#Sejarah Australian National University
Explore tagged Tumblr posts
azrienamecca · 1 year ago
Text
Memahami Politik Lewat Mata Denny JA: 17 Tahun Kiprah yang Menginspirasi
Dalam dunia politik Indonesia, ada beberapa tokoh yang berhasil menarik perhatian publik dengan visi dan pemikirannya yang tajam. Salah satu tokoh tersebut adalah Denny ja, seorang pakar politik dan pengamat sosial yang telah berkiprah selama 17 tahun. Melalui pandangan dan analisisnya yang tajam, Denny JA telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam memahami politik Indonesia. Denny ja, atau Denny Januar Ali, lahir pada tanggal 26 Januari 1979 di Jakarta. Sejak usia muda, ia telah menunjukkan minat yang besar terhadap dunia politik dan sosial. Ia terinspirasi oleh berbagai peristiwa sejarah di Indonesia dan keinginannya yang kuat untuk memahami dan memperbaiki sistem politik dalam negeri. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia, Denny JA melanjutkan studinya ke tingkat yang lebih tinggi dengan meraih gelar Master of Arts di bidang Politik dari Australian National University. Pendidikan tingginya memperluas wawasannya dan membantunya untuk lebih memahami politik secara luas. Denny JA mulai dikenal publik ketika ia menjadi pendiri dan direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2004. Dengan LSI, Denny JA berhasil mengumpulkan data dan memberikan analisis yang akurat tentang preferensi politik masyarakat Indonesia. Melalui surveisurvei yang dilakukan, Denny JA membantu pemimpin politik dan partai politik untuk memahami kebutuhan dan harapan rakyat. Pada tahun 2006, Denny JA juga mendirikan Indonesia Research Center (IRC), sebuah lembaga riset yang bertujuan untuk mendorong diskusi dan pemikiran kritis tentang politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia. Melalui IRC, Denny JA dan timnya melakukan penelitian mendalam tentang berbagai isu penting yang mempengaruhi perkembangan politik di Indonesia. Selain itu, Denny JA juga dikenal sebagai pembawa acara talk show politik "Indonesia Lawyers Club" yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional. Dalam acara tersebut, Denny JA sering menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang politik untuk membahas isuisu terkini yang sedang berkembang di Indonesia. Acara ini menjadi platform penting bagi pemimpin politik dan pengamat untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang politik Indonesia. Ketajaman pemikiran Denny JA dan wawasannya yang luas juga terlihat dalam berbagai tulisannya. Ia telah menerbitkan beberapa Puisi Esai yang berfokus pada politik dan sosial di Indonesia. Puisi EsaiPuisi Esainya sering kali menjadi referensi penting bagi para mahasiswa, pengamat politik, dan pembaca umum yang ingin memahami lebih dalam tentang politik Indonesia. Selama 17 tahun berkiprah di dunia politik dan sosial, Denny JA telah menginspirasi banyak orang dengan pemikirannya yang kritis dan visinya yang jelas. Ia terus mengadvokasi pentingnya partisipasi politik yang aktif dan transparan di Indonesia. Melalui berbagai kegiatan dan inisiatifnya, Denny JA berharap agar lebih banyak generasi muda yang terlibat dalam politik dan terus berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara. Dalam memahami politik lewat mata Denny JA, kita dapat melihat betapa pentingnya pemahaman yang mendalam tentang politik sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Denny JA telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun kesadaran politik di Indonesia. Melalui kiprahnya yang menginspirasi ini, semoga lebih banyak individu yang terdorong untuk berpartisipasi dalam politik, memahami isuisu penting, dan berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif di Indonesia.
Cek Selengkapnya: Memahami Politik Lewat Mata Denny JA: 17 Tahun Kiprah yang Menginspirasi
0 notes
konsultanpendidikan · 4 years ago
Text
Tindakan Universitas di Australia terhadap pemasukan dari siswa internasional
Tindakan Universitas di Australia terhadap pemasukan dari siswa internasional
Tumblr media
Sebagian besar universitas Australia memiliki dana tunai dan cadangan investasi yang memadai untuk menghadapi dampak langsung dari penurunan pendapatan siswa internasional pada tahun 2020. Namun prospek jangka panjangnya suram.
