#Nama laki-laki yang artinya dataran
Explore tagged Tumblr posts
Text
SAYYIDAH AL HURRA', PENJAGA TERAKHIR ANDALUSIA
(sebuah cerita)
Ada satu penghubung antara Andalusia dengan Bumi Maghrib, yang ada di Afrika dan Eropa. Pada saat itu, ada satu nama yang sangat terkenal, yaitu Sayyidah Al Hurra'. Beliau digelari Sayyidah karena dari nasab ayahnya bersambung ke Sayyidina Ali bin Abi Thalib melalui Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Sayyidah Al Hurra' lahir di Granada, Emirat/Kesultanan terakhir di Dataran Andalusia yang bertahan ketika terjadi persatuan antara Kerajaan Aragon (Raja Ferdinand) dan Kerajaan Kastilla (Ratu Isabella). Raja Ferdinand menikah dengan Ratu Isabella, kemudian menyatukan kerajaannya dan melakukan penakhlukkan kembali wilayah yang dikuasai muslim (pada akhir abad ke-15).
Kota Granada adalah benteng terakhir umat Islam di Andalusia dan terjadi dekadensi atau penurunan (terpuruk) sejak runtuhnya kekhalifahan Umayyah di Cordoba. Ketika kekhalifahan Cordoba jatuh, negara-negara muslim di Andalusia menjadi negara-negara kota yang terpecah; menjadi wilayah terkotak-kotak dengan masing-masing Sultan dan Emir di setiap kotanya. Bahkan, diantara mereka sering terjadi perpecahan dan peperangan.
Wilayah kaum muslim makin mengecil hingga wilayah kesultanan terakhir yang bertahan waktu itu adalah Granada. Sultan-sultan pada masa itu bersaing mendapatkan budak berkulit putih, merah, kuning, hitam dan menjadi kebanggaan serta pameran diantara mereka. Orientasinya sangat duniawi, bahkan istana Al-Hambra ada kolam renang yang isinya adalah khamr. Di kolam tersebut dilakukan pesta-pesta dengan berbagai hidangan dan budak perempuan berenang-renang. Mereka mengabaikan rakyat dan keselamatan kota.
Perdana Menteri terakhir Granada adalah seorang Yahudi.
Satu persatu jatuh ke tangan Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari Kastilla. Sultan terakhir di Andalusia adalah Bo'abdil (Abu Abdillah) dari Granada. Pada 1492, ia tidak dapat mempertahankan kesultanan dan istana Al-Hambra kebanggaannya. Kemudian ia menyerahkan kunci kota pada Ferdinand dan Isabella. Ia hanya memohon agar rakyatnya tidak disakiti.
Kemudian Abu Abdillah dan keluarganya naik ke gunung/bukit yang memisahkan wilayah Granada dengan wilayah pantai. Dia mendesah dan menangis di atas bukit itu. Hingga bukit itu dikenal hingga saat ini dengan bahasa Spanyol "el ultimo sospiro del moro", yang artinya desah napas terakhir orang mor. (Mor: sebutan orang Spanyol untuk kaum muslimin)
Melihat itu, ibu Abu Abdillah berpesan, "Wahai putraku, jangan kau tangisi seperti perempuan, apa yang tidak bisa kau pertahankan seperti laki-laki."
Kemudian mereka berlayar menyeberang lautan menjadi eksil (orang buangan) di tanah Maghrib. Ia menjadi bangsawan yang tidak memiliki kekuasaan di wilayah Maroko.
Pada saat itu Sayyidah Al Hurra' berusia 7 tahun. Ia melihat keluarganya terusir dari Andalusia. Sementara Ferdinand dan Isabella mengkhianati janjinya. Kaum Muslimin dan orang Yahudi selain yang beragama Katholik Romawi diberi pilihan tetap di Andalusia tapi mati atau pergi.
Kaum muslimin terpaksa pergi meninggalkan Granada ke Maghrib (Tunisia dan Maroko). Sebagiannya lagi pergi ke Timur ke Kesultanan Usmaniyah, disambut oleh Sultan Salim I (cucunya Muhammad Al-Fatih), baik muslim maupun Yahudi.
Mengetahui bahwa di Andalusia umat muslim dan yahudi yang tidak mau beragama Katholik Romawi akan dibunuh, Sultan Salim I sempat berencana untuk membunuh pula orang-orang beragama Katholik Romawi yang berada di wilayah kesultanannya.
Namun kemudian hal ini difatwakan haram oleh Mufti Syeikhul Islam, bahwa seorang penguasa muslim haram melakukan ini kepada orang-orang yang tidak memeranginya secara harbi meskipun mereka berbeda agama dan keyakinan.
Keluarga Sayyidah Al Hurra' akhirnya sampai di wilayah Maghrib (Maroko) dan dibawa ke kota Tetuan. Ketika sudah dewasa, Sayyidah Al Hurra' dinikahi oleh penguasa setempat (penguasa Al-Mandari). Mereka menjadi gubernur di kota yang kuat, kota dengan pelabuhan yang ramai. Sehingga dengan izin Allah dan suaminya, Sayyidah Al Hurra' membentuk angkatan laut dan memimpin sendiri angkatan laut tersebut.
Sementara itu, kerajaan Kristen Spanyol mengarahkan angkatan lautnya menyerang pantai Afrika Utara. Sayyidah Al Hurra' dengan gigih berani memerangi dan mencegah kerajaan Kristen tersebut. Al Hurra' bersekutu dengan kesultanan Maghrib dan Laksamana Angkatan Laut Usmani (Khairuddin Barbarossa; seorang bajak laut).
