Tumgik
#SEDOTAN
coniferhandmade · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
custom made brass cutlery sets ideal for home decoration stores for resale can be custom made in your sizes.
1 note · View note
Photo
Tumblr media
[Willica WBM-186] BISA COD SELURUH INDONESIA. BAYAR KETIKA BARANG SAMPAI. CARA ORDER KLIK👇🏻👇🏻👇🏻 http://msha.ke/willicababykids MANGKOK MPASI. Harga : 79.000🏷️ . . Keterangan: Size Mangkok 12x12x5cm Mangkok dilengkapi dengan masher untuk menghaluskan makanan bayi. Praktis dibawa kemana saja, membuat makanan bayi kini bisa dimana saja Terbuat dari plastik berkualitas BPA Free. . - Join Reseller S&K kontak nomor di BIO - Reseller dan dropship very welcome. . CARA ORDER⁣⁣⁣ - WA 087880395023⁣⁣⁣ - Tokopedia : willica babykids [BEBAS ONGKIR!]⁣⁣⁣ - Shopee : willica_babykids [GRATIS ONGKIR!]⁣⁣⁣ - Bukalapak : willicababykids[FREE ONGKIR!]⁣⁣⁣ - Blibli.com : willica baby kids [GRATIS ONGKIR] - Lazada : willica baby kids [FREE ONGKIR] - JD.ID : willica babykids [FREE ONGKIR] - GOSTORE BY GOJEK : Willica Babykids - Tiktok Shopping : Willica Babykids . *Syarat dan Ketentuan Berlaku . #grindingbowl #grinderbowl #foodmasher #mangkokmpasi #mpasi #gelas #piring #alatmakan #sumpit #mangkok #sendokpolkadot #sendoklucu #peralatanmakan #jualsendok #panci #sendokstainless #sendokplastik #sendokgarpuset #sedotan #sendokkorea #souvenir #peralatandapur #sendokkayu #setalatmakan #grosir #pisau #sendokteh #dapur https://www.instagram.com/p/CpCI6OpS-NA/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
steven-wijaya · 6 months
Text
Cerita Sex Seks Dengan Tante Heni
Tumblr media
Perkenalkan, Namaku Andre, umurku sudah 30 tahun dan belum menikah. Aku bekerja dijakarta dan sudah 1 tahun aku bekerja disebuah Bank Swasta, selama dijakarta sementara aku tinggal bersama Tante Heni dirumah kontarkannya. Apalagi Tante Heni orang yang sangat berjasa sekali bisa membawaku menjadi seorang karyawan pegawai Bank swasta dijakarta. Kebetulan Tante Heni dijakarta mempunyai jabatan sebagai seorang manajer disebuah bank swasta yang dipindahkan tugaskan dari cabang yang ada disurabaya.
Tante Heni sudah berkeluarga tapi suaminya bekerja disurabaya, semenjak Tante Heni dimutasi kejakarta mau tidak mau mereka harus berpisah dan mereka bisa bertemu seminggu sekali kadang bisa dua minggu sekali, tergantung kesibukan mereka masing-masing. Untungnya Tante Heni belum memiliki anak hingga sekarang jadi mereka masih bisa bekerja siang dan malam.  Sejak aku bekerja dijakarta dan tinggal sementara dirumah kontrakan Tante Heni, hitung-hitung agar aku bisa nabung dari hasil kerjaku nanti.
Tak terasa sudah tiga bulan berjalan aku bekerja sebagai karyawan bank dijakarta dan aku terlihat  semakin dekat dengan Tante Heni layaknya orang yang baru pacaran tapi Karena sudah terlalu dekatnya dan tinggal serumah akhirnya kami berdua jatuh kelimbah kenikmatan Bersama Tante Heni diatas ranjang.
Awal peselingkuhanku dengan Tante Heni Ketika kami sama-sama libur dihari sabtu dan minggu, kuhabiskan waktu dirumah Bersama Tante Heni untuk bersantai dan bercanda untuk melepas beban kerja yang selama ini kita jalani  Dan yang buat aku semakin bernafsu melihat Tante Heni saat dirumah dia selalu memakai pakaian daster satin yang sangat seksi tanpa memakai Bra lagi jadi kedua putting susunya langsung terlihat jelas sekali menonjol menjeplak dikain satin dasternya itu.
Mungkin karena aku sudah terlalu dekat dengan Tante Heni dia terkadang tak sungkan-sungkan lagi memakai daster dihadapanku dengan menapilkan kemolekan tubuhnya itu. Sampai akhirnya karena seharian kami becanda dikamar dan tertidur berduaan diatas renjang dengan posisi Tante Heni membelakangiku, tampak kemolekan tubuhnya yang hanya terbalut pakaian daster satin yang terlihat licin itu membuatku aku sangat bernafsu dan kuberanikan aku untuk memeluk tubuhnya dari belakang.
Perlahan kupeluk tubuhnya dan bagian kepalaku kudekatkan kebagian lehernya dan kucium dengan lembut, tubuh Tante Heni sedikit mengeliat,  Lalu perlahan tanganku kuremas-remas buah dadanya dan kulihat respon Tante Heni hanya diam tanpa ada penolakan sedikit pun, lalu kuremas-remas lagi buah dadanya dengan lembut beberapa saat kudengan suara desisan kecil membuatku semakin bernafsu. Kucoba kumainkan putting susunya yang menonjol itu diluar dikain satin dasternya. Kemudian tubuh Tante Heni langsung membalikan arah dan saling berhadapan denganku.
“Andre! Kamu ngapain? Kok beraninya remas-remas  susuku?”, sambil kami saling berpandangan antara kedua mata yang tak berkedip.
“Maaf, Tante habis Andre sudah ngak tahan melihat Tante kalau dirumah pakai daster seperti itu tanpa pakai Bra lagi”.
“Dasar anak muda sekarang, baru lihat pakai daster seperti ini dan lihat putting susu sudah nafsuan”.
“Habis Tante yang bikin Andre jadi nafsuan”, kemudian melihat putting susunya yang kian menonjol dari balik dasternya itu aku sosor saja dengan lumatan dan sedotan bibirku.
“Anghhhh,   Andreee jangan nakal gitu dong, unghhhhh” katanya sambil mendesah kecil.
“Tapi Tante suka kan dan Tante juga butuh seperti ini kan”, tanyaku dan terus menyedot putting susunya dari luar kain satin dasternya.
“Unghhh…Iyaaa…Andreee….anghh..aahhh Tantee…pingin sekali” terdengar desanya ditelingaku.
Kemudian kulepas sedotan diputing susunya dan kucium bagian Lehernya untuk memancingnya agar Tante Heni semakin terangsang, kemudian kutarik celana dalam hingga terlepas dari tubuhnya dan  Tiba-tiba Tante Heni berbalik lalu memelukku dan naik keatas tubuhku tapi sebelum naik ketubuhku Tante Heni tanpa malu-malu lagi dia langsung menarik celana dan celana dalamku hingga batang penisku langsung berdiri tegak menjulang keatas. Tante Heni segera menidih batang penisku dengan mengesek-gesekan  belahan vaginanya yang sudah terlihat basah.
Saat Tante Heni mengesek-gesekan vaginanya dibatang penisku, aku lumat bibirnya dan dia langsung melumat bibirku dengan penuh nafsu. Kedua matanya Terpejam menikamati setiap gesekan belahan vaginanya diatas batang penisku, namun kami cukup lama bermain dibagian bibir dan lidah dan kami saling beradu, dengan jilatan dan pangutan.
Tante Heni tiba-tiba bergerak mengemut bibirku dan lidahku sesekali memasukkan lidahnya ke mulutku.
“mmmhhh..….mmmhhh….mmmuachhh mmmhhhh,,,kaa…mmmmhhh..”, desahnya saat aku cium.
Batang penisku yang semakin kian menegang di belahan vaginanya  yang digesek-gese maju mundur disela selangkagannya yang sempit dan hangat. Ciumannya semakin ganas dan memelukku erat, Aku semakin kuat menekan pantatku agar penisku menempel dibelahan vaginanya. Kemudian kedua tanganku melingkari lehernya dan kembali menciumku. Kedua tangan Tante Heni juga memeluk tubuhku, turun ke pantatnya, menekan pantanya agak vaginanya lebih erat menekan penisku.
“Anghhh.. Aahhckk…..anghhh….ahhhh”, desah Tante Heni saat aku menggesek penisku yang sudah tegang ke belahan vaginanya.
Aku semakin bersemangat menggesek dan menekan penisku dibelahan vaginanya. Suara Tante Heni semakin kian mendesah keras, “Aaanghhh..anghhh…ungghhhh..Eennakk….Andreee….unghhh”.
Lalu, aku menghentikan gesekanku. Tante yang merem melek dan mendesah lalu melihat kearah batang penisku dan memandangku sayu. Aku mulai menepelkan penisku lagi kebelahan vaginanya yang sudah becek itu dan mengeseknya, lalu aku selipkan penisku ke belahan vaginanya. Kumainkan klistorinya dengan jariku, “Sayang, gesek-gesek dong anghhh. tante udah pingin banget nih…”, desahan Tante Heni sambil meremas-remas kedua buah dadanya yang masih terhalang kain satin dasternya.
Melihat putting susunya yang tambah menonjol itu langsung saja kusedot dan kulum dengan bibirku dengan sedikit gigitandiujung  putingnya dan kuaminkan dengan lidahku
“Andreee….sayangggg….anghhhh….sedot yang kuat sayangg…aahh…Eennakk…Ennak banget sayanggg….Jillatt dan sedot” rancaunya sambil tubuh Tante Heni dengan posisi masih diatas tubuhku Gerakan maju mundur pantatnya semakin kian cepat gerakanya menidih penisku.
Dengan posisi seperti itu aku semakin bergairah menyedot putingnya hingga kain satin yang menghalagi putting susunya basah oleh air liur mulutku.
“Andree…..Tannnteee Keeluuarr sayanngg…anghhh….ahhhh….aaahhhh”, Rancaunya dan desahanya yang Panjang dengan tubuhnya yang mengejang-ngejang seperti terkena tegangan 220 volt.
Kurasakan cairan lendirnya membasahi batang penisku yang mengesek-gesek kepala penisku yang dijepit oleh bibir vaginanya. “Aahhh…Sayang sshh aku gemeteran..enak bangett..udah seminggu aku tidak merasakan kenikmatan seperti ini” katanya sambil Gerakan pantanya yang maju mundur semakin melambat.
Kami saling memandang mukanya yang terlihat sangat puas tersenyum padaku disela merem meleknya. Akupun membalas senyum puas bisa menempelkan penisku dibelahan vaginanya.
“Enak Tante?”, kataku sambil memandang kedua matanya.
“Enak banget Andre”.
“Sekarang Andre, masukan kedalam ya Tan biar gentian keluarnya”.
