Tumgik
#Jalan tani
sumbarlivetv · 2 years
Text
Program Jalan Padat Karya di Lambung Bukit," Warga Berterima Kasih Kepada Wako Hendri Septa 
Program Jalan Padat Karya di Lambung Bukit,” Warga Berterima Kasih Kepada Wako Hendri Septa 
Padang, Sumbarlivetv – Setelah sekian lama menanti, jalan Usaha Tani Bak Denah yang sebelumnya jauh dari kata layak dilalui, kini akhirnya mulai tersentuh pembangunan. Jalan yang berada di RT 01 RW 04, Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh tersebut telah mendapatkan program Padat Karya Infrastruktur Tahun 2022 dari Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Dugaan Cukup Kordinasi Mesin Judi 303 di Kota Singkawang Membuat Resah Para Ibu
RELASIPUBLIK.OR.ID, SINGKAWANG KALBAR ||  Miris sekali semakin menjamur nya tempat mesin Judi Tembak Ikan di kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat hingga membuat ibu ibu rumah tangga geram dan resah sebab suami suami banyak tidak pulang kerumah pas gajian. Adanya aktivitas tempat permainan yang menyediakan mesin Judi Tembak Ikan dan Tempat permainan judi tersebut yang ada beberapa titik di…
0 notes
intijatim2022 · 22 days
Text
Sukseskan Program Pertanian, Pemdes Babadan Ngawi Bangun Jalan Usaha Tani (JUT) dari Dana Desa 2024
NGAWI | INTIJATIM.ID – Sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan, Pemerintah Desa (Pemdes) Babadan, Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi, memanfaatkan Dana Desa (DD) untuk membangun jalan usaha tani (JUT) yang menghubungkan lahan pertanian dengan jalan desa. Langkah ini diambil untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani. Kepala Desa (Kades) Babadan, Lasirin…
0 notes
kantorberita · 1 month
Text
Desa Arga Indah Luncurkan Proyek Ketahanan Pangan 2024: Pembangunan JUT untuk Kesejahteraan Petani
Desa Arga Indah Luncurkan Proyek Ketahanan Pangan 2024: Pembangunan JUT untuk Kesejahteraan Petani KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU TENGAH|| Desa Arga Indah yang terletak di Kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Tengah, telah meluncurkan proyek ketahanan pangan yang signifikan pada tahun 2024. Proyek ini mencakup pembangunan Jalan Usaha Tani, yang didanai oleh Dana Desa tahun 2024 dengan total…
0 notes
nonaabuabu · 4 months
Text
Pulang
Aku memutuskan pulang ke rumah, di pelosok yang akses apapun susah. Hidup layaknya orang desa yang bergantung kepada hasil tani.
Dulu saat aku pertama kali pulang dari rantau, tahun 2018, aku masih 23 tahun, baru lulus, emosi nggak stabil dan masih butuh validasi sosial bahwa aku sarjana yang bisa mengubah hidup keluarga.
Sekarang saat aku melakukannya ketiga kali, aku sudah belajar banyak soal pilihan hidup, soal jalan manapun yang kita tempuh adalah baik, selama prosesnya kita tidak mengkhianati hal-hal fundamental dalam hidup. Aku juga sudah tidak memiliki lingkungan yang ingin aku beri kesan, aku tahu apa yang kuinginkan.
Bila harus jujur apa rasanya lebih baik di rumah, tergantung kau mau dengar dari sisi mana. Jika dari akses senang-senang, aneka makanan yang menyenangkan dan tempat estetik, tentu tidak. Aku yang menerapkan lebih banyak mengonsumsi protein dan intermediate fasting setengah tahun belakangan, sekarang kembali ke porsi tiga kali sehari dan kadang hanya pakai sayur daun ubi rebus pakai sambal terasi.
Tapi jika kau bicara tentang kenyamanan lain, aku lupa kapan aku tidur senyenyak sekarang meski udara malam di desaku dinginnya tak bersahabat. Aku terbangun tidak lagi dengan perasaan kosong. Jam 10 malam aku sudah terlelap, pukul 5 aku sudah bangun dengan perasaan yang baik. Aku memasak, aku membereskan rumah, menyiapkan kebutuhan adikku sekolah, kebutuhan ayahku ke sawah, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya. Dan aku merasa lebih baik.
Setiap hari aku menemukan satu hal baru untuk aku kerjakan. Selama ini keluargaku di rumah hanya bertiga, ayah, abang dan adek lelakiku. Jadi kalian bisa bayangkan seberapa banyak sudut rumah yang berdebu, perabotan yang sudah lama tidak dibersihkan.
Meski ini bukan pertama kali aku di rumah dan mengurus ketiga lelaki ini, rasanya ini masa di mana aku melakukannya dengan perasaan yang lebih ringan dan menyenangkan. Mungkin, mungkin saja aku sudah sesiap itu jadi ibu rumah tangga yang baik, hehehe.
Tetangga masih saja ada mengeluarkan kata yang tidak menyenangkan, tapi sekarang aku tahu cara membuat mereka paham tanpa harus bersusah payah bersikap menyebalkan untuk membungkam mereka. Toh pada akhirnya mereka juga mampu membuka diri, bahwa hidup ini tak selalu seperti orang lain dan hidup secara ideal sebagaimana perempuan berpendidikan dari desa dengan usia 29 tahun.
Di rumah aku tetap ke sawah, tetap ke kebun, tetap mengerjakan pekerjaan rumah dan tetap menulis. Dibandingkan dengan saat bekerja kepada orang lain, aku merasa masa ini aku mampu menggunakan waktuku sebaik mungkin. Perbedaannya, jika dulu aku bekerja demi memenuhi perut sekarang aku melakukannya dengan sukarela.
Mungkin terlalu dini mengatakan ini sebagai rasa betah dan nyaman, mengingat aku baru dua minggu di rumah. Entah nanti bagaimana, tapi di tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia ini, aku sudah menemukan jalan yang kuinginkan sebagai diri sendiri.
