#SABAR MENGHADAPI PENGUASA DENGAN TIDAK MELAKUKAN PEMBERONTAKAN
Explore tagged Tumblr posts
Text
Artikel Islami : [Bag. 04] Akhlaq Kaum Muslimin Menghadapi Penguasa Yang Dhalim
Artikel Islami : [Bag. 04] Akhlaq Kaum Muslimin Menghadapi Penguasa Yang Dhalim
Bismillah … Penulis : Al Ustadz Ja’far Umar Thalib رحمه الله AKHLAQ KAUM MUSLIMIN MENGHADAPI PENGUASA YANG DHALIM MENTAATI PENGUASA DALAM PERKARA YANG MA’RUF Mentaati penguasa adalah kewajiban yang datang dari Allah dengan firman-Nya: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah…
View On WordPress
#Akhlaq Kaum Muslimin Menghadapi Penguasa Yang Dhalim#Al Ustadz Ja’far Umar Thalib رحمه ا��له#Artikel Islami#Artikel Islami : [Bag. 04] Akhlaq Kaum Muslimin Menghadapi Penguasa Yang Dhalim#Majalah Salafy Edisi 07/TH V/1429 H/2008M#SABAR MENGHADAPI PENGUASA DENGAN TIDAK MELAKUKAN PEMBERONTAKAN
0 notes
Text
DEMONSTRASI BUKAN JIHAD
Ada pula yang menyamakan demonstrasi di Bulan Ramadhan dengan Jihad Perang Badar.
Yang diperjuangkan urusan duniawi, kekuasaan, urusan perut, bukan urusan tauhid.
Caranya pun ngikut cara kaum kuffar, Bagaimana mungkin bisa disamakan dengan jihad?
Allahu Yahdikum.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم��
Di sini saya sedikit kumpulkan petuah ulama yang terpercaya berada di atas Manhaj yang Haq
APABILA CARA JIHAD DAN NAHI MUNKAR ANDA TIDAK SYAR’I MAKA ANDA TIDAK BERSABAR
Bersabar menghadapi kezaliman penguasa adalah prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak sabar, lalu melakukan ‘jihad’ atau ‘nahi munkar’ dengan cara yang tidak syar’i adalah prinsip Khawarij, yaitu melakukan pemberontakan terhadap penguasa muslim, baik memberontak dengan senjata maupun dengan kata-kata, seperti dengan melakukan demontrasi; ‘jihad’ konstitusi yang berasas demokrasi, bukan jihad syar’i.
PENJELASAN ULAMA BAHWA DEMONSTRASI ADALAH TRADISI ORANG-ORANG KAFIR
Al Imam Al ‘Allamah Al Muhaddits Al Albani rahimahullah berkata,
صحيح ان الوسائل إذا لم تكن مخالفة للشريعة فهي الأصل فيها الإباحة، هذا لا إشكال فيه، لكن الوسائل إذا كانت عبارة عن تقليد لمناهج غير إسلامية فمن هنا تصبح هذه الوسائل غير شرعية، فالخروج للتظاهرات او المظاهرات وإعلان عدم الرضا او الرضا وإعلان التاييد أو الرفض لبعض القرارات أو بعض القوانين، هذا نظام يلتقي مع الحكم الذي يقول الحكم للشعب، من الشعب وإلى الشعب، أما حينما يكون المجتمع إسلاميا فلا يحتاج الأمر إلى مظاهرات وإنما يحتاج إلى إقامة الحجة على الحاكم الذي يخالف شريعة الله.
“Benar bahwa sarana-sarana jika tidak menyelisihi syari’at maka hukum asalnya mubah, ini bukan masalah. Tetapi sarana-sarana jika merupakan taklid terhadap manhaj yang bukan Islam, maka menjadi tidak sesuai syari’at, maka keluar untuk aksi terbuka atau demonstrasi dan menampakkan penentangan atau persetujuan, atau menunjukkan dukungan atau penolakan atas sebagian aturan atau undang-undang; metode ini sama dengan aturan (demokrasi) yang mengatakan bahwa hukum milik rakyat; dari rakyat dan untuk rakyat. Adapun masyarakat Islam, tidaklah membutuhkan demonstrasi, melainkan iqomatul hujjah (penyampaian ilmu) kepada Penguasa yang menyelisihi syari’at Allah ta’ala.” [Mauqi’ Al-Albani]
Al Imam Al ‘Allamah Al Muhaddits Al Albani rahimahullah juga berkata,
هذه التظاهرات الأوربية ثم التقليدية من المسلمين، ليست وسيلة شرعية لإصلاح الحكم وبالتالي إصلاح المجتمع، ومن هنا يخطئ كل الجماعات وكل الأحزاب الاسلامية الذين لا يسلكون مسلك النبي صلى الله عليه وسلم في تغيير المجتمع، لا يكون تغيير المجتمع في النظام الاسلامي بالهتافات وبالصيحات وبالتظاهرات، وإنما يكون ذلك على الصمت وعلى بث العلم بين المسلمين وتربيتهم على هذا الاسلام حتى تؤتي هذه التربية أكلها ولو بعد زمن بعيد.
