#Kasunanan Surakarta
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Gelar Tradisi Sadranan Di makam Sinuhun Amangkurat Agung di Pesarean Adiwerna Tegal.
Slawiraya ( Slawi ) Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kembali menggelar tradisi Sadranan di makam Sinuhun Amangkurat Agung di Pesarean Adiwerna Tegal. Disampaikan oleh KRT. Rosa Mulya Aji kepada jurnalis ini melalui aplikasi WhatsApp pada Selasa 14 Maret 2023. Baca juga :https://slawiraya.beritalidik.com/dewan-kebudayaan-daerah-kabupaten-tegal-siapkan-malam-ilir-ilir/ ” Acara nyadran…
View On WordPress
0 notes
Text
Wrekodara and the Sea Serpent.
Ink, watercolor & colored pencils on paper.
© noxsatvrn
The artwork depicts one scene from Serat Dewaruci, a narrative poem by Yasadipura I, the royal poet of Kasunanan Surakarta based on an even older text, Nawaruci, by a hindu priest Mpu Çiwamurti.
Wrekodara, also known by the name Bhima and Sena is a figure from the Hindu Epic Mahabharata. The 2nd eldest of the five Pandawa born ritualistically through the blessing of Lord Vayu, short-tempered yet kind and compassionate he's the strongest one among his siblings.
In the Pre-islamic Java, Wrekodara was adored by the common folk especially in the agriculture community as he was venerated as the symbol of masculinity and fertility, proven by many archaeological findings of ancient statues depicting Wrekodara. Traditions and myths surrounding Wrekodara persists to this day through the tradition of Wayang Kulit (Javanese shadow puppetry) telling stories about him during harvest festivals in several remote villages as well as the myth about the origin of a sacred spring near Dieng Highlands called Tuk Bima Lukar.
#art#gay artist#ink#watercolor#art nouveau#male muscle#muscle men#hairy male#noxsatvrn#mythology#folklore#paganism#folk religion
383 notes
·
View notes
Text
Mampir ke Solo: Oleh-Oleh, Sejarah, dan Harmoni Singkat
Perjalanan kali ini bermula dari undangan pernikahan teman di Kediri. Setelah menghadiri momen bahagia tersebut, kami memutuskan untuk mampir ke Solo, salah satu kota yang selalu menawarkan pengalaman sederhana namun bermakna. Meski kunjungan ini singkat, Solo memberikan kesan tersendiri :)
Pasar Gede: Surga Oleh-Oleh Tradisional
Destinasi pertama kami di Solo adalah Pasar Gede, pasar legendaris yang kaya akan aroma, warna, dan cita rasa tradisional. Di sini, kami berburu oleh-oleh khas yang sederhana tetapi penuh manfaat. Kami membeli bumbu pecel dengan aroma kacang yang khas, wedang chia seed, dan minuman tradisional serupa wedang uwuh yang bermanfaat untuk menjaga kadar kolesterol.
Pasar ini bukan sekadar tempat belanja, tetapi juga ruang yang memamerkan keberagaman budaya kuliner Solo. Saya juga mencoba sarapan dengan Selat Solo di pasar Gede.
--------
Keraton Solo: Menyusuri Jejak Sejarah
Setelah dari Pasar Gede, kami menuju Keraton Kasunanan Surakarta, tempat yang menjadi simbol penting dalam sejarah dan budaya Jawa. Bangunan-bangunan megah dengan arsitektur khas Jawa langsung menyambut kami, membawa kami masuk ke suasana masa lalu yang sarat nilai tradisi.
Di dalam kompleks keraton, kami mengikuti panduan singkat yang menceritakan sejarah kerajaan, kisah-kisah kehidupan istana, hingga makna di balik berbagai benda bersejarah yang dipamerkan. Tempat ini memberikan wawasan mendalam tentang budaya Solo dan peran penting keraton dalam membentuk identitasnya.
Ditambahkan dari sumber lain dan guide di keraton, berikut ringkasannya;
------
Keraton Surakarta: Perjalanan Kekuasaan Menuju Era Modern
Keraton Kasunanan Surakarta adalah salah satu simbol budaya dan sejarah yang mencerminkan perjalanan panjang kekuasaan di Tanah Jawa. Berdiri pada tahun 1745, keraton ini merupakan hasil dari perjanjian Giyanti (1755) yang membagi Kesultanan Mataram menjadi dua wilayah: Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Pemisahan ini tidak hanya mengakhiri konflik internal kerajaan, tetapi juga menandai awal dari kontrol yang lebih besar oleh kolonial Belanda atas politik Jawa.
Hierarki Kekuasaan Keraton
Sebagai pusat kekuasaan, Keraton Surakarta memegang peran penting dalam hierarki tradisional Jawa. Raja atau Sunan adalah penguasa tertinggi yang dianggap sebagai representasi kekuasaan spiritual dan duniawi. Sunan dikelilingi oleh para bangsawan, abdi dalem, dan pejabat yang menjalankan tugas administratif dan ritual.
Namun, posisi keraton dalam hierarki kekuasaan mulai melemah seiring dengan meningkatnya pengaruh kolonial Belanda di Nusantara. Pada abad ke-19, Kasunanan Surakarta menjadi kerajaan bawahan (vassal state) di bawah kontrol pemerintah Hindia Belanda. Meskipun tetap mempertahankan otoritas budaya dan spiritual, kekuasaan politiknya semakin terbatas.
Perubahan di Era Kemerdekaan
Saat Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, struktur pemerintahan tradisional mulai mengalami perubahan drastis. Keraton Surakarta awalnya mendukung penuh kemerdekaan Indonesia. Namun, pada tahun 1946, terjadi pergolakan sosial di Surakarta yang melibatkan gerakan anti-feodalisme. Keraton dianggap sebagai simbol feodalisme oleh beberapa kelompok masyarakat, yang menuntut penghapusan kekuasaan kerajaan tradisional.
Tekanan ini memuncak pada pembubaran status otonomi Kasunanan Surakarta melalui Keputusan Presiden pada tahun 1946. Keraton kemudian kehilangan statusnya sebagai entitas politik dan secara resmi berada di bawah Pemerintah Republik Indonesia.
Keraton di Era Modern
Meskipun tidak lagi memiliki kekuasaan politik, Keraton Surakarta tetap memainkan peran penting sebagai penjaga tradisi dan budaya Jawa. Keraton menjadi pusat upacara adat, pelestarian seni seperti tari, musik gamelan, dan batik, serta tempat pembelajaran tentang sejarah Jawa.
Di era modern, hubungan antara keraton dan pemerintah Indonesia bersifat simbolis dan fungsional. Keraton sering menjadi tuan rumah acara budaya tingkat nasional maupun internasional yang menunjukkan kekayaan budaya Indonesia.
Keraton Surakarta adalah contoh nyata bagaimana kekuasaan tradisional bisa beradaptasi di bawah struktur pemerintahan modern. Ia tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa, tetapi juga tetap menjadi penjaga nilai-nilai budaya yang menjadi identitas Jawa dan Indonesia secara keseluruhan.
