#Nama Bayi Perempuan Filsafat
Explore tagged Tumblr posts
tanyanamabayi · 2 years ago
Text
Nama Bayi Perempuan Filsafat Yang Terinspirasi Tokoh Filsuf Wanita, Unik Dan Cantik!
Nama Bayi Perempuan Filsafat Yang Terinspirasi Tokoh Filsuf Wanita, Unik Dan Cantik!
Nama Bayi Perempuan Filsafat – tanyanama.com. Apakah Bunda sedang mencari nama bayi perempuan unik yang bermakna bagus dan penuh filosofi? Nama yang diambil dari tokoh filsuf wanita bisa Bunda pakai untuk disematkan ke dalam rangkaian nama si kecil. Ahli filsafat atau filsuf merupakan tokoh yang menjadi pemikir paling berpengaruh sepanjang sejarah dan menjadi fondasi dari ilmu pengetahuan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
krishnavesa-blog · 4 years ago
Text
Perempuan dalam Islam: Peran, Kemandirian dan Pemahaman yang Keliru dalam Konteks Keluarga
Tumblr media
Apabila kita membahas sesuatu dalam Islam, kita tentu akan menemukan berbagai macam pembahasan dan diskusi tentang hal itu karena begitu komprehensif-nya Islam memandang sesuatu dan di saat yang sama begitu beragam penafsiran ulama atas hal tersebut (Lihat pandang saya berjudul “Islam: Ilmu Pengetahuan, Kewajiban dan Moderasi”).  Hal tersebut juga berlaku dalam hal kita membahas peran dan posisi perempuan dalam Islam, serta berlaku pula apabila kita membahas peran dan posisi lelaki.
Dengan tidak menyampingkan berbagai pembahasan mengenai perempuan dalam Islam, dalam artikel berikut kita akan membahas secara khusus bagaimana Islam memandang peran dan kemandirian seorang perempuan.
Untuk membuka diskusi kita, saya ingin mengutip salah satu kisah yang diceritakan dalam Al Quran, yaitu kisah tentang keluarga Imran. Dalam akhir kisah ini, sebagaimana ditafsirkan oleh para ulama, kita akan menemukan bahwa pada saat keadaaan lingkungan sekitar tidak mendukung peran perempuan dalam masyarakat seketika itu pula agama Islam membela dan mendukung posisi perempuan.
Keluarga Imran merupakan salah satu keluarga yang sangat mulia dalam sejarah manusia. Imran dan istrinya, Hanah, merupakan pasangan suami istri yang taat mengamalkan Taurat. Cukup lama mereka sabar menantikan seorang anak yang menjadi pelengkap kebahagiaan dalam keimanan. Agar doanya cepat dikabulkan, karena usia Hanah dan Imran tak lagi muda, mereka bernazar:
"Suamiku, kelak anak ini akan aku serahkan untuk mengabdi Baitul Maqdis. Biarlah dia menjadi manusia yang dekat kepada Allah." ucap Hanah,
Suatu hari, doa Imran dan Hanah terkabulkan dalam usia yang tak muda lagi, Hana hamil, sungguh, itulah janji Allah yang akan mengabulkan pinta hamba-hambanya.  Namun, Imran sempat bertanya, akan nazar istrinya itu " Bagaimana jika anak kita perempuan?". Imran tahu betul kondisi di lingkungan Baitul Maqdis pada saat itu, karena dia adalah seorang pengajar Taurat di Baitul Maqdis.  Ribuan pelajar yang berada di majelis ilmu itu semuanya laki-laki sehingga keadaan itu sangat tidak mendukung nazar Hannah apabila anak yang dilahirkan adalah seorang perempuan. Pertanyaan Imran tersebut ternyata merupakan takdir Allah swt., anak Imran dan Hana benar-benar terlahir perempuan. Kejadian ini diceritakan dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 36 (QS 3:36):
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ
“Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan….".
