah bagi kaca yang rapuh itu untuk retak. Tapi lagi-lagi wanita begitu kuat menahan setiap luka. Begitu kuat ia menahan segala sakit yang dirasakannya. Begitu sabar ia menata kembali hatinya yang telah pecah bagai kaca.
Satu hal lagi, kala wanita telah memiliki cinta, ia tak segan untuk berkorban. Mengorbankan hati juga apa yang ia miliki demi apa yang ia cintai. Sebagaimana ibu yang berkorban bagi buah hatinya, sebagaimana wanita yang berkorban demi laki-laki yang dicintainya. Pengorbanan yang penuh dengan ketulusan. Pengorbanan yang penuh dengan keikhlasan. Pengorbanan yang padanya ia kerahkan segala kekuatan. Jangan sekali-kali diremehkan. Jangan sekali-kali dianggap tak berharga. Jangan pula menganggap wanita begitu lemah. Karena wanita memiliki sisi lemah dan kuat di saat yang bersamaan.
16 notes · View notes
tuanpoetry · 3 months ago
Text
Tumblr media
—virá láo
28/11/2024
05.18 pm
bagaikan abu dimusim semi, sama seperti aku yang duduk bermandikan semua kesedihan manusia yang seharusnya sudah menjadi lautan di daratan sempit ini. merekah didalam lagunan isak tangis. sambut menyambut meneriakkan rasa sakit masing-masing. aku mendengar, aku merasakan, namun tertunduk tak menggerakkan apa-apa.
tampaknya akhir tahun ini banyak akhir yang menyenangkan setidaknya bagi orang-orang yang telah menaruh segala harapannya disetiap awal pergantian bulan baru. namun tidak bagiku, tidak pernah lagi aku memanjatkan apa-apa pada berhala dan segala yang disebut sebagai Tuhan. beberapa mungkin berhasil dengan harapannya, beberapa lagi mungkin belum. sedangkan aku tidak tahu apakah ini bisa disebut keberuntungan, namun aku harap bukan aku satu-satunya yang menemukan sebuah akhir yang baru saja dimulai.
apa kamu tahu jika bertemu seseorang yang tidak pernah ada dihidupmu sebelumnya akan menjadi selekat ini pada ingatan? sebab aku baru saja mengalaminya. semua yang ada padanya membuatku tenang, tidak biasanya hal ini terjadi pada orang yang baru saja kutemui. setiap detail tentangnya, entah mengapa tidak membuatku terganggu sama sekali.
matanya yang coklat ditutupi oleh kaca pembesar miliknya membuatnya terlihat seperti kutu buku. suaranya yang melekat diingatanku meski aku tidak dapat mengingat rupanya, namun mampu menenggelamkanku pada kedalamannya. gelak tawanya begitu renyah yang tidak memiliki jeda seperti kereta api saat melaju dan senyumnya yang lebar, adalah satu-satunya yang tidak berhasil menipuku atas rasa sedih yang dia sembunyikan.
seorang laki-laki yang riang namun sepi dan sedih tercermin pada saat aku sedang nikmat-nikmatnya mendengarkan dia bercerita. sudah pasti dengan segala bahasa tubuhnya yang membuatku tersenyum dan tertawa secara tidak sadar. tidak terhenti dan tidak kubiarkan mataku berkedip agar aku bisa melihatnya lebih lama lagi karena mungkin itu pertemuan pertama dan terakhirku dengannya.
aku menyukai segalanya, yang sedang duduk di sampingku ini. makanan yang ia masakkan untukku yang membuatnya sedikit lebih lama untuk mendatangiku. sempat saja aku berpikir mungkin tidak akan datang lagi seperti sebelumnya.
kamu tahu? ini masakkan pertama yang kuterima dari seorang lelaki. ingin aku awetkan karena takut tidak ada lain waktu untuk bisa menikmatinya kedua kali. perasaan aneh sempat membingungkanku, seperti sebuah galaksi sedang berputar di dadaku saat suapan pertama berhasil lolos masuk ke dalam diriku. aku terkesima namun tak sadar beberapa tetes air sudah menggenangi mataku.
sepulangnya dia berlalu, begitu juga rindu datang bertamu.
bagaimana bisa dadaku terasa sesak seketika, semua bergelimang dalam kepala meminta diulang kembali dalam semata. aku termenung melihat kelopak mawar putih yang sudah layu, sengaja aku membeli untuk diriku sendiri beberapa hari lalu. aku hanya ingin ada yang bisa kubawa pulang dari Kota penuh kaki-kaki ini.
sungguh tidak pernah ada keinginanku datang kesini, namun memang jika semakin kita hindari sesuatu maka semakin akan di dekatkan dengannya.
namun sekali lagi, hujan-hujan ini belum juga reda. mereka terus-terusan menitikan diri pada punggungku yang sudah bengkok ini. mataku semakin sempit untuk melihat bahagia, pipiku semakin kaku sebab ototnya jarang digunakan untuk tersenyum.
tidak mengapa, tidak apa-apa juga. helai-helai muram ini masih dapat kutenun menjadi sesuatu yang lebih berarti. mungkin aku bisa mengubahnya menjadi sereal untukku makan setiap pagi. dengan harap akan bisa lebih menerima kekecewaan sepanjang hari.
aku tidak mengerti lagi, sudah cukup lama aku duduk untuk beristirahat namun tetap saja tidak mampu aku berdiri. masih saja aku terpaku dalam ingatan-ingatan yang tidak ingin kulihat lagi. derap-derap tangis di dalam diriku meminta dibebaskan namun aku bujuk untuk tetap sabar. aku menenangkannya dengan cerita pria manis tempo hari itu.
lalu mereka tersenyum dan berpesan padaku “tolong jangan tunjukkan padanya bahwa kami ada didalam dirimu”. aku menoleh pada lurusnya jalan dan menikmati diamku. tampak jalan yang kosong dan basah seusai hujan reda. mataku menelisik ke lubang-lubang sisa kehidupan, apakah ada warung yang menjual kekenyangan?
