Tumgik
#Pesan Hiasan Dinding Kamar Tidur
cetakanbatikworld · 1 year
Text
PALING DETAIL!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Distributor Batik Cap Couple di Pacitan
PALING DETAIL!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Distributor Batik Cap Couple di Pacitan KLIK https://WA.me/6282133271158, Bikin Batik Cap Sogan di Kabupaten Bandung Barat, Tempat Pembuatan Batik Cap Semarangan di Garut, Produsen Batik Cap Sleman di Tasikmalaya, Supplier Batik Cap Soft di Ciamis, Toko Cetakan Batik Cap di Kuningan Sumber Larees Canting Kota PekalonganJawa Tengah( Dekat Stasiun Kereta…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
alatcapbatiksolo · 2 years
Text
SUPER PROMO!!!, WA/Call  0821-3327-1158, Bikin Batik Cap Blouse di Kutai Timur
SUPER PROMO!!!, WA/Call  0821-3327-1158, Bikin Batik Cap Blouse di Kutai Timur KLIK https://WA.me/6282133271158, Pengrajin Batik Cap Pekalongan di Yogyakarta, Penjual Batik Cap Pastel di Cibinong, Pesan Batik Cap Papua di Sukabumi, Harga Jual Batik Cap Solo di Cianjur, Pembuat Batik Cap Semut di Kabupaten Bandung Sumber Larees Canting Kota Pekalongan Jawa Tengah ( Dekat Stasiun Kereta Api…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
cetakanbatikcap · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
TERMURAH!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Pengrajin Cap Batik Bekas Jogja di Pesawaran
KLIK https://WA.me/6282133271158, Pengrajin Batik Cap Pekalongan di Yogyakarta, Penjual Batik Cap Pastel di Cibinong, Pesan Batik Cap Papua di Sukabumi, Harga Jual Batik Cap Solo di Cianjur, Pembuat Batik Cap Semut di Kabupaten Bandung
  Sumber Larees Canting
 Kota Pekalongan
Jawa Tengah
( Dekat Stasiun Kereta Api Pekalongan )
 Langsung Hubungi WA 0821-3327-1158
 ATAU KUNJUNGI WEBSITE KAMI LINK DI BAWAH INI
https://stempelbatik.my.id/hiasancapbatik/
https://stempelbatik.my.id/cetakanbatik/
 PESAN SEKARANG!!!
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
   #JualTempatHiasanDinding, #PembuatanWayangKulitHiasanDinding, #PengrajinHiasanDindingCustom, #PenjualHiasanDindingElegan, #AlamatTokoHiasanDindingJadul, #DaftarHargaHiasanDindingModern, #DimanaBeliHiasanDindingMewah, #GrosirHiasanDindingOnline, #TokoHiasanDindingWayang, #TokoJualHiasanDindingYangBagus
 Jasa Pembuatan Hiasan Dinding Kelas, Pesan Hiasan Dinding Kamar Tidur, Harga Aneka Hiasan Dinding, Jual Hiasan Dinding Tulisan, Pembuatan Hiasan Dinding Unik, Pengrajin Hiasan Dinding Vintage, Penjual Hiasan Dinding, Alamat Toko Hiasan Dinding Rumah Minimalis, Daftar Harga Kreasi Hiasan Dinding, Dimana Beli Kerajinan Hiasan Dinding
0 notes
cantingbatikcap · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
SUPER SALE!!!, Call/WA 0821-3327-1158, Toko Jual Wajan Cap Batik
 KLIK https://WA.me/62821-3327-1158, Pesan Alat Batik Di Jakarta, Harga Alat Batik Di Sidoarjo, Jual Alat Batik Di Bekasi, Pembuatan Alat Batik Di Semarang, Pengrajin Alat Batik Solo
 Sumber Larees  Canting
Jl Candi  Berlian
Kelurahan  Kalipancur
Kota Semarang
Jawa Tengah
( Dekat  Kawasan Industri Candi )
Langsung  OWNER 0821-3327-1158( Bapak Imam Eqbal )
https://www.vidio.com/dashboard/videos/1864240-terlaris-call-0821-3746-2266-harga-stempel-batik-cap-di-bungo/edit?back_to=%2Fdashboard%2Fvideos
https://youtu.be/M5Szast_aB8
PESAN  SEKARANG!!!
KLIK di sini:  https://WA.me/6282133271158
KLIK di sini:  https://WA.me/6282133271158
KLIK di sini:  https://WA.me/6282133271158
 #JasaPembuatanHiasanDindingKelas, #PesanHiasanDindingKamarTidur, #HargaAnekaHiasanDinding, #JualHiasanDindingTulisan, #PembuatanHiasanDindingUnik, #PengrajinHiasanDindingVintage, #PenjualHiasanDinding, #AlamatTokoHiasanDindingRumahMinimalis, #DaftarHargaKreasiHiasanDinding, #DimanaBeliKerajinanHiasanDinding
0 notes
muhammadsyarifuddin · 4 years
Text
TITIK TEMU
( Muhammad Syarifudin )
12 Januari 2012
Tepat pukul 06.00 WIB aku sudah selesai mandi. Memakai baju warna hitam putih bermotif kotak-kotak dipadu dengan celana jeans hitam. Rambutku telah selesai disisir dan menggunakan sedikit minyak rambut. Hari ini, aku akan pergi ke jogja, menemui seseorang. Dia ini, teman yang sudah kukenal sejak tahun lalu. Tepatnya melalui media sosial saat aku bermain game diwarnet kang Asep, aku mengirim pesan untuknya.
Motor kesayanganku sudah siap kuajak berkelana ke kota teristimewa. Lumayan jauh dari tempat tinggalku, sekitar 2-3 jam perjalanan. Dan berharap, bisa bertemu. Bercerita didunia nyata. Perjalanananku disambut dengan polusi udara dan hiruk pikuk kota. Tapi entahlah, justru ini membahagiakan.
Ramai, namun teduh dan menenangkan. Itulah yang aku rasakan saat sampai di jogja.
Kulihat ada cafe aesthetic disana. Kuputuskan untuk beristirahat di cafe ini. Kubuka Handphone dan mengirimnya pesan .
“ Hai Re.. aku sudah di jogja nih,.”
“ Loh serius,.? Kok kamu nggak kasih kabar kalau mau ke jogja,?”
“ Apa harus bilang,? Hehehe. Memangnya kamu sedang sibuk ya hari ini,?”
“ Hhhmm.. lumayan sih. Tapi kamu mau kan menungguku sebentar saja,.?”
“ iyaa nggak apa-apa Re. Selesaikan dulu urusanmu aku tunggu di cafe tempo ya,.?”
Aku tersenyum membaca pesannya. Kuseduh kopi best seller di cafe ini. Sembari menikmati lagu-lagu sendu.
Aku menunggu sambil membidikkan kameraku ke satu view yang menarik. Ada semacam tanaman yang berderet-deret dengan hiasan dinding yang sangat Aesthetic di cafe itu.
***
Pukul 13.00 WIB
Kuamati seorang perempuan yang sedang berjalan masuk ke cafe ini. Memakai baju warna putih dengan celana cokelat serupa warna kerudung yang dia pakai. Wajah lugu nya yang sedang kebingungan mencariku membuat jantungku semakin berdebar. Haha. Bisa dibilang ini adalah waktu pertama aku bertemu dengannya. Dia, Rengganis.
“ Hai, Lingga yaa,.?” Kata dia sambil mengulurkan tangan.
“ Kukira kau tidak paham dengan wajahku. Hehehe,.” Sahutku.
“ Tadinya sih begitu hehe. Lingga, kenalin. Ini sahabatku. Mirah namanya,.” Kata dia, memperkenalkan sahabat karib nya.
“ Lingga,.” Jawabku sambil berjabat tangan.
“ Mas lingga, saya Mirah. Salam kenal. Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya mas. Titip Rengganisnya hehehe” Kata Mirah sahabat karibnya.
Dia hanya tersenyum sambil meletakkan tas punggungnya di bangku sebelahku.
Aku tersenyum memandanginya. Mungkin dia juga sedikit malu karena ini perdana kita bertemu. Tapi, perasaanku mencari tempat ternyamannya sendiri, pada seseorang yang kini sedang duduk didepanku.
“ Aku sudah menepati janjiku untuk bertemu kan,.? Kataku.
“ Hehehe iya Lingga. Aku nggak nyangka kamu bakal sampai sini. Kamu sibuk apa selama libur sekolah ini,.?” Tanya dia.
“ Aku nggak ada kegiatan lain selain membantu ayahku berjualan. Kalau kamu, libur pun tetap sibuk ya,.?” Jawabku.
“ Sibuk main. Hehehe,.” Sahutnya.
“ Hhmm.. sama laki-laki ya,.?” Tanyaku kepo.
