Tumgik
#Les Privat TK di Kelas Bekasi
winnerprestasi-blog · 5 years
Link
Mengapa Pilih Winner Prestasi
WINPI Menerapkan dengan Metode yang Menyenangkan untuk anak-anak.
Terangkum sesuai Kurikulum Pelajaran Siswa/i
Jadwal dapat di tentukan sesuai kebutuhan anda (FLEKSIBEL)
WINPI Sangat Rekomendasi untuk Prioritas Prestasi Anak agar Fokus dan Menyesuaikan Konsep Pelajaran Anak
Perancangan Pemahaman WINPI menerapkan Evaluasi yang menyenangkan Bagi Anak
Tutor kami dari Lulusan Ternama dan Berpengalaman untuk membingmbing anak, dengan Train-of The Trainer kami memberikan Ahli untuk mendidik anak dalam metode menyenangkan dan TERFOKUS
0 notes
Terbagus! Wa 0812-8631-9310Homeschooling Untuk Anak TK
Homeschooling Kindergarten Di Bekasi,  Homeschooling Terbaik Di Bekasi,  Homeschooling Terdekat Di Bekasi,  Homeschooling keluarga Muslim Di Bekasi,  Homeschooling Kejar Paket Di Bekasi,  Homeschooling Kelas 9 Di Bekasi,  Homeschooling Kelas 10 Di Bekasi,  Homeschooling Daerah Di Bekasi,  Homeschooling Guru Kerumah Di Bekasi,  Homeschooling Ijazah Formal Di Bekasi,  
Kenapa Harus homeschooling?
Tumblr media
Ada sebagian alasan kenapa pemerintah perlu mendukung Pelatihan homeschooling yang mulai berkembang di Indonesia.
1. ‘Melepas’ siswa dari keluarga yang mempunyai status ekonomi menengah ke atas biar tidak tergantung pada pemerintah
Menurut Lampiran Permendikbud Nomer 161 tahun 2014, Program BOS yang di luncurkan oleh pemerintah pada tahun 2005 ini bertujuan untuk:
·         Membebaskan pungutan untuk semua peserta didik SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SD-SMP Satap/SMPT negeri terhadap biaya operasi sekolah.
·         Membebaskan pungutan semua peserta didik miskin dari semua pungutan dalam bentuk apa pun, baik di sekolah swasta ataupun negeri.
·         Meringankan beban biaya operasi sekolah untuk peserta didik di sekolah swasta.
Pada saat ini, dana BOS yang di peruntukkan oleh siswa miskin, faktanya banyak di nikmati oleh kalangan menengah ke atas yang secara sisi finansial bisa buat membiayai sekolah nya sendiri tanpa mengandalkan bantuan BOS dari pemerintah. Begitu banyak kita temukan bahwa sekolah-sekolah negeri di Indonesia banyak di isi oleh para murid yang ‘mentereng’ yang biasa menenteng laptop dan gadget canggih yang harga nya tentunya saja mahal ke sekolah. Gaya hidup banyak siswa di sekolah negeri yang cenderung elegan, membuat para siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu minder. Sampai banyak para orang-tua yang lebih memilih buat menyekolahkan anak nya ke sekolah swasta yang berbiaya murah (low cost private school).
Suka berkompetensi antara satu sama lain merupakan sifat yang dipunyai oleh sebagian besar manusia di muka bumi ini. Secara manusiawi, satu orang mau menjadi lebih baik dibandingkan orang-orang disekelilingnya. Maka bila para orang-tua lebih menentukan buat melakukan homeschooling buat anak-anaknya, jumlah siswa dari kalangan menengah ke atas akan berkurang. Jadi, keluarga yang tidak mampu akan bisa ‘kembali’ ke sekolah negeri yang fasilitasnya terbukti lebih baik dibandingkan sekolah swasta murah.
Pihak swasta yang ‘di tinggalkan’ oleh murid-muridnya, mau tidak mau akan melecut sekolah buat mempunyai fasilitas yang paling tidak sebanding dengan sekolah negeri. Maka dana BOS yang selama ini pemerintah luncurkan bisa tepat sasaran.