__________
Pasar Klewer: Ramai Meski Hari Minggu
Dari keraton, perjalanan dilanjutkan ke Pasar Klewer, pusat belanja batik yang sangat terkenal. Meskipun kunjungan kami bertepatan dengan hari Minggu dan beberapa toko tutup, suasana pasar tetap ramai. Para pedagang yang masih buka menawarkan beragam kain batik cantik dengan motif khas Solo.
Kami berhasil membeli beberapa batik untuk oleh-oleh. Meski waktu terbatas.
----------
-----------
Lokananta: Harmoni klasik
Perhentian terakhir kami adalah Lokananta, studio rekaman legendaris yang menyimpan sejarah musik Indonesia. Didirikan pada tahun 1956, Lokananta bukan hanya studio rekaman biasa, tetapi juga salah satu simbol penting perjalanan bangsa.
Kontribusi Lokananta terhadap sejarah Indonesia sangatlah besar, termasuk saat awal kemerdekaan. Lokananta menjadi tempat penggandaan rekaman suara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Bung Karno. Salinan rekaman ini kemudian disebarluaskan ke berbagai daerah di Indonesia, memastikan kabar Proklamasi dapat didengar oleh lebih banyak rakyat, bahkan di pelosok negeri.
Selain itu, Lokananta juga menjadi rumah bagi arsip-arsip musik nasional yang bernilai sejarah tinggi, termasuk lagu-lagu tradisional dari berbagai daerah. Mengunjungi Lokananta memberi saya pengalaman emosional, seolah berada di ruang waktu yang menghubungkan masa lalu dan masa kini melalui harmoni musik dan suara perjuangan.
---------
Solo, meski hanya menjadi tempat persinggahan, berhasil memberikan pengalaman yang lengkap—dari belanja oleh-oleh di Pasar Gede, menyusuri sejarah di keraton, berburu batik di Pasar Klewer, hingga mengenang perjuangan di Lokananta. Kota ini mengajarkan bahwa perjalanan singkat pun bisa meninggalkan kesan tersendiri.
0 notes
Text
Samanhudi atau sering disebut Kyai Haji Samanhudi (lahir di Laweyan, Surakarta, Kasunanan Surakarta, 1868; meninggal di Klaten, Surakarta, 28 Desember 1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Nama kecilnya ialah Sudarno Nadi
0 notes
Text
Pakasa Bhumi Wengker Pacitan Gelar Ziarah dan Genduren Mulud untuk Peringati Maulid Nabi
Pacitan – ndablek, Berbagai cara dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Pacitan. Salah satunya oleh kelompok Pakasa Bhumi Wengker Pacitan, yang merupakan abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Mereka melakukan ziarah ke makam Ki Ageng Petung, yang diyakini sebagai salah satu pendiri Kabupaten Pacitan, di Dusun Sedayu, Desa Kembang, Kecamatan…
0 notes
Text
TRADISI SUNGKEMAN...
.
.
Tahukah anda bahwa tradisi sungkeman, halal bihalal atau silaturahmi untuk saling memaafkan di hari Lebaran itu berasal dari kota solo...?
Sungkeman berasal dari kata sungkem yang maknanya bersimpuh atau duduk berjongkok sambil mencium tangan.
Biasanya sungkeman di lakukan oleh orang muda kepada orang tua, namun lazimnya hal ini di lakukan oleh seorang anak kepada orang tua mereka.
Bagi orang Jawa sungkeman merupakan tradisi turun temurun dan harus di lestarikan.
Sejarah halal bi halal berawal dari tradisi sungkeman di Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
Dalam catatan sejarah, tradisi sungkeman pertama kali di dokumentasikan dan di lembagakan pada masa KGPAA Sri Mangkunegara I.
Saat itu, beliau bersama seluruh punggawanya berkumpul bersama dan saling bermaafan setelah Sholat Ied.
Namun karena situasi politik dan keamanan saat itu, menyebabkan pihak istana tak leluasa menggelar tradisi sungkeman.
Kolonial Belanda mencurigainya sebagai pertemuan terselubung untuk melawan mereka.
Bahkan di kisahkan, saat terjadi prosesi sungkeman di Gedung Habipraya, Singosaren, saat Lebaran tahun 1930, Belanda nyaris saja menangkap Ir. Soekarno, dan dr. R. Radjiman Widyodiningrat yang merupakan dokter pribadi SISKS Pakubuwono ( PB ) X, Raja Keraton Surakarta.
Sontak PB X yang juga berada di lokasi pada saat itu, langsung spontan menjawab jika itu bukan aksi penggalangan masa, tapi halal-bihalal atau sungkeman saat Lebaran.
Tapi karena peristiwa itulah, akhirnya PB X justru malah membuka tradisi sungkeman menjadi semacam open house seperti sekarang.
Pada umumnya sungkeman di lakukan saat lebaran pertama, misalnya seorang cucu yang ingin sungkem kepada neneknya akan menghadap sang nenek dan duduk bersimpuh di depan nenek, kemudian cucu mengucapkan kalimat sungkeman dalam bahasa Jawa.
" Ngaturaken sugeng riyadi, nyuwun pangapunten sedaya kalepatan kula,nyuwun tambahing pangestu nggih ”
Semoga tradisi sungkeman bisa kita jaga dan lestarikan, karena tradisi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang mulia yang layak menjadi kebanggaan Indonesia.
#AFR
0 notes
Text
Yogyakarta Day-2
Hari ini selesai udah kemaleman dan temanya silaturahmi jadi ngga sempet ke mana-mana, update kemaren aja menjadi turis dan menjadi mahasiswa dadakan mendengarkan Gusti Putri Kasunanan Surakarta🤭
0 notes
Text
Keraton Surakarta: Warisan Budaya Jawa yang Megah
Keraton Surakarta, juga dikenal sebagai Keraton Kasunanan, adalah sebuah warisan budaya berkilau di Solo, Jawa Tengah. Dengan sejarahnya yang kaya dan keindahan arsitekturnya, Keraton Surakarta adalah salah satu destinasi wisata yang paling menonjol di Indonesia.
Keraton Surakarta, berdiri pada abad ke-18 oleh Sunan Pakubuwono II, adalah contoh yang hidup dari kejayaan kerajaan Jawa. Arsitekturnya yang megah, dengan dinding-dinding berukiran indah, dan ruang-ruang yang menakjubkan seperti Pendopo, menciptakan suasana yang membawa kita kembali ke masa lalu yang gemilang.
Keraton Surakarta juga menyelenggarakan pertunjukan seni tradisional Jawa, seperti wayang kulit dan tari Jawa, yang memperkaya pengalaman pengunjung. Museum di dalam kompleks keraton ini memamerkan koleksi seni, artefak bersejarah, dan barang-barang kerajaan yang berharga.
Selain sebagai destinasi wisata, Keraton Surakarta juga memegang peran penting dalam pelestarian budaya Jawa. Melalui upaya-upaya ini, warisan budaya dan tradisi kerajaan dijaga agar tetap hidup dan berlanjut ke generasi berikutnya.
Jadi, jika Anda ingin merasakan keindahan dan sejarah Jawa yang otentik, dan melihat warisan budaya yang megah, jangan lewatkan kunjungan Anda ke Keraton Surakarta. Ini adalah perjalanan yang akan memikat hati Anda dan memperkaya pengetahuan Anda tentang budaya Indonesia yang kaya dan beragam.
