#MatrikulasiNAKID
Explore tagged Tumblr posts
nakindonesia · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Umar bin Khatab juga pernah mengatakan " Aku tak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan di kabulkan, sebab tiap kali Allah mengilhamkan hamba-Nya untuk berdoa maka Dia sedang berkehendak untuk memberi karunia, yang aku khawatirkan adalah Jika aku tidak berDoa."⁣ Aku nangkepnya doa itu juga bentuk cinta Allah kekita. Ya Allah melting banget. Bagaimana Allah sedemikian detailnya sama kita. ⁣ ⁣ - Indah Wati Dewi Yusman⁩ -⁣⁣ ⁣⁣ Ini adalah salah satu kutipan diskusi peserta kegiatan Matrikulasi Komunitas NAK indonesia Batch 3 sebagai sarana kaderisasi awal, menyamakan persepsi melalui video Ust. Nouman Ali Khan yang ditonton dan didiskusikan bersama, lalu membuat resume, dan membagikannya di media sosial.⁣⁣ ⁣⁣ #matrikulasinakid ⁣⁣ #nakindonesia ⁣⁣ #nakindonesiaquotes ⁣⁣ #nakidquotes ⁣⁣ #muhasabahdiri ⁣⁣ #terhubungdenganAlQuran⁣⁣ #reconnectwithquran https://www.instagram.com/p/CCA5c_vnWHH/?igshid=efal6zh149zb
38 notes · View notes
annisa-nuraini · 4 years ago
Text
MEDAN JUANG
Setiap manusia memiliki medan juangnya masing-masing, baik ketika memperjuangkan diri sendiri (i.e. bertahan hidup, meningkatkan keimanan, melawan rasa malas, berjuang mencapai cita-cita) maupun hal-hal di luar diri sendiri (i.e. berjuang untuk diterima secara sosial, memperjuangkan idealisme di tengah sosial masyarakat, bergabung dalam komunitas).
Dalam Islam, ternyata petunjuk sudah disediakan oleh Allah swt. Bahwa keduanya berbentuk tazkiyatun nafs (perjuangan diri sendiri) dan berdakwah (perjuangan di masyarakat). Keduanya saling berkaitan dan tak dapat dipisahkan. Misalkan, dengan mulai terus memperbaiki diri, kita kelak dapat memberi andil untuk turut ikut memperbaiki keadaan di lingkungan kita, dengan berdakwah amar ma'ruf nahi munkar.
Sekali lagi, Allah swt sudah memberi petunjuk terkait yang harus dilakukan umat Islam.
1. Perjuangan di tingkat individu (Tazkiyatun Nafs): menjaga keimanan dan ketaqwaan. Sebagaimana halnya yang Allah swt sampaikan dalam Qur'an surah asy-Syura ayat 13:
شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّينِ مَا وَصّٰى بِهِۦ نُوحًا وَالَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرٰهِيمَ وَمُوسٰى وَعِيسٰىٓ  ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ  ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ  ۚ اللَّهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَنْ يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
"Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan 'Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya)."  [QS asy-Syura: 13]
2. Perjuangan di tingkat masyarakat (Da'wah): saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. halnya yang Allah swt sampaikan dalam Qur'an surah al-'Asr ayat 3:
إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."  [QS al-'Asr: 3]
Kita tidak bisa bergerak sendiri dalam masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan kebersamaan atau wadah untuk berjamaah, seperti halnya dalam QS al-Fajr:
يٰٓأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧) ارْجِعِىٓ إِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً (٢٨) فَادْخُلِى فِى عِبٰدِى (٢٩) وَادْخُلِى جَنَّتِى (٣٠)
"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." [QS al-Fajr: 27-30]
Masuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya, yang berarti kita memang pada akhirnya membutuhkan kebersamaan yaitu berjamaah. Meski begitu, sebelum dan sembari melakukan kebaikan secara bekerjasama dalam lingkup masyarakat, kita harus mampu dan terus berusaha untuk menjaga pribadi kita dengan tazkiyatun nafs serta meningkatkan kapasitas diri kita.
Allah swt mengajak kita untuk berkontribusi dalam masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai pribadi. Justru prinsip dan nilai pribadi apabila dirasa membawa kebaikan malah dapat menjadi 'warna' bagi komunitas tempat kita bergabung di dalamnya. Yang perlu diingat, wadah itu bukanlah tujuan, ia hanyalah media atau kendaraan yang membantu kita mencapai tujuan atau visi kita.
Sehingga, selayaknya kita memiliki keterbukaan apabila ternyata di luar sana juga ada wadah-wadah lain atau komunitas yang sama-sama bergerak dalam kebaikan. Jangan sampai muncul rasa tersaingi, namun kita dapat menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk belajar atau mengambil hal positif dari mereka, bersinergi, berkolaborasi, serta memperluas cakupan kebaikan satu sama lain. Yang harus senantiasa dijaga ialah memurnikan niat lillahi ta'ala dan mengikuti petunjuk Allah swt yang sudah tersedia dalam Qur'an, yaitu untuk tazkiyatun nafs & bekerja sama saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
Ushikum wa nafsiy bitaqwallah.
Catatan ini adalah resume dari video kajian ustadz Nouman Ali Khan: "Ketika Muslim Bekerjasama, Apa Motivasi Kita?".
#MatrikulasiNAKIndonesia Batch #3 @nakindonesia week 8.
6 notes · View notes
storycanspeak · 4 years ago
Text
Orang Beriman yang Menggunakan Kedudukannya untuk Membela Kebenaran
Ada sebuah kisah seseorang yang Allah abadikan dalam Al-Quran. Kisahnya dalam menyuarakan kebenaran Allah catat dalam beberapa ayat. 
Boleh dicek di Q.S. Ghafir ayat 21-55
Kisah tentang peringatan Allah kepada orang kafir pada zaman Nabi Musa.