“Demonstrasi ini yang asalnya dari orang-orang kafir Eropa, kemudian diikuti oleh kaum muslimin, bukanlah sarana yang sesuai syari’at untuk memperbaiki hukum (pemerintah) ataupun memperbaiki masyarakat, maka dari sini jelas kesalahan semua kelompok-kelompok dan golongan-golongan Islam yang tidak menempuh jalan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam merubah masyarakat, karena tidaklah mungkin merubah masyarakat dalam aturan Islam dengan cara menyuarakan yel-yel, berteriak-teriak dan berdemonstrasi. Hanyalah melakukan perubahan itu dengan cara tidak menyuarakan kebatilan dan menyebarkan ilmu di tengah-tengah kaum muslimin dan mendidik mereka di atas agama Islam yang benar ini sampai usaha pendidikan ini membuahkan hasil walau menempuh waktu yang lama.” [Mauqi’ Al-Albani]
Asy Syaikh Al ‘Allamah Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata,
المظاهرات ليست من دين الإسلام لما يترتب عليها من الشرور من ضياع كلمة المسلمين من تفريق بين المسلمين لما يصاحبها من التخريب وسفك الدماء لما يصاحبها من الشرور، وليست المظاهرات بحل صحيح للمشكلات، ولكن الحل يكون بإتباع الكتاب والسنة
“Demonstrasi bukan berasal dari agama Islam, karena kejelekan-kejelekan yang timbul darinya seperti terpecahnya kesatuan kaum muslimin, disertai dengan pengrusakan dan pertumpahan darah serta berbagai kejelekan lainnya. Demonstrasi bukan solusi yang benar, akan tetapi solusi itu adalah dengan mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.” [Mauqi’ Al-Fauzan]
PENJELASAN ULAMA BAHWA PEMBERONTAKAN TERJADI DENGAN SENJATA DAN KATA-KATA
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
بل العجب أنه وُجّه الطعن إلى الرسول صلى الله عليه وسلم ، قيل لـه : اعدل، وقيل لـه: هذه قسمة ما أريد بها وجه الله. وهذا أكبر دليل على أن الخروج على الإمام يكون بالسيف ويكون بالقول والكلام، يعني: هذا ما أخذ السيف على الرسول صلى الله عليه وسلم، لكنه أنكر عليه.
ونحن نعلم علم اليقين بمقتضى طبيعة الحال أنه لا يمكن خروج بالسيف إلا وقد سبقه خروج باللسان والقول. الناس لا يمكن أن يأخذوا سيوفهم يحاربون الإمام بدون شيء يثيرهم، لا بد أن يكون هنـاك شيء يثـيرهم وهو الكلام. فيكون الخروج على الأئمة بالكلام خروجاً حقيقة، دلت عليه السنة ودل عليه الواقع
“Sangat mengherankan tatkala celaan itu diarahkan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (yaitu yang dilakukan oleh pentolan Khawarij, Dzul Khuwaisiroh). Dikatakan kepada beliau, “Berlaku adillah!” Juga dikatakan, “Pembagianmu ini tidak menginginkan wajah Allah!” Ini adalah sebesar-besarnya dalil yang menunjukkan bahwa memberontak kepada penguasa bisa jadi dengan senjata, bisa jadi pula dengan ucapan dan kata-kata. Maksudnya, orang ini tidaklah memerangi Rasul -shallallahu’alaihi wa sallam- dengan pedang, akan tetapi ia mengingkari beliau (dengan ucapan di depan umum).
