#Motivasi Kerja Keluar Negeri bersama Motivator Bandung.
Explore tagged Tumblr posts
Text
Training Karyawan Yang Efektif bersama Motivator Bandung
Motivator Nasional! Daftar 0813-2451-1570, Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan bersama Motivator Bandung
Undang motivator klik link berikut http://bit.ly/3D9a4QJ , Motivasi Kerja Asn bersama Motivator Bandung, Motivasi Kerja Sdm bersama Motivator Bandung, Motivasi Kerja Team Work bersama Motivator Bandung, Motivasi Kerja Efektif bersama Motivator Bandung, Motivasi Kerja Terhadap Kinerja bersama Motivator Bandung.
Jika perusahaan atau organisasi anda membutuhkan motivator professional dan berpengalaman. Kami dari PT Hafara Aqiba Nusantara memiliki ttrainer dan motivator terbaik untuk menjadi partner pembelajaran terbaik anda. M. Aqil Baihaqi adalah seorang Motivator Berpengalaman selama 8 tahun yang aktif memberikan training dan motivasi diberbagai perusahaan dan organisasi di Indonesia. Baik perusahaan Nasional, Pemerintah, BUMN,dan Kementerian Republik Indonesia. Ia dikenal sebagai Motivator Terbaik di Indonesia dari Background Santri dengan spesialis materi Mind Heart Management Training. Ia menemukan metode Mind Heart Management dengan tujuan setiap orang dapat bekerja lebih maksimal, kompetitif, dan mampu mengelola emosi yang dapat menghambat sebuah pekerjaan dengan baik.
Alamat : Jl. Ciborelang, Cinunuk, Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40393
No Telp/Wa : 0813-2451-1570
Website Hafara Group : https://hafaragroup.com/
Website Motivator : https://aqilbaihaqi.com/
Youtube Motivator :
youtube
#Motivasi Kerja Pegawai bersama Motivator Bandung#Motivasi Kerja Marketing bersama Motivator Bandung#Pelatihan Untuk Karyawan Quality Control bersama Motivator Bandung#Pelatihan Public Speaking Karyawan bersama Motivator Bandung#Pelatihan Karyawan Di Era Digital bersama Motivator Bandung#Jasa Pelatihan Karyawan bersama Motivator Bandung#Pelatihan Kepemimpinan Karyawan bersama Motivator Bandung#Pelatihan Keterampilan Karyawan bersama Motivator Bandung#Pelatihan Kecakapan Karyawan bersama Motivator Bandung#Motivasi Kerja Keluar Negeri bersama Motivator Bandung.#Youtube
0 notes
Text
Apa yang Sudah Saya Lakukan di Hidup Saya? (part 1)
Akhir-akhir ini, sering terlintas di pikiran saya tentang pertanyaan ini:
“Apa yang sudah saya lakukan di hidup saya?”
Alhamdulillah, ramadhan sudah kita lalui bersama-sama bagi umat Muslim se-Indonesia, semoga segala apapun jenis ibadah yang kita lakukan di Bulan Ramadhan kemarin kita tujukan murni hanya untuk mengharapkan ridha Allah ‘Azza wa Jalla semata, dan semoga Dia membalasnya full atas amalan-amalan baik kita, Amiiiin!