Pedalaman Negeri, 02 Juni 2024
83 notes · View notes
byrenfa · 7 months
Text
Semoga Bukan Terakhir
Tumblr media Tumblr media
Terlalu berprasangka buruk mereka bilang.
Memang. Setidaknya itu yang aku pelajari dari himpunan hijau hitam yang membawaku turun ke jalan. Harus melawan, kanda bilang. Telinga kita harus runcing mendengar tangis, mulut kita harus lantang menentang yang bengis.
Terlalu menggebu sebagian yang lain bilang.
Memang. Kata ayah, "biarkan apinya tetap menyala". Maksud ayah mungkin menyala dengan api sedang, tapi aku terlanjur menyiramnya dengan banyak patah dan kecewa. "Sebelum anginnya bertiup lebih kencang, sebelum hangatnya mulai melemah, sebelum sumbunya dicabut tak tersisa."
Aku sudah diperingatkan mantan temanku, "nanti juga kamu bakal malu sendiri". Aku memilih menjadi tuli. Jika aku keliru hari ini, memang apa salahnya tetap mencari sambil mengekspresikan diri? Jika aku keliru hari ini, memang apa salahnya jika di kemudian hari aku sudah lebih bijak dan mau tak mau menjilat ludah sendiri? Lagipula yang kujilat ludahku sendiri, bukan pantat oligarki apalagi zionis.
Jadi kubiarkan tetap menggebu, setidaknya sampai esok hari.
Ditemani lagu dua lipa dan stray kids, yang sesekali kuselipkan buruh tani dan ayat kursi, malam ini aku akan terjaga lagi hingga pagi. Mencurigai diri sendiri dan tirani, "besok masih mampu gak ya aku kayak ini?"
Boleh jadi esok aku sudah berubah.
Tak lagi meributkan hal yang 'tak penting', tak lagi melibatkan diri pada perdebatan penuh emosi, tak lagi 'sok-sokan' memikirkan negeri. Boleh jadi esok aku sudah berubah, menjadi lebih bijaksana, lebih adil, lebih realistis, lebih oportunis, atau menjelma persis seperti para abangda yang lebih dulu memilih untuk bungkam dan sunyi.
Jadi kubiarkan tetap menggebu, setidaknya sampai esok hari.
Sampai dipadamkan dengan paksa, entah oleh penguasa atau kepentingan perut dan ego yang meronta.
Ciputat, 24 Februari 2024
[Kutulis sebagai arsip, sebelum kelak idealismeku habis digerogoti realita]
7 notes · View notes
rin-ke · 29 days
Text
"Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota bersatu padu rebut demokrasi"
"Wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun ke jalan"
"Mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar"
Akhirnya aku paham kenapa lagu-lagu ini diajarkan saat PKKMB Universitas dulu. Tahun 2019 itu, aku berpikir, "kenapa sih harus hapalin lagu-lagu itu? Toh tidak ada hubungannya sama pengenalan lingkungan kampus."
Terhitung per kemarin, terbuka sudah mataku. Negeri ini sudah rusak, sudah kacau. Negara ini sudah diperalat oleh satu keluarga untuk kepentingan mereka. Sang penguasa sudah seenaknya mengotak-atik aturan demi kepentingan politik.
Praktik nepotisme! Politik dinasti!
Muak sudah melihat Indonesia semakin hari semakin berdarah.
Jambi, 22/08/2024
Tumblr media
2 notes · View notes
kindredjoy · 5 months
Text
Fiddlesticks
the Ancient Fear
Tumblr media
Sesuatu telah terbangun di Runeterra. Sesuatu yang kuno. Sesuatu yang mengerikan. Ketakutan abadi yang dikenal sebagai Fiddlesticks mengintai tepi masyarakat, tertarik pada wilayah yang penuh paranoia di mana dia memangsa para korban yang diteror. Sambil memegang sabit bergerigi, makhluk kurus kering dan seadanya menuai ketakutan itu sendiri, menghancurkan pikiran orang-orang yang kurang beruntung untuk bertahan hidup setelahnya. Waspada terhadap suara burung gagak, atau bisikan sosok yang mirip manusia... Fiddlesticks telah kembali.
Zaman dahulu, di sebuah menara di tepi laut, seorang penyihir muda yang bodoh memanggil sesuatu ke dunia yang dia tidak siap untuk kendalikan. Apa yang terjadi di hadapan anak laki-laki itu adalah sesuatu yang lebih tua dari catatan sejarah. Sesuatu yang lebih gelap dari malam yang menganga dan tanpa bintang. Sesuatu yang dunia coba lupakan dengan susah payah—dan dalam sekejap, sang penyihir, makhluk itu, dan menara itu sendiri lenyap ditelan waktu.
Setidaknya, itu yang diceritakan dalam kisahnya.
Di Freljord, anak-anak saling menakuti di sekitar api dengan cerita tentang monster yang muncul dari kuburan tidak terawat di dalam es, tubuhnya berupa helm, gesper, bulu, dan kayu yang berantakan. Di Bilgewater, para pelaut yang mabuk bertukar cerita tentang sesuatu yang berdiri sendirian di sebuah atol kecil yang jauh dan tidak ada seorang pun pernah kembali. Legenda Targon kuno bercerita tentang bagaimana seorang anak senja mencuri satu-satunya kegembiraan dari sesuatu yang mengerikan yang berbisik dan compang-camping, sementara tentara veteran Noxus lebih menyukai dongeng tentang buruh tani yang kesepian yang disalahkan atas hasil panen yang buruk dan diumpankan ke burung gagak, lalu kembali ke dunia sebagai iblis.
Demacia. Ixtal. Piltover. Ionia. Shurima. Di setiap sudut Runeterra, mitos-mitos ini masih ada—dibentuk kembali, diputar ulang, dan diwariskan oleh generasi pendongeng yang tidak terhitung jumlahnya. Cerita tentang sesuatu yang terlihat mirip seperti manusia dan mengintai di berbagai tempat yang dipenuhi rasa takut.
