#Pengemis A kasian A
Explore tagged Tumblr posts
Text
Dinsos Assessment Keluarga Pengemis 'A Kasian A' Pasca Viral di Medsos
RASIOO.id – Usai video Baliah si Pengemis ‘A Kasian A’ di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) viral, Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor pun lakukan assessment ke kediaman Baliah di Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan. Dinsos bersama dengan pendamping disabilitas, pendamping mental, Pemerintah Desa dan Kecamatan melakukan assessment ke kediaman Baliah. Hasilnya, Dinas Sosial…
View On WordPress
0 notes
Text
Pengemis Aksara
Hah dasar pengemis aksara
Tertampar realita dan tersungkur penuh lara
Apalagi yg kau cari?
Jatuh cinta yg berujung kecewa?
Rindu yang semakin hari semakin kelabu?
Atau janji dan upeti yang tak kunjung pasti?
Percayalah padaku, kali ini saja
Kau tak perlu berperang melawan seisi kepala
Ataupun bermonolog di depan kaca
Sudahlah, keluh kesah tak akan ada habisnya
Kasian itu air mata
Terbuang begitu saja, sia - sia
Tinggal berjalan mundur, sebegitu susahnya?
4 notes
·
View notes
Text
Sabtu Bersama si Random
Singkat cerita semalam gak bisa tidur. Di meremin cuma bertahan beberapa menit dan terbangun lagi. Rasanya gelisah tak tenang, tapi gak paham juga apa yg dipikirin. Mungkin karena baru kali ini tidur sendiri lagi setelah sekian lama. Begitulah aku. Meski banyak org yg bilang bahwa mereka sulit bertahan dengan org asing di dalam 1 kamar kosan, tapi bagiku itu lebih baik daripada tidur sendirian. Dan gak mungkin aku terus2an minta seseorang utk menemaniku terus saat tidur, utk itulah aku memilih tinggal sekamar berdua.
Alhasil sekitar jam 4 baru benar-benar bisa tidur. 1,5 jam aku tertidur, karena jam 05.34 aku udah terbangun lagi, peningkatanlah ya dari yg cuma beberapa menit jadi ada sejam 🙃 setelahnya? Sama aja tidur ayam, beberapa jam sekali kebangun. Ntah karena ada suara yg ketok kamar mau minjem setrikaanlah, suara ibu-ibu yg bebersih kosan saat neriakin anaknyalah, motor bersuara nyaring yg lewat depan kosanlah, sampai suatu ketika terbangun karena ada yg telp.
Rei, hallo?
Iya? (dengan suara lirih)
Hallo... Hallo...
Iya hallo..
Ini mamah Reina.
Eh iya gmana tante??? (mendengarnya membuatku langsung tersentak duduk, mata melebar, hilang kantuknya)
Ini tante lagi di depan warung sayur dekat kosan Reisva, bisa kita ketemu sebentar? Tante mau ada bilang sesuatu, tapi jangan kasih tau Reina ya..
Siap tante, Reisva kesana sekarang, tunggu ya tan, jangan kemana-mana dulu.
Saat ku lihat jam waktu menunjukkan pukul 09.02. Masih pagi ternyata, ku kira sudah lewat tengah hari.
Maaf ya nak jadi ganggu pagi-pagi.
Gapapa tan, kebetulan lagi senggang juga waktunya.
Jadi begini...... Blablabla....
Si tante bercerita tentang kondisi keluarganya dan keuangannya yg lagi terkendala. Ku perhatikan dgn seksama, nadanya mulai melemah, matanya mulai berkaca-kaca, pandangannya mulai kemana-mana sampailah air matanya jatuh juga.
Maaf ya nak jadi merepotkan, besok-besok main kerumah lagi aja. Kalo perlu apa-apa kabarin tante. Ohya tante itu punya trauma. Ayah tante, kakeknya Reina dulu meninggal karena kecelakaan makanya tante suka cerewet ke anak-anak tante, termasuk Reina.
Dalam hatiku bersuara. "Wah pantes aja, semenjak org tuanya mendekat, Reina benar-benar jadi anak rumahan yg bahkan udah cukup umur bawa kendaraan sendiri tapi masih diantar jemput banget saat pulang pergi kerja. Ternyata aku salah selama ini, bukannya overprotective tapi memang berdamai dengan trauma tak semudah itu."
***
Kenalin aku Rei, Reina.
Lah?????? Aku Reisva, biasa dipanggil Rei juga loh wkwkwkk
Begitulah perkenalan kita pertama kali. Aku dan Reina teman kuliah yg sekarang menjadi rekan kerja. Kita berada di kantor yg sama. Saat Reina masih kost, kita sudah sering saling berkunjung. Kita sudah banyak bertukar cerita, termasuk kisah tentang keluarganya. Saat mendengar orang tuanya akan pindah rumah ke kota yang sama dengan kita, aku bertekad akan sering mengunjunginya. Alih-alih mau menunjukkan sikap baik, aku hanya rindu masakan rumahan hahaha.
Baru tiga kali aku berkunjung ke rumahnya dan mamah Reina udah mau seterbuka itu sama aku. Pasti gak mudah baginya sampai menemuiku dan "meminjam uang" untuk pengobatan adik Reina.
Mamah Reina dan ayahnya adalah seorang pebisnis di Sumatera, namun karena suatu hal asetnya lenyap dan sekarang mereka hanya mengandalkan uang bulanan dari ketiga anaknya yg sudah bekerja. Sedangkan anak ke empat mereka masih ada di bangku kuliahan.
***
Ketika diperjalanan kembali menuju kosan setelah menemui si tante, aku teringat satu hal. Salah satu mimpiku yg pernah ku ucap waktu masih SD.
Kasian banget ya bund para pengemis itu. Gimana makannya tipa hari?
Peminta sumbangan di jalan-jalan yg berdalih utk pembangunan masjid atau para pengurus panti-panti asuhan itu juga. Seolah Islam itu kok terlihat menyedihkan ya?
Kemarin teman kelasku ada yg gak dikasih uang jajan, jadi aku beliin jajan gpp kan?
Semenjak saat itu aku sedikit terobsesi dengan uang. Aku mau seperti bunda Khadijah. Wanita dengan kepribadian sederhana, memiliki harta berkecukupan sehingga dpt mendukung perkembangan dakwah rasulullah. Pun aku ingin setiap uang yg ku dapatkan bisa bermanfaat utk orang-orang yg membutuhkan. Bahkan ketika memasuki masa SMA, beberapa teman di sekitarku mulai menyebutku bank berjalan. Karena setiap mereka mau pinjam alhamdulillah nya aku pas ada.
Setelah bekerja dan statusnya menjadi pegawai kontrak tahunan, meskipun belum menjadi pegawai tetap, alhamdulillah aku dapat menyisihkan tabunganku khusus utk dana yg bisa dipinjam. Aku bersyukur, sangat bersyukur karena total yg bisa ku pinjamin ke beberapa org secara bersamaan bisa mencapai 2x lipat gaji bulananku.
Alhamdulillah aku sangat bahagia, tak henti-hentinya rasa syukur ini kutujukan untukNya. Tentu atas izinNya aku bisa berada diposisi ini. Harapku, semoga Allah tetap melindungiku dari segala rasa sombong dan besar hati sendiri, dipermudah rezekinya agar tetap bisa membantu yg membutuhkan. Berharap suatu saat tabungan pinjamanku bisa semakin besar sehingga org-org tak perlu khawatir lagi akan pinjaman dengan bunga yg mencekik. Lalu apakah aku menerapkan sistem bunga juga? Oh tentu tidak, aku biasanya hanya menanyakan kira-kira bisa melunasinya kapan sebagai perkiraan utk dapat memutar uangnya kembali ke yg lain.
Random curahan isi otak di sabtu pagi saat mendapati kembali ke kamar kosan masih sendiri.
Melihat jam di dinding menunjukkan pukul 09.32, sudah aku tak bisa kembali tidur. Mari beberes saja. It's time to mbabu jadi inem 😅
3 notes
·
View notes
Text
Mylog : Bersyukur
Hari minggu kemarin aink dan keluarga main ke CFD dago. Lebih tepatnya sih ke RS boromeus karena lagi ada acara HGN (hari gizi nasional). Istri dan mertua aink ahli gizi, jadi ikutlah mereka acara gituan. Aink sih engga minat dateng sebenernya, tapi,..
Demi nganterin anak istri dan ngecek kadar lemak aink akhirnya ikutan juga.
Ngeselin, aink kan nyampe HGN niatnya pengen tes kadar lemak, uda daftar tuh. Ditimbang dan lain sebagainya. Eh taunya, pas masuk barisan tes lemak katanya aink ga bisa ikutan dengan alasan
Underweight.
DISKRIMINASI. Justru karena aink underweight makanya pengen tau persentase lemak di badan aink seminim apa. Nyampe 5% ato engga. GITU LOH BAMBANG! Eh malah disaranin buat ikut konsultasi gizi aja,....
Ga tau aja mereka, istri sama mertua aink ahli gizi. Ngapain juga ikutan konsul ke orang lain yang masih temen seangkatan istri. Mending sama istri aja di rumah sambil ena-ena.