Tujuh universitas paling berisiko kehilangan pendapatan siswa internasional mereka melebihi kas dan cadangan investasi yang tersedia. Ini adalah: Monash University,…
View On WordPress
0 notes
frasa-in · 4 years ago
Text
Tumblr media
[FRASA TALK #SPECIAL: Edisi Kekayaan Ilmu & Literasi]
❗FREE UNTUK UMUM
Literasi merupakan inti dari intelektualitas seseorang. Ibaratkan rumah, kesadaran literasi adalah pondasi rumahnya. Apalagi bagi seorang pembelajar dan seorang muslim.
Maka kali ini Frasa mengajak untuk mengikuti Frasa Talk #Special:
Sesi 1
"K.H Agus Salim Sang Ahli Bahasa dari Nusantara"
menyelami perjalanan hidup dan cara belajar K. H. Agus Salim
👤 Dr. Yon Machmudi (Doktoral Asian Studies, Australian National University (ANU) Canberra, Dosen Senior Prodi Arab UI Depok)
📆 Sabtu, 26 September 2020
⏰ 10.00-12.00 WIB
Sesi 2
Pemuda Bincang Sejarah
"Penghancuran Buku dari Masa ke Masa"
👤 Ustadz Hadi Nur Ramadhan (Dosen STAIPI Jakarta, Pendiri dan Ketua Yayasan Pusat Dokumentasi (PUSDOK) Islam Indonesia Tamadun)
📆 Minggu, 27 September 2020
⏰ 10.00-12.00 WIB
Pendaftaran dapat diakses pada link berikut:
▶️ bit.ly/FrasaTalkSpecial
Jangan lupa untuk melakukan syarat pendaftarannya ya, Sisters :)
1. Like postingan ini dan Follow akun IG Frasa.in dan frasastore.in
2. Subscribe channel youtube Frasa in
3. Comment postingan ini dengan mention minimal 3 teman kamu untuk belajar bersama disini
4. Repost Postingan ini di story IG dengan mention @frasa.in dan 3 teman kamu
——
Ikuti kami di instagram, _let's check and follow us!_:
IG : instagram.com/frasa.in
Tumblr : frasa-in.tumblr.com
Narahubung:
📲 085840234492 (Tazkia)
Komunitas Frasa
Perempuan, Ilmu, dan Rasa
1 note · View note
arif150890 · 4 years ago
Text
Australia Klaim Komodo Berasal Dari Benuanya
Australia Klaim Komodo Berasal Dari Benuanya
Sebuah studi baru yang di lakukan Australian National University (ANU) mengungkap sejarah dari kadal raksasa, Komodo. Studi itu menunjukkan, meskipun terkenal di Indonesia, komodo kemungkinan berasal dari Australia, seperti yang di prediksi oleh temuan fosil sebelumnya. Klaim para Ahli ini bukan kali ini saja sebelumnya pada oktober 2009 ahli Paleontologi Scott Hocknull, mengemukan pendapat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rizkizakaria · 8 years ago
Text
Cadar Sebagai Kebebasan Berpakaian
Tumblr media
Sanggita menceritakan ketakutannya kala ia mendapati seorang wanita disebuah transportasi umum. Gambaran seseorang yang fanatik, ekstermis hingga teroris muncul dibenaknya selama diperjalanan. Sebuah fobia yang wajar memang, terlebih kejadian itu terjadi belum lama setelah kasus tertangkapnya wanita bercadar sebagai “calon pengantin” peledakan bom panci.
Atribut memang sering dikaitkan dengan penilaian terhadap orang lain, ia menimbulkan stigma tentang suatu hal. Meski stigma sendiri–seperti yang pernah dikatakan oleh Goffman–membuat individu kehilangan kepercayaan dan dapat menjadi suatu hal yang menakutkan.
