#Lintasan kereta api
Explore tagged Tumblr posts
Text
ODGJ was hit by a train to death in Randublatung Blora || Blorainfo
The woman died after being hit by a passing train Blorainfo – A fatal accident that occurred at a railroad crossing in Wulung Village, Randublatung District, Blora. One person was killed by a train.The Randublatung Police Chief, AKP Les Pujian Tinggi, explained that the accident occurred on Saturday, April 8 at around 10.25. Read Too: Muria Kudus University Provides Compensation to Hundreds of…
View On WordPress
0 notes
Text
0 notes
Text
Second Home
Siang tadi tiba² ditanyain bu kepsek, "mba, njenengan hari ini ada acara mboten?". Dengan bingung dan rasa berat hati pun aku menjawab, "....mboten bu, pripun?". Dan ternyata seperti biasa, beliau mengajakku dan beberapa guru yg memang lebih dekat dengannya untuk ikut keliling mencari sesuatu. Bahkan beliau sudah melabeli grup yg sering diajaknya pergi² dgn geng dolan wkwk. Padahal hari ini hari pertamaku haid, jadi sesungguhnya keadaan perut dan bagian tubuh lainnya kurang nyaman.
Ternyata benar² setelah selesai rapat langsung pergi ke daerah Wates. Diajaklah aku dan mba Afi ke sebuah toko mas. Karena pihak sekolah memang sedang mencarikan kenang²an untuk guru² yg sudah lolos menjadi PPPK. Dan hari ini kami membelikan sebuah cincin untuk bu Puji yg sudah mengabdi di sekolah kami selama 22 tahun. Masyaa Allah, perlu waktu yg tidak sebentar ya untuk menempuh jalan kesuksesan.
Sebelumnya bu kepsek dan bu Mei melihat² gelang terlebih dahulu, namun rasanya kalau gelang terlalu kecil gramnya haha. Akhirnya beralih ke cincin. Lalu, aku dan mba Afi yg sama² belum menikah tentu saja dikomporin untuk memilih cincin² yg sesuai dgn selera masing². Lucunya, aku dan mba Afi ini sama.. kami sama² kurang paham perihal perhiasan. Jadi kami pun hanya kesana-kemari mengamati beberapa bentuk cincin.
Sampai akhirnya di depan kami ada alat untuk mengukur lingkar jari² tangan. Mba Afi dan aku pun mencoba untuk kali pertama. Dan baru diketahui bahwa jari manis mba Afi berada di ukuran 10, sedangkan jari manisku berada di angka 12. Respon bu kepsek yg spontan cukup membuatku kaget yah, beliau langsung nyeletuk begini "loh mba, ternyata jarine njenengan cilik bgt, pdhl njenengan kan gedhe. kok iso malah jari²ne cilik kepiye?". Aku pun tertawa juga, karena memang selama ini jemari tanganku bukan tipe yg gemoy. Bisa dibilang termasuk dlm kategori jari² yg cukup ramping wkwk.