Menurut data.go.id, jumlah guru di Indonesia pada tahun 2012 menggapai 2.464.425 orang. Itu belum termasuk guru honorer yang perekrutannya diserahkan sepenuhnya pada tingkat satuan pendidikan masing-masing. Bila kalangan menengah ke atas mulai ‘meninggalkan’ sekolah, para guru pun akan berkurang. Para honorer yang mungkin kehilangan pekerjaannya akibat homeschooling, dapat menjadi tutor yang mengajar anak-anak homeschooling. Dengan begitu, guru akan senantiasa di tuntut buat menjalankan inovasi supaya dia bisa bersaing di lapangan.
2. Anak-anak yang homeschooling terbukti mempunyai kemampuan akademik yang lebih tinggi ketimbang anak yang menghabiskan waktu di sekolah
Sekolah itu menyenangkan buat anak apabila guru tidak berada di kelas atau hari libur sebentar lagi tiba. Sisanya, anak lebih banyak mengeluh disebabkan banyak PR, ulangan / tugas. Ditambah dengan les tambahan atau ekstrakurikuler yang mesti mereka ikuti sesudah jam sekolah selesai. Situasi ini tidak jauh berbeda dengan yang di alami oleh para siswa di Korea Selatan, Jepang maupun Singapura. Memang sistem ‘belajar rodi’ yang di terapkan oleh ke tiga negara itu terbukti dapat mengantarkan mereka ke posisi tertinggi dalam peraihan nilai PISA. Tapi, depresi atau kasus bunuh diri sering terjadi karena siswa mengalami beban belajar yang sangatlah tinggi.
Apabila mau meraih nilai akademik yang tinggi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan, homeschooling dapat menjadi tempat di mana anak mendapat pengetahuan secara kondusif. Kurikulum dan model belajar yang ada dapat di modifikasi di sesuaikan dengan potensi dan minat anak buat setiap anak.
3. Dengan homeschooling, anak-anak di latih untuk mengembangkan kapasitas anak
Brian D. Ray (2015) dalam hasil penelitiannya di Amerika Serikat yang berjudul ‘Research Facts on Homeschooling’ menyebutkan bahwa:
– Anak yang belajar di rumah umumnya mendapatkan nilai 15 sampai 30% lebih tinggi dibandingkan anak yang belajar di sekolah negeri dalam ujian.
– Nilai siswa homeschooling di atas rata-rata tes tanpa memandang level pendidikan dan pendapatan keluarga.
– Peraturan berkenaan homeschooling dan tingkat pengawasan negara tidak berhubungan dengan pencapaian akademik siswa.
– Tidak ada kaitan antara kemampuan akademik anak dengan orang-tua punya kualifikasi buat mengajar atau tidak.
– Makin banyak siswa homeschooling yang di terima oleh perguruan tinggi.
– Anak yang belajar di rumah umumnya meraih nilai di atas rata-rata dalam test SAT dan ACT sebagai persyaratan untuk masuk perguruan tinggi.
Apabila selama ini sekolah cuma melahirkan generasi robot, homeschooling bisa mencetak anak yang mempunyai kreatifitas dan kemampuan berpikir kritis tinggi. Pendidikan seyogyanya lingkungan yang mendukung manusia menjadi manusia. Contohnya, ketika anak mau di ajarkan berkaitan hewan. Apabila disekolah formal, anak mungkin cuma di beri gambar bagian badan seekor hewan dikala guru mau mengajari terkait anatomi hewan.
Gambar itu selanjutnya diterangkan secara detail dari mulai nama bagian badan, nama latinnya sampai fungsi dari masing-masing anggota badan itu. Pada saat ulangan/ujian, anak di tuntut untuk hafal setiap nama bagian anggota badan hewan lengkap dengan nama latinnya dan manfaatnya. Dalam homeschooling, anak dapat di perlihatkan langsung hewan yang di kehendaki. Orang tua bisa ajak anaknya ke peternakan, museum hewan / kebun binatang contohnya buat mengenalkan berkaitan anatomi hewan. Belajar akan lebih menyenangkan dan anak akan lebih mau mencaritahu lebih banyak tanpa adanya tekanan.
4. Mengurangi ‘juvenile delinquency’
Narkoba, tawuran, sex bebas atau kekerasan pada guru sering mewarnai halaman-halaman media berita di Indonesia. Kejadian ini membuktikan pendidikan di Indonesia tidak berhasil melahirkan pribadi yang punya ‘akhlakul karimah’. Pengawasan yang kendor menjadi salah satu dikarnakan kenapa kenakalan remaja semakin hari semakin meningkat. Bahkan juga banyak kasus yang terjadi di lingkungan sekolah waktu jam belajar masih berlangsung. Guru di sibukkan untuk mengejar sertifikasi atau mengerjakan administrasi yang pada hakikatnya tidak menyumbang apa pun pada perbaikan siswa.
