#Shofiyullah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Profil M Shofiyulloh Cokro Ketua Umum PB PMII Periode 2024-2027
Mohammad Shofiyullah Cokro terpilih sebagai ketua umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) 2024-2027 dalam Kongres XXI PMII yang digelar di Jakabaring Sport City (JSC) di Kota Palembang, Sumatera Selatan pada Kamis (22/8/2024). M Shofiyulloh Cokro Ketua Umum PB PMII Periode 2024-2027 Perolehan suara M Shofiyullah Cokro berhasil mengungguli kandidat lain, M Faqih Al…
#Gus Shofi#Indonesia#M Shofiyullah Cokro#M Shofiyullah Cokro Hadi Kusumo#M Shofiyulloh Cokro#M Shofiyulloh Cokro Hadi Kusumo#Mohammad Shofiyullah Cokro#Mohammad Shofiyulloh Cokro#Nasional#Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia#PMII#Shofiyullah#Shofiyullah Cokro#Shofiyulloh#Shofiyulloh Cokro
0 notes
Text
Perdana, Pelajar NU Sukolilo Sukses Gelar Webinar
Perdana, Pelajar NU Sukolilo Sukses Gelar Webinar
SUKOLILO – PAC IPNU IPPNU Sukolilo sukses mengadakan Webinar Ramadan dengan tema “Jalan Dakwah IPNU IPPNU. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Ahad (24/4/2022) melalui live streaiming IG PAC. Turut hadir sebagai narasumber dalam kesempatan ini, Dr. Abdul Hamid, M. Pd. Ia merupakan alumni PAC IPNU Sukolilo yang saat ini menjadi dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya. Ahmad Shofiyullah, Moderator…
View On WordPress
0 notes
Photo
Nekat, Punya 1,4 Juta Yen untuk Bayar 30 Juta Yen
Jumlah muslim WNI di Kota Nishio, Provinsi Aichi, Jepang, sekitar 600-an orang. Tapi mereka sangat militan dalam beribadah. Bahkan, mereka kini sudah mampu membeli satu bangunan yang kemudian dijadikan masjid.
Dan ini adalah satu-satunya masjid di Jepang yang dimiliki sendiri oleh warga negara Indonesia (WNI), meski dibeli secara patungan dan masih punya utang. Berikut catatan Kurniawan Muhammad yang mengunjungi Nishio bersama para pengusaha dari Malang, Sidoarjo, dan Surabaya.
++++++++
Malam itu (28/9), lantunan bacaan salawat Nabi begitu semangatnya dikumandangkan oleh belasan orang. Rata-rata masih muda. Ada satu-dua yang berusia sekitar 50-an tahun. Mereka ada yang mengenakan baju takwa, lengkap dengan sarungnya.
Ada pula yang mengenakan baju terusan ala Timur Tengah. Mereka bergantian melantunkan bait demi bait bacaan salawat Nabi. Satu per satu jamaah yang lain mulai berdatangan. Mereka ikut bergabung di ruangan yang berukuran sekitar 12 meter x 26 meter itu.
Itulah aktivitas di Masjid Darussalam, Kota Nishio, sekitar 50-an kilometer dari Kota Nagoya, Provinsi Aichi, Jepang.
Malam itu, kami diundang oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk bersilaturahmi dengan WNI muslim yang ada di Kota Nishio.
DKM adalah semacam takmir masjid, yang merintis adanya Masjid Darussalam, serta yang mengelola berbagai kegiatan keagamaan di masjid itu.
Ketua Umum DKM adalah H. Teguh Wahyudi, pengusaha asal Tuban yang sudah 15 tahun lebih tinggal di Nishio, dan kini sudah menjadi pengusaha sukses untuk produk-produk halal di Jepang, khususnya di Nagoya dan sekitarnya.
Kami malam itu datang berdelapan. Selain penulis, ada Makhrus Soleh, M. Abdullah Ba’abud, Salim Alaydrus, Muhammad Hariyono, Muhammad Shofiyullah, Adi Dharma, dan Wawan Saleh Irianto.
Pada malam itu, Abdullah Ba’abud diminta untuk memberikan pengajian kepada para jamaah di Masjid Darussalam dengan tema: Hidup untuk Berkah, dan Berkah untuk Hidup.
