#Haiden Herschet
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tainted Part Two : Burning Truth - Bagian I, Bab XXVII
Haiden Herschet menemukan istrinya dalam keadaan tidak bernyawa, terbaring di pinggir ranjang dan gaun tidurnya yang tadinya berwarna putih tak bercela berubah menjadi merah dan kusut; di wajah wanita itu, hanya terdapat ketenangan dan Haiden Herschet, yang segera berlari dan mendekap wanita itu, bersumpah bahwa istrinya hanya memiliki kerinduan untuknya, untuk sentuhannya, yang sekarang tidak lagi dapat wanita itu rasakan. Wanita itu tengah menunggunya di kamar ini, menunggu suara dan kehadirannya, dan apa yang menghampirinya bukanlah suaminya namun kematian.
Berduka, berdukalah. Yang telah meninggal di dalam Puri Herschet adalah banyak, dan jiwa – jiwa mereka akan selamanya menjadi hantu – hantu Puri. Hantu – hantu Puri, yang menatap pada Haiden Herschet dalam keheningan, menundukkan kepala mereka dan bersimpati untuk mereka yang telah tiada.
Tangan Haiden Herschet yang gemetar dan pucat membelai wajah istrinya, dan ia berharap bahwa justru wanita itu yang akan mencintainya dan terbangun, menyentuhnya dan meyakinkan jiwanya yang telah mati dengan kepergiannya bahwa hidupnya ini masih memiliki arti.
Rosaline terbaring dengan lembut dan gemulai dan kedua matanya tetap tertutup karena jiwanya telah pergi, dan doa apapun itu yang mampu diucapkan oleh Haiden tidak akan pernah membawanya kembali. Haiden Herschet berlutut dan mendekap istrinya begitu erat dan ini bagai seseorang membuatnya lupa bahwa ia memiliki hati sama sekali.
Wanita di dekapannya itu, ia menyadari sekarang, tadinya bukanlah siapa – siapa baginya. Ia nyaris tidak memperhatikan wanita ini sama sekali. Tidak ada hal signifikan yang ia perhatikan ada pada wanita itu, tetapi ia terjatuh padanya dan menemukan rumahnya ada pada wanita itu, dan berdua dirinya dan wanita itu membangun tempat yang aman bagi satu sama lain untuk berekspresi dan mencintai, menyerah dan menjadi rentan, serta hidup dan melihat pada hal – hal yang lebih besar daripada sekadar sakit hati. Mereka menjalin dan merawat, dan mencintai dan dicintai. Jatuh cinta pada Rosaline adalah mudah, dan ia tidak menyadari hal itu. Wanita itu telah memberikan kesetiaan padanya yang tidak ia sadari.
Saat ini Haiden Herschet kehilangan wanita itu untuk selamanya, dan dengan itu, sebagaimana dirinya adalah individu, namun seorang individu yang rusak, dan jika jiwanya adalah kekacauan maka ia tidak akan segan – segan mengacaukan seluruh jiwanya di sini, sekarang, dan menciptakan neraka.
Koridor – koridor Puri adalah panjang dan gelap dan sempit baginya, dan membayang di benaknya hingga membuatnya merasa seolah ia akan kehilangan pikirannya. Ia berlari, berlari, dan selalu sampai di kamar istrinya dengan cahaya remang – remang dari api di perapian, dan yang ia temukan adalah mayat istrinya dan bukan sentuhan serta cinta wanita itu.
Ia terjebak dan merasa sesak napas; lututnya terpaku pada bumi, dan jiwanya sangat membutuhkan sentuhan wanita itu. Ia bertanya – tanya apakah hantu – hantu Puri dapat mendengar jiwanya berteriak, karena ia tahu bahwa ini terlalu hening di sini baik di kamar ini maupun di seisi Puri. Duka menyelimutinya, dan ia bersumpah bahwa seisi Puri terasa seolah terselimut oleh kabut hitam yang sebuah dendam dan sakit hati wakilkan.
Semua ini, seluruh hidupnya, ternoda seperti gaun tidur Rosaline.