Setelah selesai membeli cincin, kami melewati alun-alun wates dan mampir ke Mie Ayam Pakdhe Wonogiri yg terletak di dekat lintasan rel kereta api. Seperti biasa, aku dan mba Afi yg masih berstatus guru baru di sekolah saat ini hanya mampu jadi pendengar dan pengamat bagi bu kepsek dan bu Mei yg menceritakan keluh kesah di sekolah. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk pulang, dan bu Mei mengingatkan "makasih ya mba-mba, besok kalo uang sekolah udah ada lagi.. kita lanjut nyari kenang²an untuk guru yg lain yaa". Dan bu kepsek tak lupa juga berterimakasih, "makasih banyak ya mba, besok² kita nyari lagi sekalian main ya. nah ini baru yg disebut lembur juga mba". Wkwk jujur ada di antara rasa senang karena sering dilibatkan, tapi juga harus siap sewaktu-waktu kalau diajak pergi sana-sini.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah.. bener² besyukur dgn lingkungan kerja sekarang yg jauh lebih baik dan sehat. Huhu suka terharu kalau inget kebaikan bapak/ibu guru saat di sekolah saat ini yg bahkan rasanya benar² sudah seperti keluarga kedua. Pantas saja guru² yg sudah keterima PPPK dan pindah ke sekolah yg baru merasakan berat untuk meninggalkan sekolah. Bahkan ketika sekolah memiliki hajat, guru² yg sudah tidak di sekolah kami tetap masih hadir dan ikut menghadiri berbagai macam acaranya. Semoga Allah senantiasa menjaga tali kekeluargaan di sekolah kami saat ini. Aamiin🤲🏻✨
*Ditulis dengan segala rasa lelah dan terkantuk-kantuk
Jogja, 13 Mei 2024 | 21.49
4 notes
·
View notes
Text
Kereta Api Sambar Truk di Lintasan Dua Spoor Terbuka
Kereta Api Sambar Truk di Lintasan Dua Spoor Terbuka
Ngawi – Kereta Api Argo Semeru jurusan Surabaya – Jakarta yang melesat cepat, menyambar sebuah truk di lintasan dua spoor terbuka di Desa Keras Wetan, Kecamatan Geneng, Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (7/9/2024). Kerasnya sambaran lokomotif mengakibatkan truk penuh muatan garam itu terlempar puluhan meter jatuh di area persawahan, dengan kondisi remuk kehilangan bentuk. Sedangkan sopir dan kernetnya…
0 notes
Text
Diterjang Banjir, Plengsengan Sungai Binau Lemahbang Dewo Banyuwangi Ambrol: Lintasan Kereta Api Terancam
Radarbanyuwangi.id – Banjir yang kerap melanda Sungai Binau di Dusun Kebalen Lor, Desa Lemahbang Dewo, Kecamatan Rogojampi membuat plengsengannya ambrol, Kamis (1/8). Plengsengan yang ambrol ini, sudah sering terjadi. Plengsengan di Sungai Binau yang berada di bawah rel kereta api (KA) itu, pernah ambrol pada 2014 silam. Setelah diperbaiki, pada 2018 ambrol lagi. “Sudah bolak-balik diperbaiki,…
0 notes
Text
Seorang pria diketahui bernama Muhamad Hasan (22) tewas tertabrak kereta
Seorang pria diketahui bernama Muhamad Hasan (22) tewas tertabrak kereta api (KA) di lintasan rel Kelurahan Kedungbadak, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor. Ia tewas tertabrak kereta saat menyeberang rel menggunakan headset. “Betul, kejadiannya tadi pagi. Korban meninggal di lokasi,” kata Kapolsek Tanahsareal Kompol Ariani saat dikonfirmasi, Selasa (18/6/2024). Korban saat itu hendak menyeberang…
View On WordPress
0 notes
Text
Piedmont
Description:
Nona Rusa dan Kaner memulai perjalanan, mengantar Kaner kembali ke region asalnya, Nerium. Nona Rusa meng-klaim bahwa ia punya jalur alternatif yang lebih cepat daripada yang umum dilewati.
***
Baru aku sadari betapa aku salah mengambil baju untuk dipakai dalam perjalanan yang langsung dilaksanakan di hari yang sama setelah aku sadar dari pingsan tiga hari.
Sebagian dari diriku berpikir bahwa ia mengusul begitu karena hanya mau mengusir halus keberadaanku dari area rumahnya yang cantik, ini juga bisa dibuktikan bagaimana Nona Rusa langsung menarikku ke cermin. Membuatku terdistraksi dengan betapa rupawannya aku.
Agak kurang ajar ya orang ini.
Semakin aku melihat punggungnya di atas kuda di depanku, ia tunggangi berpacu lambat, semakin aku menyadari bahwa ada yang janggal dari gelagat Nona Rusa.
Tapi aku tidak tahu apa.
Something's missing.
"Saya tidak akan mengulangi pertanyaan ini untuk yang ketiga kalinya, Nona." Aku memajukan kudaku hanya untuk berjalan sejajar dengannya. Ia menoleh, kedua matanya yang bulat menyembul dari balik tudung cokelatnya. Jubah sama yang ia gunakan untuk memanen buah berry. "Silakan." Nona Rusa tersenyum.
