#Rubah Gelap
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sadar paling tinggi disaat berada di tempat yang kita sendiri tidak diinginkan.
Rubah Gelap
48 notes
·
View notes
Text
Pernah tidak kalian suka dengan orang lain, tapi kalian sadar bahwa dia itu terlalu tinggi untuk digapai? Atau perasaan tidak layak jika memang kalian akhirnya bersanding bersama? Pernah?
Menyukai seseorang yang rasanya untuk dibayangkan bersama saja sudah tidak bisa. Haha.
Dia terlalu jauh dari jangkauan, hingga sekedar untuk berdoa pun rasanya sungkan. Tapi, aku mau dia. Aku suka segala tentangnya. Aku suka dia dengan ribuan ceritanya. Aku suka dia dengan sederetan humornya. Aku suka dia dengan perlakuan baiknya. Aku suka dia dengan jutaan mimpinya. Iya, aku suka dia dengan dunianya. Bahkan aku suka dia hingga sisi tergelapnya.
Namun kenyataan menampar bertubi-tubi. Dia yang sangat bersinar itu tidak layak disandingkan denganku yang gelap ini. Dia dengan hidupnya yang sudah tertata sejak kecil itu tidak pantas bersanding dengan hidupku yang terlalu carut marut. Iya, dia yang tumbuh dari banyak senyuman itu tidak bisa beriringan denganku yang tumbuh dari luka kepahitan.
Perdebatan antara batin dan logika yang menyuarakan boleh atau tidaknya perasaan berharap ini ada semakin bising di telinga dan bahkan terkadang hingga membuat sesak di dada. Di satu sisi, aku ingin dia. Di satu sisi aku merasa tidak akan pernah pantas untuknya.
Memang, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Tapi rasanya jika dilihat kemungkinan dari sudut manapun rasanya juga sangat kecil sekali.
Ya Allah, semoga Engkau menjaga hati hamba dari banyaknya pengharapan kepada manusia. Jika memang bukan dia orangnya, hamba memohon dengan sangat agar rasa yang mulai melekat ini perlahan-lahan terangkat dan tidak melukai hati dengan hebat.
Tapi Ya Allah, jika memang dia adalah orangnya, tolong rubah perasaan tidak layak ini menjadi suatu keyakinan yang kuat. Hamba selalu percaya pada Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia. Engkaulah yang berkuasa atas berjalannya sesuatu di alam semesta.
Ya Allah, semoga Engkau Ridha..
2 notes
·
View notes
Text
Shichifukujin Ramen.
Shankara.
Tingkat kebodohan bagi manusia pengidap 'penyakit' people pleaser akut sangatlah tidak bisa ditolerir lagi. Ada beberapa hal yang kini aku pikirkan saat aku lagi-lagi tidak bisa menolak ajakan dari Kak Jio, Jio Martin. Kami adalah kakak serta adik kelas yang pernah memiliki hubungan asmara di tahun pembelajaran sebelumnya. Walaupun aku tidak pernah menganggap hubungan itu lebih dari sebatas teman biasa, but he did.
Aku rasa jika Selena tahu kalau kami berdua terlibat obrolan bersama lagi, pasti dia akan berubah menjadi rubah merah raksasa.
Ketika jam pembelajaran telah usai, aku bergegas merapikan mejaku lalu pergi ke titik pertemuan. Mungkin dia hanya ingin mengobrol denganku untuk beberapa menit saja. Tapi yang jelas, aku tidak ingin dia membuang-buang waktu berhargaku lagi. Tidak akan pernah. Ditambah, aku juga sudah muak karena sering kali dijadikan sebagai bahan gosipan oleh para penggemar kapten tim bisbol sekolah yang terkenal itu.
“Hai, Na,” sapa Kak Jio ketika aku sudah sampai di depan perpustakaan sekolah. Bahkan aku tak sempat memeriksa Sena apakah dia sudah pulang atau belum.
“Hai, mau tanya apa, Kak? Aku lagi gak punya banyak waktu,” jawabku. Dia menyenderkan tubuhnya di tembok perpustakaan, menatap langit yang sudah mulai gelap karena tertutup awan mendung.
“Soal anak baru… kamu emang udah deket gitu ya sama dia?” tanyanya. Aku tidak merasa terkejut ketika dia menanyakan soal anak baru di kelasku. Kak Jio selalu saja begitu, enggan melihat aku berteman dengan siapapun kecuali dengan Selena.
Dan itulah sifat yang sangat aku takuti dari dirinya. Aku… cuma bisa pasrah. Tujuanku bersekolah bukan untuk meladeni lelaki itu terus-menerus. Ada impian ayah dan ibu yang harus aku raih.
“Eng-enggak terlalu. Kebetulan dia tetangga baru juga di komplek perumahanku. Ada apa memangnya?” tanya balikku sedikit gugup.
“Gak apa, sih. Cuma aku gak suka aja kamu deket sama cowok asing kayak gitu. Kamu kan gak tahu juga dia sebenernya cowok baik-baik atau malah sebaliknya.” Aku mulai menunduk, enggan menatapnya lagi. Ah, aku selalu membenci situasi pembicaraan seperti ini. Mulutku selalu saja terkunci tanpa alasan. Aku takut kalau ucapanku akan melukai dirinya, entah kenapa.
Angin berhembus melewati celah di antara kami berdua, membuat rambut panjangku sedikit acak-acakan. Aku masih diam, dia juga begitu. Sampai seorang murid lain keluar dari pintu perpustakaan, kami berdua pun menoleh lalu terkejut.
“Lho, Kara?”
Mataku membulat sempurna ketika melihat Sena yang tiba-tiba muncul dari balik pintu perpustakaan. Sepertinya dia habis meminjam komik atau entah apalah itu. Yang jelas, suasana mendadak canggung setengah mati.
Apa dia mendengar apa yang kami bicarakan?
“Eh, sorry kalau ganggu. Bye, Ra,” pamitnya lalu berjalan pergi meninggalkan kami. Aku juga ikut pamit kepada Kak Jio. Obrolan kami tidak pernah selesai dengan sempurna. Selalu begitu karena aku memang tidak bisa mengakhirinya dengan kejelasan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ��ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Narasena.
“Se-sena!”
“Shisho!”
Aku menghentikan langkahku ketika suara panggilan itu terdengar. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Sekarang aku malah memikirkan bagaimana caranya aku akan pulang. Masalahnya, Kak Bumi mendadak tidak bisa menjemputku sore ini.
“Ada apa?” tanyaku sambil membalikkan badan kepada seseorang yang baru saja memanggilku. Sudah pasti itu Kara.
“Ma-maaf,” jawabnya. Dia kenapa?
“Untuk?”
“Untuk yang tadi. Kak Jio… gak bermaksud buat ngomongin kamu kayak gitu,” jelasnya. Oh, soal itu ternyata. Aku memang tidak sengaja mendengar obrolan mereka saat aku sedang sibuk memilih buku komik mana yang akan aku pinjam. Tapi aku tidak masalah dengan hal itu. Aku juga tak menduga kalau lelaki ketus yang aku temui pagi tadi ternyata dekat dengan Kara.
Aku terdiam sejenak, lalu menyunggingkan senyumanku. Kara malah menunduk. Tanganku hendak meraih dagunya namun kuurungkan. Aku tahu kalau Kara memang tidak terlalu suka dengan sentuhan.
“Di bawah gak ada apa-apa, Ra,” ucapku. Dia pun kembali mengangkat kepalanya.
“Lihat, aku habis pinjam buku komik dari perpustakaan. Ternyata di sana lengkap juga ya koleksi bukunya!” Aku berseru hendak mencairkan suasana sambil memperlihatkan hasil pinjamanku. Kara tersenyum. Walaupun senyumannya tipis tapi hatiku lega ketika melihatnya seperti itu.
Dia lebih pantas memamerkan senyumannya ketimbang menunduk untuk menutupi semuanya.
“Koleksi di perpustakaan sekolah memang lengkap. Oh ya, kamu pulang dijemput sama siapa sekarang?” tanya dia.
“Aku? Gak tahu, Kak Bumi bilang dia gak bisa jemput,” jawabku sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.
“Aku juga kebetulan gak dijemput sama ibu hari ini. Mau pulang bareng?” ajaknya. Tanpa basa-basi lagi aku langsung menerima tawaran itu. Kami pun berlari menuju halte yang tak jauh dari gerbang sekolah, menembus hujan dan juga aroma tanah basah yang mulai menyeruak.
“Bisnya udah dateng!” seru Kara. Aku mengangguk dan kemudian, kami berdua pun bergegas masuk ke dalam bis. Hujan semakin deras membasahi jalanan. Rasanya jarang sekali aku merasakan hujan sederas ini di Fukuoka.
Kini kami duduk bersebelahan. Di dalam bis tidak terlalu banyak orang. Hanya ada kami, satu murid lainnya, dan juga pria tua yang duduk tak jauh dari kami.
Aku mengeringkan rambutku yang sedikit basah karena air hujan menggunakan jaket yang aku bawa di dalam tas. Kara tampak memperhatikanku sedari tadi. Yah, dia memang payah dalam memperhatikan seseorang secara diam-diam.
“Nih, keringin juga rambut kamu,” ucapku sambil menjatuhkan jaket itu di atas kepalanya.
“Makasih.”
Selagi dia mengeringkan rambutnya, aku memandang ke arah jendela bis. Melihat lampu-lampu kendaraan yang sudah mulai menyala karena langit terlalu gelap untuk sore hari ini.
Kupikir, hari pertama sekolahku kali ini tidak terlalu buruk. Aku bahagia.
“Selain suka baca buku pelajaran, kamu suka baca buku apa lagi, Ra?” tanyaku.