Para ulama memahami  “وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ” tidak hanya berarti “lelaki tidaklah seperti perempuan” tetapi juga berarti sebuah penegasan (dalam konteks firman Allah swt. tersebut) bahwa perempuan memiliki hal-hal istimewa yang mana lelaki tak memilikinya dan perempuan yang dilahirkannya itu lebih baik dari bayi laki-laki yang dimintanya (lihat tafsir yang disampaikan Ust. Adi Hidayat dan Tafsir Al Misbah karya Prof. Quraish Shihab).  Dalam ayat tersebut kita melihat bagaimana Allah swt. membela posisi bayi perempuan yang telah lahir tersebut dari keragu-raguan Ayah dan Ibu-nya akibat kondisi lingkungan yang dianggap tidak akan mendukung. Kemudian benar adanya, bayi perempuan tersebut akan diberi nama Maryam (ibunda dari Nabi Isa as.) dan menjadi salah satu perempuan paling mulia dalam sejarah manusia.
Dalam kisah yang lain, apabila kita mengacu pada kita suci Al-Quran, ditemukan citra perempuan yang terpuji, salah satunya, adalah yang memiliki peran dan kemandirian dalam berbagai dimensi kehidupan termasuk ekonomi dan politik.  Al-Quran menceritakan bahwa anak-anak perempuan Nabi Syu’aib as., yang Ketika itu masih muda, bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan Ayahnya yang telah tua (baca QS al-Qashash [28]:23).  Bahkan, Al-Quran berbicara tentang perempuan yang menjadi penguasa tertinggi negara sebagaimana terbaca dalam kisah ratu yang menduduki tahta negeri Saba’ yang konon bernama Balqis (baca QS An Naml [27]: 29 – 44).
Pada masa Nabi, yang mulia, Muhammad saw., para perempuan diberi oleh Al Quran dan Nabi saw., hak-hak kesetaraan dalam berbagai aspek. Hak ini tentunya setara dengan kewajiban sebagaimana dinyatakan dalam QS Al Baqarah [2]: 228:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf.”
Penggalan ayat di atas merupakan pengumuman menyangkut hak-hak perempuan. Ulama mengatakan bahwa didahulukannya penyebutan hak atas kewajiban menunjukkan betapa pentingnya hak itu diperhatikan.  Hal ini merupakan antitesis dari keadaan masyarakat Jahiliah pada saat itu dimana hak-hak perempuan tidak diakui.
Hak perempuan di atas yang diberikan oleh Islam, dalam tataran implementasi, mewujudkan kebebasan perempuan di berbagai bidang.  Dalam bidang perdagangan, istri Nabi saw., sendiri Khadijah binti Khuwailid r.ha., merupakan seorang pebisnis atau pengusaha yang sangat amat sukses. Dalam bidang politik dan pergerakan (bahkan perjuangan), Asma binti Abu Bakar As Shidiq merupakan pemegang peran penting dalam gerakan hijrah kaum muslimin, Umarah Anshariyah r.ha dan Nusaybah r.ha (lihat Himpunan Fadhilah Amal karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi), merupakan para tokoh perempuan di pasukan muslimin pada saat perjuangan di bukit uhud.  Dalam bidang pemikiran dan filsafat, Rabiah Al-Adawiyah seorang wanita yang menjadi banyak rujukkan dalam ilmu tasawuf.  Dalam bidang pendidikan, Fatima binti Muhammad Al-Fihriya yang mendirikan universitas pertama di dunia, Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko pada sekitar tahun 800 Masehi.
Pembahasan di atas menunjukkan bagaimana Islam sangat mengakui kemandirian serta peran perempuan dalam masyarakat. Hal ini merupakan bukti kemajuan pemikiran Islam dibandingkan berbagai peradaban yang banyak tidak mengakui hak perempuan. Bahkan, sebagai contoh, jauh lebih maju dibandingkan Negara modern seperti Amerika Serikat yang baru mengakui hak politik perempuan pada tahun 1920 dalam Amandemen Konstitusi ke-19 (sekitar 300 tahun setelah Amerika merdeka).