“ Enggak, aku sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah. Jadi, liburan sekolah tetep dikasih tugas evaluasi,.” Jawabnya.
“ Owhh.. syukurlah. Hehehe,.” Sahutku.
“ Loh, kenapa memangnya,.?” Tanya dia.
“ Eh. Nggak apa-apa kok. Hehehe,.?” Jawabku. Hampir saja aku keceplosan perihal perasaanku.
Beberapa menit kemudian, dia mengajakku mengelilingi kota Jogja. Dengan semangat aku mengiyakan ajakannya. Betapa indahnya menikmati kota istimewa dengan seseorang yang juga istimewa. Sesekali kutarik tangannya. Berpegangan. Panas, asap kendaraan sudah tidak kuhiraukan lagi. Sudut demi sudut kota jogja dia jelaskan dengan fasihnya. Dan berharap hari ini waktu berjalan dengan sangat lambat, agar aku tetap bisa bersama mu, Rengganis.
***
Pukul 17.00 WIB
“ Kamu pasti bakal suka tempat ini,.” Seru Rengganis sambil berlari.
“ Hei, tungguuuu.,” Jawabku sambil mengejarnya.
Mataku terbelalak sambil memegang tangannya. Aku tersenyum. Senja seolah tahu suasana hatiku saat ini. Dia datang dengan keindahannya untuk melengkapi kebahagianku bersama seseorang yang mencuri hatiku. Semburat jingganya mampu menahan genggaman tangan dan duduk tersenyum. Tuhan, terimakasih telah ada jingga sore ini walaupun menjadi pertanda aku harus berpisah dengan makhlukmu yang menjadi penyebab rinduku. Sudahlah, kunikmati saja bahagiaku sore ini. Kelak, akan kutemui lagi momen indah seperti ini dengannya. Bercanda. Menikmati senja bedua. Membicarakan tentang mimpi kita masing-masing.
***
Sejak saat itu, aku mulai menyukainya. Aku dan dia menjadi sangat dekat. Sering kali memberi kabar. Bercanda dengan tatap maya. Yang kusuka dari dia adalah senyumannya yang membuat jantungku berdekup kencang setiap kali mengingatnya. Pertemuan pertama adalah hari yang tak kan pernah kulupakan seumur hidupku. Bisa duduk disampingnya dan mengobrol dengannya.
Aku keluar dari kamar. Menuju dapur untuk membuat kopi susu kesukaanku.
Tiluliittt.... Tiluliiittt... Kudengar Handphone yang sedang ku charger berbunyi. Kubuka. Ternyata bukan Rengganis yang mengabariku. Beberapa minggu ini dia tidak memberiku kabar. Sepi. Seperti ada yang hilang.
Apa Rengganis sudah lupa denganku. Apa dia tidak tahu aku menunggu kabar-kabar darinya. Ah Sudahlah, aku belum menjadi bagian dari prioritasnya. Cukup nama dia, doa dalam diam yang selalu aku semogakan.
Rinduku semakin tak mengenal waktu. Entahlah, sudah berapa lama lagi perasaan ini aku pendam sendiri. Mencintainya dalam diam. Menunggunya.
Kubuka galeri Handphone-ku. Kulihat baik-baik setiap foto kebersamaanku dengan dia. Tawanya. Pemalunya. Rasanya jadi semakin rindu padanya. Aku tersenyum terkenang pesanku ke dia yang akan menemuinya kembali. Mengulang momen indah yang sama.
Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Hujan datang mengguyur memecahkan lamunan ku.
Kulihat layar handphone menyala. Aku segera bangun dan secepat kilat membukanya. Ternyata pemberitahuan media sosialku. Sial!
Kukira Rengganis. Kubuka ada Direct Message yang masuk. Mirah. Sahabat karib Rengganis.
“ Hai, mas Lingga.,” Kata Mirah..
“ Hallo Mirah. Wahh.. aku kira siapa. Hampir saja aku lupa.,” balasku dengan canda.
“ Ndak apa-apa mas. Hehe. Mas lingga ndak main-main ke jogja lagi to ? Rengganis kemarin sakit mas. Menginap di RS selama satu minggu.,” kata mirah.
“ Loh. Aku nggak tahu mir. Sakit apa dia ? kok tidak mengabariku selama beberapa hari ini. Kukira dia sedang sibuk denganmu.,” balasku dengan perasaan cemas.
“ Hhmm. Anu mas. Mungkin lebih baik kamu menemui dia lagi mas. Supaya jelas dan sekaligus menghibur dia.,” jawab mirah.
Aku pun terdiam setelah beberapa menit mengobrol dengan Mirah, sahabat karib Rengganis lewat media sosial. Aku semakin gelisah. Aku coba menghubungi nya lagi. Namun sia-sia.
Pagi harinya aku terbangun dengan mata sembab karena kurang tidur. Memikirkan Rengganis semalaman. Kulihat layar handphone-ku. Ada nama Rengganis disana. Tanpa berlama-lama aku langsung membuka pesannya.
“Selamat pagi Lingga., “ Katanya.
“Pagi juga. Hei, kamu kemana saja Re. Tidak memberiku kabar. Tidak membalas pesan-pesanku. Kamu baik-baik saja kan? Aku khawatir. Kata mirah kamu baru saja sakit.,” Ketikku panjang karena mencemaskannya.
“Nggak apa-apa Lingga. Aku hanya butuh istirahat saja. Tak usah khawatir ya. Aku juga rindu kamu.,” balasnya.
“Jangan lagi menghilang Re!.,” Tegasku.
“Hehehe. Lingga. Bolehkah aku bertanya.?”
“Apa Re?,” balasku dengan penasaran.
“Kalau aku tiba-tiba menghilang dan pergi. Apa yang akan kamu lakukan ?”
“Aku akan mencarimu. Kemana pun itu. Aku akan terus mencari hingga menemukanmu.,”
“Kalau aku meninggal ?”
“Jangan berbicara seperti itu Re. Pamali. Nggak akan mungkin terjadi, kan kamu masih muda. Kita akan sama-sama terus.,” kataku menyakinkan.
“Jawab dulu. Misalnya saja kok.” Balas nya.
Aku terdiam sejenak. Dan berfikir.
“Aku akan membawakan bunga paling indah untukmu.” Balasku dengan perasaan sedih.
Aku kembali menyendiri dikamar. Duduk termenung dikursi meja belajarku. Aku menunduk dan berfikir. Rengganis sudah berubah. Mungkin memang benar, dia tidak mempunyai rasa apapun untukku.
Jam dinding kamarku sudah menunjukkan larut malam. Kubaringkan tubuhku yang sudah lelah ini. Tak lupa kubaca doa sebelum tidur.
Saat aku sedang menyantap makanan tiba-tiba gigi gerahamku rontok, berjatuhan. Mendadak jadi kakek-kakek ompong tanpa gigi.
Astagaaa... Aku langsung terbangun dari tidurku. Berdiri didepan kaca untuk melihat gigiku. Ternyata semua hanya mimpi. Dengan jantung masih berdekup kencang, tiba-tiba terlintas firasat buruk. Aku takut akan ada kematian menimpa orang-orang yang aku sayang. Seperti kata orang tua jaman dulu, jika bermimpi tentang gigi copot adalah pertanda buruk. Ah ini kan hanya mimpi. Mimpikan bunga tidur saja. Aku rebahkan lagi tubuhku di kasur. Menatap langit-langit kamar dan berdoa semoga tidak ada hal buruk apapun.
***
Uang sisa jajan sekolahku sudah terkumpul lumayan banyak. Seperti janjiku, aku akan menemui Rengganis yang sudah beberapa minggu ini tidak mengabariku lagi. Aku akan pergi ke jogja tanpa sepengetahuan Rengganis.
Adzan subuh berkumandang. Aku bergegas mengambil air wudhu dan pergi ke mushola dekat rumahku. Aku berdoa semoga hari ini menjadi hari yang indah lagi seperti waktu pertama aku bertemu dengan dia. Aku sudah menyiapkan pakaian terbaikku. Mengenakan kemeja warna hitam dan kaos warna putih didalamnya. Kupadukan dengan celana jeans warna hitam seperti kala itu. Pagiku kali ini disambut dengan kabut dan hujan tipis-tipis. Dari semalaman aku sudah menyiapkan kata-kata tentang perasaan yang akan aku ungkapkan pada Rengganis.
Jam tanganku menunjukkan pukul 09.00 WIB. Kulihat diseberang jalan ada toko bunga. Kuputuskan untuk membeli bunga disana. Kubelikan bunga paling indah berwarna merah maroon, untuk kuberikan nanti sewaktu aku menyatakan perasaan ini. Diatas motor aku bergumam sendiri. Ah rasanya sudah tidak sabar. Aku teringat akan sesuatu hal. Jika kelak Rengganis yang akan menjadi kekasihku dan pendamping hidupku, akanku ajak dia mendaki gunung. Melihat bunga Edelwais. Simbol keabadian. Seperti perasaan ini yang akan abadi untuk dia.
