#Pancingan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Dapatkan hasil maksimal di setiap sesi memancing! Telur jangkrik siap untuk Anda!
Telur jangkrik adalah umpan mancing unggulan yang dapat meningkatkan peluang Anda mendapatkan ikan besar. Kaya akan aroma dan rasa yang disukai ikan, telur ini merupakan pilihan alami yang efektif. Mudah digunakan dan praktis, telur jangkrik siap membantu Anda meraih hasil tangkapan yang lebih baik di setiap petualangan memancing. Dapatkan sekarang dan buktikan sendiri keampuhannya!
#TelurJangkrik#UmpanMancing#Memancing#HobiMemancing#TangkapIkan#IkanBesar#UmpanAlami#FishingGear#PetualanganMemancing#Pancingan
0 notes
Text
Tangkap ikan besar dengan umpan terbaik! Telur jangkrik kami siap meningkatkan hasil mancing Anda!
Telur jangkrik kami adalah umpan berkualitas tinggi yang dirancang untuk meningkatkan peluang Anda menangkap ikan. Dengan daya tarik alami dan nutrisi yang kaya, telur ini sangat efektif untuk menarik berbagai jenis ikan. Coba sekarang dan buktikan sendiri hasilnya!
1 note
·
View note
Photo
#PaketHemat Varian Vanila Milk Cream Dan Es Doger Web : http://essenoilalangalang.blogspot.com/?m=1 BL : https://m.bukalapak.com/u/tridiindonesia #Ikan #Mas #Lele #Nila #KiloGebrus #Patin #Essen #Oil #Pelet #Bandul #Fishing #Oils #Mancing #Minyak #Umpan #Pancingan #Galatama #Adipura #Fishingoil #Tokoumpanpancing #Mancingliar #Tokoumpanmurah #Tokoumpanracikan #Tokopancing #Essenmantap #Umpangalatama #Umpangalatamalele #Umpangalatamaikanmas #Umpanikanmas https://www.instagram.com/p/Cm-wDLLv5bE/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#pakethemat#ikan#mas#lele#nila#kilogebrus#patin#essen#oil#pelet#bandul#fishing#oils#mancing#minyak#umpan#pancingan#galatama#adipura#fishingoil#tokoumpanpancing#mancingliar#tokoumpanmurah#tokoumpanracikan#tokopancing#essenmantap#umpangalatama#umpangalatamalele#umpangalatamaikanmas#umpanikanmas
0 notes
Link
Use the helpful minimap to know where are the missions spots. Press it to expand the whole map. Fly across the open-world and explore for hours in one of the best airplane flying simulation games!
0 notes
Text
Royalti
“Gimana rasanya dibikinin buku sama mantan?”
Mendengar pertanyaan Gaby, Moze langsung menarik napas panjang. Mungkin memang begitulan risiko punya mantan seorang penulis. Loka membubuhkan berbagai detail tentang hidup Moze di novel terbarunya, dari nama yang mirip, kebiasaanya, kesukaannya, mimpinya, hingga kejadian-kejadian yang dahulu kala tak pernah Loka jelaskan dan membuat Moze bertanya-tanya.
“Aneh. Padahal dulu aku pernah minta dia janji gak akan nulis apapun soal aku di karya dia.” Jawab Moze dengan nada masa bodoh. Gaby tahu, Moze tak mungkin masa bodoh. Ia yakin bahwa sahabatnya peduli dan memikirkan masa lampau yang ternyata masih menghantuinya. Pertanyaan Gaby adalah upaya untuk memancing Moze bercerita tentang apa yang dirasakannya.
“Ingin marah, sebetulnya. Kesel karena orang terdekat yang baca pasti tahu tokoh di novelnya itu cerita aku sama dia dulu.”
Pancingan Gaby ternyata berhasil.
“Tapi, mungkin itu cara dia minta maaf. Atau, mungkin cara dia menyelesaikan sesuatu yang dari dulu gak selesai-selesai amat meski kita berdua udah pisah cukup lama.” Moze berkata-kata dengan mata tertuju ke gelas berisikan jus strawberry yang setengah kosong—sambil memainkan ujung sedotannnya.
“Kamu masih merasa perlu closure?” Tanya Gaby melihat gelagat Moze.
“Iya, tapi aku pun gak tahu caranya gimana. Cara dia, dengan menulis segalanya di cerita yang orang lain taunya fiksi. Caraku? Aku masih gak tahu.”
Gaby agak khawatir Moze akan melakukan hal yang mungkin akan menghancurkan hidup yang Moze sedang bangun sekarang.
