#R2Jatinangor
Explore tagged Tumblr posts
Text
Paradigma Seorang Pemimpin
Kemarin siang aku menghadiri acara Hari Peringatan Bahasa di Bandung. Disana ada sebuah pementasan yang menarik perhatianku: Pementasan Puisi!
Jangan heran, tapi ini kali pertama ku benar-benar melihat sastrawan menyairkan puisi di depan mataku sendiri. Sebelumnya bait-bait puisi hanya ku dengar dari teman-teman kelasku sewaktu pelajaran bahasa Indonesia di bangku menengah atas. Pertunjukan di Balai Bahasa ini membuatku terpaku untuk merasakan atmosfir pertama dalam hidupku: seorang sastrawan dengan rambut gimbalnya, memakai sarung, tak beralaskan kaki, membawa papan dada lusuh yang menjadi tempat menyimpan bait-bait ajaib.
Yang menarik untukku, hampir semua isi puisinya berisi luapan emosi, arahnya sama: untuk ibu pertiwi. Ada yang marah soal korupsi, ada yang marah soal hutan yang digunduli, dan ada yang marah soal tertinggalnya hidup di negeri sendiri.
Coba tebak kalimat mana yang paling mendengung di telingaku sampai saat ini?
“..kita hanya bisa berkuasa, tidak bisa memimpin!”
Alamak! Begitu dahsyatnya kalimat itu, gumamku.
Kalimat itu menjadi sebuah refleksi sendiri untukku. Segala kerusakan dan kegagalan yang terjadi saat ini, mungkin karena mereka yang diatas hanya berkuasa, tapi sama sekali tidak memimpin.
Pemimpin bukan hanya mereka yang pandai. Kalau hanya pandai, mereka yang masuk ke sarang tikus sudah jelas kepandaiannya.
Pemimpin bukan hanya mereka yang bertutur manis. Kalau hanya bertutur manis, mereka yang mendatangi warga 5 tahun sekali jauh lebih manis tutur kata nya.
Pemimpin bukan hanya mereka yang memiliki visi. Kalau hanya visi, baligo dengan tulisan visi memikat sudah berserakan dimana-mana, terpasang kepanasan kehujanan di jalanan sampai akhirnya dibuang menjadi sampah.
Jauh daripada itu semua, pemimpin adalah mereka yang memiliki paradigma mendasar tentang apa, mengapa, dan untuk apa memimpin.
Konsepsi paradigma kepemimpinan yang ideal ternyata sudah dicetuskan sejak lama, ku baru menemukannya di agenda malam Bersama Bang Bachtiar, dari Rumah Kepemimpinan.
1. Humanisasi: Bagaimana kepemimpinan dapat memperlakukan manusia sebagai mana semestinya.
2. Liberasi : Bagaimana kepemimpinan dapat dan harus membebaskan manusia dari cengkeraman hawa nafsu dan segala potensi keburukan yang ada pada dirinya.
3. Transendensi : Bagaimana kepemimpinan dapat membawa kita kembali sebagaimana asal kita, dari langit. Bumi tidak lain adalah tempat yang memenjarakan diri, maka tujuan kepemimpinan haruslah membawa kembali pikiran dan hati untuk kembali melangit.
Konsep ini dinamakan sebagai Prophetic Leadership konsepsi kepemimpinan yang telah jauh diterapkan terlebih dahulu oleh para nabi dan rasul terdahulu. Bagaimana kepemimpinan mereka bukan pada asas berkuasa, penaklukan, dan eksistensi diri semata, namun di dalamnya terdapat paradigma suci yang membuat kepemimpinan mampu menjadi oase diantara karut-marutnya dunia, membawa manusia menjadi seutuhnya manusia.
1 note
·
View note