Lagi-lagi cafe tempo ini menjadi tempat singgahku saat aku sampai di jogja. Kubuka handphone-ku tak ada pesan satu pun yang masuk. Aku mencoba menghubungi Mirah meminta bantuan dia untuk bertemu dengan Rengganis.
“Hai, Mirah. Sedang sibuk atau tidak ya ?” Ketikku.
“Ada apa mas Lingga. Sedang free kok.,” balas Mirah.
“Temui aku di cafe tempo ya. Aku sudah di jogja. Mau bertemu dengan Rengganis tapi belum tahu rumahnya. Hehehe.,” jawabku.
“Owalah.. iya mas ndak apa-apa. Tunggu sebentar yo mas.,” kata mirah.
Sambil menunggu mirah aku memesan kopi khas jogja. Kopi joss namanya.
Beberapa menit kemudian tiba-tiba ada suara yang mengagetkan ku.
“Doorr... Hallo mas Lingga. Hehehe. Maaf menunggunya lama. Macet soalnya mas.” Kata Mirah.
“Nggak apa-apa Mir. Terimakasih sudah mau direpotkan.” Jawabku.
“Yo ndak to mas. Biasa saja kok. Oiya.. mas Lingga ini belum pernah ke rumah Rengganis to?”
“Belum Mir. Dulu waktu bertemu hanya di cafe ini dan keliling kota saja. Rengganis sudah lama nggak kasih aku kabar. Apa dia sibuk banget ya ? “
“Hhhmm.. aku antar mas Lingga kerumahnya saja bagaimana mas ? “
“Wah. Boleh banget kalau begitu Mir.” Jawabku dengan semangat.
***
Sesampainya di rumah Rengganis. Aku terdiam. Bunga yang kupegang lepas dari genggaman. Terjatuh. Mata ku berkaca-kaca melihat perempuan yang sedang terbaring lemas dikasur. Dengan wajah yang pucat. Badan kurus. Rambut yang hampir habis. Tak terasa air mataku menetes. Aku mendekatinya. Kupegang tangannya. Dalam hatiku berkata, bukan seperti ini yang aku mau. Re.. Ayo sadar. Aku disini didepanmu, menepati janjiku untuk bertemu denganmu kembali. Ada rasa yang belum selesai Re. Kamu harus tahu perasaanku. Aku menunduk sambil terus memegang tangannya. Sesekaliku usap keningnya. Membayangkan tawanya. Jahilnya.
Tiba-tiba tangannya bergerak. Matanya terbuka.
“Lingga. Kamu disini.,” Kata dia dengan nada yang lemas.
“Iya Re aku disini. Aku menepati janjiku untuk kembali bertemu kamu. Kamu kenapa nggak bilang kalau kamu sakit. Tiba-tiba kamu menghilang begitu saja. “ jawabku sambil menatap matanya.
“Nggak apa-apa. Aku sehat. Cuma butuh istirahat saja kok. Maaf merepotkanmu.” Jawab dia lirih sambil tersenyum.
“Aku bawakan bunga buat kamu. Kamu sembuh ya. Kita jalan-jalan lagi. Melihat senja seperti waktu itu. Aku sayang kamu Re. Aku kesini buat kamu.” Ucap ku.
Air matanya menetes. Betapa sakitnya hati ini melihat perempuan yang kuharapkan baik-baik saja ternyata sedang melawan penyakitnya. Tak berdaya. Aku menyalahkan diriku sendiri. Betapa bodohnya aku, sampai tidak tahu akan hal ini. Seadainya saja pertemuanku dengan Rengganis sudah sejak lama. Akan kuhabiskan hari-hariku untuk membuatnya tersenyum. Akan kutemui dia setiap minggu.
Aku menatap kosong kamar Rengganis. Pikiranku melayang entah kemana. Bagaimana jika suatu hal buruk akan terjadi. Apa mencintaimu harus sesingkat ini. Aku tak sanggup.
Tiba-tiba aku mendengar suara tangisan. Aku yang tertidur di sofa rumah Rengganis langsung berlari ke arah kamar. Ibunya menangis sambil memeluk Rengganis. Badanku bergetar tak bisa mengucap kata apapun. Tangan dan kakiku lemas. Dadaku sesak. Air mataku sudah tak bisa ku bendung lagi, mengalir deras dipipiku. Tuhan, mengapa secepat ini. Aku pegang tangannya dengan erat. Mataku terpejam. Dalam hati aku berteriak sekencang-kencangnya. Rengganis, mengapa kau meninggalkanku. Meninggalkan perasaan yang tak pernah kau tahu. Maafkan aku Re...
***
20 Oktober 2012
Hari-hari kini kuhabiskan untuk merenung. Menyalahkan diriku sendiri. Hanya foto di handphone yang bisa mengobati rasa rindu ini. Kubuka kembali chat-nya. Percakapan singkat kita. Tanpa terasa menetes kembali air mata ku.
Rengganis. perempuan yang selalu mengisi hatiku. Seseorang yang masih berkutat di dalam hatiku yang selalu ingin kujumpai lagi. Sekarang, aku hanya duduk tersenyum, menikmati luka dengan sang senja. Sendiri. Tanpa kau disini. Tak akan kutemukan lagi perempuan sepertimu. Pundakku masih saja tidak sanggup menahan sedih. Memang semua akan berat tanpamu.
Aku menatap langit. Semoga kau juga sedang melihatku. Akan selalu kulangitkan doa-doaku untukmu.
Thanks for everything My best ever friend, someone special, Rengganis...
Selamat menyimpan rindu,
Aku ingin terus mendekapmu dengan lantunan doa,
Semoga bertemu kembali di keabadian...
Dituliskan,
Di semarang 16 Oktober 2020
4 notes · View notes
antheanovel · 7 years
Text
6
Ratna Sari mempersilahkan Isman duduk di sofa ruang tamu rumah kakaknya, dan dia pergi meninggalkan Isman untuk memanggil salah satu keponakannya.
Isman duduk sendiri diatas sofa panjang ruang tamu rumah almarhum Herman. Matanya memandangi seisi ruang tamu itu, melihat dari kejauhan dekorasi ruangan yang penuh sesak dengan barang antik dan berharga milik keluarga yang cukup kaya ini. Hiasan dinding berupa lukisan seorang ibu ibu bersanggul sedang menyusui seorang anak kecil dipangkuannya, lukisan 8 kuda berlarian dalam satu bingkai, tokoh pewayangan palasara, semar, dan tulisan Asmaul Husna menjadi simbol yang memanjakan mata tamu yang datang di rumah ini.
Meskipun rumah ini cukup besar dan memiliki dua lantai, rumah ini bahkan tidak memiliki satupun pendingin ruangan, meskipun begitu - ruang tamu rumah ini nampak begitu sejuk karena memiliki penataan tempat sirkulasi udara yang sangat baik.
Bagi Isman, rumah dan keluarga ini bukanlah hal asing bagi dirinya. Isman memiliki kedekatan dengan keluarga Herman, bagaimana-pun keluarga Herman dan Isman setahun sekali pergi berwisata bersama rombongan keluarga rekan kerjanya yang lain.
Isman cukup mengenal anak anak pak Herman, dan cerita tentang Suryandari - mantan istri Herman. Namun, ia begitu asing mendengar nama Ratna.
Kini ia mencoba dengan keras mengingat ingat lagi nama Ratna Sari - apakah sebelumnya Herman pernah bercerita kepadanya tentang wanita itu. Namun, dia begitu yakin bahwa Herman tidak pernah sekalipun menceritakan tentang Ratna Sari.
                                                   *****
Ratna Sari berjalan menuju kamar Deva. Kaki telanjang kisutnya berhenti di depan kamar keponakannya yang sudah berusia 25 tahun itu - tapi tak kunjung menikah.
"Deva..."
Tangannya mengetuk beberapa kali pintu kayu itu, namun tidak ada sahutan terdengar dari ruang dibalik pintu itu, daun pintu itu juga terkunci dari dalam. Usahanya begitu sia sia.
Ratna berlalu meninggalkan kamar Deva yang tetap terkunci rapat. Kaki kisut wanita menuju usia senja itu berjalan terus menyusuri lorong lantai atas rumah kakaknya, kedua kaki kisut itu ia langkahkan menuju kamar pribadi milik keponakannya, Anthea.
Pintu kayu kamar Anthea yang bercat putih itu juga tertutup. Tangannya mengepal dan memanggil keponakannya yang cantik itu.
"Anthea, ada tamu di bawah."
