#Misi Camping Area
Explore tagged Tumblr posts
radityaaawk · 2 months ago
Text
SMA Al-Hikmah IIBS Batu: Menyiapkan Pemimpin Masa Depan Berbasis Nilai Islam
Tumblr media
SMA Al-Hikmah IIBS Batu adalah lembaga pendidikan berbasis asrama yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan, nilai-nilai Islam, dan pengembangan keterampilan hidup. Berdiri sejak tahun 2018 di Kota Batu, Jawa Timur, sekolah ini telah mendapatkan pengakuan luas sebagai salah satu institusi pendidikan unggulan, baik dari sisi akademik maupun pembentukan karakter.
Sejarah Berdirinya
SMA Al-Hikmah International Islamic Boarding School (IIBS) Batu merupakan bagian dari Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Al-Hikmah yang telah berdiri sejak tahun 1989. Sebagai pelopor sistem fullday school di Indonesia, YLPI Al-Hikmah terus mengembangkan inovasi pendidikan. Pada tahun 2018, SMA Al-Hikmah IIBS Batu didirikan untuk memberikan pendidikan berbasis asrama yang mengintegrasikan nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan.
Sekolah ini dirancang untuk mendidik generasi muda agar memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual, spiritual, dan sosial. Pada tahun 2019, SMA ini membuka kelas putri, dengan area sekolah yang dipisahkan dari area putra untuk menjaga kenyamanan dan privasi.
Visi:
Meluluskan peserta didik yang shalih, berprestasi optimal, dan siap mengemban tanggung jawab kehidupan dengan berkarakter Islami.
Dengan adanya visi tersebut, Al Hikmah IIBS Batu berusaha mewujudkannya dengan misi sebagai berikut:
Misi:
Mengoptimalkan potensi siswa untuk berprestasi secara akademik dan non-akademik.
Menanamkan kesadaran siswa akan tujuan penciptaan dan makna hidup berdasarkan ajaran Islam.
Membangun kepedulian siswa terhadap lingkungan sosial dan alam.
Meningkatkan karakter berkebhinekaan global.
Memberikan pengalaman belajar yang berpusat pada siswa untuk mendukung perkembangan pribadi mereka.
Tumblr media
Keunggulan Pendidikan di SMA Al-Hikmah IIBS Batu
Kurikulum Terintegrasi Sekolah ini memadukan kurikulum nasional dengan nilai-nilai Islam, termasuk pembelajaran Al-Qur'an, tahfidz, dan Sunnah. Program STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) serta proyek riset juga diterapkan untuk membangun kemampuan berpikir kritis siswa.
Pendekatan Self-Directed Learning SMA Al-Hikmah IIBS Batu menggunakan pendekatan pembelajaran mandiri yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengatur jadwal belajar, merancang target pencapaian, dan mengevaluasi hasil belajar mereka.
Pendidikan Karakter 24 Jam Nilai-nilai Islam diajarkan melalui pembiasaan ibadah harian, seperti shalat berjamaah, tahfidz Al-Qur'an, dan diskusi keislaman. Aktivitas ini dilakukan baik di kelas maupun di asrama, menjadikan pendidikan agama sebagai bagian dari kehidupan siswa sepanjang hari.
Pengembangan Keterampilan Hidup SMA Al-Hikmah IIBS Batu memberikan program pengembangan keterampilan hidup, seperti kepemimpinan (melalui Basic Leadership Camp dan Intensive Leadership Camp), kewirausahaan, dan public speaking.
Fasilitas Modern dan Kondusif Sekolah ini memiliki fasilitas lengkap seperti laboratorium, perpustakaan digital, masjid, learning space, lapangan olahraga, dan asrama yang nyaman. Semua dirancang untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri siswa.
5 Nilai Utama (Core Values)
Islamic Values: Membentuk siswa yang taat beragama.
Strong Leadership: Mengembangkan kemampuan kepemimpinan.
Academic Mastery: Menekankan pada pencapaian akademik yang tinggi.
Global Competencies: Mempersiapkan siswa untuk bersaing di tingkat global.
Entrepreneurship Mindset: Membentuk pola pikir kewirausahaan.
SMA Al-Hikmah IIBS Batu adalah tempat yang ideal bagi siswa untuk belajar, tumbuh, dan berkembang menjadi individu yang unggul secara akademik, berkarakter Islami, dan siap bersaing di dunia global. Dengan kurikulum yang terintegrasi dan pendekatan pendidikan holistik, sekolah ini berkomitmen mencetak generasi pemimpin masa depan yang berdaya saing tinggi dan berakhlak mulia.
1 note · View note
outbounddmalang · 3 months ago
Text
HUB : 0895-6390-68080, tema outbound perusahaan di Batu Malang
Tumblr media
Batu Malang, dengan keindahan alam dan suasana sejuknya, menjadi lokasi favorit untuk kegiatan outbound perusahaan. Tidak hanya sekadar rekreasi, outbound di Batu Malang dirancang untuk mempererat kerja sama tim, meningkatkan motivasi, dan mengasah kepemimpinan. Salah satu elemen penting dalam kegiatan ini adalah pemilihan tema yang tepat. Artikel ini akan mengulas berbagai tema outbound perusahaan di Batu Malang yang menarik, lengkap dengan rekomendasi aktivitas dan manfaatnya.
Mengapa Tema Outbound Sangat Penting?
Tema outbound mencerminkan tujuan utama dari kegiatan yang diadakan. Dengan tema yang jelas, perusahaan dapat memastikan setiap aktivitas yang dilakukan relevan dengan visi dan misi organisasi. Berikut beberapa alasan mengapa tema menjadi elemen krusial:
Meningkatkan Fokus dan Efektivitas Tema membantu peserta memahami tujuan utama kegiatan dan mengarahkan energi mereka pada hasil yang diinginkan.
Menciptakan Keseragaman Dengan tema tertentu, kegiatan outbound terasa lebih terorganisir dan memiliki alur yang logis.
Menambah Daya Tarik Tema yang menarik membuat peserta lebih antusias untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dirancang.
Rekomendasi Tema Outbound Perusahaan di Batu Malang
Leadership and Decision-Making Tema ini dirancang untuk mengasah kemampuan kepemimpinan dan pengambilan keputusan dalam situasi sulit.
Kegiatan: Simulasi penyelamatan, diskusi kelompok, dan permainan strategi.
Manfaat: Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen konflik.
Team Building and Collaboration Tujuan utama tema ini adalah memperkuat kerja sama antar anggota tim.
Kegiatan: Estafet bola, spider web, dan puzzle kelompok.
Manfaat: Membantu meningkatkan kepercayaan antar anggota tim dan memperbaiki komunikasi internal.
Adventure and Survival Tema ini membawa peserta lebih dekat dengan alam dan mengajarkan mereka untuk bertahan dalam situasi ekstrem.
Kegiatan: Trekking, rafting, dan camping di alam bebas.
Manfaat: Mengembangkan ketahanan mental, kerja sama, dan rasa percaya diri.
Innovation and Creativity Tema ini bertujuan untuk mendorong peserta berpikir kreatif dalam memecahkan masalah.
Kegiatan: Workshop brainstorming, membangun alat dari bahan terbatas, dan presentasi ide.
Manfaat: Mengasah kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.
Stress Relief and Motivation Tema ini sangat cocok untuk perusahaan yang ingin memberikan suasana santai dan menyegarkan bagi karyawannya.
Kegiatan: Yoga, meditasi, permainan ringan, dan sesi motivasi.
Manfaat: Mengurangi stres dan meningkatkan semangat kerja.
Lokasi Terbaik untuk Menerapkan Tema Outbound
Coban Rondo Dikenal dengan air terjun yang indah, lokasi ini cocok untuk tema bertema adventure dan survival. Fasilitasnya mencakup area camping, jalur trekking, dan arena flying fox.
Coban Talun Dengan latar belakang hutan pinus, tempat ini ideal untuk tema team building dan creativity. Suasananya yang tenang mendukung aktivitas kolaboratif.
Taman Rekreasi Selecta Selecta menawarkan fasilitas lengkap untuk outbound bertema stress relief, seperti taman bunga, kolam renang, dan area bermain.
Kaliwatu Adventure Lokasi ini populer untuk tema adventure, terutama rafting dan permainan yang memacu adrenalin.
Jawa Timur Park 3 Dengan fasilitas modern, tempat ini sangat cocok untuk tema innovation dan creativity.
Aktivitas Berdasarkan Tema Outbound
Leadership and Decision-Making
Simulasi situasi darurat di lapangan terbuka.
Permainan strategi kelompok yang membutuhkan keputusan cepat.
Team Building and Collaboration
Spider web untuk melatih kerja sama.
Estafet lomba kreatif yang membutuhkan koordinasi tim.
Adventure and Survival
Aktivitas trekking di hutan Coban Talun.
Tantangan membangun tempat berlindung dari bahan alami.
Innovation and Creativity
Membuat alat sederhana dari bahan terbatas.
Diskusi ide untuk menyelesaikan masalah tertentu.
Stress Relief and Motivation
Yoga pagi di bawah pohon pinus.
Sesi motivasi di aula dengan pemandangan alam.
Tips Memilih Tema Outbound
Pahami Kebutuhan Perusahaan Identifikasi tujuan utama kegiatan, apakah untuk membangun kerja sama, melatih kepemimpinan, atau sekadar melepas penat.
Pertimbangkan Karakteristik Peserta Pilih tema yang sesuai dengan usia, minat, dan kemampuan fisik peserta.
Evaluasi Lokasi Pastikan lokasi yang dipilih memiliki fasilitas yang mendukung tema outbound Anda.
Konsultasikan dengan Penyelenggara Hubungi penyelenggara untuk mendapatkan rekomendasi tema dan aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Anda bisa menghubungi HUB : 0895-6390-68080 untuk informasi lebih lanjut.
Sesuaikan dengan Anggaran Tentukan anggaran yang sesuai tanpa mengorbankan kualitas kegiatan.
Manfaat Jangka Panjang Outbound Bertema
Peningkatan Kinerja Tim Kegiatan yang relevan dengan tema dapat memberikan dampak positif pada produktivitas tim.
Pengembangan Keterampilan Individu Tema seperti leadership atau innovation membantu peserta mengembangkan keterampilan yang bermanfaat dalam pekerjaan mereka.
Meningkatkan Kepuasan Karyawan Kegiatan outbound menunjukkan perhatian perusahaan terhadap kesejahteraan karyawannya.
Peningkatan Loyalitas Pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat dapat meningkatkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
Membangun Citra Positif Perusahaan Perusahaan yang aktif dalam kegiatan seperti ini dipandang peduli terhadap pengembangan sumber daya manusia.
Kesimpulan
Memilih tema outbound perusahaan di Batu Malang yang tepat adalah langkah awal untuk menciptakan pengalaman yang berkesan dan bermanfaat. Dengan berbagai pilihan tema seperti leadership, team building, adventure, hingga stress relief, Anda dapat menyesuaikan kegiatan dengan kebutuhan organisasi Anda.
Batu Malang menawarkan banyak lokasi menarik dengan fasilitas yang lengkap untuk mendukung tema yang Anda pilih. Pastikan untuk bekerja sama dengan penyelenggara berpengalaman agar kegiatan berjalan lancar. Untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi, jangan ragu untuk menghubungi HUB : 0895-6390-68080.
Outbound bukan hanya sekadar kegiatan, tetapi investasi bagi perusahaan untuk membangun tim yang lebih kuat, kreatif, dan termotivasi. Dengan perencanaan yang tepat, kegiatan ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh peserta.
ryansmkn1blitar
0 notes
kopral25 · 7 months ago
Text
Pada malam 16 Agustus 2024, tim MAPALA PINISI berangkat dari Tondano dengan penuh semangat menuju Camp Gunung Soputan untuk melaksanakan kegiatan Ekspedisi Kabut Samudera. Misi kami adalah pemasangan plakat dan pengibaran bendera merah putih. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, kami tiba di area camp dengan rasa antusias dan harapan tinggi.
Malam itu, suasana di camp dipenuhi canda tawa tim. Kami bercerita tentang rencana petualangan, sambil menikmati kopi hangat. Namun, suasana ceria itu tiba-tiba pecah saat kami menerima kabar darurat. Salah satu pendaki melaporkan bahwa teman-temannya terjebak di puncak tanpa bekal makanan dan minuman. Jantung kami berdegup kencang; misi kami berubah seketika!
Tanpa membuang waktu, kami merubah agenda Ekspedisi Kabut Samudera menjadi aksi penyelamatan. Dalam waktu singkat, kami berkoordinasi dengan pihak berwenang dan membentuk Tim Aksi Cepat Tanggap di bawah Divisi Tanggap Bencana MAPALA PINISI. Dengan peralatan seadanya—lampu senter, tali, dan sedikit bekal makanan—kami bersiap untuk berangkat. "Ayo, kita tunjukkan pada mereka bahwa kita bukan tim biasa! Kita adalah pahlawan malam!" seru salah satu rekan kami, disambut gelak tawa.
Tumblr media
Pukul 5:15 sore, kami memulai perjalanan. Langit mulai gelap, dan hawa malam menyelimuti kami. Tanpa pepohonan yang menghalangi, kami melangkah di jalur terjal Gunung Soputan, merasakan setiap langkah yang menantang. Dalam perjalanan, kami tetap berkomunikasi dengan Basarnas dan pihak berwenang untuk mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi pendaki yang terjebak. Setiap langkah terasa semakin berat, tetapi tekad kami untuk menyelamatkan teman-teman pendaki semakin menguat.
Saat malam menjelang, suara angin berdesir menambah suasana dramatis. "Kita harus tetap fokus! Ingat, kita bukan hanya pendaki, kita juga penyelamat!" teriak salah satu anggota tim, berusaha mencairkan ketegangan. Namun, semua lelucon itu seakan sirna saat kami merasakan hawa dingin yang menusuk.
Sekitar jam 11 malam, setelah perjuangan yang melelahkan, kami akhirnya tiba di puncak. Suasana di puncak sunyi dan mencekam. Tanpa membuang waktu, kami langsung memanggil para pendaki yang terjebak. "Halo! Ada orang di sini?!" teriak kami. Suara kami menggema di antara dinding batu. Tak lama kemudian, sebuah senter menyala dari arah tebing. "Ya, kami di sini!" jawab mereka dengan suara penuh harapan. Hati kami berdesir; kami tidak perlu menyisir area gelap ini!
Namun, saat kami mendekati mereka, jalan yang kami lalui semakin curam dan menakutkan. "Jika ini sudah ajal saya, tidak masalah karena ini misi kemanusiaan," ujar salah satu rekan kami sambil tersenyum lemah. "Tapi jika saya terjatuh, entah ke jurang atau kawah, saya akan teriak 'MAPALA PINISI'!" Kami semua tertawa, meski rasa tegang masih menggelayuti.
Akhirnya, kami menemukan lima pendaki yang terjebak, bersandar di tebing yang curam. Meskipun mengalami beberapa goresan luka dan kelaparan, mereka terlihat lega saat kami tiba. "Kami sudah berdoa, lho! Ternyata doanya langsung terkabul!" ujar salah satu pendaki sambil tersenyum lemah. Kami tertawa, meski dalam situasi serius.
Dengan sigap, kami membantu mereka berpindah ke area yang lebih aman. Di tengah gelapnya malam, kami mengeluarkan makanan dan minuman untuk mengembalikan stamina mereka. "Ini dia, energi dari pahlawan malam! Jangan sampai kelaparan lagi!" seru kami sambil membagikan snack. Suasana haru menyelimuti kami saat mereka mengungkapkan rasa terima kasih, dan kami merasakan beban di hati kami sedikit terangkat.
Tumblr media
Setelah memastikan semua pendaki dalam keadaan stabil, kami mulai proses evakuasi. Namun, perjalanan kembali ke bawah tidaklah mudah. Medan yang terjal, ditambah pencahayaan yang minim, menambah tantangan. "Bayangkan kita sedang mendaki sambil main petak umpet, ya!" canda salah satu rekan. "Hanya saja, kali ini kita tidak boleh kalah!"
Dengan kerja sama yang solid, setiap anggota tim mengambil peran. Ada yang memimpin jalan, ada yang membantu pendaki yang kelelahan, dan ada pula yang memastikan jalur tetap aman. Setiap langkah kami diiringi dorongan semangat satu sama lain. "Kita bisa! Hanya tinggal sedikit lagi!" teriak salah satu rekan kami untuk memotivasi.