Namun ini hanya dongeng untuk menakut-nakuti anak kecil. Tidak ada seorang pun akan takut pada monster tua konyol bernama Fiddlesticks…
Sampai sekarang.
Sesuatu telah terjadi di daerah pedalaman Demacia, yang disebabkan oleh meningkatnya ketakutan dan paranoia. Daerah perlindungan pedesaan, yang dipisahkan dari ibu kota oleh ratusan mil lahan pertanian, mulai kosong hanya dalam beberapa hari. Pelancong menghilang dari jalan setapak lama. Patroli penjaga gagal melaporkan kembali dari pinggiran kerajaan. Dan para penyintas dengan mata liar mencakar wajah mereka dari kedai minuman pinggir jalan yang aman, ratapan gagak yang bukan gagak, suara yang bukan suara, dan sesuatu yang mengerikan yang timpang dalam bentuk orang-orangan sawah yang bersuara serak dalam suara orang mati yang dicuri.
Kebanyakan menyalahkan penyihir jahat. Tuduhan seperti itu biasa terjadi di masa pemberontakan saat ini.
Namun kenyataannya jauh lebih buruk. Sesuatu telah kembali, seperti yang terjadi dalam kisah fiktif penyihir muda di menara tepi lautnya. Kejahatan telah hilang dari dunia selama berabad-abad—cukup lama hingga peringatan-peringatan umat manusia yang baru lahir berubah menjadi rumor, kemudian mitos, lalu legenda… hingga yang tersisa hanyalah dongeng belaka. Suatu entitas yang benar-benar asing sehingga menentang hampir semua pengetahuan sihir masa kini. Sangat kuno hingga selalu terjadi. Begitu ditakuti secara universal sehingga hewan pun menjadi gugup ketika seseorang menyebut namanya.
Setelah kebangkitan ini, kisah lain, yang hampir hilang dari ingatan, muncul kembali di seluruh daerah pedalaman. Legenda kejahatan besar yang tidak memiliki bentuk, tidak memiliki pikiran, dan tidak memiliki pemahaman tentang dunia yang dihuninya, membangun dirinya menjadi bentuk kasar dari orang-orang yang takut padanya. Teror semua makhluk hidup, diberikan kehidupan dalam jeritan penciptaan yang pertama dan mengerikan. Iblis sebelum iblis dikenal.
Setidaknya, itulah yang diceritakan dalam kisahnya.
Akan tetapi, Fiddlesticks itu nyata.
3 notes · View notes
sahabatmentari · 2 years
Text
"Gak Apa-apa, Kak, Belum Rezekinya.."
Tumblr media
Foto ini, bagiku bukan hanya sekadar foto. Foto ini, kuambil pada Ahad, 28 November 2022, sekitar 17 hari setelah pengumuman kelulusan seleksi substansi LPDP tahap 2 tahun 2022 diberitahukan. Tepat di Jl. Cikini Raya, Menteng, inilah Gedung Danadyaksa, markas tempat mimpi-mimpi anak bangsa dihimpun, dan diwujudkan satu persatu baik lewat dalam maupun luar negeri, dari Jakarta hingga Inggris Raya
Aku bukan fotografer, dan foto ini diambil karena curi-curi waktu dan kesempatan, setelah LPDP meminta maaf kepadaku karena tidak lolos seleksi substansi, 😅 dalam kepalaku terbayang beberapa rencana sederhana, yah meskipun masih ditolak, boleh kali yaaa main aja, pengen tau yang mana siii gedungnya 🤣 memang agak mengagetkan wishlist-nya teh...
Pas sekali, sambil menengok Bapak di Bekasi, sekalian saja hari Ahadnya jalan² naek KRL dari St. Cakung (karena tempat kerja Bapak di perbatasan Bekasi-Cakung). Subuh hari aku bangun tidur, lalu salat, bersiap-siap untuk berangkat. Namun tiba² Bapak ada kerjaan tambahan dari bosnya, makanya tidaj jadi membersamaiku. "Kak, sendirian aja gapapa main ke Monas-nya? Berani kan?" ucapnya. Siappp, kami bergegas, Bapak hanya mengantarkanku sampai St. Cakung. Ternyata cepet dan murah yaaa, dan memang sensasi naek KRL beda emennn sama KA Lokal Bandung, huhuhu. Di sana, aku yang masih belum sat set sat set 😭 malah suka degdegan takut ketinggalan kereta atau salah naek, wkwkw. Tapi Alhamdulillah, setelah transit di Manggarai, aku lanjutkan perjalanan dgn naik ke peron atas, menuju St. Juanda. Perjalanannya lancaaar
Sampai St. Juanda, aku jalan lewatin Istiqlal, terus ke Monas. Di dalem hati cuma terpikir gini, "Ya Allah, dulu waktu kecil suka diajakin Bapak jalan² ke Jakarta, naek kereta juga, atau kadang naik motor (karena dulu sempat tinggal di Cakung sampai usia TK, dan di Bekasi sampai thn 2017 pas masih kuliah semester 6). Sekarang jalan² ke sini udah bisa sendirian, dan dipercaya jalan² sendiri sama orang tua, yahhh sadar dulu sii sebenernya karena usia udah 26 wkwkw 🤣 tapi yuyur aku masih merasa i'm still young, maybe 19 or 20 🤣 canda hadirin
Udah keliling Monas, jalan santai sekitaran sana, akhirnya pesen Greb buat ke gedung LPDP. WAHHH, di Menteng, ternyata deket dari daerah St. Gambir, xixixi. Akhirnya aku pesen dari Tugu Tani, deket siii tinggal jalan juga bisa, cuma karena nyebrang di jalanan yg lebar, dan kendaraan pada lewat kenceng² banget, akhirnya kita ngegreb aja deh...