~
Suka Tainted ? Klik di sini untuk membeli Tainted Part Two : Burning Truth dan klik di sini untuk membeli Tainted : Part One : Veiled Secrets. Kalian akan mendapatkan satu sticky notes untuk setiap buku yang dibeli ( selama persediaan masih ada )
Image Courtesy by Rizuki on Instagram ♡
See you in another one :)
#TaintedBurningTruth#TaintedbyNadiaHanaAbraham#TaintedSaga#Haiden Herschet#writingNHA#sastra#novelklasik
16 notes
·
View notes
Text
Tainted Part One : Veiled Secrets - Bagian II, Bab VIII
Rosaline menatapnya ketika tersenyum. Tatapan Rosaline terlihat seolah di saat itu, tidak ada satu pun orang lain yang lebih ingin ditatapnya; itu penuh tanda tanya namun tidak ada tuntutan sama sekali, yang ada hanya kehangatan dan keceriaan. Seperti sebuah tatapan yang dapat seseorang dapatkan dari seorang sahabat wanita yang telah lama mengenalnya. Seolah tepat di saat itu, wanita itu akan menerima dirinya dengan hatinya yang penuh kelembutan, dan bersimpati dengan setulusnya jika ia tengah bersusah hati. Terdapat suatu keanggunan dan ketenangan di dalam diri Rosaline yang membuatnya memutuskan bahwa untuk berlaku menghormati adalah suatu hal yang alami bagi wanita itu. Haiden menyukai gagasan itu, karena artinya wanita itu tidak akan membuatnya merasa seolah ia berhutang rasa sayang pada wanita itu hanya karena ia berbicara dengannya.
Memang seperti itulah diri Rosaline. Untuk beberapa alasan, hal tersebut adalah apa yang membuat Aidan Herschet sendiri merasa begitu nyaman bersamanya.
Haiden tidak membalas senyum Rosaline, tetapi untuk pertama kalinya ia memutuskan untuk berbicara pada wanita itu.
“ Kau terlihat agak penyendiri. “ ucap Haiden. “ Dari kebanyakkan waktu, aku lebih sering melihatmu ditemani oleh buku. “
“ Membaca buku membuatku merasa fokus dan tenang. “ jelas Rosaline. “ Aku mengagumi dunia – dunia yang dapat diciptakan oleh imajinasi manusia. Itu begitu kompleks dan kau dapat menjadi siapapun di dunia tersebut. Buku – buku seolah membawaku ke tempat – tempat yang tidak mungkin dikunjungi oleh manusia, dan mengenal orang – orang dengan karakter – karakter, serta kehidupan yang sebelumnya tidak kuketahui atau dapat kubayangkan. “
Haiden tidak menatap wajah wanita di sisinya itu tetapi ia mendengarkan dengan penuh perhatian. “ Jadi kau menyukai buku ? “ tanyanya.
“ Ya. “ jawab Rosaline. “ Di sisi lain, aku juga berusaha untuk menyelami betapa besar pengaruh yang kata – kata dapat timbulkan pada diri seseorang. Persuasi, misalnya. Aku berpikir bahwa terdapat seni juga di dalam kepenulisan; jika aku menulis secara terang – terangan apa yang aku maksudkan atau ingin agar kau lakukan, kau akan dapat menolaknya mentah – mentah karena kau merasa bahwa itu adalah perintah. Tetapi melalui tulisan, seseorang dapat mengenal satu dan dua karakter, dan menjadi saksi bagi perjalanan hidup mereka, atau perjalanan pemikiran mereka. Kau menjiwai hal itu, kau membiarkan dirimu sendiri mempertanyakan motif atau apakah sesuatu itu bijaksana atau tidak, dan sebaliknya, beberapa tulisan membuatmu merasa seolah untuk mempertanyakan adalah salah. Beberapa tulisan memberikanmu informasi – informasi, beberapa perenungan, beberapa kisah – kisah yang mengisi jiwamu, dan beberapa lainnya adalah di mana kau menemukan sedikit bagian dari dirimu. Jika kau memperhatikan, semua tulisan adalah tentang apa yang sang penulis percayai. “
Setitik cahaya terlihat hidup di kedua mata Haiden Herschet sementara ia menjaga tatapannya lurus – lurus ke meja makan di hadapannya. Untuk pertama kalinya ia tersenyum malam ini, namun ia tidak akan membiarkan satu orang lain pun melihat. Ia menunduk untuk menyembunyikan senyumannya itu.
Rosaline meneguk anggurnya dan kembali memusatkan perhatiannya pada pria di sisinya itu.“ Bagaimana denganmu, apa yang kau sukai ? Kudengar kau menyukai seni dan literatur. Terutama seni. “
Haiden mengangguk. “ Ya. “ jawabnya. “ Apakah itu yang orang – orang katakan padamu tentangku ? “
Rosaline mengangguk kecil lalu kembali menatap wajah Haiden. “ Ya.“ jawabnya.
“ Dan apakah kau mempercayai itu ? “ tanya Haiden Herschet tanpa menatapnya.