Setelah perjuangan yang melelahkan, akhirnya kami berhasil membawa semua pendaki turun dengan selamat. Ketika kami tiba di camp, suasana haru dan bahagia menyelimuti kami. Kami menyerahkan mereka kepada pihak Basarnas dan kepolisian yang telah menunggu di lokasi untuk memberikan bantuan lebih lanjut. "Dan inilah saatnya kita merayakan keberhasilan penyelamatan dengan makan malam yang layak!" seru salah satu rekan, disambut tawa lepas.
Misi penyelamatan ini menjadi pengalaman berharga bagi kami. Kami belajar betapa pentingnya kerja sama, komunikasi yang baik, dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat. Berbagai tantangan yang kami hadapi mengajarkan kami bahwa dalam keadaan genting, semangat dan persatuan dapat mengatasi segala rintangan.
Dengan hati yang penuh rasa syukur, kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam misi ini. Kami pulang dengan kenangan indah dan pelajaran berharga, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Misi penyelamatan ini bukan hanya tentang menyelamatkan nyawa, tetapi juga tentang persahabatan, keberanian, dan sedikit bumbu humor yang membuat perjalanan ini tak terlupakan. 💪⛰️
Cerita ini dari Kisah nyata dan saya balut dan Sedikit modifikasi dengan Humor😆
Salam lestari dari HANTU RIMBA 👻
0 notes
gopalabimanyu · 1 year ago
Text
Amélioration: La Forêt Sait Tout.
Arsip mengikuti kegiatan WEEKLY MISSION di Camp De Boreux.
Tumblr media
THEME : Menelusuri Forêt Du Vagabond untuk memecahkan misteri gangguan selama ini terjadi do Camp De Boreux.
MAP.
SHORT EXP : L’Amulette diminta untuk melengkapi keseluruhan MAP dari La Forêt Sait Tout.
Tumblr media
MISSIONS.
SHORT EXP : Terdapat misi untuk dikerjakan, apabila selesai mengerjakan setiap misi akan mendapatkan bagian-bagian hilang dari MAP La Forêt Sait Tout.
[MISSION 1] LA ROUTE CAHOTEUSE: THE ROUGH ROAD.
Mengerjakan plot dengan cerita “berjalan dari Boreux ke Forêt du Vagabond untuk pertama kalinya”, bisa bersama partner dan update BOWL tentang kegiatan tersebut.
Bukti pengerjaan PLOT : KLIK DISINI. Untuk BACKUP : KLIK DISINI.
Bukti UPDATE BOWL : KLIK DISINI.
Tumblr media
MAP STATUS : 1/4.
Tumblr media
STATUS COMPLETED.
[MISSION 2]. LE COIND DU BOND : THE EDGE OF A CORNER.
L’Amulette akan melawan makhluk buas menggunakan mantra dari tongkat sihir masing-masing.
Bukti pengerjaan misi.
Tumblr media
MAP STATUS : 2/4.
Tumblr media
STATUS COMPLETED.
[MISSION 3] LA TANIERE DU TROLL : THE TROLL'S LAIR.
Cukup kerjakan keinginan dari Troll dan mereka akan membuka jalan melalui kumpulan teka-teki kemudian disusun menjadi kalimat.
Bukti pengerjaan misi.
Tumblr media
MAP STATUS : 3/4.
Tumblr media
STATUS COMPLETED.
[MISSION 4] LA SALLE VERIDIQUE : THE TRUTHFUL AREA.
Permainan adalah undercover! Harus mencari siapa undercover tersebut.
Bukti mengikuti permainan.
Tumblr media
MAP STATUS : 4/4.
Tumblr media
STATUS COMPLETED.
END.
0 notes
turisiancom · 2 years ago
Text
TURISIAN.com - Buat kalian yang suka angkasa atau pengen jadi astronot, nih ada kabar seru! Di Bali bakal ada wisata keren bertema angkasa, namanya Space Camp. Acaranya bakal berlangsung dari tanggal 17 hingga 23 Juli 2023. Nah, kalian berkesempatan ikut petualangan seru bareng mantan astronot NASA top, Nicole Stott! Nicole Stott tuh astronot berpengalaman dari NASA. Dia pernah menjalani misi luar angkasa dan totalnya udah 104 hari bekerja di luar angkasa, lho! Gokil banget, kan? Oya, agenda Space Camp ini khusus buat anak-anak dan remaja usia 8-16 tahun yang mau ikutan petualangan musim panas bertema luar angkasa di COMO Uma Canggu, Bali. Keren banget, kan? BACA JUGA: Bali Fashion Parade 2023 Beri Kejutan, Tampilkan 23 Perancang Busana Berbahan UMKM Katanya sih, Space Camp ini gabungin pendidikan dan kegembiraan jadi petualangan yang seru banget. Ada beberapa agenda yang bisa kalian ikutin, nih. Salah satunya makan malam bareng Nicole Stott di COMO Beach Club pada tanggal 22 Juli 2023. Menikmati keindahan Echo Beach Kalian bisa ngobrol sama Nicole, nanya-nanya, dengerin ceritanya sambil menikmati matahari terbenam yang indah di Echo Beach. Wah, pasti asik banget ya! Ada juga kegiatan membersihkan sungai buat berkontribusi bagi bumi kita. Nicole Stott bakal berbagi wawasan tentang dampak manusia terhadap Bumi dari perspektifnya sebagai astronot. Bisa dapet ilmu sambil berbuat baik, kan? BACA JUGA: Pengelola Bandara Bali Targetkan Penumpang Naik Jadi 20,3 Juta Tahun 2023 Begitu pun, buat kalian yang suka masak, ada kegiatan Planet Pizza! Kalian bisa bikin dan hias pizza sendiri yang keliatan kaya kreasi dari luar angkasa. Seru banget, kan? Biayanya mulai dari Rp 60.000 per anak. Pasti seru deh ngasah kreativitas dan keahlian kuliner kalian. Diinisasi Nicole Stott Kalian juga bisa ikutan proyek surat antariksa internasional yang diinisiasi sama Nicole Stott. Kalian bisa tulis pesan tulus dan bikin karya seni yang bakal dikirim keluar angkasa. Gimana, seru kan jadi bagian dari proyek keren ini? Ada juga proyek tim unik di kolam laguna, di mana kalian bisa terlibat buat menciptain karya seni yang keren dan keliatan dari langit. Bisa bergabung sama penggemar luar angkasa lainnya dan bebaskan imajinasi kalian! BACA JUGA: Korporasi Keuangan Internasional Ajak Hotel Optimalkan Pembangunan Hijau Kalian juga bisa belajar tentang makanan di luar angkasa bareng Nicole Stott. Bisa tau persiapan makanan di luar angkasa yang ribet dan bahkan cobain sejumput untuk merasain apa yang astronot rasain selama menjelajahi planet lain. Wah, pasti unik banget! Buat yang suka fashion, kalian bisa mencoba desain baju astronot yang keren. Bisa tambahin tanda-tanda yang kalian suka, menunjukkan hubungan antara seni, ilmu pengetahuan, dan kemanusia Terakhir, kalian bisa merasakan serunya membangun roket menggunakan soda kue. Di kegiatan ini, kreativitas dan imajinasi kalian dibebaskan sepenuhnya. Seru banget kan, bisa bikin roket sendiri! BACA JUGA: Buat Kalian Para Goweser, Catat Nih Event Sepeda Keren di 2023 Nah, buat biaya, buat kalian yang menginap di hotel, semua kegiatan di Space Camp ini gratis, kecuali yang dijabarkan di tabel kegiatan. Tapi buat yang nggak menginap di hotel, jangan khawatir! Ada daftar harga spesial buat kalian: Aktivitas umum Space Camp: Mulai dari Rp 300.000 per anak dan Rp 150.000 per orang dewasa. Aktivitas bareng Nicole Stott: Mulai dari Rp 600.000 per anak dan Rp 300.000 per orang dewasa. Satu hari penuh di Space Camp: Mulai dari Rp 1 juta per anak. Orangtua harus tetap berada di area hotel selama anak-anak berkegiatan, tapi kalian bakal dapet diskon 20 persen untuk makanan dan minuman di COMO Beach Club dan sesi pijat di COMO Shambhala Retreat. Keren kan? Buat info lebih lanjut dan pemesanan, kalian bisa hubungi lewat email, WhatsApp, atau langsung ke situs resmi COMO Hotels and Resorts. Jadi, jangan lewatkan kesempatan seru ini,
yuk daftar dan ikut Space Camp 2023 di Bali! Bakal seru banget, pasti nggak akan terlupakan! ***
0 notes
newstfionline · 2 years ago
Text
Friday, April 14, 2023
Nonaligned (Economist) Caught between America, China and Russia, many countries are determined not to pick sides. As the American-led order in place since 1945 fragments and economic decoupling accelerates, they aim to make discerning deals across divides. One way of capturing the sheer scale and heft of these non-aligned powers is through a Russian lens. Our sister organisation, EIU, has analysed countries based on their economic and military ties to Moscow, their diplomatic stances including votes at the UN and whether they support and implement sanctions. Although 52 countries comprising 15% of the global population—the West and its friends—lambast and punish Russia’s actions, and just 12 countries laud Russia, some 127 states are categorised as being firmly in neither camp. To get a handle on what non-alignment really means The Economist has also looked at a narrower panel of the 25 biggest economies that have sat on the fence on the Ukraine war, or wish to remain non-aligned in the Sino-American confrontation, or both. These countries represent 45% of the world’s population and their share of global gdp has risen from 11% in 1992 to 18% in 2023, more than the EU’s.
Storm swamps Fort Lauderdale (USA Today) South Florida was under siege and under water Thursday amid a storm that dumped 25 inches of rain over some coastal areas, flooding homes and highways and forcing the shutdown of a major airport. Fort Lauderdale was slammed with 25.95 inches of rainfall in 24 hours, AccuWeather reported. Some areas received 20 inches of rain in six hours. Hollywood and South Miami received at least 9 inches of rain. "The amount of rain, the rainfall rate is something you should see once in in every 1,000 years or once in every 2,000 years," Dan DePodwin, AccuWeather's director of forecast operations, told USA TODAY.
Paycheck to paycheck (CNBC) Between higher costs and a possible recession on the horizon, families feel increasingly strained financially. More than half, or 58%, of all Americans are now living paycheck to paycheck, according to the CNBC Your Money Financial Confidence Survey, conducted in partnership with Momentive. And even more—roughly 70%—said they feel stressed about their finances, mostly due to inflation, economic uncertainty and rising interest rates, the survey found. “Whether or not you have significant wealth, everyone is feeling squeezed,” said Misi Simms, portfolio manager at TIAA, a Fortune 100 financial services company.
Intel leak arrest (Foreign Policy) A member of the Massachusetts Air National Guard was arrested on Thursday in connection with last week’s classified intelligence leak. The 21-year-old, named Jack Teixeira, is suspected of leaking U.S. Defense Department documents to a private group on Discord, an online platform popular with gamers. A number of the files were labeled “top secret” and pertained to everything from Russia’s war in Ukraine to U.S. spy efforts toward friendly countries to secret arms deals between foreign governments. U.S. officials have faced global backlash from allies and enemies alike as they’ve struggled to control the damage caused by the breach.
School massacres are no longer just an American problem (Washington Post) The 16-year-old waited until his father left the house before executing his plan. Then he pulled on his camouflage fatigues, wrapped a swastika around his arm, grabbed a mask painted with a skull and retrieved his father’s guns—the Taurus .40-caliber and the .380-caliber revolver. Heading out into Aracruz [Brazil] that late November morning, this was his intent: to kill as many people as possible. What authorities say came next will be painfully familiar to any American. The boy drove to two schools, where he shot four people to death, wounded 10 more and delivered to this Brazilian coastal city of 100,000 the kind of anguish that has devastated American communities from Newtown, Conn., to Uvalde, Tex. For decades, school massacres have seemed a distinctly American disease. But now Brazil is infected, too. In the past four years, Latin America’s largest nation has suffered 17 school attacks. Twenty-six people have been killed and dozens wounded. In the last eight months alone, the country has endured 11 assaults, alarming many Brazilians who now fear that the carnage is just beginning.
No Russia-Ukraine peace talks expected this year, U.S. leak shows (Washington Post) The grinding war between Ukraine and Russia is expected to bleed into 2024 with neither side securing victory yet both refusing to negotiate an end to the conflict, according to a Defense Intelligence Agency assessment that is among the highly sensitive U.S. government materials leaked online and obtained by The Washington Post. The analysis concludes that, even if Ukraine recaptures “significant” amounts of territory and inflicts “unsustainable losses on Russian forces,” an outcome U.S. intelligence finds unlikely, the nation’s gains would not lead to peace talks. The assessment, based on close U.S. scrutiny of each side’s troop counts, weaponry and equipment, could galvanize the war’s critics who have called on major powers such as the United States and China to push for Kyiv and Moscow to reach a settlement and end a conflict that has displaced millions and left hundreds of thousands dead or wounded.
New year revelry returns to Thai streets as tourism rebounds (Reuters) Tens of thousands of revellers, including hordes of foreign tourists sporting floral shirts and plastic water guns, descended on the streets of Bangkok on Thursday for the biggest traditional new year gathering since the pandemic. Festivities for Songkran, a much-loved Thai festival sometimes described as the world’s largest water fight, had been muted or barred for the past few years due mainly to COVID-19 restrictions. Revellers—many of them soaked to the skin—walked through a half-kilometre (0.3 miles) long stretch in Bangkok’s tourist hub of Khaosan Road, indiscriminately firing water guns and dancing to music blaring from kerbside establishments. “It’s a multiple-day, city-wide water fight,” said one tourist.
Reshaping history (WSJ) Two months after declaring victory over Covid-19, Beijing is trying to shape the way the pandemic is remembered in China by withholding data on its impact and censoring people who contradict the government line that its handling of the virus was a triumph. One of the biggest questions—how many people died—remains unanswered, with the government restricting access to records that could help shed light on the issue. Official reports on the number of bodies cremated, normally released quarterly, disappeared or haven’t been updated on schedule in more than 30 provinces, cities or districts, a Wall Street Journal review found.
The Young Muslims Challenging Islam’s Status Quo (NYT) A boy band belted out songs about loving the Prophet Muhammad. A young woman wearing a full-face veil was moved to tears by the faith of new converts. Later, the crowd applauded as a 15-year-old girl converted to Islam before their eyes. Many posted selfies on social media, delighting in their shared faith. The scene was an annual festival in Padang, part of a new conservative Islamic movement in Indonesia known as Hijrah that is attracting millions of believers, many of them young and drawn by celebrity preachers on Instagram. Islamic conservatism has been on the rise in Indonesia for years, even as the government has long tried to maintain a secular​, religiously diverse​ society. The current iteration in the Hijrah movement is distinct in its use of social media to spread the word, and in its appeal to the young. And its popularity is generating concern among government and religious officials, who fear ​it could erode a more moderate brand of Islam​. From the government’s viewpoint, behind the Hijrah movement “is a very threatening ideology called Wahhabism,” a fundamentalist strain of Islam that originated from Saudi Arabia, said Dadi Darmadi, a professor at Syarif Hidayatullah Islamic State University in Jakarta. He called Hijrah followers “born-again Muslims.”
Lonely Cry for Action as China Locks Up Japanese Citizens on Spy Charges (NYT) Hideji Suzuki served six years in a Chinese prison on spying charges—a sentence that stemmed, he said, from a dinner party where he did nothing more than try to make small talk with a Chinese academic about North Korea. Since returning to Japan in October, he has tried to raise the alarm about China’s seemingly arbitrary detentions of Japanese citizens. He is one of 17 Japanese nationals detained on similar charges since 2015, but the only one to speak out about his experience and what he describes as Japan’s weak efforts to help him. His goal, he said, is to shame the Japanese government into taking stronger action to aid others who find themselves at Beijing’s mercy. Now, with the arrest last month in China of a Japanese pharmaceutical executive on espionage charges, Beijing has tested Japan’s resolve once again. China is Japan’s largest export market, and Japanese politicians and companies alike have been reluctant to speak out about similar cases. But the new arrest has sent shock waves through the Japanese business community in China and garnered an unusually strong reaction from Tokyo, which has demanded the executive’s release.
Japan’s population decline (Nikkei Asia) Japan’s population shrank by 556,000 in 2022 from a year earlier to 124.9 million for the 12th straight year of decrease, as the number of Japanese nationals saw its largest drop on record, government data showed Wednesday. As of Oct. 1, the population, including foreign residents, stood at 124,947,000, with the number of Japanese nationals down 750,000 to 122,031,000, the largest margin of decline since comparable data were made available in 1950, the data said. The trend indicates an urgent need for Japan to establish a social system to cope with the dual challenge of a declining birthrate and a graying population.