“Novel… komik juga suka. Sebenernya buku apa aja juga aku baca, sih. Cuma emang seringnya baca buku pelajaran,” jawabnya.
“Pasti di sini banyak isinya ya?” tanyaku lagi sambil menunjuk keningnya. Dia langsung menggeleng tidak setuju.
“Otakku isinya cuma pelajaran aja. Gak sebanyak isi yang ada di kepala kamu,” sahutnya. Aku terkekeh lalu menanyakan pertanyaan selanjutnya. Bis terus berjalan pelan menyusuri jalanan. Setidaknya di waktu yang tidak terlalu banyak ini, aku harus bisa mengenal Kara sedikit demi sedikit.
“Kara aku—” Tubuhku membeku ketika tak sengaja telah memergoki Kara yang sedang merapikan rambutku diam-diam. Dia mungkin hanya menyalakan tombol refleksnya, namun hal itu sangatlah mudah membuat pipiku berubah menjadi merah padam.
Aduh... apa-apaan sih dia ini....
“Ra-rambut kamu acak-acakan!” serunya karena enggan aku salah paham.
Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Berharap pipi merahku tidak terlihat oleh Kara. Dia pasti akan mentertawaiku. Tapi usapan itu benar-benar membuat hatiku tersentuh.
Setelah beberapa menit di dalam bis, kami pun sampai di halte pemberhentian. Hujan masih menemani kami, jatuhannya juga masih sama riuhnya seperti beberapa menit yang lalu.
“Seharusnya sehabis turun begini, kita cuma tinggal jalan sebentar habis itu sampai deh ke rumah. Cuma hujannya… makin besar. Gak mungkin kalau kita hujan-hujanan,” ucap Kara dengan raut wajah bingung. Aku juga malah ikut berpikir bagaimana caranya kami pulang dalam keadaan kering. Kami berdua tidak membawa payung. Tentunya aku juga enggan bermain dengan sang hujan untuk saat ini.
“Kita tunggu aja sebentar di sini, siapa tahu hujannya berhenti,” usulku. Dia mengangguk setuju lalu kami pun duduk di kursi halte pemberhentian.
Angin menerpa tubuh kami yang malang karena tak tahu harus pulang dengan cara apa selain menunggu jatuhan air reda dengan sendirinya. Aku baru menyadari kalau di halte ini bukan hanya ada kami berdua saja. Ternyata pria tua yang tadi satu bis dengan kami ikut turun di halte yang sama. Aku terdiam sambil memperhatikannya. Entah kenapa gerak-geriknya sedikit mencurigakan.
Sampai hal lain membuatku mengalihkan pandangan, pria itu pun mendadak hilang entah kemana. Lampu-lampu indah tiba-tiba menyala dari gerbang rumah yang ada seberang jalan. Lampu itu seperti sedang menunjukkan dari mana aliran listrik yang dia dapatkan untuk bersinar. Jalanan tampak sepi hingga kami bisa melihat kemunculan rumah yang amat tiba-tiba tersebut.
Oh, aku rasa itu bukan rumah biasa, itu rumah yang sudah disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kedai ramen yang unik. Aku dan Kara tertegun untuk beberapa saat.
“Itu kedai ramen?” tanyaku memastikan.
“Not sure… selama aku pulang lewat halte ini, perasaan aku belum pernah lihat kedai ramen itu. Tapi mungkin aku aja yang enggak merhatiin,” jawab Kara. Padahal kedainya tampak mencolok dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada di sebelahnya.
“Shichifukujin Ramen. Artinya apa?” tanya dia setelah membaca tulisan yang terukir di gerbang kayu kedai ramen tersebut.
“Itu… nama dewa keberuntungan di Jepang. Wah, ini pertama kalinya aku lihat kedai ramen seautentik itu di sini,” jawabku dan Kara hanya ber-oh ria saja.
“Makan dulu yuk di sana? Aku traktir. Kalau cuma duduk-duduk di sini nanti malah masuk angin,” ajakku. Kara seperti tidak yakin dengan ajakan tersebut.
“Emangnya itu beneran kedai ramen? Gimana kalau…,” jedanya sambil menarik lengan seragamku agar telingaku bisa sejajar dengan mulutnya. Kara pun berbisik kepadaku, melanjutkan kata yang sempat terjeda.
“Kata ibu, kalau hari udah sore menuju malam kayak begini, jin dan iblis mulai pada berkeliaran dari tempat persembunyiannya. Mereka suka menyamar. Nah, gimana kalau kedai ramen itu salah satu bentuk tipu daya mereka? Gimana kalau kita masuk nanti, kita malah diculik sama mereka? Emangnya kamu gak sadar kalau kedai ramen itu kelihatannya sedikit aneh?” Aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawaku. Namun usahaku gagal, aku tertawa ketika mendengar pikiran yang Kara lontarkan. Gadis itu sepertinya terlalu banyak mendengarkan tahayul yang ibunya ceritakan.
“Kamu tuh kalau ngomong jangan suka ngawur. Mana ada iblis yang mau cosplay jadi pemilik kedai ramen?” sahutku sambil memukul pelan kepalanya menggunakan buku komik yang sedari tadi aku bawa.
Tak lama kemudian, munculah seekor kucing berwarna putih bersih dari celah gerbang pintu kedai ramen yang sedikit terbuka. Kucing itu terlihat manis dengan pita hitam yang mengalung di lehernya.
Dia menatap kami dengan pupil besarnya. Dari kejauhan, matanya terlihat sangat hitam dan juga berkilauan. Aku refleks memundurkan langkahku—mendadak mengurungkan niatku untuk mengajak Kara agar mampir makan di sana terlebih dahulu sampai hujan benar-benar reda.
“Eh, ternyata ada kucingnya! Kalau gitu ayo kita mampir ke sana dulu!” serunya yang langsung menarik tanganku lalu kami pun menyebrang bersama. Aku dengan cepat menudungi kepalanya dengan jaket yang aku bawa.
Dan begitulah akhirnya kami masuk ke dalam perangkap kedai ramen misterius itu. Aku berharap, kucing putih yang menjaga tempat tersebut tidak akan menggigit hanya karena aku memiliki wangi tubuh daun eucalyptus.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Shankara.
Derit gerbang terdengar ketika aku dan Sena mulai masuk ke dalam area kedai ramen tersebut. Tempat ini sepertinya bukanlah sekedar kedai ramen biasa. Setelah masuk ke dalam gerbang, aku dan Sena langsung disuguhi oleh pemandangan pekarangan depan yang banyak ditumbuhi oleh tanaman hijau.
Pun juga ada kolam ikan koi, dan banyak sekali kerajinan keramik serta kristal yang terpajang. Tidak lupa kehadiran maneki-neko di atas meja penghubung antara penjual dan pembeli sebagai sumber rezeki bagi pemiliknya. Aku tahu persis tentang pajangan berbentuk kucing yang sedang melambai-lambai itu.
“Ini beneran kedai ramen, kan?” tanyaku memastikan kembali, namun Sena malah sibuk tertegun dengan objek-objek yang baru saja dilihatnya.
Sampai seorang wanita menyambut kedatangan kami, suasana mendadak berubah. Aku pun bersembunyi dibalik tubuh tinggi wakil murid kelasku itu. Wanita tersebut muncul dari balik kepulan asap yang membumbung—dia kemudian menyapa kami dengan ramah. Sena pun membungkuk sambil menyapa wanita itu kembali dengan senyumannya.
“Wah, kenapa kalian malah berdiri di situ? Kemari! Nanti seragam kalian basah.”
“Silahkan, silahkan. Duduk dulu, menu makanan dan minumannya ada di situ. Kalian bisa mulai memesan kapan saja,” titahnya mengarahkan kami kepada tempat duduk yang langsung berhadapan dengan dapur—layaknya kedai ramen pada umumnya.
Sejujurnya, menurutku kedai ramen ini lebih pantas disebut sebagai restoran unik ketimbang kedai ramen biasa.
“Kalian pembeli pertama yang datang kemari semenjak kedai ini tutup dua tahun lamanya. Aku benar-benar mendapatkan sebuah keberuntungan,” ucapnya. Dia tampak sibuk menyeduhkan teh hijau untuk kami minum secara gratis.
“Tempat ini unik,” celetukku sambil memandang sekitar. Wanita itu tersenyum lalu tertawa kecil.
“Pasti kucingku yang menarik perhatian kalian ya? Apa aku benar?” tanya dia. Aku langsung meng-iyakannya karena memang, kucing putih berpita hitam itulah yang menarik perhatianku. Sekarang kucing tersebut terlihat sudah masuk ke dalam bangunan kedai.
“Apa kalian percaya kalau kucing itu pembawa keberuntungan?” tanya wanita penjaga kedai tiba-tiba. Dengan cepat aku mengangguk. Tentu saja aku percaya.
“Bagaimana denganmu, Nak?” tanya wanita tersebut kepada Sena, laki-laki itu malah menyibukkan dirinya dengan kertas menu agar tidak terlibat di dalam topik pembicaraan tentang makhluk berbulu ini.
“Sen, gak sopan tahu!” bisikku sambil menyikut tubuhnya.
“Eh, aku? Aku gak terlalu suka kucing,” sahutnya. Kasar sekali susunan kalimatnya itu. Dasar tidak berperikekucingan.
Wanita penjaga kedai terkekeh lalu pergi ke arah dapur—mulai menyiapkan pesanan kami. Selagi menunggu pesanan kami siap, aku menyesap teh hijau yang ada di hadapanku dengan tenang.
“Lebih enak daripada kopi, kan?” tanya Sena. Aku mengangguk mengakuinya.
“Tapi kopi masih jadi yang terbaik,” jawabku.
“Dasar maniak kopi,” gumamnya. Apa dia bilang?
