#Hapuskan Masalah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Wahai engkau yang bergelar suami dan ayah, tidakkah tersentuh sedikitpun hatimu dengan keberadaan buah hatimu yang dulu sangat kamu nantikan.
Harga diri yang kubangun dengan susah payah rela ku hancurkan demi kelangsungan hidup anakmu. Aku tidak bisa menghubungimu secara langsung, aku tidak tau harus kemana mencarimu, aku hanya bisa bertanya tentangmu melalui temanmu dan keluargamu. Tapi tidak ada yang tau dan bisa menjawab pertanyaanku.
Bertanya kepada keluargamu mereka seakan ga peduli dan memintaku bertanya kepada teman2mu. Aku bertanya kepada teman2mu dengan ketusnya mereka menjawab pertanyaanku dan memintaku kembali menanyakanmu kepada keluargamu. Mungkin kalaulah bukan karena hak anakmu, aku ga bakalan mempermalukan diriku sendiri untuk menanyakan dirimu kepada mereka.
Tidakkah kamu ingat seberapa ingin kamu punya anak, tidakkah kamu ingat seberapa manis janji yang kamu ucapkan kepadaku yang dulu sangat susah untuk mengambil keputusan untuk menikah lagi. Aku sudah sangat2 sakit dengan masalalu ku. Aku sangat takut untuk melangkah, tidakkah kamu ingat janjimu yang membuat aku berani menikah denganmu.
Harapan orang tuaku untuk menitipkan ku kepadamu begitu mudah kamu hapuskan. Begitu sangat rendahnya harapan orang tuaku dimatamu, kamu mudah menelantarkan anak dan cucu kesayangan mereka. Apakah tidak ada lagi laki2 yang bisa kupercaya?
Ya Allah, tidak ada yang ingin gagal dalam pernikahan, tapi kenapa berkali kali kau timpakan kepadaku masalah yang serupa. Apakah aku tidak pantas mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga, apakah anak2ku tidak pantas mendapatkan keluarga yang layak?
Kalaulah seorang istri tidak dibuat berdaya dihadapan suami sendiri, bagaimana kami dihadapan orang lain? Aku seorang anak yang yang tidak punya lagi seorang ayah yang melindungi dan tempat mengadu, sekarang akupun tidak bisa bergantung kepada suami karena suamiku meninggalkan dan menelantarkanku dan anakku.
Kemana kami harus pergi ya Allah? Belahan bumi mana yang bisa membuat kami dihargai. Kalaulah tidak ada orang lain tempat kami bersandar, aku yakin pertolonganMu sangat dekat.
Janganlah Kau sia2kan airmata dan lelahku untuk anak2ku ya Allah. Angkatlah derajatku, tunjukkanlah yang benar itu benar agar terbuka jalan untukku dan anak2ku.
Apapun dan siapapun yang menempatkan kami di posisi ini tunjukkanlah kepada mereka bahwa jalan mereka salah ya Allah. Hanya kepadaMu lah aku memohon dan meminta pertolongan. Ya Allah, kabulkanlah doa2ku.
0 notes
Text
Akhirnya mereka bertanya: "Masih mau kerja?"
Well, ofc its a yes.
But now?
Hmm I don't think it's urgent or thing that I should done.
Karena mungkin pada dasarnya dibanding "kerja"nya aku lebih suka "belajar" nya. Oke kita gak mungkin menyangkal bahwa kita butuh uang. Betul. Tapi alhamdulillah saat ini semua Allah cukupi. Tidak berlebih dan tidak kurang.
Juga aku melihat suamiku yang super heroik sekali, ngambil job langsung 3 dalam seminggu yang notabene sangat diluar comfort zone dia. Dan bagaimana bahagianya dia kalo pulang kerja liat istri sama anaknya happy di rumah nunggu dia pulang.
Alhamdulillah aku sayang suamiku, dan anakku. Jadi aku memutuskan di rumah, dengan tanganku sendiri mengurusi kebutuhan mereka, yang memang masih banyak kurangnya. Bukan berarti mereka yg gak di rumah itu gak sayang. Tapi bukti aku menyayangi mereka adalah aku rela memberikan 24/7 ku untuk mereka.
Awalnya sulit sekali jadi fulltime ibu rumahtangga. Karna aku yang jiwa petualang ini. Selalu pengen kesana, pengen kesini. Ingin ini dan ingin itu. Tapi jadi ibu rumahtangga, ruang gerak terbatas, kerjaan tak terbatas, stress tanpa batas.
Alhamdulillah nya, setiap kali ngobrol sama suami, beliau selalu kooperatif. Kalo lagi sempet pun selalu diusahakan bantu istrinya. Masyaa Allah, paham sekali waktu gantian megang kerjaan. Dan emang kita juga udah biasa kalo ada apa apa langsung diomongin. Satu masalah kelar hari itu gapernah lama lama. Kecuali kalo kebiasaan buruk yg satu sama lain masih sering melakukan. Well, kita sepakat bahwa gaada manusia sempurna. Pilihannya cuma belajar menerima dan pelan pelan merubah kebiasaan buruk satu sama lain. Yang penting sadar bahwa yg dilakuin emang salah dan merugikan orang lain.
Ngomongin sempurna, Ramadan ini juga jauh banget dari kata sempurna. Ini mungkin ibadah Ramadan terbolong bolong ku selama 27 taunku. Aku udah usaha tapi yaudah, bismillah Allah mudahkan insyaa Allah di Ramadan berikutnya (semoga masih punya umur). Bukan salah anakku, bukan salah lemahnya badanku. Semua udah diatur sedemikian rupa sama Allah. Dan Allah sebagaimana prasangka hambaNya. Allah Maha Baik, Allah Maha Pemaaf. Allahumma innaka 'afuwwun tuhibul 'afwa fa'fuanni.
Semoga Allah terima amal ibadah kita yang mungkin masih banyak kurangnya di bulan Ramadan taun ini. Semoga Allah mudahkan kita untuk mendapatkan Lailatul Qadr. Semoga Allah hapuskan dosa kita yang sangat banyak di bulan Ramadan ini. Semoga Allah lembutkan hati kita, Allah berkahi keluarga kita, dan Allah jaga kita di jalan yang lurus sampai di hari pertemuan denganNya nanti. Allahumagfirli waliwalidaya warhamhuma kama rabbayani shagira. Rabbana 'atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzabannar. Aamiin
0 notes
Text
Menjadi kalimat paling ampuh since 2019✨✨
Dan jauh sebelum masalah datang padamu Allah sudah menyiapkan jalan keluarnya. Karena segala ketetapan telah paripurna Dia tuliskan, segala kecemasan dan kesedihan telah paripurna Dia hapuskan.
tidak akan ada yang terluput dan terlewat karena semua berada dalam pengawasan dan kendali Allah azza wa jalla. 🌹
Dariku untuk diriku :)
5 notes
·
View notes
Text
BURAM
Menggenggam jernih diantara buram terasa berhamburan. Sesekali datang klise temaram, sesekali pulang merangkul riang. Tak apa Buram Lah jika itu hapuskan lelah. Dan jernih lah jika itu tipiskan masalah.
#garis.kata
@zulfa.mahera
1 note
·
View note
Text
Kemarin nemenin P nyelesein berkas keuangan buat akreditasi hari ini, sambil cerita-cerita. Mulai dari cerita latar belakang keluarga nya P, sampai ke cerita gimana pas wawancara rekrutmen P sama umi.
P bilang, pas dateng buat wawancara, ada satu ibu-ibu yang diwawancara bareng dia. Ibu ini kebetulan saat itu lagi punya masalah keluarga, dan desperate banget buat dapetin kerja di SHU. Sampai nangis-nangis juga pas wawancara. Ngeliat itu, P jadi nggak terlalu niat pas di tes buat ngerjain neraca sama umi. Mikirnya, 'ah mending posisi ini buat ibunya aja'. Eh qodarullah, seminggu kemudian, diumumkan kalau P yang umi terima buat gabung ke SHU.
Dari cerita itu, I think I get why mom chose P over the other one. Poinnya kayaknya ada di kenapa orang tersebut mau gabung ke SHU. Umi lebih memilih orang yang berniat gabung kesini karena 'value'. P butuh buat diterima disini karena ada keinginan kuat buat berhijrah, buat dapet lingkungan yang bisa mensupport dan membantu dia buat jadi lebih baik. Meanwhile ibu tadi daftar karena ada keterbutuhan finansial. And that's fine, but it was not what mom was looking for.