Sampailah di depan Gd. LPDP. Kretekkk... Kretekkk... Kepala mulai berisik, "wah ini nih kalau misal aku kemaren keterima pasti udah mulai PK, dapet PK sekian, udah dikasih tau lokasi Pengayaan Bahasa, udah dapet seminar sama Bu Sri Mulyani, dll," berisik banget pokonya. Sambil duduk di kursi yang ada di seberang gedung tsb, aku menarik napas panjang. Alhamdulillah, gak nangis ko hahaha 😆 in sya Allah ada hikmah kenapa di kali kedua daftar, masih belum diterima. Ayolahhh... Baru percobaan kedua, masih bisa coba lagi, kataku. Aku menatap gedungnya sambil berdoa, kalau memang ada rezekinya, pasti Allah akan kasih. Tapi kalau belum rezeki, nanti mungkin akan diganti dgn yang lebih baik. Yang penting, terus husnuzhon sama Allah, dgn mencoba dan berusaha, kalau mau mendapatkannya...
Pas lagi duduk santay di depan gedungnya, tiba² nampaknya itu staf atau pegawainya gt ya, wkwk. Aku takut kelihatan, langsung kuambil botol minum, dan pura-pura minum dong hahaha biar keliatan kaya lagi nunggu orang 🤣 padahal karena maluuu bisi kelihatan hehehe...
Alhamdulillah... Hepi banget... Bisa silaturahim ke jalanannya aja, juga udah bisa mengobati, dan tetap menjaga semangat untuk gak patah arang...
***
Oiya...
Keinginan untuk jadi awardee sudah dimimpikan semenjak masih kuliah di semester 3 (sekitar thn 2015), karena dulu punya kenalan beberapa orang kakak kelas yang awardee LPDP di UPI jurusan Pendidikan Dasar. Kata teteh²nya, lanjutkan saja mengambil perkuliahan ke jenjang selanjutnya bilamana ada kesempatan, anak Bidikmisi juga bisa lanjut S2 ko... Jalur pendidikan, bagiku, hari ini, adalah jalur yang masih mungkin untuk bisa diperjuangkan...
Kenapa masih mau mengusahakan untuk melanjutkan kuliah? Ini salah satu pertanyaan dari interviewer tahun lalu saat seleksi substansi, yang membuatku bener² ngahuleng tarik... Yah... Memiliki napas yang panjang untuk bergerak dalam bidang pendidikan, adalah dengan mengambil batu-batu loncatan menuju tingkat yang lebih tinggi. Supaya semakin ada pengalaman, ada ilmu yang bisa lebih luas didapatkan, dan ilmu yang didapatkan tentu yang nantinya akan kembali disebarluaskan...
Juga karena...
Sebelum Almarhumah Enin meninggal, selama hidupnya, beliau sangat tahu keinginanku untuk bisa sekolah lebih tinggi. Beliau juga tau timeline LPDP dariku, dan setiap kupulang ke Garut, selalu ditanyakannya. Kapan tesnya? Kapan ujiannya? Gimana hasilnya?
Doa-doa yang dilangitkan sebelum Enin benar² drop dan sakit selama 2 pekanan hingga akhirnya wafat, salah satunya adalah didoakannya diriku, supaya bisa lolos LPDP dan jadi awardee. Walaupun hingga akhirnya, sampai kepergiannya, mimpi itu belum bisa terwujud. Maka dari itu, selagi masih ada kesempatan, bismillah... Aku mau mencoba lagi...
Buat para pejuang cita-cita, semangattt ayooo kamu gak sendirian... ❤️
14 notes · View notes
yonatannugroho31 · 1 year
Text
Tumblr media
Gerardus Budisatrio Djiwandono adalah seorang politikus asal Indonesia. Ia maju sebagai calon legislatif dari Partai Gerindra untuk daerah pemilihan Kalimantan Timur.
Kelahiran: 25 September 1981 (usia 41 tahun), Jakarta
Partai: Partai Gerakan Indonesia Raya
Orang tua: Sudrajad Djiwandono ( Gubernur Bank Indonesia ) dan Bianti Djiwandono (kakak sulung Prabowo Subianto )
Paman: J. Soedjati Djiwandono dan Prabowo Subianto
Jabatan saat ini: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sejak 2017.
Perjalanan Karir :
- Nusantara Energy (Wakil Ditektur Utama)
- Kertas Nusantara (Wakil Direktur Utama)
- Nusantara Pandu Energi (Direktur Utama)
- Kurnia Tidar Abadi (Direktur Utama)
- Satrio Putra Tidar (Komisaris)
- Komisi IV DPR RI Anggota (2017-2019) Wakil Ketua (2019-sekarang)
- Badan Kerjasama Antar Parlemen Anggota (2018)
- Legislasi Undang-undang – Pansus RUU Kewirausahaan Nasional : Kapoksi (2018-2019)
- Badan Musyawarah DPR RI – Anggota (2019-sekarang)
- Fraksi Gerindra DPR RI – Wakil Sekretaris (2019-sekarang)
Riwayat Pendidikan: 
-SD        : Santa Theresia
-SMP     : Sekolah Pelita Harapan
-SMA     : Berkshire School, USA
-S1          : Government & International Relation, Clark University, USA
Aspirasi Masyarakat
Tumblr media Tumblr media
Guna menyerap aspirasi di wilayah Daerah pemilihan (Dapil) provinsi Kalimantan timur, Anggota DPR RI G Budisatrio Djiwandono gencar mengadakan kunjungan ke berbagai pelosok Kabupaten dan Kota yang ada di Kaltim. Dalam sasaran awal kunjungan reses pertamanya yakni Desa Bukuan. Kegiatan yang dihadiri kurang lebih 200 peserta tersebut berlangsung di Kantor Desa Bukuan, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda.
Anggota DPR RI G Budisatrio Djiwandono (tengah) foto bersama para petani dan nelayan di Kelurahan Manggar tepatnya di Kampung Pelangi Teluk Seribu Balikpapan Timur.
