Tumgik
#KuePenghubungKenangan
kurasasaja · 3 days
Text
Silva4d novel - Kue Kering untuk Alma"
Tumblr media
Di sebuah kota kecil yang selalu riuh menjelang musim liburan, hiduplah seorang gadis bernama Alma. Ia baru saja pindah bersama ibunya setelah ayahnya meninggal dunia setahun lalu. Mereka membuka sebuah toko roti kecil di sudut jalan yang ramai, mencoba mencari penghiburan di tengah adonan tepung, gula, dan mentega. Toko itu bernama "Kue Kenangan," dan di sanalah Alma mulai menemukan kembali jati dirinya.
Alma tidak terlalu suka membuat roti seperti ibunya, tapi ada satu hal yang selalu membuatnya tersenyum—kue kering. Sejak kecil, Alma selalu menyukai proses membuat kue kering bersama ayahnya. Setiap butiran gula, setiap adonan yang dipotong dengan cetakan, mengingatkannya pada canda tawa yang dulu memenuhi rumah mereka. Ayahnya selalu mengatakan, "Kue kering ini lebih dari sekadar makanan, Alma. Ini cara kita menyimpan kenangan."
Saat musim liburan tiba, ibu Alma mendapat banyak pesanan roti, namun yang mengejutkan adalah banyaknya orang yang datang ke toko menanyakan kue kering. “Toko ini dulu terkenal dengan kue kering ayahmu,” ujar seorang pelanggan lama. Alma tertegun. Ia merasa bimbang—bisakah ia membuat kue kering yang sama dengan yang dulu sering dibuatnya bersama ayahnya?
Suatu malam, setelah toko tutup, Alma duduk di meja dapur dengan buku resep tua ayahnya. Di halaman-halaman itu, ada berbagai resep kue kering kesukaan ayahnya—kue jahe, cokelat chip, dan kastengel yang renyah. Alma menatap halaman yang penuh noda minyak dan tepung itu, hatinya berdebar kencang. Ia mulai bekerja, menakar tepung, mencampur mentega, dan menaburkan gula, berharap bisa membuat rasa yang sama seperti dulu. Setiap kali ia mengaduk adonan, kenangan tentang ayahnya muncul kembali.
Hari pertama Alma menjual kue keringnya, banyak pelanggan yang mencoba. Ada yang memuji, ada yang terdiam sejenak sambil tersenyum setelah gigitan pertama. Salah satu pelanggan tua berkata, “Ini seperti kue kering yang dulu pernah saya beli dari ayahmu. Kamu berhasil, Nak.”
Mendengar itu, Alma merasa air mata hampir jatuh, tapi ia menahannya. Ia tersenyum, merasa bahwa ia akhirnya berhasil menyentuh sesuatu yang hilang—kenangan yang selama ini ia jaga dengan rasa takut. Kini, melalui kue kering, Alma telah menemukan cara untuk tetap terhubung dengan ayahnya.
Setiap musim liburan, toko kecil mereka penuh dengan tawa dan kehangatan. Kue kering Alma bukan hanya sekadar makanan, tapi sebuah simbol kenangan yang terus hidup, tentang cinta dan keluarga yang tak akan pernah benar-benar pergi. Setiap gigitan adalah perjalanan waktu, menghidupkan kembali momen-momen berharga yang Alma dan ayahnya simpan dalam butiran gula dan adonan.
Di meja toko roti itu, Alma menulis sebuah kalimat kecil di papan: “Kenangan manis yang tak lekang oleh waktu.”
TAMAT
0 notes