Cerita P bikin aku sadar atas pentingnya prinsip dan value yang kita junjung. Dan gimana kita memposisikan diri kita sama orang lain. Umi pernah bilang, gimana aku memposisikan diriku, orang-orang disekitar ku bakal menyesuaikan dengan itu. Prinsip umi ini lah yang sekarang aku rasa membuat staf kantor loyal. Karena mereka kesini nggak cari gaji tinggi. Mereka cari maknawiyah. Aku belum pernah ngobrol sama semua banget sih heheh. Kesimpulan nya baru ku tarik dari cerita P dan ceritanya bojo tentang pak Yus.
Gaji pak Yus sebelum kerja disini jauh lebih tinggi dari gaji yang sekarang bisa SHU kasih. Tapi pak Yus lebih tenang sama kerjaan yang sekarang, dibandingkan dulu saat beliau di bank konvensional.
P pun begitu. Bahkan sampai ada cerita pas orang kantor rencana mau main ke rumah P, P takut banget bapaknya bakal bentrok sama umi atau abi, dan dia juga takut kalau itu nanti bakal berimbas ke P harus resign dari SHU (sekalipun ujungnya juga nggak kejadian😅😂). P bilang, "Aku nggak bisa mbak kalau harus balik kesana."
P cerita dia sering ketemu sama junkies lagi pada "makek" di seberang rumahnya. Temen-temen P juga mayoritas nonis karena dia dulu lulusan Kanisius. P pernah nyaris dibaptis di dua gereja yang berbeda. Kakaknya P juga masih nonis, bapaknya P nggak seneng agama. Cuma ibunya yang alhamdulilah berprogres cepat, pekan-pekan kemarin ngabarin kalau udah bisa sholat komplit 5 waktu.
Semoga Allah berkahi semua ikhtiyar mbak, Allah bukakan pintu hati bapak & kakak. Semoga lancar & berkah semua yang dikerjakan, tercapai semua yang diharapkan dan diinginkan. Semoga Allah hapuskan kekhawatiran dan ketakutan, lalu Allah ganti dengan ketenangan dan kemantapan :)
Tabaarokallah mbak P, makasih sudah kasih banyak ibroh buatku sepanjang kemarin siang sampai malem :))
Lancarkan dan mudahkan juga akreditasi hari ini sampai dua hari ke depan yaa Allaah🤲🏼
2 notes
·
View notes
Text
Sebuah Catatan di Akhir Semester Untuk Teman-teman Baikku: DKV RB 2015
Saya tulis ini sambil mengingat-ingat kebodohan-kebodohan, tingkah laku absurd dan hal-hal manis yang pernah terjadi selama ini.
Kita sama-sama tau bahwa pertemuan selalu berakhir dengan perpisahan. Tapi, kita juga sama-sama tau bahwa pertemuan ini bukan basa-basi belaka. Kita membangun kenangan-kenangan pahit manis dalam pertemuan, juga menyusun ingatan-ingatan penting masa muda. Saya tau, kita tidak akan bersama-sama lagi dalam ruang ini. Tapi, kalian adalah ingatan membatu yang akan berputar dalam dada dan kepala. Ada yang jatuh kemudian bangkit dan melanjutkan, ada pula yang jatuh kemudian bangkit dan berpindah gerbong namun dengan tujuan yang sama: Bahagia. Setelah ini kita akan membangun dunia masing-masing dan menghidupkan mimpi-mimpi.
Dulu, masuk kuliah dan bertemu dengan teman-teman baru bukanlah pilihan utama bagi saya. Awalanya, saya memimpikan bisa bekerja di tempat yang keren dengan penghasilan yang cukup untuk membiayai mimpi-mimpi. Tapi, setelah mencoba melamar dan terus ditolak saya langsung berpikir kalau ini bukan sesuatu yang harus segera terlaksana atau ada rencana lain dari semesta yang saya harus kerjakan. Kemudian, saya melarikan diri ke perkuliahan, mengambil jurusan yang jauh berbeda dengan jurusan yang saya tempuh di sekolah menengah (saya lulusan SMK Teknik Pengelasan). Masuk kuliah dengan program studi Desain Komunikasi Visual bukanlah cita-cita yang menggebu. Maka, saya menjalani perkuliahan ini dengan santai dan biasa saja. Untungnya saya bertemu dengan teman-teman yang luar biasa, luar biasa tingkah lakunya, luar biasa gaya bercandanya dan luar biasa tutur katanya.
Awalnya, pada kelas dan ruang lingkup baru ini saya memilah dan memilih akan berteman dengan siapa. Tapi, setelah kegilaan-kegilaan yang terjadi selama ini, saya melebur, saya luluh dan tidak memikirkan apa-apa selain berteman dengan orang-orang hebat di ruang ini. Ada banyak yang piawai menggambar, melukis, menggambar huruf, fotografi, videografi, desain grafis, public speaking, melawak, celetukan, kegoblokan dan hal seru lainnya. Semua itu tidak terlalu penting bagi saya, yang paling penting adalah mereka dengan sadar rela berbagi. Berbagi pengetahuan, berbagi tips and tricks keahlian, berbagi kecerian dan berbagi kesedihan (berbagi kesedihan cukup penting karena mampu melepaskan segala yang mengganjal). Energi baik selalu saya temukan di pertemanan ini. Saya merindukan betul bisa duduk bersama-sama lagi di ruang kelas, kita ribut perihal yang penting dan tidak penting, kita bising pada jam mata kuliah, terbahak-bahak bersama di dalam kelas menertawakan kegilaan yang kita kerjakan dan saling mengasihi satu sama lain. Ya walaupun kelakuaan kalian sulit ditebak, saya sangat bangga memiliki teman seperti kalian.
Kita telah melewati banyak hal. Pertengkaran selalu ada tapi itu bukan alasan untuk kita saling mengkotak-kotakkan diri. Kita selalu berhasil memaafkan dan memaklumi apa yang telah terjadi. Sesuatu yang sangat tidak saya rencanakan ini ternyata memberikan banyak hal. Banyak petualangan baru yang saya lewati bersama orang-orang ini, pergi ke tempat-tempat jauh, mencoba sesuatu hal yang baru, melupakan masalah-masalah sejenak dan belajar merelakan. Beberapa teman ada yang jarang terlihat lagi di kampus, entah karena cuti atau melanjutkan hidup di jalur lain, tapi kita tetap berteman dan saling merindukan.
Hari ini, kurang lebih sudah empat tahun berlalu semenjak pertama kali kita masuk kuliah tahun 2015, seperti tidak terasa ya, padahal kita sama-sama babak belur untuk sampai di titik ini. Semua yang saya ingat adalah hal-hal yang baik dan manis, saya memilih untuk tidak mengingat sesuatu yang buruk walaupun kadang-kadang terlintas juga. Beberapa dari kita sudah ada yang wisuda, cepat sekali rasanya. Bahkan, salah satu teman kita mendapat predikat mahasiswa DKV terbaik, seperti sesuatu yang tidak pernah terpikirkan dari kelas ini, sekali lagi saya bangga. Beberapa masih ada yang melanjutkan perjuangan, menyicil mata kuliah yang harus diulang dan mengejar tanda tangan dosen pembimbing. Saya tulis ini di sela-sela kesibukan mengerjakan tugas akhir yang sempat terhalang di semester delapan kemarin. Ternyata, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun oleh saya adalah sesuatu yang paling saya cintai dan paling saya sayangi. Oh iya hampir lupa tersebut, kalian adalah teman baikku yang secara tidak sengaja berada di kelas bernama: DKV RB 2015.
Seperti yang pernah saya sampaikan pada suatu acara RBHOLIDAY di villa Puncak, Bogor waktu lalu: Jika ingatan di seluruh dunia ini bisa dihapuskan. Maka, ingatan tentang kalian adalah ingatan yang paling tidak ingin saya hapuskan. (Paling tidak saya punya ingatan mendesain untuk melanjutkan hidup hahaha)
Bogor, 3 November 2019. With Love,
Heru Prasetyo.