7. Acara dan Pertunjukan Budaya
Solo memiliki kalender acara budaya yang padat sepanjang tahun. Pertunjukan seni tradisional Jawa seperti wayang kulit, tari Jawa, dan musik gamelan seringkali dapat dinikmati di berbagai tempat di kota.
Solo adalah destinasi yang cocok untuk mereka yang mencari pengalaman budaya yang kaya dan autentik di Indonesia. Keindahan seni, sejarah, dan kuliner menjadikan Solo sebagai salah satu kota yang penuh pesona di Jawa Tengah.
1 note
·
View note
Text
This might be personal but eh, don't care tho. This just me clearing my phone gallery.
Every year's independence day in my country, president Joko Widodo set up yearly tradition to wear traditional folk clothes around the country. And what's interesting about it was he didn't just wear from Java island only. He's actually tried across Indonesia. He change the formal routine from the past years into a festive flag ceremony. He also created small clothes contest with everyone wore various folk from every region in Indonesia. (Courtesy from: presidenri.go.id)
He wore Tanah Bumbu(South Kalimantan/Borneo)'s folk suit in 2017. Yet his wife wore a different clothes from West Sumatera tho😅
Wore Linto Baro from Aceh(the furthest west city in Indonesia) in 2018 while his wife wore different suit from Minangkabau (they almost look like creating a wedding photo lol)
2019 he wore traditional Bali outfit, specifically at Klunkung. And with his cute grandson, Jan Ethes!
2020, he used Berantai Tarif Nunkolo's woven fabric style from East Nusa Tenggara(near Bali).
Whereas 2021 he wore a royal Lampung(southern part of Sumatra) outfit, or to be exact "Lampung Pepadun Penyimbang Tetua Adat".
And this year he wore the outfit from Kasunanan Surakarta(Central Java), to commemorate his birthplace, Solo. Usually this suit, namely "Ageman Songkok Singkepan Ageng", were for leaders in Surakarta Kingdom.
My fav is the 2022 ver, the only year that he wore a royal suit with cane as one package. And also the year where both president and the first lady were wearing matched pair outfits from Bhuton(A kingdom from South East Sulawesi, East part of Indonesia) called, "Dolomani" . Usually black with hint of gold and for occasion only. But here it's a custom made just for the independence day. (how they look like an absolute king and queen is beyond me)
And I found it in person!! XD
I remembered how hype I am watching it live on TV. God the design was astonishing to look at! I love the white details on his sides. Whoever decide the man walk with cane spreading vibe like a king, I salute you. B-)
Bit unfortunate I still couldn't meet him in person, but eh, even if I did, I don't want to ask a selfie with him. I'm already happy watching people done it. Too shy to do that lmao
0 notes
Text
Presiden Jokowi Kenakan Pakaian Khas Kesunanan Surakarta Pada HUT Ke-78 RI
REALITANEWS.OR.ID, JAKARTA || Presiden Joko Widodo tampil mengenakan pakaian adat ageman songkok singkepan ageng pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dalam rangka Hari Ulang Tahun Ke-78 Republik Indonesia pada Kamis, 17 Agustus 2023. Pakaian tersebut merupakan pakaian khas Keraton Kesunanan Surakarta. Ini ageman songkok singkepan ageng. Ini dari Keraton Kasunanan Surakarta,” ujar…
View On WordPress
0 notes
Text
i didn’t say my last goodbye yet.
typed right on the way to Jakarta from Solo, Thursday 13 July 2023.
At that time I once said, maybe I would be sad if I didn’t continue my studies in Jakarta because Jakarta was already attached to my memory. I really love Jakarta because it’s my hometown. I love Jakarta because almost all of my life has lived there. In Jakarta I know a lot of cool people who want to be my friends. This is a bit ridiculous. But yes, I love Jakarta. At least i do it because that’s my lovely city.
But there’s a lot of different things in Solo. Jakarta is already familiar to me, while Solo is still foreign. Even so foreign to me who just came here again after five years. If you’re in Jakarta, it’s always busy from morning to afternoon to evening. While Solo is the opposite. But in Solo it’s also crowded, but it doesn’t matter if you want to walk slowly for a while. You can look right and left a little, you can walk slowly, you can take a breath too. Unlike in Jakarta, those who join need to hurry so they don't get left behind by the others.
Regarding urban planning, I like dim solo lights. Keep it bright but the impression is warm. There are many crossroads that I think are exciting because they are not too narrow, different from Jakarta. It tends to be narrow and many drivers don’t obey the rules. The plan was for me to walk a lot in Solo, but again I was pressed for time for something else.
The first and second days I helped a lot with things to move from grandma’s house. The third day I just had time to walk. There’s not much to go. Only had time to go to the Surakarta Kasunanan Palace, Kauman Batik Village, Gede Market, Klewer Market. But I also passed Manahan, Sriwedari (too bad I didn’t get to watch wayang orang), and also Pura Mangkunegaran!!
I can’t say the third day is special or not. Only at that time, because I was wearing glasses, I finally could see my cousin clearly. OK, he’s the same age as me. I should call him ‘Mas’ because he is a few months older than me. I need to admit he’s into the typical guy that I usually have a crush on. And what’s even more plot twist, he has a special style that makes him very similar to Doyoung (my wrecker bias in Treasure). And when I told Meu, SHE AGREED THAT MY COUPLE LOOKS LIKE DOBBY HAHAHAHAHAH.
His name is Ednik. His first name has a baptismal name that I dare not mention here. The little picture in the living room looks exactly like little Dobby. He’s totally my type. I want to meet but I’m afraid to go first. And suddenly there are friends. Which I can’t be smart enough to get to know him myself. Maybe I’m just better than this, I haven’t tried, it really seems to stick with life.
Tonight will be the last night I see him. Yeah, I don’t know when I’ll see him again. Could it be another month, another ten months, or a year? Ten years?? But the funny thing is, when I got home I didn’t dare to look at him for the last time. Even though he came out of the house to say goodbye, Im still didn’t dare look at him.
Maybe that’s also what makes me feel bad from last night. Felt something odd this morning. Felt really sad before getting into the station. And cried (really) right when the train started to leave Solo Balapan Station. I’m still sad even now typing this on the train with my super laptop.
Maybe it’s because I didn’t decide to get to know him the right way, or maybe it’s because I don’t dare to look at his face (as well as his eyes), or maybe because I didn’t say my last goodbye yet.