Karena bete aink mutusin buat jalan-jalan aja sendiri di CFD. Muter-muter trus iseng ke mesjid salman. Beruntung! Lagi ada acara makan rendang massal bayar seikhlasnya. Ajiib. Aink tilpun lah keluarga buat dateng ke salman, makan rendang bayar seikhlasnya.
Jadinya, hari itu keluarga pada makan rendang. Enak cuy, gede pula dagingnya. Masakan istri plus nasinya otomatis jadi nganggur ampe malem. Padahal sengaja masak agak banyak buat keluarga dari majalengka yang lagi berkunjung.
Masuk ke inti cerita, (lah, yang tadi intro?)
Karena masih ada sisa, seperti biasa aink minta istri buat ngebungkus nasi dan masakannya, buat dibagiin ke fakir cinta dan tuna asmara,..
Engga deng, golongan itu mah dikasih makan sama “kamu lagi apa” dan “aku juga kangen kamu” juga kenyang. Ini mah bener, aink nyari fakir miskin dan tuna wisma buat dikasih nasi bungkus.
Biasanya aink nyari ke daerah pasar simpang. Tapi karena masih sekitaran jam 8 malem, para tuna wisma yang suka tidur di pasar simpang belum pada dateng. Yaudah aink jalan kaki aja ke arah sadang serang, bawa tiga bungkus nasi.
Ternyata, Bandung tingkat kesejahteraannya meningkat sodara-sodara. Biasanya di jalan, suka ada pemulung seliweran ato, pengemis lah at least. Tapi malam itu ga ada banget. Aink jalan ampe borma sadang serang tetep nihil. Di depan alfa ato indomart juga ga ada yang minta-minta. Daebak, Bandung uda makin sejahtera.
Yaudahlah, aink balik lagi ke rumah. Bawa motor buat keliling lagi yang agak jauh. Target aink berikutnya adalah keluarga gerobak.
Keluarga gerobak, Apakah keluarga gerobak itu? Tahukah kamu apa itu keluarga gerobak itu? Keluarga gerobak adalah keluarga tunawisma yang tinggal di dalam gerobak.
Biasanya mereka nomaden, gerobaknya ditarik sama kepala keluarga, istri dan anak-anaknya di dalem gerobak. Aink biasanya lihat keluarga gerobak di perempatan cihampelas, tapi ada juga yang deket gasibu. Berhubung lebih deket ke gasibu yaudahlah aink motoran ke gasibu.
Apes. Ternyata ga nemu. Keluarga gerobak lagi ga disana. Jadinya aink lanjut motoran ke jl R.E. martadinata, arah ke mesjid Al-latif. Siapa tahu nemu.
Dan ternyata iya nemu. Di deket perempatan jalan banda, aink nemu ada homeless yang lagi tidur di kursi trotoar. Aink parkir aja bentar pinggir jalan (don’t try this at noon!) trus nyamperin si homeless yang lagi tidur.
Kasian, dia tidurnya meringkuk, pake sarung yang uda jelek buat nutupin kaki, trus make kardus mie buat nutupin kepala. Fyi, malem itu Bandung lagi dingin banget. BANGET. Jadi aink ga kebayang ini nasib homeless yang tidur di alam terbuka.
Aink samperin trus bilang permisi ke si homeless. Doi langsung kaget anjir, disangkanya mungkin aink satpol pp kali ya. Tanpa banyak basa basi langsung aink kasih aja nasi bungkusnya, trus motoran lagi.
Dua bungkus berikutnya aink kasih ke keluarga pemulung yang bermalam deket Pet Park. Aink ga tau jumlahnya mereka ada berapa, tapi berhubung aink liat ada dua orang yauda kasih aja dua bungkus yang tersisa. Mereka tidur ngampar aja kayaknya di trotoar. Beratap langit dan pepohonan.
Kasian. Bandung dingin. Aink aja yang tidur selimutan di kontrakan masih kedinginan.
Kalo liat mereka aink jadi keliatan banget kurang bersyukurnya. Diantara sekian banyak umat yang tuna wisma dan tidur dimana aja, aink ga dijadikan salah satu dari mereka. Aink masih punya tempat tinggal walaupun kecil dan itu pun aink masih suka bete sama kontrakan karena air atau listrik yang suka mati.
Kok, aink jarang banget bersyukur ya, padahal punya sesuatu yang mungkin orang lain ga dikasih. Aink lebih sibuk ngeliat orang yang finansialnya lebih baik dari aink. Saking sibuknya ampe kadang aink lupa bersyukur.
Padahal uda dibilangin
“kalo kamu bersyukur, akan ditambah Nikmat untukmu, kalo kamu ga bersyukur, sungguh adzab Allah sangatlah pedih”
Jangan-jangan, sebagian besar kesulitan yang aink alami dalam hidup sebenernya emang gara-gara ainknya ga pandai bersyukur,.
*merenung
54 notes
·
View notes
Text
Dedication Post for Winda W.O.W
kenal pertama semenjak masuk Telkom.. 4 taun yang lalu. Walaupun awalnya sempet dikasih tau “Set, aku mau nongkrong, tapi kamu gak boleh ikut ya!”, “hah!?” sempat terpukul siih hahaha tapi lupa akhirnya diterima juga ke circle-nya.
selama itu.. dari jumlah hari, banyakan hari yang ketemu dibandingkan yang nggak.. levelnya udah sampe masuk ke alam bawah sadar, kalo belum ketemu atau nanyain, kerasanya ada yang kurang. atau kalo belum ngechat, pas lagi kerja suka tiba-tiba inget “dimana teh ciwin?”. ini beneran aneh banget.
dan tiap kali ketemu gak pernah bosen, selalu ada cerita baru. Kalo kata San, Teh Ciwin itu “Udah mah seru, pinter, good looking!” ya emang bener San. satu paket.
I’m gonna miss her a lot.
Karena teh Ciwin akan pindah ke tempat kerja yang baru, dan sejauh yang dilihat jarang banget denger Teh Ciwin cerita atau nongkrong lagi dengan teman-teman lamanya. Ada perkiraan, kalo Teh Ciwin udah pindah lingkungan akan fokus ditempat yang baru dan menomer dua kan kawan-kawan yang lama.
Tapi ya gak papa, karena life must go on. Jadi ditulis post disini supaya akan tetap inget, momen hari ini akhirnya dateng juga. Hari kerja terakhir Teh Ciwin di Telkom.
- Foto Teh Ciwin ketika ngeluh gak bisa kerja karena jarinya luka. kasian :(
Bersyukur.. Allah SWT udah sempet memperkenalkan aku dengan Teh Ciwin.. Karena manfaatnya impactful sekali.. orang mah akan selalu dateng dan pergi. Tapi yang ini, really have a meaning. Dan ingin nulis banget beberapa pelajaran yang paling berharga buat aku dari Teh Ciwin.
1. Tutur katanya halus banget. yang biasanya ada orang yang bertutur kata halus, tapi sebenernya hatinya gak ikhlas, atau ada yang hatinya betulan perduli tapi ngomongnya nyakitin. Teh Ciwin ini bisa dua-duanya. ya berkata jujur, pilihan katanya pun halus. Jadi, siapa lah yang gak seneng curhat ke dia?
kalau kata quran istilahnya, Qawlan Balaghaa atau kalau diartiin “perkataan yang sampai (ke hati)”. Gimanapun orang dikasih tau hal yang bener, atau diceramahi, orangnya gak sakit hati tapi akan dateng lagi-dateng lagi. curhat lagi-curhat lagi.
gak heran, buat jadi Account Manager ini terbaik. Bukan cuman jadi skill, tapi karakter yang keren banget. dari level Dirut BUMN sampe mamang parkir depan kantor, komunikasinya kebangun. amazing.
Begitupun aku dan temen-temen yang lain. Curhat udah bukan masalah kantor aja, tapi masalah personal kehidupan juga. Banyak banget rahasia yang teteh keep ya? setiap orang punya cerita masing-masing yang terdalam. yang gak bisa disentuh dan dibaca orang lain selain Teh Ciwin. sebegitu beruntungnya orang-orang disekitar teh Ciwin bisa cerita apa aja dan dibantu nyelsaikan masalahnya.. di support untuk berani ambil keputusan.. diarahkan ke yang bener..
termasuk aku. Aku ngerasa banyak penyakit hati yang perlahan hilang, antara sebelum dan setelah kenal teh Ciwin. Aku gak ada iri atau dengki lagi ke yang lain.. gak terlalu bahagia ketika diberi nikmat, gak terlalu sedih juga ketika diberi musibah.. jadi bisa lebih bersyukur dan bersikap apa adanya.. gak ada yang perlu dilebih-lebihkan.. dan bisa lebih khusnudzon (kecuali ke teh ciwin masih suka overthingking hahaha)
- hits banget sih kita teh, hanya gak suka ngupdate aja.