Kemudian Tante Heni mengarahkan penisku untuk masuk kedalam vaginanya dan sekali ditekan Bless….batang penisku langsung masuk dengan mudahnya kedalam vagianya karena sudah sangat becek oleh cairan lendirnya. Kemudian Tante Heni Kembali mengesek-gesek vaginanya untuk megocok-kocok penisku dengan jepitan daging vaginanya. Otomatis batang penisku yang keluar masuk vaginanya menekan dan mengesek bagian klistorinya.
“Anghhh…Taantee, enak banget rasanya punya Tanteee…aahhh aaahhh, Rasanya Andre jadi ketagihan Tanteee….Unghhh…anghh”, desahku sambil meremas-remas pantatnya.
“Anghhh….enak….Andreee….anghhh….aaahhhh”.
“Ahh…unghhh….enakkk banget….Tanteeee…..ahhhh.. ahhhhhh ahhh…oohh goyang lebih cepet Tan”,dengan posisi masih diatas tubuhku Gerakan Tante Heni semakin dipercepat sambil memutar-putar pantatnya.
“Tanteee….anghhhh….anggghh….oohhh…oohhh….ahhhhhhh….” batang penisku terasa sangat nikmta sekali dijepit oleh daging vaginanya.
Tante Heni semakin bergerak seperti seorang penari india memutar-mutar penisku yang berada didalam vaginanya “Anghhh….Andreee….aaahhhh”.
Aku mengimbangi goyangan Tante Heni, “Goyang terus Tanteeee….vaginamu enak banget….aahhh…aaahhh…ahhh…”, Aku tahan pantatku sedikit menekan keatas, Gerakan dan goyangan semakin cepat mengenjot batang penisku keluar masuk vaginanya sampai mentok.
“Aahhkk..Andreee….aahhhhh….Andreeee”,  Tante Heni meremas-remas buah dadanya dan aku terus memompa mengikuti Gerakan Tante Heni dengan kencang dan kuat sampai tubuhnya terlempar karena goyanganku.
“Aaaaahhh Andreee….sayang, Tantee bentar lagi mau kelluuarr…aahhh ahhh ahhh sayang ahhh…” Gerakan Tante Heni semakin dipercepat dan gesekan batang penisku didalam vaginanya semakin ditekan lebih dalam lagi dan tak lama lagi pertahananku juga akan jebol.
“Aaaahhh…Tanteee….Akuuu….mau…keluarrr…tantee…Aaaahhh…Aaahhhh Aahhh”, belum sempat aku mengatakan kalimat itu Tubuh Tante Heni Kembali Mengelinjang hebat dengan tubuhnya yang mengejang-ngejang sambil mengigit bibirnya menikmati orgasme.
“Andreee…Sayangg…anghhhh…..aaahhhh….enaaaaak…bangettt….sayanggg…aahhhhhh” sambil mengejang-ngejang tubuhnya Tante Heni mendesah sangat Panjang.
“Tanteee….Anghhh…..anghhhh……ahhhhh….akuuuu….keluarrr…..”, Crotttt….crottt…Crettt, tubuhku juga sedikit mengejang saat cairan spermaku mucrat didalam vaginanya.
“Ahhh…Andreee….sayang ahhh… Kamuu emang hebat bisa buat Tante Muncrat sampe dua kali gini”, katanya.
“Ahhhh….Tanteee…juga enak banget vagina Tanteee….bikin ketagihan nikmatnya….aaaaaarrrrgggggggghhhh”.
“Anghhh, Makasih yah Andree, Tante benar-benar puas sekali, kenapa nggak dari dulu kita lakukan seperti ini” kata Tante Heni.
“Andre…takut…Tan…ngak enak saja sama karena  Tante yang sudah banyak bantu Andre”. Kuciuma bibirnya sambil kami berlumatan.
“Mulai sekarang penismu khusus punya Tante, bikin aku klojotan dua kali”.
“Passti dong…Tan….pokonya ini khusus  buat Tante dan akan membuat Tante kenikmatan diatas ranjang sampai kapanpun Tante inginkan”.
Sejak kejadian itu hampir tiap malam kami lakukan hubungan seks dengan Tante Heni diatas ranjang dengan berbagai model dan gaya dengan bebas dan perselingkuhanku dengan Tante Heni masih berjalan hingga saat ini.
78 notes · View notes
bagus-adikarya · 1 year
Text
Anak Sejuta Cerita
Saya dan Piti dipertemukan melalui tulisan.
Piti hobi menulis, saya rajin membacanya. Saya hobi menullis, piti juga rajin membacanya.
Kami menikah, lalu lahirlah humayra. Pelajaran penting pertama, tulisan bisa melahirkan anak manusia.
***
Dasar menulis adalah bercerita. Meski setelah menikah kami jarang menulis. Tetapi di rumah, kami tidak berhenti bercerita.
Kami membawa kebiasaan bercerita dalam perbincangan sehari-hari. Jika ada satu hal menarik yang terjadi di hari itu, kami akan tambahkan struktur cerita, sedikit analogi, lalu jadilah cerita. Mungkin ini yang menyebabkan, humayra juga sangat suka dengan cerita.
Memang selain itu, Piti sangat boros dengan buku anak-anak. Bersyukurnya, humay juga mendukung keborosan itu dengan membaca dan mendengarkan cerita dari buku yang Piti beli.
Lalu apa saya mendukungnya? Jawabnya antara ya atau tidak.
Ya, karena membaca buku adalah aktivitas yang baik untuk humay,
Tidak, karena saya merasa tersaingi.
Saya memiliki impian untuk memiliki perpustakaan pribadi. Sudah lewat umur 30 tahun saya belum berhasil mewujudkan cita-cita tersebut. Tetapi, Humay yang berusia 5 tahun sudah berhasil memiliki 3 buah rak buku dengan variasi buku anak-anak yang bermacam-macam: pop up, soundbook, touchbook, dan berbagai macam jenis buku lainnya.
Bagi humay, buku-bukunya adalah harta karun. Seperti bajak laut yang cinta harta karun, humay tidak ingin bukunya tersebut dibagi. Contohnya baru kemarin terjadi, TK tempat humay bersekolah menyelenggarakan program donasi buku.
Dan si Bajak Laut, tidak ingin satupun bukunya disumbangkan. “Nanti kalau humay sudah SD, baru boleh.”
Sampai dengan tulisan ini ditulis, kami berdua masih melakukan lobying dengan Humay.
***
Karena cerita itu butuh bumbu, kami perlu mendramatisasi beberapa hal yang sebetulnya  biasa saja. Dan mungkin itu yang membuat, keluarga kami cukup punya drama ….. dalam arti yang positif.
Pernah pada suatu malam, saya bercerita.
“Kak Humay, sini, ayah punya cerita.” Setelah saya berpikir ada satu kejadian yang menarik di hari itu.
“Apa yah?” humay mulai duduk menyimak
“Ayah tadi habis makan bakso. Di depan meja ada satu mangkok bakso dengan kuahnya, lalu ada satu mangkok lagi berisi saus kecap dan sambal, dan terakhir ada satu gelas es jeruk. Karena ayah lupa ambil sedotan, Ayah pergi ke meja dekat kasir mengambil sedotan. Trus ayah taruh sedotannya, eh, ternyata ayah naruh sedotannya di mangkok bakso.” Sebetulnya, ini cerita yang sangat biasa.
“Hahahahahahaha. Ibu sini ibu. Masa Ayah naruh sedotan di mangkok bakso.” Sambil lari-lari kecil ke ruang tamu menghampiri Piti.
Saya sebetulnya agak khawatir dengan selera humor humay.
***
Kebiasaan kami bercerita ternyata punya dampak yang sangat positif bagi Humay.
Pada suatu pagi menjelang siang, Piti menjemput Humay di TK. Wali kelas Humay menyampaikan ke Piti bahwa dia cukup terkejut dengan kosakata yang Humay sering gunakan saat berbincang.
“Ibu guru, ini tadi humay sudah memilah-milah tugasnya untuk dikumpulkan” kata Ibu Guru menirukan kalimat humay.
Kata memilah-milah menurut Ibu guru bukan kosa kata yang umum digunakan oleh anak di usia TK.
Saya dan Piti jadi ingat, sepertinya kata ‘memilah-milah’ humay kenali dari buku yang dia baca. Ada satu buku yang menjelaskan aktivitas memilah buah dan humay sering membaca buku tersebut.
Jadi jika digambarkan proses humay bercerita di sekolah adalah seperti ini: humay mendapatkan cerita dari rumah,  lalu menceritakan cerita tersebut di sekolah.
Saya berharap, semoga humay tidak menceritakan ‘sedotan dalam mangkok bakso’ pada teman-temannya.
Atau semoga teman-teman humay punya selera humor yang sama dengan Humay.
Dan jika selera humor mereka sama, saya yakin saya bisa berteman baik dengan teman-teman humay.
Mungkin kita bisa mulai dengan membentuk grup whatsapp.
Karena cerita punya dampak yang sangat positif bagi kami bertiga. Sangat disayangkan jika cerita tersebut tidak memiliki bentuk tertulis.
Akhirnya, saya beride untuk kembali aktif menulis. Dengan harapan, semoga kelak tulisan ini bisa humay baca dan mengingatkan dirinya bahwa humay adalah anak dengan sejuta cerita.
21 notes · View notes
ceritasingkat88 · 8 days
Text
Silva4d - Rasa di Balik Sedotan
Tumblr media
Setiap sore, di sudut pasar yang mulai sepi, Dimas selalu duduk di belakang gerobaknya yang penuh dengan botol-botol minuman dingin. Es kelapa, es jeruk, es teh, semua tersusun rapi di dalam peti kayu kecil yang sudah mulai mengelupas catnya. Ia bukanlah penjual minuman besar, hanya seorang pria biasa yang hidupnya terbungkus dalam rutinitas sederhana. Namun, bagi Dimas, gerobaknya adalah sumber kehidupan sekaligus tempat dia mengamati dunia.
Dimas sudah bertahun-tahun berjualan di sana. Orang-orang datang dan pergi, kadang tersenyum, kadang tidak berkata apa-apa. Namun, sore itu berbeda. Seorang perempuan muda dengan langkah terburu-buru datang dan langsung memesan segelas es kelapa. Wajahnya penuh keringat, dan napasnya terengah-engah. Dimas menyajikan minuman itu tanpa banyak bicara, tapi matanya tertarik oleh sesuatu dalam tatapan perempuan itu—campuran antara kebingungan dan kesedihan.
“Terima kasih,” katanya singkat, sebelum beranjak pergi dengan cepat.
Dimas hanya mengangguk. Namun, ia tak bisa mengabaikan perasaan aneh yang muncul dalam dirinya. Ada sesuatu yang mengganjal, meskipun ia tak tahu apa itu. Hari-hari berikutnya berlalu seperti biasa, namun perempuan itu tak pernah kembali. Setiap sore, Dimas memperhatikan setiap wajah yang lewat dengan harapan melihatnya lagi. Dia bertanya-tanya apa yang terjadi pada perempuan itu, mengapa dia tampak begitu gelisah waktu itu. Namun, Dimas tahu bahwa hidup di pasar berarti menerima datang dan perginya orang-orang tanpa pertanyaan.