Ketika itu Nabi Musa a.s. sedang menyerukan kebenaran-kebenaran kepada orang kafir. Beberapa kali Nabi Musa lolos ketika hendak dibunuh Firaun dan bala tentaranya. Hal ini membuktikan bahwa Firaun memiliki sisi yang lembut terhadap Musa a.s. anak yang telah diasuhnya sejak bayi. Allah yang mengendalikan hati, bahkan hati-hati orang kafir sekalipun. Sehingga akhirnya terdapat titah untuk membunuh anak-anak pengikut dari Nabi Musa a.s. Sebuah perintah yang sangat kejam yaitu membunuh orang yang mungkin tidak salah sama sekali.
Lolosnya Nabi Musa, menimbulkan situasi politik yang kurang baik terhadap kepercayaan kekuasaan Firaun. Karena Firaun ini dirasa bersikap lembut pada Musa. Kemudian Firaun sendiri lah akhirnya yang mengatakan hendak membunuh sendiri. Q.S. Ghafir : 26.
Saat Firaun memberikan pengumuman tersebut, berkatalah salah seorang tentara Firaun yang ternyata sudah beriman namun disembunyikan. Ia berusaha mengemukakan pendapatnya yang dipandang benar kepada Firaun.
وَقَالَ رَجُلٌ مُّؤۡمِنٌ مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ يَكۡتُمُ إِيمَٰنَهُۥٓ أَتَقۡتُلُونَ رَجُلًا أَن يَقُولَ رَبِّىَ ٱللَّهُ وَقَدۡ جَآءَكُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ مِن رَّبِّكُمۡ وَإِن يَكُ كَٰذِبًا فَعَلَيۡهِ كَذِبُهُۥ وَإِن يَكُ صَادِقًا يُصِبۡكُم ب��عۡضُ ٱلَّذِى يَعِدُكُمۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِى مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٌ كَذَّابٌ
Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.
Q.S. Ghafir : 28
Salah satu keputusan yang tepat untuk ia membela kebenaran. Meskipun ia tau konsekuensi melawan penguasa yang diktator. Konsekuensi terburuknya adalah bukan hanya nyawanya bahkan nyawa keluarganya pun menjadi terancam. 
Situasi yang berat bagi kedua belah pihak. Bagi pemberani tersebut yang tidak disebutkan namanya dan bagi Firaun sendiri. Karena ia ditentang oleh tentaranya sendiri yang selama ini mengikuti perintahnya.
فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُواْ وَحَاقَ بِـَٔالِ فِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ ٱلۡعَذَابِ
Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.
Q.S. Ghafir : 45
Allah menghargai orang beriman yang menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran. 
Allah yang melindunginya, memeliharanya dari kejahatan.
Kalau kita ada di posisinya? Kira-kira akan diam atau angkat bicara?
Selftalk
Jangan sampai menyesal yaa
وَإِذۡ يَتَحَآجُّونَ فِى ٱلنَّارِ فَيَقُولُ ٱلضُّعَفَٰٓؤُاْ لِلَّذِينَ ٱسۡتَكۡبَرُوٓاْ إِنَّا كُنَّا لَكُمۡ تَبَعًا فَهَلۡ أَنتُم مُّغۡنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِّنَ ٱلنَّارِ
Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?"
Q.S. Ghafir : 47
Untuk penjelasan tafsirnya cek link berikut, kayanya akan lebih enak dengerin penjelasannya :))
https://youtu.be/FHOmjuPU6YI
1 note · View note
afikikusuma · 4 years ago
Text
Resume Video Nouman Ali Khan
Berani Mengatakan Kebenaran
https://youtu.be/FHOmjuPU6YI
youtube
Video ini menceritakan seorang jendral Firaun yang menyembunyikan identitasnya sebagai seorang muslim, tdk pernah memberi tahu kepada siapapun bahwa dia seorang muslim, yang mengakui bahwa dia seorang muslim ketika sedang rapat rencana pembunuhan Musa as bersama dengan Firaun dan jendral besar lainnya.
Bayangkan, betapa beraninya jendral tersebut ketika mengakui bahwa dirinya seorang muslim di kondisi tersebut. Dia bisa jadi dibunuh langsung oleh Firaun. Bisa jadi keluarganya, istrinya, anak-anaknya, juga dibunuh oleh Firaun. Namun dia tetap berani speak up the truth dan membela Musa.
Demikianlah, dia diabadikan di Al-Qur'an kisahnya sampai 2-3 halaman. Berani mengatakan kebenaran di depan pemimpin yang paling keji.
Dan Allah melindunginya, bahkan Firaun pun terkejut dan terbata saat mendengar pengakuan Beliau. Firaun bisa saja langsung membunuhnya setelah mengakui keislamannya, tapi tidak. Allah melindungi dan menyelamatkannya.
Beranilah dalam mengatakan kebenaran, jangan takut. Allah akan selalu melindungi kita.
1 note · View note
andrean-maulana · 5 years ago
Video
youtube
What is the Importance of 'Intellectual Humility'?
“....Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui” (Q.S. Yusuf : 76)
Al-Hasan al-Bashri mengatakan: “Setiap orang yang berpengetahuan, pasti ada di atasnya orang yang lebih berpengetahuan lagi, demikian seterusnya sampai berakhir kepada Allah swt.”
Kerendahan hati dalam menuntut ilmu akan memudahkan kita untuk selalu mengingat ilmu tersebut. Saya jadi teringat dengan cerita Nabi Musa dan Nabi Khidr di dalam surat Al Kahfi. Nabi Musa terkesan tergesa-gesa untuk mengambil kesimpulan dari apa yang Nabi Khidr lakukan. Kesabaran dalam menuntut ilmu rasanya akan membuat kita mudah untuk menjaga hati, sehingga selalu terpelihara dalam kerendahan. 
Kerendahan hati juga membuat kita menjadi open mind terhadap pemikiran saudara kita yang lain. Saya jadi teringat dengan cerita kisah Rasulullah SAW dan Umar ibn Khatb yang bertemu orang Badui yang berbuat aneh (mengotori)  masjid. Rasul menahan amarah Umar sambil menjelaskan bahwa orang Badui tersebut dalam keadaan tidak tau apa yang dia lakukan.