Sempat saya berpikiran sama, ketika bertemu atau pun berpapasan dengan wanita bercadar, bertapa mau-maunya dia dibuat repot seperti itu? Terkadang saya pun meng-amin-i apa yang teman saya katakan, jika pakaian wanita itu layaknya seorang ninja. Tapi kemudian saya kembali berpikir, ketika orang menyebut wanita pemakai hotpants dianggap lebih ‘murah’ ketimbang paha ayam KFC, sementara ditutupi begitu pun masih juga dicemooh. Maka betapa sedih rasanya jadi perempuan di negeri ini. 
Sejarah Indonesia mencatat bahwa Pemerintah memang pernah alergi dengan wanita-wanita pemakai jilbab. Bahkan di tahun 1982, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan merilis aturan berupa pedoman seragam sekolah. Aturan itu membatasi atribut para siswi di sekolah. Bahkan pemakai jilbab kala itu diperlakukan dengan buruk seperti dikeluarkan dari kelas, dilarang ikut ujian, rapor tidak diberikan, bahkan hingga dikeluarkan dari sekolah.
Dalam sebuah buku—yang ditulis oleh Ariel Heryanto, seorang profesor dari The Australian National University—dengan judul Identitas dan Kenikmatan: Potret Budaya Layar di Indonesia (2015), dalam salah satu kolomnya tahun 1995 mencatat bagaimana bentuk represif Orde Baru kala itu: 
“Pada awal sejarah Orde Baru, sebagian warga negara didesak agar mengganti nama pribadi dan toko dari nama kecina-cinaan. Tahun 1970-an, Kopkamtib, aparatur militer paling berkuasa, sibuk memerangi rambut gondrong pemuda. Tahun 1980-an, dewan mahasiswa dihapuskan, lagu pop yang dianggap cengeng dicekal, jilbab sempat dipersoalkan, dan iklan di TVRl ditabukan.”
Namun aturan akhirnya mengendur juga sejalan naiknya politik Islam di perkotaan, pemerintah Orde Baru—yang mulai sempoyongan karena terjadinya krisis—mulai merangkul “umat Islam”. Aturan diskriminatif terhadap jilbab di sekolah akhirnya melunak dengan diterbitkan surat keputusan tahun 1991 yang membolehkan para pelajar mengenakan jilbab.
***
Seorang antropolog kelahiran Mesir, Fadwa El-Guindi, dalam buku Jilbab: Antara Kesalehan, Kesopanan, dan Perlawanan (2008), menulis bahwa ketentuan memakai veil sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Babilonia, Mesopotamia, dan Asyiria, dan dipakai oleh wanita-wanita terhormat.
Prasa veil biasa merujuk kepada sebuah penutup tradisional untuk kepala, wajah, atau tubuh wanita di Timur Tengah dan Asia Selatan. Sebagai kata benda, dalam bahasa latin prasa veil adalah bentuk jamak dari vêlum. Makna leksikalnya adalah “penutup”, dalam arti “menutupi” atau menyamarkan”. Hal ini bisa merujuk dalam penggunaan ‘abayah, burqu’, niqab, atau cadar.
Dalam ranah sosio-religius, tradisi berjilbab merupakan fenomena yang kaya makna dan penuh nuansa. Bagi umat Kristiani ia sempat menjadi simbol fundamental-ideologis, begitu juga halnya dengan umat Islam. Namun lebih dari itu, jilbab juga berfungsi sebagai bahasa yang menyampaikan pesan-pesan sosial dan budaya. Tradisi berjilbab pada awal kemunculannya sebenarnya merupakan penegasan dan pembentukan identitas keberagamaan seseorang.
Dalam riset etnografi di kalangan muslim Jawa pada 1980-an, Suzanne Brenner (1996), mengatakan bahwa jilbab merupakan “konversi” dari pakaian sekuler; ia menggunakan istilah berjilbab sebagai “baju lengan pendek yang nyaman untuk pakaian wanita muslim.”
