#Mustafa Lutfi al-Manfaluti
Explore tagged Tumblr posts
homelessly · 3 years ago
Text
I don’t seem to get Cyrano de Bergerac (الشاعر) and Sous Les Tilleuls (ماجدولين) out of my head… I don’t want to!
1 note · View note
arfharis · 2 years ago
Text
كتاب Al-Abarat ( Arabic Edition )
Al-Abarat (The Tears) first published in 1915, written in Arabic by Mustafa Lutfi Al-Manfaluti. These touching stories are compassionate tales of love, hope and kindness amidst tragedy grievance and sacrifice. The Tears is designed to evoke every emotion and sympathy for the diverse characters, melting even the hardest of hearts. show more Format Paperback | 168 pages Dimensions 152 x 229 x 9mm |…
View On WordPress
0 notes
amaradinda · 3 years ago
Text
Al-Manfaluti : Sastrawan Mesir yang Terkenal di Indonesia.
Al-Manfaluti memiliki nama asli Mustafa Lutfi bin Muhammad Hasan Lutfi Al-Manfaluti. Ia dilahirkan di Kota Manfalut, Manfalut merupakan salah satu kota di distrik Asyuth pada tahun 1873 M. Ia berasal dari keluarga keturunan asli Mesir yang terkenal dengan kemuliaan dan etika yang sangat baik. Ia di didik dan dibesarkan dengan keluarga yang paham agama dan haus akan ilmu pengetahuan terkhususnya di bidang fiqh.
Keluarganya mewarisi ilmu hukum dan syari’ah, serta kepemimpinan kelompok sufi selama hampir dua ratus tahun. Ia juga hidup di lingkungan islami, dan bangga akan agama Islam, mensucikan Al-Qur’an, memperhatikan ilmu hadits dan menghafalkan sejarah Nabi Muhammad Salallahu’alaihi Wassalam.
Saat berusia sebelas tahunn, Al-Manfaluti dikirim ayahnya ke al-Azhar untuk meneruskan pendidikannya. Ia belajar disana selama sepuluh tahun. Tak lama kemudian, ia bertemu dengan Syekh Muhammad Abduh yang mengajar Tafsir Al-Qur’an dan kedua kitab Abdul Khoir di bidang Ilmu Balaghah, khusunya Dalail al-I’jaz dan Asrar al-Balaghah.
Ia terkesan dengan Muhammad Abduh serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan ia merasa kurang puas dengan metode pengajaran Al-Azhar, Al-Manfaluti meninggalkan al-Azhar, pendidikannya, serta ajaran-ajarannya. Kemudian, ia belajar dengan Muhammad Abduh dan terpengaruh dengan ajaran-ajarannya.
Aktivitas kesastraanya dimulai ketika ia menjadi seorang mahasiswa di al-Azhar. Saat itu, ia pernah menulis puisi yang berisi caci maki terhadap Abbas, penguasa pada masa itu. Karena puisi yang dibuatnya itu, ia ditangkap dan dipenjara lumayan lama. Pengalaman di dalam penajra, ia menyaksikan penderitaan rakyat Mesir di bawah penjajahan Inggris menciptakan tangis dan getir pilu dalam tulisan-tulisannya.
Di masa mudanya, Al-Manfaluti merasakan bahwa dalam dirinya terdapat keinginan untuk mempelajari sastra. Sejak itulah, lambat laun ia menekuni ilmu-ilmu kesusastraan, baik puisi, prosa, maupun tata bahasa. Di samping itu, Al-Manfaluti juga suka membaca kumpulan puisi dari para penyair yang tinggi bahasanya dan tulisan para penulis yang tidak diragukan lagi kemampuannya.
Al-Manfaluti adalah salah satu penggemar Muhammad Abduh. Ia selalu menghadiri perkuliahan yang dibimbing Muhammad Abduh. Tujuannya bukan untuk mendalami ilmu agama, tetapi mengharapkan ilmu sastra. Ia disibukkan dengan mempelajari kitab-kitab lama di bidang sastra dan pustaka syair Arab masa Abbasiyah, menghafal syair yang pendek maupun panjang yang didapatkannya dari tulisan Muhammad Abduh.
Ia juga membaca tulisan Ibn al-Muqaffa, al-Jahiz, Budi’u Zaman al-Hamdani, dan buku Naqd al-Adab larya al-Amidi dan Baqilani. Dengan itu, ia telah mempersiapkan dirinya untuk menjadi jurnalis yang handal. Al-Manfaluti mendapatkan popularitas yang tinggi di Al-Azhar sebab kecerdasan dan metodenya yang sangat menarik. Bahkan, Muhammad Abduh mengakui kecerdasannya. Muhammad Abduh menerangkan kepada al-Manfaluti bahwa yang paling baik untuk mencapai keberhasilan hidupnya adalah sastra.
Al-Manfaluti meraih banyak manfaat dari pergaulannya dengan Muhammad Abduh dan Saad Basya Zaghul. Saad sangat tertarik dengan Al-Manfaluti dan memilihnya menjadi sekretaris di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah kepemimpinan Saad. Bahkan, ketika Saad pindah ke Kementrian Kehakiman dan Hukum, ia membawa Al-Manfaluti ikut bersamanya.
Akan tetapi, tak lama kemudian Al-Manfaluti meninggalkan pekerjaannya karena Saad sendiri telah keluar dari cabinet kementrian. Al-Manfaluti terus menerus menulis di surat kabar sehingga Mesir mendirikan Parlemen pada tahun 1923. Selanjutnya, Saad pun memilihnya menjadi ketua kelompok penulis di parlemen. Namun, tak lama kemudian Al-Manfaluti wafat.