2 notes
·
View notes
Text
Menjana Idea Menulis hapuskan masalah Kekeringan Idea
Menjana Idea Menulis hapuskan masalah Kekeringan Idea http://naziman.com/menjana-idea-menulis-hapuskan-masalah-kekeringan-idea/
Assalamualaikum dan selamat sejahtera pembaca disayangi. Semoga pembaca sihat walafiat bersama keluarga tercinta. Keluarga adalah emas dalam hidup. Pada kali ini, akan berkongsi tentang emas iaitu menjana idea menulis bernilai seperti emas. Idea salah satu perkara paling berharga, mengapa ianya berharga boleh dibuktikan pada kerja berkumpulan. Kenapa lebih baik kerja berkumpulan di banding kerja…
View On WordPress
0 notes
Text
Saya akui ,telah gagal
Sebetulnya semua ini mudah tetapi memang ketika kita berbicara masalah hati . Semua logika seperti tidak berguna. Masa masa itu benar benar menjadi pukulan telak bagiku, di paksa di buang oleh orang yang kita cintai. Yang terasa seperti orang tidak berguna bagi orang yang kita cinta. Terlunta lunta tidak jelas,tidak tahu ke mana arah. Tiap hari selalu terfikirkan terus, dada tiap hari sesak. Dan jujur saat itu aku ,butuh kamu. Tiap detik pun aku sadar ,sampah memang harus di buang agar tidak kotor dan tidak mungkin di ambil lagi dan sudah ada yang menggantikan posisiku dengan gagahnya. Entah berapa lama aku harus kembali padaa jalurnya. Walau jelas ,kenangan berdua itu tidak akan bisa di hapuskan.
1 note
·
View note
Photo
Selama bekerja pernah hadap pelbagai virus komputer bahaya. Antara berjaya kalahkan nama virus komputer ILOVEYOU (myDoom), Zeus, Trojen Horse, dan Malware dengan hanya guna perisian antivirus percuma yang selamat. Kenangan tak dapat lupakan tahun 2006 virus Brontox pernah serang hampir 6 atau 7 komputer tak silap hampir rosak dan lumpuh sistem (lepas format pun sama rosak sistem) telah saya berjaya hapuskan tanpa menggunakan perisian Antivirus AVG berbayar itu pun saya seorang buat senyap² semua staf dah balik lepas waktu kerja. Hanya pakai perisian antivirus percuma, ringan dan selamat. Tahun 2018 ada kena skali virus wannacry tapi berjaya kalahkan cepat² install antivirus avira itu pun pakai pakej free tanpa berbayar cuma tahun ni akhirnya tewas diserang Ransomware bukan setakat decryption file sahaja, diorg hack gmail dan youtube (siap upload 1 video bangang diskus kripto dgn geng Elon Musk) dan twitter siap letak gambo avatar pengasas Binance siap tukar nama twitter. Facebook nyaris kena hack itu pun cepat² tukar password. Paling dasat SmartTV dan handphone saya pakai terkesan kerana masalah 1 gmail saya kena hack tapi alhamdulillah semalam dapat selesai masalah kerana ada akaun email lain saya buat backup dan cepat² buat 2 Authentication Google baru. So sekarang CPU saya terpaksa hantar ke kedai untuk reinstall atau restore jika selamat lah kalau tak jalan terakhir format dan install balik dan pasang antivirus berbayar buat kali pertama. 🥲 https://www.instagram.com/p/Ch1tFDXvi7u/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
Bismillah.. Mau posting sesuatu yang sepertinya gak akan ku posting di platform lain selain platform kesayanganku ini. Hehe karena males aja sih, dan di sini adalah tempat yang paling aman.
He're we go.
Seorang Fahma yang bisa dibilang jarang banget mau ikutan giveaway, tiga hari yang lalu memutuskan untuk coba ikutan (lagi). Alasan gak mau ikutan giveaway selama ini adalah, males banget kalau ikut giveaway harus tag akun orang lain wkwkw. Selain karena males, aku juga khawatir orang yang ku tag karena ikutan giveaway tuh jadi kurang nyaman atau gimana gitu. Karena aku pribadi punya pengalaman di tag terus menerus sama temen yang lagi ikutan giveaway, dan kalau boleh jujur itu sungguh-sungguh annoying. Kalau boleh jujur, terus terang aku gak suka di tag orang lain yang ikutan giveaway. Okelah kalau cuma sekali dua kali tag, itu masih gak masalah karena masih dalam batas wajar menurutku, masih woles lah aku. Tapi kalau tag nya dalam sehari bisa lebih dari tiga kali, itu beneran annoying banget, aku kurang berkenan karena jadi spam notif jatuhnya. Mohon maaf jangan tag saya lah kalau gitu, silakan tag orang lain saja. 🙏🏻
Eh tapi setelah aku inget-inget lagi, aku juga pernah ikutan giveaway yang harus nge tag akun orang lain. Tapi cuma sekali tag aja biasanya, gak sampe yang nge spam gitu. Dan aku jarang juga sih ikutan giveaway, biasanya juga gak menang karena kalah saing, saingannya buanyak buangett bossque wkwkw. Fahma minta maaf kalau selama ini di antara kalian, teman-temanku ada yang pernah aku tag untuk persyaratan giveaway, dan ternyata kurang berkenan.. Fahma mohon maaf dan ikhlasnya ya teman-teman. 🙏🏻
Oiya, lanjut ya ceritanya.. Untuk giveaway yang satu ini, awalnya cuma komen biasa aja gitu. Terus pas mau nulis tentang 'wisuda' tuh kayak yang perang batin sendiri akunya, "Eh kok kamu kayak sok tahu aja kalau kamu bisa pasti wisuda akhir tahun ini? Sidang aja belum woe, kek manalah? Eh tapi gapapa lho, yaudah tulis aja lah biar jadi doa.. Buat motivasi diri sendiri juga biar semangat, ya kan? Udah gapapa lah, tulis aja". Akhirnya aku tulis lah komentar itu, aku sent. Dan entah kenapa, sejak nulis komentar itu, tumben dengan yakin dan santainya aku ngebatin, dan berkeyakinan bahwa, "udahlah ya, kalau udah rejeki mah gak bakal kemana". Terus juga gini, "Mudah kok, bagi Allah.. Menggerakkan buat ngasih. Yakin aja, udah". Padahal di giveaway sebelumnya gak pernah aku seyakin itu, baru kali ini aku bisa seyakin itu, dan bahkan sempet doa juga.
Dan akhirnya pengumuman giveaway nya tepat di tanggal cantik, 6.6. 6 Juni 2022. Awalnya aku sempet agak kecewa karena gak bisa memanfaatkan gratis ongkir di Shopee dan Tokopedia, alasan klasik sih sebenernya. Lagi gak ada dana untuk checkout barang yang dipengen dari lama, hehe harus sabar dulu. Tapi alhamdulillah masya Allah, malahan Allah ganti dengan yang jauh lebih baik. Dibikin seneng sampe speechless dan gatau mau reaksi apa karena menang di giveaway kali ini 🥺❤❤
Mana tulisannya "Selamat Wisuda" lagi. Ya Allah mak, aku lulus aja belum. Lah ini selamat wisuda dari mananya? Rasa mau nangis aku pas bacanya. Dan jujur malah sempet terselip rasa bersalah karena menuliskan kata wisuda di situ 😭😭
Alhamdulillah yaa Rabb.. Allah Maha Baik.. Allah Maha Mengabulkan permintaan hamba-Nya 😭😭
Ya Allah, itu komentar aku gapapa kan ya..?Niatnya jadi doa loh itu, karena ini masih dalam tahap mengusahakan untuk ngejar wisuda November nanti. Dan bisa-bisanya sempet kambuh-kambuhan malesnya, berusaha bangkit itu gak mudah ternyata. Jadi ya memang komentarku itu maknanya doa, "semoga bisa dipakai untuk aku yang in sya Allah ikutan wisuda bulan November tahun ini, aamiin ya Rabb".
Intinya gitu lah ya.. Aku agak mengheran sih sebenernya sama diriku sendiri, tadi sempet overthinking sendiri sama komentar yang aku tulis sendiri. Takut kalau gak amanah gitu, eh maksudnya khawatir kalau gak bisa kepake di akhir tahun ini pas aku wisuda. Tapi bismillah, aku hapuskan keraguanku.. Aku yakin Allah pasti akan bantu diriku.. Aku akan berusaha semaksimal yang aku mampu. Bismillah, biidznillah nothing is impossible.