Holy Land Christians say attacks rising in far-right Israel (AP) The head of the Roman Catholic Church in the Holy Land has warned in an interview that the rise of Prime Minister Benjamin Netanyahu’s far-right government has made life worse for Christians in the birthplace of Christianity. The influential Vatican-appointed Latin Patriarch, Pierbattista Pizzaballa, told The Associated Press that the region’s 2,000-year-old Christian community has come under increasing attack, with the most right-wing government in Israel’s history emboldening extremists who have harassed clergy and vandalized religious property at a quickening pace. The uptick in anti-Christian incidents comes as the Israeli settler movement, galvanized by its allies in government, appears to have seized the moment to expand its enterprise in the contested capital. “The frequency of these attacks, the aggressions, has become something new,” Pizzaballa said during Easter week. “These people feel they are protected … that the cultural and political atmosphere now can justify, or tolerate, actions against Christians.”
ChatGPT can write sermons. Religious leaders don’t know how to feel about it. (CNN) The future of artificial intelligence promises technology with a human touch. But is it human enough to deliver a convincing spiritual message? Pastors and rabbis have recently discovered that ChatGPT, an AI language learning model that can spit out passable prose with just a few prompts, is not that bad at creating sermons—a cornerstone of worship services across many religions. Historically, these orations are based on generations of knowledge, keen textual analysis and scholarship, combined with the unique charisma and experiences of each worship leader. Sermon writing is considered an art. A divine calling, even. Seeing a computer approximate similar works in mere seconds has led faith leaders to wrestle with an intriguing problem: Can AI replicate a truly human, spiritual message? And if it can, is the computer just that good, or does the human message need some work?
0 notes
turkeytrips · 3 years ago
Text
Here are the Best Places to Camp in Marmara Turkey
Here are the Best Places to Camp in Marmara Turkey
With a population of about 30 million people, the Marmara Region is Turkey’s most densely populated region. As a result, camping has become increasingly popular among Turks in recent years. In Marmara cities such as Istanbul, Bursa, Anakkale, Krklareli, and others, you will find a plethora of fantastic camping locations. In this blog post, we’ve created a list of the top 10 camping spots in the…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
brothermouzongaming · 6 years ago
Text
Divisiveness in Rage 2
What little promotional material there was for Rage 2 interested me. The idea of a nitro-fueled FPS surrounding an open world and a heavy power fantasy. I wasn’t expecting an enthralling story with deep and rich characters that would stitch me into the fabric of the world created. I was expecting a rip-roaring hail of bullets in the shape of a gun the likes of which I would ride across the map destroying everything that did so much as exhale in my presence. In short, that is what I got but it’s quite mixed. The “boots on the ground” combat, and I use that term lightly, is smooth as hell and lets you the player take on the various mobs and gangs of the wasteland in the way you want. The vehicular combat is more sparse and anecdotal in the sense that they are typically randomly occurring events as opposed to the convoy routes. The world itself is big but not Horizon Zero Dawn or Assassin’s Creed Odyssey “oh my god how did they even fit all this on one disc” big, it’s more than manageable. The biomes are varied and impressive in detail despite some being more vacant than I’d like.  All in all, it’s at the very least better than the bland world of Rage 1, and at best it’s a gorgeous backdrop for the best FPS action since Doom 2016.
Anger Surrounds
There isn’t a lot in the way of introduction and it’s cause the game and it’s creators understand what you’re here for: shooty bang. You literally pick a gender and are handed a gun. After the first big firefight, the world is literally open to you. This exploration is encouraged because you don’t gain abilities or weapons unless you find Arks which are silos scattered around the map. Normally I’d be mad about another icon cluttering the map but it’s at least a way of getting stronger while discovering the hovels and holes your enemies hide in, grabbing some cash and feltrite (upgrade currency) along the way. It’s essentially the best version of the Far Cry towers ever.
The world is very pretty both graphically and from an art direction aspect. Boggy swamps, desert, rocky canyons, and even suburbia is sprinkled into the colorful and sometimes striking scenery of the world around you. Some structures are established like roadblocks, resource stations, or mutant nests, some are just dressing to fill out the world, but the best is the elaborate gang camps that go from close quarters combat to open courtyards that have you working with cover and elevation. Most main and side mission areas appear to be carefully designed to be engaging set pieces that vary from open lots littered with obstacles to break up the battlefield and enhance the functionality of some abilities. If the map itself doesn’t grab you, the way the world is designed to make combat as fun as possible definitely will. 
Walker Wasteland Ranger tonight at 9 
Rage 1 very much gave you the feeling of having your back against the wall. In Rage 2 if you ever find yourself in that situation you push off that wall and crush whatever is in your way into misy and gristle. You are the baddest thing breathing and everything in this game is about making you feel that. I can’t tell if the progression is deep or cleverly padded and that might be fine by me, I haven’t decided yet. When you first see how many currencies there are in the game it makes anyone that knows what AAA games have been doing lately sweat profusely. Fortunately, Rage 2 gives you plenty of opportunities to load up on the kind of cash you spend in stores, the kind on upgrades, weapon skins and mods, it's all here for you to take when you want it you just have to kill a bunch of baddies to get it. Thankfully there isn’t a single gun that doesn’t feel incredible and unique. From the way the rifle spits a volley or the kick from the shotgun; all of them are a dream and when used in tandem with the abilities it makes for very enticing gameplay. The abilities span all aspects of combat and their refresh time doesn’t allow them to be spammed but lets a player that bounces from skill to skill always have one refresh by the time the effect of the current one wears off. They really found a way for the guns to play into abilities and vice-versa which only makes spicing up combat easier. In Destiny when you throw a grenade, that’s it. Did you use your melee? Oh that’s cool but, that’s also it. In Rage 2 I can mix up abilities to create different means of destruction and death in a much more satisfying way. Even the more nuanced abilities like the Rush and Focus are used to bolster the minimal downtime firefights give you. 
From McQueen to Mater
The sixteen vehicles are divisive stars of Rage 2 and it really shows, alongside the facelifted combat, that Id and Avalanche tried to not lose sight of what the original game was focussed around. This rendition’s vehicular combat is much better with weighty pit maneuvers and pretty smart auto tracking from turrets. Alongside this, the vehicles simply must be redone Mad Max vehicles Avalanche never got to use or something cause they just work in a way Bethesda hasn’t been able to claim in a long time. The Phoenix, your signature ride, is the best of both worlds with it being quick and tanky with a litany of additions you can make to it. You’ll see vehicles that have no weapons (why would you even), some speedsters that drop nuke mines behind them, a tank that is slower than frozen shit but also practically indestructible and armed to the teeth. There is fast travel but there is also the Icarus which is a hoverbike and though it can handle like a shopping cart with one wing (more on that later). When it does work its nice to get to where you’re going quicker meanwhile not missing out on any points of interest along the way to where you’re going. Vehicular combat is serviceable and engaging once you get the controls under your fingers.
rAGED
I don’t have too many issues with this game, some are typical nitpicks but others are definitely more egregious. The world though colorful and varied is very “basic open world game” format, I was kind of hoping for some kind of expansion on a version of game we are wildly overly saturated with. The mini games like MobTV and races (which make a comeback from the original) are great but the typical icon littered map is a little draining at times. Which brings me to the endgame because with consideration of just how last gen this game seems to be design wise, I fear they didn’t think about something as “modern” as having an endgame model outside of the season pass and totally unnecessary “live service” content drops. I feel like they missed their own mark and could’ve really populated the world with quite a few more enemies but instead, there are a lot of times where it’s actually quite isolated even in some intriguing areas.
Oh, and every situation that yields dialogue in the open world is wildly repetitive like the writers could not be fucked to give the character anything more than the one decent line you get to hear when approaching a mutant nest, gas station, or bandit hideout or the mobile trader oh my god it’s absolutely torturous especially when you don’t feel like returning to a town and they typically come around fairly consistently.  
Back to the Icarus flying bike thing. Mother Fuck that thing can be absolutely unbearable. You see the right trigger merely starts the engines with minor altitude control, the left trigger lowers yourself. The vehicle is supposed to identify altitude and the height of oncoming structures and mountain faces on its own and adjust automatically. But it doesn’t and you’re often sitting there like a fucking idiot ramming into every mountain and building you come across. Why didn’t they map an ascend and descend control to the face buttons? How did no one catch how lopsided that thing controls?
Let’s continue to discuss vehicles, shall we? I talked about the good of the actual combat and the weapons it comes with. What I didn’t talk about was how the controls for said vehicles go from tight and responsive to sludgey and “too fast for the game”. It’s like the vehicle is going too fast for your controller. So many times I’ve gone sailing over the cliffside curve or undercutting and completely killing my momentum. The margin for error is really thin. 
The progression system for weapons is...suspect. On the surface, it’s deep, you unlock tiers of upgrades with feltrite and then use upgrade/mod tokens to select the actual mod itself. It seems really unnecessary to have to purchase the ability to spend your tokens to upgrade your weapon. Just typing that made my brain fuzzy, it’s too many steps. At least with the skills each tier in itself comes with a boost to that specific skill but with weapons, you’re literally just adding steps for now real reason. Thankfully there’s no connection to monetization or anything like that. What it does have though is a premium currency for weapon skins which....whoopie...but thankfully that really is the extent of it. Not that it’s okay at all. 
Conclusion
People are gonna compare this game to Far Cry New Dawn and I don’t believe many should give too much thought to that comparison. Outside of the bright post-apocalyptic setting (an aesthetic Rage 2 established first for the record), I feel like Rage 2 is more consistent in what it sets out to deliver. Not to mention the combat is just head and shoulders better in Rage 2 and if you go in knowing you won’t leave with a story that changed your life or even really impact you at all but instead expect a white knuckle shooter designed to keep you on your toes and keep the kill count increasing. This game is fun and once this goes on sale there will literally be no excuse. 
tl;dr I give Rage 2 an 7 but I can’t stress this enough this is one of the best First Person Shooters I’ve ever played from a mechanics standpoint. The game appears to be this good despite the rest of the game design and execution. 
4 notes · View notes
rebeccadeavers · 6 years ago
Text
10 Film Perang Terbaik yang Wajib Kamu Tonton
10 Film Perang Terbaik yang Wajib Kamu Tonton:
Total 27 penghargaan yang diraih oleh film Saving Private Ryan pada tahun 1998 sampai 1999 membuat film ini bisa dibilang menjadi salah satu film perang terbaik sepanjang sejarah.
Hal tersebut membuktikan bahwa sangat banyak yang bisa kamu nikmati saat menyaksikan film perang. Rasa tegang yang naik-turun, aksi adu senjata, sampai ledakan besar yang sukses membuat kita semua terkagum saat menyaksikannya.
Jika kamu memang penggemar film perang, mungkin kamu sudah pernah menyaksikan deretan film perang terbaik yang BukaReview berikan dibawah. Namun untuk kamu bukan penggemar berat film perang, kamu bisa wajib menyaksikan 10 film perang terbaik berikut.
Judul 10 film perang terbaik yang tidak boleh kamu lewatkan
1. Saving Private Ryan (1998)
Tumblr media
Sampai saat ini rasanya Saving Private Ryan masih pantas menyandang predikat film perang terbaik. (Sumber: People)  
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, Saving Private Ryan mungkin menjadi satu-satunya film perang yang berhak mendapatkan predikat terpopuler. Steven Spielberg sukses memberikan gambaran perang yang sangat nyata dan realistis dengan film yang bercerita tentang kejadian saat Perang Dunia II, yaitu saat D-Day Invasion dan kejadian-kejadian setelah momen tersebut.
Bahkan karena Saving Private Ryan sangat berhasil memberikan gambaran perang yang sesungguhnya, banyak veteran perang Amerika yang merasa film ini sangat menyakitkan untuk ditonton. Karena film perang ini sukses membangkitkan memori pahit para veteran saat masih berjibaku di medan perang.
2. Dunkirk (2017)
Tumblr media
Dunkirk jadi film perang pertama Christoper Nolan. (Sumber: Digital Trends)  
Jika Saving Private Ryan adalah film perang terbaik di era 1998, film yang satu ini justru menjadi salah satu film perang yang paling dinantikan di tahun 2017. Apalagi kalau bukan film perang garapan sutradara kawakan, Christoper Nolan. Meskipun Dunkrik menjadi film perang pertama dari sutradara yang meraih kesuksesan besar saat menggaparap Batman Trilogy, namun tetap saja film ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dunkirk bercerita tentang pasukan sekutu yang terdesak di Kawasan Dunkrik, Prancis. Desakan pasukan Jerman membuat pasukan sekutu harus terpojok dan memaksa Amerika Serikat harus menarik pasukan dari medan perang. Situasi dan rasa frustasi akibat dalam posisi terpojok membuat Dunkirk sangat intens. Ditambah lagi, Dunkirk merupakan film perang pertama dari Harry Styles, eks-One Directions.
Baca juga: 3 Film Horor yang Wajib Kamu Tonton Di Tahun 2019
3. Black Hawk Down (2001)
Tumblr media
Black Hawk Down sukses meraih 2 penghargaan Oscar dalam kategori Best Film Editing dan Best Sound. (Sumber: Intofilm)  
Film garapan Ridley Scott ini diadaptasi dari buku yang berjudul sama karya Mark Bowden. Black Hawk Down sukses meraih 2 penghargaan Oscar dalam kategori Best Film Editing dan Best Sound. Jadi sudah tentu Black Hawk Down ada di daftar film perang terbaik BukaReview.
Salah satu film perang terbaik ini bercerita tentang dua buah helikopter yang tertembak jatuh di titik berbahaya di Mogadishu, Somalia. Meskipun menyelamatkan awak helikopter yang jatuh di area berbahaya sama saja dengan misi bunuh diri, namun para prajurit yang berada di medan peperangan tetap berangkat menyelamatkan awak kapal yang masih hidup dan membawanya ke camp.
Lagi-lagi penggambaran perang yang nyata dan realistis menjadi daya tarik utama dari satu film perang terbaik ini. Ditambah lagi, latar Somalia pada film ini sukses memberikan suasana yang berbeda pada Black Hawk Down.
4. Pearl Harbor (2001)
Tumblr media
Pengeboman di pangkalan udara Pearl Harbor membuat Michael Bay dan Jerry Bruckheimer menciptakan karya film perang terbaik. (Sumber: Ace Black Blog)  
Aksi pengeboman kota Nagasaki dan Hiroshima menjadi titik balik kemerdekaan Indonesia. Dan hal itu juga yang mendasari film perang garapan Michael Bay yang diperani oleh Ben Affleck dan Josh Hartnett, yaitu Pearl Harbor.
Pearl Harbor bercerita tentang serangan bom yang dilepaskan oleh militer Jepang ke pangkalan militer Amerika Serikat di Hawaii bernama Pearl Harbor. Kejadian ini menjadi salah satu aksi pengeboman yang paling mengerikan, karena menewaskan ratusan tantara dan warga sipil Amerika Serikat.
Berangkat dari kejadian memilukan tersebut, Michael Bay dan Jerry Bruckheimer menciptakan karya film perang terbaik yang masih layak kamu tonton sampai sekarang.
5. Full Metal Jacket (1987)
Tumblr media
Full Metal Jacket menjadi pemenang Piala Oscar dalam kategori Adaptasi Naskah Terbaik. (Sumber: Movie Maker)  
Jika film perang lain banyak memberikan adegan-adegan menegangkan di medan pertempuran, hal itu tidak berlaku dengan film garapan Stanley Kubrick satu ini. Full Metal Jacket bermula dari masa-masa pelatihan dasar marinir di Pulau Parris, Karolina Selatan.
Kerasnya medan pelatihan membuat kejiwaan para rekrut terganggu. Dan saat mereka lulus, kerasnya pelatihan yang diberikan memberikan akibat yang sangat besar bagi para marinir dan pelatihnya.
Full Metal Jacket sukses menggambarkan sisi gelap sebelum para tantara turun ke medan pertempuran yang selama ini tidak terlalu dianggap penting. Meskipun sangat populer dan sukses, namun Full Metal Jacket hanya meraih satu nominasi dalam Oscar, yaitu Adapatasi Naskah Terbaik. Jadi tidak heran jika film ini tergolong sebagai salah satu film perang terbaik.