Kita tahu dengan pasti bahwa kenyataannya, tidak mungkin terjadi pemberontakan dengan senjata, kecuali telah didahului dengan pemberontakan dengan lisan dan ucapan. Manusia tidak mungkin mengangkat senjata untuk memerangi penguasa tanpa ada sesuatu yang bisa memprovokasi mereka. Mesti ada yang bisa memprovokasi mereka, yaitu dengan kata-kata. Jadi, memberontak terhadap penguasa dengan kata-kata adalah pemberontakan secara hakiki, berdasarkan dalil As-Sunnah dan kenyataan.” [Fatawa Al-‘Ulama Al-Akabir, hal. 96]
Asy Syaikh Abdul Aziz Ar Rajihi hafizhahullah berkata,
فلا يجوز للإنسان أن ينشر المعايب. هذا نوع من الخروج, إذا نُشِرَتِ المعايب -معايب الحكام والولاة- على المنابر, وفي الصحف والمجلات, وفي الشبكة المعلوماتية؛ أبغض الناس الولاة, وألبوهم عليهم, فخرج الناس عليهم
“Tidak boleh bagi seseorang untuk menyebarkan aib-aib Pemerintah, ini termasuk pemberontakan, apabila aib-aib Penguasa disebarkan di mimbar-mimbar, koran-koran, majalah-majalah dan jaringan informasi, maka membuat orang-orang marah dan berkumpul untuk melawan, maka mereka pun memberontak kepada Pemerintah.” [Syarhul Mukhtar fi Ushulis Sunnah, hal. 339]
BERSABAR MENGHADAPI KEZALIMAN PENGUASA ADALAH PRINSIP AHLUS SUNNAH YANG MEMBEDAKAN DENGAN KHAWARIJ
Apabila penguasanya adil maka Ahlus Sunnah dan golongan-golongan sesat seperti Khawarij dan yang semisalnya tidaklah berbeda pendapat untuk tunduk dan patuh kepadanya, serta tidak memberontak.
Perbedaan Ahlus Sunnah dan Khawarij apabila penguasanya zalim, Ahlus Sunnah tetap tunduk dan patuh dalam hal yang ma’ruf kepada penguasa muslim yang zalim, Ahlus Sunnah bersabar atas kezalimannya dan tidak memberontak.
Adapun Khawarij melakukan pemberontakan terhadapnya, baik memberontak dengan kata-kata; dengan menjelek-jelekan pemerintah di depan khalayak maupun memberontak dengan senjata, baik pemerintah tersebut telah mereka kafirkan atau masih dianggap sebagai muslim yang fasik.
Maka ketahuilah saudaraku rahimakumullaah, bersabar atas kezaliman penguasa adalah salah satu pembeda Ahlus Sunnah dengan Khawarij. Karena Ahlus Sunnah tetap berpegang teguh dengan sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam walau hati tidak menyetujui dan marah terhadap kezaliman penguasa. Sedang Khawarij lebih menuruti kemarahan mereka dan lupa dengan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِه شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ فَمِيتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
“Barangsiapa yang melihat suatu (kemungkaran) yang ia benci pada pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar, karena sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan diri dari jama’ah (pemerintah) sejengkal saja, kemudian ia mati, maka matinya adalah mati jahiliyah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
كَانَ مِنْ الْعِلْمِ وَا��ْعَدْلِ الْمَأْمُورِ بِهِ الصَّبْرُ عَلَى ظُلْمِ الْأَئِمَّةِ وَجَوْرِهِمْ كَمَا هُوَ مِنْ أُصُولِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ وَكَمَا أَمَرَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأَحَادِيثِ الْمَشْهُورَةِ عَنْهُ
“Termasuk ilmu dan keadilan yang diperintahkan Allah ta’ala adalah bersabar atas kezaliman dan kesewenang-wenangan penguasa, sebagaimana itu juga termasuk prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan telah diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di dalam banyak hadits yang sudah masyhur.” [Majmu’ Al-Fatawa, 28/179]
SOLUSINYA ADALAH TETAP BERSABAR DENGAN MEMENUHI HAK PENGUASA WALAU ZALIM DAN BERDOA KEPADA ALLAH
Apabila tertutup pintu mengingkari kemungkaran penguasa dengan tangan karena akan memunculkan mudarat yang lebih besar, tidak pula dengan lisan karena tidak memiliki akses, maka masih ada solusi dengan bersabar; mengingkari dengan hati, mengikuti syari’at dengan tetap memenuhi hak penguasa walau zalim, dan berdoa kepada Allah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَة وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ
“Sesungguhnya kalian akan melihat (pada pemimpin kalian) kecurangan dan hal-hal yang kalian ingkari (kemungkaran)”. Mereka bertanya, “Apa yang engkau perintahkan kepada kami wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tunaikan hak mereka (pemimpin) dan mintalah kepada Allah hak kalian.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّة لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
“Akan ada sepeninggalku para penguasa yang tidak meneladani petunjukku dan tidak mengamalkan sunnahku, dan akan muncul diantara mereka (para penguasa) orang-orang yang hati-hati mereka adalah hati-hati setan dalam jasad manusia.” Aku (Hudzaifah) berkata, “Bagaimana aku harus bersikap jika aku mengalami hal seperti ini?” Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Engkau tetap dengar dan taat kepada pemimpin itu, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu diambil, maka dengar dan taatlah.” [HR. Muslim dari Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu’anhu]
Namun sangat disayangkan, kemarahan terhadap penguasa zalim membuat sebagian orang lupa dengan perintah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam untuk bersabar dan berdoa. Setan pun menghiasi amal buruk mereka menjadi terlihat baik dengan sebutan ‘amar ma’ruf nahi munkar’, ‘nasihat’ dan ‘jihad’.