Habib Abdullah (sapaan Abdullah Ba’abud) pada kesempatan itu, menceritakan tentang kisah sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Abdurrahman Bin Auf yang sangat kaya. Dan salah satu yang membuat dia kaya, karena hidup dan usahanya diberkahi oleh Allah.
Dan Allah memberkahi Abdurrahman, karena dia termasuk ahli sodaqoh. ”Pernah suatu ketika, Abdurrahman sampai berdoa agar dijadikan orang yang miskin,” ujar lulusan salah satu pesantren di Madinah Al Munawwaroh ini.
Malam itu, ruangan masjid yang terdiri dari dua lantai itu penuh sesak oleh jamaah. Mereka adalah para perantauan yang tinggal di Kota Nishio, dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
”Kami baru 2,5 tahun menempati masjid ini,” kata Teguh mengawali ceritanya. Sebelum ada Masjid Darussalam, para muslim di Nishio jika ingin salat Jumat dan salat Id, menggunakan bangunan ruko yang ditempati Sariraya Group, jaringan unit usaha milik Teguh.
Jadi, lantai satu untuk kegiatan bisnis Sariraya yang terdiri dari minimarket, pabrik tempe, dan restoran Halal Fried Chicken. Sedangkan lantai dua dari ruko-ruko itu dijadikan sebagai ”masjid darurat”. ”Selama tiga tahunan kami tidak punya masjid, dan salat di ruko kami,” cerita pria berusia 44 tahun ini.
Hingga suatu hari, awal 2016, Teguh dan para pengurus DKM tertarik untuk membeli sebuah bangunan dua lantai, dengan total luas sekitar 600-an meter persegi. Bangunan itu sebelumnya adalah gereja milik orang dari Brazil yang cukup lama tidak terpakai.
”Setelah tawar-menawar, akhirnya kami sepakat membeli dengan harga 30 juta yen. Waktu itu jika dikurskan rupiah, nilainya mendekati Rp 4 miliar,” kata bapak satu putri ini.
”Pada saat itu, kami hanya punya uang kas 1,4 juta yen,” tambah Aslam Assyuro, humas dari DKM yang saat itu terlibat langsung dalam proses pembelian bangunan yang kemudian dijadikan masjid ini.
Harga 30 juta yen, tapi baru punya uang 1,4 juta yen. Maka, Teguh dan para pengurus DKM lain putar otak, dan berusaha keras, agar bagaimana caranya bisa membeli bangunan itu. Beruntung, ada salah seorang pengurus DKM yang bersedia menjadi penjamin.
Dia mengajukan pinjaman ke bank dengan garansi namanya, lalu uang hasil dari pinjaman bank itu digunakan untuk melunasi pembelian bangunan tersebut. Selanjutnya, DKM membayar kepada pengurus yang pinjam di bank tadi. ”Alhamdulillah, sekarang ini, dalam jangka waktu 2,5 tahun, sudah terkumpul 23 juta yen.
Berarti kurang 7 juta yen,” lanjut Teguh. Untuk melunasi kekurangan 7 juta yen itu, para pengurus DKM membuka kesempatan wakaf. Caranya, mereka membuat penawaran wakaf, dengan satuan kaveling. Satu kavelingnya ditawarkan dengan harga minimal 100 ribu yen.
Berarti, jika kekurangannya adalah 7 juta yen, maka paket wakaf yang ditawarkan ada 70 kaveling. ”Kami targetkan, di akhir kepengurusan kami yang habis tahun depan, sudah lunas. Sehingga ini nanti akan menjadi satu-satunya masjid di Jepang yang dimiliki sendiri oleh WNI,” kata Teguh bersemangat.
”Kami membuka kesempatan kepada muslim di Indonesia, khususnya di Malang Raya, barangkali ada yang berkenan untuk membantu kami melunasi pembelian masjid di Nishio.
Kami akan kirimkan nomor rekening kami. Kami siap mempertanggungjawabkan secara keuangannya,” lanjutnya. Ke depan, DKM, kata Teguh, ingin membangun Islamic Center di Nishio.
Saat ini, Masjid Darussalam sedang mencari ustaz yang bersedia untuk tinggal di Nishio dan mengajar ngaji serta mengimami salat lima waktu di Masjid Darussalam.
”Kami butuh ustaz yang bisa ngajari anak-anak kami mengaji. Selain itu juga yang bisa memberikan pengajian kitab-kitab kuning. Ini agar kami tidak tertinggal dengan muslim di Indonesia,” ujar Teguh.