Aku kembali menikmati teh hijauku sambil mendengarkan jatuhan air hujan yang menghantam genteng rumah jadul ini. Tapi tiba-tiba, hal yang tak terduga lainnya terjadi.
Seluruh lampu mendadak padam tak bersisa. Jalanan juga terlihat menjadi semakin gelap karena lampu jalan ikut padam bersama tegangan listrik lainnya. Aku dengan spontan langsung mencengkeram lengan Sena karena merasa takut.
“Astaga, sayang! Listriknya padam! Tolong nyalakan lilin!” teriak wanita penjaga kedai dari dalam dapurnya. Ternyata ini hanyalah pemadaman listrik biasa. Aku rasa petir telah menyambar sesuatu yang amat penting hingga seluruh listrik padam begitu saja.
“Ra, gak apa-apa. Baju seragamku nanti bisa kusut kalau kamu cengkram terus begitu,” ucap Sena dan aku pun langsung melepas cengkraman tersebut. Sore kian larut dan kami malah terjebak di sini. Aku mendadak pasrah karena tidak tahu harus berbuat apalagi selain menunggu pesanan ramen kami datang. Aku rasa sekarang ibu tengah mencemaskan anak gadisnya tak kunjung pulang di tengah situasi seperti ini.
Beberapa lilin mulai dinyalakan dan kedai kembali tampak terang dan indah. Pria yang ternyata suami dari wanita penjaga kedai terlihat sabar menyalakan lilin-lilin di sudut rumah yang terasa gelap. Dia juga tak segan menawari kami agar masuk ke dalam rumahnya saja terlebih dahulu daripada harus makan di teras luarnya begini. Tapi aku dan Sena menolaknya dengan halus. Kami hanya ingin makan ramen tersebut lalu pulang cepat-cepat.
“Kayaknya aku harus telepon Aunt Lily buat ngejemput kita di sini,” ucap Sena ketika pesanan kami sudah sampai.
“Enggak ngerepotin emangnya?” tanyaku.
“Enggak kok. Kebetulan dia emang mau mampir ke rumahku. Kamu makan duluan aja, aku mau telepon aunty dulu,” jawabnya. Aku mengangguk lalu mulai menyantap ramen panas itu. Tidak ada waktu untuk mendeskripsikan bagaimana rasa ramen ini secara langsung kepada si pemilik, yang jelas, rasanya enak dan bisa membuat tubuhku kembali hangat. Mungkin aku akan datang lagi agar bisa menikmati ramen ini dengan santai dan tidak terburu-buru.
“Ini, ada tambahan yakitori untuk kalian berdua. Terima kasih sudah berkunjung ke sini,” ucap wanita penjaga kedai sambil memberikan kami masing-masing sebuah kantong plastik yang berisikan dua tusuk yakitori ketika aku dan Sena sudah selesai menyantap semangkuk ramen yang lezat buatannya.
“Terima kasih,” sahut Sena lalu diikuti olehku. Kami pun pamit karena mobil milik tante Sena sudah menunggu di depan gerbang.
“Tunggu!” panggil wanita penjaga kedai.
Kami membalikkan badan lalu dia mengucapkan sesuatu yang aku tidak mengerti. Sepertinya dia tengah menyampaikan sesuatu kepada Sena.
“Ayo, Ra. Kita pulang,” ucap Sena.
“Tadi ibu itu bilang apa?” tanyaku penasaran.
“Dia bilang, aku ini ganteng banget,” sahutnya sambil tersenyum jahil.
Dih.
10 notes
·
View notes
Text
Know yourself first.
Kita bertemu lagi, di sepertiga malam. Menanyakan kabar sepertinya sudah menjadi pertanyaan yang lazim ya. Kabarku baik-baik saja. Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan perasaan yang luar biasa. Sedetik pun aku tak mau jauh darinya.
Pertanyaannya adalah; bagaimana bisa hati manusia berubah-rubah sedemikian rupa? Kadang, bisa sangat tidak perduli padanya kadang pula bisa mendewa-dewakannya. Biasa disebut mood swing.
Dikutip dari REPUBLIKA.CO.ID katanya;
Hati yang tenteram, yakni lantaran orang itu beriman dan selalu mengingat Allah SWT. "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (QS ar-Ra'd: 28)
Ada pula hati yang bersih karena seseorang selalu beribadah dengan niat tulus mencari ridha Allah (QS asy-Syu'ara':89)
Selain itu, ada hati yang gelap dan jelek disebabkan keengganan menerima kebenaran Ilahi. Hati ini diilustrasikan seperti kerasnya batu, bahkan lebih keras dari batu (QS al-Bbaqarah:74). Demikian pula, hati yang takabur karena menolak keesaan Allah (QS an-Nahl:22).
Bersyukur bisa merasakan hati yang tentram & bersih. Semoga aku bisa menjaganya disetiap hariku bersamanya.
6 notes
·
View notes
Text
[RenRyuu] A Secret Scenario - ID 01
This is a Yume fanfiction about my OC Togano Ryuuko in Honkai Star Rail Universe. Temporarily in Bahasa Indonesia, I will translate it to English later.
Fandom: Honkai Star Rail Pairing: Blade x Ryuuko (OC) in the future Language: Bahasa Indonesia Rating: General Genre: Adventure, Action Header Art by Dewitri Virika
Act 1 : Isekai
Hari yang cerah seperti biasanya di Togashima. Para penduduk beraktivitas dengan normal, para turis berdatangan untuk berlibur. Baik manusia maupun youkai hidup berdampingan di bawah pengawasan Rubah Langit Ryuuko. Dari atas gerbang torii di Kitsuneyama, Ryuuko memperhatikan hamparan pemandangan kota di bawahnya. Seribu tahun lamanya ia sudah tinggal di tempat ini. Kedamaian dan keseimbangan di pulau ini harus ia jaga.
Di tengah kedamaian yang ia rasakan, perasaan waspada muncul tiba-tiba. Sebuah energi besar yang tak dikenal terasa mendekat. Sebuah meteor kecil jatuh di satu sisi Togashima. Beruntung, meteor itu jatuh di area padang ilalang dan tidak merusak pemukiman warga. Bergegas Ryuuko menuju lokasi itu. Cukup mengherankan baginya, kejatuhan meteor itu tidak diduga-duga. Tidak ada kabar angin dari para dewa-dewi di Takamagahara, tidak ada pula peringatan dari para youkai di bumi. Padahal meteor itu memancarkan energi yang cukup besar. Apakah anomali ini suatu pertanda? Ataukah ini hanya kejadian alam biasa?
“Aneh sekali, kenapa tidak ada yang memberitahuku?”
Dalam hati bertanya-tanya, Ryuuko pun tiba di lokasi jatuhnya meteor itu. Terlihat seperti batu meteor pada umumnya, Ryuuko mendekat untuk memeriksa lebih lanjut.
“Ah, mungkin hanya radiasi dari batuan luar angkasa biasa”, pikirnya.
Ia menyentuh batu itu dan menggunakan kekuatannya untuk menetralkan energi yang dipancarkan. Namun batu itu bereaksi. Energinya saling beresonansi. Perlahan cangkang batuan yang melapisi meteor itu pecah, melepaskan bola energi melayang dengan kekuatan besar di dalamnya.
“Apa ini!?”
Merasa benda tersebut dapat membahayakan warganya, Ryuuko merapalkan mantra pengunci dan memasang kekkai di sekitar area itu. Bola itu berdenyut, mengeluarkan gelombang energi besar, lalu meledak mengeluarkan cahaya terang yang membutakan mata. Ryuuko lengah dan terkena ledakan tersebut.
Ryuuko merasakan tubuhnya terbalut hawa panas. Cahaya yang terlampau terang membuatnya refleks menutup mata. Semua terjadi begitu saja dalam hitungan detik. Begitu hawa panas menghilang, berganti menjadi dingin dan sunyi, Ryuuko membuka mata. Ia terkejut, pemandangan di sekitarnya berubah. Sebelumnya ia berada di padang rumput ilalang, kini ia berada di ruangan gelap yang hampa. Ia tak merasakan kakinya menjejak di tanah. Hanya ada bola energi terang di depannya.
Sekali lagi ia raih bola energi itu, sekali lagi pula ia merasakan denyutan energi memancar darinya. Suasana di sekitarnya berubah, seperti ruangan yang terbuat dari kaca mulai pecah berkeping-keping. Ryuuko kini berada di tengah ruang hampa di luar angkasa. Sebuah energi besar lainnya muncul di belakang Ryuuko. Hitam, gelap, dan kuat. Energi misterius itu menatap Ryuuko dan menariknya ke dalamnya. Bola energi terang yang ada di genggaman Ryuuko berdenyut dan menghilang, terserap ke dalam tubuh rubah langit itu. Tertarik ke dalam pusaran energi gelap yang lebih besar, Ryuuko merasakan sesuatu di dalam dirinya berubah.
Tersadar, Ryuuko terbaring di tanah. Cerukan di sekitarnya terlihat seperti bekas meteor jatuh. Ia duduk dan menghela nafas. Mungkin bentrokan energi dengan meteor tadi membuatnya pingsan dan bermimpi. Ia bangun dan merapikan diri. Saat melihat sekitar, ia terkejut. Bukan padang ilalang di Togashima yang terlihat, tetapi susunan batuan dan rerumputan asing. Pemandangan langit biru di atasnya pun berbeda, nampak bayangan beberapa planet jelas terlihat. Suasana asing yang tidak dikenal membuatnya sadar kalau kejadian yang dialaminya tadi bukanlah mimpi, tetapi kenyataan.
“Aku… dimana?”