sayangnya aku lupa bahwa Kota ini tempat menjual diri dengan bayaran depresi. untung kaki-kaki ini punya banyak koneksi agar dapat dijual kepada laki-laki. sementara disini aku banyak menemukan sudut yang ramai tempat kaki-kaki mencari nasi. aku sempat tidak menyukai namun kini Kota ini mengisi sisi hati. meskipun baru bertemu satu kali namun itu sangat mengobati.
entah berapa lama lagi aku harus bertahan, sedang kasihku pun sedang kehilangan perempuannya. aku sekarat diujung kemerdekaanku namun aku masih ingin tetap tinggal menemani kue biskuitku.
aku tak mampu mengucapkan bahwa aku tengah lara, aku menderita tapi aku selalu mengatakan padanya untuk bertahan dengan hidup yang dijalaninya. aku ingin lebih mengenalnya namun aku tak mampu beranjak dari lesung ini. satu-satunya hal yang tidak ingin aku bawa dalam kegelapan ini adalah dia. tidak kuizinkan ia menyembunyikan tangisnya lagi. tidak kuizinkan dia merasakan sakit yang kurasakan.
siapapun yang disebut Tuhan, aku meringkuh lebih rendah dari harga diriku untuk membahagiakannya. berilah dia napas kebahagiaan dan tolong sampaikan pada perasaannya bahwa ia sudah dicintai olehku yang bukan siapa-siapa ini. buat ia merasakan bahwa dia dan hidupnya berharga bagi seseorang yang menyedihkan ini.
getir tubuhku tidak mampu aku tahan, mengatakan apapun yang kurasakan juga masih tidak layak.
apa aku akan bertahan seperti yang sudah-sudah?
tanganku yang kering ini sudah layu dimakan dinginnya hujan kesedihan. berusaha menggenggam tangannya pun aku sangat malu. tidak henti aku merasakan hal-hal yang membuatku pilu, lalu kini aku masih harus melihatnya bersedih sebab seseorang yang meninggalkannya. aku benar-benar tidak ingin membiarkannya merasa sendirian.
jika benar waktu akan memihakku dan aku berhasil beranjak dari sini, akan kumenangkan dirinya beserta hidup dan impiannya.
“from soul to soul, when your eyes on me that is when i fall into you.”
16 notes · View notes
tanyahati · 4 months ago
Text
🌷✍🍁
puncak dari kesabaran,yaitu ketika kamu diam padahal dalam hatimu ada luka yang berbicara, dan puncak dari kekuatan yaitu ketika kamu bisa tersenyum sedangkan matamu ada seribu air mata..
Jika ingin tau seberapa deritanya dia selama ini duduklah di sampingnya liatlah ketika dia tertawa, apakah kamu melihat atau kamu bisa membandingkan mana tertawa bahagia dan mana tertawa yang bersifat menutupi luka..
Jangan terkecoh dengan tawanya seseorang karena belum tentu dia tertawa karena bahagia bisa jadi itu hanya sampul ketika beban masalah yang dia hadapi tidak menemukan titik terang lantas dia menutupi masalah kesedihan kebingungan juga beban itu dengan melampiaskan hanya dengan tertawa...
Tumblr media
7 notes · View notes
aisyahnuraeni · 5 months ago
Text
Hari-hari bersama Faiq adalah hari-hari yang bahagianya berlapis-lapis. Kadang masih gak nyangka, lho ini yang ditunggu 2 tahun sekarang sudah jalan 4 bulan. Tidurnya di sebelahku, tawanya jadi penghiburku.
Anak ini betul-betul hadiah dari Allah. Jadi teman yang hadirnya bukan hanya menghilangkan kesepian, tapi memberikan rasa aman. Padahal tubuhnya masih kecil (besar dan berat sih, tapi belum sebesar orang dewasa) — tapi hatinya sungguh bikin iri karena masih begitu bersih, polos, dan suci.
Kehadirannya membuat aku memaknai keberadaan diriku lebih dalam lagi. Aku bukan sekadar manusia yang diciptakan tanpa tujuan, karena melalui aku, anakku bisa merasakan kasih sayang Allah yang tidak terbilang. Kok bisa ya, amanah besar ini, Allah letakkan di pundakku? Padahal aku masih banyak kurangnya, masih malas-malasan ibadahnya. Lalu aku sadar, melalui Faiq pulalah aku bisa merasakan hangatnya kasih sayang Allah buatku. Allah hadirkan Faiq sebagai sebaik-baik teman perjalananku. No matter how bumpy the road is, we'll always have each other 🤍
8 notes · View notes
skyrettes · 1 year ago
Text
Dive Into You
Tumblr media
Genre: Fluff & smut
Words: 2.5K
Warnings: Pool sex, unprotected sex, teasing, fingering, nipple play, semi-public sex, talking about pregnancy.
Playlist: It's you by Zayn Malik
Alessia
Kesibukan pekerjaan agaknya menjadi momok yang nggak bisa gue ataupun Damian hindari hingga detik ini. Momen kita bersama hampir bisa dikatakan cukup singkat sebab kegiatan masing-masing yang amat padat. Gue bisa menghabiskan lebih dari dua puluh empat jam di rumah sakit lalu pulang hanya untuk singgah tidur, sedangkan Damian sibuk menjajahi berbagai sirkuit selama berbulan-bulan dan menetap selama beberapa hari lalu menghilang bak seperti rutinitas.
Hubungan ini tetap berjalan baik, bahkan jauh dari kata baik sebab gue sendiri merasa semua hal berjalan dengan semestinya. Awalnya gue khawatir hubungan ini nggak akan berjalan mulus seperti kebanyakan orang karena kita terlalu fokus dengan diri sendiri, tapi ternyata dugaan itu malah terjadi sebaliknya. Gue menemukan keseruan disana, kita menemukan keasikan menjalin hubungan ditengah kesibukan ini. Akan ada banyak stock cerita yang kita simpan untuk diceritakan pada masing-masing saat waktunya tiba, dan menurut gue itu adalah hal yang seru.