Baca juga: 3 Film Marvel yang Tidak Boleh Kamu Lewatkan di Tahun 2019
6. Fury (2014)
Tumblr media
Fury mendapatkan respon positif dari para pelaku dan kritikus film Hollywood. (Sumber: Herald Sun)  
Film yang dibintangi Brad Pitt ini tidak menampilkan banyak adegan peperangan seperti film-film lainnya. Mengapa? Karena Fury banyak mengambil adegan di dalam tank. Jelas saja, karena Fury bercerita tentang seorang tentara bernama Don Collier dan empat orang anak buahnya yang mengendarai sebuah tank yang diberi nama Fury.
Don Collier diberi tugas untuk memimpin pasukan tank lainnya untuk menjaga sebuah area persimpangan yang akan dilewati pasukan Nazi Jerman. Namun sampai pada akhirnya hanya Fury tank yang tersisa dengan 5 orang awak di dalamnya.
Meskipun tidak mendapatkan penghargaan maupun nominasi Oscar, namun film garapan David Ayers ini mendapatkan respon positif dari para pelaku dan kritikus film Hollywood. Dan pantas rasanya jika Fury masuk ke dalam daftar film perang terbaik BukaReview.
7. Hacksaw Ridge (2016)
Tumblr media
Hacksaw Ridge meraih dua piala Oscar pada tahun 2017. (Sumber: Military Times)  
Hacksaw Ridge menjadi film terbaru Mel Gibson. Setelah Hacksaw Ridge, belum ada lagi film yang dikerjakan oleh penulis skenario, aktor, dan sutradara beken ini.
Film yang diangkat dari kisah nyata ini bercerita tentang seorang prajurit yang bernama Desmond Doss yang diperankan oleh Andrew Garfield. Desmond Doss terjun ke medan perang sebagai tenaga medis, dan menolak untuk membawa senjata. Namun keputusannya yang menolak membawa senjata membuatnya dianggap membangkang dan ditangkap.
Kesuksesan salah satu film perang terbaik ini dibuktikan dengan raihan 2 penghargaan yaitu Best Film Editing dan Best Sound Mixing dari 6 nominasi yang diterimanya pada Oscar tahun 2017.
8. Schindler’s List (1993)
Tumblr media
Schindler’s List dilarang tayang di Indonesia dan Malaysia. (Sumber: Spielberg)  
Mungkin saat ini kita bisa dengan mudah menyaksikan film perang garapan Steven Spielberg satu ini. Namun pada saat perilisannya, film Schindler’s List dianggap kontroversial dan dilarang tayang di Indonesia, dan Malaysia karena dianggap memuat kepentingan kaum Yahudi di dalamnya.
Schindler’s List ini berkisah tentang Oscar Schindler, seorang pengusaha Jerman yang berusaha mengambil keuntungan dari pecahnya perang. Ia berangkat ke Polandia untuk mengambil alih pabrik pembuat alat-alat dapur untuk memberikan dukungan pada tentara Nazi Jerman saat Perang Dunia II.
Baca juga: Ini 5 Film yang Tidak Boleh Kamu Lewatkan di Tahun 2019
9. American Sniper (2014)
Tumblr media
American Sniper diambil dari kisah nyata tentang sniper terbaik Amerika. (Sumber: The Hoya)  
Film yang dibintangi dan diproduseri oleh Bradley Cooper ini menjadi salah satu film bertemakan sniper yang paling populer. American Sniper diambil dari kisah nyata tentang Chris Kyle, seorang penembak jitu Amerika Serikat yang sampai saat ini dijuluki ‘The Deadliest Marksman’ dalam sejarah militer Amerika.
American Sniper bercerita tentang Chris Kyle dan Navy SEAL yang sedang melakukan invasi ke Irak. Di Irak, ia harus berhadapan dengan penembak jitu Irak yang merupakan pemegang medali emas cabang olahraga menembak.
Secara komersil film perang terbaik ini menuai $534 juta. Selain itu, film garapan Clint Eastwood ini juga meraih satu piala Oscar kategori Best Sound Editing.
10. Platoon (1986)
Tumblr media
Platoon menunjukkan gambaran konflik dan perseteruan yang dialami tentara Amerika di medang perang Vietnam. (Sumber: Letterboxd)  
Film besutan Oliver Stone ini menjadi film paling tua dari seluruh daftar film perang terbaik yang sudah kita bahas. Karena film yang bercerita tentang prajurit Amerika selama perang Vietnam ini dirilis ke pasaran pada tahun 1986. Platoon menunjukkan gambaran konflik dan perseteruan yang dialami tentara Amerika di medang perang Vietnam.
Platoon dibintangi oleh Charlie Sheen ini berhasil membawa pulang 4 piala dari 7 nominasi Oscar. Selain itu, film perang ini juga berhasil membawa pulang 3 penghargaan Golden Globe dari 5 nominasi yang diterima.
Itulah 10 film perang terbaik yang sangat sayang rasanya jika kamu lewatkan. Jadi, film apa yang ingin kamu tonton duluan?
from https://review.bukalapak.com/hobbies/film-perang-terbaik-98698 from https://bukareview0.tumblr.com/post/182000261293
0 notes
adhimm96-blog · 6 years ago
Text
Misi Petaka - 2
2 regu penyelamatan telah diterjunkan di 2 titik berbeda dipulau tempat pesawat itu jatuh. Regu pimpinan Arjun berjumlah 10 orang. Arjun terlihat memberi pengarahan kepada anggota timnya.
“Pulau ini sama sama belum pernah kita jelajahi. Kita harus fokus dan konsentrasi melihat kondisi sekitar yang mengindikasikan tanda-tanda pesawat itu jatuh. Hutan ini tidak biasa. Lihatlah disekeliling kalian. Pohon-pohon menjulang sangat tinggi dan besar-besar. Daun dan rantingnya menutupi hampir 90% cahaya matahari. Jika malam tiba pasti hutan ini akan sangat dingin.”
Arjun menatap kearah anggotanya dengan mantap. Mereka mendengarkan dengan khidmat penjelasan Arjun. Sekilas yang nampak diwajah Arjun hanyalah ketenangan dan keberanian seorang petualang. Namun disisi lain Raka sempat melihat ekspresi lain dari wajah itu. Raka sangat tahu bagaimana arjun. Raka sedikit terkejut melihat ekspresi arjun yang berbeda. Kengerian nampak di wajahnya. Rakapun merasakan hal yang sama dengan arjun. Kali ini berbeda.
Briefing selesai. Arjun memerintahkan anggotanya untuk mendirikan tenda gantung dibeberapa pohon yang dapat dijangkau. Arjun mempunyai firasat tidak baik kali ini. Hutan di pulau ini seakan memiliki aroma mistis yang kuat. Suasana gelap, tanah yang begitu lembab, suara hewan-hewan liar semakin membuat suasana mistis terasa lebih lengkap.
….
Arjun mulai memimpin penyelamatan itu. Raka tidak ketinggalan berjalan tepat dibelakangnya. Peralatan-peralatan ala petualang menempel di punggung masing-masing. Mereka berjalan menyusuri semak-semak liar berduri. Tidak jarang mereka harus membuka jalan dengan memotong beberapa tanaman yang menghalangi jalan. Terkadang mereka berhenti untuk melihat tanda-tanda jatuhnya pesawat seperti ranting pohon yang patah. Benda benda yang jatuh dari dalam pesawat. Bekas daun yang tersambar api ketika pesawat mulai menukik jatuh. Semua tanda-tanda mereka perhatikan secara detail. tidak ada kata lengah dan bersantai-santai. Mereka harus segera menemukan korban sebelum menjadi mangsa hewan-hewan buas yang menjadi penghuni pulau ini.
Pencarian hari pertama tidak menghasilkan apapun. Mereka berkoordinasi lagi. Memulai pencarian hari kedua. strategi baru disusun lagi ala Arjun dan Raka. Menerjang semak belukar. Menyeberang sungai. Memanjat tebing-tebing curam. Membabat tanaman liar. Mereka tidak mengenal lelah. Tubuh mereka telah dipaksa oleh adrenalin yang semakin terpacu kencang. Apalagi ditambah latihan-latihan mereka yang berat.
Hingga malam pun tiba. Mereka memilih untuk sejenak beristirahat. Arjun memerintahkan anggotanya untuk jaga malam bergiliran. Raka terlihat masih sibuk menambah kayu bakar perapian agar binatang buas tidak mendekat.
Raka masih disibukkan dengan pikirannya ketika menjelajah hari pertama. Saat perjalan menerabas semak belukar mata raka tertuju pada sebuah celah pohon yang amat besar di sisi jalan tempat ia berjalan. Feeling Raka mengatakan ada sesuatu didalam sana. Namun jarak terlalu jauh untuk dilihat dengan mata telanjang. Raka berinisiatif mengeluarkan binocularnya. Dia berhenti sejenak lalu mengarahkan binocularnya ke arah celah pohon itu. Dia menzoom lensar binocularnya. Masih sedikit buram, dia mencoba lagi hingga akhirnya dia melihat sesuatu yang tersusun rapi didalamnya. Sekilas ia melihat sebuah benda berbentuk seperti kepala. Dia memutar lagi binocularnya dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia melihat beberapa tengkorak kepala manusia tersusun rapi didalam celah pohon itu. Bentuk susunannya seperti piramid. Ia lantas mengambil kamera lalu mengabadikan apa yang baru saja ia lihat.
“Jef, kau jaga perapian ini. Aku ingin menemui Arjun sebentar.” Pinta Raka kepada salah seorang anggota Arjun.
“Baik.” Jawab orang itu singkat.
Raka berjalan menuju tenda gantung tempat Arjun beristirahat. Ia menaiki tangga yang terbuat dari tali untuk sampai ke tenda Arjun.
“Jun, apa kau diatas?.” Tanya Raka
“Ya, Rak. Ada apa ?” Jawab arjun.
“Aku ingin memberitahumu ……….. “
Blaaarrrr …..
Tiba-tiba suara dentuman hebat mengagetkan mereka berdua. Mereka mencari sumber suara itu. Asap hitam tebal membumbung keatas. Arjun segera mengeluarkan binocularnya untuk melihat asap itu lebih dekat. Jarak yang lumayan jauh dari tempat arjun dan timnya berkemah.
Arjun melompat turun.
“Hei, apa kalian mendengar dentuman ?”Tanya arjuna kepada seluruh anggotanya.
“Ya bos, kami mendengarnya.” Jawab mereka serempak.
“Ada asap hitam tebal membumbung keatas, apakah ada kemungkinan ini ledakan dari pesawat ?” Tanya arjun meminta pendapat anggotanya
“Menurutku tidak bos, jika memang ada ledakan dari pesawat harusnya itu sudah terjadi sejak menghantam tanah.” Jawab salah seorang anggota.
Arjun menatap Raka meminta sebuah saran. Raka mengangguk seakan akan paham bahwa tatapan itu meminta persetujuan untuk melanjutkan pencarian malam ini juga.
Arjun segera memerintahkan anggotanya untuk bersiap-siap dan menuju ke arah sumber suara. Mereka kembali berjalan dikegelapan malam. Lolongan serigala dan anjing hutan menghiasa langkah-langkah berani mereka. Mereka semakin dekat dengan sumber asap yang membumbung ke langit. Akhirnya mereka melihat sebuah onggokan pesawat terbelah menjadi dua di dekat sumber asap. Sepi. Arjun dan Raka melihat dari jauh tempat itu sepi. Arjun mengisyaratkan kepada anggotanya untuk berhenti. Mereka berjongkok layaknya militer saat ingin menyerbu sebuah tempat.
“Rak, sepertinya ada yang tidak beres. Aku tidak ingin mengambil resiko untuk mendekat lebih dari ini. Kau punya solusi?” tanya arjun
Raka berpikir sejenak. Jika ditempat itu ada sesuatu yang lain pasti ia akan reflek ketika ada seseorang yang datang.
“Jun, tunggu sebentar. Lihat 1 meter didepanmu. Bukankah itu jebakan ?” Mata Raka masih menelisik area 1 meter didepannya.
Arjun mendekat pelan-pelan. Diambilnya satu ranting kering lalu dia sentuh salah satu ujung jebakan itu dan benar puluhan kayu yang ujungnya dibuat runcing mendadak melesat dari bawah tanah dan ujungnya mengarah ke atas. Jebakan yang siap untuk membuat korbannya menderita.
Dari balik pohon-pohon disekitar pesawat jatuh muncul beberapa lampu senter menerangi wajah Arjun dan anggotanya. Satu persatu lampu senter itu menampakkan si empunya. Beberapa orang dewasa dengan muka takut dan waspada keluar dari balik pohon-pohon besar. Pakaian mereka terlihat compang camping. Ada beberapa wanita yang mengintip dari balik pepohonan itu. Ditangan mereka terdapat beberapa balok kayu yang ujungnya dibuat runcing dan yang lain terlihat memegang parang yang terangkat keatas.
“Siapa kalian !” Teriak salah satu dari mereka.
Arjun dan Raka masih kesulitan untuk melihat siapa mereka. Lampu senter masih terus menyorot kedua wajah mereka. Arjun memberikan isyarat kepada Raka untuk mengangkat tangan.
“Raka, angkat tanganmu. Aku yakin mereka adalah orang-orang yang ada dipesawat. Lihat baju mereka. Tidak mungkin orang pergi ke hutan dengan setelan jas seperti yang ada di ujung sana.” Arjun terkekeh pelan. Raka mengangkat tangan. Diikuti oleh semua anggota arjun.
“Pak, tenanglah. Kami dari SAR PUSAT yang dikirim untuk misi pencarian dan penyelamatan insiden kecelakaan pesawat. Kami disini untuk membantu. Bukan untuk menyakiti kalian.”
“Mana bukti jika kalian regu penyelamat ?” Seorang pria paruh baya menyahut dengan cukup lantang.
Arjun dan Raka saling berpandangan. Mereka mengangguk bersamaan. Beberapa detik kemudian mereka berdua melepaskan semua peralatan yang tergantung ditubuh mereka.
Arjun meraba sarung senjatanya. Ia mengangkatnya keatas. Menunjukkan kepada orang-orang kalap didepannya.
“Ini pistol sungguhan. Anggota kami adalah militer. Jika kalian semua bersikeras menyerang, saya rasa tidak akan berimbang antara balok kayu dan sebuah pistol.”
“Kami adalah utusan Komandan Brata. Gugus tugas 12. Detasemen Penanggulangan Kecelakaan Lalu Lintas Udara.” Imbuh Raka .
Tiba-tiba satu pria berumur 40 tahunan muncul dari balik sebuah puing pesawat. Perawakannya tegap. Menggunakan setelan seperti seorang pilot. Dia maju kedepan. Terlihat memberikan isyarat kepada orang-orang yang masih bersungut sungut untuk melempar parang dan tombaknya kearah kami.
“Komandan Brata ? Operasi Laut Hitam ?”
Pria itu mendekat kearah Arjun dan Raka. Lalu berbisik pelan
“Bersiap-siaplah, kita sedang menghadapi bencana sesungguhnya.”
….
“Semuanya ikut aba-abaku. Mereka manusia. Sepertinya mereka penghuni asli di pulau ini yang bermutasi gen menjadi kanibal. sepertinya mereka menganggap setiap yang berbeda dengan mereka adalah musuh.”
Semuanya saling berpandangan. Arjun masih memantau lembah yang terhampar beberapa meter di depannya. Rombongan manusia dengan iringan musik kematian itu masih berjalan dibawah sana. Tabuhan gendang kematian bertalu-talu. Mereka berjalan bagai lidah api. Obor-obor mengarah keatas. Mereka meneriakkan yel-yel kematian.
Mereka berjalan beriringan menuju bangkai pesawat. Sedangkan dibelakang arjun dan raka beringsut manusia-manusia normal yang ingin segera keluar dari bencana ini. Arjun mengalihkan pandangannya. Dia melihat anak-anak yang tak berdosa harus menghadapi suasana seperti ini. Anak-anak itu beringsut sembunyi ditubuh orang-orang dewasa yang bisa mereka jadikan tempat berlindung. Anak-anak tau apa selain rasa takut .
Raka melihat salah seorang dari rombongannya berjalan mengendap-endap maju. Raka mulai curiga. Salah langkah sedikit akan berakibat fatal. Raka berusaha mencegahnya. Namun tiba-tiba terjadi gerakan yang tidak diperhitungkan. Pria dewasa itu berlari menuju rombongan monster itu dan berteriak parau. Tangannya mengayunkan parang yang dibawanya. Namun naas sebuah panah api terlebih dahulu menembus jantungnya.