“Ze, yang selama ini kita namai closure itu, gak perlu dicari sebegitunya. Closure datang dari kesadaran. Aku yakin kamu tahu dan paham. Masalahnya, kamu mau apa enggak?”
Moze menegak hingga tandas jus strawberry-nya langsung dari gelas dengan melipat sedotan di bibir gelas hingga fungsinya tak lagi berarti.
“Entahlah. Aku pernah lupa nama mantan-mantanku setelah beberapa tahun. Aku harap, sih, dengan waktu, Loka akan lenyap juga. Dan, itu mungkin akan menjadi momen closure buatku.” Timpal Moze.
Hening mengisi ruang di antara Moze dan Gaby selain piring-piring kosong di atas meja hasil dari buka puasa bersama. Moze menumpuk beberapa piring kosong sambil melap jejak basah gelas jus strawberrynya.
“Sayang banget aku gak ikut dapet royalti.” Kata Moze.
“HAHAHAHA IYA JUGA.”
Keduanya langsung tertawa dengan kencang. Seluruh orang di sekitar langsung menoleh sambil menyantap hidangan berbuka puasa, antara penasaran dan merasa terganggu.
7 notes
·
View notes
Text
Allah
Ba'da subuh, saya tertegun oleh panorama yang sangat indah. Jingga langit yang amat menawan ditemani daun pohon kelapa yang berdzikir. Hembusan angin semilir menguatkan kebesaran pencipta nya.
Selepas itu saya segera pumping. Mulai mengumpulkan stok ASIP untuk persiapan ramadhan nanti, supaya faiz tidak kekurangan susunya. Lalu bergegas masak bubur MPASI. Qadarullah beberapa hari belakangan faiz demam bapil. Sudah tiga hari faiz tidak makan bubur, hanya nenen saja. Hari ini alhamdulillah sudah lebih mendingan. Semoga sudah mau makan lagi. Meski saya harus menyiapkan mental kalau kalau bubur mpasinya malah terbuang, seperti yang sudah sudah.
Sejam kira-kira buburnya sudah matang tapi faiz masih nyenyak bobo. Akhirnya ditarok kulkas dulu sembari saya gosok baju yang sudah menggunung. Pukul 9 lewat faiz baru bangun wkwk alhamdulillah. Main sejenak sambil saya kukus bubur tadi. Menyiapkan segala perkakas. Saya sudah merencanakan mengajak faiz makan di teras rumah. Supaya lebih fresh dan lega melihat pemandangan luar.
Beberapa menit berjalan. Seperti biasa, faiz menutup mulutnya. Huuft, saya sengaja tidak memberi pancingan apapun. Hanya dudukan faiz di kursi makannya. Tanpa mainan atau buku bukunya. Saya ingin mengatur kembali feeding rulesnya yang sejak awal sudah berantakan.
Seperempat jam berlalu, hanya seuprit sekali yang bisa masuk mulutnya. Huffft tarik napas. Rasa-rasanya kelelahan yang teramat sangat dari mengandung, melahirkan, menyusui, hingga sekarang adalah masa mpasi-nya :". Hutang berat badan yang sudah 2 bulan harus dikejar, kekhwatiran faiz tidak terpenuhi gizinya diseribu hari pertama kehidupannya. Sering rasanya ingin menyerah. Tapi kalau saya menyerah, siapa lagi yang akan melakukannya?. Saya menatap buburnya, sesekali menatap faiz. Diam saja tanpa kata. Dalam dalam relung hati berucap, "Yaa Allah berilah rejeki nafsu makan untuk faiz. Hiburlah hati hamba ini yaa Allah".
Beberapa jenak, melihat faiz makan dari kejauhan datanglah tetangga seberang rumah. Beliau paruh baya, senang melihat faiz katanya. Mengobrol menemani saya menyuapi faiz. Disela mengobrol ibu itu berkata,
"Ndak apa yaa bunda, nanti faiz ini yang bawa bunda ke surga. Sabar aja ya bunda"
Tek. Saya terdiam. Mengamiini dari balik bilik hati. Allah.
Allah telah mengabulkan pinta saya sepersekian menit selepas saya meminta. Penghiburan yang teramat manis.
Allah, selalu punya cara indah mendengar dan memeluk hambaNya.
Terimakasih Allah, untuk subuh dan pagi ini. Untuk hari hari yang berlalu. Juga hari hari yang akan datang.