Suatu sore, beberapa minggu kemudian, perempuan itu muncul kembali. Kali ini, ia berjalan perlahan, tatapannya jauh lebih tenang. Dia memesan es kelapa lagi, dan ketika Dimas menyajikannya, ia memberanikan diri untuk berbicara.
“Kamu sering lewat sini, ya?” tanyanya pelan, sambil menyerahkan gelas plastik.
Perempuan itu tersenyum lemah. “Kadang-kadang. Aku bekerja di dekat sini, tapi jarang lewat pasar. Waktu itu... aku sedang buru-buru.”
Dimas mengangguk, meskipun dia tahu ada lebih banyak cerita di balik kalimat itu. "Semoga sekarang lebih baik."
Perempuan itu memandangnya dengan mata yang sedikit bengkak, seolah terkejut oleh kesederhanaan kata-katanya. “Iya... sekarang lebih baik. Terima kasih.”
Ada keheningan yang canggung setelah itu. Dimas merasa ingin tahu lebih banyak, tapi dia bukan tipe orang yang pandai menggali cerita. Dia hanyalah penjual minuman. Namun, perempuan itu tidak pergi segera. Dia berdiri di sana, memainkan sedotan di tangannya, seolah sedang berusaha mencari keberanian untuk mengatakan sesuatu.
“Aku baru saja kehilangan ayahku,” akhirnya perempuan itu berkata. “Waktu itu... aku baru dengar kabarnya ketika aku lewat sini.”
Dimas terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata seperti itu selalu terasa berat, terutama bagi seseorang yang tak tahu caranya menghibur. Dia hanya bisa mengangguk, mencoba menyalurkan rasa simpati lewat senyumnya yang tipis.
“Ayahku juga dulu penjual,” perempuan itu melanjutkan. “Bukan minuman, tapi barang-barang kelontong. Melihatmu di sini... entah kenapa membuatku teringat padanya.”
Dimas merasa tersentuh oleh pengakuan itu. Pasar memang punya cara aneh untuk menghubungkan orang-orang, bahkan yang tak pernah saling mengenal. “Aku minta maaf atas kehilanganmu. Kehilangan seseorang yang kita sayangi memang tidak mudah.”
Perempuan itu mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. Tapi kali ini, dia tidak terburu-buru pergi. Dia berdiri di sana cukup lama, menyeruput minumannya pelan-pelan, sementara Dimas melayani beberapa pelanggan lain. Setelah beberapa menit, dia berterima kasih lagi, lebih tulus kali ini, dan pergi dengan langkah yang lebih ringan.
Dimas memperhatikan saat dia menghilang di antara kerumunan pasar yang semakin sepi. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya setelah pertemuan itu. Selama bertahun-tahun, dia selalu menganggap pekerjaannya sebagai sekadar cara untuk hidup, tanpa memikirkan lebih dalam tentang orang-orang yang dia layani. Namun, sore itu membuatnya menyadari bahwa setiap orang yang datang ke gerobaknya membawa cerita, dan mungkin, kadang-kadang, yang mereka butuhkan bukan hanya minuman dingin, tapi juga seseorang yang mau mendengarkan, walau tanpa banyak bicara.
Hari-hari berlalu, dan perempuan itu mulai sering muncul, tidak lagi dalam keadaan terburu-buru, tetapi sekadar untuk duduk dan berbincang. Mereka tidak pernah membahas hal-hal berat lagi, tapi Dimas tahu, dalam percakapan sederhana mereka, ada semacam ikatan yang terbentuk—ikatan antara dua orang yang, meskipun berbeda, sama-sama mengerti bahwa hidup ini penuh dengan kehilangan dan juga harapan.
Dan di sudut pasar yang ramai itu, gerobak penjual minuman Dimas kini tidak hanya menawarkan kesegaran, tapi juga ruang kecil di mana cerita-cerita manusia bertemu, berbagi, dan mungkin, sembuh.
2 notes · View notes
validstory · 2 months
Text
Perjalanan 1 Dekade dari Timothy Ronald 🤩
Memulai usaha di usia sangat muda, Dari seorang penjual sedotan hingga memiliki Family Office🤩
Perjalanan yang sangat tidak mudah, Dengan visi dan misi yang luar biasa.
Dalam 30-50 tahun kedepan ia ingin menjadi Kepala naga dari 9 Naga di indonesia.
Kebahagian terbesarnya adalah Edukasi, Mengedukasi anak muda di seluruh indonesia dan membangun sekolahan gratis untuk mereka yang membutuhkan.
Tujuan Terbesarnya ialah membangun 100 Sekolahan gratis di indonesia @ronaldfoundation.id🤩
Yang seperti kita ketahui, Warrent buffet adalah Sumber inspirasi sekaligus Mentor dari Timothy Ronald.
The Big Fans Warren Buffet
Walaupun belum pernah bertemu langsung, Semoga suatu saat bisa bertemu dengan kakek Warren Buffet.
9 Buku Terbaik dari @timothyronaldd 🤩
Tidak bisa bahasa inggris ? Tenang, kamu bisa menggunakan Google Lens atau Google Translate :)
‌Secara tidak langsung kamu belajar bahasa inggris, Semangatt buat kamu yang membaca ♥
Sangat tertarik ? Beli buku di Tokopedia sekarang👇
👉 bit.ly/TemanMembaca
[ KLIK LINK DI BIO ]
#timothyronald #literasi #indonesia
2 notes · View notes
sikemiri · 5 months
Text
SUARA TANGISAN DI MALAM HARI
Tumblr media
Tengah malam dengan lapar yang melanda bukanlah kombinasi yang bagus. Pertama, karena malam aura kostan sangat tidak bersahabat bagi penakut seperti Asan. Kedua, Asan penakut. Pada intinya, nyali lelaki itu hanya secuil saja.
Tapi, perutnya semakin meronta untuk minta diisi. Maka dia coba lawan rasa takut itu dengan mencoba membayangkan mie kuah dengan telur dan cabai iris di atasnya. Begitu nikmat hingga dia memberanikan diri untuk keluar dari biliknya.
Baru saja pintu terbuka, sayup-sayup terdengar suara tangisan yang entah datangnya dari mana. Belum apa-apa bulu kuduknya sudah meremang jabrik. Maka dia mundur satu langkah dari pintu untuk berdoa dalam hati terlebih dahulu. Setelahnya, dia mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanya halusinasi belaka.
Asan bergerak cepat untuk mengunci pintu kamarnya. Namun suara tangisan tersebut semakin jelas terdengar. Sebab Asan tidak berani untuk menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, maka dia percepat kegiatannya. Dua langkah baru saja dia lakoni, suara tangisan semakin jelas. Kali ini dia berada di depan pintu kamar Isan. Tangannya sibuk memegang ponsel dan mie instan, sedang telinganya mencoba didekatkan ke daun pintu. Benar saja, suara tangisannya muncul dari dalam sana.
Apa ada hantu bersarang di kamar tetangga barunya itu? Atau malah Isan yang menangis di tengah malam?
Kali ini rasa takutnya perlahan memudar karena sudah menemukan di mana sumber suara yang sempat membuatnya merinding itu. Dia mencoba mengetuk daun pintu karena terlalu penasaran, “San? Isan?”
“ITU SIAPA DI LUAR? PLIS TOLONGIN AKU!! HUWEEEEE!!!”
“Hah?” Asan semakin merinding karena suara tangisan itu kini berubah menjadi suara orang meminta tolong. Kalau saja dia tidak malu, pasti dirinya sudah mengompol di tempat. Namun sekali lagi dia tekankan, bahwa di dalam sana adalah kawan barunya. Bukan makhluk tak kasat mata yang meminta tolong.
Asan menarik nafas lebih dulu sebelum kembali buka suara, “kenapa, San? Minta tolong apa?” Dia berusaha setenang mungkin meski jantungnya berpacu begitu cepat.
“Eh, tapi lu manusia apa bukan?” Terdengar bodoh memang pertanyaannya, tapi Asan ingin memastikan sendiri kalau yang ada di dalam benar-benar makhluk hidup sama seperti dirinya.
“IYAA AKU MANUSIA!” Ada sedikit teriakan dari dalam sana. Mungkin karena kesal ditanya demikian. “Tolongin aku, hiks, aku kekunci di kamar mandi!!”
“HAH? BUSET. KOK BISA?” Kini malah Asan berubah panik.
“Ya, enggak tau!! Hng tolongin aku, plis. Pintunya gak bisa dibuka. Tolong buka dari luar!!”
“Gimana caranya?”
“Masuk aja ke kamarku. Terus buka pintu kamar mandinya dari luar.”
“Ini gapapa nih gue masuk?”
“Masuk aja gapapa! Pintu kamarnya gak dikunci! ” Tukas Isan di sela tangisannya yang langsung dilakoni oleh tetangga barunya detik itu juga. Dan benar saja, pintunya tidak dikunci sama sekali.
“Buset, beneran gak dikunci. Kok gak dikunci si? Nanti ada orang gila masuk lho,” komentar Asan setelah berhasil membuka kenop pintu. “Emang iya bakal ada orang gila masuk?” Tanya Isan dari dalam sana, “kagak tau, sih. Gue asbun doang.”
Aroma daun teh menyerbu indra penciumnya. Netra menyisir ruang sekitar seraya menaruh mie instan di atas meja Isan, “kamar lu rapih amat. Rajin lu ya?” Duh, Asan terlalu banyak berkomentar!
“Huwee, Iya, aku rajin,” sambar Isan tidak sabaran, “plis cepet tolongin aku. Aku udah hampir setengah jam di sini. Dingin banget!” Ada suara sedotan ingus dari bilik kamar mandi yang mengundang tawa kecil dari seorang Asan. Lucu sekali mendengar suara bindeng Isan yang biasa ketus, kini malah memohon padanya dengan amat sangat.
“Bentar. Udah, jangan nangis. Bakal gua tolongin kok.” Asan berusah menenangkan kawan barunya itu seraya membuka kenop pintu kamar mandi. Benar saja, pintu itu macet dan tidak bisa terbuka. Dia mencoba melihat ke sana ke mari, melihat apakah ada benda yang bisa digunakan untuk mencungkil pintu atau mengotak-atik gagangnya. “Lu punya obeng gak?”
Isan menggeleng dari balik pintu, “enggak. Huwee Asan, gimana dong?”
“Yaudah, tunggu dulu. Gua ke kamar dulu.” Baru saja tungkainya hendak beranjak, lebih dulu Isan memanggil, “ASAN, tapi kamu bakal balik lagi kan? Bakal bantuin aku kan?” Ada suara gelisah dari balik sana. Asan yakin Isan begitu ketakutan untuk ditinggal.
“Iye, tenang aja. Gua ambil obeng dulu di kamar. Nanti gua balik lagi.”