Terjebak di tempat asing sendirian, Ryuuko mencoba satu per satu cara untuk menjangkau teman-temannya. Telepon selulernya tidak bisa menerima sinyal. Teman-teman manusianya tidak bisa dihubungi. Kekuatan Rubah Langitnya pun tidak bisa digunakan. Tempat itu berada di luar jangkauan Takamagahara. Seharusnya sekalipun di luar angkasa, jika masih dalam satu dunia yang sama, berbeda dimensi pun bukan menjadi masalah baginya untuk menggunakan kekuatannya. Namun, tidak ada dimensi para youkai di tempat ini, juga tidak ada dimensi para dewa-dewi disini. Tatanan dunia ini berbeda dengan dunia yang dikenalnya.
Menghela nafas, Ryuuko duduk di bawah sebuah tanaman raksasa. Sambil menenangkan diri, ia mengamati sekitar dan berpikir, bagaimana cara untuk kembali ke dunia asalnya. Disitulah ia menyadari perubahan besar pada tubuhnya. Secara tampilan luar ia tidak merasa berubah, namun perlahan ia merasakan lapar dan haus. Sebagai Rubah Langit, perasaan lapar dan haus masih bisa ia rasakan sebelumnya, tapi itu bukanlah sesuatu yang penting dan mendesak. Ia bisa bertahan hidup ratusan tahun tanpa khawatir lapar dan haus dapat membunuhnya, yang dibutuhkan entitas langit untuk bertahan hidup hanyalah energi kehidupan dan kepercayaan dari para pengikutnya.
“Kenapa aku merasa lapar sekali? Apa karena kejadian tadi menguras energi?”
Ryuuko bangun, berpegang pada dahan tanaman asing raksasa, ia berdiri dan melompat. Tak sengaja ia menginjak akar tanaman itu dan terpeleset jatuh. Lengannya terluka menahan beban tubuhnya agar tidak jatuh sepenuhnya ke tanah. Ia terkejut, hal kecil tersebut bisa membuatnya luka dan berdarah.
“Apa!? Kenapa bisa begini?”
Luka di tangannya tidak otomatis tertutup dan sembuh dengan sendirinya. Rasa sakit yang muncul pun cukup mengganggu nya. Ryuuko menyadari ada yang salah dengan tubuhnya sekarang.
“Apakah aku jadi manusia biasa? Ah, tapi kuping dan ekorku masih ada”
Sambil membuka telepon selulernya, Ryuuko mengarahkan kamera depan dan memeriksa wajahnya. Kuping rubahnya masih ada, tidak berganti menjadi kuping manusia biasa. Ekornya pun masih bisa dirasakan dan dikendalikan olehnya.
“Ah… Sepertinya aku sudah bukan Rubah Langit lagi…”
Ia menghela nafas lagi. Apa yang harus dilakukan agar bisa bertahan hidup di tempat asing ini? Ia membalut lukanya dan berjalan memutari tempat itu. Melihat ada apa saja di sekelilingnya. Sambil berpikir bagaimana caranya untuk membuat tempat tinggal sementara sambil mengamati sekitar, mencari apa yang bisa dimakan dan dikumpulkan.
“Apakah ini hukuman dewa?”
Pikirnya dalam hati. Ia teringat akan masa lalunya dimana ia harus bereinkarnasi puluhan kali untuk menebus dosa di kehidupan sebelumnya. Apakah ini karmanya yang belum selesai?
Ribuan tahun yang lalu, ia terlahir sebagai anak seorang Raja Naga. Karena kesombongannya, ia membunuh banyak manusia yang disayangi oleh para dewa-dewi di kahyangan. Raja Langit murka dan menjatuhkan hukuman baginya, terjebak dalam lingkaran reinkarnasi untuk membuatnya sadar akan kesalahannya. Sampai pada kehidupannya yang ke sekian, ia terlahir sebagai seekor rubah. Seorang dewi dari Takamagahara menolongnya, menjadikannya pengikutnya. Ryuuko pun terbebas dari hukuman Raja Langit. Ia mengabdi pada Dewi Inari dan menjadi Rubah Langit pelayanannya. Ditugaskanlah ia untuk menjaga Togashima.
Tenggelam dalam ingatan masa lalu, Ryuuko bertanya-tanya dalam hati, apakah ini semua adalah suratan dari para dewa-dewi di dunianya untuk menebus sisa dosa di masa lalunya? Atau ada kekuatan lain yang menariknya dari dunia ini untuk menjalankan suatu misi tersembunyi?
End of Act 1
0 notes
Text
& & BIODATA
Full nameㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ : Gol D. Easth
Date of birth ㅤㅤㅤㅤ : September 9
Place of birth ㅤㅤㅤㅤ: East Blue
Age ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: 14
Blood Type. ㅤㅤㅤ ㅤ : S
Height ㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ : 154 cm
Gol D. Easth adalah seorang pemuda dengan rambut hitam panjang seleher dengan kulit putihnya. Easth dikenal senang bermain bersama hewan, bahkan sudah memiliki dua pelihara yang diberi nama Sky dan Nine.
Easth adalah anak semata wayang atau anak satu-satunya dari keluarga bajak laut dan pasukan revolusioner yang dibesarkan dengan kasih sayang yang besar. Bisa dibilang kedua orang tua Easth sangat protektif, bahkan luka kecil pun akan membuat mereka histeris.
& & RELASI
Gol D. Ace ( ayah @esssuuu )
Sabo ( ibu @syoucho )
Sky ( kucing putih )
Nine ( rubah kecil )
& & TRIVIA
Nama Easth diambil dari nama pulau East Blue, dimana ia mampu untuk bertahan hidup. Kelahiran Easth cukup sulit sebab terjadi pengkhianatan dan perkelahian dimana-mana. Easth hampir mati setelah lahir akibat guyuran hujan deras dan menyebabkan demam tinggi.
Easth tumbuh secara lambat, bahkan di umurnya yang 13 tahun, dia baru bisa belajar menghapal beberapa abjad. Easth penderita Disleksia.
Tinggi badannya berhenti pada 154 cm dan beratnya tidak pernah lebih dari 54 kg.
Easth bisa dibilang cukup manja dan egois, bahkan tidak segan untuk menangis jika keinginannya tidak terpenuhi.
Ace & Sabo selalu menyediakan makanan sehat dan bergizi, tetapi Easth akan diam-diam menyelinap keluar untuk membeli permen.
Paling suka dengan pujian, Easth dengan senang hati akan menyelesaikan tantangan yang diberikan.
Easth tidak suka dengan lautan, dia menyukai sesuatu berbau dengan alam. Berkat kebebasannya, Easth tidak ingin menjadi seperti kedua orang tuanya. Keinginannya adalah hidup dengan tenang.
Easth juga suka dengan cerita yang dongeng Pangeran jatuh cinta dengan seorang Putri dan cerita fantasi lainnya.
Semua binatang menyukai Easth, tanpa rasa takut mendekat dan menjadikan pemuda itu tempat yang nyaman. Oleh karena itu, Easth suka diam-diam menuju hutan untuk bermain dengan penghuni hutan.
Tidak suka dengan musim dingin yang penuh salju yang semuanya dominan dengan putih. Tetapi tidak buruk jika mendapat 2 cangkir cokelat panas.
Pandai menyulam, setiap musim dingin akan membuat pakaian hangat untuk dikenakan. Atau memberikan syal untuk nenek dan kakek di panti jompo.
Snownie ( kucing putih ) yang didapatkan dari Nenek di pantai jompo yang telah tiada, kemudian mengganti namanya menjadi Sky.
Easth punya banyak tempat persembunyian, salah satunya adalah di hamparan padang rumput penuh bunga.
Dia paling tidak bisa dengan gelap dan mudah ketakutan dengan sesuatu yang menyeramkan.
Easth bertemu dengan Nine ( rubah kecil ) ketika makhluk kecil itu kesakitan dan berlumur darah. Diberi nama Nine karena hari itu bertepatan dengan Easth ulang tahun.
& & STORY
— CHAPTER ONE
— CHAPTER TWO
0 notes
Text
,,BREAKING NEWS"
~~~☆~~~
KUMPULAN GANG KONGSI GELAP DATANG BERASAL DARI BEJING CHINA
----------
UTUSAN RAKYAT : Untuk siapa pun nantiknya yang menjadi Panglima Jenderal Kapolri saya beritaukan dari sekarang tentang cara taktik kumpulan Gang Kongsi Gelap (Dark Share). Mereka anggota Gang Kongsi Gelap mengatakan dimana pun adanya asap anggota mereka ada disana. Misalnya ada satu Misi yang akan dilakukan di Jakarta, pelakunya dikirim dari China atau dari Malaysia tetapi tidak yang ada di Jakarta anggota mereka digerakan untuk melakukan tindakan kejahatan, supaya rumit untuk mengesan jejak tindakan kejahatan yang mereka tinggalkan. Walaupun anggota Kongsi Gelap yang dikirim dari China umpanya. Walaupun mereka tidak pernah ke Jakarta mereka tidak rumit untuk mencari kumpulan mereka, apakan lagi zaman sekarang telah pakai Hand Phone.
Yang selalunya mereka di arahkan oleh pimpinan mereka mendatangi kedai Kopi. Di kedai Kopi itu mereka minum kopi dengan cara mereka duduk dan minum kopi serta membukak bungkus rokok dan cara mereka menghisap roko serta apa pun yang mereka pegang itu adalah satu kode atau isarat sebagai anggota kumpulan Kongsi Gelap memperkenalkan diri didalam kedai kopi agar mudah teman teman mereka yang ada di kedai kopi itu melacak dan ambil tau dari cara isyarat kode tersebut. Segala tindakan kejahatan dilakukan oleh kumpulan Gang Kongsi Gelap, mereka sangat pandai merubah rubah penampilan mereka, ada yang berkerja sebagai buruh Supir angkot dan sebagainya. Perlu di ingat dikedai Kopi sendok dan cangkir kopi tempat mereka minum bisa jadi satu bahasa isarat oleh mereka anggota kumpulan Gang Kongsi Gelap. - Editor By MKN.