"Dari mana kamu punya pakaian laki-laki? Sementara kamu tinggal sendirian."
Bukannya menjawab, perempuan itu tertawa lebar. Walau begitu, suaranya tetap lembut. "Itu pakaianku. Lihat saja, aku juga pakai 'kan?"
"Wow. Sangat membantu." Sindirku diiringi oleh putaran bola mata ke samping. Tapi setelahnya Nona Rusa tidak bicara apa-apa lagi. Tidak menambah detail, atau memancing topik selanjutnya. Ia cukup pendiam bagi seorang perempuan. Berkuda dalam damai.
Setelah melewati hutan, kami bermuara pada sebuah jalanan beraspal yang terbatasi oleh palang kayu. "Tunggu sebentar," kemudian ia berhenti dan turun dari kuda. Seraya melangkah ke arah palang kayu, ia mengeluarkan kapak kecil dari balik jubahnya. "What? What are you doing?" Terasa pride-ku bakal hancur kalau membiarkan perempuan melakukan pekerjaan kasar seperti menghunjam kayu sampai patah. Walau harus bersusah payah dulu menggulung lengan pakaian yang terus saja meluncur.
"No, no." Sebelah telapak tangannya yang pucat ia tunjukkan kepadaku. "Kamu itu tamu. Aku merasa bersalah jika bukan aku yang membereskan rintangan semacam ini."
"Alright, Lady. Saya akan memotong di sisi ini dan kamu sebelah sana." Tanpa harus menunggu persetujuan aku sudah mengeluarkan kapak kecil yang sama untuk memotong kayu.
Aku tidak lihat seperti apa reaksinya dan ekspresi wajah Nona Rusa saat ini tapi aku terlalu fokus untuk peduli.
Setelah selesai di bawah hitungan jam. Kami melanjutkan perjalanan melintasi lintasan besi yang panjang, mengalir sampai jauh. Nona Rusa—walau posisinya berada lebih dulu sedikit—sadar aku tengah celingukan. "Ini namanya rel kereta api. Tempat ini disebut stasiun," jelasnya tanpa menoleh.
"Fungsinya?"
"Untuk jalannya kereta api. Sebuah transportasi umum. Mengangkut orang banyak dari satu tempat ke tempat lain."
"Oh, menarik."
"Manusia yang menciptakannya," tambah Nona Rusa. Masih belum menoleh dan ada intonasi yang beda ketika kalimat ini meluncur dari bibir kelopak bunganya. Aku tidak mempertanyakan lagi. Baik dalam persoalan kereta, maupun nada bicaranya yang berbeda. Hening begitu saja.
Bicara soal manusia, di antara kami ada urban legend terkenal mengenai manusia yang kabarnya masih hidup sampai sekarang. Last one standing. Namanya Cassine Ilex Holly. Seorang perempuan. Ia sakti dan piawai dalam meracik obat-obatan, ramuan—segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan dan penyembuhan. Banyak yang bilang alasan kenapa ia masih bisa bertahan sampai sekarang adalah karena ia seorang penyihir. Apalagi aksinya yang paling terkenal adalah tragedi Pentagona Engelm. Di mana ia memusnahkan satu dinasti vampir Pentagona hanya dengan peluru dedaunan yang dilapisi oleh timah khusus yang bisa dimasukkan ke dalam senjata api. Efeknya lebih dari cukup untuk memperlambat sistem regenerasi mereka. Sampai akhirnya musnah jadi abu.
Motif dari genosida dinasti itu sendiri disebabkan oleh terbunuhnya salah satu anggota keluarga terakhir Cassine. Menjadikannya sekarang menjadi satu-satunya manusia yang hidup di muka bumi ini. Atau paling tidak di daerah sini.