Terdengar dari jauh suara gemricik air jatuh ke lantai.
"Apakah lancang untuk ukuran seorang tante memasuki kamar milik keponakan wanitanya itu tanpa izin?" Gumam Ratna.
Tanpa memedulikan lancang atau tidaknya, salah satu tangannya sudah berada tepat memegang gagang pintu emas berbentuk bulat. Ratna memutar kearah berlawanan jarum jam. Wanita itu berjalan perlahan menuju arah datangnya suara gemricik air yang terus menerus jatuh ke lantai.
"Dek, ada tamu dibawah."
Anthea mendengar suara lembut wanita dari balik kamar mandinya, dan menutup kran air shower kamar mandinya.
"Iya tante? Tamu siapa?" Suara Anthea menggema di dalam kamar mandinya.
"Katanya - namanya Isman, teman kerja papamu."
Beberapa detik keheningan muncul dari sudut ruang kamar tidur Anthea.
"Mas Isman!? Ada apa lelaki itu kesini?" Tanya Anthea menggerutu dalam hati.
Beberapa detik keheningan menguap dari balik pintu kamar mandi.
"Ada perlu apa mas Isman kesini tante?" Tanya Anthea kepada lawan bicara dibalik kamar mandinya.
"Katanya dia mau mengembalikan barang barang milik papamu yang ada di pabrik dek."
"Iya sudah tante, nanti aku temui dia."
"Iya. Tante bikin kopi hangat dulu ya untuk Isman." Ratna berjalan menjauhi kamar mandi Anthea ketika anthea membalas - iya.
Ratna berjalan melewati sebuah kotak kayu berukiran rumit diatas meja yang berisi beberapa buku perkuliahan Anthea.
                                               *****
Anthea yang mengenakan pakaian berbahan kain sutra berwarna putih pemberian papanya - menemui sosok lelaki menuju dewasa yang kini duduk menunggunya di ruang tamu.
"Maaf mas Isman lama nunggunya, saya baru selesai mandi." Katanya dengan senyum mengembang.
"Oh iya silahkan diminum kopinya mas." Imbuhnya.
"Terimakasih mbak Anthea." Kata Isman sembari menyeduh kopi yang masih menguap mengeluarkan semerbak harum kopi yang disuguhkan kepadanya.
"Kata tante Ratna, mas Isman mau mengembalikan barang punya papa?"
Suara Anthea sontak membuatnya tersentak ketika mulutnya bertemu dengan mulut cangkir kopi yang menguap hangat.
"Oh iya, sebentar mbak." Isman merogoh isi tas jinjing yang ia bawa.
Anthea duduk tepat berhadapan dengan Isman yang sibuk mengeluarkan beberapa pakaian, dan sebuah buku bersampul kulit berwarna coklat.
Isman menyerahkan semua barang milik Herman kepada Anthea - sesuai dengan isi pesan itu. Kemudian suasana begitu kalut ketika dia mulai menceritakan buku bersampul kulit itu kepada Anthea. Mata Anthea seketika menjadi sembab genangan air mata yang mengalir deras-dari samping kedua bola mata indahnya. Isman mencoba memberi waktu yang cukup untuk diam dan membiarkan Anthea menangis tersedu didepannya. Sepertinya, kedua tangan Isman begitu gemas melihat gadis ayu itu menangis, rasanya dia ingin berpindah tempat disamping gadis itu dan memberikan luas pundaknya untuk membiarkan kepala Anthea tertunduk lemas sembari tangannya menyeka air mata Anthea.
"Apa aku harus menceritakan juga kepada mas Isman tentang kotak kayu yang kutemukan pagi ini." Gumam Anthea yang tersedu dalam tangisan.
Mata Anthea memandangi wajah Isman yang menunduk dengan begitu dingin, pikirannya melayang layang memillih pilihan pilihan dan jauh menyeberang ke depan, menelisik semua resiko yang akan dia hadapi jika ia memberitahukan apa yang sesungguhnya telah ia jumpai pagi ini atau dia hanya diam membatu membiarkan Isman pergi tanpa mengatahui yang telah ia alami.
"Mas Isman..."
Isman mendongakkan kepalanya - setelah mendengar suara lirih dari gadis didepannya.
"Saya ingin memberi tahu sesuatu kepada anda."
"Memberitahu tentang apa mbak?"
"Sebelum saya memberitahu, mas Isman cukup memanggil saya Anthea saja tanpa mbak ya." Kata Anthea dengan sedikit ketawa manisnya.
Isman menuruti keinginan Anthea.
"Iya, Thea."
Pipi bulat Anthea memerah mendengar Isman memanggilnya - thea - panggilan kesukaannya sewaktu kecil.
"Mas Isman tunggu sebentar, ada yang perlu saya ambil."
Anthea berlalu meninggalkannya seorang diri. Mata Isman begitu berat untuk menahan kantuk pagi ini, ia ingin segera pergi pulang seperti yang ia inginkan - sebelum masuk ke rumah ini, namun molek wajah Anthea membuat matanya tidak sedetikpun ingin berpaling memandanginya, dan mengurungkan keinginannya untuk segera pulang.
Anthea kembali menemui Isman di ruang tamu dengan membawa sebuah kotak kayu. Anthea meletakkan kotak kayu itu tepat didepan mata Isman.
"Kotak apa ini Thea?" Kata Isman yang terus memandangi setiap sudut dan detil kotak kayu berukiran rumit ini.
Isman kini semakin bingung memahami kerumitan keluarga ini, serumit ukiran kotak kayu itu.
"Jadi begini mas ceritanya. . ."
Anthea membuka kotak kayu itu, dan mengeluarkan dua carik kertas dari kotak itu lalu menjelaskan semua yang telah terjadi kepadanya. Anthea menguasai seluruh jalan cerita yang ia terangkan kepada Isman yang menempatkan tangan menutup dagu lancip sempurnanya.
Mata Anthea berpendar - pendar dan  senyum manis pemikatnya mengembang dari bibirnya.
"Apa yang bisa aku lakukan untuk kamu?"
Perubahan ucapan Isman - saya menjadi aku dan anda menjadi kamu - menambah keintiman diantara mereka .
"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Semua teka teki ini tidak memiliki petunjuk lain." Gumam Anthea dengan raut layu.
Tangan Isman menyentuh pelipis kepalanya, ketika ia berpikir untuk menggabungkan ketiga petunjuk yang telah mereka miliki.
"Ketiga petunjuk ini jelas menunjukkan kepada kita untuk mencari semua apa yang telah ditinggalkan untukmu, Thea. Aku tidak yakin, apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu, papamu hanya berpesan - bahwa aku harus mengembalikan buku ini dan menemanimu menemukan peninggalannya - maksudku, buku inilah yang papamu tinggalkan. Dan aku telah mengantarkannya pulang kepadamu."
Anthea terdiam beberapa saat diiringi raut wajahnya yang tiba tiba kusut.
"Mungkin benar, buku ini adalah bagian dari yang papaku tinggalkan. Tapi, bagaimana kalau buku ini adalah. . ."
Suara parau terbatuk batuk Deva terdengar jelas mendekat kearah mereka - ketika Anthea belum menyelesaikan semua yang ingin ia terangkan.
Tangan Anthea dengan cepat memasukkan kembali dua carik kertas itu kedalam kotak kayunya, dan mengambil buku pemberian Isman kepadanya - kemudian ia selipkan seluruh petunjuk itu tepat dibelakang punggungnya.
Isman dengan seluruh kesopanannya yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya, seketika berdiri dan menengadahkan tangan kanannya ke arah Deva yang berada di sebelah kirinya.
"Loh, Isman. Kok tumben pagi pagi sudah kesini?" Kata Deva seperti sebuah gertakan dan sebuah jabatan tangan kaku disertai seringai mata tajam memandangnya.
Anthea terduduk kaku menelan ludah diseberang Isman yang berdiri, dan mengharapkan sebuah keajaiban untuknya agar dia bisa menyimpan semua petunjuk yang telah didapatkan.
Degup jantung Anthea berpacu kencang ketika suara parau dahak yang tertahan di kerongkongan Deva itu menyeruak di ruang tamunya, suara yang lebih mirip  lengkingan suara kucing jantan yang sedang beradu.
Salah satu mata Anthea langsung mengedip kearah Isman, yang sontak membuat Isman memahami dengan cepat tentang maksud kontak mata dari Anthea itu dan sikap gelagapan Anthea ketika suara parau itu datang memotong pembicaraan Anthea.
"Iya ini tadi ngembaliin pakaian Pak Herman mas." Dengan mata yang sedikit memandang ke arah Anthea duduk.
Anthea bernapas sedikit lega ketika Isman tidak menceritakan tentang kotak kayu maupun buku yang baru saja dia sembunyikan.