@kikyamci
9 notes
·
View notes
Text
Ingin disini karena tidak banyak yg mengetahui
Hi, it's been a while. Peralihan menuju tahun yg baru ini, perasaanku bercampur aduk. It's messed up but one thing for sure: I learn a lot.
Aku belajar mengenai tisane mulai dari filosofinya, do's and dont's, dan explore recipe blend. Aku sadar gak punya ilmu yg cukup jadi aku beli buku, pelajari otodidak dan diskusi sama umi.
Oh iya aku jadi banyak menyampaikan ide. Since I was planning small business, it was quite exhausting journey. Aku sering susah tidur kalau konsepnya belum selesai. Aku belajar procurement mulai dari cari supplier dan kurasi produk. Aku juga mulai nerapin sustainable living walau masih jauh dari sempurna. Aku mulai merasa berdosa kalau belanja pakai plastik dan menyarankan keluarga untuk bawa foldable bag atau spoundbound. Cerita menariknya umi mulai belanja pepaya dan menolak menggunakan plastik. Umi bilang "anakku ngelarang pakai plastik, harus ramah lingkungan". I smile brightly at that time.
Aku juga belajar milah sampah terutama koleksi bubble wrap dan kardus. Menyenangkan ketika kami memisahkan lakban dari kardus dan menggunakan kertas gak terpakai dan dijadikan hiburan untuk dicacah dengan paper shredder. Bubble wrap yg sudah rusak akan ditekan sama umi sampai habis, it's satisfying, isn't it? Aku juga memutuskan beli packaging all eco friendly mulai dari honeycomb paper wrap, gummed tape, bottle dll. Aku juga sedang mengumpulkan kemasan skincare agar bisa dibersihkan dan digunakan kembali. Awalnya sangat berat dan akan muncul pemikiran is it worthy karena rasanya tentu lebih ribet tapi menjadi lebih considerate dan bertanggung jawab dalam produksi-konsumsi juga layak diperhatikan. Semoga bisa konsisten:')
Aku jadi beli barang yg ku inginkan dulu tapi kali ini emang kami butuh fungsinya jadi bukan beli demi keinginan aja. Tentu aja tanganku ini bisa merusak sesuatu karena kecerobohan. Aku kesenangan main meteran, dijadikan pancingan lalu ditekan supaya narik otomatis dan berakhir rusak dalam 1 hari haha.
Tapi dibalik itu semua, aku gak merasakan apapun. Kebahagiaan terasa sementara dan hambar. Mungkin aku yg kurang bersyukur atau aku yg mulai mencari apa yg sebenarnya tidak hilang. Aku bisa jadi anak yg berisik dengan tingkah konyolnya, kakak yg suka iseng gangguin adiknya tapi ketika kembali ke kamar, aku merenung. Aku bisa menatap dinding dalam waktu lama dan menghembuskan napas sangat berat. Aku yg mulai bosan dan mematikan notif social media karena tau gak ada lagi yg ku tunggu dari sana. Aku selalu menghapus pesan yg belum sempat ku kirimkan atau mengurungkan niat reply story teman tuk bahan obrolan. I lost the engagement while feeling emptiness and freaking lonely.
Aku takut banyak hal terutama perasaan kecewa karena itu aku lebih sadar dan menarik diri. Aku udah gak seantusias dulu dan banyak berpikir dalam apapun. Aku jadi orang yg lebih serius dan tidak menyenangkan. Aku juga kadang kehabisan ide untuk merespon atau malah terkuras energi sebelum komunikasi. Tapi aku banyak rindu. Aku diam-diam nangis ditengah malam dan mendoakan orang lain bahagia. Ada rasa sesak ditenggorokan karena berusaha tak bersuara sedang isaknya mendalam. Aku memeluk selimut sangat erat dan sesekali merangkul dan mempukpuk kepala sendiri. Satu hal yg terus ku sadari: Aku mulai mempercayai orang lain dan menurunkan kemandirian agar bisa dijaga dan dilengkapi. Maka setelah mereka tak bisa selalu ada, aku kehilangan pegangan lagi. There's nothing that feels right currently.
And I thought "it's better to feel nothing than loving".
11 notes
·
View notes
Text
Rasa ingin menangis selalu tertahan dan baru bisa terluapkan dengan pancingan ringan.
4 notes
·
View notes
Text
Hay minggu.,
Aku ingin sedikit bercerita. Ini tentang drama MPASI. Beberapa hari ini alula susah banget makan. Endak mau buka mulut, apa istilahnya GTM yaa. Pernah itu kepala ku sampai berat bangett, berbagai caraku lakukan, dri buat sendiri sampai menurunkan tekstur lagi. Ku buka Ig Dr. Tan, ku cari solusii. Ah, entahlah.