5. Mengembalikan fungsi ibu sebagai madrasah pertama dan utama
Allah SWT berfirman dalam Q.S. an-Nisa ayat 9 yang artinya:
“Dan hendaklah mereka takut kepada Allah seandainya mereka meninggalkan sepeninggal mereka anak keturunan yang lemah. Hendaklah mereka khawatir terhadap mereka.”
Homeschooling dapat mengoptimalkan peran ibu menjadi madrasah pertama dan utama. Ibu yang pintar berpotensi buat melahirkan anak yang pintar pula. Jadi buat menyiapkan generasi yang unggul, seorang ibu pun mesti mempunyai bekal ilmu yang cukup. Banyak yang berasumsi bahwa apabila sebuah keluarga menentukan buat homeschooling anak-anaknya, maka guru anak nya yaitu ibunya.
Akan tetapi, itu sesungguhnya tidak seutuhnya benar. Lantaran sejatinya, ibu berperan jadi kepala sekolah yang memastikan anak didiknya menjalani kurikulum individu dengan cara optimal dalam lingkungan belajar yang kondusif. Generasi qurrata a’yun bisa digapai apabila ibu dapat menjalankan pengawasan secara penuh pada pendidikan anak-anaknya.
Homeschooling bisa menjadi jawaban dari kebuntuan dari kebingungan pemerintah dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Alih-alih menjalankan bongkar pasang kurikulum atau kebijakan ujian nasional, homeschooling bisa hadir sebagai alternatif dalam mengoptimalkan penggunaaan budget pendidikan di negeri kita tercinta ini.
0 notes
retorikatenggelam · 5 years
Text
If I Die, I Want This Will Be The Best Stories That People Ever Heard From Me. *Part 1*
Cerita ini bakal sedikit rumit dan akan banyak hal sensitif juga di dalamnya. Cerita yang selama ini ditutup rapat. Jadi semoga bisa bijak menyikapinya. Barangkali bisa menjadi cerita yang inspiratif, atau mungkin bisa jd cerita yg menyelamatkan nyawa orang bagi yang sama persis mengalaminya. Oke kita mulai.
Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, keduanya laki2 bersama kakakku. Tapi ibuku bilang dulu harusnya sblm aku ada kakakku lagi yang kedua. Sewaktu kakakku umur 1 tahun. Tapi waktu itu ibuku bilang bahwa beliau keguguran. Lalu lahirlah aku 3 tahun kemudian tanggal 4 mei 1993. Hari rabu di sebuah rumah sakit di jakarta. Aku lahir normal, badanku cukup berbobot dulu hingga 4kg. Tapi mitosnya kalau bayinya gemuk pasti besarnya kurus. Dan benar saja aku krempeng seperti model2 iklan penambah berat badan hehe
Tak terlalu banyak yang bisa aku ingat sewaktu aku kecil, orang rumah bilang aku waktu kecil itu sangat aktif dan tidak bisa diam. Main kesana kemari, sampai naik sepeda aku pun jatuh yang akhirnya dlu gigiku bolong di depan hehe
Ayah ibuku dulu bekerja, sedari kecil bahkan dari aku lahir aku jarang menghabiskan waktu bersama mereka. Mereka sibuk kerja. Berangkat pagi sebelumku bangun. Datang pulang ketika ku sudah tidur terlelap. Sedari kecil yang merawatku adalah mba ati. Ia orang yang sangat baik dan sudah lama mengabdi dikeluargaku. Besar sekali jasanya dan pengorbanannya. Seperti ibuku sendiri. Ayahku bekerja di telkom sebagai seorang finance. Ayahku dari desa di kuningan, ia orang yang sangat pekerja keras, baik dan sayang pd keluarga. Ibuku bekerja di trisakti bagian admin di rektokat, ibuku anak orang mampu dulu di jakarta. Kakekku dari ibu adalah seorang pengrajin kayu mebel yang sukses. Sehingga bisa hidup berkecukupan. Aku kecil tinggal di tanggerang, ayah ibuku kerja di ibukota yang cukup jauh dri tmpt kami tinggal. Akhirnya kami sekeluarga memutuskan pindah ke bekasi agar lebih mudah aksesnya.