Banyak pandangan yang keliru memandang bagaimana Islam memposisikan perempuan akibat norma dalam Islam yang memberikan posisi lelaki sebagai pemimpin (beserta kewenangannya) dalam keluarga. Oleh karena itu, kita akan membahas poin di atas secara spesifik.
Allah swt. berfirman dalam QS An Nisa ayat 34:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita”
Firman Allah swt. di atas sering kali dipahami tidak secara menyeluruh. Banyak pandangan di masyarakat bahwa ayat tersebut semata-mata memberikan posisi bagi lelaki sebagai pemimpin sehingga memiliki berbagai kewenangan pada dirinya.  Padahal, ulama (lihat Tafsir Al-Wajiz karya Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dan Tafsir Al Misbah karya Prof. Quraish Shihab) mengartikan “قَوّٰمُونَ” tidak semata-mata pemimpin melainkan seseorang/posisi yang berperan melindungi, mengurus, menangani urusan-urusan perempuan (istrinya).  Sehingga, ayat tersebut justru memberikan kewajiban kepada lelaki.
Dalam konteks menjalankan kewajiban di atas, Al-Quran maka memberikan beberapa kewenangan bagi lelaki untuk membimbing istri-nya. Namun, banyak sekali pandangan yang keliru mengenai bagaimana kewenangan tersebut dapat dipergunakan. Dalam contoh yang ekstrim, misalnya, Islam memperbolehkan seorang suami menasehati istri-nya secara fisik apabila sangat dibutuhkan, namun, untuk melakukan hal tersebut ada banyak sekali syarat yang harus dipenuhi  Syarat tersebut antara lain adalah (1) Tindakan fisik tidak boleh sampai (dan dengan tujuan) menyakiti (lihat HR Muslim no 1218); (2) Tindakan fisik tidak boleh hingga menimbulkan bekas luka dan diarahkan ke wajah (lihat Hadits sahih. Riwayat Abu Dawud (VI/180 no 2128), Ibnu Majah (I/593 no 1850), dan Ahmad (IV/447), dari Mu’awiyah bin Hairah RA); (3) Tidak boleh menghina pasangan kita (lihat referensi Hadist sebelumnya); (4) Tidak boleh dilakukan apabila dinilai tidak akan bermanfaat.  Imam ar-Ramli dalam kitabnya Nihayatul Muhtaj menjelaskan. "Jika diketahui bahwa tindakan fisik tersebut tidak bisa memberikan efek, hal tersebut haram untuk dilakukan karena hukuman tersebut tidak berfaedah”, dan berbagai syarat lainnya.
Kalau Islam memberikan begitu banyak syarat yang membuat kewenangan tersebut sulit dilaksanakan, mengapa Islam memberikan kewenangan tersebut? Jawabannya sangat sederhana. Islam merupakan agama yang memahami realitas (Idrak Al Waqi) dan merupakan sebuah realitas bahwa terdapat berbagai macam keluarga serta banyak sekali fenomena dan persoalan di dalamnya. Sebagai perumpamaan, apakah jika Negara mengatur mengenai Lembaga pemasyarakatan berarti Negara menginginkan rakyatnya masuk ke lembaga tersebut? Jelas jawabannya tidak. Namun, adalah realitas bahwa akan ada saja masyarakat yang masuk kesana (karena beberapa alasan) sehingga hal tersebut harus diatur.
Hal di atas merupakan hal yang tidak diinginkan dalam Islam kita bisa lihat dalam kisah berikut.  Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkisah dengan panjang yang penggalannya sebagai berikut.
