#FitrahSeksualitasAnak
Explore tagged Tumblr posts
Text
Hari #15
Hari #15
#Harike15
Tantangan10Hari
Ternyata tidak mudah bagi saya untuk membicarakan perihal menyangkut seksualitas anak. Mungkin karena penjelasan mengenai ini masih sangat-sangat tabu dalam keluarga saya. Tapi hari ini saya telah mencoba untuk mengenalkan nama alat reproduksi mereka meski rasanya sangat aneh di lidah.
Bukan tanpa alasan saya tiba-tiba mengenalkan nama alat reproduksi mereka. Si sulung sedikit bingung dengan beranggapan bahwa semua nama alat reproduksi untuk laki-laki dan perempuan sama meskipun ia tahu bentuknya berbeda.
Lain halnya dengan adiknya yang menyebut bagian tersebut dengan kata 'pantat' dikarenakan bentuknya yang persis. Hmm.. anak-anak memang cerdas dan meninggalkan PR besar bagi saya untuk memberikan informasi yang benar terkait hal tersebut.
#Level11
#FitrahSeksualitasAnak
#KuliahBunsayIIP
#LearningbyTeaching
0 notes
Photo
Review Presentasi #10 Hari #13 Membangkitkan Fitrah Seksualitas Pada Anak Fase Pre Aqil baligh Kelompok sepuluh memberi saya persiapan untuk menghadapi masa-masa di mana anak saya akan memasuki fase Pre-Aqil Baligh. Yang namanya waktu memang tak terasa. Masih teringat saat repotnya belajar ngurus anak pertama, sekarang sudah anak ketiga aja. Saya sangat setuju dengan bagian di mana kita harus memberikan informasi tentang seksual ini lebih awal sebelum kehilangan momentum dan anak malah mengetahui hal ini dari luar. Khawatirnya informasi dari luar belum tentu baik dan anak malah salah memahaminya. Orang tua jaman now memang harus tanggap. Terutama pada gejala sosial yang muncul. Ini seolah menjadi jawaban dari kebingungan saya pada laporan yang lalu. Sepertinya saya harus belajar untuk acuh atau peduli jika melihat hal aneh di sekitar seperti melihat ABG pacaran atau melihat pasangan sejenis di jalan. Justru sebaik mungkin harus memanfaatkan momen tersebut untuk memberikan informasi yang baik pada anak. Ngeri juga liat di salah satu acara televisi ada anak perempuan yang ketika ditanya ingin apa? Dia jawabnya payudara yang besar. Weleh. Ada yang lebih menarik daripada materi yang disampaikan kelompok 10. Yaitu diskusi tentang perempuan di mana dalam Al-Qur'an peran sebagai istri memegang porsi lebih banyak yaitu 50% dari hidupnya dibandingkan ibu yang 30% dan sisanya peran di ranah sosial. Ini sungguh menarik dan menjadi catatan untuk saya sendiri karena terkadang suka lupa dan lebih mendahulukan kebutuhan anak dibandingkan suami.