Hari ini Damian pulang. Seperti halnya seorang istri yang baik, gue akan membuatkan masakan kesukaannya, merapikan seisi rumah, lalu menyambutnya dengan hangat. Kalau boleh jujur, perasaan kangen yang menghantui gue selama dua minggu terakhir ini cukuplah menyiksa. Bahkan mendengarkan suaranya melalui telepon pun nggak mampu menghilangkan rasa kangen itu.
Senyum gue merekah ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Kaki gue berjalan dengan penuh excited beserta senyum lebar saat sosoknya menatap gue bingung.
“Hai!” sapa gue dengan perasaan bersemangat disertai dada gue yang terasa begitu penuh saat wajah lelah dan seringai khasnya itu merontokkan rasa kangen ini.
Gue masih diam beberapa langkah di depannya sambil merentangkan kedua tangan dengan percaya diri. Dia terkekeh kecil sembari mengerutkan alisnya, mungkin merasa bingung sebab istrinya ini terlihat jauh lebih bersemangat daripada sebelum-sebelumnya.
“Are you okay?” tanyanya lalu mendekat untuk kemudian menarik tubuh ini masuk kedalam pelukan hangatnya.
Lega. Rasanya benar-benar lega seolah semua masalah gue bisa terselesaikan hanya dengan masuk ke dalam dekapannya. Jantung gue masih berdetak begitu cepat, sensasi excited yang timbul ketika melihatnya seperti tidak pernah hilang hingga detik ini. Bahkan pipi gue sering kali memerah tanpa sebab yang jelas ketika berada didekatnya. Gila, gue benar-benar udah gila karena cowok satu ini.
“Ini mah bukan kangen lagi namanya.” cibirnya kembali mengolok-olok gue karena masih terlalu gengsi untuk bilang kangen secara langsung.
Gue nggak tahu bagaimana mendeskripsikannya, tapi pelukan Damian adalah pelukan paling nyaman yang pernah gue rasakan. Lebaynya gue nggak akan bisa hidup tanpa pelukan ini untuk waktu yang lama. He's so comfortable, He has a warm chest, broad shoulders, soft touch and he smells good.
“Mau berdiri aja atau gimana?” tanyanya dengan nada lembut yang membuat gue semakin nggak ingin lepas dari pelukannya.
“Diam dulu, ini aku masih sharing energy sama badan kamu.” jawab gue asal yang kemudian mengundang gelak tawanya.
“Bisa gitu, ya?” Gue hanya mampu memberikan cengiran kecil lalu kemudian melepaskan tautan diantara kita.
Gue kembali mengikuti langkah kaki Damian menuju kamar untuk meletakkan beberapa barang-barangnya. Saat dia mulai sibuk mengeluarkan beberapa baju dari dalam kopernya, gue hanya berdiri tegap seperti anak kecil sambil menunggu sosoknya kembali mengalihkan atensinya pada gue.
Hari ini gue kenapa, ya? Iya, gue juga cukup bingung dengan sikap gue hari ini yang menjadi sangat manja dari sebelumnya. Gue cukup sadar akan rasa kangen ini, tapi gue nggak menyangka akanmenjadi bersikap clingy seperti ini.
“How's your day, sayang?” Pertanyaan sederhana itu hampir nggak pernah terlewat dia lontarkan setiap harinya. Hal simple yang menurut gue punya impact yang besar tanpa gue sadari.
“Aku hari ini cuma rapi-rapiin rumah, terus baca buku sebentar sama tadi tidur siang dua jam an. It was good, jarang-jarang juga aku bisa tidur siang.” jawab gue dengan mata yang masih sibuk menatap punggung lebarnya itu.
“Terus tadi sempat telepon sama Mama juga sebentar.”
“Oh, ya? How is she?” Damian kembali menutup kopernya lalu menyisihkannya ke sisi lain begitu barang-barangnya sudah kembali ke tempatnya masing-masing.
“Sehat kok, dua hari lalu udah aku cek gula darah, tensinya dan lain-lain, semuanya normal. Orangnya telepon nanyain mantunya udah pulang apa belum.” ujar gue yang membuat Damian langsung tertawa.
Damian berjalan untuk kemudian membuka pintu samping kamar yang membuat angin malam itu sukses menyapu kulit gue. Gue mengikuti langkah kakinya munuju luar kamar, lalu terdiam saat dia menepuk-nepuk pahanya, meminta gue untuk duduk diatas pangkuannya.
Damian
“Kamu mau berenang?”
Gue hampir terkekeh kecil begitu melihatnya mengalihkan pandangan ke arah kolam renang untuk mengabaikan instruksi gue. Gue nggak langsung menjawab pertanyaannya untuk mengamati gerak-gerik salah tingkahnya yang begitu lucu itu.
Masih sama. Ales nggak pernah benar-benar berubah sejak dulu, tingkahnya masih seperti anak kecil yang ajaib. Kadang membuat gue hilang kata-kata, atau sakit perut karena terlalu lama tertawa.
“Iya, habis ini sekalian mandi.” jawab gue lalu kemudian beranjak untuk duduk bergabung bersamanya di pinggiran kolam.
Ales adalah tipe orang yang cukup gengsi untuk mengungkapkan perasaannya, tapi dia selalu punya cara tersendiri supaya perasaannya itu bisa tersampaikan meskipun nggak melalui kata-kata secara langsung. Seperti hari ini contohnya, melihat dia excited ketika menyambut gue lalu memeluk gue dengan manja sudah cukup menggambarkan bagaimana perasaannya.
“Tapi airnya dingin, nanti kamu—” Tawa gue nggak tertahan begitu dia dengan reflek mengalihkan pandangan saat gue dengan jahil langsung membuka baju.
“Ihhhh, kan aku belum selesai ngomong!” serunya dengan wajah cemberut sambil sesekali melirik gue.
“Kenapa lihat ke arah lain? Masih malu lihat suami sendiri nggak pakai baju?” goda gue sambil mencolek dagunya.
“Nggak! Siapa juga yang malu?!” jawabnya sambil pura-pura berani menatap kearah gue. Pipinya tiba-tiba merona saat dengan iseng gue mengangkat alis kiri gue sembari tertawa.