Kerendahan hati pun membuat kita untuk selalu fokus terhadap sesama manusia. Saya jadi teringat dengan pepatahnya Ali ibn Abi Thalib, bahwa muslim yang paling beruntung adalah yang mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian. Fokus terhadap setiap pembicaraan orang, termasuk menyimak kembali cerita, yang sebetulnya sudah sering kita dengar, secara tidak sadar dapat memberi hikmah untuk kita jadikan pejaran.
Justru ketidakrendahan hati biasanya akan berujung kepada hal yang dekat dengan syaitan. Kisah Haman pada zaman Nabi Musa rasanya sudah jelas bahwa ketidakrendahan hati akan membuat hatinya tersiksa.
So, perlu alasan apa lagi untuk kita menjaga kerendahan hati kita ketika mendapatkan kemudahan dalam menuntut ilmu?
1 note · View note
bymedayu · 5 years ago
Text
Baru Ngaji
Saya kurang tahu kapan persisnya fenomena ‘hijrah’ mulai bergaung di Indonesia--layaknya ombak di lautan yang menghantam karang yang keras dan menyeret apapun disekitarnya. Gaung hijrah ini juga terdengar hingga ruang publik dan melibatkan orang-orang dari berbagai lapisan. Saya merupakan salah satu yang terseret arus.
Namun, banyak pihak menilai ini hanya sekadar tren. Pun, jika orang lain menilai demikian justru ini tren yang positif bukan?
Sebetulnya setiap orang memiliki titik baliknya masing-masing termasuk saya dan qadarullahi bertepatan sekali dengan fenomena yang sedang sedang naik daun ini.
Allah telah menghadiahkan akal kepada manusia—dan tidak diberikan kepada makhlukNya yang lain—supaya mampu berpikir. Pada beberapa tahun lalu, Allah memberikan saya kesempatan untuk merasakan suatu peristiwa yang secara bersamaan Allah memberikan kemampuan untuk mengambil hikmah dan hidayahNya. Peristiwa ini mampu membangunkan saya dari tidur panjang hingga dengan serius ingin mencari kebenaran.
Jika diingat-ingat lagi, saya senang sekali dimampukan Allah untuk mengambil hidayah tersebut sebagai hadiah yang sangat mahal. Tentunya saya tidak berproses secara instan. Bertahun-tahun saya jatuh bangun belajar mengkaji Islam yang haq.
Ada beberapa kejadian belum lama ini yang menohok saya.
“Dek, nanti mau jenguk Pakde nggak? Eh, tapi kalau nggak mau salim nggak usah aja, yang harusnya seneng kalau dijenguk nanti Pakde malah sakit hati”
Hingga puncaknya ketika Ibu bertanya suatu pertanyaan yang membuat saya sendiri bingung mau menjawab bagaimana, “Dek, kamu itu Islam apa? Nanti kalau Ibu nggak ada jangan-jangan kamu nggak mau tahlilan ya?”
“Islam ya cuma satu Bu, seperti yang dicontohin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawab saya lembut dan merendah.
“Ibu juga ngikutin Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tapi kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu rahmatan lil ‘alamin?”
Inti dari kejadian diatas adalah munculnya kebingungan dan kegalauan karena ego saya adalah ingin menerapkan Islam secara kaffah—yang mana harus menabrak kebiasan keluarga.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat.”
(HR. Muslim 55/59)
Yang dimaksud dengan nasehat adalah menghendaki kebaikan, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangnya hingga tiga kali.
Sungguh saya menyayangi keluarga saya sehingga menginginkan kebaikan hakiki. Namun ketika dihadapkan kepada situasi seperti ini saya kebingungan sendiri sebab dinilai kaku dalam menjalankan syariat karena saya sendiri sangat fakir ilmu.
“...dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui. ”
QS. Yusuf : 76
That’s why you should humble yourself to the people of knowledge—seumur hidup. Ini saya sambil berbicara dan menunjuk diri sendiri di depan kaca.
Karena terbukti orang yang baru ‘ngaji’ seperti saya walaupun selalu bersemangat dalam berdakwah dan selalu mencoba berhati-hati tetapi lupa jika setan tidak berhenti menggoda. Artikel pada muslimafiyah.com memaparkan beberapa kesalahan yang sering dilakukan ikhwan-akhwat baru ‘ngaji’ yang sangat menampar.
Saya berdoa supaya terhindar dari kesalahan-kesalahan yang membuat orang lain menolak dakwah ini atau parahnya justru memecah belah umat.
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dalam kitab Al-Fawa’id karya Ibnu al-Qayyim al-Jauzy rahimahullahu ta’ala pernah bilang begini,
“Bukanlah ilmu itu diukur dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi pokok dari ilmu adalah khasyah atau rasa takut kepada Allah.”
1 note · View note
marinafauzia · 4 years ago
Text
Tragedi Umat Manusia
Tumblr media
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah." (Qs. Al-Hajj : 73)
"Yaa ayyuhannas" Hai manusia. Allah menyeru kepada seluruh lapisan manusia, tidak terkecuali. Baik itu musyrikun ataupun muslim. "Dhuriba matsalun" telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Allah membuat kalimat pasif "telah dibuat perumpaan" ini semua dimaksudkan agar manusia benar-benar merenunginya, tanpa perlu tahu siapa pembicaranya, dan hanya perlu menyimak apa isi pembicaraannya.
"Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah,sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya." Pertanyaannya, mengapa Allah membuat perumpaan dengan seekor lalat? karena lalat selalu berada di sekitar manusia.
"Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah." Biasanya para penyembah berhala, mereka yang meyakini bahwa Tuhan mereka adalah patung, mereka akan memberikan sesajian terhadap Tuhan mereka. Uniknya, ketika datang seekor lalat mencuri makanan dari sajian-sajian tersebut, patung yg mereka anggap Tuhan tersebut bahkan tak mampu mengusirnya. Tuhan yg mereka sembah, bukan lagi tidak mampu menciptakan lalat tapi bahkan tidak bisa mengusir seekor lalat.
