#LifeYourWay dan Senarai Impian Menuju Karimunjawa Bareng Traveloka
Ada banyak opsi dan perubahan drastis yang terjadi di rentang usia 20 hingga 30 tahun, sehingga muncul istilah quarter life crisis, fenomena di mana seseorang mulai mempertanyakan arah dan kualitas hidupnya, serta ditandai oleh adanya serangan emosional berupa perasaan gegana (gelisah, galau, merana).
Versi saya, krisisnya ialah minim eksplorasi wisata. Apalagi, dua tahun ke belakang ini dunia tengah “terkunci” sebagai imbas dari pandemi COVID-19.
Walau begitu, pandemi ini setidaknya mengajari saya untuk mulai #LifeYourWay. Menentukan ke mana arah layar harus direntangkan saat ini dengan cara saya sendiri.
Ada istilah bernama “radical acceptance”, yakni seni menerima segala ketidakpastian dalam hidup, termasuk juga sepet-sepetnya realitas.
Kalau kata saya: di dunia ini tak pernah ada kata siap, yang ada hanyalah siap-siap. Betul apa betul?
Nah, waktu pandemi itu pula, saya jadi tersadar kalau ternyata saya sekeluarga memang jarang sekali berlibur jarak jauh bersama. Biasanya, kami hanya keluar untuk makan bersama saat akhir pekan di kota sebelah ataupun saat merayakan momen ulang tahun.
Maklum saja, selain karena bentrok waktu, bapak saya juga merupakan sandwich generation yang masih menopang beberapa saudaranya. Sehingga, mau tidak mau, arus kas keluarga kami perlu diirit-irit.
Kendati demikian, ada masa di mana saya seperti menemukan esensi liburan yang sejati. Itu terjadi tatkala saya magang di tanah air Naruto tahun 2018 silam.
Kala libur, saya pernah mengunjungi Danau Shirakaba (白樺湖) di Prefektur Nagano yang menghadap langsung ke arah puncak Kurumayama. Perpaduan warna-warni yang serasi antara birunya air dengan gunung dan tetumbuhan di sekitarnya kontan membuat mata saya berpesta.
Bermain harmonika dengan latar Danau Shirakaba di Prefektur Nagano. Dok. Pribadi.
Namun, tetap saja ada yang kurang menurut saya.
Pemandangan yang indah ternyata bukan cuma soal warna-warna, tetapi dengan siapa kita menikmatinya. Merahnya senja bukan cuma soal matahari yang kembali ke peraduan, tetapi tentang kenangan apa yang terlintas karenanya.
Ada idiom Jepang yang masyhur yakni ichi go ichi e (期一会) yang berarti “sekali seumur hidup”.
Maksudnya ialah suatu momen tak akan pernah terulang untuk kedua kalinya, sekalipun dilakukan dengan orang yang sama pada aktivitas yang sama. Sehingga, hal yang perlu kita lakukan tiada lain ialah being present atau menghargai setiap momennya.
Dan atas sebab itulah, saya bercita-cita untuk dapat menyaksikan ragam pesona alam yang terbentang berikutnya bersama insan-insan kesayangan saya, yakni kedua orang tua saya.
Dipandu dengan teman hidup sebaik Traveloka, mari ikuti rencana plesiran kami!
Wisata Biru di Karimunjawa
Saya beruntung tinggal di negeri zamrud khatulistiwa yang kaya akan tempat wisata.
Javadvipa, atau Pulau Jawa adalah salah satu daerah yang begitu indah. Suatu lokasi yang konon dulunya menjadi titisan dewa-dewa.
Sangking indahnya Pulau Jawa, Charlie Chaplin bahkan sudah dua kali (tahun 1932 dan 1936) bertandang ke daerah Garut dan sangat terkesan oleh guling (Dutch wife), yang ia sebut sebagai “penemuan terbaik di negara tropis”.
Cuitan Presiden Jokowi tentang Charlie Chaplin ke Garut.
Nah, untuk liburan mendatang, kami rencananya tidak akan ke Garut, melainkan menuju permata kecil di Jepara, yakni wisata biru di Karimunjawa. Penasaran kenapa kami ingin ke sana? Yuk, simak!