Bahkan sebagian mereka sadar bahwa cara yang mereka gunakan dalam menghadapi penguasa adalah bagian dari sistem demokrasi yang jelas-jelas diadopsi dari orang-orang kafir. Namun tidak sedikit yang masih berusaha mencari-cari dalil untuk membenarkannya dengan dalil-dalil umum.
Kemudian setan menghiasi lagi kejelekan mereka dengan kebanggaan dan kekaguman (‘ujub) pada diri mereka karena telah berani melakukan aksi dengan dihadiri banyak orang, plus memandang rendah orang yang menurut mereka tidak ikut ‘berjuang’ bersama mereka.
57 notes
·
View notes
Text
Keamanan adalah nikmat besar
Jangan Revolusi!! (Bag. 1)
Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah, wa ba'du, Keamanan adalah nikmat besar yang banyak dilupakan. Manusia lupa, dan Allah terus memberinya. Diantara dalil bahwa nikmat aman adalah nikmat yang sangat besar, Pertama, Allah jadikan nikmat aman sebagai salah satu alasan untuk memerintahkan orang musyrikin quraisy agar mau masuk islam. Allah berfirman, فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ Hendaknya mereka menyembah Rab Pemilik ka’bah ini, yang telah memberi makan mereka ketika lapar dan memberi jaminan keamanan mereka ketika takut. (QS. Quraisy: 3-4). Ada banyak nikmat yang Allah berikan kepada orang Quraisy. Namun ketika Allah ingatkan mereka untuk masuk islam, Allah sebutkan 2 nikmat, makanan dan rasa aman. Ini menunjukkan nikmat aman adalah nikmat besar. Kedua, Allah jadikan jaminan keamanan sebagai balasan bagi orang beriman yang meninggalkan semua bentuk kesyirikan. Allah berfirman, الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-An’am: 82) Beriman dan meninggalkan kesyirikan adalah amal luar biasa. Karena amal ini kunci surga dan jaminan perlindungan dari neraka. Ketika iman seseorang sama sekali tidak pernah dicampuri dengan kesyirikan maka dia akan mendapatkan jaminan iman secara mutlak. Ketiga, Allah jadikan rasa takut, sebagai salah satu musibah bagi manusia Allah berfirman, وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ “Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sebagian ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 155) Dalam ayat ini, Allah menyebut rasa takut sebagai bala’ (cobaan), berarti kebalikannya, yaitu aman adalah nikmat dari Allah. Karena siapapun menyadari, Dengan nikmat aman manusia bisa bekerja, beribadah tanpa gangguan… Dengan nikmat aman, manusia bisa mengajar, belajar, berdakwah tanpa ketakuktan… Dengan nikmat aman, manusia bisa melakukan aktivitas sesuai yang direncanakan… Aman itu nikmat, sekalipun kita tidak perah menyebutnya dalam doa-doa kita… Ketika Ada Ketegangan Rakyat dan Pemerintah Salah satu sumber terbesar hilangnya rasa aman adalah ketika terjadi sengketa antara pemerintah dengan rakyatnya. Ketika pemerintahnya muslim dan rakyatnya juga muslim, ketegangan ini sangat merugikan bagi umat muslimin. Apapun yang terjadi, korbannya adalah kaum muslimin. Karena itulah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para ulama mengajak sebisa mungkin jangan sampai terjadi pemberontakan dari rakyat muslim kepada pemerintah muslim… Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, يَكُونُ أُمَرَاءٌ تَلِينُ لَهُمُ الْجُلُودُ ، وَلا تَطْمَئِنُّ إِلَيْهِمِ الْقُلُوبُ ، ثُمَّ يَكُونُ أُمَرَاءٌ تَشْمَئِزُّ مِنْهُمُ الْقُلُوبُ ، وَتَقْشَعِرُّ مِنْهُمُ الْجُلُودُ " ، فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَفَلا نُقَاتِلُهُمْ ؟ قَالَ : " لا ، مَا أَقَامُوا الصَّلاةَ " “Akan ada pemimpin yang membuat hati menjadi tenang, kulit tidak tegang… kemudian akan ada pemimpin yang membuat hati gregetan dan kulit jadi tegang.” Lalu seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bolehkah kita perangi mereka?” Jawab beliau, “Jangan, selama dia masih menjalankan shalat.” (HR. Ahmad 11005 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). Dalam hadis lain, dari sahabat Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ Akan ada setelahku para pemimpin yang tidak mengambil petunjuk dariku dan tidak mengikuti ajaranku. Dan di tengah mereka akan ada beberapa penguasa ber-hati setan yang bersemayam di badan manusia… Hudzaifah radhiyallahu 'anhu bertanya, كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ Apa yang harus aku lakukan Ya Rasulullah, jika aku menjumpai hal itu? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ “Dengarkan dan taati pemimpinmu. Meskipun punggungmu dipukul, hartamu dirampas, dengarkan dan taati.” (HR. Muslim 4891). Dan hadis yang semisal sangat banyak… Barangkali ada orang yang berfikir, jika seperti ini caranya, berarti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat memihak pemimpin. Hadis ini terlalu menguntungkan pemimpin… Mohon baca dan renungkan hadis tersebut dengan baik… Apa kepentingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap pemimpin? Apakah beliau mengharapkan dukungan dari mereka? Tentu tidak.. beliau sama sekali tidak butuh para pemimpin di kalangan umatnya. Beliau tidak memiliki kepentingan terhadap harta maupun jabatan mereka. Lalu mengapa beliau sangat menekankan rakyat untuk mentaati pemimpinnya? Apakah beliau tidak membela rakyat? Justru nasehat ini beliau sampaikan, karena Beliau sangat mencintai rakyat kaum muslimin… Orang cerdas akan memandang semua potensi dampak yang muncul ketika terjadi masalah… Siapapun manusia yang diberi oleh Allah kelebihan duniawi, sementara iman dan taqwanya terbatas, bisa dipastikan itu akan menjadi potensi baginya untuk melakukan penyimpangan. Termasuk ketika dia mendapatkan jabatan sebagai pemimpin. Sehingga hampir semua pemimpin punya potensi untuk mendzalimi rakyatnya. Jika realita ini tidak bisa dipungkiri, sementara rakyat dibiarkan bebas untuk memberontak pemimpinnya, maka selamanya negeri muslim akan selalu tegang dengan pemimpinnya. Lantas kapan mereka bisa hidup nyaman… kapan mereka bisa membangun negaranya… sementara mereka terus ber-seteru… Sehingga nasehat ini, hakekatnya bukan merugikan rakyat, bukan menyudutkan rakyat, tapi demi kemaslahatan rakyat… karena beliau sangat mencintai rakyatnya… Allahu a’lam.
Jangan Revolusi!! (bag. 2)
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Bagian dari sunatullah, Allah jadikan semua manusia yang ada di sekitar kita merupakan sumber fitnah bagi yang lain..
Allah berfirman,
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
Kami jadikan sebagian kalian menjadi ujian bagi sebagian yang lain. Sejauh mana kalian sanggup bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat. (QS. al-Furqan: 20)
Lelaki menjadi ujian bagi wanita, wanita juga ujian bagi lelaki…
Orang kaya menjadi ujian bagi si miskin, yang miskin juga ujian bagi si kaya
Rakyat menjadi ujian bagi pemerintah, dan pemerintah juga ujian bagi rakyat…
Baca artikel sebelumnya: Jangan Revolusi Bagian 1
Dan pemenangnya adalah siapa yang paling bisa bersabar dalam menghadapi semua potensi ujian di atas. Karena bawaan dari hidup bermasyarakat, pasti akan ada diantara mereka yang menjadi sumber masalah bagi yang lain. Ketika sumber masalah ini punya kekuatan yang lebih besar, akan menjadi masalah besar jika dia dilawan dengan kekerasan.
Yusair bin Amr bercerita kejadian ketika terjadi konflik antar kelompok di zaman sahabat. Dia bersama beberapa rekannya mendatangi sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
“Berikan nasehat untuk kami, karena masyarakat sedang mengalami ujian, dan kami tidak tahu apakah nanti bisa bertemu anda atau tidak?”
Kemudian Ibnu Mas’ud mengatakan
اتَّقُوا اللَّهَ وَاصْبِرُوا حَتَّى يَسْتَرِيحَ بَرٌّ ، أَوْ يُسْتَرَاحَ مِنْ فَاجِرٍ ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَجْمَعُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ عَلَى ضَلاَلَةٍ
Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, hingga orang baik beristirahat atau kalian diistirahatkan dari orang jahat. Bergabunglah dengan jamaah (kesatuan umat), karena Allah tidak mungkin menggabungkan umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas kesesatan. (HR. Ibnu Abi Syaibah 38347)
Ketika terjadi ketegangan antar-kaum muslimin, pesan Ibnu Mas’ud adalah mengambil sikap mengalah untuk kemaslahatan. Ketika mereka bersabar, bertaqwa kepada Allah semampunya, akan memperkecil dampak fitnah. Karena ujung akhirnya hanya ada 2 kemungkinan, orang baik yang meninggal duluan, sehingga dia bisa beristirahat. Atau orang jahat meninggal, sehingga orang baik akan diistirahatkan.