Sayyidah Al Hurra' dapat label bajak laut perempuan paling ditakuti di Laut Tengah.
Sayyidah Al Hurra' mati-matian bertempur dengan angkatan lautnya menghadang invasi kerajaan Spanyol di Laut Tengah bagian Barat.
Setelah suami Al Hurra' yang seorang penguasa itu wafat, ia menikah dengan Sultan Maghrib, dengan syarat Sultan harus membantu angkatan lautnya. Maka bergabunglah kekuatan perang Sayyidah Al Hurra' dengan Sultan.
Sejarah mencatat, andai tidak ada Sayyidah Al Hurra', seluruh kota di Afrika Utara bagian Barat pasti akan dikuasai kerajaan Katholik Spanyol.
17 April 2024
-catatan kajian Billa- disampaikan oleh Ust. Salim A. Fillah dalam SAF orginial
0 notes
Text
Arti Nama Navarro Dan Rangkaian Namanya
Arti Nama Navarro Dan Rangkaian Namanya
Arti Nama Navarro – tanyanama.com. Apa yang sudah Ayah / Bunda siapkan untuk menyambut kelahiran anak laki laki pertama? Selain meyiapkan perlengkapan bayi, Anda juga harus mulai mencari nama bayi laki-laki untuknya. Saat menamai anak, perhatikanlah baik-baik arti namanya.
Pilihan nama bayi lelaki modern bisa diambil dari aneka bahasa, misalnya kata Navarro asal bahasa Spanyol. Navarro termasuk…
View On WordPress
#Arti Navarro#Makna Nama Navarro#Maksud Nama Navarro#Nama laki-laki yang artinya dataran#Rangkaian Nama Navarro
0 notes
Text
TURISIAN.com – Nusa Tenggara Barat (NTB) menyimpan banyak destinasi wisata alam yang menakjubkan. Salah satunya Air Terjun Ai Beling di Kabupaten Sumbawa. Jamin deh begitu melihat objek air terjun ini dari dekat, Sobat Turisian pasti enggan untuk berpaling. Lokasi Air Terjun Ai Beling terletak di Dusun Kuang Amo, Desa Sempe, Brang Rea, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, NTB. Berjarak sekitar 30 km dari kota Sumbawa Besar atau 6 km dari Desa Brang Rea. Kalau Sobat Turisian berkendara menggunakan sepeda motor dari Kota Sumbawa Besar atau Bandara Sumbawa akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam. Rutenya melalui jalan raya yang menuju selatan Semamung dan selanjutnya ke Brang Rea. Untuk jalan masuk ke Air Terjun Ai Beling sepanjang 6 kilometer. Meskipun jalannya menanjak tajam, tetapi Sobat Turisian tidak perlu khawatir karena jalanan sudah teraspal cukup baik. Selain itu, pemandangan indah di sepanjang perjalanan siap menghipnotis mata Sobat Turisian. Tambah lagi udara sejuk yang menyelimuti desa, sebab letaknya berada di daerah perbukitan. Hal tersebut membuat perjalanan kalian menyenangkan. Baca juga: Mengenal Maen Jaran, Tradisi Pacuan Kuda Masyarakat Sumbawa Setibanya di lokasi air terjun, Sobat Turisian akan dibuat takjub dengan ciptaan Tuhan yang begitu indah. Keindahan air terjun ini membuat mata tak ingin cepat menoleh karena pemandangannya yang begitu mempesona. Inilah yang akan membuat Sobat Turisian malas berpaling dari tempat ini. Kebanyakan air terjun di Sumbawa terletak di tebing yang terjal dengan aliran air yang tegak. Namun berbeda sekali dengan Ai Beling yang berada di dataran tanah miring. Aliran airnya mengalir melalui celah batuan, membuat semua orang betah berada di air terjun yang satu ini. Asal-usul Penamaan Air Terjun Ai Beling Nama “Ai Beling” sendiri berarti “air yang berbicara”. Nama ini muncul pertama kali dari cerita putri Raja Sumbawa pada zaman dahulu yang kabur dari rumahnya. Karena sang raja akan menjodohkannya dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Kemudian sang putri lari ke sebuah sungai dekat istana. Dia menangis dalam waktu yang lama di sungai tersebut dan memutuskan untuk bunuh diri di air terjun ini. Pada akhirnya putri ini mati setelah melompat ke aliran air. Konon, sauatu hari ketika beberapa orang menggunakan air sungai tersebut untuk mandi dan mencuci, mereka seperti mendengar suara perempuan menangis. Suaranya sangat jernih dan kejadian yang sama pun terulang hingga berkali-kali. Karena sering mendengar suara-suara itu, makanya warga setempat memberinya nama Ai Beling yang artinya air yang berbicara. Baca juga: Pulau Moyo Sumbawa, Destinasi “Great Escape” Selebritas Dunia Seperti Lady Diana Versi lainnya menyebutkan, bahwa nama tersebut berasal dari suara air yang mengalir dapat terdengar hingga desa terdekat yang berjarak sekitar 5 kilometer. Seolah-olah air terjunnya berbicara karena mengeluarkan suara tadi. Itulah mengapa masyarakat setempat menamainya dengan Ai Beling. Cukup menarik kan asal-usul penamaannya, Sob! Di luar cerita tentang penamaan tersebut, Air Terjun Ai Beling Sumbawa wajib Sobat Turisian pecinta travelling kunjungi. Sebab pesonanya memang sangat indah dan menakjubkan.* Sumber: Dispopar Kab. Sumbawa
0 notes