“Kami orang- orang Quraisy mengalahkan istri-istri kami. Namun, ketika kami datang (ke Madinah) dan tinggal di kalangan orang-orang Anshar, kami dapatkan mereka itu dikalahkan istri-istri mereka. Mulailah istri-istri kami mengambil adab/kebiasaan wanita-wanita Anshar. Suatu hari, aku bersuara keras kepada istriku, ia pun menjawab dan membantahku. Aku mengingkari perbuatannya yang demikian.
“Mengapa engkau mengingkari apa yang kulakukan, sementara demi Allah, istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mendebat beliau, sampai-sampai salah seorang dari mereka memboikot beliau dari siang sampai malam,” kata istriku membela diri.
Berita itu mengejutkan aku, “Sungguh merugi orang yang melakukan hal itu dari mereka kepada Rasul saw.” kataku kepada istriku. Lalu kukenakan pakaian lengkapku dan turun menemui Hafshah, putriku.
“Wahai Hafshah, apakah benar salah seorang kalian ada yang marah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari siang sampai malam?” tanyaku.
“Ya,” jawab Hafshah.
Maka Umar ra. menasihati Hafshah agar tidak berlaku demikian kepada Nabi saw., yang mulia “Jangan kamu mendebat beliau dalam satu perkara pun dan jangan memboikotnya. Minta saja kepadaku apa yang ingin kamu minta.” (HR. al-Bukhari no. 4913, 5191 dan Muslim)
Dari Hadist di atas terlihat bagaimana Rasul saw. bersikap lembah lembut dan amat sangat penyabar kepada Istri-nya.  Beliau menghargai dan bersabar (bahkan menerima ketika di-diamkan sampai harus orang lain yang meminta istri beliau tidak melakukan itu) atas tindakan istri-nya.  Disisi yang lain, Rasul saw. mendahulukan kasih sayang hingga marah itu hilang karenanya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, satu kisah ketika Rasullullah saw. sedang ada sedikit perselisihan dengan istrinya, Aisyah rha. Rasulullah berkata kepada Aisyah supaya istrinya tersebut memjamkan matanya.”Pejamkanlah matamu” Lalu kemudian Rasulullah saw. mendekat ke arah Aisyah berdiri.  Setelah tubuh beliau berdua berdekatan, Rasulullah saw. memeluk istrinya tersebut seraya berucap, ”ya Khumairaku, rasa marah telah pergi dariku usai aku memelukmu.” (HR Muslim)  
Akhlak Nabi saw. di atas sesuai dengan hadist beliau, sebagaimana tertulis dalam kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali:
“Sebaik-baiknya orang beriman adalah orang yang berakhlak baik kepada istrinya” (HR. Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’i).
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan hadits shahih dalam kitab sunannya:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلاَلِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ.
“Muadz bin Jabal berkata, “Aku mendengar Rosululloh bersabda bahwa Alloh subhanahu wata’ala berfirman, ‘Orang-orang yang saling mencinta di bawah keagungan-Ku untuk mereka mimbar-mimbar (tempat yang tinggi) dari cahaya yang membuat para Nabi dan orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi)
Wallahualam bissawab.
2 notes · View notes
roihatulfirdaus-blog · 7 years ago
Text
Antara Manneke, Adorno dan Marx
Sejak lama sebenarnya saya membayangkan: kalau lah suatu hari kelak saya menjadi dosen, apa yang bakal saya ocehkan? Bukan bermaksud pesimis, tapi saya sering ingin tahu, apa sih yang berputar di otak dosen saat mereka mengajar?
Saya memang mengamati beberapa dosen dari semenjak S1 sampai S2. Ada yang modelnya terpaku pada slide powerpoint, ada yang cerita sebebas-bebasnya, ada yang hobinya ngasih tugas presentasi ke mahasiswa dan habis itu dia tidak menerangkan (ini yg paling tidak saya sukai), ada yang nulis terus di papan, dan lain sebagainya.