"Dha'ufath thaalibu wal mathluu bu" Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Ketika kita menginginkan sesuatu di dunia ini, harta, pekerjaan, pasangan, anak, semuanya hakikatnya adalah lemah, bahkan diri kita inipun juga lemah. Saat kita berpuasa, kita berhasarta untuk memakan makanan ini dan itu, namun ketika sudah berbuka, perut sudah mulai kenyang, kita mulai tidak menginginkan makanan itu lagi. Perut kita lemah, kita lemah, hasrat kita pun menjadi lemah, makanan yang ada di hadapan kita pun menjadi lemah.
"Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (Qs. Al-Hajj : 74)
"Innallaha laqawiyyun 'aziiz" Allah pada intinya bersamamu. Yg memiliki segala kekuasaan. Menariknya, jika kita menyimak ayat sebelumnya dimana Allah menggambarkan semua hal selain Allah adalah lemah. Kelemahan inilah yang kontras dengan kekuatanNya. Apa maksud dari ini semua? ketika kita merasa bahwa apa-apa yang hadir dalam hidup ini hakikatnya lemah dan tidak kekal, maka segala bentuk kelemahan itu akan menjadi prioritas terakhir kita. Dan pada akhirnya, tinggal Allah sajalah yang menjadi kekuatan dan prioritas utama dalam hidup kita. Allah akan selalu menjadi "mathluub" bagi kita.
Inilah tragedi yang terjadi pada manusia. Dimana hari ini, manusia seperti tidak lagi mengerti mana yang harusnya menjadi prioritas, mana yang mestinya ia jadikan sandaran dan kekuatan. Untuk itulah Allah mengutus Rasul untuk menjadi jalan keluar atas tragedi ini. Namun pertanyaannya adalah, mengapa Allah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir? ketika Allah mengutus para nabi dari golongan Bani Israil, Allah mendapati bahwa kaum ini adalah kaum paling berat dan sulit untuk menerima kebenaran. Hingga akhirnya Allah mengutus nabi Muhammah dari keturunan nabi Ibrahim yg lain, untuk menjadi penerus risalah.
"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (Qs. Al-Hajj : 78)
Kita memiliki tanggungjawab di hadapan Allah. Agama ini bukan hanya tentang menjadi orang yg lebih baik, tetapi juga bagaimana kita menjadi panutan agama ini dalam cara hidup kita. Kita menjadi representatif sebagai seorang muslim. Sebagaimana nabi Yusuf alaihisalam, Ia tidak berkhutbah di dalam penjara, namun karisma dan sikapnya menjadi teladan dan panutan bagi setiap orang yang berinteraksi dengannya. Hingga pada akhirnya, muncul ketertarikan untuk menjadi pemeluk agamanya.
Lalu bagaimana kita mempersiapkan diri untuk ini? sesuai dengan ayat diatas, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Jadilah orang yang berkomitmen tinggi dalam mendirikan shalat, jadilah orang yang mendapati rezeki dari yg bersih dan halal, dan diatas semua itu jadilah orang yg berpegang teguh kepada Alquran. Dan ketahuilah bahwa Allah adalah penolong yang luar biasa. Fakta bahwa kita dipilih oleh Allah, dia menyeleksi setiap dari kita yg pantas untuk menerima misi besar ini. pantas untuk tugas dakwah ini hingga yaumul akhir nanti.
Serpong, 23 Juni 2020 Marina Fauzia Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=uKfF5BuLi5A
0 notes
lianamhr · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Allaah akan menjawab do'a kita, yg bahkan kita tidak akan bisa dibayangkan betapa baiknya cara Allaah menjawab do'a kita. Bisa saja kita memohon sesuatu yg sebenarnya tidak baik untuk kita. Tetapi justru Allaah akan mengabulkan dengan sesuatu yg bahkan lebih baik dari yg kita pinta. Kita bisa saja meminta sesuatu yg apabila hal itu dikabulkan untuk kita sekarang, itu akan menyakiti kita. Jadi Allaah tahan do'a itu, kemudian akan Allaah berikan pada waktu yg terbaik untuk kita. Seperti kisah Robert Davilla, seorang non muslim yg lumpuh, tinggal di Panti Jompo, yg Allaah bimbing ia ke dalam Islam. Berawal dari mimpinya yg didatangi seorang lelaki bernama Muhammad. Maasyaa Allaah. Sampai akhirnya ia dipertemukan dengan ust. Nouman Ali Khan. Ketika seseorang kembali kepada Allaah, tidak perlu ia mengkhawatirkan caranya. Petunjuk itu akan datang. Allaah bahkan akan menuntun ketika kita tidur. Setiap arah balik badan kita saat tidur, itu dituntun oleh Allaah. Kita tidak perlu pesimis atas petunjuk Allaah. Kita tidak perlu khawatir bagaimana caranya untuk mendapatkan kedamaian. Itu adalah bagian Allaah untuk menuntun kita. Tugas kita adalah untuk berbicara kepada-Nya, yaitu dengan berdo'a. Tugas kita adalah bagaimana kita ikhlas melakukannya. Maka ketika kita sudah berdo'a dan ikhlas melakukannya, Allaah akan membuka pintu-pintu itu. Allaah akan memberikan teman, guru, atau apapun yg dapat membawa kita kepada kebenaran, membawa kita lebih dekat dengan Allaah. Allaahu'alam. Baarakallaahu fiikum. Untuk kisah Robert Davilla bisa ditonton di https://www.youtube.com/watch?v=pijzmd3Zbr4 #MatrikulasiNAKID https://www.instagram.com/p/CAKYTJ7gfAX/?igshid=1vqjvnb9k3y6s
0 notes
langitshabrina · 5 years ago
Text
Robert Davilla dan Pengabulan Doa
Robert Davilla dan Pengabulan Doa
Seorang lelaki Mesir menemui Ustaz Nouman Ali Khan sehabis salat Jumat. Ia berkata, “Allah mengabulkan doaku, Nouman Ali Khan akan bertemu dengan Robert Davilla.” “Anda Robert Davilla?”