“Apasih, nggak usah ketawa! Udah sana renang!”
“I'd love to.” jawab gue lalu dengan kecepatan kilat mencium bibirnya itu untuk kemudian masuk kedalam kolam.
***
Tentu saja Alessia tahu bahwa suaminya itu sangat-sangat jahil. Sifat yang dari dulu tidak pernah berubah dan sering kali membuatnya jengkel. Meskipun begitu, tak jarang sifat menyebalkan Damian yang satu itu sukses membuatnya tersipu malu, seperti saat ini contohnya.
Ia hanya mampu terdiam dengan tingkah laki-laki itu. Dalam hati ia ingin berteriak karena sudah dibuat salah tingkah seperti ini. Alessia berdehem singkat, kemudian memperhatikan Damian yang masih sibuk berenang kesana kemarin di kolam renang mereka. Ia sempat bergidik singkat karena air kolam yang terasa begitu dingin ini menyelimuti kakinya.
“Yan,” Alessia kembali bersuara saat laki-laki itu berenang menuju ketepian.
“Hmm?”
“Kayaknya aku telat datang bulan deh.” Gadis itu sempat ragu dengan asumsinya sendiri. Pasalnya memang benar jika sudah seminggu lebih tamunya itu belum datang. Awalnya ia berpikir jika semua itu disebabkan karena stress semata, tapi Alessia ingat jika kesibukannya akhir-akhir ini cukuplah normal.
“What does it mean?” tanya Damian dengan polos yang membuat Alessia pun tiba-tiba menjadi kikuk.
“Ya, telat. Biasanya kan siklus menstruasiku datangnya tepat waktu, tapi udah semingguan ini nggak dateng-dateng.” Damian berenang mendekat kearah Alessia dengan berbagai macam pertanyaan di kepalanya.
“Kamu hamil?” tanya laki-laki itu spontan yang membuat Alessia hampir tersedak air ludahnya sendiri.
“No! I mean, I don't know yet. But, what if I did?” ujarnya lemas yang membuat Damian malah tambah dibuat bingung.
“Come in.” ujar laki-laki itu yang langsung dibalas gelengan kuat oleh Alessia.
Mungkin Alessia pikir penolakannya barusan sudah cukup membuat Damian paham, tapi ia baru ingat jika Damian bukanlah Damian apabila keinginannya tidak terpenuhi.
Laki-laki itu menarik pinggang Alessia masuk kedalam kolam yang membuat istrinya itu memekik kaget.
“Yan!!”
“Kamu apaan sih! Dingin airnya!” seru Alessia dengan kedua tangan yang bertaut erat pada leher suaminya itu. Ia menatap Damian kesal lalu memukul dadanya yang malah mengundang senyum menyebalkan khas milik Damian.
Kini tubuh dan juga rambutnya basah kuyup, angin malam yang berhembus hari itu membuat air kolam yang sudah dingin bertambah dingin.
“Stay still.” ujar Damian sambil mengeratkan tautan tangannya pada pinggang istrinya itu.
"Nanti airnya nggak bakal dingin." ujar Damian yang membuat Alessia tidak bergerak. Tak lupa ia masih mengalungkan kedua tangannya pada leher Damian supaya dirinya tidak tenggelam karena tidak bisa berenang.
Alessia cukup dibuat kaget karena kata-kata Damian barusan benar adanya. Air yang membalut seluruh tubuhnya itu secara perlahan terasa lebih hangat menyesuaikan suhu tubuhnya.
“What if I'm pregnant?” tanya Alessia kembali.
Selama dua tahun menikah, obrolan tentang memiliki anak di antara mereka masih belum begitu sering. Bukan karena mereka tidak menginginkan hal itu, tapi dua tahun masih belum cukup bagi mereka untuk menghabiskan waktu hanya berdua. Damian dan Alessia masih ingin melanjutkan hubungan seperti halnya pacaran itu sedikit lebih lama.
“Then I'll be the luckiest husband in the world.” jawab Damian yang membuat Alessia pun langsung terdiam.
“Maaf ya?”
“Kenapa jadi minta maaf?” Damian mengusap pipi kanan istrinya itu saat tiba-tiba ekspresi murung menghiasi wajah cantik Alessia.
“Ya, aku nggak nyangka aja bakal secepat ini. Apalagi dari awal kita masih mau habisin waktu berdua dulu.”
Hati Damian pun sukses dibuat tersentuh. Laki-laki itu kembali tersenyum lalu memeluk Alessia kuat, mencium pipi dan juga bibirnya secara bergantian.
“But still, itu masih asumsiku aja. Aku nggak berani ngecek sendiri.” ujar Alessia.
“Nanti kita cek bareng-bareng.” tutur Damian yang dijawab berupa anggukan kecil oleh istrinya itu.
Untuk beberapa saat dua insan yang berpelukan erat itu hanya saling bertatapan. Berjalan perlahan menuju sisi lain kolam tanpa niat untuk melepaskan tautan di antara mereka.
"Aku nggak bohong soal I'm the luckiest husband in the world, because I am. Kalau kamu pikir aku nggak bahagia, kamu salah. I'm more than happy and grateful, Al. I swear to God." kata Damian yang entah mengapa membuat Alessia seperti ingin menangis.
"Me too, thank you, Yan." jawab Alessia dengan senyum lebarnya.
Tidak ada perasaan kecewa sedikitpun yang Damian rasakan. Mungkin berita yang disampaikan istrinya barusan masih belum tentu kebenarannya, tapi ia sangat bahagia. Dan mungkin ia akan menjadi orang paling bahagia di bumi ini jika istrinya itu benar-benar hamil.
“I think I wanna learn how to swim.” celetuk Alessia ketika tubuhnya jauh lebih relax setelah beberapa kali berjalan ke sisi-sisi kolam bersama Damian.
“I'll teach you.” jawab Damian sambil tersenyum tipis.
Damian brought the two of them closer to the edge, so she could hold onto the pool stairs. Alessia felt Damian's wet lips and tongue in her neck, causing her to moan his name.
