#Hari_ke22
Explore tagged Tumblr posts
grathwords · 9 years ago
Text
Tuhan dalam Imaji
If God had a name what would it be? And would you call it to his face? If you were faced with him in all his glory What would you ask if you had just one question? ....................... (Alanis Morisette - What If God Was One of Us)
How’s your day, God? Saat menulis surat untuk-Mu ini, aku sedang mendengarkan lagu itu melalui pemutar lagu favoritku. Ya, Engkau pasti sudah hafal kebiasaanku mendengarkan lagu saat sedang rehat dari rutinitas kerja. Terkadang aku berimajinasi, tempat kerja-Mu itu pastilah sangat sibuk, bahkan lebih sibuk dari tempat kerjaku. Seperti hiruk pikuk restoran 24 jam yang selalu melayani berbagai macam pelanggan. Tapi anehnya, Engkau tetap selalu punya waktu untuk mereka satu per satu. Bahkan Engkau sudah paham bagaimana menghadapi berbagai macam karakter pelanggan, apalagi yang sudah menjadi pelanggan tetap restoran itu. Padahal tak jarang mereka datang dengan berbagai macam keluhan dan keinginan yang aneh dan tak akan pernah ada habisnya. Termasuk aku.
Aku sering mengimajinasikan Tuhan itu semacam public figure yang sangat terkenal di mana-mana. Berbagai macam surat datang dari penggemarmu seluruh penjuru dunia. Di tengah-tengah “rutinitas-Mu” sehari-hari, dengan sabar dan tetap tersenyum Engkau membaca huruf per huruf, kalimat per kalimat yang tertulis di setiap surat. Kemudian memilah-milah mana yang perlu dibalas dengan segera, mana yang perlu surat balasan yang sedikit panjang, dan mana surat yang perlu waktu khusus untuk membalasnya. Tak jarang bahkan Engkau membalasnya dengan memberikan “hadiah” yang tak akan pernah disangka-sangka oleh penggemarmu. Hebatnya, tak akan ada satu pun surat yang akan terlewat dan tak akan dibalas oleh-Mu. Hanya saja mereka sepertinya sering tak sabar menunggu balasannya. Entah karena mereka merasa sudah terlalu lama mengirim surat atau entah karena memang stok sabar dirinya yang minim. Termasuk aku.
Aku juga sering mengimajinasikan Tuhan itu seorang penulis skenario film. Seperti penulis skenario film yang lainnya, Engkau pasti sudah bekerja keras pagi-siang-sore-malam untuk menyusun jalan cerita. Menambahkan bumbu-bumbu komedi, romansa, atau drama. Menampilkan berbagai macam karakter dan memikirkan bagaimana membuat akhir cerita yang akan selalu diingat sepanjang masa. Bahkan Engkau sudah menyiapkan berbagai kemungkinan-kemungkinan jalan cerita yang lain. Tapi terkadang, sang aktor dan aktris belum memahami, menyelami, dan menghayati film itu secara utuh dan mendalam. Tak jarang sang aktor dan aktris itu terkesan meremehkan skenario yang sudah Kau tulis dan melakukan improvisasi dengan gayanya masing-masing. Termasuk aku.
Hei Tuhan yang berdiam dalam imajiku, akhir-akhir ini sungguh banyak kejadian yang sebenarnya sulit untuk aku pahami. Mungkin aku kurang sabar menanti balasan surat yang sudah aku kirim. Mungkin aku juga belum mampu menghayati dan memahami secara mendalam peran yang Kau tuliskan untukku, atau mungkin aku terlalu banyak berimprovisasi, sehingga jalan ceritanya terasa aneh. Bagaimanapun ketika aku melakukan rencana A yang menurutku sudah tepat, entah mengapa Engkau selalu sudah menyiapkan rencana B, C, D, dan seterusnya agar aku tak merasakan kecewa berkepanjangan bila rencana A tak semulus yang kubayangkan. Tak jarang pada akhirnya, setelah sekian lama aku akan tersadar bahwa rencana B,C,D, dan seterusnya itu justru akan membawaku pada rencana A dalam kemasan yang jauh lebih indah. Ah sudahlah, Tuhan memang imaji yang tak terdefinisi.
So, may I call You “kamerad” ? Yeah, danke kamerad!
1 note · View note