(more…)
View On WordPress
0 notes
rurikaimudin · 4 years ago
Text
youtube
Perubahan
Fitrah yang Allah berikan kepada manusia untuk beradaptasi, menyesuaikan diri, meneruskan dan mempertahankan kehidupan. Langkah yang dapat memberikan harapan. Dalam perubahan, ada dua yang kita kenal
1. Mengubah
Perusahaan, organisasi, mobil, cita-cita, model rambut atau gaya berpakaian. Kita berhak mengubah sesuai dengan preferensi dan nafsu-nya.
2. Diubah oleh Allah (hidayah-Nya) atau selain Allah?
Untuk point pertama perihal respon terhadap bentuk kehidupan. Point kedua yang menjadi masalahnya. Saat manusia menjalani kehidupan ada bentuk perubahan yang merubah sikap manusia dari yang jahat tiba-tiba menjadi baik oleh Allah SWT. Tetapi perubahan itu tidak selalu, hanya orang-orang yang peka terhadap tujuan dari hidup ini yang mendapat ridha-Nya.
Perubahan yang dilakukan dengan niat untuk mengejar manusia, sama dengan diubah oleh manusia yang dapat mendatangkan rasa sakit & kekecewaan.
Namun, ketika perubahan kita adalah untuk Allah yang Maha Kuasa. Segala jenis gelombang besar dengan kekuatan tinggi datang akan terkonversi menjadi percaya dan the purpose of life; Bahwa Allah mengetahui setiap perubahan dan lebih mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya! Begitu juga dengan Islam yang mudah, tapi kita yang membuatnya sulit karena belum mengetahuinya lebih dalam.
Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang murni dan hanya mengharap ridha-Nya (HR. Abu Dawud dan Nasa'i)
Inilah kenapa kita perlu mempelajari Islam lebih dalam, agar setiap apa yang dilakukan mendapatkan ridha-Nya dan ketika manusia melakukan perubahan selain-Nya, Allah berikan rasa sakit & kecewa.
Karena Allah ingin rasa sakit dan kecewa itu menyadarkan kita! Agar kita paham, kalau niat berubah untuk duniawi itu menyakitkan! Dan supaya kita meluruskan niat untuk melakukan perubahan.
Tidakkah kita lihat generasi sahabat yang melakukan perubahan hidup mereka. untuk dengan niat semata-mata meraih ridha Allah dengan menjalankan nubuwah Rasulullah SAW.
Sesungguhnya diterimanya suatu amal sesuai niatnya dan setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya (HR. Bukhari Muslim).
Sumber video: https://youtu.be/YsCAODsbZ2o
#MatrikulasiNAKID
1 note · View note
nakindonesia · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Kita harus menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak produktif. ⁣ Dan memperkuat niat serta keyakinan bahwa berinteraksi dengan Al-Qur'an itu adalah meraih cintanya Allah. Segera mengambil tindakan. ⁣ Mulai membaca serta mulai mencari tahu apa yang belum kita tahu. Mencari teman yang mau saling mengingatkan ketika kita lupa/ ketika semangat kita mulai pudar. ⁣ Minta pada Allah agar kita dipersatukan dengan orang-orang yang mencintai Al-Qur'an.⁣ ⁣ - Peni Fauziah -⁣⁣ ⁣⁣ Ini adalah salah satu kutipan diskusi peserta kegiatan Matrikulasi Komunitas NAK indonesia Batch 3 sebagai sarana kaderisasi awal, menyamakan persepsi melalui video Ust. Nouman Ali Khan yang ditonton dan didiskusikan bersama, lalu membuat resume, dan membagikannya di media sosial.⁣⁣ ⁣⁣ #matrikulasinakid ⁣⁣ #nakindonesia ⁣⁣ #nakindonesiaquotes ⁣⁣ #nakidquotes ⁣⁣ #muhasabahdiri ⁣⁣ #terhubungdenganAlQuran⁣⁣ #reconnectwithquran https://www.instagram.com/p/CB2HP5CHrDz/?igshid=701qlyoba09t
32 notes · View notes
annisa-nuraini · 4 years ago
Text
KEEPING FAITH IN CALAMITY
Tidak ada satu pun manusia di dunia yang tidak pernah merasakan adanya cobaan dalam hidupnya. Entah seringan terpeleset lalu kaki retak dan harus operasi, atau seberat harus hidup bersama penyakit kronis sepanjang hidupnya sebagaimana Nabi Ayyub as. ataupun ditinggal orang-orang-orang yang dicintainya dalam waktu yang hampir bersamaan sebagaimana yang dirasakan Nabi Muhammad saw. Ya, bahkan manusia-manusia terpilih sekelas para Nabi dan Rasul pun mendapatkan "jatah" ujiannya. Kalau mau dibandingkan, cobaan-cobaan yang kita rasakan saat ini barangkali tak ada apa-apanya dengan yang beliau-beliau alami dahulu.
Mentadabburi sebuah ayat dalam Qur'an:
مَآ أَصَابَ مِنْ مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ  ۗ وَمَنْ يُؤْمِنۢ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ  ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS At-Taghabun: 11]
Kita mendapat pelajaran besar untuk tetap mengimani, bahwa: 1) Setiap kejadian sudah ditetapkan oleh Allah swt, 2) Setiap musibah yang terjadi adalah atas kehendak-Nya, 3) Musibah adalah ujian keimanan bagi kita, 4) Jika kita tetap percaya kepada Allah swt meski kita diuji berbagai macam cobaan, maka Allah swt lah yang akan memberi petunjuk dan membimbing hati kita dalam kecondongan kepada-Nya, dan 5) Allah swt lebih mengetahui segala sesuatu, dibalik setiap hal yang terlihat tidak menyenangkan bagi kita, pasti ada hikmah dan kebaikan untuk kita.
Sehingga, kita diminta untuk tetap menjaga iman, agar tetap percaya bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik menurut-Nya. Jika kita berhasil dalam menjaga keimanan dalam segala situasi, Allah swt akan beri hadiah yang tak berhingga nilainya, yaitu Allah swt akan membimbing hati kita.