Berada di tengah-tengah muslim Indonesia di Masjid Darussalam di Kota Nishio malam itu, membuat kami salut. Kami salut dengan militansi mereka.
Padahal jumlah mereka termasuk tidak banyak. Dari data Imigrasi Jepang, jumlah WNI yang tinggal di Kota Nishio hanya 670 orang.
Kami juga salut dengan perjuangan Teguh serta para pengurus di DKM. Mereka tak hanya sibuk mengembangkan bisnisnya di Jepang. Tapi, di sela-sela kesibukan mereka bertahan hidup dan mengembangkan usahanya, masih memikirkan spirit dalam beragama. (*)
Bagi pembaca Radar Malang yang ingin berpartisipasi membantu melunasi kekurangan pembelian Masjid Darussalam serta untuk pengembangan Masjid Darussalam bisa disalurkan melalui rekening 123 22 0000 1 a.n. Radar Peduli.
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/nekat-punya-14-juta-yen-untuk-bayar-30-juta-yen/
MalangTODAY
0 notes
Photo
Ready stok melimpah. 1. Ngaji jurumiyah 65.000,- (Hard Cover) 2. Petualang nahwu 60.000,- (Soft Cover) 3. Terj sulam taufiq Harga 65.000,- (Hard Cover) 4. Menyingkap sejuta permasalahan fath qorib 120.000,- Tanya2 Sms/wa 085755598387 Diskripsi: NGAJI JURUMIYYAH Dilengkapi dengan Kajian & tanya jawab Buku ini merupakan buku dasar yang mengusung tema pembahasan yang diambil dari kitab Jurumiyyah karya syekh Ash-Shonhaji atau yang dikenal dengan nama Ibnu Ajurum, yang menjelaskan dasar pokok kaidah-kaidah nahwu. Sangatlah tepat kiranya untuk dibaca dan ditelaah oleh para pemula dalam mempelajari ilmu nahwu, sebab dalam buku ini selain terdapat dasar kitab Jurumiyyah juga terdapat penjelasan-penjelasan serta uraian dan dilengkapi dengan adanya tanya jawab yang sangat membantu mempermudah dalam memahami teks kitab Jurumiyyah. xviii + 368 halaman : 16 x 24 cm ISBN 978-602-1207-01-7 Pengantar : KH. Abdullah Kafabihi Mahrus Pembaca ahli : Ust. H. Nailul, M. Muqoyyimul Haq Penerbit : Santri salaf press 1. Studi kajian nahwu 2. Dalil/ Argumentasi PETUALANG NAHWU Terjemah Syarah Mukhtasor Jiddan Tebal buku : xliv + 332 hal; 16 x 24 Pengantar : KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus Penerjemah : Shofiyullah al-Kahfi Penerbit : Lirboyo Press ISBN : 978-602-7900-08-0 TERJEMAH SULAM AT TAUFIQ Dilengkapi Tanya Jawab dan Makna Pegon xv + 294 halaman : 16 x 24 cm ISBN 978-602-1207-03-01 Penyusun : Ust. Hamim HR Penerbit : Santri Salaf Press bekerjasama dengan Lirboyo Press Menyingkap Sejuta Permasalahan dalam FATH AL-QORIB Lengkap dengan terjemah, dalil, tanya jawab dan makna ala pesantren. xxiii + 754 halaman 17 x 24 cm ISBN 978-602-1207-41-3 Penyusun : Tim Pembukuan ANFA'2015 Pengantar : Prof. Dr. KH. M. Tholhah Hasan, KH. M. Anwar Manshur Pembaca Ahli : K. A. Fauzi Hamzah Syams, K. Thohari Muslim Penerbit : Anfa' Press bekerjasama dengan Lirboyo Press Lahirnya karya para santri dalam kajian “Menyingkap sejuta permasalahan dalam fath al-qorib” ini, tidak lain juga dimaksudkan untuk memberikan tambahan kekayaan keilmuan dan keluasan wawasan dalam memahami hokum-hukum Islam yang selalu berpengaruh dalam kehidupan umat Islam. Semoga karya ini memberi maanfaat kepada kita semua.