Alhamdulillah yaa Rabb, nikmat dari-Mu sungguh tiada terhingga. Selalu ada hal-hal yang baik yang Engkau berikan kepada hamba, ketika hamba sedang merasa tidak baik-baik saja 🥺. Dan hal tersebut mampu membuatku merasa lebih baik dari sebelumnya. Masya Allah 🥺😭❤
Ya Rabb, hamba harap, semoga segala nikmat yang Engkau berikan pada hamba bukanlah sebuah istidraj.. Hamba berlindung dari hal tersebut. Lindungilah hamba dari hal tersebut, ya Rabb.. 🤲🏻🤲🏻
Yogyakarta, 7 Juni 2022.
0 notes
Text
'Kalau tak nak saya jadi PM, saya hari ini letak jawatan' - Mahathir kecewa dengan sikap biadab 10 pemandu teksi lempar kata-kata kesat
Baru-baru ini, Perdana Menteri Tun Dr Mahathir Mohamad meluahkan rasa kecewanya terhadap segelintir pemandu teksi yang mengeluarkan kata-kata kesat terhadapnya ketika sesi dialogi yang diadakan bersama golongan pemandu teksi di Langkawi.
Sesi dialog itu diadakan kerana golongan itu mendakwa pendapatan mereke terjejas ekoran perkhidmatan Grab yang didakwa 'mencuri' pelanggan mereka.
Bagaimanapun, 10 pemandu teksi secara biadab mengeluarkan kata-kata kesat sebelum meninggalkan sesi itu, membuatkan Mahathir kecewa dengan sikap mereka.
"Saya nak tolong, tapi kalau tak ada bantuan, saya pun tak boleh tolong juga. Kalau tak percaya saya boleh buat, buat sendiri. Tengok apa yang jadi.
"Saya bukan nak jadi Perdana Menteri, saya dah bersara, orang panggil balik, jadi saya datang.
"Kalau tak nak saya jadi Perdana Menteri, saya hari ini letak jawatan. Tak ada masalah bagi saya," katanya lapor media tempatan.
Sementara itu, Zailani Isaisuludin, Pengerusi Pertubuhan Kesepakatan Pemandu Teksi, Kereta Sewa, Limo Premier Executvie Jiwa Malaysia (Perjiwa Malaysia) tidak menolak unsur sabotaj dalam kejadian itu. Malah 10 pemandu teksi itu juga bukan anggota persatuan mereka.
"Saya pun tak kenal mereka, mungkin mereka diupah pihak tertentu untuk buat kacau di dalam perjumpaan ini.
"Itu bukan tindakan Perjiwa Malaysia itu adalah tindakan segelintir yang diupah oleh pihak tertentu untuk merosakkan keharmonian majlis yang diadakan," katanya yang juga menjelaskan pihaknya sudah memohon maaf kepada Mahathir.
Sementara itu, bekas menteri, Tan Sri Zainudin Maidin pula menyelar sikap biadab 10 pemandu teksi terbabit.
"Pemandu teksi di Langkawi bersikap biadab dalam pertemuan dengan Tun Mahathir. Itu dengan Tun, sikap mereka di mana-mana lebih kurang ajar terhadap public," tulisnya di Twitter.
"Lebih baik hapuskan sahaja teksi, tinggal Grab sahaja. Mereka bukan jenis manusia yang patut diberi muka. Penipu dan pemeras," katanya.
Sumber: MalaysiaKini
from The Reporter https://ift.tt/2NVMP0b via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat https://ift.tt/2EFspZN via IFTTT
1 note
·
View note
Text
Mana ada sepanjang umur bumi ni, kejadian baiki agama..
Rasulullah tak buat benda gitu..
Masalah loni, manusia xse terima wahyu.
Rasulullah tak baiki agama.. tak dok hok baiki itu dianggap baik.. tuhan bila dipermainkan sikit, wajahNya, Dia sendiri mahu hapuskan.
Manusia tak pehe!
0 notes
Text
Ini Perspektif Ku....
Hapuskan Dendam
Dendam adalah satu perasaan yang dilahirkan sebagai perasaan benci atau marah, seringkali dipendam secara rahsia oleh seseorang individu. Dendam juga boleh dilahirkan sejak hasrat dengki atau ketidakpuasan hati. Dalam agama islam, dendam itu adalah berdosa.
Mungkin ada yang keliru dan ragu akan berlainan antara marah dan dendam. Menurut kajian psikologi, perasaan marah cuma 4 minit. Jadi jika ada perasaan marah itu masih wujud dalam 4 jam seperti 1 jam, 3 hari, 4 bulan, 1 tahun dan seterusnya itu sudah tergolong sebagai dendam.
Dari perkspektifku, dendam itu memakan diri. Perasaan dendam dalam hati yang membara bagaikan api yang sedang hangat hanya mampu dipadam oleh diri sendiri. Jika dendam itu dibiar, nescaya ia hanya merugikan kita kerana dendam mampu membuat kita lebih banyak tekanan pengguna.
Apa gunanya kita berdendam terhadap seseorang? Cuba dan senaraikan kelebihan berdendam. Perah otak dan sekalipun, pastinya sifar kelebihan berdendam. Segala kesan disebalik berdendam adalah yang negatif, keburukan yang akhirnya diri kita tak mengaut apa jua keuntungan daripadanya.
Dalam Islam, dendam itu berdosa. Dendam boleh digunakan sebagai senjata kuat untuk memecahkan kesatuan manusia. Lihat pada peperangan, majoritinya bermula dengan sifat dendam terhadap sesebuah negara itu. Dendam boleh jadi penyebab penyatuan umat Islam rapuh.
Mungkin ada yang bercakap dendam ini membantu diri ke arah yang lebih banyak digunakan. Mungkin ada yang mengatakan dendam ini merupakan motivasi terbaik buat diri agar sentiasa kuat berusaha dan lebih maju ke hadapan. Namun, ini semua semua cakap kosong.
Tanamkanlah sifat terpuji,
Imam Al-Ghazali berpandangan bahawa iman yang sempurna adalah menyucikan hati dari sifat-sifat keji dengan menanamkan segala sifat terpuji. Sifat terpuji termasuk tidak berdendam terhadap sesiapapun kerana sifat ini bagaikan perisai kepada perasaan dendam.
Mereka yang berhati-hati dan berjiwa bersih yang dipenuhi dengan sifat-sifat terpuji akan sentiasa menjaga perilakunya. Hal ini termasuklah menjaga pertuturan, kata buruk dan keji. Di samping itu menjaga perlakuan dengan batasan yang termaktub dalam agama.
Hati yang bersih dan suci mampu menghasilkan perilaku yang baik dan kehidupan lebih tenang. Hal ini berlaku kepada penghapusan terhadap berdendam kepada individu yang tidak kira apa jua latar belakang mereka.
Biasakan memaafkan,
Sungguh, kemaafan adalah ubat dendam yang paling mustajab. Tidak boleh dinafikan, ia sukar untuk memaafkan orang yang pernah melakukan kesilapan terhadap kita. Apatah lagi mereka yang pernah menyakiti kita.
Faktornya mudah sahaja, kerana kita sukar melupakan masalah perit yang pernah berlaku dalam kehidupan kita yang penuh dengan pancaroba. Namun sedarlah, hakikat memaafkan seseorang mampu membantu kita melupakan kisah silam sedikit demi sedikit. Dari situ, keindahan kehidupan dapat dirasai kerana dendam sudah tiada.
Contohi keperibadian Rasulullah saw yang selalu memaafkan orang. Baginda sering dikeji, dimaki dengan kata-kata kesat, baginda masih bersabar dan memaafkan si pelaku. Walaupun baginda dibaling dengan najis, dilempar fitnah dan tuduhan, baginda masih bersabar dan memaafkan si pelaku.
“… Maka barangsiapa yang memaafkan dan baik, tanda pahalanya atas tanggungan Allah.” (Surah Asy-Syura: 40)
Impak sekiranya kita sukar memaafkan seseorang akan merasa marah akan mula dirasai, kemudian ia membara dan akhirnya dendam akan berlaku. Lihatlah, orang ramai yang pada asalnya adalah rakan baik, tetapi hanya kerana dendam, permushan menjelma.
Kawal amarah,
"Siapa yang menahan perasaan marah sedangkan dia mampu untuk melaksanakannya (melepaskan kemarahannya), maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di hadapan sekalian makhluk, kemudian disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi)
Perasaan marah merupakan faktor paling asas berlakunya dendam. Waktu perasaan marah sukar dilenyapkan, sifat untuk memaafkan lagilah sukar untuk pencapaian. Hati juga akan bertambah berat sehinggalah dendam menjelma.