#1 Pariwisata Berkelanjutan
Sebagai kepulauan yang terletak di utara Jepara, Karimunjawa punya hutan mangrove yang berperan sebagai karbon biru.
Karbon biru adalah istilah untuk menyebut karbon yang terserap di atmosfer oleh ekosistem laut. Ekosistem laut sendiri terdiri dari tiga hal, yakni mangrove, padang lamun (rerumputan laut), dan rawa payau (hanya ada di negara sub-tropis).
Mangrove di Karimunjawa. Photo by HMBond on Flickr.
Karbon (emisi) perlu diserap dan disimpan oleh ekosistem hidup agar tidak memicu perubahan iklim, yang membuat dunia semakin mirip sauna.
Nah, karbon biru ini bisa menyerap 3-5 kali lebih besar dibandingkan hutan terestrial (daratan) yang paling lebat.
Logikanya berarti, hutan mangrove di Karimunjawa akan lebih mampu menyelamatkan bumi ketimbang Gunung Gede di Jawa Barat.
Luas mangrove Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Jumlahnya sekitar 3,31 juta hektar dan mampu menyerap hampir seperempat karbon global.
Mengetahui fakta tersebut, sayang sekali bukan kalau melewatkan tempat seberjasa mangrove ini saat plesiran?
Trekking di Hutan Mangrove Karimunjawa. Photo by Travel Junkie on Archive.
Maka dari itu, kami sekeluarga ingin trekking di Hutan Mangrove Karimunjawa. Kami ingin merasakan sensasi forest bathing (berinteraksi dengan alam) di hutan seluas 10,5 hektar yang dihuni sekitar 45 jenis mangrove.
Kata sebuah studi, aktivitas forest bathing selama minimal 20 menit terbukti mampu menurunkan hormon kortisol (hormon stres) secara signifikan dan menjadi immune booster terbaik.
Bagi kami, ini termasuk wisata paket komplit. Wisata yang menghibur mata karena keasriannya, menyehatkan raga dan jiwa, serta mengajari kami untuk lebih mencintai alam.
Jalur trekking di Hutan Mangrove Karimunjawa. Photo by Travel Junkie on Archive.
#2 Bersua Fauna Endemik
Alasan berikutnya ialah mengantarkan bapak untuk dapat bercengkerama dengan fauna khas Karimunjawa.
Bisa dibilang, bapak saya itu pencinta hewan. Atau lebih tepatnya, bapak fauna.
Di rumah urban kami yang lahannya minimalis, bapak dulunya pernah memelihara ayam kate yang doyan berjoget, iseng beternak lele, dan tentang burung hantu yang gemar bertamu.
Saya ceritakan satu di antaranya ya.
Lantai atas rumah kami berukuran 2x2 m dengan posisi terbuka ialah bekas markas layang-layang dan arena melukis saya ketika belia.
Sudah lama tak terpakai, tetapi bapak selalu membersihkannya.
Hingga bertamulah tiga burung hantu sekaligus.
Orang normal pasti langsung mengusirnya karena takut mitos buruk, tetapi bapak saya malah berkata, “Mari kita amati mereka.”
Dan benar saja saudara-saudara, saya baru tahu kalau burung hantu itu bersuara persis seperti orang yang sedang pilek.
Bedanya adalah manusia menarik ingus dalam durasi pendek yakni 1-3 detik saja, sementara burung hantu bersuara seperti menarik ingus dalam durasi panjang yakni 10-15 detik dan utamanya saat fajar.
Setelah saya cari tahu, suara pilek ini rupanya adalah sirine bagi burung hantu untuk memberi tahu rekannya akan batas teritorinya maupun menunjukkan adanya mangsa empuk.
Jadi… sudahkah anda sadari betapa di balik garangnya Master Limbad ternyata ada nuansa pilek tepat di sampingnya?
Limbad bersama Burhan, burung hantu kesayangannya. Photo by @limbadindonesia on Instagram.
Atas dasar inilah, saya meyakini bahwa merupakan keputusan yang tepat mengajak bapak saya plesiran ke Karimunjawa, sebuah wilayah yang baru-baru ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfer.