Hari ini, senang sekali rasaanyaa. Sore ini ia makan lahap, walau dengan pancingan ubi ungidan nasi di taruh plastikk. Pokonyaa senengg bangett. Alhamdulillah. Makasihhh ya Allah. Makasihhhh. Engkau maha baik. Senang sekali ya Allah..
Sebetulnya untuk drama MPASI banyak sekali dramanyaa. Tapii nggk papa, yang ku abadikan disini senang hatii.
Pokonya kuncinya saabar, dan terus belajar nggk sih. Dan di pastikan semua anak mengalami ini, apapun itu kondisinyaaa. MaasyaaAllah tabaarokalloh. Terima kasih ya Allah, alhamdulillah tsumma alhamdulillah.
16 April 23
4 notes
·
View notes
Text
Aku harus mengumpulkan banyak energi tiap kali pulang ke rumah. Emosi negatifku lebih sering terpantik daripada emosi lainnya. Kalau mau menguji level skill mengendalikan emosi, rumah adalah tempat yang paling tepat. Hal sesepele ketidakteraturan penempatan barang bisa jadi pancingan uring-uringan seharian. Belum lagi menghadapi beragam orang di rumah yang tidak bisa ditebak. Membayangkannya saja, sudah bikin capek bahkan sebelum berangkat pulang.
Lama tidak tinggal di rumah membuat orang – orang sungguh penasaran dengan kehidupanku. Mereka bertanya ini dan itu. Entah basa – basi atau benar – benar peduli. Tapi tak jarang mereka mengulang pertanyaan yang sama. Pasangan. Tingkat keingin tahuan mereka tentang hal itu amat tinggi. Bukan satu dua orang saja yang bertanya. Tahu kan rasanya ditanya hal yang sama berkali – kali, tapi jawabannya masih sama? Rasanya ingin aku berkata, “please deh kenapa pertanyaannya itu mulu?”.
Ibarat kanebo yang di peras, lalu dijemur, itulah gambaranku jika terlalu lama berada disini, di rumahku sendiri. Terasa kaku dan kering. Entah kenapa aku tidak bisa mengubah kanebo ini menjadi basah, penuh muatan air. Susah sekali menyerap air air itu. Apakah jangkauan air begitu jauh? Atau mungkinkah aku tidak memiliki daya resap yang baik? Ataukah air-air yang ada di sekitar tidak baik untuk kuserap?” Di kondisi ini terlalu lama membuat aku merasa tidak baik.
Aku kebingungan mengapa hal – hal tersebut bisa terjadi ketika bersama disini. Apa jarak yang terbangun antara aku dan orang rumah terlalu jauh meskipun fisik kita sedang dekat? Interaksi kami sebatas aktivitas yang harus dilakukan saja, tidak ada aktivitas tambahan yang kata masyarakat masa kini “membangun bonding”. Bisa bercerita panjang lebar juga bukan rutinitas yang biasa terlihat antara kami. Jika secara fisik baik, maka kondisi hidup juga dianggap baik. Mungkinkah, itu premis klasik yang berlaku di rumah ini?
Seharusnya rumah jadi tempat berkicau tanpa henti. Apalagi di usiaku saat ini. Banyak keputusan besar yang akan aku ambil, tapi aku minim sekali referensi. Ingin rasanya aku bertanya pada orang – orang rumah yang sudah mengalaminya. Jarak fisik maupun non-fisik antara kami ini yang jadi kendala. Aku tidak bisa banyak menumpahkan cerita. Pikirku, apa mereka bakal mau mendengarkan aku bicara? Apa mereka mengerti apa yang aku pikirkan? Apa mereka mau memahami kondisiku dulu ? alih-alih menasehati atau memaksakan kehendak diri mereka sendiri atas keputusan masa depanku? Rumah dan semua orang – orangnya terasa sangat jauh saat ini.