“Makasih, Asan …” Kini Isan lebih melembut dari sebelumnya. Walau rasa gelisah masih bersarang di dalam dada dan pikirannya, tapi Isan mencoba untuk mempercayai Asan sepenuhnya. Isan yakin Asan orang baik meski tingkah lakunya menyebalkan. Selang beberapa menit, suara Asan kembali terdengar dari balik pintu.
“Gua coba lepas kenop pintunya ya. Kalau gak bisa, baru gua dobrak.”
“Okay …”
“Ada hening tercipta diantara keduanya. Asan yang sibuk membuka sekrup pada kenop sedangkan Isan mencoba diam dan tidak berlaku panik. Tapi bukan Asan kalau tidak memiliki seribu satu ide jahil. Maka dia membuka suara lebih dulu,
“Isan, kalau ini berhasil gimana?”
“Aku bakal berterima kasih banget ke kamu …” Jawab Isan yang membuat Asan berhenti bekerja. “Itu doang?”
“Aku gak bakal curi ayam serundeng kamu lagi.”
“Lah itu mah memang sebuah kewajiban. Itu doang?”
“ish. Kamu maunya apa, Asan?”
Asan tersenyum licik, “Jadi babu gua selama seminggu. Turutin semua perkataan gua selama seminggu penuh. Gimana?”
“HAH?”
“Take it or leave it.”
“Fine, I’ll take it. Asal keluarin aku dari sini dulu.” Senyum kemenangan tercetak jelas di bibir tuan kucing. Maka kuasa Asan kembali digerakan untuk membuka sekrup terakhir. “Jangan sampe bohong, ya.” Dan selang beberapa menit, pintu berhasil terbuka.
“Anjay, kebuka.” Adalah kalimat yang pertama Asan lontarkan saat hasil kerja kerasnya ternyata tidak sia-sia. Matanya menangkap presensi Isan dengan piyama beruang dan matanya begitu sembab karena terlalu banyak menangis.
“Huweee Asan makasih banyak!!” Dia menghampiri tubuh Asan dan memeluknya begitu erat. Reflek tubuh, “aku gak bakal curi ayam serundeng kamu lagi setelah ini.”
Asan hanya bisa terpaku, badannya begitu kaku laiknya batu atau patung yang ada di tengah taman. Begitu terus sampai Isan melepaskan pelukannya.
“Makasih sekali lagi.” Ucap Isan yang membuat Asan berdeham kaku, “k-kan ini enggak gratis!” Isan menatap Asan seraya menghapus air mata yang tersisa.
“Tugas pertama lo sebagai bayaran atas hal tadi …” Belum jua rampung bicara, Isan lebih dulu angkat suara, “HAH? Kok udah ada aja?”
Senyum liciknya kembali tersemat, “ada. Sekarang anterin gua ke dapur. Gua mau masak mie, laper.”
Dan mau tidak mau Isan mengantar Asan menuju dapur yang ada di lantai dasar. Bagaimana pun juga, janji adalah janji. Isan harus menepatinya. Dan ini baru cobaan pertama. Entah cobaan apa lagi yang akan dia terima ke depannya. Semoga tidak berat.
- Bersambung
3 notes · View notes
lamyaasfaraini · 10 months
Text
Golden Geisha Ramen!
Ngayogyakarta Day 1, Part 3
Lagi2 adikku si penggemar makanan hits merambah hingga jogja, biasanya diatuh skitaran bdg/jkt aja. Entahlah katanya nemuinnya ngga sengaja. Namanya Golden Geisha yg udah dia tandai jauh hari nemu di thread twitter katanya, ko ya aku yg mantau terus TL gapernah nemu yg lucu2 kecuali skandal mulu wkwk. Komen dan riviunya mencengangkan ada yg blg lebih enak drpd Seirock-ya (Jkt) dan menyamai rasa Ichiran (Jepang) yg terkenal ituu. Ah masa iya? Enak bgt dong berarti, Seirock-ya aja udah banyak yg ngomongin (wishlist kami inipun).
Sebelum booking, iya kudu booking loh. Tnc nya banyak bgt sampe kewalahan dan ko ya seekslusif itu sih. IG nya di privat, follow IG nya lsg jd membernya, ngisi form pendaftaran udah kek mau daftarin anak sekolah lengkap bgt. Baru dpt akses gdrive menu nya dan harus min. Pembelian 85,000 dewasa, 55,000 anak. Milih lah kami di pas2in jadi 85,000 lebih dikit lah.. Krn ocha nya gratis dan refill, memang kebanyakan kedai ramen begitu kan yaa. Nah tinggal ngebujuk bapak krn lidahnya kolot, sulit nerima makanan yg "aneh". Akhirnya mau dan adikku booking h-7. Fix masuk itinerary trip Jogja.
Ke Golden geisha itu dinner setelah dari Tempo Gelato, bahkan mereka ini bukanya di jadwal ngga asal buka. Kami milih yg jam 7 malam sampe 8 lebih. Letak Golden geisha itu di Mall city Jogja, kita sampe sana sekitar jam 6 lebih hampir jam set7 dan mayan nunggunya msh lama. Bapak ibu ke optik dulu ada part kacamata bapak yg ilang di kereta, anak2 liat pertunjukan barongsai sama bapak2nya. Ibu2nya duduk di deket panggung lg ada acara akustikan tp ngga perform2 deh perasaan wkwk.
Jam 7 kurang kita standby disana, pas jalan ke eskalator ada mbak2 sales nyemprotin parfum ke pergelangan tangan trus aku gosokin kan tempelin ke baju, daaaaan ko ya wangi bgt. Sepanjang di ramen makin suka wanginya, manis tapi fresh.. Sebenernya tipe parfum yg kusuka itu unisex, manis tapi fresh segarnya dapet. Ya itu tadi yg kek gt..
Ngantri mayan wlpn udah booking jauh hari ttp ya kekurangan meja, nunggu disiapin mejanya. Antrian WL beda lagi, mreka lebih lama antrinya
Begini penampakan depannya. Ngga ngantri bgt tp mayan lama loh buat yg WL. Eh btw mall Jogja agak unik, bangunannya klasik, banyak ornamen2 kaya gt. Apalagi td wkt ditengah dkt panggung, ornamennya lebih penuh lagi. Kata bapakku mall Ambarukmo jg begitu, ah belom pernah main ke mall iconic jogja ituu.
Tumblr media
Akhirnya meja udah siap kan. Daaaan Ta.. Da..!
Look at these beauties!! So tempting.. Tiap liat ini ngiler lagi ngiler lg ya Allah :(
Menunya, Saikoro Beef Ramen Tamtam (pedas), kuah 1 lagi baitan (ngga pedas) tp msh bisa di tolerir ko pedasnya. Seruput pertama begituuuuuuu haaaaaaa apaaaaneeeeeehh enak betuuuulllll, lekoh gurih bgtttt!! Kata adikku saking enaknya si kuahnya pgn diseruput pake sedotan. Iyaaak bener! Saikoronya empuk, rich, juicy, kerasa smokeynya. Somehow emg terlalu strong saikoronya, kuahnya jadi kalah saing. Tapi ttp dua2nya eennnaakkkkkkk.. Duh kapan buka cabang di Bdg??? Hakata Ikkousha aja liwat, kata adikku kita udah makan ramen next level ieumah haha naik kelas maxut loe~
Tumblr media
Kids mealnya. Dessert kuromai
Tumblr media Tumblr media
Kids mealnya banyak, porsi normal org dewasa aja kebanyakan akupun ngga abis dikit lg diabisin suamiku si Trash kan blio tuh haha. Padahal udah super lapar sengaja ngga banyak ngemil ihh ttp ngga abis huhu.
Kuromai, dessert mochi eskrim ketan. Enaaaaak ini jg yaampun creamy2 manis sweet tooth bgt huhu.
Tiba-tiba parfum!
Iyak itu gara2 mbak2 sales nyemprotin parfum pas lg lewat mau menuju ke golden geisha. Wanginya nempel teruuussss, setelah makan ramen aku lsg melesat ke boothnya wkwk, lsg ngincer. Katanya kalo beli 2 dpt bisa ambil undian yg berhadiahkan parfum jg tp random termasuk size. Akhirnya adikku tertarik beli juga. Baiklah aku ambil undiannya ternyata dpt yg travel size aroma pria, yasudlah buat suamiku haha.
Her & Scandalous. Jol dikasih kartu member
Tumblr media Tumblr media
Iya itu parfumnya dari Heaven Scent, yg mana aku jg baru tau ada merk itu wkwk. Wangi Her dan Scandalous beti alias beda tipis, Her punyaku lebih ke fresh sweet gt, yg Scandalous punya adikku lebih sweet vanilla. Entah knp aku dr dulu suka yg fresh cenderung parfum unisex gt, tp yg Her ini ada sedikit sweet cewenya, yaa sukaakkk lahhhh pokonya. Pasti tiap nyemprot ini lsg inget Jogja deh, wangi beserta kenangannya~ oiya kaya kemarin di Omah Bumi, wangi dominannya aromatherapy kek lemongrass gt, sabun dan kamar mandinya aroma ituu. Jd pst tiap wangiin lemongrass inget Omah Bumi deh!
Oiya balik lg ke kartu member, kutanya di Bdg ada ngga offline storenya? Ngga ada cenah adanya di Jogja, Solo, Surabaya, Kediri. Hemmm jauh ajaaaa~
3 notes · View notes
truegreys · 1 year
Text
Royalti
“Gimana rasanya dibikinin buku sama mantan?”
Mendengar pertanyaan Gaby, Moze langsung menarik napas panjang. Mungkin memang begitulan risiko punya mantan seorang penulis. Loka membubuhkan berbagai detail tentang hidup Moze di novel terbarunya, dari nama yang mirip, kebiasaanya, kesukaannya, mimpinya, hingga kejadian-kejadian yang dahulu kala tak pernah Loka jelaskan dan membuat Moze bertanya-tanya.
“Aneh. Padahal dulu aku pernah minta dia janji gak akan nulis apapun soal aku di karya dia.” Jawab Moze dengan nada masa bodoh. Gaby tahu, Moze tak mungkin masa bodoh. Ia yakin bahwa sahabatnya peduli dan memikirkan masa lampau yang ternyata masih menghantuinya. Pertanyaan Gaby adalah upaya untuk memancing Moze bercerita tentang apa yang dirasakannya.
“Ingin marah, sebetulnya. Kesel karena orang terdekat yang baca pasti tahu tokoh di novelnya itu cerita aku sama dia dulu.”
Pancingan Gaby ternyata berhasil.
“Tapi, mungkin itu cara dia minta maaf. Atau, mungkin cara dia menyelesaikan sesuatu yang dari dulu gak selesai-selesai amat meski kita berdua udah pisah cukup lama.” Moze berkata-kata dengan mata tertuju ke gelas berisikan jus strawberry yang setengah kosong—sambil memainkan ujung sedotannnya.