Guna menyerap aspirasi di wilayah Daerah pemilihan (Dapil) provinsi Kalimantan timur, Anggota DPR RI G Budisatrio Djiwandono gencar mengadakan kunjungan ke berbagai pelosok Kabupaten dan Kota yang ada di Kaltim. Dalam sasaran awal kunjungan reses pertamanya yakni Desa Bukuan. Kegiatan yang dihadiri kurang lebih 200 peserta tersebut berlangsung di Kantor Desa Bukuan, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Rabu (19/7).
Adapun kegiatan diskusi diawalin dengan pertanyaan dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Bukuan, Suliah, menyampaikan permohonan dukungan kepada Anggota DPR RI Fraksi Gerindra tersebut terkait program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) sehingga dapat mandiri secara pangan di wilayahnya. "Saya rasa program P2L ini sangat tepat di adakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dengan memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam aneka tanaman sayur kebutuhan," ucapnya.
Sedangkan, Kelompok Tani Bukuan, Edizilah mengungkapkan permintaan bantuan kebutuhan untuk kelompok tani berupa hand tractor atau dryer. Tidak sampai disitu, pihaknya juga mengajukan pengadaan sumur bor atau hal semacam nya dalam penyediaan air bersih. Selain itu, menurutnya permasalahan kelangkaan pupuk bersubsidi apakah adakah jalan keluarnya. Karena biaya pupuk non subsidi hingga sampai hari mencapai harga kisaran Rp 400 ribu per karungnya. Sungguh memberatkan kami sebagai petani. "Saya harap ada solusi dari Pak Budisatrio selaku pejabat perwakilan Kaltim untuk pusat," pintanya.
21-08-2023
2 notes · View notes
shifaturrahmah · 1 year
Text
Golden Yellow (Part 1 : Pertanda)
Suara kipas angin terdengar sayup-sayup ketika Naira sedang mengepak satu per satu barangnya. Cuaca siang ini sangat cerah, ah lebih tepatnya panas. Hingga membuat dahi Naira basah. “Kemeja udah, jilbab krem, jilbab biru, kaos, celana, ah iya kaos kaki buat jaga-jaga. Hmm apa lagi ya?” Naira mengelist satu per satu barang yang akan dibawanya. “Hah rasanya seperti sauna.” Sambil sesekali dia mengeluh pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba dari balik pintu sepasang mata keriput memandanginya dengan seksama. “Banyak banget barang yang mau dibawa nduk, kayak mau pindah rumah aja, apa udah nggak betah tinggal sama bapak?”
Naira tersentak. "Ah bapak bercandanya nggak lucu. Nana sedang berusaha mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik ini Pak, biar besok interview nya sukses gitu. Bapak doain ya, kan bapak tau ini mimpinya Nana dari lama."
Bapak memandang anaknya dengan seksama. Takjub melihat anak mbarep yang ia besarkan dengan susah payah selama ini sudah besar, ia akan menentukan jalan hidupnya sendiri. "Nduk nek nanti bapak ndak ada, tetap jagain ibuk sama adikmu ya. Bapak bisanya ya cuma tani, cuma sekedar begini. Tapi bapak bersyukur anak bapak sing siji ini sebentar lagi mentas. Bapak lega."
Naira tak melihat ayahnya. Bukan tak ingin. Tapi ia sedih mendengar kata-kata itu. Ia tak ingin meneteskan air mata, sehingga ia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan tumpukan baju dan tas ransel yang ada di depannya. Matanya panas. Apalagi hatinya. Kata-kata bapak kali ini, sama sekali tak ingin dia dengar. Ia belum siap. Sama sekali tidak siap. Tapi ia tak bisa membiarkan kata-kata bapak menguap begitu saja.
"Ah bapak ini lagi-lagi nggak ada angin nggak ada hujan kok ngomonge gitu. Pokoknya bapak sama ibuk doain Nana ya. Tugase bapak dan ibu doain dan bahagia lihat Nana sama dik Sasa sukses. Nana cuma pengen liat bapak ibuk seneng, dan lebih kepenak hidupnya. Nggak harus susah-susah kayak yang udah-udah. Habis ini biar gantian Nana yang banting tulang nyenengin bapak sama ibuk. Oke?"
Siang itu, Naira memutuskan untuk memeluk bapak. Panas di hati itu kini sudah terguyur hujan. Menyisakan hangat dan damai yang mendalam. Membulatkan tekadnya Naira untuk meraih mimpinya. Ia akan berangkat membawa sejuta harapan untuk keluarga Pak Karman.
Suara klakson kereta memekakkan telinga. Membuat kaget beberapa orang yang sedang asyik melihat gawainya. Menyungging senyum anak kecil yang terpesona melihat lokomotif kereta sambil melambai-lambaikan tangan. Sesekali ibunya mengejarnya yang tidak bisa diam. Kegirangan.
Suara berisik pengumuman, orang berbicara dengan lantang dan mesin kereta api mengisi ruang udara sore yang basah itu. Naira lega ia bisa sampai stasiun sesaat sebelum rintik ketiga hujan itu sempurna berlomba berjatuhan ke bumi dengan sesamanya. Naira duduk menatap handphone di tangannya. Ia terdiam sebentar, ingat lambaian tangan ke bapak barusan. Bapak pasti kehujanan. "Bapak hati-hati ya, kalau sudah sampai kabarin Nana." Seketika ia mengetikkan pesan WhatsApp ke nomor bapak, ingin memastikan bapak sampai rumah dengan selamat. Jarak stasiun dan rumah cukup jauh, tapi kali ini bapak bersikeras mengantar Naira. Biar berkah doanya sepanjang jalan katanya. Padahal biasanya Nana diantar Lik To, tetangga sekaligus tukang ojek langganan keluarga kalau ada apa-apa.
"Nduk nek nanti bapak nggak ada…" dan tiba-tiba kata-kata itu muncul lagi di benak Naira. Memenuhi ruang neokorteks dan amigdala secara bersama-sama. Memicu perasaan tak nyaman yang ia sebut sebagai sebuah kekhawatiran.
"Hfffhhhh" desahan nafas itu terdengar berat. "Ya Allah jaga bapak, semoga semua baik-baik aja.”