Lalu pas S2 ini, saya menemui dosen-dosen yang memang model mengajarnya dengan ceramah dan dialog 2 arah. Dan saya sangat puas dengan itu. Mereka ceramah dan kita bisa menyanggah, berdiskusi, pun bertanya. Mungkin memang beda ya, kalau S2 ini relasi dosen dan mahasiswa bukan lagi guru-murid, tapi setara. Saya dosen kamu, dan kamu berhak memperoleh apa yang saya tahu. Gimana ya jelasinnya? Pokoknya gitu deh. Hehe (tipikal jawaban cewek banget nih) 😁
Sebagai mahasiswa S2 jurusan Ilmu Susastra, saya mengikuti kelas Teori Kritis yang diampu oleh Pak Manneke Budiman, Phd. Saya dulu sempat bertanya-tanya dalam benak: kayaknya saya pernah dengar nama dia tapi dimana ya? Hingga suatu hari sewaktu saya cari buku di Kedai Cak Tarno di kampus FIB UI, saya menemukan jurnal perempuan dan terdapat nama dia sebagai redaktur. Oh iya, inilah dia. Saya beberapa kali pernah membaca Jurnal Perempuan memang.
Cak Tarno, pemilik kedai buku itu akhirnya bercerita bahwa Pak Manneke itu seorang feminis. Bahkan disertasinya bertajuk tentang feminisme. Oh wow, kata saya. Seorang lelaki dan dia feminis, itu masih langka. Saya manggut-manggut mendengar cerita Cak Tarno.
Saya memang menikmati kelas Teori Kritis, terutama karena cara mengajar Pak Manneke yang asik banget. Tapi jujur saya akui, sejak pertama kali saya mengikuti kelas ini, saya galau setengah mati. Be like... Gimana sih perasaan kamu, mahasiswa es dua, ga ngerti apa yang diocehkan dosen? Apa saya yang terlalu belia untuk mengikuti kelas ini, atau saya terlalu bodoh, atau saya ga terlalu passionate di sastra? (walaupun kelas ini lebih kayak kelas filsafat sih. Sastra dan filsafat memang saling berkaitan). Ketiga pertanyaan itu terus berputar di otak saya. Tapi saya menolak menyerah. Setelah kelas berakhir dan Pak Manneke memberi silabus yang berisi daftar bacaan, saya langsung kalap. Saya beli 1 buku wajib dari dia, karangan Greg Soetomo. Tapi alamak... Saya tetap enggak mudeng blas.
Hingga suatu hari Tuhan memberi jalan. Waktu saya sedang bertamu ke salah satu senior saya di Jakarta Pusat, kebetulan sudah lama (setahun lebih) saya tidak berkunjung dan tahu-tahu dia sudah punya bayi ke-2. Namanya Mas Badi, istrinya bernama Mbak Hanik. Waktu di rumahnya saya lihat banyak buku di rak dan menemukan 1 buku karangan Prof. Akhyar Yusuf Lubis tentang teori kritis. Saya baca sekilas dan... saya suka bangeeet 😍. Apa pasal? Menurut saya, saya lebih paham bukunya Prof. Akhyar, walaupun mereka membahas 1 tema yang sama. Akhirnya saya pinjam buku itu, namun saya tetap mencari buku berjudul sama untuk saya beli dan miliki sendiri.
Tumblr media
Ini yang karangan Greg Soetomo
Tumblr media
Ini bukunya Mas Badi
Tumblr media
Nah ini buku yang saya beli sendiri, biar bisa saya corat coret hehe. Belinya di Cak Tarno Institute. Thanks, Cak!
Yaa gitu deh demi mudeng Teori Kritis. Dan kenapa judul saya Manneke, Adorno, dan Marx? Karena nantinya saya bakal ketemu sama beberapa tokoh yang mencetuskan teori itu. Adorno dan Marx, terutama. Nah padahal yang saya sering temui adalah Habermas. Terus gimana dong? Ya gapapa, santai ajalah. Tugas papernya masih seminggu lagi.
Apa kamu bilang?