“Wait—” Interupsi Alessia sambil menahan dada telanjang Damian supaya sedikit menjauh darinya.
“Yes?” Alessia menelan ludah susah payah saat tatapan Damian kembali menusuk ke arah matanya. Rasanya ia kini seperti seekor kelinci yang hendak diterkam singa yang lapar.
“Kalau misal ternyata aku nggak hamil gimana?” tanyanya kembali dengan khawatir.
Kemungkinan penyebab ia telat datang bulan tidak benar-benar condong pada satu hasil saja. Meskipun setengah bagian hatinya berharap ia hamil, tapi rasanya akan cukup sulit jika ia menerima hasil yang sebaliknya, apalagi pernikahan mereka sudah berjalan selama dua tahun dan mereka tidak benar-benar menggunakan pengaman saat berhubungan seks.
“I'll get you pregnant then.”
She whined softly, being sensitive to his touch. Alessia membekap mulutnya ketika suara tak senonoh itu lolos begitu saja dari bibirnya saat ciuman Damian di bagian lehernya menjadi brutal.
He's craving her all day long, and he deserves to get his meals. Damian mengarahkan tangan Alessia pada rambut laki-laki itu saat ia mulai bermain di sisi lain leher istrinya itu.
With the light of the moon, the stars and the burning torches it felt special. Alessia melingkarkan kakinya di pinggul Damian dengan erat ketika tangan laki-laki itu mulai menjarahi area lain tubuh Alessia.
He slipped his fingers between her legs, rubbing her clothed core, then slid her mini dress bottom to the side and slowly entered her pussy with his fingers.
“Ahhh…” Her fingers danced through his hair, drawing him in as a delicious wave of pleasure washed over her. Alessia found herself breathless, her body trembling with anticipation. Damian felt her growing intensity, his touch deepening as shivers ran down her spine.
Damian tersenyum menang saat melihat ekspresi wajah Alessia yang tidak karuan. Laki-laki itu menarik tengkuk istrinya untuk kemudian menyatukan bibir mereka. Damian mencium, menyesap bahkan menggigit bibir bawah Alessia tanpa ampun seolah tidak akan ada hari esok.
Alessia tried to stay quiet. Meskipun ia tahu tidak ada orang lain selain mereka berdua di rumah ini. Tapi tetap saja ia tidak ingin erangan menjijikkannya itu menggema di seluruh rumah mereka.
“Let me hear your voice, sayang.” His index finger trailing down in between her breasts, Alessia felt herself going insane. She couldn't help but let a moan slip from her lips.
“Damian…” Kepala Alessia terasa begitu penuh. She loves it, she loves every touch of Damian's hands all over her body. It's so overwhelmed that she couldn't think insanely.
“Nervous?”
She shook her head and met his eyes again, “No. Are we going to do this here?” tanya Alessia dengan nada polos yang membuat Damian tidak mampu menahan rasa gemasnya. Laki-laki itu mengangguk lalu kembali mencium bibir istrinya itu.
“Pool sex sounds so much interesting.” bisik Damian lalu menjilat telinga Alessia dengan sensual.
“Please…” ujar Alessia lirih yang membuat senyum miring Damian kembali terbit.
He was so goddamn cocky and she's begging did nothing to help that. Alessia couldn't help but think the smug look on his face would be there all night.
Damian pressed his wife firmly against the cool surface of the pool wall. A fleeting sensation brushed against her back, but lost in the intensity of the moment, it barely registered.
“Relax, sayang.” Damian kissed her cheek, her jawline, then stopped to nibble on the pulse point on her neck.
He undress himself and help her to unbutton her underwear. Tubuhnya yang setengah telanjang dan basah itu terlihat begitu sexy di mata Damian. His eyes went darker when Alessia grabbed his neck to kiss his lips.
She kissed him, then he kissed her back like he was about to eat her alive.
Alessia moaned as the both of you let out a guttural moan when he pushed himself deeper inside her hole. “Ahh, Damian…”
"Are you okay?" He rasped.
“I'm fine.”
She held onto Damian tightly, making him smile. He kept her close as they moved together. The water made things a little slow, but Damian enjoyed being close.
Alessia moans grew louder with every thrust, and she felt as if her bodies were colliding in the dance of pure desire under the moon's ethereal glow.
“Ahh, Damian I’m—”
Her big breasts bounced lightly, splashing the warm water on his chest. He took her right nipple in his mouth, giving it a harsh suck.
“Ahhh, no…”
Damian beralih pada sisi buah dada Alessia untuk dimainkan dengan lidahnya. He moved into her deep and hard, that makes her eyes rolling back out of pleasure.
“Dam— Ah…”
He nearly made Alessia scream with how hard he fucked her. The tears disguised by the pool water were enough to describe the pleasure that Alessia felt.
Damian looked down at her, his eyes filled with lust, watching her write underneath him. He shook his head, his pace increasing,
“Shit, I’m not gonna last much longer,” he grunted out another moan, cursing under his breath.
Damian kembali bergerak cepat mengikuti puncaknya yang hampir sampai. Gerakannya yang begitu lambat karena bertarung dengan air tak membuat laki-laki itu tertahan. He adjusted himself slightly, sending both of them over the edge as he buried himself deeper inside of her.
Only a minute later Alessia felt herself climax on his dick, sending herself into a heavenly headspace. Her body shook around him, her nails digging in his shoulders as she felt his cum over her womb.
Nafas mereka memburu, berebut untuk menyerap oksigen sebanyak-banyaknya setelah pertarungan penuh hasrat itu. Air kolam yang semula terasa dingin kini berganti menjadi panas sebab nafsu membara mereka.
Damian menggendong tubuh Alessia naik ke atas sebagai wujud usainya aktivitas panas mereka. Laki-laki itu menggendong sang istri ala bridal dengan kondisi tubuh mereka yang polos.
“Oh, God… What have we done…” ujar Alessia lirih sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah di antara leher suaminya itu.
“Having the hottest intellectual conversation with the hottest wife on earth.”
“Oh, shut up…” jawab Alessia yang membuat tawa Damian pun seketika meledak memenuhi kamar mereka.