Aku melihat bahwa matahari mulai terbenam di barat. Kalau tanpa jam, mungkin sekarang sekitar jam 3 atau 4 sore. Kemudian Nona Rusa mengusulkan untuk istirahat. Dekat dengan danau, bebatuan dan pohon berukuran sedang namun rindang. Susunan tempatnya mirip seperti yang ada di belakang rumahnya. "Kenapa dengan sumber air, pohon besar, dan bebatuan?" tanyaku saat Nona Rusa sudah duduk di bebatuan untuk mengisi botol minum kami.
Ia menoleh lalu tersenyum. "Kamu pernah bertahan hidup di area terbuka dalam waktu yang lama tidak? Misalnya, sebulan atau lebih." Nona Rusa bangkit dengan memeluk dua botol penuh air. Menghampiriku yang semakin dekat jarak kami, maka kepala perempuan itu semakin mendangak menatapku. Aku mengedikkan bahu, "Tidak terlalu. Paling lama berkemah hanya seminggu. Sisa hidupku dihabiskan di kastil atau kota kecil. Penginapan, dan bar kecil." Perempuan itu menyentuh ujung hidungku dengan ujung jemari yang pucat dan dingin. "Exactly," Lalu terkekeh pelan sambil berlalu, menanjak kembali ke arah kami mengikat para kuda. "Ilmu ini hanya berlaku jika kau tidak sedang menjadi buron atau dikejar musuh." Tambahnya lagi.
Aku memicing bengis, mengiringi sosoknya yang bergerak berlawanan denganku.
Kami mengeluarkan tenda dan sleeping bags dari ransel yang dibawa masing-masing. Sama seperti kuda, kami juga membawa perlengkapan satu orang satu. Membuat api unggun, lalu membagi senjata, bekal makanan, dan uang; sama rata. Ini juga membuatku jadi semakin waspada. Di rumah Nona Rusa ada satu lemari kayu di area dapur yang besar, berisi senjata. Baik api, maupun non-api; contohnya seperti busur, pisau belati, atau tombak. Di situlah aku menemukan busurku yang sudah dipoles, diperbaiki (karena kejadian pelarian waktu itu) sekaligus dengan anak panahnya. Ia mengembalikannya sekarang juga.
Tapi bagaimana dengan senjata yang lain?
Aku juga mempertanyakannya, jawaban Nona Rusa sama seperti aku bertanya soal baju laki-laki di dalam lemari pakaiannya.
Tidak jelas.
Tapi setidaknya soal senjata lebih masuk akal karena katanya untuk berburu. Seperti kelinci, rusa, untuk senjata api; dan ikan untuk tombak. Kalau busur dan panah mungkin untuk para unggas bersayap.
"Apa kamu mau membuat pelindung transparan yang ada di pekaranganmu?" Tanyaku saat sedang bersandar di atas sleeping bag, membaca buku dan bersandar pada gundukan tanah. Nona Rusa yang sedari tadi seperti mengubur sesuatu dengan jalur melingkar harus repot-repot menengok. "Enggak. Itu bukan sihir dari mantra, ada alat pemicu elektromagnetik yang aku kubur di sekitar pekarangan rumah." Tiba-tiba pandangannya mencelos, melayang jauh entah ke mana. Bengong sebentar. "Tunggu. Apa yang mengejarmu di malam itu, Kaner?" tanyanya kemudian.
"Boer,"
"Oh." Bibir Nona Rusah berubah bentuk dengan cepat menjadi huruf 'O'. "Make sense." Lalu kembali kepada kegiatannya mengubur entah-apa. "Harusnya kamu juga tidak bisa menembus pembatas itu." Jelasnya lagi. Kali ini suaranya lebih pelan. Tapi aku berhasil menangkapnya dalam indra pendengaranku.
"Apa? Kenapa?"
Perempuan itu berhenti untuk yang kedua kalinya hanya untuk menoleh. "Karena kamu juga makhluk mutasi."