3 notes
·
View notes
Text
GEEK Suatu ketika aku terheran-heran sama orang yang rela membeli sebuah sepatu yang harganya sampai belasan juta. .. Kenapa hanya untuk membeli sebuah alas kaki harus mengeluarkan uang belasan juta? Apa istimewanya? Apakah kita bisa terbang klo pakai sepatu itu? Atau bisa merayap seperti spiderman? .. Dulu itulah pertanyaan-pertanyaanku sebagai orang yang awam. Karena memang tidak ada ketertarikanku dalam dunia sepatu, akhirnya aku menganggap orang-orang hobi sepatu itu gak wajar dan gak masuk logika. .. . Sampai suatu hari ada orang yang terheran-heran juga melihat aku membeli sebuah gitar yang harganya belasan juta dan efek-ampli nya yang sampai jutaan per item. Mereka menyebut aku gak logis. Padahal bagi aku harganya sangat worth it dengan barang yang aku beli dan aku merasa senang tanpa ada penyesalan. .. Setelah itu, aku sadar. Iya ya, ternyata setiap orang punya sisi Geek nya masing-masing. Tergantung dengan ketertarikannya. Kita menganggap gak logis, karena kita tidak dalam satu ketertarikan dengannya jadi frekwensinya gak sama. .. Selain sepatu dan alat musik, juga ada orang-orang geek yang rela mengeluarkah uang yang banyak hanya untuk beli sepeda, mainan gundam, pancingan, tas, motor dan hobi-hobi lainnya. .. Klo kalian memang tidak memiliki ketertarikan disebuah benda. Cukup beli benda tersebut berdasarkan fungsinya. Seperti waktu dulu aku membeli sebuah sepatu seharga Rp. 150.000,- dan aku pakai selama 5 tahun. .. . Punya Hobi boleh tapi gak usah ikut-ikutan klo memang ga ada ketertarikan di Hobi itu, cuma biar pengen dilihat keren dan gaul, nanti malah nyesel karena ngeluarin uang gak dari hati.
0 notes
Text
Ikan Ikan di Telaga
Marni sedang sibuk di dapur, memasak kangkung hasil panen dari ladang. Aroma tumis kangkung tercium hingga ke dalam rumah, membuat Bimo anak semata wayangnya terbangun.
“Ibu masak apa?” Bimo berjalan sempoyongan ke dapur sembari mengucek mata. “Tumis kangkung le” “Walah kok masak sayur terus sih. Aku kepingin makan ikan. Kapan ibu masak ikan?” bocah lima tahun itu cemberut. “Besok ya le, kalo ibu ke pasar ibu belikan ikan” ucap Marni sambil tersenyum. “Tapi aku mau makan ikan sekarang” Bimo mulai merengek. “Hari ini ikannya belum ada. Jadi Bimo sekarang maem sayur ya. Nanti ibu bikinin telur mata sapi yang kuningnya bulat di tengah. Bimo mau?” “Mau. Tapi janji besok ibu masak ikan ya” “Iya” ucap Marni sambil tersenyum dan Bimo pun ikut tersenyum.
“Nanti bapak mau mancing. Doakan bapak biar dapat ikan yang banyak ya” Karmin yang sedari tadi mendengar percakapan istri dan anaknya langsung menyahut. “Iya pak” jawab Bimo.
“Mau mancing dimana mas?” tanya Marni. “Di telaga” “Kenapa ndak di sungai aja mas. Kata orang-orang telaga itu wingit” “Kata siapa, wong aku dulu sering mancing di situ” Marni hanya terdiam tak bisa meyakinkan suaminya. Perasaannya tak enak.
Siang itu selepas dzuhur Karmin berangkat menuju telaga dengan membawa pancing dan ember kecil untuk wadah ikan hasil pancingan. Jalan berliku melewati pematang sawah dan beberapa ladang warga. Letak telaga jauh dari perkampungan. Menyendiri di tepi desa dekat hutan.
Setibanya di telaga, Karmin segera mencari tempat yang nyaman untuk memancing. Dia mulai memasang umpan dan melempar kail. Tak lupa sebatang rok*k ia nyalakan untuk menghapus rasa bosan. Tenang dan damai diselingi kesiur angin semilir, dengan sabar Karmin menunggu umpan disambar ikan. Ia rela menghabiskan waktu berjam-jam demi menyenangkan hati anak lanang.
Rupa-rupanya keberuntungan berpihak pada Karmin. Ikan-ikan hari ini begitu jinak. Mudah sekali ditangkapnya. Tak sampai tiga jam, ember sudah hampir penuh. Ikan-ikan bertumpuk berdesakan sambil sesekali menggelepar, tersengal berlama-lama di daratan.
Karmin tersenyum senang, dipandanginya ikan-ikan di dalam ember. Satu dua ekor ikan menggelepar, mulutnya bergerak seakan ingin mengatakan sesuatu.
“Mas” Tiba-tiba terdengar suara perempuan. Karmin terkejut bukan kepalang. Dikiranya ikan itu sedang berbicara. Bulu kuduk seketika meremang meski kala itu matahari masih terang bersinar.