----------
Panglima Jenderal Kapolri Listyo Sigit Perabowo
0 notes
Text
The Fox’s Way Home: Petualangan Penuh Emosi di Hutan yang Penuh Misteri
Pendahuluan
The Fox’s Way Home adalah game indie yang memadukan elemen petualangan, platformer, dan narasi emosional. Dikembangkan oleh sebuah studio kecil yang berfokus pada pengalaman cerita, game ini mengisahkan perjalanan seekor rubah kecil yang tersesat jauh dari rumahnya dan berusaha menemukan jalan kembali. Dalam perjalanannya, rubah ini harus melintasi hutan-hutan yang gelap, memecahkan teka-teki, dan menghadapi berbagai rintangan sambil menemukan makna baru tentang keberanian dan kesetiaan.
Konsep dan Alur Cerita
Cerita dalam The Fox’s Way Home dimulai ketika rubah kecil, yang menjadi karakter utama, terpisah dari keluarganya setelah terjadinya badai yang hebat. Tersesat di dalam hutan yang penuh misteri, rubah ini harus menemukan jalan kembali ke tempat asalnya. Sepanjang perjalanan, rubah ini bertemu dengan berbagai makhluk hutan, dari yang bersahabat hingga yang berbahaya, yang membantu atau menghalangi usahanya untuk pulang.
Cerita dalam game ini disampaikan melalui interaksi dengan karakter lain, lingkungan, dan adegan-adegan cutscene yang menggugah perasaan. Narasi yang tersirat dan penuh simbolisme membuat pemain merasakan perjalanan emosional rubah tersebut, yang mencakup tema-tema seperti kehilangan, ketakutan, dan harapan.
Gameplay dan Mekanisme
Platforming dan Eksplorasi: The Fox’s Way Home menggabungkan elemen platforming dengan fokus pada eksplorasi. Pemain mengendalikan rubah kecil yang harus melompati jurang, memanjat tebing, dan melintasi berbagai medan berbahaya. Setiap area dalam game dirancang dengan hati-hati untuk memberikan tantangan yang menuntut ketepatan dan ketangkasan dalam mengendalikan karakter.
Teka-Teki Lingkungan: Selain platforming, game ini juga dipenuhi oleh teka-teki lingkungan yang menantang. Pemain harus menggunakan kecerdikan dan keterampilan mengamati untuk memecahkan teka-teki yang melibatkan manipulasi objek, mengaktifkan mekanisme tersembunyi, atau memanfaatkan kemampuan khusus rubah untuk membuka jalan menuju area baru. Teka-teki ini sering kali terintegrasi dengan cerita, menjadikan setiap solusi sebagai bagian dari perjalanan rubah dalam menemukan rumahnya kembali.
Kemampuan Khusus: Selama perjalanannya, rubah kecil ini dapat mempelajari kemampuan khusus yang membantunya dalam menjelajahi hutan. Misalnya, kemampuan untuk mendengarkan bisikan angin yang memberi petunjuk arah, atau menggerakkan objek dengan suara. Kemampuan-kemampuan ini tidak hanya berguna dalam memecahkan teka-teki, tetapi juga menambah kedalaman cerita dengan memberikan wawasan lebih tentang dunia di sekitarnya.
Visual dan Estetika
The Fox’s Way Home menonjol berkat estetika visualnya yang indah dan atmosferik. Game ini menggunakan gaya seni 2D dengan latar belakang yang dilukis secara manual, menciptakan suasana hutan yang terasa hidup dan misterius. Palet warna yang kaya dan beragam, dari hijau lembut hutan di siang hari hingga biru kelam malam yang dingin, menambah keindahan visual game ini.
Animasi yang halus dari gerakan rubah, serta efek cahaya yang berkilauan dari kunang-kunang atau kabut yang menyelimuti hutan, membantu menciptakan suasana yang menyenangkan sekaligus menyentuh. Desain visual ini tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga membantu mengkomunikasikan emosi dan suasana hati rubah yang sedang berjuang dalam perjalanannya.
Suara dan Musik
Musik dalam The Fox’s Way Home memiliki peran besar dalam membangun atmosfer dan emosi dalam game ini. Dengan komposisi musik yang lembut dan melodi yang menyentuh, permainan ini mampu menciptakan suasana yang tenang dan kadang-kadang melankolis. Suara alam seperti kicauan burung, gemerisik dedaunan, dan hembusan angin di antara pepohonan menambah kedalaman dunia game, membuat pemain merasa benar-benar berada di dalam hutan yang luas dan misterius.
Selain itu, penggunaan musik juga menjadi pendorong emosi dalam adegan-adegan tertentu, seperti saat rubah bertemu dengan teman-teman baru atau menghadapi tantangan besar. Musik latar yang dinamis ini membuat setiap momen dalam permainan terasa lebih hidup dan menyentuh.
Tantangan dan Kesulitan
The Fox’s Way Home menghadirkan tantangan yang seimbang, cocok bagi para pemain yang menyukai platformer dengan cerita mendalam. Tingkat kesulitan teka-teki dan rintangan platforming dirancang untuk memberikan tantangan yang adil, tanpa terasa terlalu mudah atau terlalu sulit. Pemain perlu menggunakan kemampuan observasi mereka untuk menemukan petunjuk yang tersembunyi dan memanfaatkan kemampuan rubah secara bijaksana.
Meskipun gameplay-nya mungkin tidak terlalu sulit bagi pemain berpengalaman, game ini tetap menawarkan kedalaman cerita dan suasana yang membuat setiap langkah terasa berarti. Pemain akan merasa terdorong untuk melanjutkan perjalanan rubah kecil ini, karena dorongan emosional untuk mengetahui akhir dari cerita yang telah dibangun dengan hati-hati.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
Cerita yang Emosional: Narasi yang menyentuh hati dan penuh simbolisme memberikan pengalaman bermain yang mendalam dan bermakna.
Visual Indah: Grafis 2D yang dilukis dengan tangan menciptakan suasana hutan yang memukau dan atmosferik.
Musik yang Memikat: Komposisi musik yang lembut dan menyentuh menambah kedalaman emosi dalam game ini.
Eksplorasi yang Memuaskan: Tantangan platforming dan teka-teki yang dirancang dengan baik memberikan rasa pencapaian saat berhasil menyelesaikannya.
Kekurangan:
Durasi yang Relatif Singkat: Game ini mungkin terasa terlalu singkat bagi pemain yang mengharapkan petualangan yang lebih panjang.
Kurangnya Variasi Gameplay: Meskipun cerita dan visualnya sangat menarik, gameplay-nya mungkin terasa kurang bervariasi bagi beberapa pemain.
Pendekatan Naratif yang Tersirat: Bagi pemain yang lebih menyukai cerita yang disampaikan secara eksplisit, pendekatan naratif yang lebih subtil dan simbolis dalam The Fox’s Way Home bisa terasa membingungkan.
Kesimpulan
The Fox’s Way Home adalah game yang memikat bagi mereka yang mencari petualangan penuh emosi dengan cerita yang menyentuh. Dengan visual yang indah, musik yang mendalam, dan karakter yang mampu menarik perhatian, game ini menawarkan pengalaman bermain yang unik dan personal. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan dalam variasi gameplay dan durasinya yang singkat, The Fox’s Way Home berhasil menciptakan sebuah dunia yang penuh keajaiban dan rasa penasaran.
Bagi para penggemar game platformer yang ingin merasakan cerita yang lebih dalam dan atmosferik, The Fox’s Way Home adalah pilihan yang patut dipertimbangkan. Ini adalah perjalanan emosional yang tidak hanya membawa rubah kecil kembali ke rumah, tetapi juga membawa pemain merenungi makna keberanian, harapan, dan kerinduan akan tempat yang disebut rumah.
0 notes
Text
Dirimu hebat ? berati kau hebat kau hebat ? kau hebat untuk apa ? kenapa kau bisa hebat ? sang maha yang menciptakanmu rubah lah dunia itu mimpi mu rubah menjadi hal baik untuk dunia sekitar dirimu terang lah menjadi terang sang pembawa cahaya sang penununtun bagi manusia dalam gelap semua terjadi karna alasan Tujuan mu ? tujuan ku Aku ingin memberikan dampak kepada orang disekitarku bahwa hidup itu indah ------------------------------------------------------------------
tidak ada lasan untuk takut berharap, untuk takut bermimpi jika kau punya pondasi yang kuat pada saat dunia mu hancur.. kau akan kembali kepada pondasi kuat mu, sekiat berlian pondasi yang kuat berasal dari emosi positif yang membawamu kepada hal baik, hal bijak pondasi yang kuat berasal dari sang maha Baik
--------------------------------------------------------------------- sebelum kau tanya apa tujuan dan mimpimu tanyalah pertama apa pondasimu ? kenapa kau hidup ? kenapa kita ada ? pada saat seseorang didorong oleh harapan dan mimpi atas didasari atau berpondasi seorang mentalitas pahlawan mimpinya akan terbentuk menjulang lebih tinggi dari apapun
------------------------------------------------------------------- Ketakutan dan Harapan harapan adalah mimpi mimpi adalah bahan bakar mimpi adalah realita hari ini buat mimpimu hidup bukan untuk besok bukan untuk lusa bukan untuk seminggu dari sekarang bukan untuk bulan depan bukan untuk tahun depan hidupkan mimpimu dari hari ini
0 notes
Text
Balasan atas segala tulisanmu
Dear Sayang,
Aku tak pernah menyangka akan mengenalmu sejauh ini. Bahkan tak pernah terfikir sedikitpun untuk jatuh padamu. Awalnya ku kira hanya sesaat tetapi nyatanya jatuh kali ini sepertinya terlalu dalam. Kanan kiri ku gelap, semua tak kasat mata. Lalu bagaimana aku harus bangkit sayang? Bisakah kau tolong aku.