***
Sepanjang sejarah yang ada, cara perempuan berpakaian memang kerap dipengaruhi oleh norma sosial yang berlaku dalam suatu wilayah. 
Cak Nun pernah bercerita, bagaimana dulu di tahun 90-an ia dan kawan-kawannya di Jogja terlibat aktif memperjuangan hak para pekerja toko yang dilarang juragannya mengenakan jilbab—yang kala itu tidaklah sepopuler sekarang, yang kini lebih mirip industri ketimbang simbol keimanan diri. 
Cak Nun menjelaskan, apa yang lakukannya tersebut bukan karena ia sebagai seorang muslim yang ingin melihat para perempuan Islam beragama secara kaffah. Beliau menganggap perempuan semestinya bebas menentukan apa yang ingin dia kenakan di tubuhnya. Dalam guyonnya ia pun berkata, bahkan kalau dari mereka ada yang tak ingin mengenakan pakaian sama sekali tapi ada yang melarangnya, pasti ia akan perjuangkan juga. Namun sayangnya sampai saat itu belum ada.
Sejak 2000-an, masyarakat muslim Indonesia sudah mulai umum dalam pemakaian jilbab, diterima secara luas karena telah mampu menembus batas-batas budaya. Belakangan ruang publik di Indonesia diisi oleh para perempuan yang memakai cadar—baik nikab maupun burka.
Meskipun masih ada cibiran bahwa “pakaian bercadar bukan kebudayaan Nusantara”, dan melabelinya sebagai “pakaian padang pasir”, kondisi itu tidak menyurutkan para wanita, dari pelbagai profesi, untuk mengenakannya.  Ada perjuangan ideologis dan kemampuan mengolah cita rasa yang luar biasa dalam pemakaian cadar. Tidak sembarangan orang mampu untuk mengenakannya.
Sungguh tak patut kita menerka-nerka orang lain hanya dari atributnya saja. Robert Langdon di Lost Symbols bahkan menyadarkan mahasiswanya bahwa ritual kelompok freemason pada titik tertentu sama mengerikannya dengan upacara agama atau kepercayaan lainnya.
Rentetan stigma yang disematkan seharusnya memang tidak membuat kita memperlakukan hal yang sama kepada orang yang berbeda. Betapa tidak enaknya dianggap buruk orang lain semestinya tak membuat kita memperlakukan hal yang sama.
Maka rangkul eratlah orang-orang yang sedang ingin berhijrah, jangan pernah meninggalkannya dan jangan pernah pula mengasingkannya. Dan diantara kebebasan berekspresi dan pembentukan identitas, maka tetap berbanggalah dengan cadarmu.
04/02/17
4 notes · View notes
dailymailcoid · 5 years ago
Text
Terkuak Sejarah Masa Lalu Andromeda, Kanibal dan Siap Telan Bimasakti
Terkuak Sejarah Masa Lalu Andromeda, Kanibal dan Siap Telan Bimasakti
Dailymail.co.id, Melbourne – Para astronom di Australian National University (ANU) berhasil menguak masa lalu Andromeda, galaksi spiral raksasa tetangga terdekat Bimasakti.
Menurut laporan, Andromeda adalah galaksi kanibal yang aktif memangsa galaksi-galaksi kecil di sekitarnya demi memperbesar diri. Berjarak sekitar 780 kiloparsec (2,5 juta tahun cahaya) dari Bumi, Andromeda kini sedang meluncur…
View On WordPress
0 notes
hokalohnews · 7 years ago
Text
Hokaloh News Updated: Apa itu UEC? - Hokaloh Berita
https://hokaloh.news/politik/apa-itu-uec-hokaloh-berita/
Ada orang marah dengan usaha mengiktiraf UEC walaupun tidak tahu apa-apa tentang UEC. Ada antara mereka yang tidak tahu pun nama penuh singkatan UEC itu. Malah, ada yang menyangka huruf C dalam UEC adalah untuk bahasa Cina atau orang Cina.