Di Karimunjawa, tersimpan 400 lebih jenis spesies fauna dan 240 lebih jenis ikan hias. Ada penyu sisik, kerang raksasa (Kima), lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus), hingga rusa Jawa (Rusa timorensis).
Berenang bersama hiu di Pulau Menjangan Kecil. Photo by @warungnanan on Instagram.
Spot esensial yang ingin kami sambangi tentunya adalah Pulau Menjangan Kecil. Di sini, ada penangkaran hiu (Superordo selachimorpha) maupun penyu (Superfamily chelonioidea).
Saya dan bapak tentunya tak mau melewatkan sensasi berenang bersama hiu-hiu jinak ini.
Siapa tahu setelah kami bertemu dengan hiu maka akan tersibak fakta mencengangkan lainnya dari fauna Indonesia ini. Siapa tahu, kan?
#3 Keindahan Panorama Yang Memikat Hati
Karimunjawa adalah sebuah wilayah yang terdiri dari 27 gugusan pulau.
Kami bisa island hopping atau berpindah dari satu pulau ke pulau lain yang jaraknya berdekatan, untuk sekadar menikmati eksotisme setiap pantainya.
Pulau Cemara Kecil. Photo by @rnpratama on Instagram.
Beberapa pantai yang kami incar ialah Pantai Tanjung Gelam, Pantai Batu Topeng, Pantai Annora, Pantai Barakuda, dan Pantai Nirwana.
Pantai-pantai ini tertambat pada hati kami lantaran lanskapnya yang begitu memanjakan netra. Putihnya pasir, deretan nyiur kelapa, dan beningnya air adalah pasangan terjodoh untuk liburan yang menenangkan.
Di sini, kami juga bisa menikmati sajian sunrise dan sunset terindah di Pulau Jawa. Yang tentunya mengingatkan kami bahwa hidup tak selamanya muram dan esok mudah-mudahan cerah.
Menanti sunset di Pantai Tanjung Gelam. Photo by @frry_ on Instagram.
Itinerary
Selain spot-spot yang telah saya sebutkan sebelumnya, ada beberapa destinasi lain yang juga ingin kami jelajahi selama berada di Karimunjawa. Seperti misalnya: berkano di Bako Lolo (laguna dengan air tenang tanpa ombak), melihat kupu-kupu di Karimun Butterfly Park, dan kulineran di Alun-alun kota.
Teruntuk durasi liburannya, kami berencana menginap 3 hari 2 malam di Karimunjawa.
Kami sudah menyiapkan waktu terbaiknya. Itu antara bulan Maret-April atau Oktober-November, bulan-bulan di mana terjadi pergantian musim (hujan ke kemarau atau sebaliknya) sehingga menjamin laut yang tenang.
Berikut ya itinerary kami:
My Trip My Happiness berkat Traveloka
Memboyong orang tua yang JELITA (Jelang Lima Puluh Tahun) atau bahkan lebih ketika liburan tentu membutuhkan treatment khusus. Liburan perlu dirancang sedemikian rupa agar singkat, padat, dan tidak menyusahkan, serta juga berkesan.
Beruntungnya, ada Traveloka selaku platform travel terdepan se-Asia Tenggara besutan anak negeri yang menyediakan segala kebutuhan perjalanan, atraksi lokal, membayar tagihan bulanan (PDAM, PLN, Telkom, BPJS, isi pulsa, dll) hingga mengakomodir investasi emas.
Bisa dibilang, Traveloka juga lah yang telah memfasilitasi saya untuk #LifeYourWay: membebaskan cara otentik saya merancang perjalanan terbaik menuju Karimunjawa ini.
Bayangkan, dengan adanya Traveloka, semua armada yang akan kami gunakan menuju Karimunjawa bisa dipesan semudah menjentikkan jari. Mau pakai pesawat, bus, kereta api, sewa mobil, bahkan antar jemput bandara ada semuanya di sini!
Pada trip Karimunjawa ini, keluarga kami akan mengandalkan akomodasi berupa kereta api yang tiketnya kami pesan di Traveloka. Selanjutnya, kami akan meneruskan perjalanan dari Pelabuhan Kartini menggunakan kapal cepat Express Bahari yang memakan waktu 2,5 jam.