19 notes · View notes
nurazisramadhan · 10 months ago
Text
MEMAKNAI TAWA
Tumblr media
Jika kamu ditanya, tawa seperti apa yang kamu suka? Apakah tawa dari seorang yang jatuh hatinya? Apakah tawa dari penonton yang tengah menonton panggung hiburannya?
Kalau aku, selalu menyukai suara tawa bayi atau anak kecil, entah mengapa Rasanya tawa mereka selalu terasa tulus dan penuh makna Nyaringnya penuh jujur dan tanpa berpura-pura
Rasanya tawanya akan selalu menular ke sesiapa pun di sekitarnya Meredakan berbagai pikiran yang tengah menerpa Menghilangkan segala penat meski hanya sementara
Sebab tampaknya semakin mendewasa, kita maka semakin jarang pula gelak tawa terdengar dari kita Sebab sepertinya semakin lama hidup di dunia, rasanya ada begitu banyak hal yang membuat tawa itu sirna
Entah karena proses mendewasa yang banyak menuntut kita untuk menerima realita
Entah karena proses mendewasa dengan segala beban dan tanggungjawab yang ada
Entah karena semakin lama semakin sedikit pula berbagai kolega yang dulu saling berbagi cerita
Meski memang tawa tak lagi hadir sesering dengan sebelumnya, namun tak berarti kita tak mampu untuk berbahagia
Sebab bahagia dapat muncul dari berbagai hal di sekitar kita, dari berbagai hal yang mungkin tak kita duga Lewat berbagai hobi dan aktivitas favorit kita Lewat tontonan yang penuh dengan sukacita Atau mungkin lewat diskusi dan berbicara dengan orang yang kita suka
Semoga setiap tawa yang kelak hadir dalam hidup kita mampu menjadi pereda dari bisingnya dunia
13 notes · View notes
fluffskizeu · 1 year ago
Text
Littles
Suara bell tiba-tiba berbunyi di apartemen yang masih sepi suara itu, jam 6 pagi di hari Minggu, belum ada orang yang beraktifitas.
DUG DUG DUG
Mendengar suara itu, si gadis tidak lagi bisa berpura-pura tertidur. Lagipula siapa yang akan tidak sopan menggedor pintu orang lain di pagi hari, khususnya di hari Minggu?!!
Dengan masih mengernyit, mata yang menyipit, perempuan itu meninggalkan hangat dari pelukan kekasihnya, juga selimut tebalnya untuk melihat siapa yang ada di depan.
Perempuan itu justru semakin mengernyit, dari lubang pengintipnya ia melihat kakak perempuannya ada di depan pintu bersama kedua balita kembarnya.
Click
“AUNTIEEEEEE!!!”
Teriakan dari kedua bocah itu seketika memenuhi unit apartement beserta seisi lorongnya, membuat sang ibu buru-buru melangkah masuk, takut-takut mengganggu yang lain.
Keduanya menyerbu paha perempuan itu, karena tingginya yang belum seberapa, tetap semangat menyambut tantenya yang baru bangun tidur.
“Sorry, really need your help. i have to go to the hospital”
Seakan kakaknya bisa menebak apa yang dipikirkannya, anak kembar yang belum mengerti percakapan orang dewasa itu masih asyik bermain dan bercakap dengan mainan yang dibawanya masing-masing.
“Here I already prepared their meals, this-is what you should cook for them, and these are the list they couldn’t eat— you can bill me for the expenses okay? I really need your help sissy, -must go now!”
Bicaranya dengan kecepatan yang membuat adiknya sendiri termenung diam, berusaha mencerna semuanya. Kakak perempuannya menghampiri kedua balitanya dan mengecup pipi mereka masing-masing.
“You both are happy right? I granted your wish to go to Aunt’s house, now mommy gonna go for a while and you guys— don’t be naughty and give your auntie a hard time, alright? Bu-bye”
Lagi-lagi keduanya masih terlihat senang, mengecup balik pipi ibunya sebelum sang ibu meninggalkan mereka di tempat yang masih sedikit asing untuknya.
Click
Perempuan itu mengerjapkan matanya, apa.. yang baru saja terjadi.. tiba-tiba keponakannya berkunjung- atau lebih tepatnya terpaksa berkunjung?
Ia masih terduduk diam di kursi meja makan, menatap ke arah ruang tamu di mana keduanya sedang bercanda dan bermain, sampai tiba-tiba ia lengah dengan pengawasannya.
Salah satu dari gadis kecil itu membuka kamarnya, dan berteriak memanggil saudara kembarnya.
“PLAY HERE!! IT’S COOL IN HERE!!”
Dilanjut dengan tawanya dan kaki kecil itu mendepak lantai berlari dengan semangat, belum sempat dihentikan.
Oh tidak, Chan sedang tertidur di dalam. Hari ini seharusnya jadi hari istirahat Chan, setelah berminggu-minggu tidur di subuh hari dan kembali bekerja di pagi hari.
Bahkan, ia juga tidak tahu kekasihnya suka anak kecil atau tidak. Tidak pernah melihatnya bersinggungan atau berinteraksi dengan anak kecil sebelumnya, membuatnya sedikit tak enak hati kalau kedua keponakannya akan mengganggu.
“Wait guys! You can’t-“
“AUNTIE THERE’S SOMEONE SLEEPING!!”
Gadis itu tambah terbelalak dengan teriakan salah satu dari mereka, buru-buru ia masuk ke dalam kamar melihat pemandangan horror, keponakannya berloncat-loncat di ranjangnya. Bahkan tubuh Chan terlihat ikut sedikit terguncang karena ulah mereka.
“AUNTIEE LOOK WHO IS THIS!!!”
Anak kecil itu menunjuk pria yang perlahan terbangun, menyipitkan matanya berkat gorden yang sudah dibuka lebar oleh salah satu dari mereka. Laki-laki itu mengusap matanya, tubuhnya ikut berguncang dengan dua orang anak kecil terus berlomba-lomba meloncat lebih tinggi di atas kasur.