0 notes
Text
Pin Bros Raja Keraton Solo
Pin Bros Raja Keraton Solo Pin Bros Raja Keraton Solo adalah pin bros dengan desain yang mewah dan elegan, pin tersebut jaman dahulu dipakai oleh raja keraton solo ketika ada pertemuan penting dan acara-acara kerajaan tertentu, dengan pin bros ini siapapun yang memakainya akan terlihat gagah dan berwibawa, pin bros ini juga dapat dipakai pada saat acara resmi / formal maupun acara non formal. Desain yang elegan dan dihias mata zircon semakin menambah mewah serta elegan pin bros tersebut. Nama Produk : Pin Bros Raja Keraton Solo Model : Pin Bros Raja Estimasi Bahan : Tembaga Sepuh Emas Ukuran Panjang : 58 Milimeter Ukuran Lebar : 58 Milimeter Stok Produk Pin Bros Raja Keraton Solo Sangat Terbatas dan Cepat Terjual. Produk Pin Bros Raja Keraton Solo berkualitas, indah, menawan, bagus dipakai, dan sangat cocok untuk menambah koleksi atau bisa juga dijual lagi karena harganya yang sangat terjangkau. Bagi Penjual Yang Mau Kulakan Pin Bros Raja Keraton Solo dengan pengambilan jumlah yang banyak atau partai besar juga bisa kami layani. Jika anda berminat dengan Pin Bros Raja Keraton Solo ini sebutkan pada admin Kode Produk P2440 Pusaka Dunia Menjual Pin Bros Raja Keraton Solo berkualitas dan bukan Pin Bros Raja Keraton Solo murahan sehingga jangan samakan dengan produk Pin Bros Raja Keraton Solo yang dijual di pasaran. Silsilah Raja-Raja Kasunanan Surakarta Pemberontakan Pangeran Mangkubumi yang tidak menyetujui kebijakan kakaknya, Pakubuwana II yang terlalu menguntungkan pihak penjajah menyebabkan terjadinya perang saudara, sampai akhirnya terjadi perjanjian Giyanti pada tanggal 17 Februari 1755. Perjanjian ini berisi kesepakatan yang membagi wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram menjadi dua pemerintahan, yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Kasultanan Yogyakarta dikuasai oleh Pangeran Mangkubumi yang kelak bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sedangkan Kasunanan Surakarta dikuasai oleh Pakubuwana III, putera dari PakubuwanaI I, karena pada waktu perjanjian Giyanti ditandatangani, Pakubuwana II telah mangkat. Berikut ini adalah raja-raja keturunan dari Raja Pakubuwana III. Sri Susuhunan Pakubuwana III (1755-1788) Sri Susuhunan Pakubuwana III memiliki nama asli Raden Mas Suryadi. Beliau adalah raja yang menandatangani Perjanjian Giyanti bersama pamannya Pangeran Mangkubumi dan Belanda. Raja kedua ini mengalami cobaan yang sangat berat pada waktu pemerintahannya, seperti pemberontakan dan perang saudara, kudeta karena sikap politiknya yang lemah dan selalu dikendalikan oleh bangsa penjajah. Kekacauan dari luar dan dalam istana yang terus merongrong ini bahkan belum reda hingga saat mangkatnya, yaitu pada tahun 1788. Sri Susuhunan Pakubuwana IV (1788-1820) Putera mahkota yang menggantikan kedudukan Raja Pakubuwana II adalah raja yang cerdas, tegas, taat beragama, dan pemberani, dan memiliki nama asli Raden Mas Subadya. Raja muda ini konon memiliki wajah yang rupawan, sehingga beliau dipanggil Sunan Bagus. Sri Susuhunan Pakubuwana IV ini bercita-cita mempersatukan kembali kerajaan-kerajaan yang terpecah dalam satu kedaulatan, yaitu Kerajaan Mataram. Selain sebagai seorang negarawan yang ulung, ternyata sang Raja juga seorang yang memiliki jiwa sastra. Salah satu buah karyanya adalah tulisan berjudul Serat Wulangreh. Setelah mangkat pada tahun 1820. Pakubuwana V (1820-1823) Penerus tahta berikutnya hanya memiliki masa kekuasaan yang pendek, yaitu selama 3 tahun. Pakubuwana V yang bernama asli Raden Mas Sugandi ini, memiliki julukan lain yaitu Sunan Sugih (raja yang kaya), karena selain memiliki harta yang banyak, ia juga memiliki banyak ilmu kesaktian. Pada masa pemerintahannyalah Serat Centhini, karya sastra Jawa kuno yang sangat terkenal itu ditulis. Beliau mangkat pada tahun 1823 dan tahta dilanjutkan oleh puteranya, yaituPakubuwana VI. Pakubuwana VI Putera mahkota yang kelak bergelar Pakubuwana VI ini terlahir dengan nama Raden Mas Sapardan. Sang Raja terkenal memiliki kegemaran bersemedi sehingga memiliki nama panggilan Sinuhun BangunTapa. Beliau diketahui memiliki hubungan yang akrab dengan Pangeran Diponegoro dan banyak berjasa dalam membantu perjuangannya melawan penjajah. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, beliau pun tak lama kemudian ikut ditangkap dan diasingkan ke Ambon. Raja Pakubuwana VI wafat pada usia 42 tahun dan mendapat gelar pahlawan nasional dari Pemerintah Indonesia. Belanda yang membunuh beliau dengan menembak dahinya, berusaha menutupi penyebab kematian sang Raja dengan menyatakan, bahwa raja meninggal mengalami kecelakaan di laut. Pakubuwana VII Terlahir dengan nama Raden Mas Malikis Solihin, beliau bukanlah putera dari Pakubuwana VI, melainkan pamannya. Pada waktu raja terdahulu dibuang ke Ambon, beliaulah yang naik tahta untuk menggantikan. Masa pemerintahannya berlangsung aman, tentram dan damai, sehingga geliat sastra meningkat di Surakarta. Beliau mangkat tanpa meninggalkan putera mahkota, sehingga tahtanya diambil alih oleh Pakubuwana VIII yang merupakan kakaknya dan naik tahta pada waktu sudah berusia 69 tahun. Pakubuwana VIII Pakubuwana VIII memiliki nama asli Raden Mas Kusen, ia adalah seorang raja yang hanya memiliki seorang permaisuri tanpa selir-selir yang lain. Masa pemerintahannya hanya tiga tahun dan beliau pun wafat tanpa memiliki putera mahkota, sama seperti adiknya. Yang kemudian menggantikannya untuk menjalankan pemerintahan adalah putera dari Raja Pakubuwana VI. Pakubuwana IX Raja Pakubuwana IX memiliki nama asli Raden Mas Duksino. Ayahnya adalah Raja Pakubuwana VI, seorang pahlawan yang gigih membela tanah air melawan penjajahan Belanda bersama Pangeran Diponegoro. Sebenarnya sang Raja adalah raja yang adil dan bijaksana, hanya saja bangsawan-bangsawan di sekitarnya adalah orang-orang yang gemar mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, sehingga pemerintahan Raja Pakubuwana IX tidak membawa banyak kemajuan. Setelah mangkatnya, beliau digantikan oleh puteranya sendiri yang kelak bergelar Pakubuwana X. Pakubuwana X Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana X adalah gelar lengkap dari Raden Mas Malikul Kusno setelah dilantik menjadi raja. Beliau memerintah selama 46 tahun dan pada masa pemerintahannya Kerajaan Surakarta memasuki era modernisasi. Tidak banyak terjadi perang atau peristiwa politik yang menggemparkan. Pada masa tersebut justru banyak dibangun infrastruktur modern, seperti