Percikap api unggun meletup pelan seperti popcorn tapi lebih lembut. Hari sudah gelap. Kegiatan mengubur oleh Nona Rusa sudah selesai. Kami selesai makan malam tinggal tidur atau bersantai sedikit. "Gulung celanamu." Kata Nona Rusa sambil membawa kaleng berisi salep dari tas ransel hitamnya. Aku menarik sedikit bagian bawah celana sampai memunculkan luka bakar yang sebenarnya nyaris tidak berbekas lagi. Selain ruam merah. "Kayaknya sudah tidak perlu lagi," kataku. "Masih perlu. Nanti berbekas selamanya. Terutama di wajahmu." Katanya.
Aku mengerlingkan mata. "Who's care?"
"I care." Bersamaan dengan sensasi dingin yang menyenangkan pada betisku. Aku tadinya tidak akan menunjukkan ekspresi apa pun, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa aku merasa senang. Lalu terkekeh pelan, "Mungkin karena kamu perempuan." Kataku.
Nona Rusa malah tertawa, "It's been a while since I received a word like that."
"Kamu hidup terlalu lama."
"So are you, Kaner."
Aku tersenyum.
Kami beranjak masuk ke dalam kantung tidur masing-masing dan dalam sekejap Nona Rusa sudah terbang ke alam mimpinya. Hanya saat tidur, ia baru melepas ikatan rambutnya. Membiarkan rambut tebal, panjang, dan keritingnya itu terjuntai menyentuh tanah. Kenapa ia malah tidur di luar dan bukannya di tenda?
Ya, tenda memang cuma ada satu, sih.
Apa ini juga ia lakukan waktu aku terbaring tak sadarkan diri di ranjang satu-satunya di rumahnya? Tertidur di sofa dekat perapian beralaskan selimut tapestri yang memang menutup setengah bagian.
Sementara aku masih terduduk, dengan buku catatan—yang tak lain dan tak bukan adalah catatan tulis dan gambaran tangan milik Nona Rusa—berusaha untuk mempelajarinya karena semua yang ada di buku ini adalah semua yang kubutuhkan ketika terluka, bertahan hidup di alam bebas.
Tiba-tiba aku terganggu oleh aroma besi berkarat yang terkuar di udara. Sangat kuat hingga pangkal hidungku mengerut dan jariku otomatis bergerak untuk menutup lubang hidung. "Oh, no..." aku mengerang pelan seraya bangkit dari duduk. Takut Nona Rusa terluka dan berdarah hebat, langkahku tertuju pada kantung tidurnya. Posisinya ia membelakangiku dan aku mencoba menggulingkannya sampai ia berubah posisi menjadi telentang. Berusaha mengidentifikasi luka yang mungkin tidak ia sadari.
Apakah tangannya tergores akibat kapak?
Jarinya putus?
Saat aku mengendus dari mana sumbernya, penciumanku mengantar ke area tubuh di bawah perut. "Huh...?" aku bergumam kepada diriku sendiri. Mustahil. Buru-buru aku menyibak lembut rambutnya sampai menunjukkan telinga. Hanya untuk memastikan bahwa dugaanku salah. Telinga yang selama aku mengenalnya tidak pernah terlihat; selalu tertutup oleh rambut; atau mungkin jubahnya.
Telinga kemerahan dengan ujung membundar.
Telinga manusia.
0 notes
Text
Sanrifa Akmalia - 2021110013
Warga Tolak Penutupan Lintasan Liar Di Citayam
Warga yang sedang menunggu kereta di belakang palang perlintasan kereta di Citayam, Depok. (Sanrifa Akmalia).
DEPOK, IISIP News – Warga protes penutupan perlintasan sebidang Kereta Api (KA) liar di Citayam, Depok, Jawa Barat. Setelah kecelakaan angkot ditabrak oleh kereta dilintasan ini. Tabrakan kereta api dan angkot terjadi pada Jumat, (16/6/23).
Sebelum menabrak, angkot sempat mogok atau kandas di atas rel. PT Kereta Api Indonesia (KAI) kemudian menutup penyeberangan liar di wilayah kerja Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta, tepatnya di KM 35+4/5 lintas Depok-Citayam.