2. Ringan tangan. ini yang paling kelihatan, walaupun gak diliat-liatin. Karena setiap kali bareng, terus ada mang putu, atau pengemis, atau pak ogah, atau tukang bebersih 90% selalu ngasih. sisanya? gak jadi ngasih karena suka dimarahin, udah beli makanan terus gak dimakan. Toh niatnya ngebantu sih bukan beli laper hahaha
kalo ke stranger aja ngebantunya kaya gitu.. gak kebayangkan ngebantu ke temen-temen deketnya kaya gimana.. sampe sekarang aku gak tau. hanya denger cerita aja sesekali. berapa banyak uang yang udah Teh Ciwin keluarin dari rekening buat ngebantu temen-temen.. aku tau itu banyak..
tapi pasrahnya teh Ciwin bahwa Allah SWT menjaminkan rejeki itu keren banget. doanya manteng, believenya manteng. alhamdulillah sampe akhirnya teteh selalu dikasih rejeki yang gak disangka-sangka, termasuk pindah kerja ini.
Kalo dalam islam.. ini bagian dari perintah seluruh rasul ke umatnya. Aqimus Shalat, wa Atuuz Zakaat. Dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat.
Mendirikan shalat itu ibadah ritual, membangun hubungan kepada Allah SWT untuk dijalankan. Udah ada panduan dan aturannya. jadi untuk menjalankan atau tidak menjalankannya cukup jelas. Tapi zakat itu ibadah yang sering dilupakan banyak muslim. hubungan ke manusia untuk ngasih sesuatu yang dimiliki dan dicintai itu berat banget. Ada kaan, di kantor yang udah umrah ada tanda sujud tapi sama fee sales suka banget? (hahaha lah ghibah?)
gak tau ah yang ini mah sedih nya teh sedih pisan.
daaan untuk merangkum, yang paling aku adore adalah..
3. seimbang dunia dan akhirat. Teh Ciwin punya goal luar biasa untuk jadi pejabat ya teh? teuing pejabat naon yang penting pejabat hahaha
punya target yang tinggi di dunia, ibadahnya gak kalah keras, juga kewajiban dirumah untuk memperhatikan anak dan suami gak ditinggalkan..
jujur ini yang ngerubah pandangan aku juga. Dulu aku sempet mikir, kalau perempuan itu baiknya dirumah aja, sebagai ibu rumah tangga. tapi dengan ini jadi berubah, bahwa perempuan yang kerja itu keren. yang penting itu kewajiban dirumahnya gak ditinggalkan..
ketika aku bilang kemarin-kemarin ke Teh Ciwin, Aku udah tau mau nyari perempuan yang seperti apa. Sebenarnya, nilai ini yang aku pilih. Aku ingin punya pasangan yang seimbang dunia dan akhiratnya.. doakan aku bertemu dengan jodohku yang terbaik ya Teh! aamiin..
Semoga Teh Ciwin pun bertemu dengan teman-teman yang baik di kantor yang baru, walopun aku yakin gak ada yg kaya aku disana (harus agak sombong gitu kan ya!?)
these 4 years were so amazing because of you Teh Ciwin My Only Sissy!
0 notes
Text
Malu, titik dua angka 3 ( :3)
Seperti biasa, hari-hari ku tak pernah tanpa dia. Laki-laki super sabar pemilik hatiku kiriman Tuhan untuk ku. Ramadhan tahun ini penuh berkah, mulai dari balapan siapa yang khatam Al-Qur'an duluan, hingga berlomba-lomba sabar diuji orang-orang menyebalkan. Setiap habis tarawih seringkali kita nongkrong bentar sebelum pukul 9 malem di dekat Masjid Agung Surabaya. Nge-jus dan makan jagung bakar sambil ngegame. Kalo sentra PKL mah, banyak banget pengemis & pengamen. Kadang, aku yang sering “wegah” & ogah-ogahkan ngasih. Dia selalu bilang “ ga akan ngurangin hartamu, kalopun kamu ngasih mereka. ” dan aku bebal, jengkel dengan lebih dari dua pengamen yang dateng. Ceriwis dan minta pindah tempat nyemil, “ biar aku yang kasih, ga ada uang receh. Kasih ini aja ” (nggak aku sebutin nominalnya ya, takut riya’ nya makin banyak, hehehe) aku sewot tau dia ngasih duit agak banyak. “ Halah, ibu-ibunya lo sehat. Ngapain dikasih banyak, orangnya juga ini ini aja yang minta minta ” dia diem, lanjut maen game. Aku pasrah. Seriously, aku gak galak & pelit pelit banget kok. Dari awal pacaran aku demen banget bawa recehan buat ngasi anak kecil yang ngamen. Kasian. Kalo udah tua & sehat, males udah. Bedanya, laki-laki yang sudah melamarku Januari lalu ini. Ga pernah pandang bulu, mau tua, mau laki, mau anak-anak. Selalu dikasih & ga pernah komentar. Uang yang disebut dia receh, tiap mau kasih orang itu beda makna sama aku. Buat dia itu receh, buat aku itu bisa buat beli es oyen ato pulsa. Lha tadi niatnya mau cari bakso abis isya’, trus di lampu merah ada anak-anak maenin musik (ngamen) tapi enak didenger. Trus dia panik, “ aku ga ada receh ini, gede semua. Kamu ada? ” Perasaanku sih ada, tapi karna males ambil dompet & kita motoran + jalan macet (daerah rawan jambret) “ gaada kayaknya yaang ”. Dan dengan muka malu ga bisa ngasih, dia bilang ke anak-anak itu dengan gesture tangannya. Harusnya mungkin aku yang malu. Big thanks to God for giving me a great man like him.
2 notes
·
View notes
Text
penjual koran.
sudah lama sekali aku gatal ingin menulis tentang ini.
malam ini aku pergi ke jalan gajah mada, menemui ibundaku yang sedang pelatihan. hujan deras sedang mengguyur kota besar ini. karena ingin bertemu, aku nekat menerjang hujan itu dengan jas hujan polkadot putih dengan warna ungu yang baru saja dibelikan bapak. keadaan saat itu sedang macet, jarang jarang daerah rumahku macet, padahal lampu lalu lintas saat itu berfungsi baik.
pulangnya, aku melewati jalan sriwijaya. biasanya, yang ada di lampu lalu lintas tersebut hanya pengemis yang duduk di trotoar dan pengamen muda dengan kecrekan entah dari apa. namun malam ini bersih, tidak ada sama sekali. gara-gara hujan mungkin. karena aku sudah mulai bisa selap selip dan menyempil di tengah tengah, aku mengaplikasikan ilmuku pada waktu itu. saat aku menengok kanan, ada yang menusuk hatiku. aku melihat bapak penjual koran. bukan bapak ding, kakek lebih tepatnya. beliau sudah tua renta. mengangkat ngangkat korannya, menawarkan di kaca kaca mobil di sebelah kananku. tak menunggu lama, aku langsung merogoh uang yang ada di tas kecilku, ketika akan ku panggil, kakek itu sudah keburu melayani bapak bapak yang ada di dalam mobil, membeli korannya. aku berdecak alhamdulillah dalam hati. lampu merah ini terlalu terburu buru ingin merubah wrnanya menjadi hijau, yang membuat aku tak dapat memanggil beliau.
aku selalu berpikir, apa bisa, dengan koran seharga seribu rupiah itu mencukupi kebutuhan sehari harinya? untungnya itu lho, hanya berapa? aku terkadang merasa iba, bukan kadang sih. aku selalu merasa iba kepada penjual koran. apalagi yang biasanya menjual adalah anak anak.
ketika aku biasanya berangkat jam 8, harusnya itu adalah jam sekolah. melihat anak yang masih kecil selangkah demi langkah mengetk kaca mobil “pak, korannya pak”. bukan hanya mengetuk saja, bahkan sampai ada yang menempelkan wajahnya pada kaca mobil itu, karna gelap. dan tak jarang orang melambaikan tangan tanda menolak. aku hanya bisa membatin, “ga sekolah dek?”
pernah juga, waktu itu sudah malam. jam jam normal ketika film di bioskop sudah selesai. aku sedang bersama temanku, anak hukum. ketika lampu merah ada anak kecil, sangat kecil. ia juga berjualan koran. “ndre, aku ga tega” ucapku pada temanku itu.
“aku toh mut, pengen bikin yayasan yang isinya anak anak kurang beruntung gitu. kasian aku lihatnya mut”
hwaduu, orang slengekan kaya gini bisa mikir gitu.
nanti, entah kapan hari. impianmu terwujud
3 notes
·
View notes
Text
"Never show your heart to another, even your family"
Suatu hal yang perlu dipikirkan kembali, antara ego, rasa takut, dan harap cemas Masih teringat tempo hari kau ucapkan hal demikian kepadaku. Tiada maksud daku mengkritik dirimu, selalu kuhormati akan prinsip yang kamu percayai Aku seorang pemburu, yang mengikat singanya dalam sangkar. Tidak hanya kerana risau dia akan menghilang, tetapi juga takut taringnya menancap kepalaku. Ku tali erat lehernya, tak sadar membuatnya sesak. Kunikmati indah bulunya, yang semakin hari semakin menjadi. Singaku bukan tontonan, tak kubiarkan seorangpun meliriknya demi selembar rupiah. Memang tidak manusiawi tapi wajar dilakukan pemburu sejati. Itulah ego yang menyarang dalam diri Aku seorang pecandu narkoba, silih waktu merambah semakin daku tenggelam. Bahagia dalam duniaku sendiri, menjadi santapan dunia polisi. Memang daku salah memilih, dalm proses mencari jati diri. Lalu lalang manusia berjalan, melihatku seperti bajingan. Ketahuilah, Sedikitpun tak ada bangga melekat dalam jiwa, hanya tekanan dimana mana. Aku ingin kembali, seperti kalian, yang tak sengaja terperosok dalam jalan kebenaran. Aku salah satu dari mereka yang tenggelam dalam rasa takut penyesalan dan takut mengungkapkan Aku seorang pengemis. Diriku mencari nafkah dengan wajah yang iba. Raut muka ku penuh kasian. Lekukan kulit menyambangi wajah. Menunggu dermawan negri memperbaiki, cara hidup dan tatanan sosial kami. Tiap sore ku berdiri di sebrang toko, menanti. Harap cemas memnuhi dada, akan adanya perubahan dalam hidup hamba Kini kau telah mengerti,apa itu ego, takut, dan harap cemas.