stasiun, pasar, stadion, dan sebagainya. Beliau mangkat dan mendapat gelar Sunan Panutup dari rakyatnya, yang berarti raja besar yang terakhir. Pakubuwana XI Putera mahkota penerus tahta berikutnya terlahir dengan nama Raden Mas Antasena, dan selanjutnya menjadi raja dengan gelar Pakubuwana XI. Berbeda dengan sang ayah, beliau menjalankan pemerintahan pada masa-masa berat perang dunia ke-2, dan pergantian bangsa yang menguasai kedaulatan Indonesia. Pemerintahan beliau terjadi pada masa penjajahan Jepang. Pakubuwana XII Setelah Pakubuwana XI, Pakubuwana XII menggantikan posisi ayahandanya menjadi raja Surakarta. Keadaan masih belum aman saat itu, apalagi Republik Indonesia sedang bersiap untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Setelah wafatnya, terjadi keributan di istana antara Pangeran Hangabehi dan Pangeran Tejowulan yang memperebutkan tahta. Keributan yang terjadi antara dua pangeran itu disebabkan karena raja terdahulu tidak memiliki permaisuri yang sah. Tetapi akhirnya, Pangeran Hangabehi sebagai putera tertua dan atas restu seluruh keluarga kerajaan, membuat beliau yang dinobatkan sebagai Pakubuwana XIII, sedangkan adiknya menjadi maha patih. Perselisihan itu dianggap selesai dan kini kedua kakak beradik itu bekerja sama untuk memajukan keraton sebagai warisan budaya khususnya budaya Jawa dan penjaga tradisi luhur masyarakat Jawa. Gambar Foto Pin Bros Raja Keraton Solo Gambar Foto Produk hanya di resize dan tanpa editan sama sekali Kkami tampilkan jarak dekat sehingga anda bisa melihat tanpa ada yang di sembunyikan kekurangan dan kelebihannya. Karena bagi kami kejujuran dan kepuasan anda yang utama dan bukan mengutamakan keuntungan semata. Himbauan Pembeli Pin Bros Raja Keraton Solo mengingat kami mengutamakan kejujuran dan ingin menjalin silaturami serta kepuasan anda yang utama, sebaiknya teliti dan baca semua keterangan yang kami berikan, setelah memantapkan hati barulah anda meminang Pin Bros Raja Keraton Solo. Aksesori Perhiasan yang paling banyak dicari di google diantara silsilah kerajaan solo, raja surakarta kristen, sejarah keraton solo, raja solo pertama, keraton mangkunegaran solo, raja solo 2016, keraton solo tidak boleh memakai, misteri keraton surakarta, ciri ciri keturunan keraton solo, raja keraton surakarta sekarang, silsilah keraton solo mangkunegaran, silsilah gunung merapi, keturunan keraton solo yang hilang, daftar silsilah kerajaan mataram islam, silsilah keraton kasepuhan, tedjowulan kristen, raja surakarta sekarang, pakubuwana xiii gray devi leliana dewi, tedjowulan kolonel, biografi tedjowulan, pakubuwana xiii asih winarni, pakubuwono xiii tedjowulan. Call Center Pusaka Dunia / Dunia Pusaka PIN BBM : PUSAKA Telephone : +6281 222 886 456 Sms : +6285 2939 88885 WhatsApp : +6285 2939 88885 Line : pusakadunia WeChat : pusakadunia Instagram : pusakadunia Read the full article
0 notes
Text
Serat Babadipun Mangkunegaran II
Jawa memasuki Abad XIX sudah terbagi diantara empat kekuatan yang mendominasi. Yang pertama adalah pemerintahan Kasunanan di Surakarta yang dipimpin Oleh Pakubuwana, yang kedua adalah pemerintahan Kesultanan di Yogyakarta, dipimpin oleh Hamengkubuwana. Kedua pemerintahan ini disetujui setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada 1755. Yang ketiga adalah pemerintahan Mangkunegaran di Surakarta. Pemerintahan Mangkunegaran mendapatkan legitimasi dari Pakubuwana III semenjak diadakannya perjanjian Salatiga pada 1757. Yang terakhir adalah penguasaan oleh pemerintah Kolonial Belanda.
Pada masa ini, negara induk Belanda dikuasai oleh dominasi perancis sejak 1795. Napoleon Bonaparte menaruh adiknya yang termuda, Louis Napoleon, untuk menduduki tahta Belanda pada 1806. Pada 1808 rezim ini mengirimkan Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Batavia dengan tujuan mempersiapkan Jawa dari serangan Inggris yang berada di India. Sementara itu, pemernitahan Kasunanan Surakarta sedang dipegang oleh Pakubuwana IV (1788-1820) dan pemerintahan Kesultanan Yogyakarta sedang dipimpin oleh Hamengkubuwana II (1792-1828).
Di sisi lain, pemerintahan Mangkunegaran sedang dipegang oleh Raden Mas Sulomo atau Pangeran Prangwadana yang bergelar Kanjeng Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara II (1796-1835). Mangkunegara II awalnya memiliki pandangan politik yang berbeda dari pendahulunya karena ia punya alasan bagus untuk membenci Belanda. Sempat ada polemik warisan Mangkunegaran yang dihalangi aksesnya oleh Residen Surakarta, J. Frederick Baron van Reede tot de Parkeler (1790-1796). Namun setelah tahun 1809, Mangkunegara II berhasil mendapatkan warisannya atas bantuan Gubernur Jenderal Daendels dan setelah itu pandangan politiknya berbalik arah untuk mendapatkan dukungan Belanda.
Ketika memerintah, Mangkunegara II melakukan beberapa kampanye militer untuk membantu penguasa kolonial baik Belanda Maupun Inggris dan juga perluasan wilayah Mangkunegaran. Disamping itu Mangkunegara II banyak melakukan intrik politik yang lebih agresif jika dibandingkan dengan Pakubuwana IV maupun Hamengkubuwana II.
PEMBAHASAN
Raden Mas Sulomo adalah cucu dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I, raja di Praja Mangkunegaran. Raden Mas Sulomo lahir dari pasangan Gusti Kanjeng Ratu Alit dan Pangeran Arya Prabuwijaya. Dari pihak ibu, Raden Mas Sulomo adalah cucu dari Pakubuwana III. Ayah dari Raden Mas Sulomo adalah penerus tahta sah Mangkunegaran namun meninggal sebelum sempat memegang tahta. Akhirnya setelah mangkatnya Mangkunegara I, Pangeran Prangwadana naik tahta menjadi KGPAA Mangkunegara II pada 1796. Sebelum naik tahta, Mangkunegara II adalah seorang Komandan berpangkat kolonel dengan gelar Pangeran Prangwadana. Setelah naik tahta ia juga seringkali disebut dengan nama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Prabu Prangwadana.
Dalam masa pemerintahannya yang cukup panjang, kira-kira 40 tahun (1796-1835), Mangkunegara II mengalami masa pergantian kekuasaan yang sangat cepat dan ekstrim di Jawa. VOC yang belum lama digantikan oleh pemerintahan Kolonial berganti lagi ke tangan Belanda-Perancis pada 1795. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang ditugaskan tahun 1808 tidak lama kemudian digantikan oleh Gubernur Jenderal Willem Jansens. Tidak berapa lama Batavia diserbu Inggris yang menyerahkan kekuasaan pada Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Raffles juga tidak lama memerintah, setelah kurang lebih tiga tahun, kekuasaan beralih kebali ke tangan penguasa kolonial Belanda.