Meski KAI telah menutup jalur, banyak pengendara yang masih nekat melewati jalur tersebut. Pantauan di Jalan Rawa Indah, Cipayung, Depok, Minggu (18/6/2023), pintu perlintasan kereta dipasang 2 buah tiang di tengahnya. Tiang tersebut dipasang tepat di palang kereta arah BogorJakarta, juga sebaliknya.
Perlintasan tidak lagi dapat dilalui kendaraan roda empat. Namun, sepeda motor dan pejalan kaki masih tetap bisa melewati perlintasan ini. Petugas palang kereta pun masih berjaga disekitar lokasi.
Banyak warga yang menolak penutupan perlintasan tersebut. Salah satunya, Ibrahim (42), mengatakan bahwa perlintasan tersebut masih ramai dilintasi pengendara.
“Saya kurang setuju, karena disini penduduknya padat, jadi perlintasannya masih ramai dilewati pengendara. Sebenarnya ada perlintasan legal di Pondok Terong, tapi itu jauh trus harus muter,” ujar Ibrahim, Kamis (22/6/23).
Ibrahim berharap agar penjaga palang kereta bisa ditambah agar kejadian ini tidak terjadi lagi. Serta warga bisa mematuhi peraturan yang ada dan jangan nekat melintasi kereta api tanpa ada penjaga.
Jenis : News
Penulisan : Piramida Terbalik
0 notes
Text
Terekam Kamera! Detik-detik Seorang Pria Lakukan Aksi Bunuh Diri Di Lintasan Rel Kereta Api https://indonesia.jakartadaily.id/nasional/6939456119/terekam-kamera-detik-detik-seorang-pria-lakukan-aksi-bunuh-diri-di-lintasan-rel-kereta-api?utm_source=dlvr.it&utm_medium=tumblr
0 notes
Text
Menhub RI Launching Kereta Api Segmen Barru - Pangkep Maros
Menhub RI Launching Kereta Api Segmen Barru – Pangkep Maros
BERITA.NEWS,Makassar- Menhub RI Budi Karya Sumadi meresmikan pengoperasian Kereta Api Segmen Barru – Pangkep dan Maros. Kereta Api di 3 Kabupate ini memiliki panjang lintasan yang beroperasi 80 kilometer (km). Melintasi 9 Staisun singgah. Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman berharap dengan beroperasinya Kereta Api oleh Menhub RI akan mendorong perekonomian masyarakat. Andi Sudirman mengatakan,…
View On WordPress
0 notes
Text
TURISIAN.com – Sebuah film dokumenter yang menggambarkan cerita di balik layar perjalanan kereta api diluncurkan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Peluncuran film yang juga mengisahkan apa yang terjadi pada pelayanan kereta api, dalam rangka HUT ke-77 KAI. Sekaligus, untuk menyemarakan event internasional KTT G20. Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dalam keterangannya di Jakarta, Jumat 11 November 2022, mengatakan, mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum untuk bermobilitas. “KAI ingin mengedukasi masyarakat terutama generasi milenial dengan cara kekinian, salah satunya melalui sebuah karya seni berupa film ini,” ujarnya. BACA JUGA: Nih Aturan Berfoto di Stasiun Kereta Api yang Harus Kamu Taati! Menurutnya, film tersebut menjadi bentuk sumber informasi yang pas untuk memperkenalkan perusahaan ke public. Karena bisa membangun sebuah koneksi emosional dengan penonton. Didiek mengatakan, film dokumenter KAI berjudul “Bergerak dengan Bahagia, Bergerak untuk Indonesia” bergenre Traveler Report. Target Penonton Dengan target penonton komunitas pencinta kereta api, komunitas film, dan pemangku kepentingan KAI. Film berdurasi 51 menit ini bercerita tentang evaluasi dan inovasi KAI untuk semakin meningkatkan pelayanannya dari tahun ke tahun. BACA JUGA: Ini Aturan Barang Bawaan Saat Naik Kereta Api! Ditambahkan dia, dari upaya mewujudkan komitmennya tersebut, KAI