0 notes
Photo
Review #9 Hari #12 Menumbuhkan Fitrah Seksualitas Anak Dalam Menangkal Kekerasan Seksual Terhadap Anak Sebagai seorang ibu yang memiliki DUA anak laki-laki, tentunya menjadi momok menakutkan saat menemukan berita terkait kekerasan seksual pada anak. Terutama anak laki-laki. Mereka begitu rentan menjadi target para pedofil. Juga korban pornografi. Dari yang saya amati pada anak laki-laki saya, rasa ingin tahunya tinggi dan mau mencoba hal baru tanpa rasa takut. Selain itu dia juga takkan mau cerita tentang kegiatan di sekolahnya jika tidak dipancing. Mungkin hal itulah yang menjadikan mereka target yang mudah oleh para pelaku kejahatan seksual. Yang lebih mengerikan lagi mereka yang mengalami pelecehan seksual di masa lalu, berpotensi menjadi pelaku di masa mendatang. Maka pembahasan dari kelompok 9 ini sangat membantu saya untuk terus membersamai mereka sehingga tidak ada celah komunikasi yang bisa disusupi orang luar yang memiliki niat jahat. Ini mengingatkan diri saya untuk senantiasa bersabar. Meski rasanya berat terus membersamai anak-anak sampai tak memiliki waktu yang cukup untuk diri sendiri. Mengingat kedekatan dengan anak-anak adalah kunci penting yang paling ampuh menangkal segala bentuk kekerasan dan kejahatan seksual. Jadi jangan anggap tabu pengenalan seksual ini. Lebih baik tahu sejak dini daripada terlambat. Tentunya dengan cara yang baik disertai do'a. #Harike12 #Tantangan10Hari #Level11 #FitrahSeksualitasAnak #KuliahBunsayIIP #LearningbyTeaching
0 notes
Photo
Hari #11 Ngintip inspiring post hari ini jadi tertarik untuk bikin list juga. Ya, list tentang pendidikan seksualitas untuk anak saya. Kebetulan si sulung sepertinya perlu diberitahu soal ini. Kemarin saja dia menyebut kelamin adiknya yang perempuan sama dengan kelamin miliknya. Dan adiknya kalau ganti baju sudah pingin sendiri dan lari-lari sampai kelihatan orang serumah. Well, tapi baiknya gimana ya? Di satu sisi memang perlu bagi mereka untuk tidak melihat saat masing-masing berganti baju. Tapi saya juga masih bingung, soalnya merasa terbantu sekali saat sibuk dengan adiknya yang masih bayi, si sulung berinisiatif membantu adiknya yang lain berganti baju dari mulai memakaikan Pampers. Semoga bisa menemukan solusi yang tepat untuk mereka. Sementara itu buat cek list dulu dan berdo'a.. #Harike11 #Level11 #Tantangan10Hari #FitrahSeksualitasAnak #KuliahBunsayIIP #LearningByTeaching
0 notes
Photo
Presentasi #6 Hari #8 Oleh Iffah Zakiyyah Hari ini kebagian mereview materi kelompok sendiri. Yaitu tentang FITRAH SEKSUALITAS ANAK USIA SEKOLAH. Sebenarnya deg-degan juga nih. Masalahnya para bunda di sini sudah pasti pintar. Karena pertama, mereka semua mau belajar. Kedua, bunda-bunda yang tersebar di seluruh dunia ini mau ngapain coba kalo bukan belajar di negeri orang atau nemenin suami studi sambil ikutan studi atau sambil bekerja. Keren deh. Untuk itu, saya mengambil materinya juga hati-hati. Bukan karena takut dikritik, tapi pengen aja keliatan pinter. Eaa.. Oke back to topic. Meskipun begitu tetap saja ada pertanyaan pertanyaan hebat yang muncul di saat membahas tentang pendapat Freud mengenai fase seksual sampai muncul istilah yang baru saya tahu yaitu (penis envy). Kemudian muncul keraguan mengenai teori Freud sampai-sampai ditelisik ke latar belakangnya. Hehe.. eniwei akhirnya terpuaskan dengan banyak pengetahuan baru. Jadi ada bahan pegangan untuk mendidik anak-anak saya kelak. Setiap anak dikaruniai fitrah seksualitas sesuai usianya. Bagi orang tua yang menganggap bahwa mendidik anak dimulai sejak sekolah, hal itu salah besar. Karena mendidik anak dimulai sejak mereka lahir hingga baligh. Setelah baligh, anak sudah bisa dilepas karena seharusnya di usia itu anak sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Saya setuju dengan sebuah pendapat yang muncul di sebuah halaman blog yang mana disebutkan bahwa tidak ada yang bernama fase remaja dalam Islam. Adanya fase baligh. Jika