Situasi politik yang berganti serba cepat ini dakibatkan situasi di Eropa yang sedang menghadapai ofensif Perancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Sejak 1806 Napoleon menugaskan Adiknya Louis Napoleon sebagai raja di Belanda. Louis Napoleon yang bermaksud mempertahankan Jawa dari serangan Inggris mengirimkan Daendels sebagai Gubernur Jenderal, namun Dendels dicopot dan digantikan Jansens yang tidak bisa mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Seiring dengan kalahnya Napoleon di Eropa, pemerintahan Aristokrasi lama kembali ke Belanda yang menjadikan Inggris kembali menyerahkan Jawa ke tangan Belanda.
Mangkunegara II sebagai seorang penguasa tanah Jawa ketika itu berusaha menjalankan intrik politik demi mengambil keuntungan baik secara politis maupun ekonomis. Oleh sebab itu Mangkunegara antinya lebih cenderung memihak kepada Pemerintah Kolonial Belanda maupun Inggris.
Praja Mangkunegaran juga dikenal sebagai kerajaan dengan militer yang kuat akibat budaya militer yang dibangun oleh Raden Mas Said atau Mangkunegara I. Sejak berdirinya, praja Mangkunegaran mendapatkan bantuan militer dari pemerintah kolonial berupa uang dan senjata. Raja juga mendapatkan gelar kemiliteran dari pemerintah kolonial.
Awal Pemerintahan
Awal-awal pemerintahan Mangkunegara II diwarnai oleh ketidaksukaan pada Pemerintah Kolonial. Hal ini disebabkan karena Residen Surakarta memblokir akses warisan Mangkunegara II dari pendahulunya, ditambah pemerintah kolonial yang mencabut bantuan kepada Legiun Mangkunegaran . Masalah warisan selesai ketika Gubernur jenderal Daendels turun tangan, sedangkan masalah uang bantuan Legiun diberikan lagi sebesar 2000 ringgit per tahun karena pembentukan Korps Legiun Mangkunegaran.
Mangkunegara II juga menjalani masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels yang banyak mengubah tatanan yang telah lama dipakai di Jawa. Sebelumnya pemerintah Kolonial mengakui raja-raja Jawa seperti mereka memang penguasa sebuah daerah, namun daendels memperlakukan penguasa Jawa seolah-olah mereka pengikut Batavia. Residen yang tadinya hanya berstatus sebagai perwakilan Belanda di daerah berubah pengertiannya menjadi setingkat menteri yang bisa mengatur hukum dan kebijakan di sebuah daerah. Residen menjadi representasi pemerintah kolonial, menandakan supremasi kekuasaan kolonial atas wilayah-wilayah kekuasaannya.
Dengan perubahan perubahan di awal pemerintahannya di satu sisi menyebabkan Mangkunegara II leluasa mengembangkan militernya. Namun di sisi lain Mangkunegaran semakin terkekang secara politis oleh pemerintah kolonial.
Intrik Politik Mangkunegara II
Mangkunegara II melakukan berupaya melakukan pernikahan politik dengan Raden Ayu Sekar (RAS) Kedhaton. Mangkunegara II melakukan hal ini demi mendapatkan keuntungan secara politis dalam keraton Kasunanan dan juga posisinya di hadapan Pemerintah Kolonial. Bahkan Mangkunegara II memaksa Pangeran Mangkubumi untuk segera menikahkannya dengan Raden Sekar Ayu Kedhaton. Namun pangeran Mangkubumi dan Pangeran Buminoto yang diserahi tugas mengenai perkawinan RAS Kedhaton malah menikahkannya dengan Pangeran Arya Mataram.
Mangkunegara II yang terkejut dengan berita itu segera mengumpulkan pasukannya untuk melaksanakan infiltrasi terhadap Pangeran Mangkubumi yag dianggapnya bertanggung jawab. Infiltrasi militer ini gagal. Hasilnya RAS Kedhaton tetap menikah dengan Pangeran Haryo Mataram. Mangkunegara II yang merasa dihianati membalas dengan sikap tidak mau mendatangi pernikahan RAS Kedhaton dengan Pangeran Arya Mataram.
Selain itu intrik politik Mangkunegara II terutama adalah untuk memperoleh kepercayaan pemerintah kolonial sekaligus meninggikan derajat dihadapan Sunan dan Sultan.
Legiun Mangkunegaran dan Kampanye Militern Mangkunegara II
Mangkunegara II membangun Korps angkatan bersenjata Kadipaten Mangkunegaran dengan bantuan pendanaan dari Pemerintah Kolonial. Korps ini dibentuk sebagai korps yang menampung bekas pasukan perang Pangeran Sambernyawa yang dilatih ulang secara modern. Mangkunegara II adalah komandan pertama dalam pasukan ini. Mangkunegara II juga secara khusus mendapatkan gelar Colonel Indische van Staff tot de Koning van Holland.
Legiun ini berkekuatan 1150 personil hingga 1250 personil yang terdiri dari infantri, kavaleri dan artileri. Pasukan ini dilengkapi oleh 2 meriam, 900 senapan bayonet, 100 karbin dan 60 kuda. Pasukan ini juga disokong oleh uang dari pemerintah kolonial sejumlah 2000 ringgit sebulan.
Meskipun awalnya membenci Belanda, Mangkunegara II berusaha menarik perhatian pemerintah kolonial demi mendahulukan kepentingan kerajaannya dalam membangun militer yang kuat. Mangkunegara II mengambil inisiatif yang cepat dengan kedatangan Daendels ke Jawa, ia segera meminta bantuan dari pemerintah kolonial berupa pelatihan militer dan uang. Hal ini sesuai dengan tujuan Daendels datang ke Jawa, yakni untuk memperkuat pertahanan di Jawa. Dendels mengaggap bisa menggunakan Legiun Mangkunegaran demi mempertahankan Jawa.
Legiun Mangkunegaran juga dipercaya oleh Daendels untuk mempertahankan benteng di Klaten dan Jogja. Dalam kunjungannya ke Surakarta, Daendels meminta 200 orang prajurit Jawa untuk ditempatkan di Klaten dan Jogja kepada Pakubuwana IV. Namun Pakubuwana IV tidak bisa menyanggupi karena tidak lagi memiliki prajurit. Pakubuwana IV kemudian menyarankan Daendels untuk meminta prajurit kepada Mangkunegara II yang langsung menyanggupi pemberangkatan pasukan di hari itu juga.
Berikut beberapa kampanye militer Mangkunegara II:
Kampanye militer ke Cirebon
Tidak lama setelah menempatkan pasukan di Klaten dan Jogja, Mangkunegara II dipanggil oleh Daendels ke Semarang bersama dengan 500 prajuritnya. Setelah itu Daendels memerintahkan Mangkunegara II untuk menenangkan situasi di Cirebon yang sedang rawan akibat banyak perampokan dan bandit. Mangkunegara II menyanggupi permintaan Gubernur Jenderal Daendels dan langsung berangkat ke Cirebon. Setelah sampai di Cirebon para rampok dan bandit menjadi ciut nyalinya hanya dengan melihat pasukan Mangkunegaran, mereka segera membubarkan diri dan tidak terjadi sedikitpun pertumpahan darah.
Meskipun tidak terjadi infiltrasi secara langsung, kampanye militer pertama ini sangat penting peranannya bagi Legiun Mangkunegaran. Dengan begitu, Bupati-Bupati di Jawa menjadi semakin menaruh hormat pada Mangkunegaran. Secara politis, Mangkunegara II semakin mendapatkan perhatian dari para bupati dan juga pemerintah kolonial.