akhirnya berhasil menciptakan layanan transportasi seperti yang ada sekarang ini. Hal ini tentu tidak lepas dari peran seluruh elemen di dalam KAI yang telah bekerja sama mewujudkan kereta api yang aman dan nyaman bagi seluruh pelanggan. Bukti nyata dari peningkatan layanan tersebut akan diceritakan melalui film dari sudut pandang empat pelanggan setia kereta api yaitu Deni, Sumiyati, Dinda, dan Alvin. Lokasi pengambilan gambar untuk produksi film ini dilakukan di sejumlah daerah yang melayani kereta api baik di Jawa dan Sumatera. Yakni Jakarta, Bandung, Cibatu, Leuwigoong, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Klaten, Tanjung Karang, dan Kotabumi. BACA JUGA: Kereta Cepat Jakarta-Bandung 2023 Sudah Bisa Meluncur, Ini Progresnya Adapun waktu yang dibutuhkan untuk produksi film ini yaitu 1 bulan. Dalam pembuatan film ini, KAI melibatkan seluruh level pekerja mulai dari Direktur Utama, Kepala Stasiun, Masinis, Kondektur, hingga petugas Penjaga Jalan Lintasan. “Kolaborasi KAI, KAI Commuter, dan IDN Pictures dalam memproduksi film untuk pertama kalinya ini diharapkan dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap kereta api, sehingga lebih banyak masyarakat yang menggunakan kereta api sebagai moda transportasi favoritnya.” katanya. Strangers With Memories Sementara itu, Direktur Utama KAI Commuter Roppiq Lutzfi Azhar menyampaikan bahwa film ini dapat mengedukasi seluruh lapisan masyarakat. Terutama, agar dapat menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas dan bermobilisasi. BACA JUGA: Calon Penumpang Kereta Api Kini Cukup Pindai Wajah, Gak Repot Lagi Lho Film omnibus dengan judul Strangers With Memories ini bergenre drama fiksi yang terdiri atas empat cerita, 11 Percent, 48 Doors !, 24 Minutes, dan 4 Hours Of Life. Film omnibus yang mengangkat cerita tentang keseharian yang terjadi di dalam commuterline. Dan stasiun ini akan memberikan sudut pandang terhadap pelayanan, transformasi teknologi dan digitalisasi. Serta perubahan budaya dalam ber-commuter. “Diharapkan juga seluruh stakeholder yang menonton pemutaran film dokumenter dan film Omnibus ini dapat menjadi influencer kepada seluruh masyarakat sehingga tercipta ekosistem transportasi publik yang lebih baik,” ujar Roppiq. *** Sumber: Antaranews
0 notes
Text
Pembangunan Underpass Jalan Dewi Sartika Depok, Hasil Kolaborasi Pemprov Jabar dan Pemkot Depok
Pembangunan Underpass Jalan Dewi Sartika Depok, Hasil Kolaborasi Pemprov Jabar dan Pemkot Depok
KAPOL.ID – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengecek beberapa bagian pembangunan underpass Jalan Dewi Sartika Kota Depok, Senin (8/8/2022). Direncanakan, pembangunan underpass.tersebut akan rampung pada akhir 2022. RK mengatakan, di pekerjaan underpass Jalan Dewi Sartika dulunya tiap menit harus berhenti (karena) ada lintasan kereta api sebidang yang bikin macet berkepanjangan. “Insyaallah akhir…
View On WordPress
0 notes
Text
Satu Hari
Dalam satu tahun, akan ada satu hari.
Ada satu hari dimana aku merasa tidak baik-baik saja. Mungkin kecewa. Mungkin patah hati. Mungkin marah.
Ada satu hari dimana aku ingin menyerah pada hidup. Mengendarai motor melewati jalanan padat kendaraan besar (yang sehari-harinya aku bahkan tak berani melewati jalan itu), lalu berharap salah satu truk atau bus besar itu menabrakku.
Ada satu hari dimana aku ingin kereta api yang melintas di lintasan tanpa palang itu menuju padaku.