Adakah hadiah yang lebih besar dari hati yang selalu Allah swt bimbing? Hati yang Ia bimbing adalah hati yang Ia beri kekuatan, kemudahan, dan keridhoan untuk memaafkan dan menerima segala kejadian yang menimpa diri ini.
Tidak ada suatu hal pun yang terjadi tanpa seizin Allah swt, baik itu kejadian yang membuat senang maupun musibah yang membuat diri ini sedih, sakit, dan terluka. Di setiap nikmat berupa jantung yang masih berdetak, nafas yang masih bisa dihela, Allah swt meminta kita untuk tetap beriman, dan memohon dalam doa agar Allah swt angkat segala penyakit hati kita dan menjernihkan ruh ini supaya tetap selalu kembali kepada-Nya.
Allah swt juga memperingatkan kita melalui kisah dalam Qur'an surah al-Hajj ayat 11 tentang hamba yang terombang-ambing di tepi jurang keimanan. Ia yang jika diberi nikmat, maka ia mengaku beriman pada Allah swt dan agama Islam. Namun jika diberi ujian atau musibah, maka ia berpaling dan mempertanyakan kuasa Allah swt.
"Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata." [QS al-Hajj: 11]
Allah swt mengecam umat seperti ini, disebutkan bahwa merekalah orang yang luar biasa merugi, baik di dunia maupun di akhirat.
Satu hal yang harus selalu diingat, bahwa setiap hamba Allah swt pasti akan diuji, baik dengan ujian berupa musibah maupun ujian berupa nikmat. Keduanya adalah ujian keimanan bagi orang-orang yang beriman. Tugas kita adalah bersabar, tetap beriman, dan ridha dengan segala ketetapan-Nya. Kita juga harus senantiasa berdoa supaya Allah swt meneguhkan hati kita sebagaimana Allah swt telah meneguhkan hati ibunda Nabi Musa as saat hendak melepaskan Nabi Musa as ke Sungai Nil.
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَٰرِغًا ۖ إِن كَادَتْ لَتُبْدِى بِهِۦ لَوْلَآ أَن رَّبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ
"Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah)." [QS al-Qashash: 10]
Ushikum wa nafsiy bitaqwallah.
Catatan ini adalah resume dari video kajian ustadz Nouman Ali Khan: "Ujian", "Hati yang mampu melalui ujian", dan "Berpaling dari Allah".
#MatrikulasiNAKIndonesia Batch #3 @nakindonesia week 3.
2 notes · View notes
storycanspeak · 4 years ago
Text
Kenapa Allah Lakukan Ini padaku?
Tumblr media
Banyak peristiwa yang mungkin telah terjadi sepanjang kita menapaki dunia ini. Tak jarang masalah pun datang silih berganti. Dari hal remeh temeh sampai yang sulit terkendali. Seringkali aku tertegun dalam hati, kenapa Allah melakukan ini padaku? Rasanya belum kering bibir ini berucap lega setelah keluar dari masalah yang satu. Alih-alih bisa duduk santai terlebih dahulu, sekarang sudah dihadapkan dengan kesulitan baru. Katanya Engkau Maha Rahman, tapi kenapa Engkau lakukan ini padaku?
Aku pernah merutuki bahwasanya hal ini tidak adil. Lalu, aku bercerita kepada seorang teman, namun dibalas dengan tanggapan bahwa menurutnya aku kurang beriman. Ingin rasanya mendapat dukungan darinya tapi justru dapat tanggapan yang tidak enak. Dalam hati aku berujar, aku sholat kok, aku masih baca Quran, aku percaya pada Allah dan masih melakukan ibadah yang lainnya. Lalu apa yang salah? Saat itu kondisiku tidak stabil, seluruh hatiku menolak nasihat baik dan menuntut keadilan dalam hidupku. Seolah aku adalah korban dan tidak ada seorangpun yang berpihak padaku.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. QS. At-Taghabun : 11
Dalam penjelasan ayat ini, tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang melainkan atas izin-Nya. Biidznillah, musibah itu memanglah Allah targetkan (أَصَابَ) pada kita. Musibah tidak selalu berarti hal buruk tetapi sesuatu yang memang Allah ingin terjadi pada kita. Bukan pula atas campur tangan orang lain, melainkan memang terjadi atas izin-Nya.
Saat musibah datang menimpa, berlakulah kondisi bersyarat. Biasanya orang akan kehilangan keimanannya ketika musibah menghampirinya. Saat itulah orang mulai mempertanyakan Tuhan. Kenapa Allah melakukan ini padaku? Katanya Engkau Maha Rahman tapi kenapa lakukan hal ini padaku? Ketika ini terjadi maka kita tidak lagi memiliki keimanan. Deg, sama seperti pertanyaanku saat itu. Benar kata temanku, aku kurang beriman.
Jika kita berhasil menjaga keimanan saat tertimpa musibah itu, maka Allah akan memberi petunjuk pada hati kita. Ini adalah hal yang termahal, tidak ada yang paling berharga dari jaminan Allah untuk memberikan bimbingan langsung pada seseorang. Kenapa yang dibimbing hatinya? Karena kita merasakan kesedihan saat kesulitan atau musibah itu datang letaknya di hati. Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Kesulitan yang kualami memberikan efek trauma yang mendalam bagiku. Rasa sakit yang begitu membekas dan sulit untuk sembuh kembali. Beberapa orang mungkin pernah mengalami trauma semacam ini. Entah trauma yang disebabkan karena kehilangan, ucapan yang menyakiti hati, atau pengalaman yang menyakitkan. Seolah rasa sakit itu sangat sulit untuk disembuhkan kembali.
وَأَصۡبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَٰرِغًا إِن كَادَتۡ لَتُبۡدِى بِهِۦ لَوۡلَآ أَن رَّبَطۡنَا عَلَىٰ قَلۡبِهَا لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). QS. Al-Qasas : 10
Ibu Musa dihadapkan pada ujian yang luar biasa berat baginya. Ia dihadapkan dua pilihan yaitu harus melihat anaknya disembelih oleh tentara Fir’aun di depan matanya atau menaruh anaknya di keranjang yang belum teruji anti air untuk diletakkan di sungai. Ia melakukan itu atas ilham dari Allah, awalnya ia merasa tak mampu melakukannya. Menaruh bayinya dalam aliran sungai adalah suatu hal yang tidak dapat dibayangkan oleh seorang ibu manapun. Lalu, Allah bantu ia untuk melakukannya.
Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa karena rasa trauma melepas anaknya di air sungai. Tidak bisa bersama lagi bahkan tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini. Bisa jadi, anaknya akan tenggelam atau tertangkap oleh tentara Fir’aun. Hal terburuk mungkin terlintas dipikirannya, saat itulah hati ibunya menjadi kosong, perasaannya lumpuh. Hampir saja ia akan membuka rahasia lalu lari dan berteriak meminta tolong untuk mengambilkan anaknya kembali. Seandainya tidak Allah teguhkan hatinya untuk menjadi tenang, mungkin hal itu bisa terjadi. Allah katakan bahwa ia mampu melakukannya.
Ada orang-orang yang hatinya mengalami trauma dan tak bisa pulih. Kenapa? Karena Allah belum melepas hatinya. Terkadang memang manusia tak memiliki kemampuan untuk pulih dari kondisi ini. Kisah ibu Musa memberikan harapan untuk bisa menyembuhkan rasa trauma itu. Ibu Musa bukan seorang Nabi, ia adalah hamba yang beriman. Allah bantu untuk menyembuhkan trauma di hatinya. Allah dapat campur tangan untuk memberikan ketenangan dalam pikiran dan hati.
Pernah suatu ketika sulit rasanya memaafkan. Dadaku seakan sesak saat tiba-tiba teringat peristiwanya. Mungkin Allah belum melepas hatiku untuk menjadi tenang dan sembuh dari rasa trauma itu. Rasanya sulit mengembalikan keadaan menjadi normal kembali.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٍ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡءَاخِرَةَ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. QS. Al-Hajj : 11
Semoga Allah memberikan hidayah-Nya untuk kita selalu beriman pada-Nya apapun kondisinya dan membimbing hati kita untuk selalu mendapat petunjuk-Nya. Semoga Allah tidak memasukkan kita ke dalam golongan orang yang ragu dan merugi.
#MatrikulasiNAKID
Sumber penjelasan tafsir
1. http://gg.gg/pekan3-1 (8 menit) - Ujian 2. http://gg.gg/pekan3-2 (5 menit) - Hati yang mampu melalui ujian 3. http://gg.gg/pekan3-3 (3 menit) - Berpaling dari Allah
1 note · View note
afikikusuma · 4 years ago
Text
Review video Nouman Ali Khan
Ketika Muslim Bekerjasama - Apa Motivasi Kita?
https://youtu.be/nmF8X1cDqIA
youtube
Perjuangan seorang makhluk:
1. Berjuang untuk bertahan hidup, untuk dirinya sendiri
Setiap makhluk hidup itu pasti berjuang, setidaknya berjuang untuk bertahan hidup. Hewan pun demikian. Bangun tidur kemudian keluar untuk makan. Manusia pun. Keluar, bekerja, memenuhi kebutuhan, kembali tidur lagi.
2. Berjuang untuk dirinya sendiri dan orang lain
Tingkatan lain adalah berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, bagi dirinya, keluarganya dan di lingkungannya. Seorang itu berkomunitas dan memastikan lingkungan tempat tinggalnya aman, bersih dan membahagiakan.
3. Berjuang untuk mendapatkan/meraih tujuan hidupnya
Seseorang yang memiliki tujuan, berkomunitas, berjuang untuk mendapatkan tujuannya, sedikit waktu luang, ekstra mengeluarkan uangnya. Contohnya: orang yg berusaha untuk mendapatkan pendidikan yg lebih baik, kemudian menyebarkan ide/gagasan yang diperolehnya setelah mencapai tujuan hidupnya.
Mari kita lihat 3 perjuangan di atas dalam kacamata islam.
1. Berjuang untuk diri sendiri
Dalam Islam, kita pun diperintahkan untuk berjuang. Berjuang melawan hawa nafsu, berjuang melawan syaitan, kemalasan, dsb. Berjuang untuk beribadah dgn lebih baik.
2&3. Berjuang untuk orang lain dan tujuan hidupnya
Kita berjuang untuk menuntaskan kewajiban kita: berpendidikan, menyekolahkan anak di sekolah yg baik, membangun masjid. Konsepnya orang beriman, ketika kita ingin melakukan kebermanfaatan kepada orang lain, hakikatnya, kita memberikan manfaat kepada diri sendiri melalu Allah. Karena melalui Allah, kita mendapatkan pahala ketika melakukan kebaikan.
Tujuan kita adalah menyebarkan agama Islam/dakwah dengan baik. Bahwa Islam adalah agama yg indah.
-
Ketika kita bermanfaat/menebar kebaikan/dakwah, kita pun jg harus memperhatikan ibadah individu kita. Jangan sampai kita fokus dakwah tapi tidak memperbaiki ibadah individu kita. Jgn sampai fokus untuk ibadah individu tpi abai dalam berbuat kebaikan.
0 notes
andrean-maulana · 5 years ago
Video
youtube
Memahami Makna Kata Ar Rahman - Nouman Ali Khan Subtitle Bahasa Indonesia
Insight yang menarik dari Ust Nouman Ali Khan tentang pemaknaan kata Ar-Rahman, yang tersaji dalam 12 menit ceramah singkat ini. 
Bahwa ternyata, diksi “Rahman” itu bermakna sangat penyayang. Konteksnya adalah memang kasih sayangnya sangat dalam, bukan karena belas kasihan. Contoh kasih sayang karena balas kasihan adalah ketika polisi hendak memberikan hukuman kepada pelanggar lalu lintas, tetapi tidak jadi karena satu dan lain hal. Itu penyayang juga, tapi bukan “Rahman”.