Semua rombongan monster itu melihat ke arah pria tadi berlari. Arjun dan rombongannya segera bertiarap diantara semak-semak. Cahaya bulan masih terlihat kesulitan untuk menembus rimbanya hutan ini. Seorang kepala suku dari rombongan monster itu terlihat berbicara dengan beberapa anggotanya. Lalu dalam beberapa detik sekitar 5 orang telah menyebar disudut yang berbeda. Mereka berusaha mencari Arjun dan Rombongannya untuk dijadikan santapan makan malam.
“Jun, arah jam 10. Sepertinya dia mengetahui posisi kita.” Raka memantau dari ujung binocular yang dilengkapi dengan penglihatan malam hari.
“Oh shit.” Arjun mengumpat. “Raka, kau dengan 5 anggota pergi duluan dengan rombongan. Aku dan yang lainnya akan menahan mereka.”
“Apa kau gila, aku tidak mau pergi. Aku akan tetap disini denganmu.” Bantah Raka.
“Ingat misi kita adalah misi penyelamatan. Nyawa korban pesawat itu lebih utama daripada nyawa penyelamat!” Arjun tak mau kalah.
Arjun sangat memahami bagaimana pentingnya nyawa korban. Tim penyelamat dituntut untuk melakukan tugas sebaik mungkin bahkan jika itu merenggut nyawa mereka sendiri. Arjun dan Raka tidak pernah menyangka jika misi yang harusnya berjalan baik-baik saja berubah menjadi malapetaka.
Raka terdiam. Ia sangat memahami karakter Arjun. Sahabat petualangnya selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas segala galanya. Raka percaya Arjun orang hebat. Dia tidak akan mati dihutan ini. Tidak. Raka belum siap jika harus menghadapi momen menyakitkan itu.
Raka memilih menuruti perintah Arjun. Raka dan rombongan mulai mengendap endap mundur. Wanita dan anak-anak diposisi paling depan. Lalu disusul laki-laki. Raka melihat kebelakang. Melihat sahabatnya yang sudah bersiap-siap. Pisaunya tergenggam erat ditangannya. Beberapa orang dari rombongan monster itu mulai mendekat. Obor terlihat berayun ayun tepat 2 meter didepan posisi Arjun dan 5 orang anggotanya. Raka percaya kepada Arjun. Raka memilih untuk tetap memandu rombongan untuk menuju titik penjemputan. Raka yakin Arjun akan kembali dengan selamat.
“Maafkan aku, Arjun.”
….
Srettttt !
Jleppp !
2 dari rombongan monster itu terkapar didepan Arjun. Pisaunya cukup ampuh untuk menghadapi monster ini pikirnya. Namun semuanya belum selesai. Rombongan monster lain ikut mendekat dan mengetahui posisi Arjun. Anggota tim Arjun kalah dalam medan laga. Mereka sekarat. Nafas mereka tersengal-sengal. Kini Arjun sendiri. Sedangkan rombongan monster itu semakin banyak mendekat. Dikeluarkannya senjata andalannya dari sarungnya.
Dor ! dor ! dor !
5 orang dia kirim ke Neraka. Namun panah-panah api membidik tubuh Arjun. Sesekali dia tiarap. Bersembunyi dibalik pohon. Melompat. Namun panah-panah api itu semakin menjadi-menjadi. Teriakan-teriakan bak orang gila menggema dilembah. Arjun bergidik ngeri dengan teriakan itu.
Jleb …..
Arjun melihat kearah dada kanannya. 1 panah api berhasil mengenai sasarannya. Rombongan monster itu semakin berteriak-teriak menggila. Arjun merasakan ada darah segar merembes menuju bajunya. Arjun berfikir akan mati. Namun dia telah berjanji dengan Raka akan menemuinya lagi. Arjun berlari terhuyung-huyung ke manapun dia bisa menjauh dari rombongan monster itu. Matanya mulai berbinar-binar. Namun sesekali dia masih melesatkan tembakan ke arah rombongan monster itu.
Dor ! dor !
2 orang kembali terkapar. Arjun masih terus berlari. Badannya semakin lemah. Dia berkali kali jatuh. Arjun tidak memperdulikan langkahnya. Dia melepas semua peralatan yang menempel dipunggungnya. Dengan sisa-sisa tenaganya arjun berlari kencang menerabas semak belukar dan tanaman berduri. Bajunya sobek disana sini. Duri-duri tanaman itu mendapatkan mangsanya. Tubuh arjun bersimbah darah dari sayatan-sayatan terbuka di badannya.
Braakkk ….
Srokkkkkk ……
Arjun terjatuh. Terperosok masuk kedalam sesuatu. Matanya mulai berkunang-kunang parah. Sedikit cahaya bulan menembus wajahnya. Dia tersenyum . Lalu gelap.
-Tamat
0 notes
lightinstitute-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sampai juga kami pada pendakian ini. Gede - Pangrango, dua nama yang selalu menggoda untuk dicoba.
Setelah melewati wacana-wacana yang berakhir menjadi wacana saja, akhirnya penantian sebulan lebih setelah registrasi online kami tidak sia-sia, meskipun tim kami tidak selengkap yang tertera di daftar peserta.
Sabtu, Minggu, Senin. Libur Natal menjadi waktu yang tepat untuk mendaki. Berkah Natal untuk kami yang muslim, dengan mantab doa kami waktu itu, tidak lagi "mari berdoa dengan agama dan kepercayaan masing-masing" tapi "mari berdoa berdasarkan agama Islam". Selamat Natal btw.
Persiapan kami cukup matang seperti biasanya, fisik sepertinya juga fit walau sepertinya masing² dari kami sudah lama tidak melakukan pendakian. Berbekal peta yang kita dapat di dunia maya, kami mengatur rencana pendakian yang langsung gagal di awal. Start kita telat, registrasi di Balai Besar TNGGP ketika weekend baru buka pukul 9, kita harus bolak-balik Basecamp Gunung Putri  - Cibodas, karena registrasi di Cibodas dan kita start pendakian dari Gunung Putri. Dan akhirnya kita baru mulai pendakian sekitar tengah siang. Pelan-pelan tapi pasti kami mendaki, tapi tidak ada waktu tempuh kami yang sesuai dengan peta yang kami dapat, entah kita yang terlalu lambat atau peta itu yang terlalu cepat. Tapi syukurlah hari pertama berjalan lancar, walau kami baru bisa sampai di Alun-Alun Surya Kencana Barat, yang sudah kita rencanakan sebagai camp pertama, setelah gelap. Tak banyak buang waktu, semuanya langsung beristirahat malam itu.
Pagi harinya kami terlalu lelah dan malas untuk summit attack. Setelah terang baru kita menguatkan niat untuk mencapai puncak Gede, sayangnya percobaan pertama gagal, salah satu dari kami tidak cukup fit untuk menyelesaikan perjalanan pagi itu. Tak masalah, kita turun dulu, karena rencananya adalah lintas (naik Gunung Putri - turun Cibodas) jadi mau tidak mau kita tetap akan dan harus mencapai puncak Gede.
Sedikit lebih siang, setelah packing selesai dan semuanya lebih fit, kita lanjut perjalanan lintas, full load. Yap, kita berhasil. Satu puncak lagi tercapai! Di puncak kita istirahat cukup lama sambil minum²an panas dan makan gorengan, fyi banyak warung² di Puncak Gede.
Setelah cukup puas dengan panas di atas Gede, kita mulai untuk turun ke Kandang Badak yang ada di jalur pendakian via Cibodas, rencana camp kedua kami. Jalurnya mulai bebatuan yang tertata, melewati satu bagian yang nyaris vertikal menjadi tantangan sendiri waktu itu. Akhirnya kami sampai di Kandang Badak sebelum gelap, yang memberikan kita cukup waktu istirahat malam itu.
Pagi berikutnya kami mulai summit attack Pangrango setelah subuh, ternyata untuk sekian kalinya peta 'menipu' kami. Perlu waktu lebih lama 2 x dari waktu yang tertera di peta untuk bisa sampai ke puncak Pangrango. Tapi kami berhasil sampai ke puncak Pangrango, walau sempat sedikit frustasi, mungkin karena setelah cukup lama berjalan, sekitar 2 jam, dan kita kira hampir sampai, kami mendapat info dari pendaki yang turun bahwa perjalanan kurang sekitar satu jam lagi. Langsung saja kami berhenti berjalan dan mulai menggerutu. Tapi Pangrango yang hanya satu jam lagi itu terlalu sayang untuk dilewati, semangat tetap menyala di masing² diri kami, apalagi membayangkan seperti apa Mandalawangi yang disebut-sebut dalam puisi Gie, kami penasaran. Setelah berhasil sampai puncak Pangrango, masuklah kita pada misi berikutnya: mandi air panas. Berkejarlah kami dengan waktu, turun dari puncak, bagi tugas: bongkar tenda, masak, packing, dan istirahat. Semua berjalan lancar, kita sampai di pos air panas sebelum gelap, sayangnya air panasnya tak seindah yang dibayangkan tidak panas, biasa saja, mungkin lebih tepat kalo disebut tidak dingin.
Dan sampailah kami di target terakhir, turun dengan selamat. Berjalan dalam gelap dengan trek batuan yang tertata seperti tangga membuat kaki mulai merana. Badan yang gosong, bibir pecah-pecah, kulit muka mengelupas, hingga hidung memerah melengkapi derita fisik pasca 2 summit. Tragedi gagal dengkul menimpa salah satu dari kami, semuanya berjalan pelan, dan ada yang merangkap barang bawaan, tas carrier depan-belakang. Sepertinya ini tidak hanya terjadi pada kami, tiap-tiap tim yang kami temui terjadi hal serupa: satu cewek berjalan pelan dan sedikit pincang, satu anggota lainnya membawa carrier ganda, entah ditumpuk di belakang, atau dibawa depan-belakang. Rangakaian pendakian selama 3 hari 2 malam itu ditutup dengan sambutan 3 babi-hutan besar yang menunggu di bank sampah basecamp Cibodas. Ngok Ngok!
Perjalanan belum benar² usai, terlalu malam sampai di basecamp, rencana kita tidur di Balai Besar, ternyata tidak boleh. Selain itu kita harus ambil satu motor dulu yang ditinggal di Basecamp Gunung Putri. Keluar dari Cibodas, alih-alih mau cari masjid atau SPBU untuk tidur, kami akhirnya tidur di emperan toko di daerah puncak. Kami sampai dengan selamat di Matraman, sekitar pukul 5 pagi. Syukurlah, walaupun sepanjang perjalanan mulut kami penuh dengan sampah, karena kebanyakan nonton materi-materi dari mulut sampah, kami tidak buang sampah sembarangan. Karena cuma sampah yang buang sampah sembarangan!
Selayang pandang: Via Gunung Putri: trek didominasi tanah, lebih membahagiakan. Cukup terjal dari Shelter 3 menuju Shelter 5. - Via Cibodas, trek didominasi batuan, sepertinya bikin dengkul dan kaki nyut²an. Banyak shelter jadi perjalanan terasa lebih struktural. Melewati beberapa bagian sedikit ekstrim seperti tebing air (panas) terjun dan bagian nyaris vertikal menuju Puncak Gede. - Kalau mau ke Gede aja, via Gunung Putri lebih oke. Kalau mau dapet 2 tapi nggak ribet dan hemat tenaga sepertinya via Cibodas oke, taruh camp di Kandang Badak udah aman. - Tapi kalo mau lintas ya kurang lebih seperti ini: 23/12 - 03:00 • Berangkat dari Matraman, Jakarta Timur 06:00 • Sampai di area Puncak 07:30 • Sampai di Basecamp Cibodas. Angkut² barang ke Basecamp Gunung Putri. Sarapan. 10:00 • Urus Registrasi 11:30 • Start Pendakian dari Basecamp Gunung Putri 15:30 • Shelter 3 — Ishoma 16:30 • Lanjut Pendakian 20:00 • Sampai di Alun-Alun Surya Kencana Barat 24/12 - 06:00 • Percobaan summit Puncak Gede — gagal 11:00 • Summit Puncak Gede 12:00 • Sampai di Puncak Gede 13:30 • Lanjut perjalanan, turun ke Kandang Badak 16:00 • Sampai di Kandang Badak 25/12 - 04:30 • Summit Attack Pangrango 08:00 • Sampai di Pangrango 08:05 • Turun ke Mandalawangi 08:08 • Sampai di Mandalawangi — Santai², foto², balik puncak, foto² 10:30 • Turun ke Kandang Badak 12:00 • Sampai di Kandang Badak — Packing & Cooking 14:30 • Turun ke Shelter Air Panas 16:00 • Sampai di Air Panas 17:30 • Turun ke Basecamp Cibodas 21:30 • Sampai di Basecamp Cibodas — turun ke Balai Besar, Ambil Motor di Basecamp Gunung Putri, Beli Makan. 23:30 Turun dari Cibodas 26/12 - — Tidur di emperan toko sampai jam 02:30 05:00 • Sampai di Matraman, Jakarta Timur.
0 notes
awfully-sadistic · 7 years ago
Text
Horrible Responsibilities
“R-Remind me to thank C-Celeste after today,” Misi Dreadful’s small voice had a stutter in it like she usually had however she thought that practicing the statement in her head would have made it come out a lot better rehearsed towards her companion, Beauregard. Instead, sie cringed each time sie happened to stutter; this was only a reflection of the weaker nature sie carried on those delicate little shoulders and it was what everybody new around the Haus was starting to understand. They were also beginning to understand why it was incredibly important why Misi should be handled more delicately than anyone else in the Haushold.
Newbies like the Rockers and Triquetra were filling the halls of the Haus’s temporary housing grounds where the Dreadful and Frenzy’s had been living together for almost a year now; the home base was where everyone moved in after the Patriarchs uprooted their lives for the last year to get to learn their new surroundings, their jobs, and at the end of every night, come together to spend more time with each other. This might have sounded crazy at first but now the Patriarchs have earned the right to walk around with their smug expressions to see that things played so well as they had expected; Families mingled so well together that there were ties formed that they would have never expected. The ‘togetherness’ of the Haus rests on the two women that either side of the Family covet so highly, some even more than themselves. The inner workings of the Haus may have more work to do but the Haus estate itself was coming along just as nicely as the Family ties.
The grounds were made to house everybody from both sides of the Family and only recently had it expanded to include the two new additions in large, large groups. It was still based on the Haus’ property; a large chunk of land that could be its own island, truthfully. When the Haus is finally built, this home base would be turned into something more suitable to connect with the rest of the Haus which can only add onto its greatness. The Haus Island has a great view of the sea and ample land to hold all the strange creatures that the Dreadful Matriarch had a penchant for picking up as well as the garden areas and newly built Nursery. There were many other features to the Haus that only catered to the outside of it, but to sit and list these features would perhaps take the better half of a day. The Haus was massive and might as well be as secure as a secret government base; there are only rumors of its existence in New Senzannini and those who happen to stumble upon the grounds may get lost in its vast vegetation. The island itself is rumored to be haunted and can often be a rite of passage for the more adventurous citizens of New Senzannini who want to test their mettle with a ghost hunting challenge. Teenagers often camp on the outskirts of the island and those who are even braver (or dumber) wander in further and may even end up a victim of Swinghaven. Yet no one ever reaches the Haus simply because it is hidden securely and perhaps protected by its own changing landscape so its location may never be found in the same place.
For the Patriarchs, 2018 marked the new year where people will be able to finally move into the Haus as well as resume the meeting that had taken place at the beginning of the year but with new faces of the Representatives for the respective groups. But before that, a year had been more than long enough for both sides of the Family to get used to each other’s presence and that was a feat. Not everybody had mingled well together at first, and to say if the Patriarchs planned for 2017 to be the drafting year of these two merged households, something must have tipped them off that 2018 would see that the two Families added more to their ranks by adding Liam and Fintan’s groups.
Even with a couple of months left in the year, and the upcoming meeting for January coming up, Dreadful’s and Frenzy’s alike were still learning new things about each other. For instance, Misi’s presence had barely made an appearance that not all of the Frenzy’s had the chance to interact with hir nor understand what exactly consisted in taking care of hir. Sie wasn’t like the others and that meant sie was not sturdy like them, either. Playing too hard with hir would result in the wrath of not just one mean-spirited Dominant but one of the Patriarchs as well. No one played around with Misi’s well-being if they did not want to become mounted on Angelino’s wall, a toothpick for Alessio, or become Angelo’s next experiment. All anybody knows is that Misi must be handled delicately and so they do; they may understand the reason why someday, but for now, the main point was to get along with everyone and make those Family ties stronger.