“Kamu masih merasa perlu closure?” Tanya Gaby melihat gelagat Moze.
“Iya, tapi aku pun gak tahu caranya gimana. Cara dia, dengan menulis segalanya di cerita yang orang lain taunya fiksi. Caraku? Aku masih gak tahu.”
Gaby agak khawatir Moze akan melakukan hal yang mungkin akan menghancurkan hidup yang Moze sedang bangun sekarang.
“Ze, yang selama ini kita namai closure itu, gak perlu dicari sebegitunya. Closure datang dari kesadaran. Aku yakin kamu tahu dan paham. Masalahnya, kamu mau apa enggak?”
Moze menegak hingga tandas jus strawberry-nya langsung dari gelas dengan melipat sedotan di bibir gelas hingga fungsinya tak lagi berarti.
“Entahlah. Aku pernah lupa nama mantan-mantanku setelah beberapa tahun. Aku harap, sih, dengan waktu, Loka akan lenyap juga. Dan, itu mungkin akan menjadi momen closure buatku.” Timpal Moze.
Hening mengisi ruang di antara Moze dan Gaby selain piring-piring kosong di atas meja hasil dari buka puasa bersama. Moze menumpuk beberapa piring kosong sambil melap jejak basah gelas jus strawberrynya.
“Sayang banget aku gak ikut dapet royalti.” Kata Moze.
“HAHAHAHA IYA JUGA.”
Keduanya langsung tertawa dengan kencang. Seluruh orang di sekitar langsung menoleh sambil menyantap hidangan berbuka puasa, antara penasaran dan merasa terganggu.
7 notes · View notes
queenshittt · 1 year
Text
Cw : Breastmilk & Breastfeeding kink
Hansel loves woman’s boobs, he collects porn magazines, videos, paid nudes just to focus on their boobs. He always imagined how does it feel grabbing them in real life, or having the taste of them in his mouth.
Imagine the soft buds, the bouncy flesh, oh- 𝘏𝘦 𝘤𝘶𝘮𝘴 𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵 𝘰𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘱𝘰𝘵.
Woman’s bodies are amazing, they could stretch big just to give birth to their babies, they’re producing breastmilk for their babies to drink.
And what if he wants to taste it too? Directly, not some cold frozen breastmilk packs. He wants it warm from the mother’s breast pouring down to his mouth to his throat to swallow.
And so here he is, after he made a deal with a breastmilk seller in the internet who has her child adopted while she’s still lactating. He clearly stated that he’s the one who will drink it directly, and weird enough for the young mom around his age to agree.
He’s laying down his head on her thighs facing up to her, she finds him cute somehow, what a curious man. He pays her double the price though, what a deal right?
He gasped at the sight at the moment when she pulled her robe to let out her breast. She sweetly caressing his temple with a sweet smile, Hansel could bet that she can hear how loud his heart was thumping.
“Come on baby open your mouth, fill up your tummy”
Oh he could cum right away if he didn’t hold it right. She called him what? Baby?!
_______
Dengan mata bulat besarnya, Hansel tak bisa melepas pandangannya dari payudara wanita itu. Ingin memegang, tapi tidak ada dalam perjanjian jadi pria itu mengurungkan niatnya. Tidak ingin membuat si “ibu” tidak nyaman.
Tanpa disangka kalau wanita itu mengarahkan tangannya untuk menyentuh payudaranya.
“Sayang, boleh diremas atau dipijat kalau kurang keluar ya?” Hansel mengangguk, menyembunyikan perasaannya yang kacau balau di dalam. Perempuan itu begitu lembut memperlakukannya, benar-benar menganggapnya seperti bayi. Bukan seperti pria dewasa yang kecanduan porno, bertingkah nekat dan aneh.
Pria itu tidak langsung melahap putingnya, ia mengecupnya lalu memainkan ujungnya dengan lidah. Tanpa sadar membuat pemiliknya kegelian, sampai sedikit mendesah.
Setelah melahapnya, dengan sedotan ringan saja sudah cukup membuat air susunya deras keluar. Hansel tenang menghisap sambil sesekali memainkan putingnya dengan lidahnya, nyaman karena sambil dielus keningnya oleh perempuan itu.
Tak sadar kalau “adik” Hansel juga ingin dimanja, yang sekarang sudah keras dan sesak terperangkap di dalam celana jeansnya.
“You’re mommy’s smart baby~”
Pujian-pujian kecil itu membuatnya membuka mata, bahkan wanita itu masih menatapnya lembut.
5 notes · View notes
poskotakita · 1 year
Text
Tumblr media
Bab 5: Teka Teki
Sudah tiga hari Chia menempati rumah eyang. Ia membaca pesan dari teman dekatnya yang kebanyakan mengirimkan pesan keprihatinan dan memberinya doa serta semangat. Pesan dari ibu tak jauh dari kapan pulang?, sudah makan belum?, serta belum ada kabar tentang Satya. Bahkan orang tua Satya pun menemui jalan buntu. 
Siang ini Chia bertemu dengan Pram. Menghabiskan semangkuk bakso di kedai langganan Pram. Mereka saling bertukar kabar dan mengulik masa sekolah.
"Kamu tahu kabar aku, Pram?" Pertanyaan tiba-tiba tanpa basa basi.
"Nggak pakai intro ya," balas Pram. Chia tersenyum tipis. "Sayangnya aku tahu kabar kamu. Terlalu kejutan ya."
"Tapi kamu nggak kelihatan baru aja gagal nikah. Aku yakin Iko nggak tahu, kalau kamu nggak cerita," ujar Pram terus terang.
"Dia memang nggak tahu. Aku nggak cerita. Penyamaranku berhasil ya. Jujur aku sedih, kecewa, marah juga," terang Chia.
"Kamu kenapa di sini? Ikutan kabur?" Pram seperti yang Chia kenal selalu blak-blakan menodong pertanyaan. Chia memutar bola mata.
"Kamu nggak penasaran dia ada di mana, gimana keadaannya, beneran kabur atau mung…,"
"Aku penasaran kok. Aku juga mau tahu dia ada di mana, gimana keadaannya. Tapi nggak bisa dihubungi," sela Chia dengan nada tinggi. Pram dibuatnya terdiam.
"Aku tersinggung. Kita baru ketemu tapi kamu nggak ada empatinya," ucap Chia dengan tatapan tajam.
"Kamu kan memang harus dibuat tersinggung dulu baru sadar. Sorry Chi," balas Pram. 
"Chia,"
"Dia resign tapi aku nggak tahu, Pram. Aku baru tahu pas dia hilang. Itu pun temannya terpaksa cerita karena keadaan. Aku merasa nol besar." Mata Chia mulai berkaca-kaca. 
"Sekarang kamu mau gimana? Kabur ke sini dan diam aja nggak menyelesaikan masalah." Pram masih lugas seperti yang dulu Chia kenal.
"Kamu sendiri kok bisa di sini?" tanya Chia mengalihkan pembicaraan.
Pram menunjukkan ekspresi kebiasaan deh ganti topik. "Jodoh," jawabnya singkat. "Aku pernah KKN di sini. Aku suka tempatnya, sepi, dan yang jelas ada kesempatan buat hidup baru."
"Bengkel itu punya kamu?"
"Heem. Nggak terduga, kan."
"Kupikir kamu bakal ada di perusahaan multinasional atau di laboratorium penelitian."
Pram menarik sudut bibirnya. "Apa yang kita bayangkan dulu nggak selalu sejalan di masa depan. Kita sudah berubah, Chia. Kamu jadi ASN aja aku masih takjub."
"Benar juga," gumam Chia.
"Menurut kamu Satya itu jodohmu?" Pertanyaan Pram membuat Chia tertegun, mengembalikan fokus pembicaraan ke arahnya. Selama ini ia selalu yakin Satya jodohnya. Bahkan tidak butuh waktu lama untuk merasa cocok.
"Menurut kamu dia sengaja kabur gitu aja?" Lagi-lagi pertanyaan Pram menohoknya. Chia merasa aneh dengan hilangnya Satya. Ia tidak yakin itu murni kehendaknya.
"Kamu yang paling tahu Satya," pungkas Pram.
"Tapi buktinya soal kerjaan dia nggak jujur," bantah Chia.
"Chia, kamu paham pastinya bahwa kita punya rahasia masing-masing. Sekalipun dia pasanganmu nggak harus selalu berbagi rahasia. Kamu pasti punya rahasia yang Satya nggak tahu kan?" tutur Pram.
"Dia mungkin sedang tenang-tenang saja atau bisa jadi justru nggak aman. Apapun keadaannya, kamu harus tahu alasan sebenarnya. Chia yang dulu kukenal gigih memperjuangkan rasa penasarannya."
Chia memainkan sedotan dalam gelasnya. Semua yang dikatakan Pram benar adanya. Dia nggak bisa diam aja.
"Bantu aku ya," pinta Chia. Pram menyanggupi dengan anggukan. Pertemuan tak terduga kali ini justru memberinya harapan keluar dari kebuntuan.
***
Di kamar Chia sibuk menelusuri media sosial Satya. Berharap menemukan petunjuk. Tak ada yang janggal dari postingan Satya. Ingin melacak lebih lanjut, sayangnya Chia tidak punya kata sandi milik Satya. Pram benar, meski berpasangan nyatanya mereka punya batasan. Seperti sekarang Chia hanyalah pengikut media sosial Satya. Dia tak punya kuasa melihat isi pesan di dalamnya.
Sejak tiga hari tidak bisa dihubungi, Chia tidak henti mengirimkan pesan ke nomor Satya. Mungkin akan ada satu detik saat nomor Satya kembali aktif dan pesannya akan terkirim. Karena nomornya tidak aktif, dilacak menggunakan aplikasi pun tidak bisa. Tuhan tolong beri aku petunjuk, doa Chia sebelum memejamkan mata.
5 notes · View notes
reveriescope · 2 years
Text
Floating Magnolia
Tumblr media
Trigger Warnings: mention of sexual abuse
Seungcheol as Clinton Zhāo. Kiku as Yara Zhāo. Jeonghan as Arial. Seokmin as Kala. Wonwoo as Silas.
Special mention: Lee Chan as Micah, Xiaoting as Naradia Zhāo.
---
Begitu membuka mata, Clinton adalah orang pertama yang dilihat Natyara. Adik laki-laki yang hanya berjarak satu tahun di bawahnya itu merebahkan diri di sofa bed tak nyaman sibuk dengan ponsel di tangan.
Clinton, pasti sengaja membawanya ke rumah sakit di mana keluarga Zhāo bukan menjadi naratama. Syukur dirasa kala menyadari adiknya itu mengindahkan ucapan Yara sebelum ia hilang sadar. 
"Didi," panggil Yara sambil mengangkat tubuhnya untuk duduk.
"Ce, should I call the doctor?" Clinton bangkit untuk menghampiri ranjangnya. 
Yara menggeleng. Bibirnya yang masih pucat melafalkan kalimat dengan lirih, "Air aja, please?" 
