#NOTAugustrope
Explore tagged Tumblr posts
shikanou ยท 2 years ago
Text
Day 15 Augustrope : Marriage of Convenience
Valmera Springgleam x Neal Astagnon (and Daren Caecilius)
OC from Novel Lilac's Memory
Note : It's a 'what if' story that doesn't have any relates with the main story. But let me tell you that the rest of it is what it is. If you see a character is kinda OOC, it is.
Tumblr media
"Mungkin ini sangat tidak terdengar seperti diriku, tapi apa kau mau mengabulkan permintaan egoisku, untuk malam ini saja?"
-------
Sorak sorai riuh menggema hingga ke sudut-sudut gedung megah itu, ketika gadis bergaun dan pria bersetelan kerajaan mempertemukan bibir mereka. Tautan hangat nan dalam yang berlangsung selama sepuluh detik, dengan jemari yang masih saling bersilangan.
Semua yang terjadi di saat itu masih terasa bak mimpi bagi Valmera Springgleam, putri tunggal dari Raja Arther sang Penguasa Kerajaan Llaeca. Alunan musik dan paduan suara kerajaan, iring-iringan Namashal--wanita pembawa lentera, hujan bunga dari anak-anak, serta benda perak cantik yang sudah bertengger di jari manisnya sejak enam jam lalu, ia masih tidak memercayainya.
"Kau masih ingin di sini, Sayang?" Valmera tersentak dari lamunannya. Neal terkekeh pelan. "Dari tadi kulihat kau terus memandangi cincin itu. Apa kau menyukainya, Putri?"
Sederhana, hanya dengan tiga permata kecil yang menghias. Namun, malam dan rembulan membuat warnanya terpantul penuh pesona. Nampaknya, bunga-bunga yang ada di Taman Abadi ini pun terpana dan menjadi lebih hidup dari biasanya.
Valmera merasa cincin ini memiliki ikatan magis antar sang pemberi, dirinya, dan taman ini.
"Melingkar dengan indah. Aku sangat menyukainya!" kata sang gadis menjawab pertanyaan kekasihnya--atau sekarang bisa ia sebut suaminya sekaligus calon raja penerus tahta Llaeca. Valmera tertegun saat sebuah tangan menariknya dan begitu saja mengecup bibirnya. Kali ini lebih lama dari yang di kuil tadi. Neal bahkan menekan tubuhnya lebih dekat, memperdalam ciuman dan sedikit memaksa istrinya untuk membuka jalan dan membiarkan ia menyusupkan lidah.
Gerakan itu tentu saja membuat sang putri tercengang. Ia sedikit meronta, tetapi alam bawah sadarnya membawa raga pada alur dan ritme yang dibentuk sang kekasih. Valmera memejamkan mata rapat-rapat. Mulut beberapa kali terbuka hanya untuk kembali dibungkam oleh Neal. Cara Neal mengulik rongga mulut Valmera benar-benar membuat si gadis kewalahan. Beberapa saat kemudian Neal melepas Valmera sepenuhnya. Membiarkan perempuan itu mengisi kembali paru-parunya yang pasti krisis oksigen, tanpa melonggarkan dekapan pada tubuhnya.
"N--Neal ...."
Iris biru langit si pria menatap lembut. "Maafkan aku, Putri .... Aku sudah menahan diri cukup lama, tapi sepertinya malam ini aku sudah tidak bisa mencegahnya lagi." Satu tangannya terangkat dan meletakkannya pada pipi Valmera. "Aku selalu khawatir kau akan dimiliki selain olehku," katanya dengan nada cemas. "Paras ini, kecantikan ini, semua orang menginginkan dirimu, Putri. Meski orang tua kita sudah merencakan perjodohan ini, tapi aku selalu merasa itu tidak akan pernah cukup untuk menjanjikan dirimu menjadi milikku."
"Pesta masih berlangsung di Ballroom Kastil. Tapi, aku ingin mengambil seluruh sisa malam ini untuk segera membawamu ke tempat di mana hanya ada kita berdua." Neal mendekatkan bibir ke telinga Valmera, membisikkan sesuatu di sana. "Mungkin ini sangat tidak terdengar seperti diriku, tapi apa kau mau mengabulkan permintaan egoisku, untuk malam ini saja, Putri Valmera?"
Seluruh darah yang mengalir dalam tubuh, berdesir lebih cepat dengan jantung yang memompa dengan kecepatan melebihi normal. Kini, tak hanya wajahnya yang memanas, tapi dari ujung kepala hingga ujung kaki Valmera bak terbakar hanya dari perkataan Neal.