Beauregard understood that Misi was not like the rest of them and that much was apparent the instant anyone caught a whiff of her. Strong senses picked up the unusually fast heart beat that it sounded like sie was always frightened, that sie just ran from one spot to another really fast or something. He had also noted the way the tips of hir little fingers trembled or the way hir voice cracked whenever sie spoke, even if he had reassured hir many times that he wouldn’t hurt hir or anything, that stutter never went away nor did that perpetual feeling of sensing hir weakness. But Misi wasn’t entirely human, either. There was something off about hir that Bo could not place a finger on but whatever it was, it tilted his perception of hir. Sort of like, he was dealing with something he couldn’t quite put a finger on because there just wasn’t anything like hir. It was hard to give it a name, or rather give hir a name. There was nothing dangerous about hir, in fact, anyone could instantly overpower hir. But Bo felt like it was supposed to be like that. There was something deliberately weak in hir that would either compel people to start picking on hir or protect hir.
Nobody in the Family picked on Misi; they all wanted to protect hir. Bo couldn’t tell if that was some kind of magic that worked for hir in the sense that it worked as some sort of self-preservation mechanism or what, but Bo didn’t mind it either. Misi was a part of Dot and Dot, as he knew, was not anything shifty or shady like that.
“D-Did… did y-you hear m-me, B-Bo?”
“Oh yeah! Sorry, was just thinking. But I’ll send a text to Celeste right away and shit so you don’t even have to worry about remembering that.” Bo said, fishing his phone out of his back pocket. “Any specific reason you’re saying that?”
Misi smiled, weakly, but continued. “I would have had m-more on m-my plate today if s-she didn’t sit with m-me and help o-organize all those a-appointments for the M-Mortuary. Usually T-Tiny m-marks up the a-appointments and s-sometimes disappears. I-It’s not that s-she leaves m-me with the w-work, but i-it’s always convenient t-that I can n-never seem to find h-her.”
Bo laughed outright, finishing up the text to Celeste before turning his attention back to the top of Misi’s lightly-colored head. “Well, even if she did run away from her responsibilities, who can blame her? Ain’t no one else around to help?” Bo asked, tilting his head low enough so that he could see Misi’s profile. He obviously meant any other of Dot’s alters and Misi was quick enough to pick up on that. Sie did fidget under his gaze though, a nervous habit.
“W-Well, D-Drette is in S-Swinghaven… d-doing… w-who knows what… a-and Tiny i-is hiding b-because s-she got in trouble s-somehow?” sie paused because that chat turned so quickly, sie felt Tiny retreat so hard at the mention of that tickle torture and to be doled out by Jimmy no less, it almost made hir nauseous. It was not surprising that Tiny was AWOL, though. Sie wouldn’t have wanted to be tickled tortured by Jimmy. Misi took another moment to think before continuing, “D-Dot is a-avoiding doing a-anything on a S-Saturday and I-I w-was not g-going to a-ask M-Maîtresse to d-do any w-work.”
Bo was just about the only person who fully understood all of Dot’s alters mainly because half of his brain belonged to Felina—rather, that much was a joke. He had a full working brain but Felina implanted her entire personality into him as well as half of her memories when she cloned him from her DNA—granted she didn’t do much but give Jinta a DNA sample and told him what she wanted. However, she gave him none of the memories having to deal with her childhood or traumas but all of the memories for Bo to fall in love with Dot just like Felina had and that included all nine years of them being together as well as them meeting. So even if he had not met any of the alters entirely—like Drette or Maîtresse, he did know of them. This also gave him a huge advantage over nearly all of the other Frenzy’s but he wasn’t stupid enough to rub that in their faces.
“So, you’re the only one left to pick up the slack on a Saturday and you’re Misi.” Bo said, noting the problem. Misi’s weakness was not just physical but mental as well. This meant it would have been hard for her to operate the Mortuary as Misi or even the connecting store. Tod, perhaps, would have helped immensely but supposedly, there was a big fuss up at HQ and it was the main reason why Alessio and Diesel were not around to take care of Misi like they usually would. Angelino called in a large favor for available and strong hands to gain back some territory for the Syndicate; things have been so placating lately, some people had been forgetting their place and while it was not the most pressing issue at the time, it became that way when the opposing party finally made their move and overtaken one of the Syndicate’s compounds and they had a shit ton of men. He could tell his counterpart was overly stressed with the situation and blaming herself heavily for being so lax, she had asked Bo for this large favor in ensuring that Dot would be secure during this especially since she was taking away Misi’s security in Alessio and Diesel’s presence.
The new guys at the Clubhouse were still getting their things together as well. Bo guessed it would have been the same for the Triquetra since it has only been about a week or so since they were told to uproot their entire lives as well. They still had to do the finishing touches on their own foundations for their Clubhouse and Company, the Syndicate provided underlings to help bolster the process. Angelino and Atamu couldn’t stress enough how important it was that the Clubhouse and Company had a solid foundation before anyone took any other step forward.
“Damn, everybody’s so busy today.” Bo mused, coming to the finishing thought.
“I-I think i-it’s because n-no one e-expects t-things to be d-done on the w-weekends.”
“I think you’re right about that. But that’s okay, I’m here and I’m gonna help ya.” Bo grinned, rubbing his nose with his thumb. “I’ll leave the CLOSED sign on the shop for today and we’ll just focus on tackling these appointments.”
Misi looked pale but nodded.
“Don’t worry! I’ll do all the talking!”
If Misi could pale even more, sie would have. Bo, seeing that look, pursed his lips together before leaning into hirs “What?”
“N-Nothing!” Misi’s eyes widened, hir little body moving backwards. “C-Can’t we j-just cancel the m-meetings?”
“And disappoint all those sad ass people with dead ass loved ones?”
Misi surprised hirself by laughing. “N-No, t-that’s not what I-I meant. I….I just don’t w-want to t-talk to a-anybody today…” she trailed off before tacking on, “…It’s scary.”
“It sure as fuck is, but hey.” Bo said, lowering himself so he could look hir in the face. Sie had dipped hir head because the thought of interacting with people all day today was already getting to hir and hir nerves. Sie just wasn’t strong enough to face them. Bo’s fingers gently lifted hir chin and sie flushed deeply—not because of the attraction but because sie was just shy with the attention. “It’s scary but that’s why you’re not doing it. I am!”
Misi looked confused. “Y-You are? Just… b-by yourself?”
“How do you feel about hiding under a desk?”
“H-Huh???”
“Listen, it’s a great plan. You hide under the desk and you bite me if I say the wrong thing.”
“T-That doesn’t n-need to h-happen. There’s a t-training m-manual I-I could give y-you to r-rehearse with. And I-I’ll be able to g-go through with y-you the clients’ r-requests for t-the dead g-going through the a-appointment b-book.”
“Oh, that’s much simpler then.”
Misi smiled and nodded though sie was still worried about the meetings taking place. Sie was just not a strong speaker so having to do anything outside of hir comfort zone would leave hir a trembling mess but if sie happened to coach Bo on what to say and how to deal with these grieving clients, they might be able to pass through today alright. It might be a little shaky, but it was better than having to do it by hirself.
There was a jingle at the door from the shop connected just next door. Bo looked surprise and Misi quickly stepped behind his tall, lanky form to hide behind him.
“Did Tod leave the sign on OPEN?” Bo asked, head turned towards Misi hiding behind him yet his gaze was glued toward the area where the shop was located.
“T-Tod never f-forgets.” Misi whispered, hiding hir face now.
Bo put a comforting arm around Misi and tried to comfort her the best he could by trying to calm any fears. He understood this would be a vital point of proving he could protect hir, just like Felina had entrusted him to. He began to pull his arm away, foot already posed on stepping forward to walk into the next room. “I’ll go check it out, stay here.” he whispered.
Just as Bo was about to leave, Misi snagged onto his arm, eyes wide and filled with fear. Sie whispered, voice lightly tinged with the same fear that filled her gaze as hir head shook vigorously back and forth. “D-Don’t! T-That’s how w-white people a-always die!”
“It’s daylight though! Everyone knows nothing bad happens in the daytime!”
“I-If D-Dad heard y-you say t-that, H-He would t-take back H-His b-black thumbs u-up.”
Bo sucked in through his teeth, gaze now aimed down to the top of Misi’s head. Sie slowly looked up, and Bo found it was incredibly tough to be upset in any way with hir especially with them big ol’ innocent eyes.
“You just burned me really bad but I’m okay with it. You’re a wizard, I swear to god.”
“Just Z-Zaos.”
“YOU’RE HELLA WITTY TOO!”
Misi momentarily forgot about the stranger in the next room, giggling to herself. Bo, also having forgotten himself, yelling in place had alerted the other person to someone being in the Mortuary.
“Hello?” A male voice, unrecognizable by either Misi or Bo called from the connecting shop. Immediately, both quieted and simultaneously slapped a hand over each other’s mouth. Large, round eyes moved towards the shop and heard footsteps heading their way.
“D-Do we hide?” Bo whispered after Misi’s hand slipped from his mouth. Sie had been distracted, and scared enough, to start trembling. Misi didn’t seem to hear him, eyes just glued to the door connecting to the shop, waiting for the worst. They were going to both be murdered.
A head popped through and some man in a top hat started to look around. His gaze landed on both of Misi and Bo, seemingly hugging each other and looking at him in fear.
“…Did I make it to the right place?” he asked, holding up a piece of paper to read. “This Dot’s place?”
“How do you know Dot?” Bo asked, suspicious.
“I’m Voyd, part of the Family. Nothin’ to be suspicious about.”
That made Bo and Misi relax as such that they felt that they could relax their guard; being a part of the Family even at a stranger’s mention had that much weight behind it. No one would claim to be part of the Family and be able to get away with such deception unchecked. However, even with this revelation, Misi couldn’t help but hide behind Bo considering Voyd looked just as intimidating as any other member of the Family. Sie didn’t recognize him from the Frenzy’s side and although sie was not well acquainted with the rest of the Clubhouse or the Triquetra, sie guessed he belonged to either one of those groups.
“The boys are fucking around with the Clubhouse’s foundation and since we’re not messing with the Parlor’s foundation today, I heard y’all might need some help around here. So, I brought some of my boys here to help. Liam’s cousin mentioned that this place might be a little short-staffed today and called in a favor.”
“Did this cousin look like this?” Bo asked, using both hands to push his eyebrows downwards and work a scowl onto his face. “Or like this?” Bo further asked, then stretching his lips with two index fingers into a straight line.
“The first one.”
“Ahhh… Alessio.”
“That what you call him? We have one of those, too. We call ‘im B.B.”
“W-Who…” Misi quietly asked, trying not to call too much attention on hir but unable to resist even asking. “W-Who was t-the second o-one?”
“Diesel, of course!”
“M-Makes sense.”
“We have one of them too. We call him Mark.”
“Then those two will get along well with Liam’s cousins, though I feel that’s going to be hurting Cav pretty hard.” Bo said thoughtfully, scratching the side of his face. “Both Alessio and Diesel seem to wet blanket on his parade alot.”
Voyd chuckled before fully entering the Mortuary. The first thing that came to everyone’s attention was the fact that Voyd didn’t have a leg; there was a prosthetic in place, but not the normal type. It looked as fashionable as he did right now. Right away, Misi’s good hand came around to wrap her bum arm almost unconsciously. Voyd didn’t miss the gesture and a hidden smirk crossed those good looking features.
“Looks like we have somethin’ in common. What’s your name?” he asked.
Misi still hadn’t come around from hiding behind Bo but didn’t completely shy away from Voyd, either. “M-Misi.”
“Then we’re here to help you,” Voyd’s smirk was more apparent now as he stepped in from the shadows and Misi was able to take a better look at his striking features. Sie did hir best to look away from staring too hard, eyes planting themselves on the floor.
“I-I appreciate t-the help. B-Bo and I w-were talking a-about meeting w-with clients t-today.”
Bo nodded, taking in a deep breath. “Kind of in a pickle right now. Can any of you guys handle talking to people?”
Voyd’s smirk grew wider, arms extending out. “Are you kidding? That’s all we do, take care of customers daily. We know how to handle people—better than our counterparts, at least.” He joked, referencing the Clubhouse though Misi and Bo couldn’t have known about that. In all due time, though. Voyd turned and stuck his head out through the door leading into the shop and yelled.
“Come on in, guys. They’re open.”
Bo and Misi watched in slight amazement as a couple of more people walked into the Mortuary from the connecting shop. Voyd had moved to allow more room; there were four people behind Voyd now. He introduced them.
“Coop and Twist can man the shop, if that’s okay with you.” Voyd asked. Misi mutely nodded, eyes wide and darting back and forth from one face to another—but for not too long. Sie was finding that hir little frantic heart was not able to take it much longer. Sie had some kind of death grip on Bo’s shirt, trying to keep hir trembling knees from knocking together or from slipping.
“We’re used to sellin’ shit in our shop, so don’t worry. We won’t fuck anything up.” Twist grinned, eyes roaming Misi’s little form with appreciation. Sie was just his type; vulnerable. Sie was petite and looked oh-so deliciously breakable. He was just the type to pick on hir—good-naturedly, of course. Cooper was nodding in tune to Twist’s words, they were best friends and one look could automatically tell with how close they were standing, relaxed and wearing matching grins.
“Heeeey Bo. Looks like you need all the help today.”
“I sure as fuck dooooo.”
From what a lot of people could already tell, it looked like Cooper and Bo were mingling well together based on their white-boy togetherness; or some sort of strange fascination with being able to become ethnic one day. It was a joke that everyone ran and entertained themselves with. Truthfully, Twist would haven been able to join that if he weren’t as preoccupied with his own devious habits, steering way clear of those strange activities in favor for something a little more fulfilling. Most times, he was often with the others at the Pore Pleasure Tattoo Parlor or drinking at the bar at the Clubhouse.
“Tuvan and Seth, you guys can handle meetings, right?”
Bo relaxed and tipped his head back with an “Oh thank god” before even hearing their replies. But they confirmed it with a semi-scattered “Yeah” and “Yep” to Misi’s relief and also her horror when Voyd caught hir off-guard with the next statement.
“Good, then you’re with Misi gettin’ trained with that and Bo, can ya help the boys with the shop?”
“Fuck yeah!” Bo quickly joined Twist and Cooper, the two high-fiving as Twist rolled his eyes with a grin on his face; entertainment for sure.
“I can do the touch-ups with any stiff downstairs.” Voyd volunteered, finishing the last of his statement. Misi didn’t see anything wrong with it except the fact that sie wasn’t aware he even knew how to do that? The question was written all over hir face or Voyd was a a mind reader and considering the numerous aspects of the Family, that probably would not have been too far off.
“Don’t worry, I’ll look up some tutorials on Youtube.”
Misi’s eyes widened before Voyd chuckled again. “I’m kidding, I’ll be relyin’ on you as soon as you’re finished coaching those two on what to do.” He said, gesturing between Tuvan and Seth. “I’m sorry my other boys can’t make it to help but they’re sparing their hands with unpacking at the temporary Haus.”
Misi’s little head could only nod, not at all bothered that he couldn’t… bring the rest of his boys? How many people were affiliated with Liam? Sie didn’t think sie could fathom and the thought about one day entering the ClubHaus was terrifying… but exciting.
“Good, now that we’re settled, we’re gonna be relying on you to take care of us.” There was a double meaning in those words yet all Misi could focus on was Voyd’s deep smirk which never seemed to leave his face until sie realized sie was focusing on it and inwardly panicked; then sie made a nervous noise, putting hir arm into hir mouth. That nervousness only seemed to grow when sie felt Voyd’s hand plant itself on hir little shoulder, and began to steer hir towards the back.
“D-Do you k-know where y-you’re going?” sie asked, nervously turning hir head over hir shoulder. Sie looked up and saw that his gaze was now turned down on hir. Sie shrinked back a little though sie had nowhere else to go.
“Nope, figured you’d tell us as soon as we passed the place we were supposed to be in.”
“O-Oh,” sie said. It was such a simple explanation. “T-Then we’re h-here.” Hir little arm gestured at Dot’s office. Hir office. Their office. Voyd opened the door and whistled lowly at the sight of such elegant tastes.
“Nice digs,” he chuckled. Sie could hear both Seth and Tuvan voice their agreements, then heavy footsteps walking around both hir and Voyd. Tuvan ended up in front of one of the bookshelves in the office and Seth took a seat at the desk.
“Romance?” Tuvan asked, plucking a book out from the case. He chuckled as he perused the genre before turning the book over and lifting a brow. “Carpathians? Aren’t these a real race?”