0 notes
Text
Gus Shofi Kantongi 179 Suara di Kongres XXI PMII Palembang
Mohammad Shofiyullah Cokro terpilih sebagai ketua umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) 2024-2027 dalam Kongres XXI PMII di Jakabaring Sport City (JSC), Kota Palembang, Sumatra Selatan, pada Kamis (22/8/2024). Perolehan suara M Shofiyullah Cokro berhasil mengungguli kandidat lain, M Faqih Al Haramain. Pria yang biasa disapa Gus Shofi ini mengantongi 179 suara, sedangkan…
#Gus Shofi#Indonesia#M Shofiyullah Cokro#M Shofiyulloh Cokro#Mohammad Shofiyullah Cokro#Mohammad Shofiyulloh Cokro#Nasional#Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia#PMII#Shofiyullah#Shofiyullah Cokro#Shofiyulloh#Shofiyulloh Cokro
0 notes
Photo
Ketika Muslim WNI di Nishio, Jepang, Urunan ”Beli” Masjid
MILIK WNI: Direktur Jawa Pos Radar Malang Kurniawan Muhammad bersama para jamaah di masjid.
Nekat, Punya 1,4 Juta Yen untuk Bayar 30 Juta Yen
Jumlah muslim WNI di Kota Nishio, Provinsi Aichi, Jepang, sekitar 600-an orang. Tapi mereka sangat militan dalam beribadah. Bahkan, mereka kini sudah mampu membeli satu bangunan yang kemudian dijadikan masjid. Dan ini adalah satu-satunya masjid di Jepang yang dimiliki sendiri oleh warga negara Indonesia (WNI), meski dibeli secara patungan dan masih punya utang. Berikut catatan Kurniawan Muhammad yang mengunjungi Nishio bersama para pengusaha dari Malang, Sidoarjo, dan Surabaya.
Malam itu (28/9), lantunan bacaan salawat Nabi begitu semangatnya dikumandangkan oleh belasan orang. Rata-rata masih muda. Ada satu-dua yang berusia sekitar 50-an tahun. Mereka ada yang mengenakan baju takwa, lengkap dengan sarungnya. Ada pula yang mengenakan baju terusan ala Timur Tengah. Mereka bergantian melantunkan bait demi bait bacaan salawat Nabi. Satu per satu jamaah yang lain mulai berdatangan. Mereka ikut bergabung di ruangan yang berukuran sekitar 12 meter x 26 meter itu.
Itulah aktivitas di Masjid Darussalam, Kota Nishio, sekitar 50-an kilometer dari Kota Nagoya, Provinsi Aichi, Jepang. Malam itu, kami diundang oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk bersilaturahmi dengan WNI muslim yang ada di Kota Nishio.
DKM adalah semacam takmir masjid, yang merintis adanya Masjid Darussalam, serta yang mengelola berbagai kegiatan keagamaan di masjid itu. Ketua Umum DKM adalah H. Teguh Wahyudi, pengusaha asal Tuban yang sudah 15 tahun lebih tinggal di Nishio, dan kini sudah menjadi pengusaha sukses untuk produk-produk halal di Jepang, khususnya di Nagoya dan sekitarnya. Kami malam itu datang berdelapan. Selain penulis, ada Makhrus Soleh, M. Abdullah Ba’abud, Salim Alaydrus, Muhammad Hariyono, Muhammad Shofiyullah, Adi Dharma, dan Wawan Saleh Irianto.
Pada malam itu, Abdullah Ba’abud diminta untuk memberikan pengajian kepada para jamaah di Masjid Darussalam dengan tema: Hidup untuk Berkah, dan Berkah untuk Hidup. Habib Abdullah (sapaan Abdullah Ba’abud) pada kesempatan itu, menceritakan tentang kisah sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Abdurrahman Bin Auf yang sangat kaya. Dan salah satu yang membuat dia kaya, karena hidup dan usahanya diberkahi oleh Allah. Dan Allah memberkahi Abdurrahman, karena dia termasuk ahli sodaqoh. ”Pernah suatu ketika, Abdurrahman sampai berdoa agar dijadikan orang yang miskin,” ujar lulusan salah satu pesantren di Madinah Al Munawwaroh ini.
Malam itu, ruangan masjid yang terdiri dari dua lantai itu penuh sesak oleh jamaah. Mereka adalah para perantauan yang tinggal di Kota Nishio, dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia. ”Kami baru 2,5 tahun menempati masjid ini,” kata Teguh mengawali ceritanya.
Sebelum ada Masjid Darussalam, para muslim di Nishio jika ingin salat Jumat dan salat Id, menggunakan bangunan ruko yang ditempati Sariraya Group, jaringan unit usaha milik Teguh. Jadi, lantai satu untuk kegiatan bisnis Sariraya yang terdiri dari minimarket, pabrik tempe, dan restoran Halal Fried Chicken.