Suara pengumuman yang ia tunggu akhirnya terdengar. Sambil menatap jam di tangan kirinya ia mulai beranjak berdiri dan membawa barang-barangnya menuju peron kereta yang diarahkan oleh announcer, sembari mengingat nomor gerbong dan kursi yang telah ia pilih sebelumnya.
5 notes · View notes
Text
Pemilik Mesin Judi Tembak di Singkawang Mampu Bungkam APH
REALITANEWS.OR.ID, SINGKAWANG KALBAR || Miris sekali semakin menjamur nya tempat mesin Judi Tembak Ikan di kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat hingga membuat ibu ibu rumah tangga geram dan resah sebab suami suami banyak tidak pulang kerumah pas gajian. Adanya aktivitas tempat permainan yang menyediakan mesin Judi Tembak Ikan dan Tempat permainan judi tersebut yang ada beberapa titik di kota…
0 notes
prhndini · 1 year
Text
Matahari Terbit di Ujung Timur Jawa
Tumblr media
Bagian 1: Terik
Desa Caluring, Kerajaan Blambangan, 1771
Tuk.. Duk.. Tuk.. Duk.. Suara derap ketukan lesung tertangkap indra pendengaranku. Aku sedang mengawasi para buruh tani untuk  mengolah  padi hasil sawah milik keluargaku menjadi beras. Setelah memastikan semuanya beres, aku memberikan upah kepada tiga petani yang menggarap sawah kami di Caluring.
“Terimakasih, mas Seno Darmo” ucap para buruh tani.
“Sama-sama, pak. Oh ya, kira-kira, satu minggu lagi sawah di Ulupampang akan panen. Satu orang petani yang biasa bertugas disana kebetulan tidak bisa menggarapnya, Sepertinya akan kekurangan orang karena sawah disana lebih luas. Pak Joko apakah bisa?” Seno bertanya kepada Pak Joko, salah seorang buruh tani yang paling muda diantara lainnya.
Aku sudah mengetahui track record mereka, sehingga lebih nyaman bagiku untuk bekerja dengan mereka, walau harus mengeluarkan biaya yang lebih besar.
 Sebelum menerima jawaban, aku segera menambahkan, “Aku tau Ulupampang cukup jauh. Akan kuberi kau upah dua kali lipat dari disini. Bagaimana?”
“Baik, mas Seno. Saya bersedia”
“Baiklah kalau begitu. Ini kalian bagi untuk bertiga ya” Aku memberikan sekarung beras kepada mereka. Biarlah keuntunganku jadi tak seberapa. Kupikir masa-masa sekarang ekonomi semakin sulit karena VOC bertindak semena-mena dan menindas kami.
Mengingat kebengisan penjajah itu, dadaku bergemuruh. Aku geram! Disini kami para rakyat bersusah payah bekerja. Lalu seenaknya saja mereka mengambil hasil keringat kami. Belum lagi pungutan pajak yang kian hari kian melambung. Dasar kompeni biadab berdarah benalu!
Para buruh tani mengucap beribu terimakasih kepadaku sebelum mereka pulang. Aku duduk bersandar pada karung-karung beras, menunggu Pak Sumaji. Ia adalah pedagang yang biasa membeli beras hasil panen. Kami berjanji akan bertemu saat sore.
Aku tak sengaja akan tertidur. Karung-karung beras yang hangat ini benar-benar nyaman. Belum sempat aku terlelap, Pak Sumaji akhirnya datang. Setelah transaksi selesai dilakukan, aku pulang sambil memanggul dua karung beras untuk persediaan di rumah.
Kulihat Apak di kejauhan juga memanggul dua keranjang besar yang dikaitkan dengan tongkat di pundak. Itu pasti berisi jagung yang juga baru dipanen. Sepertinya besok aku harus pergi berjualan ke pasar. Untuk jagung, kami memang menjualnya sendiri karena hasilnya tidak begitu banyak dan jumlahnya juga sedikit.
“Pak! Apak!” Aku berteriak memanggil ayahku.
Apak pun menoleh, “Le! Sudah selesai? Ayo pulang sama-sama”
Aku segera menyusul Apak. Kami berjalan bersama menuju rumah kami.
Syukurlah, hasil panen kami cukup melimpah. Sebagian uang ini bisa dipakai untuk membawa emak ke tabib. Semoga emak lekas sehat dan tidak sakit-sakitan lagi.
***
Desa Bayu, Kerajaan Blambangan, 1771
Terik matahari bersinar di atas Desa Bayu. Awan yang membawa air di musim penghujan sedang tidak tampak. Panasnya udara menyengat tubuh para rakyat Blambangan yang datang.
Mereka membawa berbagai kebutuhan pokok, senjata, dan harta benda yang mereka miliki. Kebanyakan datang dari desa lain untuk mencari perlindungan diri dan menghindari kerja paksa. Apalagi semenjak berdirinya Benteng Bayu, desa Bayu menjadi basis perkumpulan rakyat Blambangan. Kian hari kian bertambah penduduk Blambangan yang mengungsi ke desa Bayu yang terletak di lereng gunung Raung.
Kesengsaraan rakyat ini diprakarsai oleh pergantian pemimpin VOC, Komandan Colmond. Kekejamannya menyebabkan penderitaan bagi rakyat Blambangan. Mereka hidup dalam tekanan sosial dan ekonomi. Bagaimana tidak? Orang-orang diperintahkan untuk kerja paksa membuka jalan dan membangun benteng Belanda di Ulupampang tanpa menerima upah dan makanan. Akibatnya, banyak sekali rakyat yang sakit dan mati kelaparan.
Tidak cukup itu saja, untuk memenuhi kebutuhan Belanda, pasukan VOC menyita simpanan beras dan hasil panen penduduk Blambangan. Jika tidak diberikan maka akan dibakar dan dimusnahkan. Sungguh tiada berperikemanusiaan! 