Misi blushed furiously; if sie were Tiny, sie would have been able to pluck the book out of his hands and put it back. Instead, sie meekly answered his inquiry. “Y-Yes…. D-Dot personally… k-knows a few.” Sie cleared hir throat. “S-She is in n-negotiations w-with s-something…. I-I don’t know y-yet. B-But I t-think s-she mentioned i-it was b-big.” Sie could feel hir speech stutter, seemingly matching hir heartbeat as sie tried to carry on a conversation with one of these men the best sie could.
“That’s… very interesting.” Tuvan muttered, placing the book back in place. “She must have mad, scary connections.”
“Did you see the Patriarchs?” Seth stated from his seat. “That’s terrifying. I’d say she does. You all do.” Seth corrected, gesturing over at Misi and waving his hand around in a small circle to include hir.
“I have no idea what Carpathians so you’re gonna have to explain that to me later,” Voyd told Tuvan, steering Misi over towards hir desk. Tuvan only made a thoughtful noise at the back of his throat and followed the two, seated at Seth’s side.
“But first, you’re gonna educate us good on what we need to ask from your clients and how to deal with ‘em. We’re familiar with grievin’ people ‘cause we get some customers come in with ugly as sin tattoos.”
“You’re comparing dead people with ugly ass tattoos,” Seth chuckled, shaking his head.
“Might as well be the same,” Voyd reasoned with a shrug from those broad shoulders. He had paused in helping Misi into hir important looking swivel chair to answer before resuming, and leaning one arm against the top of hir chair to support himself. “I’d be grieving too with an ugly ass tattoo. I’d want to be dead.”
Tuvan only shook his head before pointing at an important looking binder. “Is that the meeting information?” he asked, interrupting only because Voyd would carry on for ages about anything but work if he weren’t steered on the right path. This happened to work and Voyd picked up the binder and opened it.
“Oh, this looks important.” He mused, putting the folder down in front of Misi. “Is this who we need to prepare for?”
Misi had been glancing back and forth between the chatting boys before dropping hir gaze on the documents. Each client had a profile, something Celeste had suggested in order to keep tabs on the important information that needed to be addressed at the forefront and heavily considered when taking care of these people’s deceased loved ones. Sie meekly nodded, little fingers flipping over each of the remaining profiles to make sure that they were all there. Sie needed to meet with close to twenty-five people today. That was a hellava lot and granted they were the only Mortuary and Funeral services in New Senzannini, they were always booked.
“T-The subjects I-I need to a-address are r-right here,” Misi pointed at a profile. “A-All y-you would n-need to do is w-write d-down their decisions and j-just be a-as sorry a-as you can when talking a-about their l-loved ones.”
“Easy as pie,” Seth winked. Misi giggled, feeling more relieved in leaving this task to the two boys. “We’ll be meeting with people in here?” he asked.
Misi shook hir head, “T-There’s a c-conference room y-you can m-meet clients in. It w-would b-be weird if y-you two sat b-behind the d-desk t-together.”
“Not too weird, unless I sat on Tuvan’s lap.”
“And you’re not doing that.”
“Not yet.”
Tuvan shot Seth a look before the other man chuckled deeply, slowly. He didn’t look the joking type and when he delivered his jokes did such with such a dry wit. Tuvan looked very much the same. Those two must get along, Misi guessed.
“Is there anything else we might need to know?” Tuvan asked, setting those piercing eyes behind thick frames onto Misi’s little form. Sie blanked for a minute before thought slowly began to return. Then sie shook hir head.
“N-No, I d-don’t think s-so. If t-they mention a-anything else, y-you can always w-write it down. W-we should not have t-to do anything t-today except p-prepare the bodies f-for the viewings and I-I will be h-helping…” Misi trailed off, not prepared to say Voyd’s name yet.
“—Me with the bodies.” Voyd finished for her. “You two don’t seem you have a hard job. So don’t screw it up for hir.”
“Of course not,” Tuvan said, looking offended that Voyd would even consider that they’d botch up any work they were in charge of. They weren’t Cooper… or Twist!
“YOU don’t mess up,” Seth warned, “You’ve never painted a body before in your life.”
“….Alright but I still do art on ‘em. Same damn thing.”
“Not really but with Misi there, you should be able to get something done.”
“Yeah, yeah.”
“O-Oh, y-you might have people cancel on y-you too.” Misi warned, and immediately everyone calmed down and turned to stare at hir. It made hir shrink in hir seat for a good minute before continuing with a weaker voice. “Y-Yeah, t-then you d-don’t have to w-worry about meeting w-with those p-people u-unless they w-want to r-reschedule.”
“Got it,” Tuvan smiled, almost gently. Or Misi must have imagined it. When sie blinked, Tuvan’s expression looked the same serious expression. Voyd gently pulled Misi’s seat out and helped hir out of hir seat.
“Now, are you ready to show me what I’m going to need to do to those bodies down there?”
“Wear a condom.”
All heads turned towards the door, and Cooper’s head was stuck around the corner, grinning like a damn fool.
“I have a question,” he stated really quickly before anyone could groan at his joke. “the food in the fridge in the back, can we eat that?”
Misi blinked, having to think about what he was referring to. It must have been some food Tod had packed away for a lunch. Considering hir brothers ate a hefty amount, there was probably enough for those three (scrawny white boys) to share. Sie didn’t think he would mind and if he did, sie would just… ask their Dad to make him another lunch! “S-Sure!”
Cooper let out a big whoop and that was that. Voyd shook his head and was already steering Misi out of the room, waving at the boys behind them.
“If you need anything, give us a yell down in the basement.” He paused before turning to look down at Misi, “It’s the basement, right?”
Misi nodded.
“The basement. Yell for us in the basement.”
“You be careful.” Tuvan warned. “Seth and I are just going to go over these profiles and acquaint ourselves with what we need to do and say.”
“And we won’t go through your stuff,” Seth teased in that dry tone. There didn’t seem to be any promises with that, and Misi’s heart skipped a beat.
“He’s joking,” Tuvan stated. “We’re here to help.”
By the time Misi left hir office, sie didn’t think sie could properly breathe but of course, Voyd was still leading hir to where he guessed the basement door led. He didn’t seem to head in any direction like he knew the place, but that was very much like Voyd. Always going along until he could find his way or when someone told him otherwise. Misi would have to tell him otherwise, gesturing towards one of the doors he was about to pass.
“R-Right here,” sie smiled, a little shaken but alright and getting more and more used to the intimidating presence Voyd seemed to emit without really trying. Or noticing. Sie did notice, however, that being in their presence was just like being around Family and that was what made this transition into meeting them that much easier. They weren’t… strangers. They were Family now. More Big Brothers to rely on and they helped hir right when sie was in trouble for it. Sie didn’t have to go through this day alone and because of them, was able to go through the day down in the basement comfortable and safe and hidden away from real strangers that will be coming in and out all day. Knowing hir new Big Brothers will be between hir and them, it just put a new perspective on this day sie had been dreading.
“T-Thank y-you.” Sie said suddenly. Voyd’s dark head swiveled to look down at hir.
“For what?” he asked.
“F-For today. For h-helping.”
“That’s…” Voyd was about to tell hir it wasn’t a big thing but the fact of the matter was that it had been a big thing. The Clubhouse weren’t good Samaritans. It would have had to be Family to even lift a hand but this went beyond that; the reason why they all decided it would have been for the best to uproot their entire lives was not because the Patriarchs said so. In fact, there was close to no pressure from Them to even do so. They were there because they wanted to be there and that was because of Dot. Of hir. Of them.
But Voyd played it cool; the man in the top hat didn’t quite let a lot of people close in but he was beginning to grow a soft spot for this young one. Someone that had something in common with him in a bum arm and a bum leg. Not that he considered himself handicapped, but it was a nice sentiment to see and there was something about hir that he wanted to protect, to spare hir from the hardships he had to endure.
“It’s what Big Brothers do.” He said. Liam told him when the time was right, to say that. It felt nice, right. But the look on Misi’s face…. was even better.
0 notes
unnotantei · 7 years ago
Text
[Jawa Barat] - Aviator Coffee Camp, PT Indo Tekno Bambu, and GO-JEK have opportunities for you!
IndeedJobAlert_email 30+ new jobs in Jawa Barat admin atau kasir (cab tajur) PT. Esta Dana Ventura - Bogor Usia max 28 tahun. Pendidikan minimal SMU/Sederajat. Ke alamat hcbogor@esta .co. Admin atau kasir (cab.tajur).... Easily apply 18 Oct admin atau complaince(cab. cibungbulang) PT. Esta Dana Ventura - Bogor Usia max 28 tahun. Pendidikan minimal Diploma 1 atau sederajat. Ke alamat hcbogor@esta .co. Mampu mengoperasikan komputer.... Easily apply 18 Oct Regional Marketing Manager - Bandung GO-JEK - Bandung Minimum Qualifications At least 3 years of experience in Marketing field (experience in digital marketing is a plus!) Good understanding of local knowledge... 18 Oct Sr. Account Manager - Cirebon GO-JEK - Cirebon Minimum Qualifications Based on Cirebon Bachelor degree from any major Minimum 4 years experience in sales Comfortable to work using laptop and internet... 18 Oct MARKETING - PONDOK GEDE PT BPR Kredit Mandiri Indonesia - Bekasi Usia maks 35 tahun. Memiliki pengalaman min. 1 tahun di bidang Marketing (perbankan/non-perbankan). Pendidikan min SMA/SMK. SMU atau sederajat.... Easily apply 18 Oct marketing (BC & MC) (cab. Citereup) PT. Esta Dana Ventura - Bogor Usia max 28 tahun. Pendidikan minimal SMU/Sederajat. Ke alamat hcbogor@esta .co. Marketing (BC & MC) (cab.Citeureup).... Easily apply 18 Oct Agency Relationship Executive PT. BFI Finance Indonesia Tbk - Cimahi Menjaga hubungan kerja yang baik dengan BA, sehingga dapat meningkatkan loyalitas BA yang sudah direkrut. Pendidikan yang dibutuhkan:.... Easily apply 18 Oct Sales Engineer PT Sarana Teknik Mandiri Abadi - Depok Usia maksimal 35 tahun. Pengalaman sales minimal 1 tahun. Pendidikan minimal SMA/K/sederajat. Suka berbicara dan bertemu dengan orang baru.... Easily apply 18 Oct Staff Accounting Tax PT Jasmine Transportama Mandiri - Bekasi Maksimal 35 tahun. Pendidikan D3 / S1. Paham dan mengerti pekerjaaan di bidang akuntansi.... 18 Oct Staff Accounting PT Indo Tekno Bambu - Bandung Usia maksimal 35 tahun. Pengalaman 1 tahun / Fresh Graduate. Pendidikan S1 Ekonomi/Administrasi. Indo Tekno Bambu merupakan perusahaan yang bergerak di bidang... 18 Oct Staff Operasional PT Jasmine Transportama Mandiri - Bekasi Maksimal usia 35 tahun. Pendidikan Minimal SMA/ Sederajat. Pengalaman di Operasional minimal 2 tahun. Mampu Bekerja sama dengan team.... 18 Oct EXIM and Purchasing Staff for Manufacturing Company RGF HR Agent Indonesia - Bekasi 1. Handling export import process until documentation and reporting to Deputy Manager 2. Developing & Implementing an export import compliance program 3.... Easily apply 18 Oct Barista Aviator Coffee Camp - Bandung Usia minimal 25 tahun. Pendidikan minimal SMA/K atau sederajat. Minimal 1 tahun di bidangnya. Jujur, ramah, bertanggung jawab.... 18 Oct LOWONGAN MD ( MERCHANDISER ) PT. Primasenta Resources Indonesia - Bogor ~ Pengalaman kerja sebagai MD minimal 1 tahun (diutamakan berlatar belakang pengalaman kerja pada modern market atau Sebagai Sales Promotion Man/ SPM).... Easily apply 18 Oct SALES FORCE PT. Primasenta Resources Indonesia - Depok Dengan persyaratan sebagai berikut :. Pendidikan Minimal SMA/SMK. SMU atau sederajat. Perusahaan BUMN di bidang jasa keuangan pegadaian saat ini mengadakan... Easily apply 18 Oct Manager Produksi PT Bangunperkasa Adhitamasentra - Karawang Kami adalah perusahaan pioneer yang memproduksi produk papan semen yang berdiri sejak bulan Desember 1992 berlokasi di Citereup dengan luas area 10 ha, dan... 18 Oct Engineering Construction PT Indo Tekno Bambu - Bandung Usia maksimal 35 tahun. Menguasai Microsoft Office Excel, Menguasai software penghitungan kekuatan material. Pendidikan minimal S1.... 18 Oct Kepala Cabang Pembantu - KAPOS (Cikarang) PT. Kresna Reksa Finance - Karawang Diploma Maximum Age: 20 Years Score: 3 Mininum Experience: 2 Year(s) Tugas dan Tanggung Jawab: Mempunyai Target Sales, Collection , BD sesuai Target Posko/... Easily apply 18 Oct Distribution Center Supervisor (Bogor) PT Pioneerindo Gourmet International, Tbk - Bogor Memiliki pengalaman sebagai Supervisor / Koordinator Warehouse di perusahaan Food dan Beverage / Retail.Menguasai sistem manajemen FEFO.Memiliki pengalaman atau... Easily apply 18 Oct Sales Eksekutif PT. Kreasi Muda Gemilang - Bekasi - Laki laki / Perempuan - Usia 20-35 Tahun - Pendidikan minimal D1 - Dapat berkomunikasi baik, berpenampilan menarik dan menyukai dibidang marketing -... Easily apply 18 Oct Marketing Credit Executive Subang PT Swakarya Insan Mandiri 7 reviews - Subang Usia maksimal 27 tahun. Memiliki mental dan ketahanan kerja yang kuat. Pria atau wanita. Berdiri pada 01 Agustus 2007, dan saat ini memiliki sekitar 15.000... 18 Oct Marketing Credit Executive Pelabuhan Ratu PT Swakarya Insan Mandiri 7 reviews - Sukabumi Usia maksimal 27 tahun. Memiliki mental dan ketahanan kerja yang kuat. Pria atau wanita. Berdiri pada 01 Agustus 2007, dan saat ini memiliki sekitar 15.000... 18 Oct Kepala Cabang Pembantu - KAPOS (Bekasi) PT. Kresna Reksa Finance - Bekasi Diploma Maximum Age: 20 Years Score: 3 Mininum Experience: 2 Year(s) Tugas dan Tanggung Jawab: Mempunyai Target Sales, Collection , BD sesuai Target Posko/... Easily apply 18 Oct Marketing Staff For Import PT Selnajaya Prima - Bekasi Graduate from reputable university, major which usually using Excel. Have experience as Sales/ Purchasing/ PPIC, on automotive related company (will be... Easily apply 18 Oct Cook Helper Aviator Coffee Camp - Bandung Usia 25 tahun. Pendidikan minimal SMA/K atau sederajat. Pengalaman minimal 1 tahun dibidangnya. Menguasai “Food Plating “.... 18 Oct Accounting Assistant Supervisor in Food Manufacture RGF HR Agent Indonesia - Bekasi Responsibilities • Responsible to handle operational expenses and also controlling the delivery orders • Responsible to create invoice and controlling the... 18 Oct Marketing Executive Arisan Mapan (Kec. Cigadung, Subang) Mapan - PT RUMA (Rekan Usaha Mikro Anda) - Subang Pendidikan minimum lulusan SMA/ Sederajat. PT Ruma (Rekan Usaha Mikro Anda) adalah perusahaan berbasis teknologi dengan misi sosial untuk meningkatkan kualitas... Easily apply 18 Oct Sales Project Staff (Bogor) PT. Fajar Lestari Sejati - Bogor Menjadi penghubung dengan customer dan membantu menyelesaikan masalah yg terkait dengan customer. Mampu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik.... Easily apply 18 Oct IT Helpdesk Officer (Cirebon) PT. Home Credit Indonesia - Cirebon Job Descriptions: Solves incidents and requests based on inputs from ticketing system and from superior.Provides on-sites and remote support of users.Solves... Easily apply 18 Oct Area Sales Promotion Representative (SUKABUMI) INDRACO GROUP - Sukabumi 3 Year(s) Penguasaan area Sukabumi.Berjiwa kepemimpinan, komunikasi yg baik, good looking, bersedia mobilitas dinas kerja, mampu bekerja di bawah tekanan.Bisa... Easily apply 18 Oct 45 new jobs found View All Jobs View jobs: since yesterday - for last 7 days Get job updates from these companies PT Swakarya Insan Mandiri Follow INDRACO GROUP Follow PT​. Home Credit Indonesia Follow © 2017 Indeed Ireland Operations, Ltd. 124 St. Stephen's Green, Dublin 2, Ireland PRIVACY POLICY | TERMS | HELP CENTER | UNSUBSCRIBE Silahkan Hubgungi Jika Anda Berminat Dengan Lowongan Ini Lowongan Kerja SMA Terbaru
0 notes
nhsucira · 8 years ago
Text
Rancaupas Yang Rancak Bana
Bermula dari obrolan santai waktu kumpul-kumpul lucu malam minggu di bilangan Tebet Jakarta Selatan, seorang manusia mencetuskan sebuah kalimat yang sejatinya hanyalah keisengan semata:
Eh, gue kangen kemping deh, tapi ga pake ngedaki gunung gitu. Kemping ceria yuk!