Amit-amit misalnya ada halangan, seperti cuaca ekstrim atau anggota keluarga yang akan melancong jatuh sakit saat hari H, kami hanya perlu kalem. Karena, sejatinya Traveloka telah menjamin pengembalian uang 100 persen saat mengajukan pembatalan tiket.
Gak percaya? Saya sendiri bukti nyatanya.
Sudah prepare well mau mudik di akhir Ramadhan, tetapi macet menggila. Alhasil, saya ajukan pembatalan tiket dan memesan kereta di jam berikutnya via Traveloka. Voila, uangnya kembali ke rekening saya 1x24 saja. Saya jadi pulkam, tanpa rasa muram!
Harus saya akui pula, gara-gara Traveloka saya pernah dapat sanjungan dari dosen lantaran cincai memborong hotel berbintang dengan harga yang murah untuk diinap tamu konferensi.
“Yah Bu, itu sih bukan karena saya jago, tapi memang Traveloka aja yang rajin sedekah promo.”
Pokoknya, promo favorit saya itu tanggal kembar dan diskon akhir bulan.
Di bawah ini nih contohnya. Ada dua hotel di Karimunjawa yang menurut saya family friendly dan bakal saya pesan melalui Traveloka App dengan berbekal kupon promo:
Hotel d'SEASON Karimunjawa
Hotel d'SEASON kami jadikan kategori prioritas dalam liburan ini lantaran jaraknya yang dekat dengan Taman Nasional Karimunjawa, yakni 473 m saja. Meski lokasinya berdekatan dengan Taman Nasional maupun pelabuhan, harga yang dipatok ternyata cukuplah terjangkau yakni mulai dari Rp 503.500/malam.
Padahal, fasilitas yang ditawarkan bukanlah kaleng-kaleng! Setiap kamar dilengkapi TV, WiFi, kulkas, bathtub, dan coffee maker. Sementara, fasilitas publiknya ada kolam renang, whirlpool, kafe, tempat spa dan sauna, bahkan ruang rapat berkapasitas 150 orang. Sehingga, juga cocok untuk perjalanan bisnis sekalipun.
Hotel ini beralamat di Jalan Danang Joyo 09, Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Indonesia, 59455. Tentunya, menjadi salah satu ruang singgah di Karimunjawa yang cocok untuk dilirik, bukan?
Royal Ocean View Beach Resort Karimunjawa
Saat menatapnya di aplikasi Traveloka, resort ini benar-benar membuktikan love at the first sight. Bagaimana tidak? Resort yang dapat digapai hanya beberapa jengkal dari Pantai Barakuda ini memiliki view yang sangat menghibur mata. Pengunjung bebas menentukan view berupa taman yang asri ataukah hamparan laut lepas di jendela kamarnya.
Beberapa pilihan kamar yang disediakan resort ini antara lain Deluxe Double or Twin, Deluxe Suite, Executive, dan Family Suite yang dibanderol mulai dari Rp 1.012.500/malam. Eits, dengan harga yang sepadan itu kita dapat aneka rupa fasilitas lho! Mulai dari konektivitas WiFi, jasa antar jemput, private beach hingga tur menyelam ataupun berkano.
Pokoknya, resort ini sangat cocok untuk kamu yang ingin menyegarkan mata sekaligus gemar bereksplorasi.
-
Teruntuk kamu yang juga kepengen liburan ke Karimunjawa, tetapi males ribet. Oh, tenaaang!
Ada fitur Traveloka Xperience yang menawarkan pembelian tiket atraksi, taman bermain, beauty & spa, tes COVID-19, tur, olahraga, dan masih banyak lagi.
Untuk Karimunjawa sendiri, bisa dipilih kategori tur dan selanjutnya bisa memilih misalnya tur “Satu Hari Paket Tour Laut Karimunjawa”. Simpel, kan?
Sebebas Mungkin
Walau sepintas tampak cocokologi, tapi coba deh perhatikan logo Traveloka lekat-lekat.
Logo mereka itu burung Godwit, burung yang konon memegang rekor dunia terbang nonstop sejauh 11.500 km. Wih, ajib!