1 note
·
View note
Text
Lika-liku dan Luka Baliah si Pengemis 'A Kasian A', Pernah Disiram Air Dua Ember dan Uangnya Dicuri
RASIOO.id – Lika-liku dan luka Baliah si Pengemis ‘A Kasian A’ di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Pamijahan, Kabupaten Bogor begitu menyayat hati. Viralnya unggahan videonya pada saat mengemis di Kawasan TNGHS meninggalkan suka-duka tersendiri bagi Baliah. Baliah adalah wanita berusia sekitar 40 tahun yang tengah menjadi buah bibir warganet. Netizen menyoroti Baliah…
View On WordPress
0 notes
Text
Balkon Pertemuan
Alarm rutin mulai berdering, jam 5 pagi. Dengan sekuat tenaga aku beranjak ke kamar mandi. Sepertinya hari ini aku akan pergi ke kafe langganan lebih pagi. Seharian di kamar sejak kemarin cukup membuatku bosan sebosan-bosannya. Rutinitas pagi aku selesaikan lebih cepat. Jam 7 aku membuka pintu depan bersamaan dengan Aksa dengan celana kolor pendek dan kaos polos hitam kusut. Nyawanya belum terkumpul.
Wah, rajin amat, Sa, jam segini udah berangkat. Dia menyapa sambil menggaruk kepalanya yang terlihat seperti gembel.
Iya, biar rejeki ngga dipatok ayam, nih. Jawabku asal sambil memasukkan kunci ke dalam tas dan bergegas turun. Rupanya dia mengikutiku di belakang dengan langkah yang terseok-seok. Seperti orang mabuk.
Belom mandi, wajah kaya gitu mau ke mana lo? Akhirnya aku kepo, ngga tahan liat dia ngikutin aku di belakang kaya pengemis minta duit tapi ngga dikasih.
Mau nganterin psikolog baik hati turun ke bawah biar aman sampe berangkat kerja. Dengan santainya dia bilang begitu dan cengengesan. Sontak aku menolehkan wajah ke belakang. Hanya ingin memastikan bahwa dia hanya bercanda, sekaligus menuntut sebuah penjelasan dari kata-katanya semalam. Rasanya dia tahu apa maksutku.
Tenang, masih pagi ini ga boleh emosi. Tell ya later. Dia mengangkat dua jarinya. Dia selamat karena pagi ini aku tidak mau merusak good moodku. Segera aku bergegas ke basement dan sekilas aku lihat dia pergi ke tukang bubur di depan.
Hanya dengan setengah jam perjalanan aku sampai di kafe dekat kantor. Masih cukup sepi, baguslah. Aku memesan latte panas dan memilih tempat duduk di luar dekat taman. Aku cek jam favoritku di tangan kiri, masih jam 7.45. Aku masih punya cukup banyak waktu sebelum bertemu klien hari ini. Aku keluarkan booknote dan handphone. Pertama aku akan buat to-do list dan segera aku kirim pesan ke Rani, teman kerjaku.
Rani sayaaang, pagi ini gue ga langsung kantor ya, ada klien minta ketemu di kafe biasa. Jam 11 baru kelar. Ice americano?
Rani ini adalah teman dekatku sejak di bangku kuliah hingga sekarang kami membuka tempat praktek sendiri di pusat kota, komplek perkantoran. Bukan cuma kami berdua sebenarnya. Ada beberapa teman seangkatan dan adik tingkat yang gabung, jadi total satu kantor ada 5 orang. Mereka memiliki bidang yang berbeda-beda. Kalau aku pribadi dari dulu minat banget di konsultasi pernikahan.
Jam 08.30 seorang wanita cantik dan anggun datang mendekat. Klienku hari ini, aku belum pernah bertemu dengannya. Dia meminta janji di luar kantor karena dia merasa kurang nyaman.
Permisi, Alissa Han?
Ya? Aku berdiri dengan ekspresi wajah menuntut penjelasan.
Perkenalkan, saya Retno Wulan, yang kemaren minta janji temu di sini. Dia mengulurkan tangan.
Alissa Han. Aku menyambut uluran tangannya dan mempersilahkan dia duduk, berhadapan denganku.
Maaf kalau saya minta bertemu di tempat seperti ini. Saya baru pertama kali melakukannya dan semoga ini tidak menyalahi aturan. Dia berbicara dengan sangat sopan.
Ah, tidak apa-apa. Justru itu sebenarnya yang ingin saya tanyakan. Apakah tidak apa kalau bertemu di luar seperti ini. Mengingat ini adalah hal yang cukup personal. Aku bertanya ragu-ragu dan ingin memastikan kalau tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nanti.
Oh, ngga apa-apa saya merasa lebih nyaman untuk bercerita seperti ini. Suasananya lebih santai. Ohya, panggil saya Mbak Retno saja, ya.
Kami melanjutkan sesi konsultasi sesuai waktu yang sudah disepakati. Pertemuan pertama masih berjalan mulus, untungnya klien satu ini bukan tipe orang yang drama. Jam 10.30 kami bersiap untuk meninggalkan kafe. Mbak Retno pergi lebih dulu, aku harus menunggu pesanan Rani sebelum kembali ke kantor.
Hai sayaaang, emang paling pengertian deh. Obat anti ngantuk di jam yang tepat. Rani datang menyambutku ketika aku buka pintu ruangannya. Tentu setelah memastikan dia tidak sedang bersama klien di dalam. Aku menyapa Dion dan Shinta sebelum masuk, mereka adalah adik tingkat jurusan. Sedang diskusi serius sepertinya. Dan aku ngga melihat si cowok cerewet Brian di ruangannya ketika aku lewat tadi.
Langsung aku hempaskan badan di sofa nyaman Rani. Dia duduk di sebelahku dan menyeruput minuman favoritnya itu.
Gimana klien hari ini? Tumbenan minta ketemu di luar padahal masih ketemu satu kali ini kan, kok dia udah tau aja kalo ruangan lo ngga nyaman? Aku melirik kesal ke arahnya.
Iye, tar gue benerin itu ruangan sampe ngga ada yang mau keluar dari sana. Puas? Dia tertawa.
Ya abis, udah dibilangin dari bulan lalu kalo ada yang pernah komplen masalah itu masih aja ngga direspon. Oke, jadi gimana masalah apaan?
Oh, as usual. Aman kayanya nih, ngga pake drama. Aku tidak ingin bercerita lebih, kita sama-sama tahu menjaga rahasia klien adalah yang utama, kecuali hal mendesak terjadi nanti.
Baguslah. Jangan lupa tar jam 3 kita meeting sama yang laen. Lo hubungin Brian, pasti lupa tuh anak.
Pergi ke mana dia? Tumben ngga keliatan, biasanya juga paling betah di kantor.
Rani hanya mengangkat pundak. Aku beranjak kembali ke ruanganku. Masih ada beberapa hal yang harus aku kerjakan sebelum meeting sore ini dan satu klien yang akan datang sebelum malam.
Hari ini tidak seberat biasanya. Masih terlalu awal tapi aku sudah siap di atas motor untuk pulang. Jalanan akan cukup ramai sepertinya karena jam 19.00 banyak orang baru pulang kantor. Baiklah aku akan lewat jalan tikus dan sekalian mampir beli nasi goreng di Cak Sin. Aahh aku rindu nasi goreng cumi pedasnya.
Beruntungnya aku ngga perlu antri lama. Sengaja pesan untuk take away karena mau nikmatin nasi goreng enak ini di balkon sambil liatin kota. Selang 20 menit aku sampai di basement apartement dan sengaja ambil jalan memutar karena ada yang harus aku beli di minimarket depan.
Tak perlu mandi dan beberes, nasi goreng itu ngga bisa didiemin lama-lama. Kasian juga cacing di perut yang udah kelaparan dari sore. Baju kebangsaan, celana pendek dan kaos oblong sudah melekat, waktunya nongkrong di balkon. Kapan lagi aku bisa nikmatin waktu yang jarang terjadi seumur hidup ini.
Ngga kerasa separuh porsi ludes dalam lima menit. Tak lupa jus jeruk yang membantu mulusnya nasi goreng itu masuk ke perut.
Hmmm, enak banget baunya. Maulah nitip juga kalo beli lagi. Sebuah suara tanpa wujud. Aku celingukan ke kanan dan kiri.