Kita juga diingatkan dalam ceramah ini, makna penyayang seringkali kita ingat ketika subjeknya sudah hilang. Contoh adalah anak kita. Ketika anak kita masih hidup, mungkin yang diingat adalah keburukan mereka. Lain halnya ketika sudah meninggal, maka yang selalu diingat adalah kebaikannya. Itulah “Rahman”, selalu mengingat kebaikan. Tanpa melihat keburukan.
Saya jadi tersadar, bahwa betapa banyak dosa yang kita perbuat, sesungguhnya sifat “Rahman” ini akan selalu ada dan harusnya membuat orang beriman malu berbuat dosa. Dan sudah seharusnya, dengan mengingat sifat “Rahman”, kita berpikir dua kali ketika hendak berakhlak buruk seperti mengumpat, memarahi orang dan perbuatan maksiat lainnya. Wallahu’alam.
0 notes
bymedayu · 5 years ago
Text
What we definitely can’t live without
Pada suatu hari, ada sebuah Instastory dari Teh @kartinifastuti yang berisi Q&A dari salah satu pengikutnya yang menyentilku, begini:
“Kak, akhir-akhir ini aku sering merasa jauh tertinggal dari segi apapun dari orang-orang yang bikin insecure.”
Gapapa. Alhamdulillah dikasih rasa tertinggal. Kalau nggak kan nggak bisa lari. Hehe, Tapi tau nggak pelari yang hebat itu nggak fokus lihat kiri kanan. Dia lihat garis finish di depan.
Iya, rasanya baru kemarin Bulan Sya’ban mulai menyapa, tetapi tak terasa sekarang sudah hampir pertengahannya. Apa kabar wahai diriku yang lemah? Bagaimana rasanya membiarkan waktumu berlalu dengan sia-sia wahai diri? Aku paham bagaimana keadaan jiwamu kini yang sedang hampa, dadamu pun terasa sempit, serta banyak mengeluh.
Iman kenyataannya memang fluktuatif namun kurang tepat jika memberi pembenaran dan pemakluman atas naik-turunnya iman ini. Karena jelas ketika sedang menurun adalah tanda tidak istiqomah. Kondisi pandemi COVID-19 saat ini memaksa kita untuk #dirumahaja seharusnya mampu digunakan secara bijak dan bertanggungjawab atas waktu luangnya. Namun nyatanya, ada yang mulai kebosanan di rumah hingga mengeluh ini-itu banyak sekali. Astagfirullah.  
Diri ini sadar jika sedang tidak baik-baik saja. Tak apa, mari duduk dan atur nafas sebentar, mari kita lihat bagian mana yang salah dan mari kita mulai memperbaikinya.
Ibuku sudah 10 hari warungnya tutup karena sepinya pengunjung, akibatnya harus meliburkan karyawan-karyawannya. Ibu juga bercerita kalau dimasa-masa itu, salah satu karyawannya sampai mengais sisa-sisa panen orang supaya mendapatkan sesuatu yang bisa dibawa pulang ke rumah untuk makan keluarganya. Deg. Disini aku tertampar sekali.
“Day, ada banyak orang di luar sana yang setengah mati berjuang agar keluarganya tetap bisa makan dan bertahan hidup ditengah keadaan sempit sekarang ini,” kataku pada diri sendiri.
Ah ya, benar sekali rasanya aku kurang banyak bersyukur atas kenikmatan yang Allah berikan atasku. Dibalik kenikmatan waktu luangku di rumah, yang wacananya mau dihabiskan untuk berdekat-dekatan dengan Al-Quran, me-review Bahasa Arab, mempelajari sirah, memperbanyak kajian online, ataupun kelas online lainnya, pun belum semuanya terealisasi dengan baik. Sehingga banyak dihabiskan untuk hanya rebahan saja. Astagfirullah.
Aku rasanya sedang ditegur Allah, bagaimana seorang berilmu belum tentu baik dalam mengamalkannya, sementara buah dari ilmu itu sendiri adalah amal. Orang-orang tadi lebih paham tentang apa itu tawakkul bukan sebatas teoritis yang aku pahami namun langsung dalam pengamalannya.
Tawakkul
It gives us strength but softens our hearts at the same time. Subhanallah. May Allah ease our effort to gain knowledge on tawakkul and put it into practice.
Syeikh Moutasem Al-Hameedy
Ketika mendengar materi Matrikulasi NAK ID seketika aku langsung teringat orang-orang tadi. Mereka menunjukkan sikap tawakkul sebagaimana cerita Nabi Ibrahim ketika berhadapan dengan ayahnya sendiri yang kufr dan sebagai konsekuensinya, Nabi Ibrahim dibenci kaumnya hingga akhirnya beliau diusir. Tetapi dengan segala kesempitan yang beliau hadapi, beliau tetap mampu berpikir tenang karena paham sekali jika Allah tidak akan meninggalkannya.
Sesungguhnya mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Tuhan seluruh alam, (yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan Yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahan pada hari Kiamat.”
QS. Asy-Syu’ara : 77-82
Nabi Ibrahim menyebutkan pemberian Allah atas petunjuk terlebih dahulu dibandingkan makanan maupun minuman—yang berarti kita bisa kok tetap bisa bertahan hidup walaupun kekurangan makanan dan minuman tapi kita tidak bisa hidup tanpa petunjuk/hidayahnya Allah. Karena disini letaknya iman. Jika iman sedang lemah tuh, gampang sekali oleng sehingga hidupnya menjadi tidak nyaman.
Jujur rasanya malu sekali ketika orang lain menganggapku baik-baik saja setiap aku mengunggah tulisan tertentu, padahal disitu aku juga sedang mengingatkan diriku sendiri. Aku masih jauh dari kata baik dan juga sedang berjuang.
Semoga Allah selalu melingkupi kita dengan taufik dan hidayahnya—what we definitely can’t live without—serta selalu diberi kemampuan untuk terus  memohon atas taufik dan hidayahnya.
Sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan tentang dikabulkannya doa, namun aku khawatir hilangnya keinginan untuk berdoa.
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu
0 notes