Tumgik
#Sosialisasi kelas ibu hamil
gosulsel · 10 months
Text
Upaya PKK Gowa Cegah Kematian Ibu Hamil, Gelar Sosialisasi Penggerakan Kelas Ibu Hamil - Gosulsel
GOWA, GOSULSEL.COM--Dalam upaya mencegah kematian ibu hamil dan angka kematian bayi serta ibu bersalin dan angkat kematian bayi di kabupaten Gowa, Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa bekerjasama dengan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa menggelar Sosialisasi Penggerakan Kelas Ibu Hamil Tingkat Kabupaten...
http://gosulsel.com/2023/12/04/upaya-pkk-gowa-cegah-kematian-ibu-hamil-gelar-sosialisasi-penggerakan-kelas-ibu-hamil/
#PemkabGowa
0 notes
radarx · 3 years
Text
Ketua PKK Desa Pannyangkalang Aktif Berikan Sosialisasi Kelas Ibu Hamil bersama Bidan di Kampung KB
Ketua PKK Desa Pannyangkalang Aktif Berikan Sosialisasi Kelas Ibu Hamil bersama Bidan di Kampung KB
GOWA, RADAR-X.net – Ketua Tim penggerak PKK desa aktif mengadakan Sosialisasi kelas Ibu hamil berlangsung di Kampung KB Dusun Balla Parang Desa Pannyakalang, Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Rabu (14/7/21). Kades (kepala desa) H. Mannarima didampingi Hj. Nasiah S,Pd.i, ketua PKK desa Pannyangkalang mengatakan bahwa tim penggerak PKK terus aktif memberikan sosialisasi kelas ibu hamil agar ibu-ibu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
beritanews · 3 years
Text
Lewat Kelas Ibu Hamil, TP PKK dan Dinkes Gowa Komitmen Tekan AKI, AKB dan Stunting
Lewat Kelas Ibu Hamil, TP PKK dan Dinkes Gowa Komitmen Tekan AKI, AKB dan Stunting
BERITA.NEWS, Gowa – Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Gowa bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa menggelar Sosialisasi Penggerakan dan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil dalam Mendukung Penurunan AKI, AKB dan Stunting Kabupaten Gowa di Ruang Pertemuan Padivalley Golf Club Pattallassang, Jum’at (12/11). Ketua TP PKK Kabupaten Gowa, Priska Paramita Adnan mengatakan kegiatan ini sebagai upaya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rossityari · 5 years
Text
Dilema ibu baru
Pengen kerja tapi pengen anak tetep seharian sama kita. Bener kan bu?
Pengen kerja tapi pengen punya pengasuh anak yang bagus pol, kalau bisa nilai yang dia usung sama dengan kita. Metode pengasuhannya pun sama. Bener kan bu?
Pengen kerja, tapi pengen anak dititip di daycare yang punya reputasi bagus. Klo bisa kurikulumnya yang bagus. Pengasuhnya 1:2. Eh tapi harganya selangit. Ga kuat bayarnya. Bener kan bu?
Balik lagi, semua ibu ingin yang terbaik buat anaknya. Ga ada ibu yang ga berjuang buat anaknya. Sedari hamil pun sudah berjuang kan? Bela2in itu muntahan ditahan supaya ga keluar, makan sebanyak mungkin pas trimester kedua supaya kebutuhan nutrisi si kecil terpenuhi. Ngelahirin antara hidup dan mati, aku mati dia hidup, atau dia mati aku hidup. Kalau beruntung ya keduanya hidup. Karena sesungguhnya melahirkan adalah tahap yang paling berat dari kehamilan.
Dari semua kemungkinan yang ada, sekiranya ibu mau pilih yang mana? Aku sih pilih dirumah. Aku keras sama diri sendiri, mungkin ini juga yang namanya aku udah pasrah ya. Karir bukan lagi goal aku saat ini. Kalau bisa berkarya dari rumah sambil ngasuh anak kenapa ga? Semua mimpi aku kubur dalam-dalam.