Sebenarnya anggapan itu salah. Izinkan saya menjelaskan hal yang sebenarnya. UEC adalah singkatan nama kepada Unified Examination Certificate. Saya sendiri merupakan seorang bekas pelajar yang mengambil peperiksaan UEC.
Pelajar-pelajar cemerlang yang memiliki UEC peringkat tinggi diterima masuk untuk program ijazah Sarjana Muda di banyak universiti terkemuka antarabangsa.  Antara universiti yang menerima UEC sebagai kelayakan asas adalah Oxford University, University of Cambridge, Australian National University, Kyoto University, California Institute of Technology, dan Peking University.
Bagaimanapun, di Malaysia, UEC belum diiktiraf untuk kemasukan ke institusi pengajian tinggi awam (IPTA). Menyedari pentingnya pengiktrifan UEC, pada pilihanraya umum ke-14 yang lalu, Pakatan Harapan berjanji untuk mengiktiraf UEC jika diberi mandat menjadi kerajaan.
Janji itu yang dinyatakan dalam manifesto Pakatan Harapan adalah untuk menjadikan UEC sebagai syarat am kelayakan untuk memasuki IPTA dengan syarat pemohon memiliki kepujian dalam mata pelajaran Bahasa Melayu di peringkat SPM. Dengan ini, UEC akan dinilai setaraf dengan syarat am kelayakan sedia ada untuk kemasukan ke IPTA.
Namun, walaupun tidak diiktiraf oleh kerajaan, sejak tahun 2004, UEC diterima untuk kemasukan ke institusi pengajian tinggi swasta di Malaysia. Mulai tahun 2010, UEC juga telah diterima untuk kemasukan ke program Ijazah Sarjana Muda Pendidikan (Bahasa Cina) di Institut Pendidikan Guru Malaysia di bawah Kementerian Pendidikan.
Di Malaysia, ia merupakan sijil yang digunapakai oleh Sekolah Menengah Persendirian Cina. UEC adalah ujian peperiksaan menengah yang ditadbir oleh Lembaga Pengurus Sekolah Cina Malaysia (Dong Zong). Sekolah menengah Cina menerima pelajar daripada pelbagai kaum dan agama termasuk pelajar Melayu.
Dong Zhong menitikberatkan penguasaan Bahasa Melayu dan menerima syarat wajib memiliki kepujian dalam mata pelajaran Bahasa Melayu di peringkat SPM.
Setiap tahun, Sekolah Menengah Persendirian Cina bekerjasama dengan Dewan Bahasa Dan Pustaka untuk menganjurkan Pertandingan Forum Pelajar dengan tujuan memperkasakan pembelajaran Baahasa Melayu.
Bagi UEC, bukan semua mata pelajaran diajar dalam Bahasa Cina. Bahasa Cina dan juga  Bahasa Inggeris merupakan bahasa pengantar bagi mata pelajaran Matematik, Sains (Biologi, Kimia dan Fizik), Simpan Kira, Akaun dan Perdagangan.
Buku teks Sekolah Menengah Persendirian Cina disediakan untuk mematuhi dan selaras dengan sukatan pelajaran kebangsaan. Contohnya, buku teks sejarah mengandungi 57% Sejarah Malaysia dan 43% Sejarah Dunia.
Kurikulum pula dirancang dengan tujuan memupuk semangat nasionalisme Malaysia, memperkasakan keharmonian dan persefahaman kaum di Malaysia.
Hari ini ramai ibu bapa kalangan Melayu yang menghantar anak mereka ke sekolah Cina. Menurut statistik dari Kementerian Pendidikan pada 2016, terdapat  67,128 atau 12.6% pelajar Melayu yang didaftarkan di Sekolah Rendah Cina.
Walaupun statistik ini merujuk kepada sekolah rendah, kita boleh menjangkakan lebih ramai pelajar bukan-Cina yang berminat ke Sekolah Menengah Persendirian Cina bagi melanjutkan pengajian asas mereka.