“Mas” Suara itu terdengar lagi. Karmin mengedarkan pandangan ke sekeliling telaga. Seorang perempuan berdiri tepat dibelakangnya. Napas lega terhembus, ternyata yang berbicara adalah manusia.
“Sendirian saja mas?” tanya perempuan itu. Karmin mengangguk. “Cari ikan banyak sekali. Apa mau dijual?” tanya perempuan itu lagi. “Tidak. Buat dimakan sendiri, anak saya sedang ingin makan ikan. Sampean mau?” Karmin menawarkan. Dikiranya perempuan itu juga ingin ikan.
Perempuan itu menggeleng lalu berkata. “Mas bisa mampir ke warung saya, barangkali masnya ingin ngopi” “Iya nanti saya mampir” jawab Karmin.
Perempuan itu lalu berjalan menuju sebuah gubuk kecil terbuat dari anyaman bambu. Tempat itu dijadikan warung kopi sederhana khas daerah pedesaan.
Karmin terheran, tak pernah ia melihat warung itu sebelumnya. Bahkan ketika ia tiba tadi Karmin juga tak melihat adanya warung. Tiba-tiba sekarang dia melihat sebuah warung berdiri di tepi telaga dengan wanita cantik sebagai penjualnya. Wanita yang tak pernah ia lihat di kampung. Dengan kulit putih bersih bukan seperti orang sini.
Beberapa jam berlalu, saat ember mulai penuh, Karmin menyudahi kegiatan memancingnya. Dibereskan semua perlengkapan kemudian berjalan untuk mampir ke warung kopi seperti yang sudah ia janjikan kepada pemiliknya.
“Kopi hitam satu bu” ucap Karmin begitu sampai di warung. “Jangan panggil ibu, panggil saja mbak. Saya masih muda, nggak enak kalau dipanggil ibu” jawab perempuan itu. Karmin mengangguk lalu tersenyum.
“Mbaknya bukan asli orang sini ya, kok saya nggak pernah lihat? Warung ini juga sepertinya masih baru” tanya Karmin. “Iya mas, saya berasal dari kampung sebelah. Warung ini juga masih baru. Baru dua hari buka” jawab wanita itu sambil mengaduk wedang kopi.
“Ini mas kopinya” Karmin menerima kopi itu. Menyeruput nya pelan. Karmin terkejut, tak pernah dirasakan kopi seperti ini sebelumnya. Kopi hitam dengan sedikit aroma melati. Pahit manisnya pas.
“Mbak tinggal di warung ini?” Perempuan itu mengangguk. “Sama siapa?” “Sendirian mas” “Seorang wanita muda tinggal di tepi telaga sendirian, jauh dari perkampungan. Apa nggak takut?” “Enggak mas, takut apa lho? Wong nggak ada apa-apa” jawab wanita itu sambil tersenyum. Obrolan santai pun berlanjut, diselingi dengan canda gurau. Tanpa terasa segelas kopi telah habis, menyisakan tumpukan ampas di dasar gelas. Setelah membayar kopinya, Karmin pamit.
Di rumah, Karmin disambut anaknya dengan riang gembira. Seember penuh ikan ia berikan kepada Marni untuk segera diolah menjadi masakan.
“Mas Karmin mau ngopi?” tanya Marni kepada suaminya. “Enggak, tadi udah ngopi di warung dekat telaga” “Sejak kapan di dekat telaga ada warung kopi?” “Warung baru” Karmin lantas menceritakan tentang warung kopi di dekat telaga, tanpa mengatakan jika penjualnya adalah seorang wanita muda yang cantik. Ia tak mau istrinya cemburu.
Makan malam berlangsung meriah, sajian gulai ikan terhidang di meja. Karmin dan keluarga makan dengan lahap. Tak lupa sebagian ikan mereka bagikan ke tetangga, saking banyaknya ikan hingga tak mampu menghabiskan sendiri. Setelah makan malam dan kekenyangan. Mereka tertidur lelap dalam pekatnya malam yang sunyi, tanpa tau jika musibah akan menimpa mereka esok hari.
Pagi-pagi sekali, tubuh Bimo mendadak demam tinggi hingga kejang. Panik melihat kondisi anaknya, Karmin dan Marni segera membawa Bimo ke puskesmas. Tapi sayang, Bimo tak mampu bertahan. Dia meninggal dalam perjalanan.
Marni terguncang dengan kepergian sang anak. Sedih tak terkira. Tak mau makan, tak mau minum. Tubuhnya semakin lemas dan pucat. Tak sanggup menahan beban kesedihan. Marni pun menyusul setelah lima hari kepergian Bimo.