Sedangkan lantai dua dari ruko-ruko itu dijadikan sebagai ”masjid darurat”. ”Selama tiga tahunan kami tidak punya masjid, dan salat di ruko kami,” cerita pria berusia 44 tahun ini.
Hingga suatu hari, awal 2016, Teguh dan para pengurus DKM tertarik untuk membeli sebuah bangunan dua lantai, dengan total luas sekitar 600-an meter persegi. Bangunan itu sebelumnya adalah gereja milik orang dari Brazil yang cukup lama tidak terpakai. ”Setelah tawar-menawar, akhirnya kami sepakat membeli dengan harga 30 juta yen. Waktu itu jika dikurskan rupiah, nilainya mendekati Rp 4 miliar,” kata bapak satu putri ini.
”Pada saat itu, kami hanya punya uang kas 1,4 juta yen,” tambah Aslam Assyuro, humas dari DKM yang saat itu terlibat langsung dalam proses pembelian bangunan yang kemudian dijadikan masjid ini. Harga 30 juta yen, tapi baru punya uang 1,4 juta yen. Maka, Teguh dan para pengurus DKM lain putar otak, dan berusaha keras, agar bagaimana caranya bisa membeli bangunan itu.
Beruntung, ada salah seorang pengurus DKM yang bersedia menjadi penjamin. Dia mengajukan pinjaman ke bank dengan garansi namanya, lalu uang hasil dari pinjaman bank itu digunakan untuk melunasi pembelian bangunan tersebut. Selanjutnya, DKM membayar kepada pengurus yang pinjam di bank tadi. ”Alhamdulillah, sekarang ini, dalam jangka waktu 2,5 tahun, sudah terkumpul 23 juta yen. Berarti kurang 7 juta yen,” lanjut Teguh.
Untuk melunasi kekurangan 7 juta yen itu, para pengurus DKM membuka kesempatan wakaf. Caranya, mereka membuat penawaran wakaf, dengan satuan kaveling. Satu kavelingnya ditawarkan dengan harga minimal 100 ribu yen. Berarti, jika kekurangannya adalah 7 juta yen, maka paket wakaf yang ditawarkan ada 70 kaveling. ”Kami targetkan, di akhir kepengurusan kami yang habis tahun depan, sudah lunas. Sehingga ini nanti akan menjadi satu-satunya masjid di Jepang yang dimiliki sendiri oleh WNI,” kata Teguh bersemangat.
”Kami membuka kesempatan kepada muslim di Indonesia, khususnya di Malang Raya, barangkali ada yang berkenan untuk membantu kami melunasi pembelian masjid di Nishio. Kami akan kirimkan nomor rekening kami. Kami siap mempertanggungjawabkan secara keuangannya,” lanjutnya. Ke depan, DKM, kata Teguh, ingin membangun Islamic Center di Nishio.
Saat ini, Masjid Darussalam sedang mencari ustaz yang bersedia untuk tinggal di Nishio dan mengajar ngaji serta mengimami salat lima waktu di Masjid Darussalam. ”Kami butuh ustaz yang bisa ngajari anak-anak kami mengaji. Selain itu juga yang bisa memberikan pengajian kitab-kitab kuning. Ini agar kami tidak tertinggal dengan muslim di Indonesia,” ujar Teguh.
Berada di tengah-tengah muslim Indonesia di Masjid Darussalam di Kota Nishio malam itu, membuat kami salut. Kami salut dengan militansi mereka. Padahal jumlah mereka termasuk tidak banyak. Dari data Imigrasi Jepang, jumlah WNI yang tinggal di Kota Nishio hanya 670 orang.
Kami juga salut dengan perjuangan Teguh serta para pengurus di DKM. Mereka tak hanya sibuk mengembangkan bisnisnya di Jepang. Tapi, di sela-sela kesibukan mereka bertahan hidup dan mengembangkan usahanya, masih memikirkan spirit dalam beragama. (*)
Bagi pembaca Radar Malang yang ingin berpartisipasi membantu melunasi kekurangan pembelian Masjid Darussalam serta untuk pengembangan Masjid Darussalam bisa disalurkan melalui rekening BCA 123 22 0000 1 a.n. Radar Peduli.