Kampanye militer melawan Inggris
Daendels digantikan oleh J Willem Jansens yang masih bertekad untuk melindungi Jawa dari serangan Inggris. Tidak berapa lama setelah Jansens mengambil alih, Raffles menyerbu Batavia. Jansens sebelumya sudah memanggil Legiun Mangkunegaran untuk bergabung di Batavia, namun ketika baru sampai di Sumedang Pasukan Belanda di Batavia sudah lebih dulu kalah. Kemudian muncul perintah untuk bergerak ke Semarang, Legiun Mangkunegaran kemudian ditempatkan di daerah Srondol dan Ngetap, sedangkan bala bantuan dari Surakarta berdatangan.
Pasukan Belanda sempat bergabung dengan Legiun Mangkunegaran namun dikalahkan di Srondol. Jansens dan sisa-sisa pasukan Belanda serta Legiun Mangkunegaran mundur ke Salatiga. Kemudian Jansens menyerah dan dipanggil ke pemerintah Inggris ke Semarang.
Dalam kampanye militer ini Jansens memanggil bala bantuan dari Kasunanan, Kasultanan dan Mangkunegaran. Namun yang datang hanya Legiun Mangkunegaran. Hal ini nantinya menumbuhkan kepercayaan pemerintah kolonial kepada Mangkunegaran
Kampanye Militer ke Yogyakarta
Kampanye Militer ke Jogjakarta dimaksudkan untuk mencegah konflik berlarut di kalangan keluarga Sultan sekaligus mendirikan Pakualaman. Hamengkubuwana II sebelumnya diturunkan oleh Daendels kembali naik tahta setelah menurunkan Hamengkubuwana III menjadi putra mahkota. Hal ini menyebabkan konflik keluarga yang ekstrim. Selain itu sikapnya yang cenderung bermusuhan dengan Raffles membuat hubungannya dengan Pakubuwana dan Mangkunegara menjadi jelek.
Dalam kampanye militer ini Legiun Mangkunegaran membawa 1000 serdadunya dilengkapi oleh 2 meriam dan 4 kuda. Setelah peperangan yang cukup besar, Hamengkubuwana II kalah dan dibuang ke Pulau Penang, sedangkan Pakubuwana IV dirampas sebagian wilayahnya untuk diberikan pada Mangkunegaran.
Kampanye Militer ke Palembang
Gubernur Jenderal Raffles menyerahkan kembali Jawa kepada Belanda di bawah Gubernur Jenderal Van Der Capelen. Pada waktu itu Belanda sedang mencoba menaklukkan Sultan Mahmud Badaruddin II dari Kesultanan Palembang. Setelah beberapa kali penyerangan yang gagal, Belanda memanggil Legiun Mangkunegaran untuk membantu.
Perang Jawa
Awalnya Mangkunegara II mengambil sikap netral dalam Perang Jawa karena tidak ingin perang menjalar hingga ke daerah Praja. Namun karena Hamengkubuwana V terkepung dan atas desakan pemerintah kolonial, akhirnya Mangkunegara II turun ke dalam perang Jawa melawan Pangeran Diponegoro. Namun turunnya Legiun Mangkunegaran tidak membuat peperangan semakin mudah. Pangeran diponegoro mendapatkan kemenangan besar dalam pertempuran di Sungai Progo, Desa Kapurun, Jatinom, dan Delanggu, pengikutnya pun menjadi semakin banyak.
Jenderal De Kock yang khawatir Diponegoro akan menyerbu Surakarta segera menyuruh satuan tentara utuk kembali ke Surakarta. Mangkunegara II pun turut dipanggil pulang. Dari Surakarta, Jenderal De Kock mengarahkan penyerbuan ke berbagai titik yang dianggap sebagai titik kumpul pasukan Diponegoro seperti Desa Kedhunggudel. Pakubuwana VI lah yang pertama kali mendapatkan informasi mengenai posisi pasti Pangeran Diponegoro di Desa Sokarejo dan kemudian informasi itu diteruskan kepada Jenderal De Kock. Dalam pertempuran di Sokarejo pangeran Diponegoro kalah karena diserang secara mendadak dengan gabungan pasukan Belanda, Kasunanan dan Mangkunegaran.
Setelah pertempuran di Sokarejo, pasukan Diponegoro tercerai berai. Dengan kesempatan ini De Kock langung menyebar pasukan untuk mengepung ruang gerak Diponegoro. Di Boyolali ditempatkan Mayor De Leyu, Mayor Le Bom dan Pangeran Natakusuma dengan tambahan prajurit Mangkunegara ditempatkan di Klaten, Kolonel Lantur di Kalitan, satu kesatuan di Yogja, satu lagi di Kalipraja, pangeran Mangkudininrat dan Pangeran Kusumayuda ditempatkan di Minoreh, Kapiten Tepepe ditempatkan di Candi Borobudur dan Letnan Kolonel Dhil di Tegal hingga Banyumas.
Dengan strategi seperti ini dengan mudah satu per satu pimpinan pasukan Diponegoro ditangkap. Kyai Maja ditangkap dan diasingkan ke Menado, Alibasyah Prawiradirja ditangkap juga, kemudian menyusul keluarga Pangeran Diponegoro yang ditangkap. Kemudian Pangeran Diponegoro diajak berunding di Magelang dan ditangkap setelah perundingan gagal.
Mangkunegara II berusaha bersikap netral dalam perang Jawa. walaupun pada akhir-akhir perang atas Desakan Hamengkubuwana V dan Belanda akhirnya Mangkunegara II ikut terjun dalam Perang Jawa.
Akhir Hidup
Setelah perang Jawa berakhir, Van den Bosch naik menjadi gubernur di Batavia dan memberikan penghargaan berupa bintang Ridder Nederlandsche Leeuw kepada KGPAA Mangkunegara II. Pada tahun-tahun ini keraton Surakarta dan Yogyakarta sudah tidak memiliki kabupatem Mancanegara lagi.
Berakhirnya perang Jawa sekaligus mengakhiri karir militer Mangkunegara II. Pada 27 Januari 1835 KGPAA Mangkunegara Meninggal dunia karena sakit parah pada usia 67 tahun. Ia meninggalkan satu orang permaisuri, 26 selir dan 69 orang anak. Pemakamannya dihadiri oleh Residen Surakarta, Mayor Theodorish dan Pakubuwana VII.
PENUTUP
KGPAA Mangkunegara II merupakan seorang raja yang memerintah cukup lama dalam keadaan politik Jawa dan eropa yang sedang bergolak. Dalam keadaan seperti itu, Mangkunegara II h bisa mengambil keputusan tepat demi mempertahankan keadulatan Praja Mangkunegaran dan juga statusnya sebagai seorang raja. Raja-raja Kasunanan dan Kasultanan dalam periode ini banyak yang tidak bisa mempertahankan legitimasinya sebagai seorang raja sehingga berulang kali dijatuhkan seperti Hamengkubuwana II.