Ada satu hari dimana aku merasa lelah. Lalu ingin menyudahi semua perjalanan ini. Mencari cara mudah untuk mati. Tentu yang membuatku tidak perlu merasa kesakitan.
Ada satu hari dimana aku sangat mengantuk, ingin tidur. Tapi ku harap tidak bangun lagi.
Ada satu hari dimana aku lelah menangis. Entah berapa kilometer yang sudah ku lalui sepulang bekerja, yang pasti sepanjang jalan itulah aku menangis.
Ada satu hari dimana hatiku sangat sakit. Saking sakitnya aku sudah tidak sanggup lagi untuk menangis. Ku telan mentah-mentah rasa sakitnya.
Ada satu hari dimana aku ingin orang lain merasa kehilangan, merasa menyesal karena sudah mengabaikanku.
Hari itu adalah hari ini.
0207222
0 notes
Text
Kerusakan 8 Motor Ditanggung Perusahaan: Insiden Laka Lantas Truk Gandeng di Perlintasan KA Raden Wijaya Banyuwangi
Radarbanyuwangi.id – Sopir truk gandeng yang mengalami kecelakaan di dekat lintasan kereta api Jalan Raden Wijaya pada Jumat (21/6) lalu tidak sampai ditahan. Sang sopir, Eddy Kurniawan, hanya diminta wajib lapor ke Satlantas Polresta Banyuwangi. Pria berusia 67 tahun tersebut dibebaskan usai perusahaan pupuk yang diangkutnya bertanggung jawab. Pihak perusahaan telah menyepakati untuk mengganti…
View On WordPress
0 notes
Text
Kura-Kura yang Tertidur Di Atas Etalase. / A Sleeping Tortoise On the Etalase.
Pada Juli 2017, aku pernah bermimpi menjadi makhluk hidup yang berkeliaran di sekitar pertigaan kota. Jalanan rumahnya membentang diikuti oleh rel lintasan kereta api. Aku tidak tahu apakah aku seekor kucing atau masih sebagai manusia. Aku melihat bis sekolah berwarna kuning berhenti untuk menjemput anak-anak kecil pergi ke sekolah. Di depan toko si penjual kura-kura dan makanan ikan, aku melihat gerai es krim yang begitu teduh di bawah pohon keres. Gerainya berwarna ungu kebiru-biruan dengan tulisan Kanji atau sejenis Katakana dispanduknya. Tidak ada yang berdiri melayani pembeli atau menjaga gerai es krim itu. Lalu aku berjalan di atas lintasan kereta api yang kosong menuju toko si penjual kura-kura dan makanan ikan di dekat pertigaan.
Tidak ada kura-kura yang terbangun dari tidurnya. Semua kura-kura sedang tertidur lelap.
Aku mendekati toko itu karena aroma makanan keringnya mirip dengan makanan kering seleraku. Ah, apakah aku benar-benar menjadi seekor kucing di mimpiku?
Kemudian satu kereta dari Barat menuju Timur melintas di hadapanku. Aku mengerti mengapa tidak ada si penjaga gerai es krim atau si pemilik etalase toko kura-kura disana; seluruh kota itu sedang tidur warganya. Tak lama kemudian, satu kura-kura berusia 2 tahun terbangun dari tidurnya dan berbicara kepadaku; "ikut lah tidur di atas etalase kami, nanti kau boleh bangun ketika kereta dari Timur menuju Barat datang kembali kesini."
Di kota itu, tidak ada yang sia-sia, termasuk makanan kering yang ku nanti-nanti. Tak lama si pemilik toko kura-kura datang dari ruangan bertirai bambu untuk mengambil satu kura-kura yang masih tertidur di atas etalase. Ia masuk kembali dan kota kembali terasa sunyi seperti sebelumnya.
Aku terbangun pukul empat dini hari sebagai manusia dengan kaki tangan yang masih utuh. Mengingat-ingat mimpiku yang lugu dan memproses segala jalan ceritanya. Aku meraih buku gambarku dan berusaha sebisa mungkin untuk menggambar apa yang ku ingat malam itu di mimpiku.
0 notes