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/ketika-muslim-wni-di-nishio-jepang-urunan-beli-masjid/
MalangTODAY
0 notes
Photo
Dapat Umpan Bisnis di Tokyo
Laporan Kurniawan Muhammad dari Tokyo
Perjalanan mencari peluang bisnis di Jepang yang dilakukan para pengusaha dari Malang, Surabaya, dan Sidoarjo, kali ini berlanjut ke Tokyo. Di ibu kota Negeri Sakura itu, kami bertemu dengan beberapa anggota APIJ (Asosiasi Pengusaha Indonesia di Jepang).
Diterima langsung chairman-nya, Tan Ui Sian. Dia orang Indonesia, dan sudah 23 tahun tinggal di Jepang. Ikut menyambut dalam pertemuan itu Mr Yutaka Iimura, mantan diplomat dari Jepang yang pernah bertugas di Jakarta dan sekarang menjadi pengusaha. Juga ada Mr Yu Yamazaki, Senior Manager dari APP Sinar Mas, kolega Tan. Di APP Sinar Mas Tan adalah Representative Director.
Pada pertemuan itu, kami banyak bertanya tentang kesuksesan dari APP Sinar Mas, perusahaan dari Indonesia yang sukses menembus pasar di Jepang. Ini adalah perusahaan produsen kertas, yang merupakan perusahaan joint venture antara Indonesia dan Jepang.
Di mana Indonesia adalah mayoritas (sekitar 85 persen). ”Kami merintis untuk membuka pasar di Jepang sejak 1997,” kata Tan ditemui di kantornya, di kawasan Higashi Gotanda Square, lantai 14, di jantung Kota Tokyo.
Hingga kini, lanjut Tan, produk-produk dari APP Sinar Mas masih mendominasi di Jepang. Terutama kertas untuk fotokopi. ”Pasar di Jepang tidak mudah. Mereka sangat teliti dan detail. Sehingga setiap saat kami harus improve agar produk kami tetap digunakan,” jelasnya. ”Belum lagi, saat ini semakin banyak kompetitor yang juga masuk ke Jepang dan bersaing dengan kita,” imbuhnya.
Soal peluang bisnis di Jepang juga dijelaskan Tan kepada kami. ”Secara global, Jepang saat ini mulai berubah. Kebijakan-kebijakannya, banyak yang berubah. Misalnya kebijakan soal merekrut tenaga kerja asing. Dan kebijakan di bidang perdagangan. Kalau dulu produk Jepang terkenal mahal, sekarang produk Jepang nggak lagi jual mahal. Dari sini, banyak yang bisa kita manfaatkan,” papar Tan. Dia lantas menjelaskan secara rinci apa saja peluang bisnis yang bisa dikerjasamakan. ”Kami siap ber-partner dengan Anda melalui APIJ,” kata Tan.
Makhrus Soleh, yang didapuk sebagai ketua rombongan dalam lawatan ke Jepang menyambut baik tawaran kerja sama dari APIJ. Ketua Apersi Jatim, ketua Kadin Kabupaten Malang, yang juga owner Ocean Garden serta Turen Indah Bangunan itu lantas memperkenalkan satu per satu anggota rombongannya.
Abdullah Ba’abud. Dia pengusaha tour and travel. Muhammad Hariyono. Pengusaha yang tinggal di kawasan Candi, Sidoarjo, ini punya usaha percetakan. Selain itu, dia merupakan pengusaha yang mendistribusikan bahan baku untuk rokok. Muhammad Shofiyullah, owner Bandung Super Model (BSM), outlet pakaian. Saat ini pria yang tinggal di kawasan Sengkaling itu punya sejumlah outlet di Malang Raya, Pasuruan, Pati, dan Banjar Baru di Kalimantan Selatan.
Salim Alaydrus, owner U.D. Lawang Indah yang bergerak di bidang produksi paving, paving block, batako, serta properti. Dia juga punya usaha yang sama di Papua dan Bali.
Adi Dharma, pengusaha asal Surabaya ini bergerak di bidang properti dan perhotelan. Sedangkan Wawan Saleh Irianto, mantan pimpinan salah satu bank milik pemerintah ini saat ini menjadi pengusaha properti dan bahan bangunan.