"Saya pamit pulang dulu." Kata Isman yang ingin segera mengakhiri sesi pertemuan tidak terduganya kali ini.
"Oh iya iya terimakasih Isman. Mari saya antar ke depan rumah." Jawab Deva dengan suara kebijakannya.
Anthea memasang muka ramah dan tersenyum memandangi kedua lelaki itu dan berusaha tetap duduk untuk mencari celah menyembunyikan buku dan kotak kayu itu.
Deva berjalan kearah pintu keluar rumah ketika Anthea merapikan pakaian dan dengan cekatan - kedua tangannya menyelipkan buku serta kotak kayu itu didalam lipatannya.
Anthea berjalan menyusul kedua lelaki itu yang kini berada di beranda rumahnya.
"Hati hati dijalan mas Isman. Terimakasih sudah mengantarkan pakaian milik papa." Jawab Anthea dengan senyum yang terpaksa ia kembangkan.
Suara deru mobil Isman menyala, dan lelaki berparas rupawan seperti bangsawan jawa itu berjalan meninggalkan rumah Anthea.
Tanpa menaruh curiga apapun, Deva masuk kedalam rumah dan meninggalkan adiknya. Seiring hilangnya langkah kaki Deva, Anthea menarik ulur nafasnya, kini dia benar benar merasa lega karena tidak sedikit pun Deva menaruh curiga dari gerak gerik gelagapnya.
Detak jam terus bergulir di kamis pagi 21 Agustus 2017. Hari baru yang tepat di tahun baru 1439 Hijriah ini seakan menjadi hari hari baru yang akan dilaluinya tanpa adanya sang papa- Herman. Hari hari baru yang ia temui bersama lahirnya kebingungan kebingungan tentang apa yang telah papanya tinggalkan kepada Anthea.
Anthea berjalan menuju kamar tidurnya bersama dengan lipatan buku yang didalamnya telah ia selipkan buku serta kotak kayu yang berhasil ia sembunyikan dari seringai mata sang kakak yang beringas itu.
Sejak kematian papanya kemarin pagi, Deva nampak begitu menakutkan bagi Anthea. Seringai mata, suara parau dan seluruh gerak gerik Deva seperti sebuah tarikan menakutkan baginya.
Anthea mengunci rapat kamar tidurnya, berharap sang kakak atau siapapun tidak akan menggangunya untuk pagi ini. Dia berjalan menuju  ranjangnya.
Ia letakkan seluruh pakaian milik Herman diatas ranjangnya, dan mulai membuka kembali lipatan pakaian itu - serta mengambil kembali buku serta kotak kayu itu
Matanya tercekat kaku memegang buku bersampul cokelat beserta kotak kayu yang didalamnya berisi dua carik kertas wasiat papanya, atau sebuah petunjuk - kata Isman.
Anthea menguncir rambutnya yang sebahu itu. Jemari tangannya yang mungil mulai membuka satu persatu halaman buku yang ia dapatkan dari Isman pagi ini.
Meskipun Isman menceritakan sebagian isi buku ini, namun hatinya menuntun Anthea untuk menilisik sendiri tulisan tangan milik papanya itu.
Anthea begitu tenang ketika membaca tulisan tangan milik papanya, serasa sang papa seperti sedang bercerita langsung tepat disampingnya. Lembaran demi lembaran dia lewati, tetes matanya tidak mampu ia tahan ketika ia terus menerus membaca tulisan tangan milik papanya.
"Aku harus menghubungi mas Isman." kata Anthea berbisik kepada dirinya sendiri.
Anthea membuka smartphone miliknya, membuka kembali aplikasi WhatsApp di smartphone-nya. Jemari Anthea menari nari diatas layar edge berukuran 5,5 inci itu.
"Mas Isman, aku sudah membaca beberapa halaman buku ini. Aku berharap kita bisa bertemu lagi."
Layar di smartphone-nya meredup, ia pindahkan kembali pandang matanya pada buku tulisan tangan Herman. Matanya kaku ketika kini ia melihat sebuah tulisan di halaman menuju akhir buku ini.
Jika kamu membaca tulisan ini, maka lompatlah menuju halaman terakhir.
Tangannya gemetar, seluruh tubuhnya begitu dingin, keringat sebesar jagung jagung bercucuran deras. Dia terus membuka lembar demi lembar kosong hingga akhirnya jemari terhenti pada sebuah kalimat panjang yang menakjubkan matanya.
Tubuhnya lunglai kaku, hatinya tersayat pilu melihat tulisan yang tulus dari hati papanya begitu tersirat indah untuk dibacanya berulang ulang.
Aku harus menemui Isman segera
Suara itu menggema dari dalam batin Anthea. Tangannya menutup rapat buku bersampul cokelat itu dan mengambil sebuah tas jinjing berwarna merah miliknya.
Aku harus bisa pergi dari rumah ini tanpa sepengetahuan Deva!
Suara lirih lagu Di Wajahmu Kulihat Bulan yang dinyanyikan ulang oleh Ridho dan Dimas Mr Sonjaya mengiringi gerak lunglai tangannya yang mulai memasukkan buku, serta kotak kayu kedalam tas jinjingnya.
Matanya memandang luas seisi kamarnya, memikirkan semua hal yang akan ia temuinya sesaat lagi.
Bersambung
0 notes
lexswift · 7 years
Text
Toko GreenWallpaper | Jual wallpaper dinding rumah berkualitas dengan harga yang murah
Greenwallpaper – Walpaper dinding murah menjadi buruan bagi para pecinta desain interior rumah unik dan elegan.  Wallpaper dinding memberikan keuntungan untuk mempercantik ruangan anda menjadi lebih unik dan tampil lebih trendi serta kekinian. Selain itu juga beberapa motif pemandangan pada wallpaper dinding bisa membuat ruangan anda lebih asri dan berkesan lebih luas dari sebelumnya.  Hiasan dinding dengan wallpaper juga akan membuat ruangan anda menjadi lebih harmonis dan berkesan hangat dan penuh semangat.
Beberapa motif serta gambar wallpaper dinding yang bisa memberikan kenyamanan antara lain seperti motif pemandangan alam yang sangat cocok untuk anda letakan di ruang tamu, kamar tidur, ruang santai maupun pavilion anda. Anda juga bisa menggunakan wallpaper pamandangan lorong kastil untuk dinding pada tangga anda sehingga membuat anda berada di lorong kastil dan lebih menarik serta unik.
Sebagian orang ada yagn berpendapat untuk menggunakan wallpaper dinding dengan motif yang ramai untuk menghemat dana karena akan tampak lebih menarik. Sayangnya pendapat itu tidak semuanya benar, penggunaan wallpaper dengan motif yang ramai ini harus disesuaikan dengan ukuran ruangan maupun tema dari ruangan tersebut. Penggunaan motif yang ramai pada ruangan yang tidak terlalu luas justru akan membuat ruangan tersebut menjadi berkesan lebih sempit dan terlihat sumpek. Jika anda ingin menggunakan motif ramai anda harus memperhatikan ukuran dari motif tersebut, usahakan menggunakan ukuran dari motif yang sedang atau besar sehingga berkesan tidak terlalu padat yang menyebabkan ruangan anda terlihat lebih sempit.
Penggunaan warna wallpaper juga harus sesuai dengan warna interior maupun warna dominan ruangan anda. Terkecuali anda ingin lebih menampilkan wallpaper sebagai sebuah lukisan dinding yang dominan. Untuk mempercantik dinding rumah anda, pilihlah wallpaper yang bertekstur. Usahakan dalam memasang wallpaper anda menggunakan jasa orang yang telah terbiasa untuk memasang wallpaper sehingga bentuknya lebih simetris dan tampil sesuai dengan yang diharapkan.
Pesan sekarang juga wallpaper dinding murah yang berkualitas di toko wallpaper online greenwalpaper.
0 notes
obveznica · 7 years
Text
2. Waktu Sejenak
.
.
.
"... permisi? Ada apa ya?" tanya gadis itu sambil mengangkat sebelah alisnya.
Saif menoleh ke Dimas, meminta penjelasan. Dimas sendiri bingung sampai membuat dahinya berkerut.
"Ini ... kamar nomor 10M 'kan?" tanya Dimas.
"Iya. Ada apa?" jawabnya langsung.
"... siapa yang menempati kamar ini?"
"Saya sendiri. Memangnya kenapa?"
Dimas menahan napas. Ia menoleh kepada Saif yang sedari tadi menyimak Dimas.
"Eh tapi ... maaf, tapi teman saya ini akan menempati kamar di dalam."
"...."
"........"
"...."
Suara Dimas yang memelan begitu mengucapkan kata 'dalam' membuat kesunyian selama beberapa menit.
"....."
"......."