Makanya, rawat lah taneman lo. Potong-potong dikit biar tau kalo punya tetangga di sebelah yang kalo ngomong tuh ada wujudnya. Aku bodo amat dan terus melanjutkan makan. Tidak ingin nafsu makanku hilang begitu saja.
You owe me something, don’t you? Aku menjawab Aksa beberapa menit setelahnya.
Did I? Dia pura-pura bodoh.
Lo belom jatuh dari balkon kan seharian ini? Dia tergelak.
Kayanya belom tidur seharian ngefek juga ke otak gue, Sa.
Like, seriously? Ngga mungkin kan besok tiba-tiba gue pulang kerja udah rame polisi aja di kamar lo. Ditemuin mayat yang kelamaan begadang karna kerjaan. Kami masih ngobrol tanpa bertatap muka.
Wah, bisa juga sih. Suaranya berubah serius. Makanya, gue butuh kontak tetangga terdekat nih biar kalo ada apa-apa bisa dihubungi.
Nice try, Aksa. Dia tergelak semakin keras di seberang. Aku menyudahi makanku tanpa ritual melamun karena sepertinya Aksa akan terus mengajakku ngobrol selama aku pasang badan di luar.
Lah, mau ke mana lo, ga jadi bayar utang semalem nih kalo lo udahan. Dia emang paling bisa cari bahan pembicaraan.
Bodo amat! Tembok tinggi sudah terbangun. Dia ngga akan semudah itu menembusnya.
0 notes
Text
Total aku jalan-jalan di daerah George Town Penang ini kurang lebih 1,5 hari. Sebenarnya masih ada 1,5 hari lagi waktu aku di Penang tapi waktu itu aku habiskan di hotel di daerah Batu Feringgi. Jadi bagian ini aku akan membicarakan hanya di daerah George Town dan sekitarnya.
Sebelumnya, baca juga cerita aku jalan-jalan di Penang lainnya di bawah ya:
Itinerary Liburan ke Penang dan Kuala Lumpur
Review Hotel ~ Kimberley George Town Penang
Jalan-Jalan di George Town Penang
Review Hotel ~ Golden Sands Resort Batu Ferringhi, Penang
Lihat Kupu-Kupu di Entopia by Penang Butterfly Farm
Review Hotel ~ Mizumi Bukit Bintang
Bermain di Kidzania Kuala Lumpur
Jalan-Jalan di Kuala Lumpur
Hari pertama di Penang dimulai dengan cari sarapan! Sebenarnya, pas aku baca-baca di blog orang banyak banget referensi yang bilang harus nyobain sarapan ini itu dan makan ini itu. Temen yang udah pada ke Penangpun bilangnya kalau ke sini ya harus wisata kuliner. Tapikan aku gak hobi makan yak. Ya makan untuk aku cuma kebutuhan untuk hidup aja, selebihnya gak terlalu lah (kasian sebenarnya sama suami yang pengen nyoba ini itu 😛 ) jadi wisata kuliner bener-bener aku gak tertarik. Tapi ada seh dikit-dikit aku ngelirik juga yang direkomendasikan orang-orang, ya salah duanya di bawah ini.
Roti Bakar Hutton Lane
Ekspetasi aku datang ke Roti Bakar ini adalah membayangkan roti bakar kayak roti bakar Eddy di Jakarta yang isiannya banyak banget dan rasanya sungguh buat kuterpana. Saking sukanya aku roti bakar ini setiap ke Jakarta pasti pengen makan ini. Belakangan kalau di Jakarta dan males ke sana biasanya pesan go food malam-malam ke hotelnya, hahahaha.
Terus kenyataannya di roti bakar Hutton Lane ini? Rasanya hambar dong!! Jadi varian rasa dari roti bakar ini adalah kosongan (cuma dikasih butter) keju, telur atau pake sejenis kuah gitu. Kebetulan aku gak suka keju makan sama roti, terus yang kosongan ya gak juga gak enak seh, tapi beneran biasa aja rasanya. Jadi aku ngasih nilai tempat ini 6/10 aja deh >.<
Tapi selain disini juga ada varian lain seh kayak roti cane terus ada beberapa menu kopi atau teh tarik gitu, cuma aku gak tertarik juga seh. Jadilah bener-bener tempat ini gak cocok untuk aku seh menurut aku 😛
Bee Hwa Cafe
Setelah beli roti bakar dan roti cane, kita terus melimpir ke Bee Hwa Cafe ini untuk sarapan beratnya. Sebenarnya, mulai dari di Bee Hwa inilah perjuangan aku untuk ngasih makan si K dimulai karena dari sini sampai kita pulang dari Penang, neh anak susah banget dikasih makannya. Yang awalnya aku bawakan bekal dari hotel (aku masak nasi gitu) sampai aku kasih makan apa adanya aja yang barengan piringnya dengan aku saking bingungnya, tapi tetep aja makannya selalu gak semangat. Jadi ya urusan makan emang berat banget rasanya di Penang ini.
Menu di Bee Hwa Cafe ini pada dasarnya menu-menu emang untuk sarapan gitu seh yak. Ada Curry Mee, Sang Mee, Mee Jawa, Bihum Soup, Nasi Goreng, Magie Goreng, Tom Yam dan lainnya. Rasanya gimana Niee? Ya 6,5/10 aja seh menurut aku 😛 Dengan catatan aku emang bukan penggemar masakan Malaysia ya. Jadi kalau kata abang seh enak jadi bisa 7/10 deh, hihihi.
Kek Lok Si Temple
Penang Hill yang tutup
Kek Lok Si Temple
Kek Lok Si Temple
Kek Lok Si Temple
Niat awalnya setelah kita sarapan kita mau jalan ke Penang Hill yang tersohor. Kita perginya naik grab dari lokasi kita ke Penang Hill cuma RM 3 aja loh. Beneran banyak promo pake grab ini, jadi emang lebih murah dibanding naik bus seh. Pas dijalan dan dilihat sama supir grabnya bahwa kita mau ke Penang Hill, dianya bilang bahwa Penang Hillnya tutup. Tapi kita bilang ya udah coba aja dulu lihat (kali aja masih beruntung kayak di Langkawi Sky Bridge kemaren). Sudah sampe ternyata emang tutup dong, jadilah kita sedih. Padahal udah niat mau pepotoan di atas sono biar feed instagram makin kece *eh 😛
Karena udah di daerah air hitam, makanya kitapun nyari tempat wisata yang gak begitu jauh dari Penang Hill dan terpilihlah Kek Lok Si Temple ini. Ceritanya si abang grab ini bilang kalau grab ada layanan ganti lokasi, jadilah dia ngutak atik aplikasi kita dan dari Penang Hill kita ke Kek Lok Si Temple gak perlu cari grab baru. Etapi ternyata total biaya yang harus kami bayar jadi RM 12 aja loh! Aku beneran merasa tertipu sama si abang grab itu. Karena dari Penang Hill ke Kek Lok Si ini beneran deket banget. Kalaupun kita harus ganti grab (dengan membayar RM 3 tadi itu dulu) palingan kita harus banyar gak lebih dari RM 3 lagi. Setelah diutak atik itupun kartu si abang suami jadi gak dapet grab yang murah lagi. Kujadibete. Akhirnya diakali sekarang grabnya pake kartu di handphone aku aja, jadi bisa tetep dapat bonus-bonus gitu, hmmm.
Ada apa di Kek Lok Si Temple ini?
Hmm, sebenarnya ku tak tahu dimana bagusnya ini tempat, huahahahahaha. Soalnya aku ini dari Pontianak ya bro. Jadi lihat Temple atau kalau di Pontianak aku nyebutnya kelenteng ini banyak banget. Bahkan ada yang rasanya lebih bagus dan lebih besar daripada tempat ini tapi ya lokasinya gak di atas bukit gitu jadi gak begitu kelihatan tinggi dan megah. Di dalam templenya sendiri yang aku lihat cuma ada tempat orang berdoa aja, jadi gak ada ruangan khusus untuk turis gitu (ya iyalah ya) dan dipelatarannya banyak banget pengemis dong! Kujadi takutkan buat motret-motret bareng sama K. Jadi gak sampe sejam kamipun udahan di sini dan pulang ke daerah kota.
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Upside Down Museum
Setelah dari Kek Lok Si Temple, kita langsung cuss ke salah satu Mall di daerah Komtar. Alasannya seh karena biar mudah cari variasi makanan yang disukai si K yang akhirnya kami beli KFC untuk dia. Tapi itupun dia makannya dikit banget yang buat aku pusing tujuh keliling. Padahal sebelum makan udah aku bawa dia ketempat bermain gitu di dalam mall. Pas main seh semangat, tapi pas makan balik lagi moodnya buruk banget, kusungguhtakmengertilagi.
Maka dari itu, setelah selesai makan di Mall dan masih terlalu siang untuk jalan-jalan di daerah Town Hall karena panas, akhirnya si abangpun memutuskan bagaimana kalau kita ke Upside Down Museum aja. Alasan pertama karena pasti kami gak kepanasan di sono 😛 dan alasan kedua karena kami toh gak pernah ke Upside Down Museum sebelumnya sama sekali, jadi kenapa gak kan yak?