Petua mudah untuk meredakan perasaan marah, fikir sudut positif, yakni fikir mungkin dia pernah melakukan banyak kabaikan terhadap diri kita, melihat kesilapan yang kita lakukan terhadap dia.
Selain itu, perbanyakan berzikir dan berdoa agar hati jadi tenang. Ingatlah, ubat kemarahan tiada di klinik tambahan hospital, ia hanya ada dalam diri sendiri. Berusahalah sedaya upaya untuk mencarinya dengan menjauhi mencela, memaki dan mengkeji kerana ia hanya mengeruhkan suasana.
Elakkan berdengki,
Dengki atau kata lain cemburu, juga merupakan faktor yang digunakan untuk dendam. Dengki biasa berlaku seperti mana yang tidak dirasakan dengan pelbagai, kelebihan lain. Dengki ini memang mudah untuk berlaku walaubagai hal yang kecil sahaja.
Lihatlah kehidupan setiap orang yang memang penuh dengan dengki, dari kecil lagi. Di sekolah, dengki dengan kepandaian orang lain. Di universiti, dengki dengan kehebatan seseorang yang mampu dapat markah tinggi untuk tugasan.
Di tempat kerja, dengki dengan mereka yang sering dipuji oleh pihak atasan seperti bos. Dah masuk alam rumah tangga juga ada dengki, dengki dengan kejayaan anak jiran, dengki dengan pasangan lain yang selalu dipuji orang ramai.
Penuh bukan kehidupan kita dengan dengki? Ya, tak dinafikan bahawa adakalanya dengki ini mampu memberikan motivasi terhadap diri untuk lebih berusaha agar berdiri dengan yang kita dengki itu. Namun hakikatnya dengki selalunya akan berakhir dengan dendam yang hanya menggunakan diri.
Buktinya, dengki memerlukan seseorang itu bersikap sombong dan memerlukan seseorang itu berfikiran sempit kerana asyik mengutuk kejayaan orang lain ketika mereka berjaya atas usaha mereka sendiri.
Terlintas kepada kata-kata Prof Dr Muhaya dalam satu ceramahnya tahun lalu, "Kita boleh benci tindakan seseorang tidak boleh benci seseorang." Fikir-fikirkan kata-kata itu. Sikap manusia adalah berbeza, jika kita rasa cemburu, kawal ia, jangan biarkan dendam menggunakan diri sendiri.
Kesimpulan entri kali ini, hapuskanlah perasaan dendam yang ada dalam jiwa dengan masalah perkara-perkara yang boleh membawa kepada dendam seperti banyak sifat tak baik dalam hati, sukar memaafkan seseorang, tak memerlukan kemarahan dan selalu berdengki. Ingatlah, sifat berdendam hanya akan memakan diri. Malah, ia adalah sebab utama masalah hati.
Abdullah bin Abbas pernah berkata: "Kebaikan itu mendatangkan sinar pada wajah, cahaya di hati, kelapangan dalam rezeki, kekuatan badan dan perasaan cinta di hati.
Sedangkan dosa itu mendatangkan kesuraman pada wajah, kegelapan di hati, kelemahan badan, kekurangan rezeki dan perasaan benci di hati. "
0 notes
Text
Ringkasan Buku ‘Poor Economics’ Karangan Abhijit Banerjee & Esther Duflo
Ketika hanya 13% dana BOS di Uganda sampai ke penerimanya, kekuatan apa yang mengubahnya menjadi 87%? Benarkah masih ada 1 miliar orang yang kelaparan? Manakah yang lebih menunjukkan hasil, pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) atau memberi bantuan pendidikan pada 10% siswa dengan pencapaian terendah di sekolah tersebut? Bagaimana meningkatkan vaksinasi anak dari hanya 6% ke 18%? Bagaimana menuju 36%?
Abhit Benerjee dan Eshter Flo menulis kitab wajib bagi mereka yang ingin bergerak mencari solusi dan jawaban atas dilema-dilema ini. Penulis memulai buku ini dengan mempertanyakan penyataan-pernyataan simplisistik yang sering dikatakan orang kebanyakan tentang kemiskinan. “Berikan lebih banyak bantuan uang tunai kepada mereka yang paling miskin”. “Ekonomi pasar bebas adalah jalan menghapus kemiskinan”. “Hapuskan dulu konflik, barulah kemiskinan bisa diatasi”. Atau bahkan sampai “Bantuan asing membunuh daya kembang lokal dan menciptakan ketergantungan dan menumbuhkan korupsi”. Ada kebenaran dalam semua pernyataan tersebut. Tapi apakah hal ini bisa digeneralisir di setiap tempat?
Buku ini memenangi Nobel 2019 Bidang Ekonomi. Cukuplah fakta itu sebagai penjamin bahwa buku ini harus dibaca oleh setiap kepala desa, camat, sampai dengan presiden yang peduli dengan isu kemiskinan. Beberapa ide besar yang disampaikan tampak sekilas merupakan ide-ide klasik. Tapi yang berbeda adalah kemampuan buku ini membuktikan dengan kajian-kajian ilmiah bahwa tidak ada satu resep khusus untuk mengatasi kemiskinan selain memahami Ilmu Ekonomi Masyarakat Miskin, atau Poor Economics.
Harus ada pemahaman mendalam, dan penelitian seperti melalui Uji Acak Terkendali (Randomised Control Trial), yang dilakukan di satu tempat dan konteks tertentu untuk melihat apa yang berhasil di berbagai bidang. Harus ada pembacaan yang mendalam terhadap perspektif masyarakat miskin itu sendiri. Mereka adalah pelaku-pelaku ekonomi yang rasional yang pendapat dan pertimbangan ekonominya kompeks, dan ini harus didengarkan oleh donor dan pemerintah.
Barangkali yang paling membuat saya tercengang dari buku ini adalah data-data yang mendukung argumen-argumennya. Data-data inilah yang menjadi semacam pendorong untuk mencoba melakukan penelitian yang sama di konteks saya sendiri.
Dilema bantuan luar negeri.
Ini adalah pertanyaan pengantar untuk membahas hal penting dalam pengentasan kemiskinan dunia. Ada perdebatan besar di sini, dan perdebatan ini juga terjadi di program-program hibah lainnya di level yang lebih kecil dari hibah antar negara. Jeffrey Sachs mangatakan bahwa jika negara kaya menyumbangkan 195 miliar dolar dari 2005 sd 2025, maka kemiskinan akan teratasi di akhir periode. Sementara itu, Easterly dan Moyo mengatakan bahwa bantuan semacam ini memanjakan negara miskin mencari solusinya sendiri, meremehkan institusi lokal, dan menumbuhkembangkan korupsi.
Apa kesimpulannya? Data dari 200 negara menunjukkan bahwa negara yang menerima bantuan lebih banyak tidak menunjukkan perkembangan yang lebih tinggi dari yang menerima sedikit bantuan. Apakah ini berarti bantuan sia-sia? Tidak. Bahkan bisa saja sebaliknya. Mungkin tanpa bantuan yang lebih banyak itu, negara-negara tersebut akan jauh terpuruk.
Dua kubu, yaitu Jeffrey Sachs VS Easterly/Moyo mengisi banyak argumen-argumen pengentasan kemiskinan di sepanjang buku ini. Persis seperti debat ekonomi ala Keynesian VS penganut pasar bebas.
Inilah contoh betapa sebuah klaim besar pengentasan kemiskinan harus dilihat dari konteks-konteks lokal. Bantuan akan membawa kebaikan jika dikelola dengan cara tertentu di sebuah konteks tertentu. Yang pasti, secara moralitas, kita harus memberikan bantuan yang efektif pada yang membutuhkan. Peter Singer, Amartya Sen, dan pakar ekonomi pembangunan di dunia mengatakan hal yang sama. Hanya bantuan yang efektiflah yang dapat mengatasi kemiskinan. Inilah kunci dari Altruisme Efektif.
Kesehatan
Jika kelambu anti malaria dapat membantu penularan malaria sampai dengan setengahnya, dan pendonor memiliki uang untuk mengeksekusi program ini, bagaimana memastikan bahwa kelambu akan terpasang di rumah-rumah masyarakat miskin? Apakah akan diberikan secara gratis? Apakah akan disubsidi dengan harga tertentu? Jika diberikan secara gratis, bisa saja mereka tidak menghargainya dan ada kemungkinan mereka tidak akan membeli ketika nanti kelambu rusak dan butuh membeli yang baru ketika program gratis tidak ada lagi. Jika diminta membeli, apakah mereka mau mengorbankan uangnya? Di sinilah dibutuhkan kajian mendalam. Penulis menekankan pentingnya melihat titik di mana harga tertentu menghasilkan pembelian tertinggi tanpa harus seratus persen menggratiskannya.