Dengan cekatan Clinton membuka botol air mineral dan meletakkan sedotan agar kakaknya itu bisa minum dengan lebih mudah. Begitu botol air sudah berpindah tangan, Clinton mengamati orang yang sudah dikenalnya seumur hidup itu. 
Yara melirik ke lengan kiri Clinton yang terbuka. Ada plester bekas donor menempel di sana. Golongan darah mereka sama, sehingga Yara masih terselamatkan.
"Thanks, Didi. I owe you world." Yara merebahkan dirinya lagi usai menelan beberapa teguk air.
Clinton terdiam sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Whose baby? That Wang guy?" 
"Padahal kamu bisa nebak itu Xavier." Yara terkekeh pelan. 
Yang lebih muda mendengus seraya menempelkan punggung pada sandaran kursi. "Dilihat dari karakternya, nope. Tell me it's the older Wang?"
Perempuan itu tidak menjawab, hanya memamerkan ekspresi tidak terbaca. Yara seolah sibuk dengan pemikirannya sendiri sekaligus diselimuti emosi tak terkatakan. 
Diamnya Yara mengundang frustrasi bersarang di benak Clinton. Lelaki itu melipat tangan di depan dada, mencoba menerka apa yang ada di pikiran kakak perempuannya.
"Ce," kata Clinton pada akhirnya. "That's your body, your choice and your temple. Tapi kalau sampai buat kamu hampir mati seperti ini rasanya gue berhak tahu." 
Yara menoleh ke arah Clinton lalu tersenyum penuh arti. "I can't afford bad publicity for our family's sake," tuturnya. 
Citra sebagai pemain violin dan anak konglomerat otomatis membuatnya bak selebriti. Semua orang seolah ingin tahu kegiatan apa hari ini, produk perawatan mana lagi yang dipakai. Kabar Natyara Zhāo alias Natyara Oetomo sekarat akibat aborsi akan menghebohkan banyak pihak.
"Do you have to play that perfect first born all the time while it costs your life, Sister?" 
"Clinton, katamu Cece hampir mati. And now you're in a heated debate with a dying person."
Ketika Yara memanggil nama depannya alih-alih Didi, saatnya Clinton menutup mulut. Percuma saja membuatnya jujur jika kakaknya itu memilih untuk bersikap kepala batu. 
"Naik darah aku lama-lama, Ce." Clinton beranjak dari kursinya, "I'll send someone here. Jangan dikerjain."
Yara mengangkat tangannya yang dipasangi infus, sebuah bahasa tubuh yang menandakan ia tidak berencana bermain-main dengan suruhan Clinton.
Belum juga Clinton mencapai pintu, suara Yara kembali terdengar.
"If you're really curious why can't I tell you who's the father it's just because I'm not sure..." ucapan Yara terpotong sejenak sebelum ia melanjutkan, "...which one."
"What kind of life you live, actually?" Clinton, kali ini benar-benar naik darah dan hampir meledak saat mendengar pengakuan kakaknya berikutnya. 
"It wasn't consensual, Didi. History repeats. You'll end up killed if you touch them."
"You know, Ce. All I do is to protect you and Meimei. So I can't let this pass." 
---
Bagaimana kakak perempuannya itu bisa tetap tenang ketika memberitahu hak mengerikan telah terjadi? Clinton tidak habis pikir. 
"Kupikir Cece tidak waras." Clinton mengusap wajahnya sebelum 
Arial yang semula bermaksud membiarkan Clinton mondar-mandir kini meminta pemuda itu duduk usai menuang Crown Royal untuknya. Mereka ada di di Arctic Lounge, tempat pertemuan yang letaknya lantai rahasia Tranquiloft Hotel Jakarta milik Zen Point Group yang dipimpin keluarga Clinton.
"Mereka pikir mengakui pelecehan itu memalukan. Apalagi Cece kena dua kali. Dan lebih dari sekadar pelecehan." Arial berusaha lebih hati-hati dalam pemilihan kalimatnya untuk didengar Clinton.
"Dia bukan orang yang nggak bisa melawan,” sergah Clinton. Meski masih gusar, kini Clinton terlihat lebih relaks usai meneguk wiski.
"Biar begitu, dia korban. Kita nggak pernah tau apa yang ada di pikiran dia dan perasaan dia. Aksi dia atau perasaan dia nggak ada urusan sama penilaian lo."
Rupanya ucapan Arial terlalu tajam untuk dicerna Clinton, sehingga ia hanya menanggapinya dengan tawa sarkastik. "Jadi ini yang lo dapet dari peliharaan sebanyak itu," komentarnya.
Arial hanya mengangkat bahu sebelum mengusulkan, "Lebih baik lo kirim Silas."
"Udah sinting ya kalian? Buat apa bikin dia ke-trigger cuma gara-gara Cece-nya Clinton. Nggak!" Kala yang sepanjang waktu terdiam di kursi dekat jendela mendadak terdengar suaranya.
"Tapi yang paling bisa berempati ke masalah ini cuma dia, dan cuma dia yang bisa jaga sikap."
Terkadang Clinton lupa, Arial selalu punya jalan keluar dari segala situasi. Terlepas dari seberapa peliknya yang mereka lalui. 
---
Natyara memandang Silas sebelum mulai menyendok bubur. Sedari tadi suasana tenang, Silas tidak banyak berbicara jika tidak ditanya. Sosoknya memancarkan energi tenang, lain halnya dengan anak-anak buah Clinton lain.
"Kamu pasti tahu aku di sini karena keguguran." Gumam Yara usai menelan makanannya. 
Silas tidak merespons apapun, melainkan hanya memandangi Yara penuh tanya. Melihat pemuda itu, Yara tersenyum tipis menyadari apa yang mungkin diketahui Silas. 
"Iya, I killed my baby." Sambil mengaduk-aduk bubur tak beraturan. 
"I'm sorry to hear that."
"Menurut lo, dia akan berterima kasih that I don’t have to send them here or that they will despise my act?" 
Hening setelahnya. Beberapa menit berikutnya, Yara meletakkan sendok tanda ia sudah selesai makan. Setelah perempuan itu menggunakan sapu tangan, Silas menyingkirkan alat makan dari hadapan Yara. 
"Nona-"
"Yara atau Cece, samain aja sama Micah," potongnya. 
Micah yang dimaksud Yara adalah pengawal pribadi adik bungsunya, Naradia. Atas kedekatan mereka, Micah juga memanggil Yara dengan sebutan "Cece" sama seperti siapapun yang lebih muda daripada dirinya di keluarga.
"Apapun yang bawa Cece ke keputusan ini, itu semua bukan salah Cece," ujar Silas. "Or else, Cece akan bawa trauma dan sulit menyayangi anak itu."
Yara diam seribu bahasa, tatapannya lurus ke depan. Sejurus kemudian perempuan itu menghembuskan napas panjang lalu menyandarkan punggung di bantal yang sudah disusun. 
"Silas... kamu bisa main catur? Tolong besok temani aku main itu."
( to be continued? )
19 notes · View notes
steven-wijaya · 7 months
Text
CERITA SEKS KEPUASAN DARI ASSISTEN PRIBADIKU (Part-2)
Tumblr media
Saat aku lagi mengepel sisa-sisa bekas cairan sperma Mas Tomi yang jatuh kelantai ruang makan. Tanpa kusadari tiba-tiba Mas Tomi yang hanya mengenakan handuk sehabis mandi, langsung memelukku tubuhku dari belakang. Gila! Juga Mas Tomi ini baru saja menyelesaikan permainan seksnya denganku diatas meja makan tadi dia sudah bergairah lagi dan benar-benar bernafsu seperti orang yang haus dipadang pasir.
“Udah dong Mas”, kataku.
“Bu, Tomi benar-benar bergairah sekali bila ibu memakai daster seperti itu lagi”. Kemudian tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa masuk ke kamar mandi.
“Mas Jangan di situ.." bisikku.
Aku tidak mau bersetubuh di lantai kamar mandi yang dingin, Bisa-bisa besok aku  masuk angin nanti.
“Lah terus kemana Bu?”.
"Ke kamar depan aja Mas.." Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan Mas Tomi, Apalagi aku juga menyukainya permainan seksknya bikin ketagihan.
Akhirnya tubuhku digendong ke kamar depan dan kebetulan kamar itu memang khusus untuk tamu bila ada yang menginap. Kamar tamuku fasilitasnya komplit sesuai standar rumah berkelas. Kamar itu dilengkapi tempat tidur spring bed ukuran besar dan kamar mandi didalam, serta AC.
Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Mas Tomi menurunkan tubuhku diatas tempat tidur dengan posisi terlentang. Kemudian tubuhnya naik keatas tubuhku dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku. Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku dan begitu lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku kubalas dengan lidahku ikut menyambut lidahnya yang mendesak-desak dalam mulutku.
Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora. Aku sudah tak peduli kalau Mas Tomi itu adalah anak buahku lagi. Yang kutahu adalah nafsuku sudah mulai bangkit lagi. Lalu dengan sekali tarik handuk yang melilit di pinggangnya langsung terlepas dari tubuhnya dan bugil total di hadapanku. Tampak batang penisnya berwarna cokelat dengan rambut yang sangat lebat dan topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya dibandingakan penis suamiku yang berukuran biasa saja. Batang penis Mas Tomi benar-benar berukuran sedikit lebih besar. Pantasan saja tadi aku memang merasakan betapa sempitnya lubang vaginaku saat benda itu masuk kedalam vaginaku, Pasti Mbak Lilis,  istri Mas Tomi tiap malam bisa merasa puas.
Aku tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena Mas Tomi langsung menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya memeluk erat tubuhku diatas tempat tidur. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun kebagian leher dan terus menuju kedua putting susuku yang terlihat menonjol menjemplak dikain satin dasterku. Kudua putting susuku menjadi sasaran lumatan dan sedotan oleh mulutnya yang bergairah itu.
Gila dan Liar sekali Mas Tomi mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh harimau lapar menemukan daging. putting susuku disedotnya secara rakus dengan cara bergantian, apalagi aku agak terasa sakit tapi nikmat saat kedua putting itu mulai digigit dan disedot dengan ganasnya oleh mulut Mas Tomi.  Kurasakan batang penisnya mulai digesek-gesekan dibagian bibir vaginaku yang masih terhalang kain satin dasterku.
"Ouuuhhhh..Mass….Tomii…..sedot terus mas..ounghhhh", mulutku tak sadar berbicara saat lidah Mas Tomi yang panas dan liar mempermainkan puting susuku yang masih terhalang kain satin dasterku yang sudah basah oleh bekas jilatan dan sedotan mulutnya.