Seperti di Trick Eye Museum langkawi ternyata si K senang dong masuk ke sini! Dia semangat sekali setiap disuruh pepotoan disetiap sudut ruangannya. Apalagi setiap lihat kursi-kursi yang bergelantungan di atasnya diapun selalu semangat. Seru juga seh ya main dan pepotoan di ruangan gini, kok kami dulu gak pernah tertarik ya? Hahahaha. Etapi aku gak kebayang seh kalau perginya pas mereka lagi hype banget, pasti gak jelas antriannya dan jatohnya udah gak asyik lagi.
St.George Church
St.George Church
St.George Church
St.George Church
Setelah dari Upside Down Museum, kami balik ke hotel dulu jalan kaki (karena deket kan) buat istirahat, sholat dan mandi sore dulu. Habis itu tujuan kami langsung cuss buat jalan-jalan di daerah Town Hall yang dimulai dari St.George Church.
Gereja ini sebenarnya gak gede seh. Ukurannya normal aja, tapi bangunannya emang kece karena seluruhnya bercat putih bersih dengan gaya Eropa gitu jadinya klasik. Di depan gerejanya ada halaman luas gitu yang isinya rerumputan hijau spot yang si K suka banget dan ada kayak gajebo gitu ditengahnya menghadap ke gereja yang cantik seh buat pepotoan.
Tapi karena kami gak berniat masuk dan melihat isi dalam gerejanya, makanya kami gak memerlukan waktu banyak di sini. Pasang tripot, foto, si K ngumpuling ranting ya cuss pergi menuju ke tempat selanjutnya.
Tempat selanjutnya yang mau kita datangi itu adalah Queen Victoria Memorial Clock Tower. Untuk sampai ke sana kami lagi-lagi jalan kaki karena emang gak begitu jauh. Disepanjang jalan yang kami lewati juga pemandangannya bagus karena bangunannya emang rata-rata bangunan tua gitu dengan gaya eropa (sebenarnya dari negara mana seh? aku gak ngeh juga, haha) dan untuk sampai ke sana kita juga harus melewati Town Hall dari depan jadi sempat pepotoan juga di trotoar daerah Town Hall yang emang kece banget seh.
Di ujung jalan dari Town Hall itulah tempat Queen Victoria Memorial Clock Tower berada. Awalnya aku sempat bingung loh lihat Queen Victoria Memorial Clock Tower ini. Beneran tuh cuma ini doang bangunannya? Ya dari segi bentuk seh emang lumayan ya, tinggi dan menjulang gitu. Tapi kalau dilihat dari lokasinya kok ya gak banget gitu. Karena Queen Victoria Memorial Clock Tower ini berada beneran ditengah jalan gitu. Manalah jalan di bawahnya dijadikan orang tempat parkir mobil dan motor jadilah kelihatan kurang tertata gitu.
Pas aku lihat ini langsung mikir seh dalam hati, besok besok kalau ada wisatawan yang datang ke Pontianak aku harus bangga ngajakin mereka ke tugu digulis atau Tugu Khatulistiwa. Karena paling gak di sana ada taman-tamannya bahkan di Tugu Khatulistiwa ada museumnya, jadi gak gitu doang, hahahaha.
Dari Queen Victoria Memorial Clock Tower menuju ke Town Hall dari belakang aku juga sempat pepotoan di Fort Cornwallis. Kalau mau masuk harus bayar jadi kami gak masuk karena aku gak terlalu tertarik seh sama benteng. Masak seh harus pepotoan sama tembok doang harus bayar? Hmmm.
Town Hall
Aku baru sadar kalau taman itu gak perlu melulu ada bunga dan air mancur. Bahwa kalau taman itu sekedar tanah lapang (banget) dan kosongan aja gitu bisa juga amat sangat seru. Dan menurut aku Pontianak juga sangat amat perlu untuk memiliki satu taman model tanah lapang seperti ini. Mungkin di depan kantor Gubernur Kalbar?
Aku masuk ke Town Hall ini dari jalan belakang. Sebenarnya bakalan lebih seru kalau saja gak ada pembangunan (entah apa) yang menghalangi pemandangan langsung ke lautnya. Tempat pertama yang aku kunjungi adalah tempat bermainnya. Jadi di pinggiran Town Hall itu ada beberapa mainan yang bisa dimainkan untuk anak-anak. Gak banyak seh mainannya, tapi menurut aku cukup banget untuk membuat anak senang. Terlebih lagi mainan ini terbuat dari besi gitu yang terlihat kokoh jadi gak mudah rusak. Tempat mainnya pun lumayan luas jadi gak terlihat berdesakan walaupun anak-anak yang bermain di sana lumayan rame. Si K seneng banget di sini. Udah dibiarin main lama tetep aja pas diajak move on gak mau. Akhirnya diiming-imingin boleh gegulingan di rumput depannya baru deh dia mau beranjak pergi 😛
Di depan tempat bermain tadi emang ada lapangan hijau yang luas banget. Banyak orang lokal yang beraktifitas di sana karena kita datangnya emang udah sore dan cuacanya udah pas. Ada anak-anak cowok yang bermain bola dengan memasang gawang kecil. Ada cewek-cewek remaja yang membentuk lingkaran gitu seperti sedang kajian? Ada juga keluarga kecil seperti kami yang cuma sedang duduk sambil anaknya lari-larian yang akhirnya kami juga melakukan hal yang sama. Di tepian lapangan, ada orang yang menyewakan gelembung sabun yang bisa dimain di sana. Jadi seperti aku bilang di atas, tanah lapang kosong itu ternyata sangat menyenangkan juga ya. Aku pengen punya satu di Pontianak deh!
Setelah menjelang magrib, kitapun pulang dengan sebelumnya pepotoan dulu di depan gedungnya. Gedung Town Hall ini emang beneran keren seh. Mengingatkan aku sama gedung-gedung yang ada di Perth gitu. Ya walaupun kurangnya emang di sini kurang banyak aja gedung yang seperti begituan, hahahaha.
Dari Town Hall ini kamipun melanjutkan perjalanan untuk mencari makan malam (yang akhirnya sesat, hahahah) dan berlabuh di Projek Nasi Lemak Box yang tempatnya ada di Town Hall juga dong. Jadi kita setelah jauh nyari makan, terus balik lagi ke Town Hall >.<
View this post on Instagram
Katanya ini nasi lemak hits di Penang. Tapi si K protes. Kok nasinya warna blue ma? . . Terus emaknya sotoy, “Nasi di Penang banyak yang warna blue nak!” . . #nasilemakpenang #instafood #instapenang #instamalaysia #penang #malaysia #asriandatrip #asriandatrip2019
A post shared by Irni (@iirni) on Jan 17, 2019 at 1:04am PST
Kapitan Keling Mosque
Kapitan Keling Mosque
Kapitan Keling Mosque
Kapitan Keling Mosque
Perjalanan di daerah George Town ini kami lanjutkan keesokan harinya. Pagi-pagi setelah sarapan di Roti Bakar Hutton Lane dan Bee Hwa Cafe lagi, kamipun pergi ke Mesjid Kapitan Keling. Mesjid ini seru seh karena model bangunannya terbuka gitu yang gak ada pembatas dindingnya. Untuk mengambil wudhupun ada semacam kolam gitu dengan gayung-gayung yang diikat dipinggir kolamnya sehingga kita bisa leluasa untuk berwudhu (untuk yang cowok). Karena kami datangnya pas hari Jum’at pagi, jadi pas kami datang petugas mesjidnya sedang bersiap dan berbenah untuk sholat Jumat. Karena kami gak mau mengganggu jadilah cuma lihat-lihat aja dari depan, pepotoan terus pergi dan jalan kaki menuju ke Street Art.
Street Art Penang
Ada dua gambar yang pengen banget aku foto di sana ketika mengunjungi Street Art di Penang ini. Pertama adalah yang anak cowok dengan menggunakan motor, kedua adalah anak cewek dengan adiknya dengan menggunakan sepeda. Dibeberapa blog yang aku baca katanya susah banget nyari Street Art ini karena berada dijalanan kecil. Tapi ternyata gak kok, mudah banget malah. Karena di google map udah ada. Jadi tinggal cari aja dengan keyword “Penang Street Art : Boy on Chair” dan “Penang Street Art : Old Motorcycle” pasti ketemu deh.
Penang Street Art : Old Motorcycle
Penang Street Art : Boy on Chair
Disepanjang jalan menuju ke Street Art di atas juga banyak banget street art kecil baik yang lama maupun yang baru model dari besi gitu yang dapat kita jumpai. Jadi sekali dayung, tiga empat street art terfotokan 😛
Penang Street Art
Penang Street Art
Penang Street Art
Penang Street Art
Penang Street Art
Kami kemaren pergi untuk berburu Penang Street Art ini waktu udah mau tengah hari dan ternyata panas banget (ya iyalah ya). Jadi kalau mau ke sini aku saranin mending seh pagi atau gak sore aja sekalian biar gak berpeluh-peluh banget buat pepotoan. Keuntungan pergi ke sini ditengah hari bolong hanyalah matahari yang bersinar tepat di atas kepala kita sehingga pencahayaannya sangatlah cakep. Jadi foto-foto yang dihasilkan gak terlalu berbayang deh. Sukak!