Tinggal di bekasi membawa banyak cerita panjang untukku, mulai dari senang sedih susah pilu sakit dan lainnya. Satu hal yang paling aku syukuri hingga saat ini, aku selalu di pertemukan dengan orang2 yang sangat baik. Entah kalau tidak ada mereka bagaimana ku menjalani semua. Aku kecil ketika masih SD orang yg pendiam, tp ku punya banyak teman, kita bermain bersama, mengerjakan tugas, dan menghabiskan waktu bersama. Rumah kita semua berdekatan karena satu komplek. Aku pergi dan pulang selalu diantar mba ati dari TK, di salah satu sekolah dasar islam di komplek rumahku. Ayah dan ibuku pergi kerja pagi buta, bahkan tidak sempat untuk menyapaku. Tapi aku cukup senang karena di sekolah aku punya banyak teman. Mulai dari bermain hintga mengenal cinta monyet dulu. Cintanya anak kecil haha. Meski ketika kelas 1 aku mogok tidak ingin sekolah karena senang dirumah dulu hehe namanya juga anak kecil. Tidak ada yang aneh dulu di kehidupanku ketika kecil, ya mungkin karena masih terlalu muda, mana mengerti soal dunia. Tapi aku ingat, waktu SD, aku pernah berfikiran bahwa aku ingin menjadi seorang presiden. Dunia perlu perdamaian dan keadilan yang mutlak bagi semua orang. Dan semua org harus tercukupi kehkdupannya dan bahagia. Kritis skali ya pemikirannya, entah darimana aku punya pikiran seperti itu, orang tuaku saja jarang berbicara padaku. Bahkan dulu mengerjakan PR pun dari sekolah aku sendiri, tidak ara yg membimbing krna mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku tumbuh dan berkembang dengan pemikiranku sendiri. Bahkan dulu saking kreatifnya pernah mengerjakan PR dan mengubah rumus lingkaran menjadi 22/6 bukan 22/7. Karena jari2 linhkarannua bisa habis dibagi 6. Jadi kuubah. Polos sekali ya. Sampai aku di marahi guruku dulu hehee. Semua berjalan seperti anak pada biasanya, hinggaku masuk SMP.
Disini SMP ini ku menemukan banyak teman2 baik lainnya yang menjadi sahabat2 dekatku hingga kini. Mereka orang yang super duper baik. Tak terlalu banyak beda nya dengan ceritaku SD. Namun disini jauh lebih menyenangkan, aku sangat merasakan rasa kebersamaan disini yang tak kurasakan sebelumnya dirumah. Aku dan kakakku beda 4 tahun, dan kami tidak begitu dekat. Tetapi aku sangat senang menemukan teman yang seperti keluarga disini. Dari mereka aku tahu dan mengenal bahwa dunia itu sebenarnya sangat luas dan besar dibanding kita yang kecil. Tapi disini aku mulai sedikit bandel, kadang suka bolos. Bolos bukan karena males, tapi karena dulu aku takut pelajaran bahasa inggris. Aku sangat tidak bisa pelajaran itu hehe lucu ya. Sampai akhirnya aku di les privat sama ortuku, dan akhirnya aku bisa. Yea. Pelajaran yang paling ku senangi dulu matematika, aku senang berhitung dan berfikir secara logika dulu. Bahkan dulu guru matematikaku sampai bilang bahwa aku ini cerdas. Padahal nilai raportku dulu biasa2 saja. Kalaj jauh di banding teman2ku yg lain. Sampai akhirnya aku kelas 3 dan mengikuti UN. Tak ada yang menyangka sebelumnya aku mendapat nilai nem UN tertintgi keempat di sekolah. Hebat ya, bahkan sampai guruku selalu menjadikan aku role model untuk adik2 kelas supaya belajar lebih giat. Aku tahu itu dari adik kelasku, padahal mungkin sebenarnya aku hanya beruntung saja, karena dulu aku tidak pernah belajar lagi dirumah hehe