“Sembah nuwun, Pangeran” Seorang pria tua yang baru saja datang bersama istri dan tiga anaknya berterimakasih kepada Pangeran Rampeg Jagapati. Anaknya yang paling kecil sepertinya kelelahan hingga karung yang ia bawa terjatuh. Pangeran dengan ringan tangan membantu membawa barang mereka.
Pangeran Jagapati adalah pemimpin yang dipilih sendiri oleh rakyat Blambangan, mengabaikan Belanda yang dengan lancangnya menunjuk orang dari luar Blambangan untuk mengisi kursi kepemimpinan Kerajaan. Pangeran tinggal di Benteng Bayu dan memimpin daerah ini.
Bagi Pangeran Jagapati, gelar Pangeran hasil bai'at rakyat adalah sebuah amanah. Hanya ongkang-ongkang kaki jelas bukan tabiatnya. Di kehidupan masa mudanya, ia tidak tinggal di istana karena ia adalah anak dari seorang selir raja. Itulah sebabnya dirinya terbiasa berbaur dengan rakyat, sangat rendah hati, dan mengayomi. Darah biru keturunan Prabu Tawangalun II mengalir di nadinya, menurunkan sifat kepemimpinan yang luhur.
“Pangeran, saya persembahkan bedhil Jawa untuk rakyat Blambangan” Lembu Giri—seorang bekel dari desa Tomogoro membawa sepuluh buah senjata api laras panjang. 
Dukungan tidak hanya datang dari kaum rakyat kawula alit, tetapi juga dari para bekel,--lurah, para bekel agung--pembantu bupati, kaum bangsawan, hingga pedagang dari luar Kerajaan Blambangan. Sebut saja komunitas kaum Tionghoa, Bugis, Melayu, Sumbawa. Dukungan yang mereka berikan  berupa senjata, kebutuhan pokok, transportasi, serta informan.
Suatu hari, seorang tangan kanan Pangeran mengungkapkan keresahan hatinya pada Pangeran, “Pangeran, hamba masih khawatir dengan keamanan Benteng Bayu. Senjata kami masih terbatas, dan tidak secanggih milik Belanda. Bagaimanapun Belanda memiliki senjata yang jauh lebih canggih dengan jumlah yang banyak”
Sebagai manusia biasa, hal itu juga sempat terbesit di dalam pikiran Pangeran Jagapati, namun ia memilh untuk menenangkan keresahan tangan kanannya,“Tenang saja, Tuhan akan menganugerahkan Meriam kepada kita”.
Begitulah cara Pangeran Jagapati untuk membesarkan hati para pejuang Bayu.
Pejuang Bayu tidak menyadari, bahwa sekitar enam belas kilometer dari Benteng Bayu, di Ulupampang, para pejabat Belanda kebakaran jenggot dengan kemajuan Desa Bayu. Kompeni takut seluruh rakyat Blambangan akan membela Pangeran Jagapati dan kekuasaannya jatuh sepenuhnya pada rakyat Bumi Blambangan.
“Aku sendiri yang akan memimpin penyerangan ini” Ujar Cornelis van Biesheuvel, kepala residen Blambangan.
Ia melanjutkan, “Schophoff, kau kutunjuk untuk memimpin pasukan menuju desa-desa lainnya. Tugasmu mempengaruhi rakyat agar tidak berpihak kepada Jagapati” Biesheuvel memerintahkan wakilnya.
“Siap, komandan!”    
***
Pada suatu hari yang mencekam. Kala itu adalah tanggal 5 Agustus 1771. Persiapan penyerangan oleh pihak Belanda telah final. Kompeni meng-eksekusi rencananya untuk menlumpuhkan Benteng Bayu. Bunyi tambur, kendang, dan gong bertalu-talu menggema di Desa Bayu. Tanda perang dimulai.
Pasukan VOC menyerang benteng Bayu dengan membentuk formasi segi empat. Pasukan tersebut tidak hanya dari kaum Belanda, namun juga dari pribumi.
Bunyi bedhil dan meriam memekakkan telinga. Pandangan mata menjadi kabur karena gelapnya asap senjata api.  Ayunan parang membelah udara dan menjadi senjata.
Pribumi yang bergabung dengan pasukan VOC membelot. Berbalik membela pasukan Bayu. Sebuah keuntungan bagi pasukan Jagapati.
Korban-korban perang mulai berjatuhan. Pihak Belanda optimis akan menang. Benteng bayu sangat kuat. Pejuang Bayu menguasai medan peperangan dengan baik. Lambat laun keadaan berbalik. Belanda kehilangan ketangguhannya.
Seperti karang bergeming dihempaskan ombak samudra. Kekuatan Benteng Bayu tak terelakkan. Kompeni lari tunggang-langgang. Pejuang Bayu bersuka cita menyambut kemenangan.
“Aku akan kembali dengan kekuatan yang lebih dahsyat!” Biesheuvel berjanji kepada dirinya sendiri. Ia dan pasukannya yang selamat segera memacu kudanya kembali ke Ulupampang.
Bersambung
5 notes · View notes
kantorberita · 2 months
Text
Belum Dilalui Kendaraan, Jalan Usaha Tani Rabat Beton di Desa Karang Nanding Banyak Retak
Belum Dilalui Kendaraan, Jalan Usaha Tani Rabat Beton di Desa Karang Nanding Banyak Retak KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU TENGAH|| Pada tahun 2024, Desa Karang Nanding di Kecamatan Semidang Lagan, Kabupaten Bengkulu Tengah, memulai proyek penting yaitu pembangunan Jalan Usaha Tani dengan menggunakan rabat beton. Jalan ini memiliki panjang 140 meter, lebar 250 cm, dan tinggi 0,15 cm. Anggaran yang…
0 notes
indonesianacademy · 6 days
Text
Rakyat Indonesia - Bangsa Yang Belum Makmur Di Negeri Yang Subur
Tumblr media
Rakyat Indonesia - Bangsa Yang Belum Makmur Di Negeri Yang Subur Kekayaan Alam Bangsa Milik Rakyat Indonesia Melimpah Indonesia terkenal sebagai negara dengan kekayaan alam yang luar biasa. Hutan tropis, lautan, dan sumber daya alam lainnya tersedia melimpah. Namun, kekayaan ini belum termanfaatkan secara maksimal oleh penduduknya. Banyak sumber daya yang belum terkelola dengan bijak, sehingga kemakmuran belum terasa secara merata.