Penang Bridge
Tempat terakhir di daerah George Town Penang yang ingin aku kunjungi adalah Penang Bridge. Kata si abang mending kita sekalian naik ferry aja buat pepotoan dengan Penang Bridge-nya. Etapi ternyata dari ferry ini masih sangat jauh dong, jadilah Penang Bridge cuma nampak secuil aja dan bahkan dari foto gak kelihatan sama sekali seperti foto di atas.
Turun dari ferry, kita masuk ke terminalnya yang udah kayak mall saking cantiknya (aku suka takjub dengan infrastruktur di Malaysia yang udah dipelosokpun tetep bagus dan terawat) dan memutuskan untuk makan di food courtnya dulu di sana.
Lalu karena masih penasaran dengan Penang Bridge, akupun meminta suami bagaimana kalau kita naik Grab aja untuk jalan melewati jembatannya. Ya walaupun gak akan bisa pepotoan dengan latar jembatannya, paling gak ada deh merasakan naik di atas jembatannya ya kan, hahahaha.
Pulang dari Penang Bridge kitapun langsung balik ke hotel untuk cek out karena siang ini kami bakalan pindah hotel di daerah Batu Feringgi dan merasakan hotel bintang 5, yeaaay
***
Ok, ternyata udah panjang banget ya tulisan aku kali ini, hampir 2500 kata aja bo, hahahaha.
bye.
Jalan-Jalan di George Town Penang Total aku jalan-jalan di daerah George Town Penang ini kurang lebih 1,5 hari. Sebenarnya masih ada 1,5 hari lagi waktu aku di Penang tapi waktu itu aku habiskan di hotel di daerah Batu Feringgi.
#itinerary liburan ke Penang#jalan di George Town Penang#Penang Bridge#Penang Town Hall#tempat sarapan di Penang
0 notes
Text
Memberi Anak-anak Yang Jadi Pengemis itu Baik atau Jahat sih?
Kemarin malam, saya makan bersama dengan salah seorang teman di warung makan pinggir jalan margonda (kenapa sih makannya pinggir jalan mulu? Soalnya kalo di tengah jalan, nanti di tabrak, WK). Belum sampai lima belas menit kami duduk di warung makan tersebut, seorang anak kecil menghampiri kami. Anak itu tidak berkata apa-apa, hanya memainkan uang seribu rupiah kucel diatas meja kami yang masih kosong menunggu makanan. Tanpa kami bertanya-pun, kami sudah bisa menebak bahwa adik kecil ini datang dengan tujuan untuk meminta uang. Dalih mereka selalu sama "Uang buat makan kak, buat sekolah kak, ibu saya sakit kak". Teman saya yang sedang bekerja di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak hanya diam mendengar jawaban si adik kecil. Merasa tidak memiliki peluang si adik kecil-pun langsung pergi meninggalkan meja kami. Tidak lama dari adik kecil tadi, datang adik kecil kedua. Dengan penampilan dan sikap yang hampir sama. Kami-pun memilih sikap yang sama. Tidak memberi uang kepada si adik kecil apapun dalih yang dia sampaikan.
Mungkin tega atau pelit kali ya. Kenapa sih gak mau ngasih uang 500 atau seribu doang? Kasian Tahu, Jahat Banget Sih!
Ternyata, memberikan uang ke anak-anak yang ‘dipaksa’ menjadi peminta-minta itu memiliki dampak yang buruk untuk si anak. Coba perhatikan, apasih alasan orang tua atau orang dewasa yang menyuruh si anak-anak untuk menjadi peminta-minta? Alasannya karena mereka “menjual Iba" untuk mendapatkan sekeping dua keping rupiah. Menurut saya, dengan kita memberikan uang kepada anak-anak malang itu, artinya kita sudah membiarkan anak-anak itu di eksploitasi oleh orang-orang dewasa yang jahat itu. Tidak percaya? Coba perhatikan, anak-anak yang disuruh minta-minta. Orang tuanya akan berjalan mengawasi mereka dan memberikan si anak mendekati setiap targetnya. Jika, dia tidak sedang menjual Iba, kenapa tidak dia saja yang menghapiri orang-orang? lalu menyampikan dalih yang disampaikan oleh si anak.
Tapikan, kalo gak dikasih nanti mereka akan dimarahi oleh orang tuanya?
Aku pernah mendapatkan cerita itu dari beberapa anak jalanan yang waktu jaman kuliah dulu pernah menjadi objek penelitian tugas kuliah. Memang dilematis sih dan sempat bingung juga dulu waktu menemukan cerita ini. Tapi berdasarkan perenungan panjang, aku tetap memilih sikap untuk “Tidak Memberi Anak-Anak yang Meminta-Minta”. Menurutku, dengan memberikan mereka uang itu sama saja dengan memberikan peluang orang-orang jahat itu untuk mengekploitasi mereka. Jika kita memilih untuk tidak memberi, artinya kita menutup peluang tersebut. Akan dimarahi dong anak-anaknya? Ya, tapi ini akan berjalan sekali saja bukan? Tidak seperti eksploitasi yang berkepanjangan. Mungkin kita belum bisa melakukan hal-hal besar untuk menghentikan eksploitasi terhadap anak-anak, namun kita bisa melakukan langkah kecil ini.
0 notes
Video
instagram
#Repost from @bennyhadislani with @regram.app ... Pelajaran hari ini,sepulang saya meeting utk proses pembuatan videoklip kawan,tadi sekitar jam 5 sore disekitar Kemanggisan Jakbar,saya bertemu dgn bapak Andi Sudirman yg menggendong ke 2 anaknya tanpa alas kaki,ketika ditanya mau kemana berjalan??dia menjawab mau balik kampung di #bone ..banyak pengendara mobil motor (jalanan satu arah dan agak macet karena jam pulang kerja) yg iba,spontan memberinya uang,ada yg 100rb,50,20,namun ia tolak.'sy bkn pengemis,saya ingin balik kampung'katanya.ada sktr 30menit saya ngbrol dg beliau bersama 1 orang pengendara mobil yg menepikan kendaraannya ,berniat menolongnya...kasian sekali miris melihat kondisinya dan kedua anak kembarnya,yg dibelakang laki2, yg digendong di depan perempuan,dia sdh minta tolong berjalan kaki mendatangi ke bbrp penguasa negeri ini tapi jgnkan respon,beliau diusir dikira pengemis.sehari2 mencari rongsokan,jika malam tiba tidur dimana pun seketemunya saja tmpat.sy berdoa smga scptnya beliau dan anak2nya pulang ke kampung halaman cita2nya..mohon bantu share jika berkenan #jalan #gontai #bukti #sayang #orangtua #ke #anak #street #quotes #instagood #kita #mesti #banyak #bersyukur🙏
#gontai#orangtua#ke#quotes#street#bukti#anak#repost#bone#kita#sayang#instagood#mesti#bersyukur🙏#jalan#banyak
0 notes
Text
Mengenang Tokyo (Termijn Pertama)
April 2015.
Pagi-pagi sekali setelah sholat subuh dan goler-goler selonjoran lagi di kursi bandara Haneda. Kami mencari kereta menuju destinasi pertama.
Sangat excited! Atau mungkin terlalu excited even kedinginan semalaman. Tapi dasar orang kayak saya ini ‘tempel-molor’ jadi ya merem aja di manapun berada. Mbalela yang nampaknya agak nggak tidur.
Oke. Kami harus cari kereta bernama Keikyu Airport Line dengan tujuan Asakusa Station. Karna kami akan pergi ke kawasan Asakusa. Kalo ngga salah harga tiketnya 660 Yen. Di dalam kereta, (beberapa orang sempat menatap kerudung kami dengan aneh), saya melihat keluar jendela dan bilang ke diri sendiri: “Selamat Datang di Dunia Dorama, Ci!”.
Bangunan-bangunan di luar jendela kereta dan para penumpang kereta. Persis seperti yang saya lihat di dorama. Yang laki pada pake suit yang warnanya mayoritas hitam (man in suit is always looked good, huh?) yang perempuan pada pake long coat yang warnanya mayoritas krem/khaki gitu.
Sampai di Stasiun dan menitipkan barang bawaan di loker, (harga sewa loker 300 Yen), kami lalu jalan kaki menuju kawasan Asakusa.
Asakusa ini semacam tempat wajibul wajib yang mau liburan ke Tokyo. Emang apaan? Kuil. Haha. Kuil banget, nih? Engga sih. Banyak shopping streetnya. Kami sampai sana jam 6 lewat.
Krik. Krik. Krik. Sepi!
Toko-toko belum buka. Kuilnya masih dipakai beberapa orang berdoa. Halamannya ada nenek-nenek jalan sama anjingnya.
Tapi saya suka. Maksudnya, jadi bisa leluasa memperhatikan sekitaran Tennoji Temple pas benar-benar sepi. Hingga akhirnya.. Kami kelaparan dan masuk ke Lawson, beli onigiri dan baumkuchen (pertama kali makan baumkuchen! Dulu pernah lihat di tivi cara/proses bikinnya). Rasa baumkuchen? Kayak lapis legit.