Tapi hari ini ada cerita sedih. Aku ga paham apakah karena emang anakku yang salah atau bukan. Mohon dimaafkan sikapku kali ini. Aku punya harapan tinggi bisa diterima di lingkunganku saat ini, meskipun rasanya mustahil banget. Segini udah tinggal di rumah warisan. Udah lunas pun bukan ngontrak. Masih aja terima diskriminasi yang ga main-main.
Someone told me before "toksik amat sih kehidupan bertetangganya" iya emang setoksik itu. Makanya ku selalu bilang tetanggaku toksik. Tapi aku suka ga tahan pengen main sama mereka, meskipun aku tau kastaku jauh dibawah mereka. Ini yang aku bilang sepintar apapun kamu kalah sama orang berduit.
Tetanggaku ya gitu, orang berduit semua. Mampu lah beli stroller inglesina. Hallo inglesina yang hanya mampu kubeli replikanya dalam bentuk flashdisk itupun harga flash sale, 45 rebu saja.
Belum lagi pas mereka bahas sekolah dimana anaknya nanti. Udah pada punya kandidat sekolah idaman. Hoho jangan harap SMA 2 Tangsel bakal jadi incaran mereka. Tau kan ya SMA 2 Tangsel anaknya pinter macam apa. Entah mereka minder apa sok aja anaknya biar kelihatan kayanya.
Jujur aku ga punya waktu nyinyirin tetangga sama suami. Karena males aja ngegosip sama dia, sarannya itu tok "ga usah main sama mereka lagi" tapi kan anakku butuh temen, ga boleh ansos. Prinsipnya sungguhlah beda sama aku.
Tapi lama-lama apa yang suamiku bilang ada benarnya. Ngapain sih main sama orang yang ngerendahin kita. Ngerasa klo kita tuh ga selevel sama mereka, yang kalau ngomong tinggi banget sampe kayaknya kalau jatuh ditarik gravitasi, pasti sakit deh.
Balik ke alasan aku nulis ini. Cerita sedihnya adalah hari ini anakku lagi main bersama dengan anak-anak lainnya. Seorang toddler datang bawa mainan puzzle susun gitu. Trus dia langsung main sama anak-anak toddler lainnya. Toddlers ini main bareng dan anakku dateng ke arah mereka, pegang itu puzzle, pegang doang. Langsung dibentak "gaboleh ires". You know what, anak tetangga lain dateng, sebut saja A. Ya seumuran lah sama anakku. Trus langsung dikasih 1 pcs puzzle gitu aja sama di toddler ini. See? Pengasuhnya si toddler ini langsung nyeletuk "klo sama si A mah sayang dia, pasti dipinjemin"
Bangsat, pikirku. Emang anak aku kenapa? Karena anakku adalah anakku? Anak yang lahir dari rahim aku? Karena aku ga baik sama anak itu, ga pernah ngasih makanan, apa gimana sih? Kok bisa2nya anak kecil udah punya preferensi pilih2 temen gitu? Atau hanya aku yg terlalu overthinking?
Langsung aku sambat aja "iya sayang, ires ga minjem2 mainan kamu kok. Ga bakal" aku ancam aja gitu. Seketika hari ini pertahananku runtuh sama tuh bocah. Udah ga menarik lagi di mata aku. Gabakal aku biarin anak aku main sama tipikal anak begitu. Terlalu toxic.
Iya aku marah besar kalau tau ada anak kecil yang pilih-pilih teman. Itu masalah aku dari kecil soalnya, teman-teman gamau main sama aku juga, entah apa yang salah. Dari SD aku udah sering banget dibully kayak gitu, ga diajak main lah, didiemin anak 1 kelas lah. Ya padahal aku ngerasa ga bikin salah apa-apa. I am trying to be a nice person, i kill them with kindness tapi tetep aja ga ada yang mau main sama aku.
Aku takut, iya aku takut anakku ngerasain hal yang sama. Makanya dari kecil aku biasain dia main, biar bisa sosialisasi. Tapi didiskriminasi macam gini rasanya jadi males lagi keluar rumah buat main. Serius dilema banget kan ya jadi ibu? Serba salah.
0 notes