Tumblr media
Banyak lahan subur yang belum terolah dengan optimal. Masyarakat cenderung mengandalkan metode tradisional dalam bercocok tanam, padahal teknologi modern tersedia. Kekayaan alam ini seharusnya menjadi motor penggerak ekonomi rakyat Indonesia, tetapi kenyataannya berbeda. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam memanfaatkan potensi besar ini. Tanpa adanya upaya serius, kekayaan alam Indonesia akan terus terbengkalai dan tidak memberi dampak signifikan bagi kemakmuran rakyat. Pengaruh Pola Pikir Dalam Pembangunan Salah satu faktor yang menghambat kemakmuran adalah pola pikir masyarakat. Banyak yang masih berpikir bahwa bekerja keras tidak selalu membuahkan hasil yang signifikan. Mereka merasa nyaman dengan keadaan yang ada dan tidak terdorong untuk berubah. Kemalasan dan ketergantungan pada bantuan sosial juga menjadi masalah besar. Banyak masyarakat lebih memilih menunggu bantuan daripada berinovasi untuk memanfaatkan sumber daya yang ada. Ini menyebabkan produktivitas menurun dan menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Mengubah pola pikir ini membutuhkan pendidikan yang lebih baik dan motivasi untuk maju. Masyarakat harus mendapat pemahaman tentang pentingnya memanfaatkan peluang dan bekerja keras untuk mencapai kemakmuran. Tantangan Infrastruktur Belum Merata Meski Indonesia kaya akan sumber daya alam, infrastruktur di banyak daerah masih belum memadai. Jalan yang buruk, listrik yang tidak stabil, dan akses internet yang terbatas menghambat perkembangan ekonomi di wilayah-wilayah pedesaan.
Tumblr media
Pembangunan infrastruktur yang baik adalah kunci untuk membuka akses pasar dan meningkatkan produktivitas. Banyak daerah potensial yang terisolasi akibat minimnya infrastruktur. Hal ini membuat mereka sulit memasarkan hasil pertanian atau produk lainnya ke kota-kota besar. Pemerintah perlu berfokus pada pembangunan infrastruktur yang merata. Dengan infrastruktur yang memadai, masyarakat akan lebih mudah mengembangkan usaha dan meningkatkan taraf hidup mereka. Pentingnya Pendidikan Dan Pelatihan Kemakmuran tidak hanya bergantung pada kekayaan alam, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, terutama di daerah terpencil. Banyak masyarakat yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang layak, sehingga sulit bersaing di pasar kerja. Selain itu, pelatihan untuk meningkatkan keterampilan kerja juga sangat perlu. Banyak masyarakat yang masih bergantung pada pekerjaan yang tidak produktif atau tidak memiliki keterampilan yang memadai. Hal ini menyebabkan rendahnya pendapatan dan kemakmuran. Pemerintah dan sektor swasta perlu menyediakan program pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan demikian, rakyat Indonesia akan memiliki kesempatan lebih besar untuk mencapai kemakmuran. Etimologi Kata Petani Etimologi adalah ilmu yang mempelajari asal-usul kata. Untuk mengerti asal-usul kata "petani", kita perlu menelusuri akar katanya.
Tumblr media
- Akar Kata "Tani" Kata "petani" berasal dari kata dasar "tani". "Tani" sendiri memiliki akar dalam bahasa Sanskerta yang berarti "tanah yang ditanami". Dalam bahasa Jawa, "tani" memiliki arti "palemahan hang ditanduri" atau "lahan yang ditanami". - Penambahan Awalan "Pe-" Awalan "pe-" dalam bahasa Indonesia sering berguna untuk membentuk kata benda yang menunjukkan orang yang melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan. Contoh lain : penulis - orang yang menulis, pembaca - orang yang membaca, pembuat - orang yang membuat. Jadi, "petani" secara harfiah berarti "orang yang melakukan kegiatan tani" atau "orang yang mengolah tanah". Secara singkat, kata "petani" memiliki akar yang sangat erat dengan kegiatan bercocok tanam dan mengolah tanah. Proses penambahan awalan "pe-" menunjukkan bahwa kata ini merujuk pada orang yang melakukan pekerjaan tersebut. Fakta Menarik - Akronim "Petani" Meskipun akar kata "petani" sudah jelas, terdapat sebuah fakta menarik bahwa pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, kata "petani" pernah memiliki arti sebagai akronim dari "Penyangga Tatanan Negara Indonesia". Ini adalah sebuah upaya retorika untuk menegaskan pentingnya peran petani dalam menjaga ketahanan pangan negara. Namun, perlu penekanan bahwa akronim ini tidak mengubah asal-usul kata "petani" yang sebenarnya. Rakyat Indonesia - Bangsa Yang Belum Makmur Di Negeri Yang Subur Indonesian Academy – Hong Kong Read the full article
0 notes
gooselacom · 1 month
Text
Pemko Medan Mengapresiasi Pelantikan DPW Tani Merdeka Indonesia Sumut
Pemko Medan Mengapresiasi Pelantikan DPW Tani Merdeka Indonesia Sumut
Medan – Wali Kota Medan Bobby Nasution diwakili Kadis Ketahanan Pangan Pertanian Perikanan (DKP3), Gelora KP Ginting menghadiri Pelantikan DPW Tani Merdeka Indonesia Provinsi Sumut periode 2024- 2029 di Aula Restoran Wong Solo, jalan Adisucipto, Medan Polonia, Sabtu (10/8/2024). Kepengurusan DPW Tani Merdeka Indonesia Sumut yang diketuai Muhammad Husni ini dilantik oleh Ketua DPP Tani Merdeka…
0 notes