Sambil masih tetap memeluk memindih tubuhku dan menciumi payudaraku, Mas Tomi terus mengesek-gesekan penisnya dikain satin dasterku yang licin dibagian bibir vaginaku. Kurasakan kain satin dasterku mulai basah oleh efek gesekan penisnya yang keluar dari ujung lubang penisnya. Kemudian Mas Tomi bangun dari tubuhku dan duduk di pinggir tempat tidur. Dilepaskannya mulutnya dari payudaraku. Tubuhnku yang terlentang ditariknya menjadi posisi jongkok didepan tubuh bugilnya, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Kedua payudaraku yang masih terhalang daster satinku langsung menjepit batang penis Mas Tomi yang besar dan Panjang itu.
"Unghhh..", Mas Tomi mendesis saat batang penisnya terjepit diantara kedua payudaraku.
Dipeluknya tubuhku dengan semakin erat dan hingga payudaraku semakin erat menjepit batang penisnya. Bulu-bulu kemaluannya yang sangat lebat itu menggesek-gesek pangkal payudaraku. Apalagi batang penisnya yang keras itu terjepit di tengah-tengah belahan kedua buah payudaraku yang masih terhalang kain satin dasterku, hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain. Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan Mas Tomi yang kekar itu menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah batang penisnya, sementara tangan satunya memegang batang penisnya yang berdiri gagah di depan wajahku.
Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum batang penisnya itu. Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang penis Mas Tomi. Gila besar sekali rasanya terasa didalam mulutku.
"Anghhh..unghhh Terusss….bu.." Mas Tomi mendesah tak karuan saat kumasukkan batang penisnya  itu ke dalam mulutku.
Kujilati lubang di ujung lubang kecingnya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan cabe. Tidak puas bermain-main dengan batang penisnya itu mulutku bergeser ke bawah lidahku menyelusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala penisnya hingga ke pangkalnya. Mas Tomi semakin blingsatan menerima layananku,  Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telornya secara bergantian.
"Ounghhh..Bu….Ohh..Akhh".
Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung Pelir nya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais lubang anus Mas Tomi yang ditumbuhi rambut. Mas Tomi semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.
Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Mas Tomi dan dilemparkannya ketempat tidur. Dengan posisi tengkurap dan membelakangi tubuhnya kemudian tubuhku yang masih masih memakai daster satin itu ditindih oleh tubuh bugil Mas Tomi. Kakiku dipentangkannya lebar-lebar dengan kakinya dan secara otomatis batang penisnya kini terjepit antara perutnya sendiri dan atas pantatku.
Batang pensinya semakin ketat menempel di belahan pantatku yang masih terhalang kain satin dasterku yang licin kemudian penis Mas Tomi itu digesek-gesekan dikain satin dasterku. Kubiarkan Mas Tomi terus mengesek-gesekan batang penisnya dikain satin dasterku yang terasa licin itu.
“Unghhhh….ahhhh”, desahan kecil Mas Tomi saat penis itu merasakan licinya kain satin dasterku yang mengesek-gesek kulit penisnya yang Panjang dan besar itu.
“Enak Mas…gesek disitu”, kataku.
“Enak banget Bu…ungggg…bikin ketagihan nikmatanya gesek dikain satin daster punya ibu”, kurasakan kain satin dasterku terasa sedikit basah oleh cairan bening yang keluar dari lubang penisnya karen efek gesekan kain satin dasterku.
Tubuhku sangat bergairah sekali saat lidahnya mulai kembali menyusuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung melewati hamparan licinya kain satin dasterku dan terus turun lagi ke arah bagian pantatku. Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Mas Tomi kini mempermainkan lubang pantatku.
Gila benar Mas Tomi ini bikin sensansi yang benar-benar jarang kulakukan dengan suamiku, Aku merasakan lidahnya menusuk-nusuk lubang anusku tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan sedikitpun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila sensasi Mas Tomi yang diberikan rangsangan kepadaku, rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.
Kemudian tubuhku dibaliknnya oleh Mas Tomi dengan posisi terlentang diatas tempat tidur lalu tubuh Mas Tomi Kembali naik keatas tubuhku. Kedua putting susunya yang menonjol masih terlihat menjeplak diluar kain satin dasterku Kembali disedot-sedot oleh mulutnya dan membuat aku semakin mendesis liar saat mulutnya dengan liar dan gemas menyedot payudaraku bergantian.
Kedua puting payudaraku dipermainkan oleh lidahnya yang panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di selangkanganku yang sudah basah. Lubang vaginanku terasa berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangan Mas Tomi menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding bagian lubang vaginaku yang sudah basah dan semakin licin.
Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar jilatan lidah Mas Tomi Kembali  menjilat-jilat bagian perut bawahku yang masih rata hingga membasahi kain satin dasterku oleh jilatan itu. Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran selain itu aku belum mempunyai anak hingga tubuhku masih sempurna.
"Anghhhh..Masss.. Ounggghh..",  aku mendesis saat bibir Mas Tomi menelusuri gundukan bukit belahan vaginaku.
Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat dengan lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana. Tubuhku tersentak saat lidah Mas Tomi menyusup ke dalam lubang vaginaku dan menyapu-nyapu dinding vaginaku. Kakiki dipentangkannya leba-lebar hingga wajah Mas Tomi bebas menempel pada lubang vaginaku.
Rasa geli dan nikmat menjadi satu hingga merasuk ketubuhku. Apalagi hidungnya yang mancung itu ikut menggesek bibir lubang vaginaku dan membuat aku semakin kelabakan. Tubuhku serasa kejang-karena kenikmatan saat wajahnya dengan giat menggesek-gesek bukit kemaluanku yang terbuka lebar. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar.
Kugigit bibirku sendiri karena menahan rasa nikmat yang amat sangat menerjang tubuhku.
"Aunggghhhh Massss..Tomiiii.. Aku..Ouuhhhh",  aku tak kuasa menahan rasa nikmat itu dan meneruskan kata kataku karena aku sudah keburu orgasme saat lidahnya dengan liar menggesek-gesek kelentitku.
Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengannya yang kekar itu. Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditariknya hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menompang ke lantai.
Mas Tomi lalu membuka kedua kakiku lebar-lebar dan memposisikan dirinya ditengah-tengahnya. Kemudian ia mencucukkan batang penisnya yang sudah sangat keras itu ke bibir vaginaku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri yang keluar. Aku menahan napas saat Mas Tomi mendorong pantatnya hingga ujung penisnya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan lubang vaginaku. Sedikit demi sedikit Blessss….batang penisnya mulai melesak masuk ke dalam lubang vaginaku.
Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya. Rupanya Mas Tomi sangat berpengalaman dalam hal urusan seks, hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh batang penisnya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh batang penisnya ya sudah terbenam seluruhnya ke dalam lubang vaginaku.
Kami terdiam beberapa saat untuk menikmati kebersamaan menyatunya tubuh kami. Bibirnya memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa batang penisnya yang panjang itu  kujepit oleh dinding vaginaku yang terasa mengedut-ngedut kurasakan.
Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Mas Tomi menarik batang penisnya dari dalam jepitan dinding vaginaku.
"Aunghhh…Mas…", aku menjerit tertahan.
"Enak Bu..?" bisiknya
"Kamu nakal Mas…Oungghh", belum sempat aku menyelesaikan ucapanku.
Mas Tomi mendorong Kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung penisnya menumbuk dinding rahimku di dalam sana. Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku Kembali dilumatnya sementara lubang vaginaku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan kenikmatan dari batang penisnya yang Panjang dan besar itu.
Setelah puas melumat bibirku, kini giliran payudaraku yang dijadikan sasaran lumatan bibirnya. Kedua puting payudaraku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Pantas tubuhnya kekar begini habis neteknya sangat bernapsu sampai-sampai mengalahkan anak kecil cara menyedot puttingku susuku.
Tubuhku mulai mengejang-mengejang dan aku hampir mencapai orgasme lagi. Kulihat Mas Tomi masih belum apa-apa. Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa full sensation. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinganya.
"Giliranku diatas sayang.." Gila! Aku sudah mulai mengatakan sayang-sayangan dengan assiten kantorku.
Mas Tomi menuruti permintaanku dan langsung  menghentikan tusukan penisnya kedalam vaginaku. Lalu tanpa melepaskan batang penisnya yang berada didalam vaginaku kemudian Mas Tomi menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya. Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai  menggoyangkan pantatku.
Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya bermain hula hop. Kulihat mata Mas Tomi mulai membeliak saat batang penisnya ku putar-putar dalam vaginaku yang terjepit dalam dinding vaginaku. Sambil kugoyang,  Pantat Mas Tomi juga ikut bergoyang mengikuti iramaku.
"Oungggghh..Oughh..Terushh.. Buu.. Anggghh..goyang terusss", Mas Tomi mulai menggeram.
Tangannya yang kekar itu mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya. Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeramannya semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas batang penisnya yang masuk semuanya kedalam vaginaku.
Kelentitku semakin kuat tergesek batang penisnya hingga aku tak dapat menahan diri lagi. Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejang-gejang di atas perut Mas Tomi dan kurasakan ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kakiku hingga ke ubun-ubun kepalaku.
"Anghhh..Ouunggghh.. Terrus….Masss….Ounggghh" aku menjerit melepas orgasmeku meminta untuk semakin kuat memutar pantatnya.
Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas tubuh Mas Tomi. Tulang belulangku seperti terlepas. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat. Aku hanya pasrah saja saat Mas Tomi yang belum orgasme, Dia mengangkat tubuhku dan membalik tubuhku.
Mas Tomi mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Mas Tomi menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya batang penisnya di belahan vaginaku dari belakang. Rupanya ia paling menyukai doggy style. Aku jadi teringat SMS lucu dari kolegaku yang katanya, "Gaya seks paling ideal bagi orang berusia lanjut adalah gaya anjing.. Cukup diendus-endus saja”.
Kalau Mas Tomi ini memang paling senang dengan gaya doggy style, katanya full imagination. Setelah tepat sasaran, Mas Tomi mulai menekan pantatnya hingga batang penisnya Kembali amblas masuk tertelan Lubang vaginaku. Mas Tomi diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan Liang vaginaku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Mas Tomi mulai menggenjot Lubang  vaginaku dari arah belakang.
Kembali terdengar suara tepukan cplak…cplokkk….cplakkk….cplok.....pantatku dengan tulang kemaluan Mas Tomi yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan lubang vaginaku, kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Mas Tomi.
Kembali ia mengayunkan penisnya dengan goyangan maju mundur secara teratur. Aku merasakan betapa jepitan lubang vaginaku kian erat menjepit batang penisnya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakanya, tetapi tekanan tangannya terlalu kekar untuk kulawan hingga aku pasrah saja. Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan batang penis Mas Tomi yang menghunjam ke dalam lubang vaginaku.
Nafsuku mulai kian lama kian bangkit kembali. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat penisnya yang Panjang itu menggesek-gesek kelentitku.
"Ugh.. Ugh.. Uhh.." terdengar suara Mas Tomi mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan penisnya keluar masuk kelubang vaginaku tanpa henti.
"Terushh.. Terushh Massss….terushh.. Angghh.." kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku.
Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Mas Tomi tetap menggerakkan penisnya dalam jepitan lubang vaginaku yang semakin becek. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur.
Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak. Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Mas Tomi malam ini. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat persetubuhan sejak pertama tadi.
Tubuhku terasa lemas sekali. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi. Mas Tomi melepaskan batang penisnya dari lubang vaginaku dan mengangkat tubuhku hingga posisi telentang kembali. Aku sudah pasrah apa yang ingin dilakukan lagi ketubuhku. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Mas Tomi menindihku. Lubang vaginaku yang sudah becek itu dilapnya dengan kain satin dasterku. Kemudian ia kembali menusukkan batang penisnya lubang vaginaku.
Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocok-kocoknya terlebih dahulu batang penisnya hingga sedikit demi sedikit Kembali terbenam dalam kehangatan lubang vaginaku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.
"Mas….kamu memang sungguh luar biasa hebatanya, suamiku sudah tidak ada tandinganya lagi" bisikku.
"Biasa saja Bu.. Kalau ronde kedua saya memang agak lama keluarnya.." demikian kilahnya.
Kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibir Mas Tomi sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong mendorong sementara pantat Mas Tomi kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan. Kulihat tonjolan urat di kening Mas Tomi semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napasnya semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Mas Tomi.
"Ugh.. Ughh.. Unghhhhh.." dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku.
Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangannya menopang pantatku dan menggenjot Lubang vaginaku dengan tusukan keluar masuk batang penisnya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan batang penisnya sedalam-dalam ke dalam lubang vaginaku dan Crottttttt….Crrrrrottttttt.. Crott.. Crott.. Crrot.. Ada lima kali atau lebih Mas Tomi menyemprotkan cairan spermanya  ke dalam vaginaku hingga memenuhi rahimku.
“Anghhh…..anghhh…ahhhhh….aku keluar Buu….unghhhh”, tubuhnya mengejang-ngejang saat cairan spermanya keluar didalam vaginaku.
Kulihat Mas Tomi masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas tubuhku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi. Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Penisnya yang Panjang itu masih kencang tetap menancap didalam vaginaku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan penisnya masih tetap tertancap didalam vaginaku.
Paginya sebelum berangkat kekantor kami sempat bersetubuh lagi diatas tempat tidur yang semalam kita pakai. Kami pun berjanji bahwa kami akan berlaku wajar seoalh-olah tidak terjadi apa-apa di antara kami.
Bersambung.
87 notes · View notes
porosrindu · 2 years
Text
Rumah
Semesta ini banyak sekali tempat indah dan meneduhkan. Rindu yang bertuan menyiksa di setiap harinya kian menggebu. Aku bertemu tuan rumah yang ramah dan menyambutku dengan garis senyum khas di sudut wajahmu. Kau persilakan aku untuk masuk ke rumah sederhana yang entah kenapa aku merasa nyaman, hangat, dan seperti rumahku yang kini hilang, rasanya sama persis dan terasa seperti rumahku anehnya. Makan malam bersama untuk pertama kalinya di rumah dengan tuan rumah yang baru kutemui. Semakin terasa hangat di hatiku. Aku merasakan ada kehidupan manusia normal di tubuh ini. Wajar saja, kehidupan ku 9 tahun terakhir ini di atas normal dan hanya aku dedikasi untuk bekerja dan tidak pernah pulang ke rumah ternyamanku. Aku merasa seperti hidup kembali, anehnya.
Ku pejamkan mata ini mencoba merasakan hangatnya malam ini. Aku merasakan bayangmu semakin nyata tuan. Ketika jemariku kau genggam dengan lembut dan nyaman. Hampir 4 tahun aku tak pernah bersedia jemari ini di genggam oleh siapapun tapi entah mengapa aku membiarkan tuan menyentuhnya. Baru berapa jam saja aku di rumah Tuan rasanya seperti banyak kupu-kupu dalam perutku. Bahagia sekali. Sebentar Tuan, rumah ini hampa di beberapa sudut banyak ruangan terkunci, apa aku boleh membukanya untuk melihat? Ah tapi nanti saja, tunggu Tuan persilahkan. Tuan, kenapa malam ini anda begitu hangat menyambut kedatanganku. Perlakuan kecil seperti membuka pintu saja Tuan yang buka? Sedotan yang ingin aku pakai Tuan yang bersihkan? Keringat di dahiku kenapa Tuan lap dengan lembut? Ada noda makanan di sudut bibirku kenapa Tuan yang bersihkan juga? Pertanda apa ini Tuan? Tuan tolong jangan terlalu ramah denganku, aku takut bergantung denganmu. Malam ini aku dilemma, aku ingin membantu Tuan untuk merapihkan dan membersihkan rumah ini. Aku mencoba mengatur seluruh rasa dan pikiranku agar tidak membuat Tuan risih denganku. Mari kita istirahat Tuan mungkin aku yang terlalu lelah melakukan perjalanan jadi berhalusinasi atas apa yang terjadi barusan.
Secangkir kopi di pagi hari ku buatkan. Aku sajikan di meja bacamu beserta kudapan pagi. Ku coba ketuk pintu kamar Tuan tapi tak terkunci. Ku buka perlahan dan aku terkejut betapa berantakan ruang tidurmu. Tertegun sejenak sambil ku amati sekitar ruang. Lemari pakaianmu, ranjangmu, lantaimu, dan debu menutupi kaca lemari. Pikiranku langsung ingin membersihkan saja setelah Tuan bangun. Lamunanku pergi ketika aku mendengar suara lembutmu menyapaku "Selamat Pagi Nona", katamu. Aku hanya menjawab gugup tapi kau tersenyum. Lalu aku bergegas menuju dapur menyiapkan sarapan untuk kita. Pagi ini ku coba bersikap normal dan wajar saja. Sarapan bersama dengan hangat dan lelucon santai di ruang makan. Aku merasakan hati terasa bertambah hangat. Semesta, tolong bantu aku untuk mengatur kenormalan ini. Aku terus terkejut dan heran. Tuan hari ini mengajakku untuk keliling rumah. Aku coba mengatur rasa kupu-kupu di dalam perutku agar Tuan tak nampak.
Seiring berjalannya waktu, rumah tempatku singgah mulai tertata rapih. Ruangan yang terkunci sudah terbuka dan di bersihkan juga. Tuan selalu memberikan rasa hangat di rumah. Semakin tak ingin pergi meninggalkan rumah. Sedetik tak melihat Tuan hati ini gundah dan rindu. Tuan mengenalkan aku sebagai Nyonya kepada tamu yang datang. Aku terkejut dengan sebutan itu. Sebutan yang tak pernah ku dapatkan sebelumnya dan aku mengiyakan saja semua katamu. Semesta seolah bekerjasama untuk situasi ini. Tapi sebentar, apa ini sebuah pertanda kalau Tuan menginginkan aku sebagai Nyonya yang bersanding dengannya? Apa aku ga salah dengar. Setelah tamu pulang, ku tanya perihal ucapan Tuan tadi. Ternyata memang Tuan menginginkan aku di rumahnya. Aku harus apa semesta? Aku harus pergi atau menetap? Katanya, hadirku di rumah menjadikan hangat di rumahnya. Dia bilang, ruang dan waktu di rumahnya semua jadi lebih berwarna dan terasa hidup juga. Tuan berkata, "panggil saya dengan panggilan sayangku dan aku akan memanggil mu sayangku juga." Ah rasanya gila, aku merasakan kebahagiaan yang tiada henti. Kamu selalu bilang, setiap aku merasa bahagia kamu merasakan bahagia juga. Apa benar begitu cara bekerja semesta? Harapanku semoga kamu selalu menjadi rumah yang paling teduh, hangat, nyaman, untuk aku pulang setelah beraktivitas, dan aku selalu memberikan warna kehidupan di rumahmu.
"Semoga kamu menjadi yang terakhir untukku dan selamanya jadi teman ibadahku." harapmu.
2 notes · View notes
nuritawa · 2 years
Text
Jalan Khadijah atau Fatimah?
Kami terdiam beberapa menit setelah berdebat begitu panjang. Karena lelah dengan argumen masing-masing, kami akhirnya memilih diam. Sedang aku sibuk dengan pikiran ku sendiri, dan orang didepan ku sedang memutar-mutar sedotan sambil melihat pusaran airnya.
"Lantas, seperti apa cara perempuan berusaha?" Suara ku memecah keheningan.
"Kamu bisa memilih usaha Khadijah atau Fatimah Az-zahra."
Aku diam memberi isyarat untuk mendapatkan jawaban selanjutnya.
"Kalau kamu memilih cara Khadijah maka kamu harus mengatakan itu ketika sepenuhnya merasa siap. Sampaikan niat baik mu dengan segala macam pertimbangan yang sudah jelas mantap untuk kamu jadikan pilihan. Kedua, menunggulah seperti Fatimah. Tapi menunggu yang aktif." Dia terdiam sejenak.
"Waktu menunggunya tidak terbuang sia-sia, sepanjang itu dia terus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah."
"Dia berkarya, belajar, mengasah keahlian diri dan tentunya mengabdikan diri kepada orang tua."
"Heh, dua hal yang sulit buat dilakukan nggak, sih, dijaman ini?" Aku mendengus sambil melepas napas panjang.
"Tapi bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan, kan?" Ia kembali menegaskan, dan aku mulai antisipasi mendapatkan serangan seperti pertama tadi.
Sebenarnya, bertemu dengan perempuan didepan ku ini bukan pilihan tepat saat aku memutuskan untuk menceritakan permasalahan hubungan ku dengan seseorang. Yang pertama, dimata dia relasi yang ku jalani adalah kesalahan. Apapun itu nama yang digunakan jika aktivitasnya tidak jauh berbeda dengan pacaran, itu tetap ia anggap salah.
"Padahal aku nggak ngapa-ngapain, lho, Kak." Entah jadi pembelaan yang keberapa kali kalimat ini aku sampaikan.
"Memang siapa yang jamin kamu nggak ngapa-ngapain?"
Aku tercekat mendengar kalimat itu.
"Dik, carilah cara yang membawa keberkahan paling banyak. Perjalanan kedepan itu akan semakin sulit. Jadi, mulailah dengan hal-hal baik, seperti cara yang Allah sukai."
Aku masih terdiam, kemudian tiba-tiba suara angin berdesir begitu dingin. Aku melihat jauh kedepan dengan tatapan kosong sedangkan pikiran ku terus bekerja lebih keras. Harus kemana, kah, aku? Jalan Khadijah atau kah Fatimah yang harus aku pilih?
3 notes · View notes
yuliaast · 14 days
Text
Kalian masih bingung cari pompa air dengan semburan kencang?
Disini ada jet 250 dengan berbagai macam keunggulan antara lain :
- debit air super besar karena kipas penyedot sudah dimodifikasi
- bisa untuk pengairan sawah,pengisian tandon,dll
- Sedotan sangat kuat
CP : 081528261193
Untuk info lebih lanjut simak video dibawah ini⬇️
Tumblr media
0 notes