Rosaline berkedip. “ Apakah aku mengetahui ? “ tanyanya. “ Benedict Herschet adalah pengkolektor seni, terutama lukisan. Di sisi lain, aku mendengar bahwa kau adalah yang memilih semua musik – musik yang dimainkan di hari perayaan pernikahan kita. Aku tidak tahu apakah kau mengetahui hal ini atau tidak, tetapi sebenarnya orangtuamu seringkali memberitakan setiap kesuksesan – kesuksesanmu pada orangtuaku. Ketika kau dapat menguasai pelajaran musikmu, aku mendengar tentang hal itu. Kau mempelajari piano dan violin tanpa bersusah payah. Meskipun aku belum pernah mendengarmu bermain secara langsung. “
Haiden menyesap anggurnya. “ Itu adalah lebih seperti ketertarikanku pada fakta bahwa dalam beberapa sisi, seni dapat mewadahi serta mengekspresikan begitu banyak sisi dari jiwa manusia. Pemahaman kita terhadap suatu karya seni adalah semua tentang perspektif, dan terdapat begitu banyak pandangan manusia terhadap begitu banyak hal, dan kupikir, dalam suatu sisi, seni mewakilkan keberagaman, ambiguitas, dan paradoks. Seni tidak menawarkanmu penghakiman absolut yang bersifat menyeluruh terhadap suatu hal yang direpresentasikan oleh suatu karya seni, karena penghakiman itu akan datang justru dari suatu pandangan pribadi dari individu yang tengah menilai karya seni itu, atau sang seniman sendiri, dan itu tidak selalu merepresentasikan kebenaran atau fakta. Di sisi lain, seni mewakilkan keindahan, dan bahkan kemurnian atau kesucian. Tetapi jika kita memandang seni secara menyeluruh, seni juga dapat menunjukkanmu suatu keburukan serta kekejaman.“
“ Seni memperlihatkan sisi dunia yang berhubungan dengan cinta, kelahiran, serta kehidupan. Dan seni juga menunjukkan sisi dunia yang berisi kebencian, akhir, dan kematian. “ gumam Rosaline.
Haiden terdiam sesaat sebelum untuk pertama kalinya menatap balik Rosaline, meskipun di tatapan itu, tidak ada keramahan atau kehangatan sama sekali. Tatapan itu formal dan si suatu sisi, dingin, seolah ia tengah berbincang dengan seorang yang asing untuk pertama kalinya; terdapat suatu tembok pembatas yang ia bangun agar perbincangan ini tidak menjadi begitu pribadi. “ Aku menyukai musik. Beberapa darinya adalah musik – musik yang dimainkan di pesta perayaan pernikahan kita. Itu sangat indah. “ ucapnya singkat.
“ Aku setuju. “ ucap Rosaline bersungguh – sungguh, namun nada suaranya terdengar agak datar. Sekarang ketika justru Haiden yang menyebutkan tentang perayaan pernikahannya, ia kembali teringat bagaimana ia merasa seolah – olah sendirian dan terabaikan di tengah – tengah perayaan tersebut.
-
Enjoy Tainted ? Klik di sini untuk membeli Tainted ♡ dan kalian akan mendapatkan satu Sticky Note ( selama persediaan masih ada )
See you on another post !
0 notes
Text
Tainted Part One : Veiled Secrets - Bab XX, halaman 417 - 421
Haiden Herschet berencana, membangun, dan menapak semakin ke atas; gunung es yang membekukan, tumbuh di jiwa terdalamnya yang ia tahu suatu saat nanti akan ia manfaatkan untuk meruntuhkan. Tetapi di suatu sisi lain, ia juga menyadari ini bahwa manusia selalu dapat berbohong pada orang lain, tetapi tidak pada diri mereka sendiri.
Musik yang jari – jarinya mainkan adalah penenang bagi jiwanya, tetapi itu bukan suatu obat. Itu adalah lebih seperti suatu jeda sebelum sesuatu seperti sebuah musibah datang; keheningan sebelum ledakan, ombak kecil yang terdengar aman dari kejauhan, sebelum gelombang besar datang untuk menghancurkan. Dan dengan ini, kesadarannya membuatnya memainkan piano itu dengan tenang dan tekun, tetapi dengan hasrat yang menggebu – gebu di hatinya.
Untuk sesaat di sana Haiden Herschet melupakan sekelilingnya; hari yang masih pagi, sinar matahari yang masuk melalui jendela – jendela besar ruangan ini, dan ia lupa bahwa ia tidak sendirian di Puri ini. Apa yang ia rasakan di saat ini adalah, bahwa malam telah tiba dan sekelilingnya tidak pernah terlihat begitu gelap sebagaimana saat ini, dan bahwa ia adalah seorang bangsawan muda terkutuk yang tinggal di Puri Herschet sendirian dengan dendam di hatinya.