"... Ada satu kamar kosong. Temanmu bisa tinggal di sana," ujar gadis itu memecah keheningan.
Dimas mengambil napas setelah ia merasa dirinya menjadi manekin selama beberapa menit. Sementara Saif tertegun sambil memperhatikan gadis itu. Ia memiliki rambut pendek messy berwarna hitam dengan ombre cokelat gelap di tiap ujung rambutnya. Tingginya tidak seberapa dengan Saif yang memiliki tinggi sekitar 178 senti, sehingga tinggi gadis itu kira-kira hanya seleher dirinya. Sepertinya ia mau keluar untuk urusan tertentu.
Mata cokelat gadis itu menoleh kepada Saif, menyadari dirinya sedang diperhatikan. Saif tertegun dan memberi senyum singkat yang canggung—karena merasa gadis itu memergokinya.
Gadis itu hanya mengangguk. Namun ia tidak membalas senyumannya.
"Duh, bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan pada Pak Rahman?!" Dimas berbisik panik. "tapi ... tunggu! Aku sudah tanya-tanya sama penyewa kamar ini kalau kamar ini oke...,"
"Hm, memang oke. Sudah tanya apa saja?" tanya gadis itu.
"Eh pertanyaannya umum-umum saja. Kata penyewa memang ada mahasiswa lain yang juga menempati kamar ini. Tapi aku tidak menyangka ternyata mahasiswa itu...," jawab Faris. "maksudku—! Masa, apartemen mahasiswa yang bagus begini—!" ia menarik napas, berusaha memikirkan kata yang pas. "Tapi kenapa bisa terjadi kesalahpahaman begini?!"
"Bahwa tanpa sengaja dua mahasiswa berbeda jenis kelamin ditempatkan dalam satu kamar yang sama, ya?" ujar gadis itu menarik kesimpulan. "memang sih, hal ini nantinya bakal repot. Tapi sekarang bukan kesalahan siapa-siapa kan?"
Faris mengangguk. Saif juga ikut mengangguk.
Gadis itu menghela napas dan dengan cueknya ia memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua dan berjalan menuju koridor. "Simpan saja dulu tasnya di dalam. Lalu coba ke kantor bawah untuk dibicarakan sama pengelolanya."
Langkah kaki itu berhenti, dan ia menghampiri Saif.
"Ini kunci kamarnya."
Saif menerima kunci kamar yang dijatuhkan gadis itu ke telapak tangannya. Kemudian gadis itu memunggunginya dan terus berjalan hingga menuju lift.
.
.
.
SETELAH Dimas berkali-kali minta maaf karena membuat Saif mendapatkan hal yang tak terduga, Dimas pergi ke bawah sesuai saran gadis itu. Sebelum Dimas pergi, ia menawarkan Saif untuk membeli keperluannya di minimarket. Saif tidak meminta banyak, hanya meminta dibelikan beberapa roti karena tidak mau merepotkan Dimas. Toh peralatan dasar seperti handuk dan sikat gigi sudah ia bawa.
ketika Dimas hilang dari pandangannya, Saif membuka pintu sambil menyeret kopernya. Ternyata terdapat dua pintu kamar yang terletak tepat di depan Saif berdiri. Kedua pintu itu berwarna putih gading. Dan pintu kamar sebelah kanan yang ditempeli beberapa notes pengingat berwarna merah muda tentu bukan kamarnya. Di sebelah kiri Saif terdapat perabotan dapur sederhana seperti kompor listrik, rak, laci, dan juga disediakan kulkas.
Saif mengambil kunci dan ia pun memasuki kamarnya. Di dalamnya kamar itu cukup luas dengan tekstur kayu cokelat tua yang melapisi lantai. Juga tersedia sebuah meja dan kursi, lemari, dan rak buku berwarna putih yang berbentuk ramping seperti batang kayu. Tempat tidur dilengkapi dengan selimut dan Saif mendapati jendela kamar yang berukuran besar dan dapat digeser hingga Saif dapat ke luar, tepatnya ke balkon kamar.
Dan bagian yang membuat Saif cukup lega adalah tersedianya kamar mandi pribadi di kamarnya. Kalaupun pada akhirnya Saif harus sekamar apartemen dengan gadis itu—eh, privasinya pun terjaga. Ia cukup menghabiskan waktunya di kamar dan hanya berpapasan dengannya di ruang dapur untuk mengambil makanan.
Setelah sempat melaksanakan salat Asar, Saif langsung menghempaskan dirinya di atas tempat tidur. Ia memandang warna langit-langit kamar yang berwarna krem dan hanya terdiri dari satu lampu. Perlahan-lahan kelopak matanya menutup. Iya, ia harus istirahat.
Tak apa, sebentar saja...
.
.
.
"Saif, apa kamu tahu? Bahwa dulu—sebelum tembok perbatasan Gaza itu muncul—kamu sebagai anak laki-laki Palestina diharuskan untuk menjelajahi Palestina ini dengan kakimu sendiri. Kamu harus mengenal setiap bentuk, relief, bentang alamnya, dan mengenali orang-orang yang tinggal di tanah air kita dengan damai dan penuh syukur. Ah ... jika saja kita dilahirkan beberapa tahun sebelum mimpi buruk itu terjadi, aku akan mengajakmu menjelajah tanah air kita. Setelah itu, tentu kita akan bersama-sama mengelilingi dunia!"
.
.
.
TOK tok.
Suara pintu.
Tok tok.
Siapa?
Tok! Tok!
Sekarang suara itu terdengar lebih keras.
Saif bangun perlahan dan mendapati suasana kamarnya gelap. Ia kemudian menoleh ke jendela yang sudah menunjukkan langit malam dengan lampu-lampu bangunan serta lampu kendaraan yang berkedip-kedip. Saif meraih ponsel dan waktu menunjukkan angka 18:30.
Oh iya. Aku sekarang tidak di rumahku di Gaza.
Ia pun menegakkan tubuhnya dan berjalan menuju pintu dan membukanya. Tampak gadis itu yang (mungkin) akan menjadi teman sekamar apartemennya. Gadis itu membawa kantong belanja yang sepertinya ditunjukkan untuk dirinya.
"Maaf telah membangunkanmu. Tapi ini dari temanmu tadi sore. Ia tidak mau mengganggumu yang sedang istirahat," ujar gadis itu sambil menyerahkan kantong belanja dari supermarket.
Saif mengangguk. "Terima kasih. Dan ...,"
"Temanmu sudah bilang permasalahan ini sama pengelola di bawah. Mereka bilang akan diusahakan akan beres besok," lanjut gadis itu.
"... siapa namamu?" tanya Saif.
"...," gadis itu terhenti sesaat. kemudian ia pun menjawab, "Lavani."
"Namaku Saif."
"Ah ... baik Kak Saif. Aku mau ke kamarku dulu. Istirahatlah yang cukup." Lavani mengangguk dan ia membuka pintu kamarnya, masuk.
Saif memandang pintu kamar Lavani. Sepertinya dia gadis yang cukup pendiam dan tidak mau berbicara terlalu banyak. Ya, itu wajar saja karena ia adalah pria yang mungkin akan menjadi teman apartemennya ... nanti? Mungkin gadis itu canggung. Begitu juga dengannya. Saif berharap ia mendapat kejelasan tentang kamarnya besok. Itu sebabnya ia masih belum menata baju-bajunya yang masih tersimpan rapi di koper.
Saif meletakkan beberapa minuman dingin yang dibelikan Dimas di kulkas. Tampak di dalam kulkas sudah ada beberapa minuman dingin milik gadis itu. Tentu ia harus berbagi tempat dengan gadis itu. Kemudian Saif membawa sisa dari kantong belanjanya ke dalam kamar. Isinya cukup banyak. Ada roti berbagai rasa, kue, dan makanan ringan.
Saif pun memakan beberapa buah roti dan mengecek kabar di smartphone. Beberapa pesan dari adiknya ketika ia tidur dan dari teman-temannya dari stasiun Radio di Gaza. Ia membalas satu persatu pesan tersebut sambil menghabiskan roti untuk makan malamnya...
Tunggu sebentar—bukankah Tariq akan menemuinya di kafe dekat lobby nanti untuk makan malam bersama?
Saif menelan rotinya yang belum sempurna ia kunyah. Nyaris saja ia lupa! Segera ia melihat jam. Ah, masih belum waktu Isya. Masih ada waktu untuk bersiap-siap. Saif segera menyelesaikan makan rotinya dan menaruh makanannya di meja. Ia membuka koper untuk mengambil handuk dan pakaian. Bergegas ia mandi dan juga sekaligus menyegarkan diri.
.
.
.