Pesan yang sama juga pernah disampaikan Amirul Mukminin, Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. Umar berpesan kepada Suwaid bin Ghaflah,
إِنِّي لاَ أَدْرِي لَعَلِّي لاَ أَلْقَاك بَعْدَ عَامِي هَذَا , فَاسْمَعْ وَأَطِعْ وَإِنْ أُمِّرَ عَلَيْك عَبْدٌ حَبَشِيٌّ مُجْدَعٌ , إِنْ ضَرَبَك فَاصْبِرْ , وَإِنْ حَرَمَك فَاصْبِرْ , وَإِنْ أَرَادَ أَمْرًا يَنْتَقِصُ دِينَك فَقُلْ : سَمْعٌ وَطَاعَةٌ , دَمِي دُونَ دِينِي , فَلاَ تُفَارِقَ الْجَمَاعَةَ
Saya tidak tahu, apakah saya masih bisa bertemu di tahun ini atau tidak…
Dengarkan dan taati pemimpinmu, meskipun yang menjadi penguasamu budak ethiopia rambutnya ikal. Jika dia memukulmu, sabar. Jika dia tidak memberikan hak kepadamu, sabar. Namun jika dia menghendaki sesuatu yang merusak agamamu, sampaikan ke dia, “Saya siap mendengar dan taat (selain yang melanggar agama), darahku pelindung agamaku.” Dan jangan memisahkan diri dari jamaah (kesatuan umat). (HR. Ibnu Abi Syaibah 34400, al-Khallal dalam as-Sunah, 1/111)
Kita bisa memahami 3 hal dari pesan Umar di atas,
[1] Siap sedia untuk mengikuti aturan pemerintah
[2] Jika pemerintah memaksa mengambil hak kita terkait masalah dunia atau fisik kita, kita berikan dan tidak melawan (bersabar)
[3] Jika pemerintah memaksa kita untuk melakukan pelanggaran agama, kita tidak melawannya, tapi tidak boleh mentaatinya.
[4] Jika pemerintah mengamcam bunuh, maka darah kita menjadi pelindung agama kita, artinya tidak masalah dibunuh, yang penting agama kita selamat. Dan ini bukan termasuk melawan.
Masa Bersabar itu Tidak Lama
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
نَهَانَا كُبَرَاؤُنَا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ : ” لا تَسُبُّوا أُمَرَاءَكُمْ ، وَلا تَغِشُّوهُمْ ، وَلا تَبْغَضُوهُمْ ، وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاصْبِرُوا ؛ فَإِنَّ الأَمْرَ قَرِيبٌ
Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senior melarang kami, mereka mengatakan,
Janganlah kalian menghina pemimpin kalian, jangan menipu mereka, dan membuat mereka marah. Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. Karena urusan ini pendek. (HR. Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunah 1015, at-Tamhid 21/287 dan yang lainnya).
Badai pasti berlalu… sehingga ujian berupa pemimpin yang jahat, pemimpin yang dzalim, tidaklah lama.
bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi untuk bersabar sampai dengan janji akan bertemu beliau di akhirat.
Dari Usaid bin Khudhair radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَتَلْقَوْنَ بَعْدِى أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِى عَلَى الْحَوْضِ
Setelah aku meninggal, kalian akan menjumpai sikap pemimpin yang mementingkan diri sendiri. Karena itu bersabarlah, sampai kalian berjumpa denganku di telaga. (HR. Bukhari 3792 & Muslim 4885)
Sekali lagi, beliau banyak meminta rakyat untuk bersabar terhadap kejahatan pemimpin, bukan karena beliau tidak sayang kaum muslimin sebagai rakyat… justru ini menunjukkan kasih sayang beliau kepada umatnya, agar tidak terjadi pertumpahan darah di tengah mereka…
Allahu a’lam.
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits
https://konsultasisyariah.com/29157-jangan-revolusi-bag-1.html
dan https://konsultasisyariah.com/29174-jangan-revolusi-bag-2.h…
0 notes
Text
Didzholimin sama penguasa? Jangan Baper, ah!