Isu UEC merupakan isu pendidikan. Ia bukan isu politik, ia bukan isu kaum. Semoga kita dapat menerima realiti bahawa kepelbagaian dan perbezaan budaya, bahasa dan agama tidak harus menjadi masalah, sebaliknya dapat kita raikan bersama dalam semangat muhibah.
*Joyce Tan merupakan seorang pemegang sijil UEC 
قالب وردپرس
#Politik #Akaun #Anak #Awam #Bapa #Cina #Dewan #Dunia #Harapan #Hari #Ibu #Janji #Kaum #Kementerian #Kerajaan #Malaysia #Masalah #Pelajar #Pendidikan #Pilihanraya #Politik #Sejarah #Sekolah #Tan
0 notes
ekogaruda-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Penemuan Lukisan Gua Prasejarah 2500 Tahun Lalu di Pulau Kisar
Sebuah pulau kecil yang belum pernah dieksplorasi oleh para arkeolog sebelumnya, bernama Pulau Kisar, telah ditemukan sangat kaya akan lukisan gua kuno setelah sebuah studi oleh para peneliti dari The Australian National University (ANU) dan University of Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Indonesia.
Tim tersebut menemukan total sebanyak 30 situs seni batu yang berasal dari setidaknya 2.500 – 3.500 tahun yang lalu di pulau Kisar yang terletak di lepas pantai ujung utara Timor-Leste.
Pulau Kisar, berada paling timur dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, namun sebenarnya pulau ini masuk ke dalam wilayah Provinsi Maluku, yaitu di daerah Maluku Tenggara Barat.
Pulau Kisar terletak sekitar 20 mil sebelah utara Timor-Leste, mencakup area seluas hanya sekitar 80 kilometer persegi (30 mil persegi) namun para peneliti menemukan lebih dari 30 situs seni di batu (rock art) dan ratusan lukisan batu individu di teras dan di gua batu kapur di pulau ini.
Lukisan-lukisan batu itu ditemukan di dinding dan langit-langit gua yang tererosi di banyak teras batu kapur yang terangkat di pulau ini.
Kebanyakan situs seni batu yang sering terlihat berada di tebing dan gua dekat garis pantai, namun beberapa diantaranya berada hanya beberapa ratus meter jauhnya dari pantai.
Para arkeolog juga menggali beberapa situs dan menemukan tanda-tanda hunian manusia dibawah batuan tebing dengan dibuatnya beberapa overhang, yang menunjukkan bahwa tempat itu digunakan sebagai tempat tinggal pada masa prasejarah.
Masing-masing situs seni batu (rock art) di Pulau Kisar, baik itu di gua-gua atau di tebing, digambar dan dihiasi dengan puluhan lukisan batu individu atau figur, yang masing-masing ukurannya hanya beberapa sentimeter.
Lukisan batu dari situs gua “Here Sorot Entapa” (HSE) bergambar perahu dan orang yang sedang menggunakan perahu cadik, dan dari situs “Jawalang-6” bergambar sosok manusia di kapal.
Sosok binatang anjing muncul di beberapa lukisan batu, yang berarti mereka dicat beberapa saat setelah anjing diperkenalkan ke wilayah itu sekitar 3500 tahun yang lalu.
Lukisan-lukisan di batu itu dibuat dengan menggunakan pigmen merah dan digambar pada batu kapur berwarna putih di dinding dan langit-langit tebing.
Beberapa situs seni batu di Pulau Kisar juga menampilkan bentuk ceplakan tangan-tangan manusia yang dibuat dengan pigmen merah.
Para periset berpikir stensil ceplakan tangan ini mungkin jauh lebih tua daripada lukisan-lukisan figur. Ceplakan tangan ini mirip dengan ceplakan tangan di gua-gua di Sulawesi dan Papua.