Sampai akhirnya aku masuk SMA, karena nilaiku cukup tinggi aku di masukkan ke salah satu sekolah negeri yang sangat bergengsi di jakarta. Salah satu sekolah unggulan yang selalu meluluskan lulusan terbaik dan berisikan oleh orang2 sangat pintar dan cerdas. Sebenarnya aku cukup keteteran menyaingi mereka, mereka orangnya rajin, bahkan ada orang yang sangat cerdas. Diajari sekali langsung bisa, hebat sekali mereka2 ini. Disini pun ku menemukan orang2 yang baik, tapi di satu sisi akupun juga menemukan orang2 yang tidak baik. Sekolahku punya satu tongkrongan diluar sekolah, agak cukup jauh dari sekolah. Diisi oleh smua angkatan dari kelas 1 sampe kelas 3. Mereka semua merokok dan bahkan sampai bersentuhan dengan alkohol. Aku pernah mengantar salah satu temanku yang suka nongkrong disana dan aku pernah diajak untuk ikut. Tapi aku menolak, karena naluri ku. Benar2 tak menginginkan diriku berada disana. Namun di satu sisi ada satu aturan yang mewajibkan siswa untuk mengikuti salah satu ekskul. Aku bingung kala itu untuk memilih apa, ada salah satu temanku lainnya mengajakku untuk ikut rohis. Karena kegiatannya tidak banyak dan tidak begitu cape. Pun sebagai syarat memenuhi aturan saha pikirku hehe. Tapi disini ternyata ku menemukan orang2 hebat dengan pemikiran yang sangat kritis, dewasa, dan jauh untuk kedepan. Dari sini juga aku mengenal agama, mengenal syariat, dakwah dan lainnya. Sesuatu hal yang belum pernah ku dapat sebelumnya, dulu ku pikir agama itu hanya perkara sembahyang dan mengaji. Orang tua ku pun hanya mengajarjan itu. Tapi tidak, ada banyak hal dan sangat luas. Sampa jadinya kini aku sangat bersyukur bisa bertemu dan mengenal mereka, hidupku selalu di temani oleh orang2 baik. Dan akupun memegang prinsip, apapun yang aku lakukan aku pernah tidak ingin merugikan orang lain.
Namun di masa SMA ini awal semua permasalahan dimulai. Disini aku bisa melihat dunia yang sebenarnya. Sebuah cerita yang gelap, dan awal cerita dan inti permasalahan yang ingin ku bagikan. Meski di temani oleh orang2 baik dan menyenangkan disini ku mulai menyadari ada satu hal yang janggal. Aku merasa kosong, aneh dan aku pun tidak tahu awalnya apa yang menyebabkan seperti ini. Tapi aku menyadarinya, kedua orang tuaku bekerja dan tidak pernah ada waktu untukku, orang tuaku hanya datang ke sekolah untuk mengambil rapot dan bayaran sekolah. Bahkan mengajakku untuk pergi liburan tidak pernah. Aku merasa sepi dan tidak di perhatikan, kakakku sibuk sendiri karena dia sudah masuk masa kuliah. Sampai aku pernah berfikir untuk punya pacar, mungkin rasa nya enak jika ada seseorang yang memerhatikan kita. Tapi setelah menjalaninya pikiranku selama ini ternyata salah, semua itu hanya bahagia di awal saja. Aku pun sangat senang bisa mencurahkan rasa kasih sayang pada org yg ku sayang. Tapi semuanya berakhir, ternyata aku bukan satu2nya yang dia punya. Dia selingkuh. Hatiku hancur dan itu adalah momen galau pertamaku saat berurusan dengan cinta haha alay sekali dulu.
Namun di lain hal aku menyadari satu hal lain yang janggal dan salah, semakin dewasa pemikiranku terbuka akan dunia. Aku mulai mengerti apa yang sedang terjadi yang tadinya ku pikir baik2 saja. Ya, itu semua tentang keluargaku. Saat dirumah aku melihat ayah dan ibuku bertengkar, aku tidak tahu awalnya masalah apa. Tapi ini sepertinya bukan hal yang sepele. Karena semakin hari semakin sering. Bahkan kadang ibuku suka meminjam uang dariku, bahkan kadang tidak meminta izin dari aku. Langsung mengambil dari dompetku. Meski sesudahnya uangnya di kembalikan, namun caranya sangat tidak pantas dilakukan orang tua. Namun aku memakluminya, mungkin sangat butuh pikirku. Akan tetapi aku lambat laun mulai memahami apa yang sedang terjadi dari mba ati. Orang yany mengabdi pada keluarga kami dan selalu tahu menahu apa yang terjadi dirumah. Dia menceritakan semua apa yang tidak ku ketahui sebelumnya. Apa yang ku pikir baik2 saja ternyata sangat kacau.
0 notes