Jangan Usik Indonesiaku! Bagian 2
Indonesia, negriku yang damai, aman. Allah subhanahuata’ala telah mengaruniakan nikmat aman dinegri ini. Aku tak ingin, negara ini berubah menjadi negara yang dihantui kejahatan, penuh ancaman, pemberontakan, hilang nikmat aman darinya.
Dalam tulisanku yang pertama, menceritakan keluh kesahku, sebagai rakyat yang sudah lelah dengan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi, maka solusi yang aku pilih untuk menyelesaikan hal tersebut adalah, bersabar.
Tapi kita terus-terusan didzalimi loh, kita harus melakukan aksi nyata?!!
Allah subhanahuata’ala berfirman yang artinya, “ Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sholat dan sabar.” (QS. Al-Baqarah; 45)
Perintah allah dalam meminta pertolongan yaitu dengan sabar. Sabar bukan berarti duduk diam, berpangku tangan, tidak berbuat apa-apa. Jangan beranggapan serendah itu. Allah telah menegaskan dalam firmannya, dengan sabarlah pertolongan allah akan datang.
Hadits shohih riwayat At-Tirmidzi, dalam hadits Ibnu Abbas, rasulullah bersabda; “Jalan keluar akan selalu menyertai kesulitan, dan pertolongan dari allah akan selalu menyertai kesabaran, dan setiap kesulitan ada kemudahan.”
Dari firman allah dan hadist tersebut, kita sebagai muslim sudah diberi petunjuk bagaimada dalam bersikap. Allah sudah mengajarkannya kepada kita, segala problema kehidupan, termasuk dalam fenomena-fenomena sekarang ini.
Siapa sih yang mampu menolong kita, kalau bukan Allah ta’ala? Yang penting dan perlu diingat kembali, kita tentu menginginkan disudahinya kejanggalan dan keanehan-keanehan ini dengan cara bersabar, kita berusaha mendekatkan diri kepada Allah, menangkan hati allah, mohon kepada Allah agar allah menolong kita.
Kalau sekadar ‘berbuat’, semua orang bisa ‘berbuat’, mendahulukan perasaan daripada perintah rasulullah. Tapi coba pikirkan, apakah kita mau ‘berbuat’ dengan modal perasaan dan akal, rugi dunia juga tidak diridhoi Allah.
Dahulu pernah ada pemimpin yang bengis dan kejam, ia telah membunuh nyawa kaum muslimin 120 ribu orang secara pelan-pelan. Kejadian itu terjadi pada masa Hasan Al-Bashri, pemimpin yang dzolim ini bernama Hajjaj bi Yusuf. Hasan al Bashri saat itu menjadi orang yang hendak dibunuh oleh Hajjaj bin Yusuf.
Kemudian suatu hari, Hasan al Bashri mendengar seorang laki-laki berkata; “Ya Allah Binasakan Hajjaj bin Yusuf”, kemudian Hasan al-Bashri berkata, “jangan engkau lakukan itu.” kemudian laki-laki ini berkata; “apakah kamu tidak mengetahui kebengisan Al-Hajjaj bin Yusuf tersebut?”, Hasan Al-Bashri berkata; “aku tau, tapi aku takut, apabila Allah mengijabah doa kamu, lalu Hajjaj bin Yusuf pun binasa, ternyata Allah gantikan dengan babi dan kera.” Artinya kita tidak tahu, mungkin penggantinya lebih buruk daripada dia.
Hasan al-Bashri juga berkata, “sesungguhnya kedzoliman pemimpin adalah akibat dosa-dosa rakyatnya”, maka tidak mungkin kita melawan adzab allah dengan senjata, dengan emosi, dengan demonstrasi, tapi harus dilawan dengan doa, kembali kepada allah.
Ibnul Qoyyim pernah berkata, “sesungguhnya pemimpin itu adalah cerminan rakyatnya, bila rakyatnya beriman, bertaqwa, insya allah, Allah berikan pemimpin yang sholih, namun bila rakyatnya dzolim, banyak bermaksiat, syirik, maka allah akan memberikan pemimpin yang semisal dengan rakyatnya.”
Diantara Hak pemimpin yang perlu kita perhatikan yaitu;
1). Didengar dan ditaati oleh rakyatnya, selagi mereka tidak menyeru kepada kemaksiatan. Karna jika menyeru kepada kemaksiatan maka tidak boleh diikuti.
2). Doakan Kebaikan bagi pemimpin, tidak ada ruginya kita mendoakan pemimpin. Kalau sekarang di instagram, rame banget yang menghujat pemerintah. Sudah seperti virus, tiada hari tanpa menghujat. Daripada menghujat sana sini, mending kita doakan, kita tidak tau doa siapa yang akan diijabah Allah Subhanahuata’ala, bila diijabah Allah, insya allah kebaikannya untuk kita juga kan.