Sebelum Bulan Ramadhan kemarin tiba, saya mengajukan surat permohonan agar saya bisa menjalankan kegiatan Kerja Praktek pada salah sebuah perusahaan provider terbesar di Indonesia, yang kantornya berada di Jakarta. Sifat pengajuan kegiatan Kerja Praktek (KP)-nya bersifat bebas, alias kita bisa menentukan sendiri ke perusahaan apa kita mengajukan dan di kota mana. Saya memilih Kota Jakarta hanya dengan landasan ngawur dari pikiran seorang remaja yang masih mencari jati diri. Ramadhan tahun lalu, saya juga melakukan magang ke suatu perusahaan, di salah satu perusahaan yang dulunya di bawah naungan BUMN (atau mungkin sekarang masih) tapi di Kota Bogor. Kenapa saya memilih di Kota Bogor tahun lalu? Karena saya ingin mencoba sensasi yang lain dari nikmatnya Kota Bandung, dan di Bogor ada rumah nenek saya, jadi bisa ikut menginap di rumah nenek sementara hehehe.. Kalau untuk tahun ini, saya memilih Jakarta karena, 1) Bosan di Bandung dan 2) di Bogor sepi. Tanpa basa-basi saya langsung menyimpulkan “Kota Jakarta” dan perusahaan tempat saya KP kemarin. Sebagai remaja tanggung, saya ingin sekali mencoba hal-hal baru. Dan Jakarta merupakan sebuah kota tujuan dari semua orang di kota-kota di Indonesia, sebagai kota untuk mengadu nasib. Setelah saya mengajukan surat permohonan KP-nya, dan ternyata saya secara pribadi dipanggil terlebih dahulu untuk bertemu dengan General Manager (GM) dari divisi yang saya coba lamar. Tidak dengan basa-basi, atas intruksi dan arahan dari Mama, saya datang ke Menara Sun Life, ke kantor divisinya tersebut. Saya menyuguhkan penampilan diri saya yang terbaik, serapi mungkin, dan setepat waktu mungkin. Dalam pikiran saya saat itu adalah “Saya tidak sabar!!!”. Saya, yang datang dari Bandung, yang tidak begitu jauh dari Jakarta, sungguh-sungguh sangat udik! Cerita saat naik lift, jadi sebelum naik lift, kita harus menukar identitas kita (SIM atau KTP) ke petugas di lantai dasar, lalu dengan menyebutkan mau ke lantai berapa kita menuju. Saya bilang, “lantai sekian pak”. Langsung saya diberikan kartu berwarna biru langit dan gambar gedung sebagai Pass Card-nya. Saya tidak terpikir sama sekali, bahwa lantai yang dituju sudah terprogram pada Pass Card saat saya check-in sebelum naik lift, sementara saya saat itu, menunggu pada lift yang menurut saya ramai. Dan saya nyelonong ikut-ikutan masuk lift ramai. Sampai di dalam liftnya, saya dibingungkan lagi dengan lift yang tidak ada tombolnya! Mampus! Setelah saya observasi ke kanan dan kiri pintu lift, ternyata ada list lantai-lantai berapa saja yang akan dikunjungi oleh lift yang saya naiki, dan bersyukur saya, di dalamnya ada lantai yang saya tuju. Sesampainya pada lantai tujuan, saya menukarkan kartu Pass Card dengan kartu Visitor pada divisi tersebut. Clear. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya saya bertemu dengan sekretaris dari GM-nya, namanya Mba Ann, Kata Mba Ann, GM nya sedang ada meeting dulu, nanti menyusul. Sebelum Pak GM nya datang, saya berbicara panjang dengan Mba Ann, salah satunya mengenai, bahwa divisi yang saya lamar ini, adalah divisi yang pekerjaan di dalamnya tidak ada sangkut-pautnya dengan jurusan saya, Teknik Telekomunikasi. Karena, divisi yang saya lamar bukan divisi teknik, yang mengurusi tetek bengek berjalannya bisnis provider, tapi sebuah divisi yang membuat proyek start-up yang dilakukan perusahaan tersebut untuk memberikan kontribusi kepada Bangsa Indonesia (atau mungkin biasa yang disebut CSR). Seperti itu yang saya tangkap menurut penjelasan Mba Ann. Saya tentu tidak masalah, karena memang pada penjelasan kampus mengenai KP ini, tidak ada ketentuan bahwa divisi yang dituju harus ada sangkut-paut dengan jurusan (ada juga yang bilang, kalo bisa yang sesuai dengan jurusan, karena bisa mendukung Tugas Akhir).