“Oh my God.. guys guys, come on come here”
Perempuan itu berbisik, yang tentu saja tidak mempengaruhi keduanya. Justru Chan yang memunggunginya tadi berbalik menghadapnya yang ada di pintu, berusaha memanggil kedua gadis kecil itu.
Oh she feels sorry for him
Kamar itu dipenuhi dengan berisik teriakan seru anak kecil, dan tak lama kekasihnya sepenuhnya terbangun. Tampaknya anak kembar itu juga tidak takut dengan pria asing yang sama sekali tidak pernah dikenal mereka.
Malahan keduanya tertawa tergelitik melihat, dengan berani menyentuh rambut keriting Chan, tapi justru malah membuat care takernya panik.
“Why your hair look like this mister?” One of them grab a small part of his curly hair and giggles.
“No baby.. no-no-no.. you can’t touch anyone without their permission okay? What do you say now?”
Tawa kecilnya diinterupsi karena tidak sopan pada pria asing di depannya, matanya membulat merasa bersalah.
“Awe it’s okay hahaha, who are you guys little girls hmm?”
Chan merespon dengan senyum lesung pipinya, tangannya menadah dan ditepuk dengan gadis kecil satunya, menjawab dengan riang.
“I’m Anne! That’s my sister Anna” Also answering on her behalf of her sister.
“I’m Chan”
“They are my nieces, twins. My sister just dropped by, she said she had an urgent, so.. yea”
Kekasihnya sedikit menjelaskan, sementara pria itu menggenggam tangan kecil yang menepuk tangannya tadi.
“Now.. girls come on, don’t bother uncle Chan because he needs to sleep, yea? Let’s go out”
Ajaknya berharap keduanya mengikuti, tapi tidak.
“Why? the sun is up already”
Chan yang mendengar itu malah tertawa kecil, pikiran anak kecil memang terlalu polos.
“It’s okay babe- I’m awake already”
“I’m really..sorry about this. You can just go back to sleep okay?”
“What do you mean? The sun is already up Anne said”
Ketiganya termasuk Chan tertawa serempak, bahkan sempat-sempatnya pria itu memberikan tangannya untuk ditos kedua anak kembar itu.
“Are you guys like mommy and daddy? Mommy and daddy says babe at home too”
Pertanyaan Anna membuat keduanya saling melirik.
“Yeah we are”
Jawab Chan mendahului kekasihnya yang berpikir menyiapkan jawaban.
“Now, what’s for breakfast? Did you guys aready have breakfast? Come on let’s go out”
Entah ia kurang mengenal kekasihnya sendiri, atau situasi yang menurutnya aneh ini sedikit menenangkannya. Bahkan Chan berhasil membawa kedua bocah kecil itu keluar dari kamar, tanpa paksaan atau teriakan.
33 notes · View notes
wahyus-posts · 1 month ago
Text
23 tahun sudah berlalu, tak terasa aku kehilangan orang terindah dan terpenting dalam hidupku. Kata-kata sederhananya yang selalu menyemangati saya akan mengangkat saya. Betapa tidak egois dan ramahnya kepada semua orang dan selalu melihat kebaikan dalam diri orang lain. 1 orang yang bisa aku andalkan. Dia adalah sahabatku. Dan aku merindukannya setiap hari. Tawanya dan kehadirannya. Hidupku tidak sama lagi. Aku sangat mencintaimu ayah. Aku sangat merindukanmu.
6 notes · View notes
hnryli · 2 months ago
Text
Berapa Kali Petir Menyambar
Keras sekali suara petir - atau guntur, atau geledek, atau kata lain yang dipakai manusia untuk menyebutkan fenomena alam ini - sehingga membuat banyak orang terkejut. Ada yang memuntahkan sumpah serapah, ada yang mendadak ingat Yang Maha Kuasa. Berbagai macam reaksinya. Ada pula yang muncul selain reaksi berupa ujaran dadakan, ide obrolan misalnya.
"Pak, dalam hidup bapak, ada berapa kali petir menyambar?" tanya Pak Ricky pada Pak Sofyan. Caranya bertanya halus, ada rasa hormat yang membalut penasarannya.
"Barusan?" balas Pak Sofyan setengah bercanda.
"Enggak, pak. Maksud saya, petir menyambar yang lain," jelas Pak Ricky.
"Wah kalau itu, biasanya kejadian kalau adek kecil bangun terus ada lawannya," sekali lagi Pak Sofyan menjawab dengan candaan dan tawa menggelegar namun singkat.
"Kalau itu bisa jadi masalah, tuntas apa enggak," balas Pak Ricky tidak kalah. "Tapi kira-kira, ada nggak, pak?" sambungnya tanpa menunggu tawa lawan bicaranya reda.
Pak Sofyan terdiam. Kepalanya menduduk ke arah kakinya. Dengan keras dia mencoba mengingat masa-masa yang telah lalu. Mungkin, di dalam kepalanya, ada pekerja ruang arsip yang sedang membongkar laci-laci tempat banyak berkas tersimpan.
"Kapan yah? Mungkin pas almarhum istri bilang ke gue kalo dia hamil," setelah mengambil waktu beberapa detik.
"Wah, kenapa tuh? Emang Pak Sofyan waktu itu belum nikah?" rasa penasaran Pak Ricky semakin terpancar.
"Enggak, gue udah nikah, kita udah sah. Tapi yang jadi masalah, gue dapetnya anak cewek."
"Kok dapet anak cewek malah kaget? Emang tadinya mau cowok?"
"Ya, kita enggak minta-minta, tapi gue cuma kepikiran gedeinnya gimana. Gue muda kan penuh muslihat," tawanya kembali menggelegar.
"Terus, setelah itu, apa lagi?"
"Nyokap meninggal tuh, bener-bener kayak runtuh dunia gue. Sama kayak pas istri gue, yang lahirin anak cewek yang barusan gue ceritain tadi, meninggal," kali ini tawanya tidak lagi ikut menyambar.