3). Bersabar terhadap kedzolimannya, para ulama pernah berkata; “bersabar 50 tahun terhadap pemimpin yang dzolim, lebih baik daripada fitnah-fitnah yang tidak berujung.“ Kalimat ini udah ada buktinya, lihatlah negri-negri ketika mereka tidak sabar, lalu mereka membuat pemberontakan, hasilnya apa? Bukannya ketenangan yang mereka dapatkan, bukan juga keamanan, kehidupan mereka dibawah ancaman, kehidupan mereka penuh dengan ketidak amanan.
Sesungguhnya perintah rasulullah untuk bersabar menghadapi pemimpin yang dzolim dengan cara bersabar adalah jalan terbaik.
Rasulullah menyebutkan tentang pemimpin yang hatinya hati syaiton, namun berada dalam tubuh manusia, kemudian ditanya oleh para sahabat, lalu apa yang harus kami lakukan ya rasulullah, menghadapi pemimpin yang seperti itu? Rasulullah menjawab, tetaplah mendengar dan taat dalam perkara yang ma’ruf, walaupun kamu dipuluk dan hartamu diambil.
Subhanallah, Berat ga tuhh???
Tapi ini udah pernah terjadi, dan terbukti bermanfaat. Yaitu pada masa Imam Ahmad bin Hanbal, baliau disiksa selama 2 tahun karena tidak mau berkata; bahwa Al-Qur’an itu Makhluk. Lalu apa yang terjadi? Setelah 2 tahun, akhirnya beliau dibebaskan. Kemudian para fuqoha Baghdad berkumpul di rumah Imam Ahmad dan mengajak Imam Ahmad untuk memberontak kepada penguasa di zaman itu. Namun, Imam Ahmad melarang, padahal beliau udah disiksa. Kemudian Imam Ahmad membawakan hadist-hadist yang memerintahkan untuk sabar, tidak memberontak. Dan para fuqoha menaati titah Imam Ahmad. Maa sya allah, hasilnya luar biasa, tak lama kemudian, pemimpin yang dzolim ini pun meninggal dunia, digantikan dengan pemimpin yang adil dan cinta kepada sunnah.
Itulah buah dari kesabaran, sesungguhnya, kesabaran itu lebih manis daripada madu, dan ketidak sabaran itu lebih pahit dari sesuatu yang pahit. Yang perlu dingatkan lagi, dahulukan perintah rasulullah diatas perasaan pribadi. Jangan terbakar dengan perasaan. Meskipun kita merasa ini adalah sesuatu yang tidak baik. Karena yang tau mana yang baik dan yang buruk adalah Allah. Pasti sering denger kalimat Ini, bisa saja engkau membenci sesuatu, namun itu lebih baik bagimu, dan bisa saja engkau menyukai sesuatu, namun itu lebih buruk bagimu.
Wallahua’lam. Jika ada kesalahan dalam tulisan ini mohon diberitahu, karena penulis masih belajar juga. Dan ini hanyalah opini sendiri. Mudah-mudahan bermanfaat.
Sebagian besar isi dari tulisan ini diambil dari ceramah Ustadz Abu Yahya Badrussalam Lc, dan Ustadz Abdullah Taslim, MA.
0 notes
Text
Artikel Islami : [Bag. 03] Akhlaq Kaum Muslimin Menghadapi Penguasa Yang Dhalim
Artikel Islami : [Bag. 03] Akhlaq Kaum Muslimin Menghadapi Penguasa Yang Dhalim
Bismillah … Penulis : Al Ustadz Ja’far Umar Thalib رحمه الله AKHLAQ KAUM MUSLIMIN MENGHADAPI PENGUASA YANG DHALIM SABAR MENGHADAPI PENGUASA DENGAN TIDAK MELAKUKAN PEMBERONTAKAN Tidak diperbolehkan untuk melakukan pemberontakan terhadap penguasa yang adil maupun penguasa yang dzalim, dalam bentuk kudeta dan yang semisalnya, seperti memprovokasi rakyat untuk menentang mereka. Dengan…
View On WordPress
#Akhlaq Kaum Muslimin Menghadapi Penguasa Yang Dhalim#Al Ustadz Ja’far Umar Thalib رحمه الله#Artikel Islami#Artikel Islami : [Bag. 03] Akhlaq Kaum Muslimin Menghadapi Penguasa Yang Dhalim#Majalah Salafy Edisi 07/TH V/1429 H/2008M#SABAR MENGHADAPI PENGUASA DENGAN TIDAK MELAKUKAN PEMBERONTAKAN
0 notes