"Ta--tapi, semua orang akan mencari kita nanti!"
Neal tersenyum tipis. "Kau tidak perlu khawatir, Putri. Aku bisa mengurusnya nanti. Atau Putri bisa mengobrol dulu dengan Raja Arther dan Ayahku sekarang. Mereka pasti akan mengerti."
Valmera terlihat menimbang. "Sepertinya ... lebih baik aku berbicara dulu dengan mereka."
Neal mengangguk menanggapi. "Kalau begitu, kau duluanlah, Putri. Aku harus menemui beberapa tamu undangan dulu."
"Apa tidak apa-apa sendiri? Aku menemui Ayah dan kau menemui tamu, karena ... kita baru saja menikah?"
Sekarang Neal tergelak. "Oh, sayang ... itu bukan masalah," ucapnya. "Sekarang, pergilah. Sebelum bulan semakin tinggi."
Neal memperhatikan punggung kekasihnya melangkah menjauh, hingga akhirnya menghilang di antara semak-semak lilac. Hening menyergap untuk beberapa saat, sebelum senyum kembali merekah dan dia berkata, "sudah lihat dengan mata kepalamu sendiri, bukan ... Pangeran dari Xologon?"
Sebuah bayangan menguar dari bawah tanah dan membentuk raga bersurai legam sepantar Neal. Mata merahnya menatap nyalang pada pria pirang yang berbalik menghadapnya sambil menyapa 'selamat malam'.
Masih dengan seringai penuh ramah-tamah, Neal melanjutkan, "pada akhirnya tetaplah aku yang memenangkan hatinya."
"Omong kosong!" seru si lawan bicara tak terima. "Kontrak kerajaan Llaeca dengan Kerajaanmu yang berhasil menaklukkan Valmera!" Daren mendengus muak. "Aku penasaran berapa banyak mangsa yang kau lahap atas dasar cinta dari buah kata manis penuh racunmu itu."
"Aku tidak mengerti apa maksudmu. Ini murni perasaanku pada Putri Valmera. Cinta yang akan abadi," balasnya. "Kau mungkin tidak akan paham jika terus mencintai orang yang tak pernah membalas cintamu."
Angin mendadak berhembus sangat kencang menerbangkan surai yang menghalangi kening Neal. Kerah baju kerajaannya tercengkeram kuat oleh sosok yang kini telah berdiri satu jengkal darinya. Dada Daren naik turun tak karuan karena amarah yang membuncah. "Kau ... Bajingan!" Ekspresinya menjadi lebih beringas dengan mata merah melotot, alis menukik tajam, rahang mengeras dan urat-urat yang menonjol di dahi karenanya. "Kubunuh kau ...! Valmera tidak memutuskan atas dasar kata hatinya! Akan kuperlihatkan padamu ... gadis itu akan memberi hidupnya dan menjadi milikku selamanya!!"
Semua tekanan dan aura gelap yang diberikan Daren sama sekali tidak menggoyahkan Neal. Malah, senyum lembut yang diberikannya beralih menjadi seringai. Mengubah seluruh kesan ramah menjadi wajah penuh arogan, layaknya orang asing yang tidak pernah Daren tahu.
Dagunya terangkat. Manik biru yang beralih kelam melirik Daren bak orang tak berharga berkedudukan jauh dari dirinya di bawah sana. "Coba saja," katanya dengan nada menantang. "Sampai purnama berganti ribuan kali pun, kau takkan pernah bisa mewujudkannya. Kau bahkan tidak akan pernah bisa meletakkan satu pun jarimu pada Valmera."
Neal bersuara lebih pelan dan berat. "Ciuman tadi mengaktifkan sihir yang kutanam di Taman Abadi ini." Seiring kalimat itu terucap, Daren merasakan atmosfer di sekitarnya mulai padat dan menyesakkan. "Aku pun sudah melindungi Putri dengan mantra yang kubuat padanya dalam dekapan tadi."
Pangeran dari Xologon mulai merasakan sesuatu tak kasat mata memberikan sakit menusuk sekujur tubuhnya. Ia terpaksa melepaskan cengkeraman pada pakaian Neal untuk mundur dan melindungi diri. Senyum lebar lelaki pirang kembali beberapa saat kemudian. "Jadi, silakan, Pangeran Daren. Kau bisa mencoba sepuasnya ..."
"... jika kau memang siap melawan Alam dan Semesta itu sendiri."
--End--
0 notes