Al-Manfaluti memiliki watak seniman dengan cita rasa seorang sastrawan. Sebenarnya, ia sendiri tak pandai dalam berbahasa asing, akan tetapi berkat jasa teman-temannya oa mampu menerjemahkan berbagai buku dari bahasa Perancis. Al-Manfaluti adalah sastrawan Mesir yang sangat terkenal di Indonesia melalui pengaruhnya atas Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA).
Ia merupakan seorang sastrawan yang sastranya berstandar atas revolusi dan rasional, karena ia termasuk orang yang menganut aliran sastra pemikiran (Literature of Idea) yang mempunyai dua keistimewaan pokok,yaitu keistimewaan bentuk dan keistimewaan tema. Sastranya merupakan titik pertemuan antara sistem Arab Klasik dan isi kehidupan nyata.
1 note · View note
anotheraldin · 7 years ago
Text
Nothing is harder in life than the first step, but after one overcomes it the rest is easy
-Mustafa Lutfi al-Manfaluti
29 notes · View notes
salabarian · 8 years ago
Quote
Oh young men, where will you find pious wives in the future, and mothers of your future children, if you corrupt the young ladies today?
Mustafa Lutfi al-Manfaluti, an-Natharaat (via aboonoor)
1 note · View note
homelessly · 3 years ago
Text
Tumblr media
1 note · View note
amaradinda · 4 years ago
Text
Mustafa Lutfi al-Manfaluti
Mustafa Lutfi el-Manfaluti (lahir di Kota Manfalut, Mesir, 1876 – meninggal 1924) adalah penulis dan penyair Mesir. Ayahnya Sayyid Muhammad Luthfi  masih mempunyai garis keturunan dengan nabi Muhammad SAW melalui darah Husain bin Ali bin Abi Thalib. Sedangkan ibunya, Siti Hanim adalah keturunan Turki Corbaji. Lalu  ia pernah belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo. Sebelum berusia dua belas tahun, ia diketahui telah hafal Al-Quran. Kemudian ia banyak menerjemahkan dan menovelkan drama dari bahasa Perancis, termasuk beberapa cerita pendek. Karyanya yang paling terkenal adalah kumpulan artikel dan puisi berjudul: el-Nazarat. Namun ia sendiri diketahui tidak dapat membaca atau berbicara dalam bahasa Prancis. Ia meminta beberapa temannya untuk menerjemahkan beberapa buku ke dalam bahasa Arab, untuk kemudian ia tulis ulang.
Sejak saat hamka dituding menjiplak karya Mustafa Luthfi al - Manfaluthi namanya menjadi akrab di telinga masyarakat Indonesia. Ia memperkenalkan aksi menyadur karya asing, terutama karya sastrawan Perancis ke dalam bahasa Arab. Menyadur  bukanlah menerjemahkan secara letterlijk, tetapi menyusun kembali cerita secara bebas tanpa merusak garis besar cerita.
   Karya saduran al-Manfaluthi diantaranya adalah Majdulin, saduran dari Souse s Telleuls karya Alfonso Carr, Al-Fadlilah, saduran dari Paul et Virginie karya Bernadin de Saint Pierre, As-Syair, saduran dari Cyrano de Bergerac  karya Edmon Rosten, dan Fi Sabil at-Taj, saduran dari karya yang ditulis oleh Francois Coubethe. Di samping menyadur, ia juga menulis sendiri dua antologi cerpen, al-Ibarat dan al-Mukhtarat.
Pendidikan dasar al-Manfaluthi berlangsung secara tradisional di Kuttab. Saat usia 11 tahun, ia sudah hafal al-Qur’an. Pada usia itu pula ia mulai belajar di al-Azhar, Kairo (tahun 1888). Di al-Azhar, ia berjumpa dengan Muhammad Abduh (w. 1905) yang mengajar tafsir al-Qur’an dan balaghah, sehingga pada akhirnya ia mulai mendalami ilmu sastra darinya.
Sejak tahun 1905, al-Manfaluthi tinggal di, Manfalut. Di tanah kelahirannya itu ia sering  menyelenggarakan seminar sastra. Pemikirannya ditulis dalam bentuk artikel maupun syair yang dikirim ke surat kabat al-Mu’ayyad.  Pada tahun 1908 ia kembali ke Kairo untuk memimpin surat kabar  al-Mu’yyad. Kemudian ia diangkat oleh menteri pendidikan Sa’ad Zaglul sebagai direktur bahasa Arab di departemennya.
Ketika Theodore Roosevelt (Presiden Amerika Serikat, 1901-1912) datang ke Khortum menghasut rakyat agar memihak Inggris, Manfaluthi tampil melawan dengan menulis artikel ‘Pengadilan Roosevelt di depan mahkamah pengadilan. Dunlop, konsultan Departemen Pendidikan mesir (petugas pemerintah kolonial Inggris di Mesir) marah dan bermaksud memecatnya, tetapi dibela oleh Sa’ad Zaglul. Ketika Sa’ad Zaglul menjadi menteri kehakiman, ia diberi jabatan yang sama di departemennya. Al-Manfaluthi wafat di Kairo pada tahun 1924.
Sumber :
https://today.salamweb.com/id/mustafa-luthfi-al-manfaluthi/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mustafa_Lutfi_al-Manfaluti
http://id.dbpedia.org/page/Mustafa_Lutfi_al-Manfaluti
0 notes