DARI luar, kafe itu tampak terlihat elegan dengan sinar lampu yang redup namun sangat pas dengan suasana. Di dalamnya, kafe itu bernuansa modern namun terkesan natural dengan adanya warna putih dengan aksen kayu yang terdapat di lantainya dan perabotannya yang berupa kursi dan meja panjang yang terbuat dari kayu berwarna muda. Di bagian dinding yang paling panjang terdapat hiasan hijau yang membentuk kubus-kubus timbul satu sama lain. Saif memilih duduk di salah satu kursi hitam, dengan tiga kursi lain yang dekat dengan meja kayu bundar.
Setelah menunggu beberapa menit, Tariq akhirnya muncul dan ia menghampiri meja. Saif pun berdiri dan memberi pelukan erat lagi dengan Tariq sebelum mereka berdua duduk.
"Saif, akhirnya kamu datang juga! Kukira kamu lupa sehingga aku harus menjemputmu ke kamar apartemenmu," ujar Tariq memulai pembicaraan dalam bahasa Arab.
"Memang kamu tahu nomor kamarku?" gurau Saif.
"Tentu saja tidak." Tariq tertawa kecil, diikuti Saif.
"Oh iya," Tariq memajukan posisi kursinya yang berhadapan langsung dengan Saif. "Bagaimana?"
"Hm, apa?" tanya Saif.
"Kesan pertamamu."
"Ah ... mengenai tempat tinggal baru...?" Saif sedikit ragu apakah ia akan menceritakan 'insiden' kecil itu kepada Tariq. "Tempatnya cukup nyaman kok. Yang kusukai adalah tidak adanya kemungkinan pesawat yang menembak apartemen."
Tariq tersenyum kecil.
Ia mengenal baik Tariq, namun tidak terlalu dekat. Usia Tariq berjarak empat tahun dari Saif dan ia pun sudah lama lulus kuliah S1. Sebagai lulusan ilmu sejarah, ia mengambil pekerjaan sebagai guru. Selain itu ia juga mengambil pekerjaan sampingan sebagai tour guide para relawan internasional dan pengantar paket. Keadaan ekonomi yang sulit di Gaza membuat ia harus bekerja lebih, karena ia memiliki tanggungan anggota keluarga cukup banyak semenjak ayahnya meninggal. Ia sering mengantar paket domestik ke rumah Saif dan sering mendapat jamuan dari ibu Saif yang ... penasaran dengan saudara perempuannya!
"Aku dengar kamu dapat teman sekamar, ya? Aku mendapat teman sekamar mahasiswa lokal dan ia belajar hubungan internasional. Lumayan buat teman berdiskusi," cerita Tariq. "kamu bagaimana?"
"Sayangnya ... aku mendapat teman sekamar yang lumayan sulit," jawab Saif mengangkat bahu. "kami belum sempat berkenalan lebih lanjut. Ia baru saja pulang dan masuk kamarnya."
Saif mencoba menjelaskan situasinya tanpa bermaksud berbohong kepada Tariq. Ia hanya tidak memberikan detail yang lebih lanjut. Toh nanti ia bakal pindah kamar, kan? Semoga masalah kamar ini selesai besok, dan ia dapat berbicara lebih nyaman kepada Tariq tanpa menutupi detail yang lain di hari ke depan.
Tariq menatap Saif tepat di matanya, dan ia memilih tidak berkomentar lebih lanjut. Tariq kemudian memanggil pelayan yang membawakan daftar menu.
Saif merasa tak nyaman karena ia tidak membawa uang lebih. Tariq yang seolah bisa membaca kegelisahan Saif pun tertawa, bilang bahwa ia akan mentraktir Saif sebagai perayaan kecil-kecilan sebagai tanda mereka telah sampai di Indonesia dan memulai untuk membuka lembaran baru. Apalagi mereka sama-sama dari Gaza, tentu pertemanan mereka dapat lebih erat karena mereka berasal dari tempat tinggal yang sama, dan mendapat kesempatan belajar yang sama di Indonesia. Sembari menunggu pesanan makanan datang, mereka mengobrol mengenai kehidupan sehari-hari di Gaza.
.
.
.
SEHABIS Saif selesai makan malam bersama—tentu Saif membayar setengah harga makanannya karena ia merasa tidak enak ditraktir—ia menaiki lift bersama Tariq dan berpisah dengannya begitu lift tiba di lantai 10.
Dalam perjalanan Saif ke kamar apartemen 'sementaranya', ia merasakan sesuatu bergetar di sakunya. Ternyata itu smartphone-nya. Saif yang penasaran segera mengecek siapa yang mengirim pesan. Ia nyaris tak berkedip begitu tahu bahwa Pak Abdul Rahman yang mengirim pesan.
Kabar apa yang membuat beliau mengirim pesan langsung kepadaku? Batin Saif. Pak Rahman bukan hanya penjemput tertua yang muncul di bandara tadi siang. Tapi ia semacam koordinator untuk urusan beasiswa dan mengurus detail administrasi. Jadi menurut Saif, ia orang penting.
Apa beliau sudah tahu mengenai permasalahan penempatan kamarku?
Paragraf pertama dalam pesan itu membenarkan prediksi Saif.
[Assalamualaikum Saif, aku sudah mendapat kabar mengenai masalah penempatan kamarmu itu. Karena sudah terlanjur terjadi dan ada hal-hal lain di luar kuasa saya, kamu untuk sementara tinggallah di sana. Setidaknya untuk satu semester. Usahakan tidak banyak orang yang tahu mengenai hal ini. Cukup aku, Dimas, dan teman sekamar apartemenmu. Oh iya, Tariq juga sudah tahu mengenai kondisimu karena aku sudah memberitahunya. Fokus saja menimba ilmu di Indonesia. Waalaikum salam.]
Saif merasa dirinya mematung selama beberapa menit. Ia juga merasa bersalah tidak jujur sepenuhnya kepada Tariq saaf di kafe.
Ah, sudah diputuskan. Malam ini ia akan membereskan dan menata semua pakaiannya ke dalam lemari.
.
.
.
0 notes
cetakanbatikworld · 1 year
Text
PALING DETAIL!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Distributor Batik Cap Couple di Pacitan
KLIK https://WA.me/6282133271158, Bikin Batik Cap Sogan di Kabupaten Bandung Barat, Tempat Pembuatan Batik Cap Semarangan di Garut, Produsen Batik Cap Sleman di Tasikmalaya, Supplier Batik Cap Soft di Ciamis, Toko Cetakan Batik Cap di Kuningan
Sumber Larees Canting
Kota Pekalongan Jawa Tengah ( Dekat Stasiun Kereta Api Pekalongan )
Langsung Hubungi WA 0821-3327-1158
PESAN SEKARANG!!! KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158 KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158 KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
JualTempatHiasanDinding, #PembuatanWayangKulitHiasanDinding, #PengrajinHiasanDindingCustom, #PenjualHiasanDindingElegan, #AlamatTokoHiasanDindingJadul, #DaftarHargaHiasanDindingModern, #DimanaBeliHiasanDindingMewah, #GrosirHiasanDindingOnline, #TokoHiasanDindingWayang, #TokoJualHiasanDindingYangBagus
Jasa Pembuatan Hiasan Dinding Kelas, Pesan Hiasan Dinding Kamar Tidur, Harga Aneka Hiasan Dinding, Jual Hiasan Dinding Tulisan, Pembuatan Hiasan Dinding Unik, Pengrajin Hiasan Dinding Vintage, Penjual Hiasan Dinding, Alamat Toko Hiasan Dinding Rumah Minimalis, Daftar Harga Kreasi Hiasan Dinding, Dimana Beli Kerajinan Hiasan Dinding
0 notes
cetakanbatikworld · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
PALING DETAIL!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Distributor Batik Cap Couple di Pacitan
KLIK https://WA.me/6282133271158, Bikin Batik Cap Sogan di Kabupaten Bandung Barat, Tempat Pembuatan Batik Cap Semarangan di Garut, Produsen Batik Cap Sleman di Tasikmalaya, Supplier Batik Cap Soft di Ciamis, Toko Cetakan Batik Cap di Kuningan
Sumber Larees Canting
Kota Pekalongan Jawa Tengah ( Dekat Stasiun Kereta Api Pekalongan )
Langsung Hubungi WA 0821-3327-1158
PESAN SEKARANG!!! KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158 KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158 KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