🌸
Musim semi di pagi hari untuk warga Pantura macam saya? Bencana. Dinginnya nggak kira-kira.
Kami akhirnya masuk ke cafe kecil. Pesan 2 teh hangat dan cheesecake. Duduk bengong kedinginan. Isinya emak-emak Jepang lagi ngerumpi (kata Mbalela). Cafenya lucu. Agak-agak vintage gimana gitu. Sayangnya saya lupa mencatat nama cafe dan letaknya. Yang pasti dia doang yang buka pagi-pagi.
🌸
Keluar dari cafe.
Mulai rame banget di luar. Toko-toko sudah buka dan kami pun mulai lupa waktu. Tips: belanja oleh-oleh di sini aja. Sedikiiiiiit lebih murah dari tempat lainnya. Tapi ada yang mahal juga. Jadi harus dibandingin mana yang murah, baru beli. Saya beli semacam gantungan kunci, tempelan kulkas, sumpit, teapot keramik, dll di sini.
Termasuk tiba-tiba kami berdua beli jaket. Gimana lagi, yang kami bawa dari rumah sungguh sangat tidak mampu menghalau dinginnya udara. Kami menghabiskan terlalu banyak waktu di Asakusa situ. Harap jangan ditiru.
🌸
Kami pun balik ke Stasiun Asakusa, naik kereta bawah tanah “Tokyo Metro Subway” (oemji I miss that train). Menuju Inaricho Station lalu jalan kaki ke Oak Hotel tempat kami menginap. Hotelnya terletak di Higashi-ueno, Taito-ku, Tokyo. Nomer telponnya +81358280551. Beberapa menit jalan kaki dari Inaricho Station. Resepsionisnya mas-mas tampan yang ramah dengan bahasa Inggris beraksen Jepang, namanya Takumi! (Gile, masih ingat!) 😃
🌸
Malamnya kami balik lagi ke Inaricho Station andalan. Nyegat kereta Ginza Line jurusan Shibuya turun di Suericho Station (kalo tidak salah). Kami menuju AKIHABARA! Sebenernya saya bukan manga-geek atau game-addict. Apalagi fans AKB-48, tentu bukan. Tapi jalan-jalan ke Tokyo tanpa ke Akihabara barangkali akan terasa hampa 🐒
Akihabara ini beneran pusat game, manga dan elektronik. Segalanya ada deh game dan manga aneh aneh juga ada. Pas lagi masuk toko elektronik, ada segerombolan orang berbahasa Minang. Disapa sama Mbalela. Ternyata mereka orang Padang. Yahilaah, jauh-jauh ke Jepang ketemunya orang Padang 😁
🌸
Pas hari pertama di Tokyo, saya mengalami sebuah ‘tragedi’. Siapa bilang di Jepang nggak ada pengemis?
Jadi gini ceritanya. Saya lagi antri di mesin pembelian tiket. Mbalela sudah duluan beli. Tiba-tiba ada bapak-bapak lusuh nyamperin saya dan ikut-ikutan mencetin mesin pembelian tiket. Lalu uang koin kembalian saya, diambil semua sama dia! Dia bilang: “hangguri hangguri” (Maksud dia hungry, lapar). Mukanya seram! Karena baru hari pertama dan hanya memegang uang yen yang tak terlalu banyak. Akhirnya uang kembalian saya yang keluar dari mesin dan dia ambil, saya ambil semua koin di tangan dia. Saya kasih 30 yen doang. (Saya jahat sih kalo diingat ingat lagi, kasian dia). Saya langsung ke arah Mbalela. Nantinya, pas di Osaka, saya melihat lebih banyak kaum gelandangan Jepang.
🌸
Kembali ke Hotel dengan lelah tapi gembira! Oiya, mayoritas air keran di Jepang bisa langsung diminum ya. Jadi saya bawa tumblr, biar hemat. Kalo beli air di konbini, satu botol sedang harganya sekitar 50 yen (kalo ngga salah).
🌸
(bersambung)
0 notes
Quote
Kasian ya aku meni kaya pengemis Ngemis waktu kamu Ngemis perhatian kamu Ngemis romantisnya kamu Ngemis pengen ketemu kamu Ngemis ngemis ngemis ngemis ngemis Tanpa kamu tau sakitnya diposisi aku
0 notes
Text
I
Sore hari ini sangat terik, udara di luar sangat panas. Dengan dua gelas cangkir kopi dan satu gelas air putih dingin menemaniku menulis sebuah cerita… AKU MASIH TIDAK MENGERTI Mungkin perasaan aku terlalu melakolis atau memang keadaan lingkunganku tidak mendukung, aku akan bercerita sedikit sekaligus memberikan ruang untuk para pembaca tulisanku, berdikusi dan berdialog dengan kata-kata yang aku tulis. Masih ingat tidak bahwa adam dan hawa diciptakan sebagai kisah sepasang manusia yang menjadi cikal bakal manusia lalu manusia berikutnya (maksudny melahirkan keturunan). Oke aku tidak akan membahas lebih dalam mengenai mereka, karena aku yakin bayak persepsi mengenai siapa dan apakah teori A dan B yang benar. Disini aku akan menceritakan bahwa, sepasang makhluk hidup memang ditakdirkan untuk berpasang pasangan yang aku maksud adalah wanita dan pria yang akan memiliki keturuanan. Pernah nggak sih kalian mendengar banyak sekali pemberitaan bahwa hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini tidak berbudi pekerti sama sekali, sore ini aku ingin membahas mengenai “kriminalitas” bagi kaum wanita dan pria tapi aku lebih menfokuskan untuk anak anak di bawah umur, kenapa aku ngebahas hal seperti ini, sebagian mungkin berpikir untuk apa dibahas mungkin juga mereka menggagap hal seperti ini sudah menjadi bagian takdir kita sebagai manusia. Terkadang aku tutup kuping untuk mendengar hal yang aku anggap bodoh, atau hal ini mungkin baiknya dibesar-besarkan sampai seisi perut bumi pun mendengar. Entahlah, yang pasti setiap ada pemberitaan yang di jadikan lelucon menurutku aku tidak sepenuh hati mendukung apa ini cocok untuk menjadi bahan candaan. Oke aku terlihat egois menulis kata-kata yang menurutku sendiri masih tidak ada gambaran apakah korban sendiri sangat terpukul atau tidak. Karena menurutku ketika seorang mengalami hal yang tidak mereka inginkan sebaiknya tidak terlalu menforsir diri mereka untuk bersedih setiap harinya, akan tetapi dengan sikap kita seolah olah melupakan apa yang terjadi dan mengembalikan keseharian menjadi normal membuat sebagain orang yang melihat masalah yang kita alami sudah bukan masalah yang harus diselesaikan. Yang akan aku tekankan hal seperti ini yang harusnya orang-orang sekitar kita lihat, bahwa yang terlihat baik belum tentu baik. Hmm seperti itu gambaran inti dari tulisanku sebelumnya. Jadi, sebenernya apa yang harus dibahas disini? Kepedulian, iya kepedulian kepada anak-anak dibawah umur kepada mereka yang menjadi korban, perempuan atau anak laki-laki yang kalian lahirkan dan besarkan untuk menjadi generasi penerus bangsa. Artikel ini hanya tulisan yang membuat aku bener-bener tidak mengerti, tidak menghakimi siapapun, tidak juga membuatku merasa benar, hanya saja ketika aku berkeliling atau sekedar berjalan mengintari beberapa jalanan satu minggu yang lalu dan apapun yang aku lihat baik secara langsung atau sekedar melihat di berita bahwa anak kecil yang menjadi korban tersebut hanya tidak mengerti hidup mereka yang mereka tau hanya untuk dijalani, kebutuhan mereka salah satunya adalah bentuk “kepedulian” orang disekitar mereka lebih berharga (termasuk kita), aku teringat pada saat masih kuliah dulu ada salah satu dosen yang menurutku kata-kata yang beliau lontarkan membuat seisi ruangan menjadi hening, kata-katanya sangat sederhana. “anak-anaku tidak ada salahnya kita berbagi sedikit uang yang kita miliki, ketahuilah bahwa tindakan kriminal itu terjadi karena perut yang lapar (seseorang). Bapak mengerti bahwa pemerintahan sekarang, tidak mendukung kita memberikan uang kita kepada pengemis dijalanan yang katanya penghasilan mereka lebih besar, tapi apa salahnya kita berbagi. Hal kecil yang kita lakukan seperti itu bisa memperkecil tingkat kriminalitas. Sampai sekarang aku selalu ingat kata-kata beliau, bentuk kepedulian orang beda-beda aku percaya itu, dengan kita berdoa atau sekedar berkomentar “kasian ya masih kecil sudah berusaha menghidupi dirinya sendiri” atau "hebat ya masih kecil udah bisa cari duit sendiri", menurutku itu juga sebagai bentuk kepedulian walapun sekedsr berkomentar, bener nggak sih hahahaha. Ya percaya atau tidak sebenarnya tergantung pada pilihan, karena hidup memang harus memilih. Apa yang menjadi jalan hidup kita sekarang karena pilihan, pilihan yang kita pilih sendiri oleh “kita”.
0 notes