Akhirnya Pak GM nya datang ke ruangan dimana saya dan Mba Ann sedang diskusi. Badannya tegap dan tinggi. Beliau memperkenalkan diri, nama beliau Pak Arkav. Setelah Pak Arkav datang, saya, Mba Ann, dan Pak Arkav diskusi yang topiknya sama seperti yang Mba Ann jelaskan. Pak Arkav menambahkan,
“Kalau menurut saya, tidak masalah kalian dari jurusan Teknik Telekomunikasi dan KP di tempat yang tidak sesuai dengan kuliahnya, karena menurut saya, KP ini adalah tempat agar mahasiswa bisa menyicipi dunia kerja. Apapun itu pekerjaannya nanti.”
Saya sangat setuju. Ya saya juga pada semester terakhir sebelum KP (semester 6), saya merasakan kejenuhan yang sangat nyata pada diri saya. Saya tahu hal yang saya lakukan pada semester kemarin itu salah, tapi, seperti tidak ada keinginan saya untuk memperbaikinya saat itu juga. Akhirnya, sampai akhir semester, mata kuliah yang menurut saya sudah saya pasrahkan, ya saya hiraukan dan saya sudah meminta izin dan ridho ke orangtua saya, bahwa saya akan mendapat indeks yang kurang bagus pada 2 matakuliah semester kemarin. Yang satu saya tidak ikut remedial dan yang satu lagi tidak ikut presentasi. Saya pribadi mohon maaf kepada dosen pengajar kedua matakuliah , bukan saya benci anda, karena memang, saya dari awal memang sudah tidak menemukan motivasi pada matakuliah nya, karena saya nya yang sedang down dan un-motivated. Hal un-motivated yang saya rasakan ini, mungkin saya sedang berada di titik paling jenuh dalam lingkungan kuliah dan matakuliahnya, sehingga saya lebih senang untuk memilih kegiatan di luar kampus.
Setelah berbincang hal-hal yang menarik dan baru, saya semakin semangat untuk menjalani KP dan keluar gedung dengan langkah kapiten dan senyum 1000 jari hahaha...
Hari-hari kuliah saya jalani lagi, dengan perasaan yang berat dan langkah yang tidak tegas. Kegiatan sehari-hari saya setiap hari setiap pagi adalah, menghitung jatah bolos kuliah. Pada kampus saya, masing-masing matakuliah mendapat jatah bolos 25% dari 14 minggu masa perkuliahan aktif. Matakuliah saya semester kemarin rata-ratanya 3 sks. 3 sks itu, ada 1 kali pertemuan muka dengan dosen per minggu. Maka selama 14 minggu masa perkuliahan, saya akan bertemu muka dengan dosen pengajar saya selama 14 kali, 25% dari 14 pertemuan itu 3 pertemuan dimana saya bisa bolos. Jika absen saya di bawah 75%, jangan harap bisa mendapat nilai dan remedial pada UAS.
Saya akan memulai KP pada bulan Juni akhir, dan saya sudah ingin sekali kuliah selesai pada pertengahan Februari.
Pada satu pertemuan matakuliah SDN (Software-Defined Network), saat itu sedang membahas mengenai hal motivasi dan sedang membahas persiapan skill untuk bekerja dalam perusahaan SDN. Saat itu saya antusias mengikuti kuliah, karena sedang membahas tentang motivasi.
“Tentu, kalian sebagai generasi muda, dan sebagai generasi millenial, kalian harus mempunyai kemampuan di luar dari kemampuan eksak kalian. Dan dengan itulah, kalian bisa membangun negeri ini menjadi lebih baik lagi dan menjadi negara maju. Dan tidak lama lagi, angkatan kalian-kalian ( ‘90-an ) yang akan menjadi pemimpin-pemimpin di Indonesia ini.”
Dosen kemudian membuka sesi pertanyaan ke mahasiswa dan harus dijawab dengan waktu sesingkat mungkin dan tidak bisa pencitraan, mungkin karena badan saya paling besar dan saat itu saya duduk dengan tegap karena semangat, saya ditanya duluan.