Seminggu lagi?
Horor di hari senin ini namanya!
0 notes
dewianggitaputri · 8 years ago
Text
Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Nama: Dewi Anggita Putri
Kelas: 1PA02
NPM: 11516893
Artikel ini dibuat dalam rangka menunaikan tugas kedua (4 Mei 2017) mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar Tingkat 1 Universitas Gunadarma Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi.
Tuhan telah menciptakan dua macam mahluk, yaitu benda mati yang sifatnya anorganis dan yang lain mahluk yang bersifat organis. Untuk membedakannya, sering yang pertama disebut benda mati dan yang kedua sebagai mahluk hidup.
Benda yang ada di muka bumi ini tunduk pada hukum alam (deterministik), sedangkan mahluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologios). Masing-masing memiliki tingkatan dalam perwujudannya. Benda dapat berupa padat, cair, dan gas. Mahluk hidup dibedakan atas tumbuhan, binatang, dan manusia. Manusia memiliki ciri khas dibandingkan dengan mahluk lainnya di muka bumi ini, dimana manusia merupakan makhluk tertinggi, lebih sempurna apabila dibandingkan mahluk lainnya.
Dibanding dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah yang terlemah, sedangkan rohani atau akal budi dan kemauannya sangat kuat (Aly dan Rahma, 1998:2). Manusia memang tidak bisa terbang seperti burung, tidak dapat berenang selincah ikan, dan tidak punya tenaga sekuat gajah. Meski demikian manusia memiliki kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungannya. Dengan demikian manusia bisa mengatasi kelemahannya tersebut.
A.  CIRI UNIK MANUSIA
Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya sehingga manusia merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana (homo sapiens). Dengan kelebihan kemampuannya dalam berpikir, manusia melakukan sesuatu dalam wujud budaya  manusia yang kemudian diikuti budaya lain berupa tindakan/perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk  dan ada yang keluar.
Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
Memiliki potensi untuk berkembang biak.
Tumbuh dan bergerak.
Berinteraksi dengan lingkungannya, artinya: a. Manusia sebagai makhluk yang berpikir (homo sapiens). Meski manusia mempunyai beberapa keterbatasan secara fisik, seperti ukuran, kekuatan, kecepatan, dan panca inderanya dibandingkan makhluk bumi lainnya, namun manusia lebih baik dalam menggunakan akalnya. Dengan kemampuan berpikirnya manusia bisa mengatasi kekurangannya. b. Manusia dapat membuat alat-alat dan menggunakannya sehingga disebut sebagai manusia kerja (homo faber). Contoh: diciptakannya mikroskop  untuk melihat benda kecil, teropong untuk melihat benda jauh, Radio, TV, telepon untuk media komunikasi. c. Manusia dapat berbicara (homo longuen) sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada   manusia lainnya. d. Manusia dapat bermasyarakat (homo socius), tidak bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, “Siapa yang kuat dialah  yang berkuasa”. e. Manusia dapat mengadakan usaha (homo aeconomicus) dengan menggunakan dasar ekonomi. f. Manusia mempunyai kepercayaan dan beragama (homo religious). Manusia memiliki kepercayaan dan beragama. Manusia percaya dengan adanya kekuatan gaib yang lebih besar dan mengatur jagad raya ini.
B.  SIFAT KEINGINTAHUAN MANUSIA
Menurut Purnama (2003:4) Ilmu Pengetahuan Alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang apa yang ada di sekitarnya. Baik itu alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari yang dilihatnya, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Manusia memiliki rasa ingin tahu (curiousity) yang tinggi. Dengan rasa ingin tahu ini pengetahuan manusia dapat berkembang. Meskipun makhluk bumi lainnya juga mempunyai rasa ingin tahu, tetapi rasa ingin tahunya itu hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhanmakanannya saja. Rasa ingin tahu mereka tidak untuk menciptakan sesuatu yang melebihi kebutuhan makannya dan bersifat menetap (idle curiousity). Berbeda dengan manusia yang mempunyai rasa ingin tahu yang terus berkembang. Perkembangan rasa ingin tahu itu selalu dimulai dengan pertanyaan “apa” (what) tentang segala sesuatu yang dilihatnya. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Pertanyaan-pertanyaan seperti ini telah tumbuh sejak anak-anak belajar di taman kanak-kanak.