Maaf kalau aku tidak bertindak selayaknya aku menyayangimu. Karena sejujurnya aku merasa hina dan bahkan pikiranku selalu menyalahkan diri ini. Mau kau kubur atau kau sembunyikan sedalam apapun fakta bahwa aku adalah kesalahan, tetap saja aku akan menilai diriku rendah.
Mungkin kau akan mengatakan aku jahat jika saat itu aku tetap kekeh menggunakan point nomer 2 sebagai syarat sebelum digantikannya. Andai kau tau point 2 adalah syarat yang cukup menyakitkan dan sejujurnya akupun tidak mau. Tapi apakah kau faham, mengapa ku lakukan hal tersebut? Karena aku tidak mau menjadi perusak janji suci mu padanya.
Namun, bodohnya aku lemah iman juga. Sekarang kita semakin salah. Ku robohkan benteng pertahananku, ku rubah mindsetku dan ku langgar point point yang kita buat sendiri, aku malu tapi aku bahagia.
Andai kau belum terikat, mungkin aku akan menunjukan segalanya dan tidak ada ketakutan yang ku sembunyikan sedikitpun darimu. Kau adalah orang yang selama ini ku cari tetapi waktu berkata lain.
Sakit memang mendengar bahwa kau pun seperti tidak memiliki cara untuk membuat kita bersama kedepannya. Kita seperti hanya menunggu waktu saja kapan akan berakhir. Perih sekaligus sakit rasanya memikirkannya. Oh Tuhan, Apakah aku tidak pantas mendapatkan apa yang ku inginkan? Atau apakah ini bentuk hukuman atas segala kesalahanku?
Sayang, aku tidak pernah berharap apa apa darimu. Aku tidak akan menyalahkanmu ataupun waktu yang terus berjalan. Aku tidak menyesali juga telah mengenalmu bahkan sempat menyayangi mu. Tetapi satu hal sayang, aku tidak akan pernah ikhlas jika kau menyakiti orang lain selain aku. Cukup aku yang sakit jangan pernah kau hancurkan perasaan atau janji sucimu. Jangan pernah!
Tenang saja sayang, aku baik baik saja. Aku telah belajar mengikhlaskan dari kamu. Aku ikhlas jika bukan aku yang akan membahagiakanmu terus. Aku ikhlas :)
Semoga jika bukan di universe ini kita bersama, ku harap di universe lainnya kita bisa bersama tanpa ada keraguan sedikitpun dan semoga di universe lain itupun sayangmu tidak berubah.
Dari aku yang mencintaimu Untukmu si paling detail yang ku cintai dan ku selalu doakan dlm universe lain Balikpapan Nov 27, 2022
11 notes
·
View notes
Text
"Kemarin, aku tulis surat untuk Desember. Tapi baru sekarang bisa kuperlihatkan di platform ini. Semoga yang sedang berusaha sembuh bisa segera pulih. Semoga tulisanku bisa mewakilkan hati yang sedang capek-capeknya menanti yang tak pasti."
Hai
Lama tak bersua. Lama tak bertegur sapa, ya. Terlalu sibuk mikirin masa depan yang masih menjadi teka-teki dunia. Hmm. Mau bahas apa, ya, kira-kira? Mungkin ada baiknya aku sampaikan salam untuk desember yang hari ini sedang jadi juara.
Untuk segala mimpi yang sedang diperjuangkan, bersabarlah dan tetaplah mengudara. Jangan terlalu banyak memforsir pikiran. Lakuin aja. Nanti juga lama-lama dan tak terasa bakal sampai di sana. Kata singgungan di sana-sini menusuk amigdala. Raga jadi tersiksa dan bikin trauma rasanya. Segala tuntutan, terutama dari orang terdekat termasuk orang tua tiba-tiba jadi lonceng Gereja, yang jika dibunyikan dapat mengubah suasana jadi hening tak bersenyawa. Kabar gembira juga tak hentinya datang dari rekan terjauh maupun terdekat tentang keberhasilan dari seluruh usahanya, seakan jadi alarm pagi buta yang begitu sangat menganggu dan mengusik jiwa, memekikkan telinga dan buat penat kepala. Ingin rasanya seperti mereka, terbang melampaui batas cakrawala, namun masih banyak yang harus diselesaikan untuk bisa sampai ke mimpi yang sampai saat ini masih menjadi asa. Menganggap diri sudah dewasa tapi pikiran menjelajah kemana-mana. Bukan. Tujuan akhir bukan untuk menjadi dewasa. Tapi proses yang akan terus dijalani dan ditelusuri tanpa ada henti. Sekali lagi, untuk mimpi yang masih belum kelihatan di sisi kini, sampai nanti. Aku pastikan akan menemui. Tidak lama lagi. Aku berjanji akan terus semangati diri walau sudah habis tekad ini, walaupun ruang lain dalam hati kelihatannya sudah tak mampu lagi berdiri meskipun dengan dua kaki. Sekian salam untuk penghujung bulan ini, semoga mengerti.
Gerbong Singgah
Kita tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan dengan orang-orang baik atau bahkan sebaliknya dalam hidup ini. Kita pun tidak pernah mengira kalau orang-orang yang datang di hidup kita untuk pergi dan itu memang benar adanya. Kadang bahkan yang mampu meluluhkan hatilah yang bisa membuat hari-hari kita menjadi lebih menyenangkan. Tapi, siapa sangka? Siapa yang dapat menjamin? Semua tidak lagi berarti disaat dalam sekejap dia mampu menghancurkannya. Bahkan hanya dengan setitik sikap yang menunjukkan sisi asli dari dirinya dapat menjadi bom atom sewaktu-waktu. Menimbun senyum yang kemarin sangat sedang senang-senangnya terbit. Hanya tak habis pikir, mengapa terlalu begitu mudah untuk mengubah perasaan menjadi hancur berantakan? Lama merenung tanya, salahnya dimana? Sampai akhirnya semesta beri kode kalau hati manusia bisa berubah-rubah dalam waktu dan kesempatan yang sama.
Marah bukan lagi sekadar jadi musuh melainkan sekarang jadi teman sehari-hari. Ada aja yang buat hati ingin memikirkan sesuatu untuk dijadikan masalah. Memang gelisah tidak butuh banyak mau, hanya perlu dimengerti. Di sisi lain, si sabar sudah menjadi kebiasaan yang kehilangan akal untuk bersenyawa. Tak tahu dan tak ingin mengerti harus menyusun penjelasan kata seperti apa hanya untuk buat kamu paham akan makna. Peduli. Peduli tak lagi punya rasa malu jika ingin keluar, meskipun berujung bertemu dengan penyesalan. Ternyata selama ini aku keliru. Harusnya menyimpan rasa sewajarnya. Begitupula dengan kebaikan dan sikap respect harusnya secukupnya saja. Membuat orang lain bahagia dan jadi lebih baik lagi memang tidak apa, boleh banget malah, asal jangan sampai hal itu jadi beban dan bikin diri sendiri tertekan tidak bahagia.
Kini, biarkan perasaan ini beristirahat sebentar. Mungkin sejenak atau bahkan selamanya. Ikhlas tidak ikhlas lebih baik merelakan untuk ikhlas daripada rasa kesal selalu buat dada sesak, selalu buat lutut bergetar dengan hebatnya. Pilihan terakhir adalah melepas. Kecewa di awal mungkin sesuatu yang lumrah untuk dirasakan daripada hancur belakangan. Sayangnya, aku tidak ingin berdarah demi orang yang salah. Kecewa, iya. Sedih, iya. Tapi aku coba terima kemudian pelan-pelan tumbuh lagi.
Terlalu baik pada semua orang juga bisa membahayakan. Terlalu peduli pada satu orang ternyata lebih danger. Kadang ada satu keadaan dimana kita harus mundur dari circle yang toksik, sejenak coba jangan mikirin ego melulu deh. Kadang juga ada suatu waktu ketika kita memang harus memfilter mana yang harus diladeni juga dibaiki dan mana yang harus dijauhi atau ditolak dengan sangat yakin tanpa adanya keraguan. Wah. Unbelieveable. I just can’t believe. Bisa sampai di fase ini. Kalau dia tidak menerima dan memantaskan keberadaanmu, ya, just let him go. Biasakan untuk tidak terus menerus menggenggam sesuatu yang justru bisa membuatmu menjadi semakin sakit. Tidak menyangka selama ini ternyata seperti itu adanya, tertampar sekali lagi. Kadang perasaan merasa dibodohi, merasa dibohongin, merasa disia-siain, merasa dijadiin lelucon atau hanya sekadar merasa dijadiin rest area tol cipularang kemudian bercampur aduk jadi satu macam rasa. Kebohongan itu, membuatku takut. Menjadikanku trauma menerima dan beradaptasi dengan orang baru.
Nelangsa dan awan gelap di hujan petang hari.