Kini tinggallah Karmin seorang diri. Berteman sepi setiap harinya. Tak ada celoteh, rengek dari Bimo. Atau pun omelan cerewet dari Marni. Jagad raya dunia Karmin berduka.
Karmin ingin melepas duka. Tujuh hari sepeninggal Marni, Karmin beranjak menuju telaga. Kembali memancing, barangkali dengan begini beban dukanya sedikit berkurang. Dua jam ia menunggu tak sekalipun umpannya di sentuh ikan. Tak bergeming sesenti pun. Entah berapa batang rokok telah ia habiskan. Sedihnya tak sedikitpun berkurang, justru rasa bosan menambah beban pikirannya.
Dipandanginya sekeliling telaga. Sebuah warung kopi kecil berdiri disana. Teringat wanita muda nan cantik menghuni tempat itu seorang diri. Karmin segera beranjak, meninggalkan peralatan pancingnya teronggok sendirian.
“Kopi hitam satu mbak” “Masnya kok terlihat lesu hari ini?” tanya perempuan cantik pemilik warung. Karmin hanya tersenyum tipis tanpa menjawab. Dia sedang tak ingin bercerita.
“Ini mas kopinya” sang wanita menyodorkan segelas kopi. Kopi hitam pekat dengan sedikit aroma melati. Karmin segera menyeruputnya.
“Kopi seenak ini, dengan penjual secantik dan seramah ini. Kenapa tak ada seorangpun yang mau mampir kecuali dirinya?” tanya Karmin dalam hati. Keheranan menyelimuti hati. Tak pernah sekalipun terlihat ada pengunjung lain di warung ini. Bahkan di kampung tak ada seorang pun pernah bercerita tentang keberadaan warung di tepi telaga.
“Mas saya mau minta tolong. Tolong pecahkan buah kelapa di belakang, saya mau masak sayur lodeh” ucapan perempuan pemilik warung memecah pemikiran Karmin.
Karmin segera menuju belakang warung. Mengambil sebutir kelapa lalu memecahnya dengan alat yang sudah tersedia. Ketika sibuk memisahkan buah kelapa dari batoknya, tiba-tiba dirasakan seseorang memeluk dari belakang. Ternyata dia adalah perempuan pemilik warung. Berbisik di telinga.
“Mas Karmin sedang berduka ya”
Jantung Karmin berdesir, rasa sedih kehilangan istri dan anak lenyap seketika. Karmin meletakkan buah kelapa yang sedang dipecahnya. Membalikkan badan untuk membalas pelukan perempuan cantik itu. Tapi betapa terkejutnya Karmin melihat wajah perempuan di depannya. Perempuan itu tak lagi cantik. Wajahnya menghitam keabu-abuan, sisik melapisi sekujur tubuhnya. Badannya separuh manusia, separuhnya lagi berekor seperti ikan. Bau amis menguar dari tubuhnya.
“Siapa kamu?” tanya Karmin gemetaran. Perempuan itu hanya menyeringai memamerkan gigi-giginya yang runcing.
Karmin gelagapan, dia segera bangkit hendak lari sekencang-kencangnya menjauh dari perempuan menyeramkan itu. Tapi belum sempat ia melangkah, kekuatan tak kasat mata menghujam jantungnya. Membuat Karmin jatuh seketika. Napas telah terhenti, tak ada gerakan yang bisa Karmin lakukan. Perempuan itu tersenyum.
“Itulah balasan karena telah memakan anak-anakku”
0 notes
Text
Bigger Bass Bonanza™
Bigger Bass Bonanza™ adalah permainan slot yang dikembangkan oleh Pragmatic Play, yang merupakan kelanjutan dari game slot populer Bass Bonanza™. Dengan tema memancing, game ini menawarkan banyak peluang untuk memenangkan hadiah besar berkat fitur-fitur seperti Free Spins dan pengganda. Berikut adalah cara bermain Bigger Bass Bonanza™:
1. Memahami Tema dan Simbol
Tema: Game ini mengusung tema memancing, dengan latar belakang yang menunjukkan danau yang tenang. Simbol-simbol di gulungan termasuk ikan besar, alat pancing, kotak peralatan memancing, dan simbol kartu poker (9, 10, J, Q, K, A).
Simbol Wild: Simbol Wild digambarkan dengan gambar jaring pancing, yang dapat menggantikan simbol lain untuk membantu membentuk kombinasi pemenang.