Hal ini menunjukkan bahwa Mangkunegara II adalah sosok yang bisa mengambil keputusan yang tepat dan juga cepat mengambil kesempatan serta keuntungan dari situasi yang ada. Mangkunegara adalah sosok pemimpin yang gemilang ditambah dengan prestasinya berkali-kali membantu pemerintah kolonial dalam menanggulangi pemberontakan dan melakukan aksi-aksi militer ke berbagai daerah. Jasanya ini bahkan diakui oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan memberikan bintang jasa dan bantuan-bantuan kepada Praja Mangkunegaran. Mangkunegara II dihormati bukan hanya sebagai raja, tetapi juga sebagai Jenderal perang dan politisi yang disegani, bahkan terkadang meleihi Sunan dan Sultan.
DAFTAR PUSTAKA
__________. Serat Babadipun KGPAA Mangkunegaran II. Alih huruf Jawa ke Latin oleh M. Husodo.
Tidak diterbitkan
Ricklefs, Merle Calvin. 2001. A History of Modern Indonesia since c.1200. Hampshire: Palgrave
1 note
·
View note
Photo
Yg. kebanjiran... semoga banjir rejeki. Yg. macet2an... semoga rame usahanya. Yg. kena PHK... semoga dpt kerjaan lebih bagus Yg. baca status ini... bismillah bahagia & sukses selalu. *Nikmati proses Photo by phone @ban9yan (di Kraton Kasunanan Surakarta) https://www.instagram.com/p/Co9mX2GP3XE/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
TURISIAN.com - HUT Kota Solo Kota atau Surakarta ke-278 yang akan jatuh pada, Jumat 17 Februari 2023 mendatang akan diisi berbagai kegiatan. Perayaan Hari Ulang Tahun Kota Solo ini nantinya akan bisa dinikmati masyarakat umum. Tak terkecuali, wisatawan nusantara maupun mancanegara. “Upacara di Solo Safari, Festival Jenang di Ngarsopuro, kirab Boyong Kedhaton, dan tarian (kolosal) Adeging Kutha Sala,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta, Aryo Widyandoko seperti dikutip Turisian.com dari Kompas.com, Rabu 15 Februari 2023. Berikut rincian acara HUT Solo ke-278 seperti dikutip dari akun Instagram resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta, @pariwisatasolo. 1. Upacara di Solo Safari Uniknya, upacara tersebut akan diikuti oleh anak-anak Kota Solo. Mulai dari inspektur upacara, pembina, pimpinan upacara, hingga peserta semuanya anak-anak. "Nanti ada upacara, upacaranya anak-anak semua," ujar Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, dalam Tribun Solo. BACA JUGA: Kota Solo ‘Dihujani’ Penginapan Berkonsep NEWA, Seperti Apa? Solo Safari dipilih menjadi lokasi upacara HUT Kota Solo ke-278. Obyek wisata ini baru saja dibuka untuk umum pada Jumat (27/1/2023) lalu. Solo Safari dulunya adalah Taman Satwa Taru Jurug yang direvitalisasi. Namun demikian, belum diketahui jumlah anak-anak yang turut serta dalam upacara HUT Kota Solo ke-278. Rencananya, Pemerintah Kota Solo juga akan mengundang pihak Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran. 2. Festival Jenang Festival Jenang merupakan salah satu agenda rutin dalam menyambut HUT Kota Solo. Kali ini, Yayasan Jenang Indonesia Kota Solo kembali menggelar Festival Jenang Solo 2023 dalam rangka HUT Kota Solo ke-278. Berdasarkan informasi dari akun Instagram @pariwisatasolo, rangkaian Festival Jenang Solo 2023 terbagi menjadi dua agenda. Pertama, Pesta Berbagi Jenang berlokasi di Koridor Ngarsopuro Solo. Acara ini diselenggarakan pada Jumat (17/2/2023) pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB. Pasar Jenang Kedua, Pasar Jenang yang bertempat di Pamedan Puro Mangkunegaran Solo. Acara ini diselenggarakan pada Jumat (17/2/2023) pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB. Jenang merupakan salah satu kuliner tradisional nusantara. Pada beberapa daerah, jenang juga dikenal dengan nama bubur. BACA JUGA: Mulai Buka 27 Januari, Bonbin Solo Safari Tawarkan Makan Malam Bersama Harimau Kuliner khas nusantara itu tercatat dalam kitab kuno Serat Tatacara karya Ki Padmasusastra pada 1893. Jenang merupakan simbol kehidupan, yang disajikan bersama doa dan harapan untuk keselamatan. Ada berbagai jenis jenang yang bisa dijumpai dalam Festival Jenang Solo 2023, antara lain jenang sumsum, jenang ireng, atau jenang grendul, dan sebagainya. Selain menyajikan aneka jenis jenang, festival ini juga disemarakkan dengan sejumlah atraksi seperti tarian, fesyen show, musik, dan lainnya. 3. Kirab Boyong Kedaton Masih dari sumber akun Instagram @pariwisatasolo, Kirab Boyong Kedaton akan digelar pada Jumat (17/2/2023) mulai pukul 15.00 WIB. Rutenya adalah koridor Jalan Gatot Subroto menuju Balaikota Solo. Kirab ini akan diikuti oleh raja Keraton Surakarta Hadiningrat, anggota kerajaan, prajurit musik keraton, rombongan pembawa pusaka keraton, sanggar tari Kota Solo, dan lainnya. Menurut sejarah, kirab Boyong Kedaton adalah proses perpindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta Hadiningrat di Desa Sala, berdasarkan informasi dari dokumen Kirab Prosesi Boyong Kedaton 2023. BACA JUGA: Menengok Benteng Vastenburg, Peninggalan Belanda di Kota Solo “(Kirab Boyong Kedaton) Lebih ke memaknai ulang tahun Kota Solo melalui perpindahan dua keraton ini, sebagai lahirnya Kota Solo," tutur Panitia Kirab Boyong Kedaton Heru Mataya. Sunan Pakubuwono II Peristiwa sejarah ini bermula ketika bangunan Keraton Kartasura hancur dan porak poranda akibat Geger Pecinan. Akhirnya Sunan Pakubuwono II memerintahkan pemindahan keraton dari Kartasura ke Keraton Surakarta Hadiningrat di Desa Sala.
Proses perpindahan keraton itu dilakukan pada Rabu, 17 Februari 1745. Peristiwa yang menandai lahirnya Kota Solo itu, disebut sebagai Boyong Kedaton. 4. Adeging Kutha Sala Adeging Kutha Sala merupakan sebuah opera kolosal yang berkisah tentang berdirinya Kota Solo. Opera kolosal tersebut akan ditampilkan oleh para penari Kota Solo dengan iringan musik gamelan. Berdasarkan informasi dari akun Instagram @pariwisatasolo, opera kolosal Adeging Kutha Sala akan berlangsung di halaman Balaikota Solo. Masyarakat bisa menyaksikan pertunjukkan ini secara gratis. Opera kolosal Adeging Kutha Sala diselenggarakan pada Jumat, (17/2/2023) pukul 19.30 WIB. *** Sumber: Kompas.com
0 notes
Photo
Pray With Gratitude
"She was finding peace in her prayers."
Location: Kraton Kasunanan Surakarta, Indonesia
@cymot (Indonesia)
#Peace2020 contest
#@cymot#photographer#indonesia#kraton kasunanan surakarta#peace#black & white photography#prayer#culture#pray#peace2020 contest
8 notes
·
View notes