Tidak menyangka kalau kemarin itu ternyata pertemuan terakhir sebelum berakhir. Kamu terlihat baik terakhir kali, bahkan seperti tidak terjadi apa-apa, tapi nyatanya kamu masih simpan luka. Entah kenapa. Kamu mungkin lupa kalau aku ada, karna sesungguhnya kamu memang tidak pernah menganggapku ada. Aku coba buat kamu berubah, keluar dari kebiasaan toksik dan mencoba jadi dewasa. Tapi sama saja. Nyatanya aku tidak berguna dan itu sia-sia. Waktuku terbuang percuma. Aku salah apa sampai kamu abaikan rasa dan terus berbohong tutupi cela? Lupa kalau ternyata dalam hidup, orang-orang bertemu untuk kemudian berpisah. Salah. Dari awal kita memang tidak bisa bersama. Dari awal memang kita tidak diterima oleh semesta. Tapi dipaksakan supaya kamu bisa punya teman main saja. Dipaksakan supaya kamu bisa punya rest area. Bukan rumah untuk pulang dan ditinggali dalam jangka waktu yang lama. Aku salah menerka bahwa kamulah orangnya. Aku lupa juga, kalau Tuhan maha membolak-balikkan hati manusia. Abaikan saja, aku bisa sembuh sendiri dari luka asalkan kau tidak lagi datang berikan harapan dan janji yang kamu sendiri tidak bisa untuk menepatinya, atau bahkan kamu memang tidak pernah ada niat serius untuk memegangnya. Tenang saja. Aku tidak simpan kepahitan dalam dada. Aku hanya butuh waktu untuk berdamai dengan keadaan yang sempat menolak untuk lupa, lalu berusaha sembuhkan luka. Bahkan ketika kamu merasa baik-baik saja setelah melakukan hal yang sangat tidak aku suka, aku sudah memaafkanmu sebanyak 70 kali 7 kali dengan setia. Itu saja. Semoga kamu bisa paham maksudnya. Baik-baik, ya. Tubuh ini akhirnya merasakan kembali rasa yang sama sejak terakhir kali kita bertengkar dengan hebatnya. Seakan tak bisa lagi tertopang, lutut kembali goyah, bergetar sambil memandang sekitar dengan nelangsa. Aku pamit.
Berbenah, bertumbuh, dan merakit kembali puing tak bersisa.
Pertama-tama mau ngucapin terimakasih sama diri sendiri. Terimakasih, ya, Mou. Untuk yang kesekian kalinya peluk diri sendiri. Terimakasih telah bertahan meski harus berjalan dalam lembah kekelaman, terimakasih karena selalu bilang “iya” padahal hati bilangnya “enggak”, terimakasih karena selalu sabar menyikapi sesuatu yang tidak berkenan di hati, terimakasih karena selalu kuat hadapi masalah, terimakasih sudah menjadi dewasa. Aku tak pernah punya tidur yang nyenyak beberapa hari terakhir, bahkan di bulan terakhir tahun ini, tapi setiap pagi aku harus bangun karena masih ada mimpi yang menungguku untuk dijemput. Tulangku remuk tiap kali ingin tidur tapi ia tetap bekerja dengan baik. Aku mungkin tidak bisa mendapatkan apa yang kuinginkan, tapi aku punya apa yang aku butuhkan. Hidupku mungkin tidak sempurna tapi semesta selalu menyempurnakannya dengan porsinya.
Untuk 2020, terimakasih banyak atas pengalaman berharga yang telah terlukiskan di kanvas kehidupan. Banyak suka duka. Atas kehilangan atau bahkan pencapaian. Atas kesedihan atau bahkan kebahagiaan. 2020, kau terlalu lihai mempermainkan keadaan, sangat keterlaluan mengombang-ambingkan perasaan. Namun berkat itu, aku banyak mendapat pelajaran, membuat diri lebih tegar dan bangkit dari penyesalan dan kegagalan. Bukan memaksakan jadi kuat sebenarnya, namun jika ada beberapa hal yang harus diterima karena tidak sesuai dengan rencana maka tak apa. Tidak ada yang menjadi juara. Untuk siapa kita menyombongkn diri jadi hebat kalau memenangkan diri sendiri itu sudah cukup. Untuk sekadar merasa lemah tak berdaya, maka itu tak menjadi masalah. Rehat sebentar. Pelan-pelan recovery, meskipun tidak sepenuhnya sembuh.
Untuk teman-teman. Yang masih setia di sisi kini atau bahkan yang sudah beralih dari pandangan diri. Terimakasih pernah menerimaku sebagai teman. Terimakasih telah menjadi teman cerita. Kalau ada salah bahkan kata yang kurang berkenan, mari rangkai lagi beberapa lembaran. Tegur aku jika aku mulai bosan. Tegur aku jika aku mulai mengabaikan. Meskipun keadaan tidak akan sama lagi, kenangan kita tetap abadi, bukan? Jangan sampai kita bermusuhan sampai suatu saat kita bertemu di persimpangan jalan dan saling menanyakan kabar. Oke, teman?
Aku punya banyak mimpi di tahun depan, 2021. Aku punya banyak keinginan yang masih bergelantungan. Aku tak tahu mana yang terwujudkan duluan. Tapi aku berharap satu-persatu, pelan-pelan, akan sampai tujuan. Namun pertama-tama yang akan kulakukan adalah sembuh dari luka kekesalan juga kemarahan, kemudian melupakan hal yang seharusnya memang dari awal tidak aku perjuangkan. Selamat berjuang, Mou-chan. Sampai jumpa di tulisan berikutnya, tahun depan.
- a whale who always losing her confidence, Mou 🐳
6 notes
·
View notes
Text
Selesaikan perjalanan mu, karena semesta akan tetap menjadi Ibu yang selalu bersama mu.
Rubah Gelap
63 notes
·
View notes
Text
Random
Perasaan saya tentang mati berubah-rubah seiring berjalannya waktu. Inget banget sewaktu kecil, waktu hujan dan mati lampu, saya bilang ke ibu:
"Bu nanti kalo kiamat mati semua ya?"
"Iya dong dek"
"Aku nggak mau mati"
"Iya wes adek nggak mati"
"Ibu, mas, sama bapak juga nggak boleh mati"
"Iya"
Terus kakak saya nyeletuk
"Ya nggak bisa lah Dek. Kalo kita berempat nggak mati, ibu beli sayurnya dimana? Wong tukang sayurnya mati juga"
"Pokoknya aku ga mau mati. Kuburan gelap"
"Iya. Ga ada yang mati pas kiamat nanti 😂"
"Iya ga mati Dek. Pindahan bareng-bareng ke padang mahsyar"
Setakut itu saya dulu sama mati. Saya beneran nggak relate sama orang yang pengen suicide. Di dunia ini masih banyak makanan enak. Masih banyak tempat yang bagus. Kenapa banget pengen mati.
---
"Yang bisa diusahakan cuma upaya paliatif. Tapi pasien saya ada yang 5 tahun nggak kambuh kankernya"
"Berarti ada harapan bagi ibu saya buat sembuh?"
"Dalam kanker, definisi sembuh itu bukan berarti kankernya hilang. Tapi pasien bisa hidup berdamai dengan sel kanker. Kankernya tidur dan pasien bisa hidup nyaman"
....
"Setiap orang pasti mati, De. Dokter itu cuma menunda kematian"
"Emang kematian bisa ditunda?"
"Mati dalam konteks takdir apa dalam konteks medis?"
"Hhaaa i got you"
"Kalopun ibu kamu sembuh, suatu saat toh kalian harus bersiap saling melepaskan. Entah kamu yang duluan ato ibu kamu"
"I wish it was me"
"Katanya dulu takut kiamat?"
"Tapi kehilangan ibu itu rasanya lebih horror daripada denger kata mati"
---
"Dokter, kalau suatu hari saya ditemukan mati di kamar karena suicide pas depresi, saya bakal dihitung mati karena suicide atau mati karena sakit ya?"
"Kamu bakal tetap hidup. Ini bakal terlewat"
Saya menarik nafas. Saya dulu ngira kalau keinginan buat suicide itu hadir dari keputusasaan karena masalah yang ga nemu jalan keluar.
Tapi ternyata keinginan buat suicide itu bisa muncul dari pikiran liar banget yang hadir ketika saya ngerasa dalam hidup ini udah nggak ada sesuatu yang pengen saya kejar lagi. Saya terdiam menghadapi perasaan hampa berhari-hari. Emotionless.
Sejenak kemudian muncul rasa takut dalam hati. Gimana kalo besok saya kebangun dan reflek melukai diri saya sendiri?
Saya beristighfar sebanyak-banyaknya dan memohon ampun kepada Allah kalau memang ternyata hidup saya berakhir dengan suicide, saya jangan dimasukkan ke neraka.
Memang depresi itu rasanya agak di luar nalar. Dulu banget saya mikir kalo orang yang sedih karena kehilangan, mungkin pengen mati karena pengen nyusul orang terkasih.
Ternyata ya nggak begitu.
Yang saya rasakan antara takut kalo-kalo reflek suicide dan masuk neraka, tapi di kepala terus muncul suicidal thought dan berakhir ke nangis. Nggak ngapa-ngapain di kamar. Tenaga habis buat ngelawan pikiran sendiri.
Alhamdulillah, hari ini semua sudah terlewat.
---
Disclaimer buat pembaca. Jangan nanya perkara penyembuhan depresi ke saya karena saya bukan psikiater ato psikolog. Saya cuma survivor. Ini saya share biar kebayang aja bahwa suicidal thought itu banyak wujudnya. Dan kalo ada temenmu yang seperti itu, temenin ke dokter, dengerin dan jangan dijudge. Karena pikiran aneh-aneh itu kadang melintas tanpa diminta. Dan ga semua orang yang punya suicidal thought itu beneran pengen mati. Kadang mereka sedang berjuang melawan monster dalam diri mereka. Kalo kamu bingung ngomong apa ke temen kamu, peluk aja yang hangat.
well, intermezzo kepanjangan.
--
Adalah abi Quraish Shihab lewat buku beliau menjelaskan bahwa kematian adalah bentuk rahmat Allah. Setelah melewati alam barzah, kita baru bisa bertemu dengan-Nya.