Pak Ricky pun terdiam karena lawan bicaranya larut dalam kenangan. Hampir lima menit keduanya sibuk dalam hening. Menghisap rokok, menyeruput kopi. Apa saja mereka yang dapat mereka lakukan secara mandiri, mereka lakukan. Seperti itu tingkah mereka ketika kikuk.
"Woi, pada diem aja!" sergap Pak Ibnu yang baru saja tiba di warung kopi, baru pulang dari tempatnya bekerja. "Eh tau nggak..."
Bagai petir menyambar Pak Ibnu membuka obrolan baru.
2 notes · View notes
bakwanlovers · 2 months ago
Text
Aku tau ini berat, melepaskan dia yg aku kira adalah tujuanku. Aku juga tau ada lubang besar di hatiku yang terus menghujani dengan segala kebaikan dan tawanya. Tapi aku juga tau semakin mengingat ini semakin menyakitkan. Aku tau aku jadi punya ruang lebih luas untuk pengembangan diriku. Tapi aku juga tau ada rasa sesak kenapa aku harus penuh effort padanya. Padahal sudah aku siapkan banyak skenario kalau dia akhirnya tidak memilihku, tapi kenapa masih sesakit ini. Apa karena dia meninggalkanku karena masa lalunya, sehingga ada rasa tidak terima. Rasanya ingin bilang, selama ini aku dianggap apa ya ? Tak pernah menyembuhkan lukanya kah sehingga semudah itu mereka kembali bersama. Aku tau ini tidak mudah untuk dilewati, tapi aku juga tau kalo aku juga akan lupa dengan sendiri. Menguatlah hati, aku tahu kau pasti mampu.
-Yk5125-
2 notes · View notes
niellaziw · 2 months ago
Text
Aku benar-benar jatuh cinta pada semua hal yang melekat pada dirinya
Aku jatuh cinta pada hatinya yang indah, jatuh cinta pada wajahnya, rambutnya, tangannya, pundaknya, bahkan perut gembilnya
Aku jatuh cinta pada senyumannya, tawanya, caranya bertutur kata, dan bagaimana ia tertidur lelap
Aku bahkan jatuh cinta pada caranya bersedih, marah, ragu, dan kecewa
Aku jatuh cinta pada kepeduliannya, kasih yang ia punya, selera humornya, juga keberaniannya
Aku jatuh cinta pada ketenangannya, pada kesabarannya, pada ketulusannya, pada semua usahanya dalam mencintai dan memberikan kebahagiaan pada ku
Aku jatuh cinta sepenuhnya, seutuhnya dirimu, bagaimana bisa aku melupakan semua itu
4 notes · View notes
catatansenja · 2 years ago
Text
Diam Terniat
ApaKamuPernahMerasakanTerpaksaUntukIkhlas? memilih diam untuk tidak lagi menganggu orang yang kamu cintai, memilih jatuh cinta sendirian tanpa perlu memperlihatkannya, dan memilih untuk tetap waras ketika tatapan, senyuman tawanya bukan lagi untuk kamu. kamu diam-diam hanya bisa memperhatikan itu, kamu hanya bisa mengajak hatimu berdamai dengan perasaanmu sendiri, mengajak hatimu untuk tidak memperlihatkan jatuh cintanya lagi. diam paling niat, meski dalam dada masih tidak bisa merasa baik-baik saja.
diammu bukan berarti tidak mencintainya lagi, hanya saja diammu adalah bahagia untuknya. kamu memilih membiarkan dirimu jatuh cinta sendirian tanpa kata, tanpa seorangpun mengetahuinya, tanpa seorangpun yang perlu kamu berikan penjelasan, dalam dada perasaan itu kamu tenggelamkan menjadi kenang yang selalu kamu sambut untuk pulang.
tidak ada benci dalam hatimu, tidak ada dendam terhadapnya. air mata yang pernah kamu jatuhkan kini bisa kau hentikan dengan doa-doa, tidak ada ragu dalam diammu bahwa perasaanmu yang kini kamu simpan adalah cinta paling serius. namun bertemu dengannya kamu dipaksa harus terlihat baik-baik saja, tidak ada lagi yang perlu kamu perlihatkan, didepannya kamu mengatakan pada dada bahwa semuanya memang sudah tiada, namun ternyata melihat dan bertemu lagi dengannya adalah jatuh cintamu untuk kesekian kalinya.
dalam diam kamu bertumbuh dengan luka-luka kemarin bersama dengan harapan-harapan, namun pada akhirnya kamu paham bahwa kamu memang tidak pernah diinginkan olehnya. jatuh cintamu kini hanya lewat doa. berkali-kali kamu mencoba membunuhnya, berkali lipat ia tumbuh di dada.
pada akhirnya kamu hanya ingin menghindari apa yang berkaitan dengannya. sebab, setelah ia memilih pergi waktu itu, segala rencana tidak lagi ada!
25 notes · View notes
karbonklorida · 11 months ago
Text
Banyak Tanya
Mereka sibuk bertanya-tanya; Bagaimana rasanya dicintai oleh perempuan sepertiku? Yang meriah tawanya Yang lebar senyumnya Yang banyak katanya
Sayangnya mereka enggan bertanya; Bagaimana rasanya menjadi perempuan sepertiku. Sebab aku tahu persis rasanya Bukan diam memperbaiki diri, ada yang sibuk berkemas untuk pergi Bukan mendengar untuk mengerti, malah bersiap untuk mengkhianati
Mereka tetap sibuk bertanya-tanya; Siapa gerangan yang akan menggenapkan perempuan sepertiku? Yang keras kepalanya Yang banyak kurangnya Yang rumit pikirnya
Sayangnya mereka tak pernah tau; Bagaimana rasanya dicintai sebegitunya Sebab aku tahu persis rasanya Diberi ratusan bunga matahari tanpa pamrih Menjadi tamengku tanpa pernah ingin diketahui
Kelak, akan datang hari dimana semua tanya itu menemukan jawabannya. Akan ada waktu dimana semua tanda tanya itu menjadi titik. Karena selesai sudah. Perempuan sepertiku akhirnya menemukan lelakinya. Kemudian, lembar cerita baru akan dimulai.
{Ccl}
15 notes · View notes