JualTempatHiasanDinding, #PembuatanWayangKulitHiasanDinding, #PengrajinHiasanDindingCustom, #PenjualHiasanDindingElegan, #AlamatTokoHiasanDindingJadul, #DaftarHargaHiasanDindingModern, #DimanaBeliHiasanDindingMewah, #GrosirHiasanDindingOnline, #TokoHiasanDindingWayang, #TokoJualHiasanDindingYangBagus
Jasa Pembuatan Hiasan Dinding Kelas, Pesan Hiasan Dinding Kamar Tidur, Harga Aneka Hiasan Dinding, Jual Hiasan Dinding Tulisan, Pembuatan Hiasan Dinding Unik, Pengrajin Hiasan Dinding Vintage, Penjual Hiasan Dinding, Alamat Toko Hiasan Dinding Rumah Minimalis, Daftar Harga Kreasi Hiasan Dinding, Dimana Beli Kerajinan Hiasan Dinding
0 notes
cetakanbatikworld · 2 years
Text
SUPER PROMO!!!, WA/Call  0821-3327-1158, Bikin Batik Cap Blouse di Banjarmasin
SUPER PROMO!!!, WA/Call  0821-3327-1158, Bikin Batik Cap Blouse di Banjarmasin KLIK https://WA.me/6282133271158, Pengrajin Batik Cap Pekalongan di Yogyakarta, Penjual Batik Cap Pastel di Cibinong, Pesan Batik Cap Papua di Sukabumi, Harga Jual Batik Cap Solo di Cianjur, Pembuat Batik Cap Semut di Kabupaten Bandung Sumber Larees Canting Kota Pekalongan Jawa Tengah ( Dekat Stasiun Kereta Api…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
cetakanbatikworld · 1 year
Text
PALING DETAIL!!!, WA/Call  0821-3327-1158, Distributor Batik Cap Couple di Pacitan
PALING DETAIL!!!, WA/Call  0821-3327-1158, Distributor Batik Cap Couple di Pacitan
KLIK https://WA.me/6282133271158, Bikin Batik Cap Sogan di Kabupaten Bandung Barat, Tempat Pembuatan Batik Cap Semarangan di Garut, Produsen Batik Cap Sleman di Tasikmalaya, Supplier Batik Cap Soft di Ciamis, Toko Cetakan Batik Cap di Kuningan
Sumber Larees Canting
Kota Pekalongan Jawa Tengah ( Dekat Stasiun Kereta Api Pekalongan )
Langsung Hubungi WA 0821-3327-1158
PESAN SEKARANG!!! KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158 KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158 KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
#JualTempatHiasanDinding, #PembuatanWayangKulitHiasanDinding, #PengrajinHiasanDindingCustom, #PenjualHiasanDindingElegan, #AlamatTokoHiasanDindingJadul, #DaftarHargaHiasanDindingModern, #DimanaBeliHiasanDindingMewah, #GrosirHiasanDindingOnline, #TokoHiasanDindingWayang, #TokoJualHiasanDindingYangBagus
Jasa Pembuatan Hiasan Dinding Kelas, Pesan Hiasan Dinding Kamar Tidur, Harga Aneka Hiasan Dinding, Jual Hiasan Dinding Tulisan, Pembuatan Hiasan Dinding Unik, Pengrajin Hiasan Dinding Vintage, Penjual Hiasan Dinding, Alamat Toko Hiasan Dinding Rumah Minimalis, Daftar Harga Kreasi Hiasan Dinding, Dimana Beli Kerajinan Hiasan Dinding
0 notes
alatcapbatiksolo · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
TERPERCAYA!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Penjual Batik Cap Berasal Dari di Sukamara
KLIK https://WA.me/6282133271158, Pengrajin Batik Cap Pekalongan di Yogyakarta, Penjual Batik Cap Pastel di Cibinong, Pesan Batik Cap Papua di Sukabumi, Harga Jual Batik Cap Solo di Cianjur, Pembuat Batik Cap Semut di Kabupaten Bandung
  Sumber Larees Canting
 Kota Pekalongan
Jawa Tengah
( Dekat Stasiun Kereta Api Pekalongan )
 Langsung Hubungi WA 0821-3327-1158
 ATAU KUNJUNGI WEBSITE KAMI LINK DI BAWAH INI
https://stempelbatik.my.id/hiasancapbatik/
https://stempelbatik.my.id/cetakanbatik/
 PESAN SEKARANG!!!
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
   #JualTempatHiasanDinding, #PembuatanWayangKulitHiasanDinding, #PengrajinHiasanDindingCustom, #PenjualHiasanDindingElegan, #AlamatTokoHiasanDindingJadul, #DaftarHargaHiasanDindingModern, #DimanaBeliHiasanDindingMewah, #GrosirHiasanDindingOnline, #TokoHiasanDindingWayang, #TokoJualHiasanDindingYangBagus
 Jasa Pembuatan Hiasan Dinding Kelas, Pesan Hiasan Dinding Kamar Tidur, Harga Aneka Hiasan Dinding, Jual Hiasan Dinding Tulisan, Pembuatan Hiasan Dinding Unik, Pengrajin Hiasan Dinding Vintage, Penjual Hiasan Dinding, Alamat Toko Hiasan Dinding Rumah Minimalis, Daftar Harga Kreasi Hiasan Dinding, Dimana Beli Kerajinan Hiasan Dinding
0 notes
cetakanbatikworld · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
TERPERCAYA!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Penjual Batik Cap Berasal Dari di Tabalong
KLIK https://WA.me/6282133271158, Pengrajin Batik Cap Pekalongan di Yogyakarta, Penjual Batik Cap Pastel di Cibinong, Pesan Batik Cap Papua di Sukabumi, Harga Jual Batik Cap Solo di Cianjur, Pembuat Batik Cap Semut di Kabupaten Bandung
  Sumber Larees Canting
 Kota Pekalongan
Jawa Tengah
( Dekat Stasiun Kereta Api Pekalongan )
 Langsung Hubungi WA 0821-3327-1158
 ATAU KUNJUNGI WEBSITE KAMI LINK DI BAWAH INI
https://stempelbatik.my.id/hiasancapbatik/
https://stempelbatik.my.id/cetakanbatik/
 PESAN SEKARANG!!!
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
   #JualTempatHiasanDinding, #PembuatanWayangKulitHiasanDinding, #PengrajinHiasanDindingCustom, #PenjualHiasanDindingElegan, #AlamatTokoHiasanDindingJadul, #DaftarHargaHiasanDindingModern, #DimanaBeliHiasanDindingMewah, #GrosirHiasanDindingOnline, #TokoHiasanDindingWayang, #TokoJualHiasanDindingYangBagus
 Jasa Pembuatan Hiasan Dinding Kelas, Pesan Hiasan Dinding Kamar Tidur, Harga Aneka Hiasan Dinding, Jual Hiasan Dinding Tulisan, Pembuatan Hiasan Dinding Unik, Pengrajin Hiasan Dinding Vintage, Penjual Hiasan Dinding, Alamat Toko Hiasan Dinding Rumah Minimalis, Daftar Harga Kreasi Hiasan Dinding, Dimana Beli Kerajinan Hiasan Dinding
0 notes
cetakanbatikworld · 3 years
Text
BIG SALE!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Pesan Loyang Batik Cap di Sragen
BIG SALE!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Pesan Loyang Batik Cap di Sragen
BIG SALE!!!, WA/Call 0821-3327-1158, Pesan Loyang Batik Cap di Sragen KLIK https://WA.me/6282133271158, Bikin Batik Cap Sogan di Kabupaten Bandung Barat, Tempat Pembuatan Batik Cap Semarangan di Garut, Produsen Batik Cap Sleman di Tasikmalaya, Supplier Batik Cap Soft di Ciamis, Toko Cetakan Batik Cap di Kuningan Sumber Larees Canting Kota PekalonganJawa Tengah( Dekat Stasiun Kereta Api…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bikinbatikcap · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
TERLENGKAP!!!, Call/WA 0821-3327-1158, Pengrajin Batik Stamp Print Block
KLIK https://WA.me/6282133271158, Harga Cap Batik Kawung di Trenggalek, Beli Batik Cap Lasem di Tuban, Jasa Batik Cap Madura di Tulungagung, Jual Batik Cap Modern di Kota Batu, Pembuatan Batik Cap Motif Kopi di Surabaya
Sumber Larees Canting
Kota Pekalongan Jawa Tengah ( Dekat Stasiun Kereta Api Pekalongan )
Langsung Hubungi WA 0821-3327-1158
ATAU KUNJUNGI WEBSITE KAMI LINK DI BAWAH INI https://stempelbatik.my.id/hiasancapbatik/ https://stempelbatik.my.id/cetakanbatik/
PESAN SEKARANG!!! KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158 KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158 KLIK di sini: https://WA.me/6282133271158
#JualTempatHiasanDinding, #PembuatanWayangKulitHiasanDinding, #PengrajinHiasanDindingCustom, #PenjualHiasanDindingElegan, #AlamatTokoHiasanDindingJadul, #DaftarHargaHiasanDindingModern, #DimanaBeliHiasanDindingMewah, #GrosirHiasanDindingOnline, #TokoHiasanDindingWayang, #TokoJualHiasanDindingYangBagus
0 notes