Secara umum, penelitian menunjukkan bahwa investasi bantuan di pengentasan kasus malaria berkorelasi positif dan sangat tinggi dengan peningkatan kualitas hidup dan ekonomi. Orang yang tumbuh bebas dari malaria ketika kecil berpenghasilan 50% lebih tinggi dari yang masa kecilnya terjangkir malaria. Begitu juga dengan penyediaan air bersih untuk mengurangi kasus diare. Program Summit Study dari Summit Insititute for Development di Lombok yang memberikan mikromultinutrien pada ibu hami mampu mengurangi angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan potensi kognisi anak. Investasi pada kesehatan adalah kunci utama. Bukan hanya di penyediaan sarana, tetapi juga kualitas pelayanan. Apa jadinya jika petugas kesehatan hanya memenuhi 65 persen dari jumlah kehadirannya di fasilitas kesehatan? Inilah yang harus harus diatasi dengan berbagai reformasi berdasarkan kajian.
Banyak hal murah dan bahkan gratis yang tidak dimanfaatkan untuk kebaikan hanya karena masyarakat miskin tidak melihat dampak nyata untuk kehidupannya. Klorin sangatlah murah dan dapat mengurangi diare sampai dengan 48%. Kelambu nyamuk, pil anti cacingan pun juga demikian. Akan tetapi tak banyak yang mau membeli, bahkan jika harganya pun gratis. Apakah ini berarti orang miskin tak peduli dengan kesehatannya? Tidak. Mereka siap menghabiskan banyak uang jika telah terkena penyakit. Apa yang mereka kurang sadari adalah pentingnya pencegahan. Banyak yang mengindari faskes karena tahu pelayanan faskes tak berfungsi seharusnya. Pemerintah berperan di sini. Tapi bahkan untuk sesuatu hal yang murah yang dikelola swasta, orang miskin pun enggan memanfaatkan fasilitas dan bantuan kesehatannya. Kenapa? Di sinilah kurangnya informasi, kepercayaan yang rendah, dan budaya ‘menunda’ menjadi momok upaya pengentasan. Di sinilah pendidikan kesehatan terintegrasi dibutuhkan. Layanan dan promosi kesehatan yang proaktif adalah kunci.
Contoh yang paling berkesan bagi saya adalah upaya meningkatkan kehadiran ibu-ibu dalam penyuluhan kesehatan, sebagaimana yang pernah kami lakukan sebuah desa di Lombok. Ada dilema apakah untuk setiap kehadiran, mereka akan diberikan insentif berupa sembako. Kajian di India menunjukkan bahwa untuk 20 pertemuan penyuluhan, 10 pertemuan pertama diberikan insentif berupa sembako. Untuk 10 pertemuan sisanya, tidak ada insentif yang diberikan. Tapi apakah para peserta berhenti datang? Tidak. Karena ketika hadir dengan motivasi sembako di 10 pertemuan pertama, mereka mendapatkan manfaat dan ilmunya. Mereka ingin mendapatkan manfaat ilmu itu lagi di pertemuan selanjutnya, walau tanpa insentif. Kajian lain untuk program vaksinasi, insentif piring untuk para ibu telah meningkatkan tingkat vaksinasi dari hanya 6 ke 38%. Tentu saja ini sebuah investasi yang pantas dilakukan.
Pendidikan
Tak dapat dibantah, inilah salah satu pilar pengentasan kemiskinan. Pendidikan dasar rata-rata memang telah terpenuhi. Fasilitas pendidikan tersebar di seluruh negeri. Angka anak di seluruh dunia yang tidak bersekolah pada 1998 adalah 380 juta. Pada 2014, angka turun menjadi 263 juta. Pada 2019, turun 258 juta dengan hanya 59 juta untuk tingkat dasar. Di Indonesia, pada 2019 masih ada 1.2 juta anak usia 7-12 tahun yang tak bersekolah. Ada perbaikan setiap tahun. Pertanyaannya, apakah pendidikan benar-benar telah terlaksana dengan baik setara dengan penurunan angka tidak bersekolah? Di India, 50% gurunya sering tidak berada di tempat ketika jadwal mengajarnya. Indonesia, Peru, Uganda, Bangladesh, punya masalah yang sama. Di seluruh dunia, tingkat ketidak hadiran siswa bervariasi antara 14 sd 50%.
Persekolahan memang tersedia, tapi kualitas pendidikan masih sangat jauh dari optimal. Di India, 50 juta anak sekolah tak bisa membaca teks sederhana (2006). Di Lombok, Indonesia, 20% murid kelas 2 di NTB mengalami kesulitan dalam membaca dan hanya 1 dari 4 murid kelas 4 yang dapat menjawab soal matematika berbentuk pengurangan 238–129 (Data 2018). Di Pakistan, 80 persen siswa kelas tiga SD tak mampu membaca paragraf level kelas 1 SD.
Apa yang salah? Pendukung pendidikan pasar bebas mengatakan bahwa tak ada gunanya menyediakan pendidikan jika tidak ada permintaan yang jelas dari pasar. Artinya, harus ada alasan yang jelas kenapa calon siswa harus bersekolah. Investasi pendidikan harus menguntungkan sehingga sumber daya tidak sia-sia. Sebuah pendapat yang tidak populer, tapi cukup memberikan kritik terhadap kebijakan yang berorientasi kuantitas pendidikan.
Kabar baiknya, mendamaikan dua pendapat ini bisa dilakukan dengan melihat data kebijakan top-down yang ada. Kasus Indonesia menunjukkan sebuah data menarik. Walaupun kualitas pendidikan masih buruk, tapi dampak kebijakan top-down terasa sangat baik. Setelah booming industri minyak pada 1973, Soeharto membangun sekolah di mana-mana. Semacam school-bulding spree. Hasilnya? Indonesia sukses besar mengentaskan angka buta aksara. Untuk usia 25 sd 34 tahun, pada 1971 angka buta huruf adalah 38%. Angka ini dapat diturunkan menjadi 11% pada 1990 dan 3,8% pada 2000. Secara ekonomi, lulusan sekolah dasar dapat meningkatkan pendapatan sebanyak 8% lebih tinggi dari tiap tahun yang ditamatkan. Jika membandingkan lulusan SD dan SMP, lulusan SMP memiliki pendapatan 24% lebih tinggi.
Negara lain juga menunjukkan perbaikan dengan model kebijakan wajib belajar. Tidak hanya pengaruhnya ke pendidikan. Tapi juga ke bidang lain. Di Taiwan, program wajib belajar berpengaruh ke angka kematian bayi. Di Malawi, angka kehamilan turun. Kesempatan mengenyam pendidikan harus diberikan pada semua orang, dan setiap aksi pendidikan sangat berarti. Dua-duanya penting. Penyediaan sekolah tidak harus menunggu permintaan pasar, tapi sekolah harus memperbaiki diri berdasarkan permintaan. Seperti yang dilakukan sekolah non-pemerintah penyedia kualitas pendidikan dengan level dan jenis tertentu misalnya.
Permasalahan lain adalah begitu banyak data yang menunjukkan bahwa orang tua cenderung memfokuskan sumber daya keluarga pada anak tertentu. Jika seorang anak dianggap tak menunjukkan prestasi akademik yang membanggakan, maka seringkali orang tua menyerah dan memfokuskan untuk mendukung anak yang lebih berprestasi. Tak hanya dari orang tua, tapi keseluruhan sistem pendidikan berkolusi dengannya. Murid yang terbelakang semakin jauh terbelakang karena tak diberikan perhatian yang cukup untuk mengejar ketertinggalannya. Muncullah jebakan kemiskinan yang sebenarnya tak perlu muncul.
Lalu kenapa banyak negara gagal keluar dari jebakan ini di bidang pendidikannya? Sekolah menjadi lembaga yang elitis dengan tidak mereformasi caranya mengangkat kualitas semua siswa. Sekolah ditekan oleh pemerintah menyelesaikan tuntutan kurikulum walaupun siswa tak terakomodir pembelajarannya. Sekolah harus mulai memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan apa bakat dan minat mereka.