Beberapa seni batu dari Pulau Kisar nampak sosok manusia yang menunjuk ke matahari, atau mungkin memukul gendang perunggu yang dihiasi gambar matahari. Lukisan batu lainnya nampak sosok manusia dalam prosesi, membawa kapak dan tameng.
Arkeolog terkemuka, Professor Sue O’Connor berpikir bahwa lukisan figur-figur pada batu di Kisar dibuat sekitar 2500 tahun yang lalu, ketika sebuah gaya baru seni batu mulai dibuat di banyak pulau di wilayah ini, termasuk pulau-pulau di sekitar Pulau Timor.
Professor Sue O’Connor juga percaya bahwa gaya seni baru mungkin menunjukkan kemunculan elit sosial yang mendapatkan kekayaan mereka dari perdagangan barang-barang prestise, seperti gendang perunggu kuno yang berharga sebagai pusaka oleh orang-orang di wilayah ini.
Alat tabuh drum itu dikenal setelah situs penemuan pertama mereka di Vietnam, bernama gendang Dong Son, diperdagangkan di seluruh Asia Tenggara selama Zaman Perunggu.
Permukaan gendang Dong Son yang mencolok sering dihiasi dengan pola sinar dari matahari. Pola serupa adalah ciri umum dari seni baru di Pulau Kisar dan Pulau Timor.
Mereka mungkin menunjukkan matahari itu sendiri, atau mungkin pola pada gendang tertentu yang menandakan kelompok dari suku yang berbeda.
Professor Sue O’Connor dari jurusan Kebudayaan, Sejarah dan Bahasa, juga mengatakan bahwa lukisan tersebut membantu menceritakan sejarah perdagangan dan budaya di kawasan ini.
Professor Sue  O’Connor berpikir masyarakat di pulau-pulau ini menjadi lebih hierarkis setelah perdagangan dilakukan dengan daerah lain sekitar 3000 tahun yang lalu.
Dia mengatakan bahwa barang prestise era Zaman Perunggu, seperti gendang Dong Son, mungkin telah diperdagangkan dengan rempah-rempah langka seperti pala dan cengkeh, yang pernah ditemukan hanya di pulau-pulau ini.
“Arkeologi dari manapun belum pernah ada yang menjelajahi pulau kecil ini sebelumnya. Pulau-pulau di Indonesia ini merupakan jantung dari perdagangan rempah-rempah di era beberapa ribuan tahun yang lalu,” kata Profesor O’Connor.
“Lukisan yang kami temukan menggambarkan kapal, anjing, kuda dan yang sering dipegang orang berupa perisai. Adegan lain menunjukkan orang bermain gendang mungkin melakukan upacara,” lanjut Profesor O’Connor.
Profesor O’Connor mengatakan bahwa penemuan tersebut menunjukkan sejarah bersama yang lebih kuat dengan pulau tetangga Timor dari yang sebelumnya telah diketahui.
“Lukisan Pulau Kisar termasuk gambar yang sangat mirip dengan yang ada di ujung timur Timor-Leste. Ciri khas seni di kedua pulau ini adalah ukuran manusia dan hewan yang sangat kecil, paling kurang dari 10 sentimeter. Meskipun ukuran mereka tidak memadai, namun bagaimanapun, mereka sangat dinamis,” kata Profesor O’Connor.
Profesor O’Connor mengatakan bahwa hubungan antara kedua pulau tersebut mungkin meluas kembali ke periode Neolitik 3.500 tahun yang lalu, yang melihat masuknya pemukim Austronesia yang mengenalkan hewan piaraan, seperti anjing, dan mungkin tanaman sereal.
Pulau-pulau tersebut telah dihuni selama ribuan tahun, namun gelombang pemukim baru sekitar 3.500 tahun yang lalu membawa pertanian ke wilayah tersebut.
Namun, kesejajaran yang erat antara beberapa tokoh dan gambar yang dilukis pada gendang logam yang mulai diproduksi di Vietnam utara dan China barat daya sekitar 2.500 tahun yang lalu dan diperdagangkan di seluruh wilayah, mengindikasikan tanggal yang lebih baru untuk beberapa lukisannya.