C.  PERKEMBANGAN FISIK, SIFAT DAN PIKIRAN MANUSIA
Perkembangan Fisik Manusia Manusia sebagai makhluk memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Maskoeri Jasin, 2008:1)
Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yakni ada zat yang masuk dan keluar.
Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
Memiliki potensi untuk berkembang.
Tumbuh dan berkembang.
Berinteraksi dengan lingkungannya.
Bergerak
Mulai dari rahim ibu, masa setelah dilahirkan, sampai masa dewasa, tubuh manusia mengalami pertumbuhan sedikit demi sedikit. Proses perubahan tersebut dimulai dari bentuk sel yang sangat sederhana pada saat pembuahan, sampai ke bentuk sel yang sangat kompleks. Janin di rahim induk terjadi dari hasil pembuahan sel telur pejantannya. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) tersebut akan mengalami pembelahan sel, diferensiasi sel sehingga terbentuk janin, dan transformasi bentuk tubuh.
Bentuk tubuh manusia mengalami perubahan yang sistematis dan teratur sesuai dengan kodratnya sejak bayi hingga dewasa. Pada masa puberitas, terjadi perubahan fisik yang sangat signifikan, terutama pada tanda-tanda kedewasaan seperti tumbuhnya rambut pada bagian tubuh tertentu dan fungsi genitalianya. Pertumbuhan morfologi wanita pada masa puberitas,yang tidak dialami laki-laki, adalah pinggul membesar, pinggang meramping, terbentuknya payudara serta datangnya siklus haid. Perbedaan bentuk tubuh dan genitalia tersebut dapat dimaklumi karena secara biologis laki-laki dan perempuan mempunyai peran yang berbeda dalam kehidupannya.
Perkembangan Sifat dan Pikiran Manusia Cara orang dewasa mencari pengetahuan umumnya sangat dipengaruhi oleh pengembangan pegetahuan pada masa kanak-kanak.
Masa bayi (0-2 tahun) Disebut periode sensori motorik. Pada periode ini perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat.
Masa kanak-kanak (3-5 tahun) Disebut periode praoperasional. Pada periode ini dorongan keingintahuan anak sangat besar, sehingga banyak orang mengatakan bahwa anak pada periode ini adalah ���masa bertanya”.
Masa Usia sekolah (6-12 tahun) Disebut periode operasional nyata. Pada masa anak sangat aktif, ditandai dengan perkembangan fisik dan motorik yang baik. Masa ini juga merupakan “masa tenang” karena proses perkembangan emosional anak telah mendapat kepuasan maksimal sesuai dengan kemampuannya.
Masa remaja (13-20 tahun) Disebut periode preoperasional formal. Masa ini merupakan masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa.
Masa dewasa (>20 tahun) Masa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berdiri sendiri. Mereka mampu mengendalikan perilaku dengan baik, menempatkan dirinya sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan individu yang bertanggung jawab (Tim, 2007:9).
D.  MEMUASKAN RASA INGIN TAHU
Manusia selalu merasa ingin tahu, maka ia akan selalu mencari jawaban rasa ingin tahunya terutama terhadap fenomena (gejala) alam. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan non-fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka-reka sendiri jawabannya. Berdasarkan sejarah perkembangan manusia, August Comte membagi menjadi tiga tahap, yaitu: (1) tahap teologi atau tahap metafisika, (2) tahap filsafat, dan (3) tahap positif atau tahap ilmu.
Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi berarti pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Manusia menyusun mitos untuk mengenal realita atau kenyataan, yakni pengetahuan yang tidak obyektif melainkan subyektif. Mitos diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia untuk menjawab keterbatasan manusia tentang alam. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, intuisi atau imajinasi. Menurut van Peursen mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat pula diungkapkan melalui tari-tarian, pementasan wayang, sendratari, drama dan sebagainya.
Secara garis besarnya, mitos dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
Mitos sebenarnya Manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada, meskipun belum tepat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahaunnya sehingga untuk hal tersebut orang mengaitkan dengan tokoh tertentu atau dewa-dewa. Contoh: Pelangi dianggap sebagai selendang bidadari atau naga yang sedang meminum air. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari dan naga. Gempa bumi diduga terjadi karena naga yang sedang memegang bumi bergeser dari tempatnya sehingga bumi bergetar. Gerhana bulan dianggap sebagai kejadian bulan dimakan raksasa  kala rahu (raksasa hanya memiliki kepala saja) sehingga orang-orang memukul kentongan agar bulan tidak habis dimakan. Bunyi guntur dianggap sebagai kereta para dewa yang sedang melintas di angkasa.
Cerita Rakyat Mitos yang berupa cerita rakyat adalah cerita yang mengisahkan peristiwa penting berkenaan dengan kehidupan manusia yang disampaikan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contoh: Jaya Prana dari daerah Buleleng (Bali), Lutung Kasarung dari daerah Pasundan, Timun Emas dari daerah Jawa Tengah.
Legenda Legenda adalah cerita rakyat yang seorang tokohnya dikaitkan dengan nama suatu daerah. Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun tokoh tersebut dihubungkan dengan apa yang terdapat di suatu lingkungan, sebagai bukti kebenaran suatu legenda. Contoh: Sangkuriang dikaitkan dengan Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.
Pada jaman dahulu mitos sangat berpengaruh, bahkan sampai saat inipun kepercayaan terhadap mitos masih belum sepenuhnya hilang. Pencarian jawaban atas masalah seperti itu belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Beberapa hal sebagai penyebab timbulnya mitos antara lain:
Keterbatasan pengetahuan manusia Karena keterbatasan pengetahuan manusia maka mereka mencoba mereka-reka dengan khayalan dan imajinasinya  untuk memperoleh jawaban atas permasalahan tersebut. Pengetahuan yang diperoleh dan belum tentu kebenarannya kemudian diceritakan kembali kepada orang lain atau generasi berikutnya.
Keterbatasan penalaran manusia Manusia pada awalnya memang mampu berpikir, namun pemikirannya belum terlatih. Pemikiran dapat benar dan dapat pula salah. Dengan perkembangan pemikiran manusia lama kelamaan pemikiran yang salah akan ditinggalkan orang, sedangkan yang benar akan terus bertahan sampai ada kebenaran baru yang muncul.
Keingintahuan manusia yang telah dipenuhi untuk sementara Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan mayrakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.
Keterbatasan alat indera manusia Keterbatasan indra manusia membuat manusia mencari jalan pintas untuk memperoleh jawaban.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadai pada zaman Babylonia yakni ±700-600 SM. Orang-orang Babylonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan Bumi datar sebagai lantainya, sedangkan langit-langit dengan bintang merupakan atapnya. Namun, yang menakjubkan adalah mereka telah mengenal ekliptika yaitu suatu bidang edar matahari dan telah menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar sampai ke tempat semula yakni selama 365,25 hari. Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan seperti Virgo, Sagitaurus, Scorpio, Pisces, Leo dan sebagainya, yang sampai saat ini masih dipercaya banyak orang juga berasal dari Babylonia.
Pengetahuan orang-orang Babylonia ini setengahnya berasal dari hasil pengamatan atau pengalaman, namun setenaghnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos. Pengetahuan demikian dapat dianggap sebagai pseudo science yang artinya mirip sains tetapi bukan sains.
0 notes