Sekolah harus direkayasan ulang. Latar belakang pendidikan orang tua memang memiliki pengaruh, tapi tidak terlalu signifikan berdasarkan studi terhad keluarga yahudi Etiopia dan yahudi Rusia yang diangkut untuk dibawa ke Israel lalu di sekolahkan bersamaan. Sistem pendidikan harus direkayasa ulang dengan inovasi-inovasi berbasis riset dan permasalahan yang nyata. Di Kenya, memberikan insentif uang untuk nilai yang bagus berhasil memotivasi peningkatan performa di sekolah. Hal ini tidak berlaku untuk Amerika Serikat. Tapi di masyarakat miskin Amerika Serikat, insentif membaca buku untuk peningkatan literasi terbukti efektif.
Ada perbedaan pendapat antara penulis dengan para aktivis pendidikan kritis. Abhijit mendukung penyediaan fasilitas untuk siswa yang lebih maju secara akademik dengan menyediakan kelas ataupun sekolah khusus dari pihak swasta. Sementara para aktivis pendidikan menganggap ini akan memperbesar jarak dan akses. Tapi penulis percaya bahwa jika ada pemaksimalan pembelajaran di keduanya, inilah awal dari pemberian kesempatan pada setiap anak.
Populasi
Konsensus mengatakan bahwa populasi yang terkontrol sesuai dengan sumber daya adalah kunci menekah angka kemiskinan. Robert Malthus sejak awal abad ke 18 telah mengatakan demikian. Wabah Black Death menyebabkan penurunan populasi yang signifikan di Inggris menyebabkan meningkatnya upah pekerja. Wabah AIDS dan kesadaran warga Afrika tentang reproduksi akan menyebabkan perbaikan kehidupan di sana.
Karena anak adalah investasi, maka keluarga miskin berfikir untuk memiliki banyak anak. Lebih dari 50% orang tua di Cina tinggal bersama anaknya. Inilah yang menyebabkan orang tua perlu memiliki banyak anak sebagai pilihan perawat mereka di hari tua. Oleh karenanya, tentu yang harus dilakukan adalah menjamin adanya semacam jaminan sosial yang melindungi rasa aman para orang tua.
Selain itu, meningkatkan akses pemberdayaan perempuan adalah langkah penting. Wanita terdidik dan berkarir cenderung mengontrol kehamilan. Hal ini juga disampaikan Hans Rosling tentang populasi global. Jika kita dapat meningkatkan taraf hidup dan pendidikan wanita, maka kita hanya akan melihat letusan populasi hanya sampai angka 10 sd 11 miliar. Sebuah contoh unik di Peru digambarkan. Bahwa ketika di sertifikat tanah nama perempuan juga dimasukkan, pasangan pemilik tanah memiliki lebih sedikit anak karena adanya implikasi terhadap kuasa perempuan atas tanah.
Kredit Mikro dan Asuransi
Kredit mikro adalah senjata yang harus terus dipakai. Kajian demi kajian menunjukkan efektifitas kredit mikro. Akan tetapi, kredit mikro cenderung berhenti di tengah jalan. Alasannya, ketika bisnis berkembang, investasi yang lebih besar dibutuhkan dan permasalahan akan kembali ke awal. Usaha awal menjadi tidak berkembang. Kedua, usaha kecil biasanya dibuat ketika tidak ada pilihan lain. Usaha seperti ini miskin inovasi dan akhirnya redup. Pada akhirnya, penyediaan lapangan kerja yang lebih tetap dan lebih dari sekedar kredit mikro tetap harus digalakkan.
Dari sisi asuransi, apakah pemerintah bisa melindungi petani dari gagal panen? Bagaimana mengajak petani menjadi lebih sadar pentingnya asuransi untuk tanaman mereka? Sebuah kajian di Ghana menunjukkan bahwa insentif awal perlu diberikan sebagai suntikan. Ada subsidi untuk asuransi. Setelah memahami bahwa asuransi ini bermanfaat, subsidi bisa perlahan dicabut.
Reformasi Institusi
Di Uganda, pada tahun 1996, subsidi diberikan pemerintah untuk siswa, guru dan sekolah. Lalu dilakukan penelitian independen melihat berapa jumlah bantuan yang benar-benar sampai ke sekolah. Hasilnya mengejutkan. Hanya 13% sampai ke sekolah. Selebihnya nyangkut di kantong pejabat.
Korupsi adalah penyakit terbesar dan politik yang baik merupakan kunci kebijakan yang baik. Dan untuk mencapai politik yang baik, harus ada kekuatan untuk memantau ini. Inilah fungsi kekuatan oposisi dan sipil.
Ketika kajian tentang korupsi 87% dana pendidikan itu dikeluarkan ke khalayak, Uganda bergejolak. Media memberitakan setiap kejadian tuduhan korupsi. Kepala sekolah memprotes jika mereka menerima lebih sedikit. Hasilnya, 80% uang yang hilang kembali ke sekolah. Inilah contoh kekuatan pemimpin lokal, media, dan peneliti yang berani melawan resiko persekusi politik kotor.
Ringkasan dari Ringkasan
Abhijit Banerjee dan Eshter Duflo mengisi penuh bukunya dengan analisa-analisa yang tajam tanpa khawatir dicap oleh kamu progresif sebagai anti atau pro kekuatan ideologi ekonomi tertentu. Laboratorium penelitiannya di MIT, J-PAL merangkul 59 peofesor di seluruh dunia. Inilah sumber data dan keyakinan mereka atas kajian-kajian tersebut. Walau telah mengklaim tidak ada satu suntikan untuk semua penyakit kemiskinan, mereka menyimpulkan hal-hal berikut.
1. Masyarakat miskin membutuhkan lebih banyak diskusi yang mencerahkan tentang kesehatan, bagaimana mengelola sumber dayanya secara maksimal, manfaat pendidikan, dan diskusi tentang siapa yang mewakili mereka di pemerintahan.
2. Masyarakat miskin bertanggung jawab atas lebih banyak aspek hidup mereka, hingga menunda imunisasi, menunda daftar asuransi gagal panen, atau jenis penundaan yang lain adalah konsekuensi. Mereka harus didekatkan dengan semua bantuan yang bisa diakses dengan efektif. Pemerintah harus proaktif menjangkau mereka yang terbatas akses. Insentif tertentu bisa diberikan jika secara kolektif membawa kebaikan.
3. Negara berpenduduk miskin harus melihat permasalahannya sebagai rangkaian dari 3 I: Ignorance, ideology, Inactivity. Ketika ada kegagalan eksekusi program, negara harus siap menerima koreksi dari sipil. Revolusi kecil dapat menimbulkan dampak besar.
4. Hati-hati dengan ekspektasi dan jebakan self-fulfilling prophecy. Murid berhenti sekolah karena anggapan orang tuanya bahwa mereka tak cukup pintar untuk sekolah. Guru honor tak masuk sekolah karena tidak ada yang mengharapkan mereka untuk tetap masuk. Politisi yang sering dianggap buruk tidak melakukan perbaikan karena memang sudah tahu masyarakat menganggapnya tak bisa apa-apa. Sedikit dorongan dapat membawa banyak pengaruh baik.
Refleksi Pribadi
Saya tidak pernah merasa hidup dalam kemiskinan. Tahu apa saya waktu itu? Seorang anak kecil bertelanjang bebas bermain hujan tersenyum puas. Namun ketika akhirnya menginjak dewasa, cerita orang-orang terdekat saya membuatku sadar bahwa keluarga kami memang pernah berada di dalam lingkaran tersebut. Kemiskinan menunjukkan auranya di hadapanku. Sekarang, beberapa teman masa kecilku bahkan hidup di dalamnya. Ketika saya cukup beruntung untuk keluar, apa yang terjadi dengan mereka? Kemiskinan masih melanda. Turun dari keluarga ke keluarga. Tidak lagi sebagai anak kecil yang naif, melainkan sebagai orang tua dengan dua atau tiga anak. Dengan buku ini dan pelajaran di dalamnya, semoga saya bisa melakukan sesuatu untuk di kemudian hari.
1 note
·
View note
Text
.
Aku taktahu apa masalah aku...
Even aku dah bersedekah untuk someone yang aku tak kenal semalam...