“Mas, skill yang menurut mas sudah mas kuasai dengan baik apa mas?”
“Saya menguasai Adobe Photoshop bu, dan sekarang saya sedang menekuni Adobe Premiere Pro dan Adobe Lightroom. Nanti setelah saya sudah mampu keduanya, saya akan mencoba Adobe After Effect dan Adobe Audition.” Kata saya dengan tegas dan tersenyum. Saya jawab seadanya dan sejujurnya, karena memang saya ingin menguasai aplikasi-aplikasi tersebut.
Lalu, sekelas hening.
Dengan nada bercanda,”Mas, kayanya mas salah jurusan ya? hehehe”
Saya malu setengah mati.
Kemudian Dosen mencari mahasiswa untuk dilemparkan pertanyaan yang sama, dan mahasiswa-mahasiswa itu menjawab,”Saya menguasai bahasa pemrograman C dan mampu menggunakan platform pemrograman Phyton. Saya sedang ujian sertifikasi CCNA Cisco.” Dan ada juga yang bilang “Adobe Photoshop”.
Saya merasa saya kalah telak setelah saya mendengar skill-skill teman-teman yang lain, dan sempat terngiang perkataan dosen tadi yang menyatakan bahwa saya salah jurusan. Mungkin jadi saya salah jurusan, tapi saya mengingkari, saya sudah semester 6 kok, baru sekarang saya ngerasa saya salah jurusan? Bukan karena salah jurusan, tapi karena saya memang tidak ada motivasi pendukung untuk semester ini.
Saya semakin merasa sangat tertinggal pada semester itu, dan semakin tidak ada semangat untuk mengejarnya.
“Mulki, kita harus adain meeting ya dengan teman-teman kamu, dan Pak Arkav.”
“Oh oke Mba Ann, kira-kira Mba Ann dan Pak Arkav ada jadwal kosong kapan?”
“Minggu ini, hari Kamis ya, bagaimana Mulki, bisa?”
“Kita bisa semua mba.”
Ada 4 teman saya yang katanya, mereka ingin gabung untuk KP di Jakarta. Ahmad, Nadya, Rosa, dan Sulthan. Dan kami janjian dengan Mba Ann dan Pak Arkav, agar kita bisa diskusi dulu untuk hal-hal yang perlu mereka tanyakan mengenai KP dan apa saja yang harus mereka beri tahu kepada kami.
Kami menuju Jakarta, Kamis pagi sekitar jam 7, kami sudah meluncur. Dengan semangat yang sama saat ada hal yang berhubungan dengan KP, saya memperingatkan teman-teman saya agar tidak terlambat, karena kami juga harus menjaga nama baik kami dan kampus terhadap perusahaan yang akan menerima kami KP. Sekitar 3 sampai 4 jam di perjalanan, kami sampai di Jakarta sekitar jam 11 siang.
“Mba, rombongan kami sudah sampai nih di Jakarta hehehe.”
“Wah cepet banget! hahaha. Kemungkinan kami ketemu kalian jam 2 an ya, soalnya Pak Arkav masih meeting.”
“Siap mba!”
“Oh iya, nanti kita janjian di Mal Artha Gading ya.”
“Siap mba, ditunggu yaaa! :D”
“Oke Mulki.”
Kita sampai di Artha Gading jam setengah 1 siang, dan kami menunaikan sholat zhuhur terlebih dahulu. Kemudian kami keliling-keliling Artha Gading, dan sepakat untuk makan siang. Tapi Rosa pisah rombongan, dia ingin liat-liat contact lens katanya. Saya, Ahmad, Sulthan, dan Nadya makan. Seperti mahasiswa yang lain, kami meringis saat melihat harga tempat makan yang kami kunjungi, tapi tertahan rasa malu, akhirnya kami makan juga walau mencari-cari menu yang cukup di kantong.
(mau minta saran, mendingan dijadikan 1 postingan panjang, kemungkinan panjang banget. Atau mendingan dijadiin part part ya? Terimakasih! :D)
0 notes