“Lukisan-lukisan ini mungkin menggembar-gemborkan pengenalan sistem simbolis baru yang didirikan sekitar dua ribu tahun yang lalu, menyusul pertukaran barang-barang prestise dan awal masyarakat hierarkis,” ujar Profesor O’Connor.
Sejarah Modern Pulau Kisar
Pulau Kisar pada era sebelum datangnya orang Eropa bernama asli Pulau “Yotowawa”. Penamaan “Kisar” diberikan oleh orang-orang VOC Belanda dari bahasa lokal yang berarti “Pasir Putih” ketika mulai mengkolonisasi pulau ini pada tahun 1665 dan membangun sebuah pangkalan militer.
Sebuah komunitas Indo-Eurasia yang relatif besar berkembang bernama ‘Mestizo dari Kisar’ sampai hari ini keturunan mereka hidup sebagai Raja dan para pemimpin di Kisar.Nama keluarga yang bertahan hidup antara lain: Joostenz, Wouthuysen, Caffin, Lerrick, Peelman, Lander, Ruff, Bellmin-Belder, Coenradi, van Delsen, Schilling dan Bakker.
Pada tahun 1795 Pulau Kisar berada di bawah pemerintahan Inggris, pada tahun 1803 berada di bawah peraturan Belanda/Perancis, dan pada tahun 1810 kembali lagi di bawah pemerintahan Inggris.
Pada tahun 1817 Pulau Kisar kembali ke tangan Belanda sampai ditinggalkan pada tahun 1819. Setelah itu Pulau Kisar menjalin hubungan dengan tetangga Portugis yang menjajah Pulau Timor, yaitu suku Topas dan Timor.
Setelah Perang Dunia II berakhir dan dimulainya kemerdekaan Indonesia, pulau ini untuk sementara dianggap bagian dari RMS, namun akhirnya menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pulau Kisar memiliki penghasilan pertanian yang cukup tinggi baik kacang-kacangan, buah-buahan, termasuk buah pala, pohon Koli maupun hasil tani lainnya. Jagung merupakan hasil terbesar utama di Pulau Kisar dan merupakan makanan pokok masyarakatnya.
Selain itu Lemon kisar merupakan hasil tani yang sangat terkenal karena rasanya yang sangat manis dan dijadikan sebagai oleh-oleh atau hadiah bagi mereka yang berkunjung ke pulau Kisar.
Bahasa penduduk lokal memakai bahasa Oirata, Yotowawa atau Meher. Kota kecil di pulau ini bernama Wonreli, yang didiami sekitar 6.652 15.296 orang pada sensus 2010.
Pulau Kisar pada masa kini termasuk “pulau terluar” yang berada dibagian selatan karena berbatasan langsung dengan negara Timor-Leste. Walau sangat dekat dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur, namun pulau ini berada di Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.
Para peneliti membuat dua ekspedisi ke Kisar pada tahun 2014 dan 2015 silam, yang awal mulanya mencari tanda-tanda pendudukan manusia awal.
Pada tahun 2015 arkeolog dari ANU dan Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai mensurvei pulau tersebut. Survei ini merupakan survey pertamakali yang dilakukan oleh para peneliti.
Namun apa yang mereka temukan diluar dugaan, tim survey tercengang takjub melihat kekayaan seni batu sejak masa era prasejarah yang mereka temukan di pulau kecil ini. Hal itu membuktikan bahwa pulau kecil ini sudah dihuni oleh manusia dan memiliki sejarah yang sangat panjang.
Sejauh ini, setidaknya sudah ada 30 situs seni lukisan batu yang telah ditemukan di Pulau Kisar nan mungil namun ternyata penuh dengan lukisan-lukisan pada dinding-dinding batu, baik itu di gua atau pada tebing-tebing cadas yang pernah ditorehkan penduduk setempat sejak 2500-3500 tahun yang lalu. Batapa menakjubkan...!
0 notes