Rm300 lebih aku bagi. Sebab aku macam serabut tengok orang sedih asik nampak post dia lalu lalang kat wall fb. Jadi aku tak senang duduk. Aku takut kalau aku tak tolong dia, Allah akan bagi bala buruk untuk aku kerana buat bodoh je orang tengah sedih dan susah. Sebab terdetik kat hati rasa nak tolong. Once terdetik, tak berani nak deny, sebab takut Allah bagi bala bencana musibah kalau aku tak tolong. Aku anggap aku lah yang ditimpa kesusahan tu. Aku anggap aku yang kehilangan duit tu. Ibarat aku pikul masalah dan beban orang lain...
Aku tetap rasa tak rasa tenang , happy dan lega..
Even aku niatkan untuk angkat rasa beban tu dari orang tu, even aku niatkan untuk gembirakan hati orang yang aku tolong tu, even aku niat untuk dia redha ujian tu dan fikirkan semua ni ada hikmahnya, even aku niat supaya dia tak berputus asa daripada pertolongan Allah.. kerana aku takut dia akan salahkan Allah sepertimana aku....
Tapi Allah tak beri apa2 pun pada aku hatta ketenangan...
Aku tak mengharapkan balasan apa pun dari orang yang aku tolong tu...
Aku cuma nak Allah nak makbulkan doa aku, gembirakan aku dan hapuskan rasa sedih aku dan selesaikan segala permasalahan aku, sepertimana aku buat untuk orang tersebut tu....
Tapi allah tetap taknak tolong aku apa2...
Dan harini aku menangis dengan sangat teruk..
Sambil melukis, sambil menangis sakit hati...
Jiwa aku sakit.
Sakit kerana doa yang tak dimakbulkan..
Hajat yang tak kesampaian..
Terumbang ambing dan kerisauan akan masa depan kerana aku taktahu arah aku ke mana hala tuju aku tak tahu...
Aku rasa anxious, depressed, hurt, trauma.. semua lah.
sangat menyakitkan hati.
Sampai tahap aku rasa nak murtad.
Aku dah taknak baca quran.
Aku dah give up.
Aku dah malas nak solat.
Aku menangis mengamok tapi tak boleh nangis kuat. Aku nangis dalam bilik. Sejurus selepas solat dan baca quran. Ingatkan quran boleh cool down kan hati yang sakit. Tapi terus aku mencarut dan menangis selesai solat dan mengaji... aku betul2 depressed aku rasa nak murtad sangat 😭😭😭😭😭😭😭😭
.
Aku dah give up.
Petang tadi akhirnya aku ambil juga ubat lexapro tu tapi separuh je. Sebab betul2 dah nak habis. Ade lagi sebiji je tinggal. Aku taknak bazir duit sebab ubat tu sangat mahal 😭😭😭 . Tapi masih lagi rasa sedih dan marah cuma tak sekuat tadi.
.
Even orang dah hype up kan aku.. aku still rasa aku teruk. Apa aku buat semua aku rasa tak ikhlas. tak diterima. Entah apa3. Sikit je. tuhan tak suka. Perasan tuhan suka padahal tuhan tak terima pun kebaikan yg ko buat sbb ko hipokrit. Dan mcm2 lagi suara bising dalam kepala untuk demotivate aku. Aku tak yakin apa yg aku beri kat sis ni, something yg tuhan suka.. allah tak suka aku. Takkan pernah terima kebaikan yg aku buat. Kerana selepas aku buat apa2 kebaikan, dengan segera akan tertakdir benda jahat yg aku buat sampai aku tak boleh nak halang diri daripada melakukan kejahatan.. contohnya harini rasa nak mengamok sebab teringat benda lama, mempersoalkan doa dan hajat aku tak makbul, mempersoalkan kenapa Allah zalim dengan aku dengan mengizinkan ramai makhluk untuk zalimi aku, nak murtad etc. Semua ni tak de harga. Aku benci Allah. Aku benci Kau buat aku macamni. Kau buat aku menderita sampai mati !!!! 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
.
0 notes
Text
Pertemuan Kita: Sebuah Titik Temu bagi Saya dan Kamu
“Once upon a time when i falling love with you”
Bagi saya, ada dua hal dalam hidup ini yang tidak bisa ditebak sama sekali, yang pertama adalah kematian dan yang kedua adalah cinta. Bukan jatuh cinta. Kalau boleh, saya menganalogikan cinta sebagai awal dan mati adalah akhirnya. Kamu hanya dapat mencinta selama masih hidup dan kamu hanya boleh mengakhiri rasa cinta saat kamu sudah mati. Sederhana. Terlepas dari bagaimana prosesnya.
Pertemuan kita, sebuah pertunjukan kolaborasi multi disiplin baru saja terhelat di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja. Pertemuan kita menggambarkan potongan pristiwa baru yang terinspirasi dari cerpen berjudul “wow! Ini jadinya Jika Pria Membunyikan Kata Cinta Sendiri di Dunia” karya Risda Nur Widia. Lima seniman dari bermacam disiplin seni menggambarkan sekelumit makna dari bagaimana cinta dipertemukan. Menyusun rumusan-rumusan sederhana atas pemaknaan sebuah kata yang seringkali di manifestasikan, namun jarang dilisankan, cinta.
***
Epilog.
Kita terbiasa menyisipkan perasaan untuk orang lain melalui benda atau tindakan. Pertemuan langsung yang mulai tergantikan oleh media elektronik, sedikit banyak memengaruhi cara kita menunjukan rasa ‘suka sekali' dan harapan atas kerinduan berelasi. Suka sekali dan kerinduan berelasi. Lingkungan turut membentuk pemahaman kita terhadap konsep cinta pada berbagai sendi kehidupan.
Prolog
“Jangan biarkan hal yang seharusnya tabu menjadi hal yang wajar hanya karena terbiasa.” – kata seorang tokoh pria 1
“Non-sense! Anda itu yang sudah berubah pendiriannya. Harusnya, anda memegang teguh pendirian anda, Pak. Bukankah peraturan dibuat untuk dilaksanakan? Lalu, mengapa anda sebagai salah seorang yang membuat peraturan itu sekarang berubah pikiran” – kata seorang tokoh wanita
“Tidakkah anda sadar, Bu, kalau dengan peraturan itu, peraturan yang menghilangkan sebuah kata “cinta”, justru mencuatkan kata baru yaitu “anarkis”.” - kata seorang tokoh pria 1
“Anarkis itu muncul karena mereka terlalu mengagungkan kata “cinta”, Pak. Seperti mencintai diri sendiri, cinta sesama, dan jatuh cinta” - kata seorang tokoh pria 2
“Benar, berdasarkan survei, 86% orang jatuh cinta karena tindakan, 63% orang jatuh cinta karena pandangan, dan hanya 13% orang jatuh cinta karena kata-kata. Jadi, tidak masalah jika kata “cinta” itu dihilangkan, Pak” - kata seorang tokoh pria3
“Hei! Ini “cinta” bukan “jatuh cinta”! dan itu survei dari mana? Amerika? Inggris? Eropa? Semua itu tidak relevan, Mas. Kita punya norma dan nilai yang berbeda, pendekatan yang berbeda, hubungan antara laki-laki dan wanita dibatasi, tidak bebas, tidak asal suka sama suka. Jadi, kata “cinta” itu tidak bisa dengan semena-mena kamu hapuskan. Butuh cinta untuk cinta itu sendiri.” kata seorang tokoh pria 1
***
Setiap orang memiliki pandangannya masing-masing terhadap arti kata cinta, ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang agung, sakral, maupun prestisius, ada juga yang beranggapan dengan konotasi sebaliknya. Terlepas dari itu semua, bagi mereka, cinta atau pun jatuh cinta adalah dua hal berbeda, dua hal yang perlu untuk dipertemukan. Tidak bisa salah satunya mendominasi atau salah satunya melemahkan. Sederhananya, perlu cinta disetiap jatuh cinta dan perlu jatuh cinta untuk bisa mencinta.
Namun, bagi saya, jika jatuh cinta menurutmu dimulai dari nol, maka menurutku jatuh cinta dimulai dari satu. Jika bagimu cinta diakhiri pada angka sepuluh, maka bagi saya cinta diakhiri pada angka sembilan. Semoga pada saat itu, ada cinta yang dipertemukan.
“sepertinya cerpen saya membuat kalian perlu sedikit berpikir, maka biarkan tetap begini, biarkan tetap menarik”.
.
.
.
Wildan Elsha
1 note
·
View note