Eh tapi, perhatikan lagi. Kenapa ya harus burung yang jadi simbol?
Kenapa gak undur-undur atau walang sangit aja?
Kalau dari kacamata konsumen setia Traveloka (ehem) seperti saya, ini mungkin karena burung sejatinya terbang bebas sesuka dia.
“Bebas”, suka-suka lo, atau yang kita tangkap sebagai #LifeYourWay: menciptakan perjalanan teristimewa dengan mengikuti intuisi kita sendiri.
Berkat Traveloka, urusan akomodasi, penginapan, dan tur menjadi hal yang mudah untuk dipesan.
Sehingga, saya memiliki waktu yang cukup lapang untuk mengurus hal krusial lainnya.
Seperti misalnya, saat liburan bersama orang tua, jangan pernah menclok sana-sini yang memicu encok mania mantap. Saya perlu mulai membuat peta perjalanan linear yang efektif sekaligus menyenangkan.
Kemudian, ketika akan menuju titik destinasi, saya perlu fokus mempersiapkan bekal air hangat, sedikit camilan sehat, dan menjaga 6 bagian tubuh (telapak kaki, telapak tangan, garis mingmen atau punggung bagian bawah, telinga, leher, dan ubun-ubun) orang tua saya tertutup dan tetap hangat, agar terhindar dari perubahan cuaca yang mengubah kondisi homeostatis tubuh.
Percayalah, tanpa Traveloka niscaya persiapan liburan kami ke Karimunjawa ini akan terasa maha melelahkan.
Traveloka lah yang memberikan kesempatan kami untuk berbagi tugas mempersiapkan amunisi terlengkap sebelum mulai menjelajah.
Ibarat garam, yang mungkin tak berwarna, tapi memberikan rasa pada kenikmatan liburan kita. Itu Traveloka.
Penutup
Kebanyakan orang mungkin lebih senang menghabiskan liburan bersama para sahabatnya lantaran fleksibel lagi mudah perencanaan. Tetapi, saya bukanlah kebanyakan orang. Saya lebih senang jika bisa plesiran bersama dua insan kesayangan saya, yakni orang tua saya.
Saya bersyukur ada Traveloka yang senantiasa mendukung saya untuk #LifeYourWay. Mengaktifkan intuisi saya dan paham tujuan travelling ke Karimunjawa dengan cara saya.
Pada akhirnya, kamu juga bisa melambat bersama waktu dan mulai rencanakan liburan di Traveloka entah sendiri atau bersama orang kesayanganmu.
Mari ikuti suara hati dan jalani hidup dengan caramu! Because #LifeYourWay makes your every holiday the best ever day. 💜
**
Sumber gambar: dok. pribadi, Freepik, Vecteezy, dan web resmi Traveloka.
Olah grafis: dilakukan mandiri oleh penulis.
Referensi
[1]: Isnaeni, Hendri F. 2019. Charlie Chaplin Berkunjung ke Garut. Historia.
[2]: Redaksi Forest Digest. 2021. Potensi Blue Carbon Indonesia. Forest Digest.
[3]: Susetyo, Pramono Dwi. 2022. Serapan Karbon Mangrove. Forest Digest.
[4]: Falah, Jihad Hayatul. 2022.22 Tempat Wisata di Karimunjawa Terbaru yang Lagi Hits 2022. Wisata Lengkap.
[5]: MaryCarol R. Hunter, Brenda W. Gillespie, Sophie Yu-Pu Chen. 2019. Urban Nature Experiences Reduce Stress in the Context of Daily Life Based on Salivary Biomarkers. Frontiers in Psychology. Vol. 4 (10): 722. DOI: 10.3389/fpsyg.2019.00722.
[6]: Wonderful Indonesia. 2022. 5 Cagar Biosfer Ini Cocok Jadi Destinasi Wisata Edukatif. Indonesia Travel.
[7]: Fundrika, Bimo Aria. 2022. Mengenal Godwit, Burung yang Jadi Inspirasi Logo Traveloka. Suara.
[8]: Traveloka. 2022. Web Resmi. Traveloka.
0 notes