Yang kemudian diseriusi oleh beberapa manusia yang lain.
Kuy!
Ternyata rasa rindu dengan alam dan juga jengah dengan suasana kota membuat kita, para pejalan-melarat-yang-males-nanjak-gunung ini memutuskan untuk menghabiskan malam minggu awal Agustus di kota tetangga (Bandung). Tercetuslah sebuah tempat..
Rancaupas aja, gimana?
Sahut seorang manusia di gerombolan mini ini.
Waktu itu kami ada berlima, aku, Alfian, Miss Niki, Bang Ian sama kak Afina. Sambil dedudukan di emperan taman di depan Cafe Ropisbak, konferensi Taman Honda pun dimulai.
Eh, btw kok ngga ada abang-abang yang keliling nawarin kopi gitu yah? Aus nih..
Celetuk Alfian.
Iya nih, ga ada. Mesti beli di warung depan sana.
Bang Ian pun menanggapi seraya berlalu membeli beberapa botol A***qua.
Setelah babibu bala-bala, akhirnya kita memutuskan perjalanan bakal dilakukan tanggal 4-6 Agustus. Informasipun segera di sebar ke beberapa grup watsap yang dianggap rating pertemanannya udah sedekat nadi.
Tumblr media
Ngumpulin orang-orangnya agak-agak drama gitu. Kita juga nge-pas-in dengan kuota mobil yang cuma cukup ngangkut 12-13 orang aja, tapi di awal perencanaan banyak banget yang mendaftar untuk ikut serta. Makin mendekati hari H, makin berkurang personilnya dengan berbagai alasan. Dan akhirnya yang jadi berangkat adalah kesepuluhan di atas. Jumlah yang ideal untuk kemping sih. Kita udah hampir kenal semuanya, jadi ngobrolnya ga canggung, dan interaksinya juga bisa mencakup ke semua. Kalo orangnya kebanyakan, pasti ngobrolnya sama si anu-anu doang, yang ujungnya malah jadi ga ikrib.
Berhubung ini adalah kemping-tanpa-nanjak-gunung (padahal tetep di daerah pegunungan, cuma yang nanjak si mobil, kitanya duduk manis di dalem), jadilah kita belanja makanan pokok di pasar deket Rancaupas, yaitu di Terminal Ciwidey. Dan lagi-lagi, berhubung kita ga pake dedakian gunung, jadi yang dibeli pun udah kayak mau hajatan sekampung.
Ikan asin, pete, kerupuk, sambel terasi, pecel sayur, ayam bakar, sampe ulekan dan panggangannya pun kita beli waktu di Pasar Ciwidey itu. Nyam!
Tak lupa kita mengisi kekosongan di dalam perut dengan makanan yang luar biasa murah. Bubur ayam semangkok cuma lima ribu. Nasi, sayur, ikan/ayam cuma sepuluh ribu. Dan rasanya enak! Bener-bener ekonomis.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Waktu itu sekitar jam 12:30 WIB siang, kami sampai di Rancaupas dan langsung mondar-mandir nyari tempat yang pas buat diriin tenda.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Setelah tenda berdiri, kita masak-masak buat makan sore. Menunya pecel sayur, ikan asin goreng, sambel bawang, bakwan, telor dadar. Nasinya kita beli di Rancaupas, karena kita selalu failed kalo masak nasi di nesting, dan menghemat tenaga serta gas juga sih.
Sehabis makan, misi tersembunyi pun dimulai. Eng ing eng..
Foto Prewedding Bang Ian x Kak Afina
Jadi, nyambi kemping unyu-unyu, kita diberi mandat untuk ngepotoin dua sejoli yang mau nikah ini. Temanya sih sederhana, ala-ala anak gunung gitu. Yasud, berhubung kita juga pengen nambah portofolio, jadinya dengan senang hati kita terima permintaan Bang Ian ini.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Hak cipta foto: Alfian, Rina, Intan
Di Rancaupas ini tempatnya komplit banget! Area camping ada, toiletnya bersih, ada musholla juga yang nyaman banget dengan mukena yang bersih-bersih. Ada banyak warung yang jual makanan, alat mandi, kayu bakar sampe penyewaan alat-alat camping. Area parkirnya juga luas untuk bis gede, mobil pribadi maupun motor. Ada juga dagangan gerobak dari warga daerah sini kayak cimol, telor gulung, juga ada yang jualan strawberry dan blackberry.
Di sini juga ada penangkaran Rusa. Kalo masuk ke situ juga gratis, kita cuma perlu beli makanan buat si rusanya. Bisa foto-foto sama rusa sepuas hati.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Suasana paginya juga keren banget. Embun dan kabut yang bikin pagi itu jadi syahdu.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tapi yang paling rancak bana dari Rancaupas adalah suasana malamnya.
Sambil dingin-dinginan, kita ngitarin api unggun, mengalunkan berbagai macam lagu yang diiringi senar gitar. Sebagian yang lain ngebakarin ayam dan sosis yang sengaja kita bawa dari Jakarta. Ada juga yang bakar pete yang kita beli di Pasar Ciwidey, juga ngebikin spageti pake saos kuning telor-susu cair-jamur yang semuanya endes bagendes.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Api dari kayu bakar makin meredup
Malam makin larut
Mata pun kian surut
Para manusia sembunyi di balik selimut
Di bawah kabut
Di awang mimpi, kami semua terhanyut
Tumblr media
Salam Ngeblur!
Eh, kita mau kemping lagi loh, di Camp Ground Mandalawangi, Cibodas. Mau ikut?
0 notes
omgalibmasud-blog · 8 years ago
Text
Episode 17
Episode 17 Land of Heaven Diupload oleh Rengganis Sandi Asmara pada 22 April 2013 pukul 19:27 "GELIAT YANG MEMBARA (III)" By. Ghalib Mas'ud Sehari menjelang Rapat Kerja PT. Rante Mario saya sudah berada di Makassar dan kesempatan ini langsung saya manfaatkan dengan bersilaturrahmi dengan Pak Gufron Sumariyono di Kantor PT. Rante Mario di Tallo Makassar. Saya cukup tersanjung, karena disambut dengan ramah, familiar dan sepertinya saya telah berkenalan cukup lama dengan beliau.... Segala apa yang telah saya perbuat di Salulebbo kulaporkan termasuk gaji yang telah empat bulan belum terbayarkan menjadi perbincangan....tapi dalam soal terakhir ini rupanya hanya persoalan administratif saja karena adanya upaya tarik menarik dari Pak Kyai Kholil Ridwan yang berkehendak supaya honorarium para Ustadz dan biaya operasional Pesantren Husnayain Salulebbo harus melalui beliau di Jakarta.... Hal ini dapat kumaklumi karena memang demikianlah komitmenkan kami dahulu. Pada saat Rapat Kerja berlangsung, saya tiba di Hotel dibilangan Pantai Losari Makassar pada siang hari usai rehat pertama.... saya diberi tempat duduk di samping Bapak Gufron dan dipersilahkan memaparkan Visi, Misi serta progam unggulan yang hendak dan akan kami laksanakan di Salulebbo.... Kurang lebih satu jam naskah Master Plan saya paparkan di depan peserta Rapat Kerja diteruskan dengan sessi tanya jawab. Semua pertanyaan saya jawab dengan gamblang dan cukup memuaskan para peserta termasuk Pak Gufron disampingku yang juga bertindak sebagai moderator..m Terlihat wajah sumringah Pak Gufron dengan apa yang saya jelaskan.... Dan karenanya sebelum menutup sessi ini beliau mengajak para hadirin untuk *standing Aplauss* buatku... saya hanya terdiam dan tertunduk haru atas applauss ini. Gemuruh tepuk tangan membuat air mata tak terasa membasahi pelupuk mataku.... Terasa benar penghargaan besar saya terima atas karsa dan karya yang kami lakukan di Salulebbo... Seraya berdiri saya panjatkan rasa syukur kehadiratMu Ya Allah. Kubulatkan tekadku untuk mengabdi padaMu dan di jalanMu Ya Allah. Atas apa yang telah saya paparkan di hadapan peserta Rapat Kerja PT. Rante Mario tersebut lalu saya laporkan kepada Bapak Kyai Kholil Ridwan di Jakarta melalui telepon.... Beliau pun bergembira sembari mengabarkan bahwa telah menghadap dua calon Ustadz pengabdian dari Gontor yang akan mengabdi di Salulebbo yang namanya oleh beliau belum disebutkan termasuk jadwal kedatangannya... Tentu saja berita Pak Kyai ini menjadi suguhan berita yang menggembirakan dan bernuansa menambah nilai kejuangan. Kelak kedua Ustadz ini adalah alumni pertama dari Gontor yang akan mengabdi di Salulebbo. Saran Pak Kyai pada saya untuk menunda dulu keberangkatan ke Salulebbo dan menunggu sampai tibanya kedua Ustadz tersebut di Makassar.... Dan Satu bulan kemudian, saya terima telepon dari Ustadz Muhammad Ridwan (Jakarta) yang mengabarkan segera berangkat bersama Ustadz Ujang Tholib asal Bekasi dengan Kapal Laut menuju Makassar. Tahun 2000 adalah tahun kedua perjalanan Pesantren Husnayain Salulebbo.... Pada tahun ini pula kami kedatangan 2 orang pertama Ustadz Pengabdian dari Pondok Modern Gontor Ponorogo, yakni Ustadz Ujang Tholib dan Ustadz Muhammad Ridwan..m Hand phone belum terlalu populer saat itu, hubungan kami dengan Jakarta hanya melalui fixed phone. ...Alhasil disepakatilah penjemputan di Pelabuhan Soekarno karena keduanya menumpang Kapal Pelni. Sesuai kesepakatan, sayapun ke Pelabuhan di tengah hujan deras dan gelap gulita karena saat itu sedang mati lampu. Satu persatu penumpang yang ribuan itu kucermati hingga penumpang habis dari dalam perut kapal... sayapun pulang kerumah di Jl. Pelita Makassar dengan tangan hampa tampa kedua beliau setelah saya terperosok masuk comberan. Pagi harinya saya menerima telepon dari Ustadz Ridwan yang mengabarkan bahwa beliau berdua telah berada di Makassar dan bermalam di rumah seorang Ibu angkat dadakan (lupa namanya) yang mereka kenal selama dua hari dalam pelayaran... Rupanya kediaman ibu ini tak jauh dari rumah kontrakanku.... sayapun meluncur pagi itu menemui keduanya dan membawa kerumahku. Muncul pertanyaan pertama dari beliau " dimana Pesantren Husnayain Salulebbo ??" Saya jawab singkat " Sabaaaaaar". Setelah dua malam bermalam di rumah, kamipun berangkat ke kota Mamuju dengan menumpang Bus Piposs. Aku melihat kegelisahan beliau selama perjalanan....Dengan sekuat tenaga aku berusaha meyakinkan bahwa Pesantren tak jauh (he he ). Bus Piposs tiba di Kota Mamuju di subuh hari dan selanjutnya naik mobil Kijang ke Topoyo. Dimaklumi karena transportasi ke jalanan berdebu Topoyo hanya ada satu mobil satu hari dan itupun menunggu penumpang lain ber jam-jam. Kamipun tiba di Topoyo sore hari dan terpaksa bermalam di Hotel yang sama sekali tak berbintang "Hotel Amalia" yang kasurnya penuh debu (maklum Topoyo belum beraspal).. Pagi hari 3 jam kami menunggu mobil menuju Tobinta yang sebenarnya hanya 40 km.. siang hari baru tiba di Log Pond Tobinta, area pengumpul kayu Log PT HPH Rante mario. Di Tobinta kesabaran kedua Ustadz kita tersebut mulai diuji lagi. Kami menunggu jemputan menuju Salulebbo berjam jam dan baru muncul sebelum magrib tiba. Ustadz Ridwan malah menantang saya jalan kaki saja menuju Pesantren (saya hanya senyum sambil bergumam "KASIHAN") he he. Satu-satunya mobil jemputan yang ada hanya Dump Truk NISSAN yang biasa menjemput Bahan Bakar Minyak (BBM) kebutuhan PT Rante Mario. Kedua Ustadz kita ini aku titip di Kabin Dump Truk berjubel bersama Karyawati Perusahaan. Saya memilih duduk diatas Spak Board kepala Mobil sambil memeluk tabung saringan udara Dump Truk.... Satu jam lebih Dump Truk menyusur Hutan Salulebbo dengan kondisi jalan yang naik turun dan disisi jalan Jurang-jurang yang terjal namun pemandangan yang sangat indah.. Saya bisa merasakan bagaimana perasaan kedua Ustadz kita tadi. Antara cemas, gelisah, lelah dan pemandangan yang sangat indah....Terlebih keduanya duduk diantara 5 orang perempuan tak dikenalnya ...he he. Akhirnya kamipun tiba di Camp Utama HPH Rante Mario Salulebbo setelah menempuh perjalanan dua hari tiga mal. Tampak sebuah Kota mini di tengah hutan dengan gemerlapnya lampu-lampu.. Setelah menyeberangi Sungai Salulebbo yang tengah banjir (Dump Truk berenang). Apakah yang terlontar dari mulut Ustadz Ujang Tholib ketika turun dari Dump Truk ?? Beliau berteriak; " GUA DITIPUUU..!". Kelak kemudian, akhirnya kalimat ini masyhur diucapkan oleh K.H Abdullah Syukri Zarkasyi (Pimpinan Pondok Modern Gontor) di setiap rapat Kemisan setelah saya ceritakan..*** BERSAMBUNG.
0 notes
othersportsnews-blog · 8 years ago
Text
Miami Dolphins indication CB Alterraun Verner, put LB Koa Misi on IR
New Post has been published on https://othersportsnews.com/miami-dolphins-indication-cb-alterraun-verner-put-lb-koa-misi-on-ir/
Miami Dolphins indication CB Alterraun Verner, put LB Koa Misi on IR
DAVIE, Fla. — The Miami Dolphins signed veteran cornerback Alterraun Verner two times in advance of the start out of education camp, the workforce declared on Tuesday.
To make area for the go, Miami placed previous starting off linebacker Koa Misi on hurt reserve. Misi is however recovering from a neck injuries that compelled him to miss thirteen online games previous period.
Verner, 28, who began 70 profession online games for the Tennessee Titans and Tampa Bay Buccaneers, will have a chance to compete for participating in time against young corners Xavien Howard and Tony Lippett, and reverse starter Byron Maxwell. Verner’s best period was in 2013, when he had a profession-large 5 interceptions and designed the Pro Bowl.
The Dolphins were seeking for veteran depth in the secondary in advance of education camp and worked out quite a few cornerbacks in new times.
“So quite a few people today notify me you can not uncover enough corners,” Dolphins mentor Adam Gase reported earlier Tuesday in advance of signing Verner. “So we’re checking fellas out, but we do that rather a little bit with a large amount of positions.”
Alterraun Verner will proceed his NFL profession in Florida with the Dolphins as a substitute of the Buccaneers, who produced him earlier this yr. Cliff Welch/Icon Sportswire
Misi underwent surgery on his neck in the offseason. He recognized a pay back lower earlier this period to remain with the workforce.
The Buccaneers produced Verner on Feb. 23. He began just a few online games in the course of the 2016 period.
The arrival of cornerback Vernon Hargreaves, who was drafted 11th overall previous yr, and the signing of Brent Grimes had signified that the Buccaneers would most likely section approaches with Verner under defensive coordinator Mike Smith.
Verner’s best match previous period came when, just 48 hrs soon after his father died of a coronary heart assault, he recorded an interception and two move breakups in the Bucs’ fourteen-five acquire more than the Seattle Seahawks.
ESPN’s Jenna Laine contributed to this report.
Supply hyperlink
0 notes