Berada di Tokyo, tidak afdal rasanya jika tidak mampir di kantor Kedutaan Republik Indonesia di Tokyo. Karena kedatangan kami tanpa pemberitahuan resmi alias mendadak, sehingga kami tidak bisa bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Arifin Tasrif. ”Pak Dubes sedang mendampingi Pak Jonan (Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral),” kata Andri Sumaryadi, dari Divisi Ekonomi KBRI yang menemui kami. Hari itu, kata Andri, KBRI memang sedang kedatangan tamu Jonan. Selain itu juga harus bersiap-siap menyambut Wapres Jusuf Kalla yang besoknya akan transit di KBRI Jepang.
Kami cukup lama ngobrol dengan tim dari divisi ekonomi KBRI di Jepang. Kami lebih banyak menanyakan seputar potensi dan peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan di Jepang. Andri salah satunya menceritakan tentang potensi di bidang perikanan. ”Orang Jepang sangat menyukai makan ikan. Bahkan di sini ada tradisi khusus makan ikan,” ujar Andri.
Dia lantas menjelaskan data-data secara detail, jenis ikan apa yang disukai di Jepang. Peluang ini langsung ditangkap oleh Muhammad Hariyono. Dia mengaku punya tambak sekitar 5 hektare yang siap dijadikan sebagai lahan khusus untuk beternak ikan yang dibutuhkan di Jepang.
Penulis adalah Direktur Jawa Pos Radar Malang.
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/dapat-umpan-bisnis-di-tokyo/
MalangTODAY
0 notes
Photo
NU & Ulama Jawa Timur Dukung Mahfud MD Dampingi Jokowi di Pemilu 2019
MALANGTODAY.NET - Publik Indonesia sedang diramaikan dengan bursa pemilihan cawapres yang akan digandeng oleh beberapa kandidat capres untuk pemilu 2019. Nama mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD masuk dalam bursa cawapres yang akan menemani Jokowi. Kabar yang berkembang ini didukung oleh salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU). Dilansir dari situs tribunnews.com, Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Yogyakarta, Shofiyullah Muzammil memberikan dukungannya terhadap Mahfud MD sebagai cawapres. Menurut Shofiyullah Muzammil, Mahfud MD merupakan sosok tokoh yang mampu merepresentasikan wajah Nahdlatul Ulama pada pemilu presiden mendatang. Baca Juga: Manisnya N’Golo Kante, Si Beringas yang Malu Untuk Minta Trofi dari Rekan Setim “Dalam minggu ini Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur Kiai Hisyam Syafaat akan mengadakan halaqoh ulama se Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo dan Jember. Baik strukutral NU maupun kultural NU dan pengurusan pesantren, yang intinya akan menyatakan dukungan terhadap Mahfud MD sebagai tokoh yang merepresentasikan Nahdliyin untuk maju Cawapres mendampingi Jokowi,” ujar Shofiyullah kepada wartawan seperti dikutip dari tribunnews.com, Minggu (15/7). Di sisi lain kabar Mahfud MD masuk di bursa cawapres yang akan diusung Jokowi juga menuai kritikan berbagai pihak. Mahfud yang pernah berorganisasi bersama HMI menjadi salah satu alasannya. Diterangkan oleh Shofiyullah bahwa kritik yang ditujukan kepada Mahfud MD itu tidak datang dari pihak NU. Menurutnya keanggotan Mahfud di HMI tidak serta merta melunturkan jiwa NU yang dimiliki Mahfud. Baca Juga: Jangan Sentuh Tanaman Ini Atau Kamu Akan Alami Luka Bakar Seketika! “Statemen yang meragukan Mahfud MD itu bukan orang NU, saya rasa sangat tidak punya alasan, kalau beliau ikut organisasi HMI iya, tapi bukan berarti melunturkan ke NUan nyakan, banyak sekali orang yang ikut oranisasi HMI tapi berasal dari keluarga Nahdliyin,“ tegas Shofi. Selain itu, Shofi juga merujuk pada pemilu pilpres sebelumnya. Di tahun 2014, Mahfud MD juga telah mendapatkan dukungan dari ulama seluruh Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk maju mengikuti pilpres. Shofi menyebut sejumlah kalangan yang meragukan ke NU-an Mahfud MD lebih disebabkan karena faktor politis menjelang pendaftaran capres-cawapres mendatang.
Penulis: Swara Mardika Editor: Swara Mardika
Source : https://malangtoday.net/flash/nu-ulama-jawa-timur-dukung-mahfud-md-dampingi-jokowi-di-pemilu-2019/
MalangTODAY
0 notes