Ia memejamkan kedua matanya sementara jari – jarinya terus bermain, gelombang – gelombang dan deru kemarahan di hatinya. Semakin ia terfokus untuk menjaga gelombang itu dalam kestabilan, semakin ia mencoba untuk mengelabui hati dan dirinya sendiri. Dan di situlah letak kesalahannya.
Nada – nada terdengar semakin tak beraturan, dan jari – jarinya menekan terlalu keras pada tuts – tuts piano, dan gerakannya semakin cepat, napasnya memburu, dan tak sekalipun ia membiarkan kedua matanya itu terbuka dan menghadapi sinar matahari yang terang itu. Untuk beberapa alasan, ia tidak akan pernah membiarkan sinar itu menghangatkan jiwanya, menyinarinya kembali ke jalan pulang; karena ia tidak pernah punya rumah dan ia tumbuh untuk kemarahan yang menggebu – gebu di hatinya ini.
Di akhir lagu, ia membanting penutup tuts piano, dan menggeram dalam keheningan.
Tuhan, berilah belas kasihMu padaku, bisik jiwa Haiden Herschet, tetapi ini bukan dunia atau Tuhan yang tidak memperhatikan bisikan itu, tetapi justru, dengan dingin Haiden Herschet sendirilah yang membuang jauh – jauh bisikan itu, karena rasa bersalah hanya untuk orang yang memiliki niat atau pemikiran, atau untuk sesaat, keraguan untuk terus atau berhenti. Dan itu bukanlah dirinya.
Beberapa saat berlalu dan baru Haiden Herschet memiliki kesadaran untuk menoleh; ia melihat sosok istrinya di belakangnya.
Haiden Herschet berdehem, demi kesopanan karena untuk beberapa alasan ia yakin bahwa suaranya akan terdengar kasar jika ia tidak melakukan hal itu terlebih dahulu. Ia menoleh, tetapi tidak langsung menatap istrinya itu, dan justru, dengan sederhana mengangguk kecil padanya. “ Kau baik – baik saja, Rosaline ? Membutuhkan sesuatu di sini ? “
Rosaline berkedip dan butuh beberapa saat baginya untuk mengembalikan fokus dirinya dan mendengarkan perkataan suaminya dengan baik. Ia mengangguk, dan tersenyum kecil kemudian, untuk beberapa alasan.
“ Aku bisa saja menanyakan hal yang sama untukmu. “ nada suara yang Rosaline gunakan terdengar begitu lembut dan berhati – hati, tetapi itu begitu penuh kepedulian. “ Apakah kau baik – baik saja ? “
Tuhan, berilah belas kasihMu padaku, bisik jiwa Haiden lagi, dan kali ini ia merasa bahwa jiwanya sekarat, seolah jiwanya itu hendak pergi meninggalkan tubuhnya yang kuat dan sehat dan bergetar karena amarah.
“ Cukup baik. “ jawab Haiden Herschet singkat, dan ia kembali berdehem tanpa disadarinya.
Rosaline mengangguk mendengar jawaban pria itu. Ia membiarkan beberapa saat berlalu sebelum ia berkata lagi.
“ Aku mengingat ucapanmu mengenai… kesukaanmu pada musik. “ ucap Rosaline, tatapannya tertuju pada piano. Haiden mengikuti arah tatapan wanita itu dan mengangguk.
Haiden Herschet terdiam sesaat. “ Aku menyukai musik karena… itu seperti jiwa seseorang yang berbicara tanpa kata – kata. “
Rosaline mendengarkan perkataan Haiden dan mengangguk kecil. Untuk sesaat ia menunduk dan memainkan jari – jarinya. Sekali lagi ia membiarkan beberapa saat berlalu sebelum ia berkata lagi.
“ Ya, aku membutuhkan sesuatu di sini. “ ucap Rosaline sembari melangkah mendekat, masih dengan hati – hati, untuk sekilas kerutan di dahinya menandakan bahwa ia masih mempertimbangkan keputusannya. Tetapi ketika ia menatap lurus pada sosok suaminya, ia tahu bahwa di saat yang sama ia juga tengah menguatkan dirinya sendiri.
“ Aku ingin berbicara denganmu. “ ucap Rosaline.
Untuk pertama kalinya Haiden Herschet menatap pada istrinya; ia menunggu.
Klik di sini untuk membeli Tainted Part One : Veiled Secrets dan kamu dapat kesempatan untuk ikut giveaway ♡ Dua orang yang beruntung akan mendapatkan custom made Tainted Aromatic Candle !
0 notes