Beliau juga menjelaskan, bahwa andai Allah tidak menciptakan kematian, dunia ini akan penuh sesak dengan manusia.
*
Jika dulu dalam nalar saya, kematian hanya perkara siksa kubur, surga dan neraka. Hari ini perasaan saya tentang kematian warna-warni sekali.
Mengingat mati membuat saya merasa kecil. Di bumi yang usianya ribuan tahun ini, 20 tahun 30 tahun atau 90 tahun kehidupan, tidak ada apa-apanya.
Mau punya hasrat dikenang sepanjang masa?
Kita bukan nabi ibrahim yang namanya tertulis dalam Al Quran dengan mulia.
Harapan saya tentang kematian cuma dua. Semoga Allah memberi saya kematian yang damai. Bukan lewat suicide. Yang kedua, saya nggak kuat disiksa. Tapi saya juga ga baik-baik amat. Jadi mohon diampunkan segala salah.
Itu aja.
*
Nulis beginian jadi merinding euy. Jangan-jangan kalo besok saya meninggal, tulisan ini bakal dicapture teman saya buat dijadiin story IG 😏 Jangan ya. Kalo ada orang meninggal, doakan. Jangan buru-buru bikin story tentang dia.
Demi mengurangi rasa takut akibat otak saya yang suka cocoklogi mendadak ngasih pikiran jangan-jangan saya besok meninggal, saya mau bilang kalo tulisan ini saya bikin gegara di youtube nggak sengaja lihat mbak Marissa Anita bahas tentang hari kematian dan nanya, apa yang kamu lakuin kalau besok mati?
*
Actually, pasca ibu wafat, perasaan saya tentang mati udah campur aduk sekali.
Saya semakin sadar bahwa usia manusia itu nggak panjang. Akhirnya saya pelan-pelan membenahi hidup biar kalo misal besok meninggal, saya nggak nyesel.
In the end, saya mengingat pertanyaan itu setiap malam demi terus mengingatkan diri kalo kita nggak boleh greedy sama pencapaian. Dalam artian, bikin prioritas itu dikit aja. Jangan banyak-banyak.
We are human. Bersikaplah seperti manusia ☺️ kejar achievement dengan happy. Kalo nggak dapet, besok bikin target lagi. Jangan tenggelam dalam ambisi. Persisten dengan target itu wajib tapi jangan menganggap hidupmu jadi nggak berarti kalo cita-citamu nggak tercapai 😂
Kadang kalo misal ada bentrok antara agenda A dengan agenda B, saya nanya ke diri sendiri. Kalo besok kamu mati, hari ini kamu ngapain?
"Saya minta waktu satu jam buat diem di kamar. Goler-goler tanpa agenda. Habis itu saya ngirim foto saya ke temen-temen buat kenang-kenangan dan ngasih pesen buat nggak bikin story di IG tentang kenangan bersama saya pas hari H banget. Saya geli soalnya. Habis itu saya mau deliver kerjaan yang tersisa di kantor ke temen-temen saya. Terus saya mau beli makanan kesukaan Bapak dan pulang ke rumah buat ngabisin waktu bareng keluarga"
Dari situ, saya akan ingat, hal apa yang harus saya prioritaskan.
Dan sejak punya perasaan kayak gini tentang mati, saya jadi lebih pemaaf dan lebih chill nanggepin omongan negatif orang hha 😄 Ya ngapain sih ditanggepin terlalu dalam. Sayang waktu kita.
*
Saya nggak tau masih punya waktu berapa lama. Semoga nggak cepet-cepet amat. Tapi jangan lama-lama juga karena saya nggak siap kalo harus melepas orang yang saya sayangi satu per satu.
secukupnya saja. Yang penting damai.
*
Terima kasih ke Abi Quraish Shihab yang pelan-pelan merubah persepsi saya tentang kematian dari sesuatu yang dingin menakutkan menjadi sebuah rahmat dan keniscayaan yang harus dipersiapkan dan dihadapi dengan rasa damai.
Faghfirlii ya Rabb.
146 notes
·
View notes
Text
2 notes
·
View notes
Text
••●══❁��═◎✾☆﷽☆✾◎══❁══●••
*اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ*
•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•
🅐🅛 🅗🅘🅚🅐🅜 *90-91*
“AL-BASTHU DAN AL-QOBDHU (1)”
بسطكَ كى لا يُبْقِيك مع القبضِ وقبضكَ كى لا يترُككَ معَ البسطِ واخْرَجكَ عَنْهماكى لاتكون لشىءٍدونهُ
*_90. Allah melapangkan bagimu, supaya kamu tidak selalu dalam kesempitan (qobdh). dan الله telah menjadikan kamu sempit supaya kamu tidak hanyut(terlena dalam kelapangan(basth). dan الله melepaskan kamu dari keduanya, supaya kamu tidak tergantung kepada sesuatu selain الله.”_*
Arti Hikmah ini, الله selalu membuat macam-macam keadaan hatimu, supaya kamu selalu sadar dan fana’, yakni,tidak melihat keadaanmu itu.
Jadi Qobdhu (kesempitan itu untuk ahli Bidayah, seumpama tidak ada Qobdhu tentu tidak bisa melatih/mencegah dari kebiasaan dan kesenangan nafsu. Sedangkan maqom Basthu, bagi orang yang masuk permulaan futuh, supaya tidak kendor kekuatannya dan angauta badannya bisa digunakan untuk sesuatu yang disenangi yaitu pemberian dari الله dan dan tanda-tanda ridho dari الله. Sedangkan maqom I’TIDAL, itu bagi orang yang berada pada ahir suluknya, supaya keadaannya bisa tetap (tidak berubah) dan bersih amalnya,dan selalu di sisi الله, tanpa ada ‘illat.الله merubah-rubah keadaan dari sedih ke gembira, dari sakit ke sehat, dari miskin kekaya dari gelap keterang dan seterusnya, supaya mengerti bahwa kita tidak bisa lepas dari hukum dan ketentuan-Nya. dan supaya kita selalu berdiri diatas landasan LAA-HAULAA-WALAA-QUWWATA ILLAA-BILLAH.
firman الله:
لِكيْلا تأ ْسَوْاعلٰى ماَ فاَتَكُم ولا تَفرَحُوْا بِماَ اٰتَكمُ ْ
" Supaya kamu tidak sedih (menyesal) terhadap apa yang terlepas dari tanganmu, dan tidak gembira atas apa yang di berikan kepadamu".
العَارِفوُنَ اِذاَ بُسِطواُ اَخـْوَفَ مِنْهُمْ اِذاَ قبَضَُوا وَلاَ ��َقِفُ على َحُدُودِ الاَدَبِ فى الْبَسْطِ الاَّ قلِيْلٌ
*_91. "al-'Arifun (Orang yang ma'rifat billah) jika merasa lapang, itu lebih khawatir/ takut kepada الله, dari pada jika berada dalam kesempitan, dan tidak dapat berdiri tegak dibatas-batas adab dalam keadaan lapang (basthu) kecuali hanya sedikit sekali."_*
Dalam kitab ‘Latho-iful minan’ Syeih Ibnu Ato-illah berkata: “ Keadaan basthu itu menggelincirkan kaki para lelakinya الله (orang sholih),. Jadi keadaan Basthu menjadikan sebab para ‘Arifin menambah kehati-hatiannya, dan kembali pada الله. Sedangkan keadaan Qobdhu itu lebih dekat dengan keselamatan, karena itu sudah menjadi kedudukan hamba. Karena hamba selalu dalam genggaman dan kekuasaan الله”.
Abu bakar Assidiq رضي الله عنه. berkata: “kami diuji dengan kesukaran, maka kami kuat bertahan dan sabar. tetapi ketika kami diuji dengan kesenangan (kelapangan), hampir tidak tahan/ sabar”.
Syeikh Yusuf bin Husain ar-razy menulis surat kepada Al-Junaidy: “Semoga الله tidak memberimu rasa kelezatan hawa nafsumu,jika engkau merasakan kelezatan,maka tidak akan merasakan kebaikan untuk selamanya”.
👉🏻 https://telegram.me/kitabhikam
•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•
◎ *اللهم اجعلنا من العلماء العاملين المخلصين*◎
2 notes
·
View notes
Text
Menangis
Aku menangis bukan ingin mencari perhatianmu.
Aku hanya ingin mengungkapkan emosi yang telah lama kupendam selama ini.
Aku bingung, harus mengungkapkan dengan wujud apa selain dengan menangis.
Kata orang menangis itu dapat membuat hati kita menjadi lega, mungkin saat ini aku orang yang setuju dengan kata kata itu.
Aku hanya ingin menangis, sambil menceritakan semuanya. Aku harap kamu bisa mengerti kondisiku saat ini.
Kamupun juga tak perlu repot repot untuk menghapus air mataku, biarkan aku menangis, Biar saja emosi ini mengalir bersama air mata yang mengalir di pipi.
Kamu hanya perlu mendengarkanku, menemaniku, memberi aku nasihat, dan memotivasiku. Itu yang saat ini yang aku butuhkan.
Untukmu terimakasih telah menemaniku membuat semuanya menjadi reda. Seperti awan gelap yang berganti menjadi awan cerah, meskipun terkadang masih menjatuhkan airnya sih hehehe.
Tapi, aku berjanji kepadamu tidak akan menangis seperti ini lagi, menangis dengan kesalahan yang sama.
Aku janji aku akan rubah air mata ini, dari air mata kesedihan dengan air mata kebahagiaan. Jadi aku tidak sia sia menangis lagi di hadapanmu.
Terimakasih untukmu.
Kutabumi, 05 Januari 2019
2 notes
·
View notes