Simbol Scatter: Simbol Scatter adalah gambar ikan besar. Jika Anda mendapatkan tiga atau lebih simbol Scatter, Anda akan memicu fitur Free Spins.
2. Menentukan Taruhan
Sebelum memulai permainan, Anda perlu memilih jumlah taruhan. Bigger Bass Bonanza™ memungkinkan Anda menyesuaikan taruhan dengan memilih nilai koin dan level taruhan. Anda bisa mengatur taruhan dengan tombol yang tersedia pada layar permainan.
Jumlah taruhan yang lebih tinggi akan meningkatkan potensi kemenangan, tetapi juga meningkatkan risiko.
3. Mekanisme Permainan
Gulungan: Game ini memiliki gulungan 5x3, dengan 10 cara menang (paylines) yang aktif sepanjang waktu. Anda menang dengan mencocokkan simbol-simbol yang sesuai dari kiri ke kanan pada gulungan berturut-turut.
Simbol Pembayaran Tinggi dan Rendah: Simbol pembayaran tinggi dalam permainan ini adalah ikan besar dan alat pancing, sementara simbol pembayaran rendah adalah simbol kartu (A, K, Q, J, 10, 9).
4. Fitur Free Spins
Simbol Scatter: Jika Anda mendapatkan tiga simbol Scatter ikan besar atau lebih pada gulungan, Anda akan memicu fitur Free Spins. Fitur ini memberi Anda kesempatan untuk mendapatkan putaran gratis tanpa mempertaruhkan taruhan Anda.
Pengganda (Multiplier): Selama fitur Free Spins, ada kemungkinan Anda mendapatkan pengganda pada setiap kemenangan. Pengganda dapat bertambah di setiap putaran untuk meningkatkan total hadiah.
Pancingan Hadiah: Di dalam Free Spins, Anda juga dapat memicu hadiah tambahan dengan simbol Wild yang muncul di gulungan. Jika simbol Wild muncul, ia akan menangkap ikan besar yang ada pada gulungan dan memberikan hadiah berupa uang atau pengganda.
5. Fitur Fisherman (Pancingan)
Simbol Wild Fisherman: Ketika simbol Wild Fisherman muncul di gulungan, ia akan mengumpulkan semua ikan hadiah yang berada di posisi simbol ikan pada gulungan. Ikan-ikan ini bisa memiliki nilai uang yang bervariasi, dan setiap kali simbol Wild Fisherman muncul, ia akan menangkap ikan-ikan tersebut dan menambahkan nilai kemenangan ke saldo pemain.
Hadiah Ikan: Setiap ikan hadiah yang tertangkap memiliki nilai uang tertentu yang ditambahkan ke total kemenangan.
6. Autoplay (Putaran Otomatis)
Autoplay: Fitur ini memungkinkan Anda untuk memilih sejumlah putaran otomatis, di mana permainan akan berlangsung secara otomatis tanpa Anda perlu menekan tombol setiap kali. Anda bisa mengatur batas kerugian dan kemenangan, sehingga permainan akan berhenti ketika mencapai kondisi yang Anda tentukan.
0 notes
Text
0 notes
Photo
Rumor Season 2 Anime Zom 100: Zombie ni Naru made ni Shitai 100 no Koto: Bocoran Beneran atau Pancingan?!
0 notes
Text
Maryam 5yo
Maryam menggambar denah hotel yang kami inapi di Jakarta. Hotelnya murah, cuma 120ribu per malam tapi ada kolam renangnya dan hotel besar. Menginap di hotel memang sangat memorable untuk Maryam, karena kenangan dia menginap di hotel itu di Saudi 4x untuk umroh dan 2x waktu ac mati saat suhu 58% humidity 100%. Tapi memang anak kecil sangat suka ke hotel ya, sesederhana apapun itu.
Denahnya digambar dengan baik karena dibimbing ibu dengan memberikan stimulasi atau pancingan untuk mengeluarkan memori tentang letak dan benda spesifik dari setiap latar di hotel.. kanan bawah adslah loby, ada karpet lift dan sofa. Sebelah kirinya adalah kolam renang dan memang seperti itu bentuknya. Lalu sebelahnya kamar kami, ada lampu, kasur, meja kerja ayah, tv, jendela, pintu. Kanan atas adalah parkiran karena ada pohon dan mobil. Lalu dia menggambar lobby lagi karena ada lift dan karpet juga ada mbak recepsionist. Lalu kiri atas adalah ruang meeting. Kami sempat melihat-lihat ruang meeting.
0 notes