sudah baligh, berarti sudah dianggap mampu untuk mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Dan seharusnya sudah bisa juga untuk mencari maisyah/ nafkah. Jadi jangan heran jika dalam Islam, pemuda-pemuda dulu pada zaman Rasulullah adalah pemuda tangguh yang siap berkontribusi terhadap ummat. Baligh dalam hal ini berarti sudah matang secara seksual sehingga mampu menghasilkan keturunan. Biasanya usia sekolah dasar kelas 5 atau 6 SD, usia 11-13 tahun, tergantung seberapa cepat hormonnya bekerja. Di fase baligh inilah anak-anak mulai mengalami masa pubertas. Mulai mengalami jatuh cinta dengan lawan jenis. Jika terdapat kesalahan dalam mengenalkan fitrah seksualitas anak, ada kekhawatiran bahwa anak akan berbeda pemikiran dalam menanggapi fase ini. Tantangan yang Dihadapi Masa pubertas biasanya terjadi pada laki-laki usia 12-16 dan perempuan usia 10-14. Dan dewasa ini telah mengalami percepatan yaitu perkembangan seksual dimulai sebelum usia 8 tahun dan perubahan yang terjadi sebelum usia 9 tahun. Inilah yang dinamakan pubertas dini atau sering disebut pubertas prekoks. Hal inilah yang menjadikan budaya pacaran merembet pada anak-anak usia dibawah umur yang berani melakukan aktivitas layaknya orang dewasa padahal usia tersebut adalah usia yang seharusnya digunakan untuk menuntut ilmu secara maksimal. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Min Sun Kim M.D P.HD asisten Profesor di Chanbok University Medical School nasional di Jeonju, Korea Selatan menemukan bahwa terjadinya pubertas dini secara medis disebabkan oleh kekurangan konsumsi vitamin D. Dr. Patricia Vuguin seorang ahli endokrinologi pediatric di Steven and Alexandra Cohen Children's Medical Center of New York. Menyebutkan bahwa selain gizi, lingkungan dan status ekonomi diyakini menjadi penyebab pubertas dini. Lingkungan yang dimaksud disini adalah kemajuan teknologi yang pesat. Contoh, tersebarnya foto ABG mesra di jejaring sosial dan tontonan film atau sinetron yang berkonten dewasa. Semua ini berpengaruh pada proses pencarian jati diri mereka. Solusi Parent, of you're not asking. They're not telling! Banyak terjadi, ketika ada masalah baru orangtua kalang kabut mencari solusi. Padahal solusinya dimulai dari bagaimana orang tua memulai tahapan mengenalkan fitrah seksualitas anak sejak kecil. Sejak mereka lahir. Akhirnya dari semua solusi yang ada, kedekatan antara orangtua dan anak lah yang paling penting. Jadi jangan hanya sekedar menurunkan DNA saja, karena anak anak adalah bagian dari diri kita secara keseluruhan. Kenali mereka. Akhir kata mengambil quote dari stayathomemum.com.au Your child is growing up, and that’s a good thing. Take this opportunity to educate each other.
0 notes
Photo
Presentasi #4 Hari #6 Jujur saja presentasi kelompok 4 ini menambah pengetahuan saya. Selama ini saya hanya tahu kalau seks adalah sesuatu yang tahu dalam Islam. Saya ingat sekali saking tabunya hal itu di keluarga saya, orangtua hanya bilang kalau yang begitumah tak perlu tahu nanti juga bisa sendiri. Dan selama itu saya tahu hal-hal yang begitu bukan dari keluarga. Tapi dari teman dan kebanyakan cari-cari sendiri. Untung saja jaman itu internet tidak seperti sekarang. Dan harga warnet masih mahal perjamnya. Gak kebayang kalau seperti sekarang, mungkin saja saya terjerumus seperti kebanyakan kids zaman now. Dan akhirnya.. kelompok 4 membahas tentang Tarbiyah jinsiyah. Yap, yang selama ini saya cari meskipun tak benar-benar mencari karena banyak alasan. 😂😂😂 Intinya tarbiyah jinsiyah itu upaya mendidik nafsu syahwat agar sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sehingga menjadi nafsu yang dirahmati Allah. (Baru tahu juga nafsupun ternyata ada yang dirahmati Allah) memang Islam itu agama yang menyeluruh ya.. Nah, alasan perlunya mempelajari hal ini karena masalah ini tabu dan tidak diajarkan di sekolah. Padahal anak usia sekolah perlu mengetahuinya. Apalagi nafsu bukan sesuatu yang bisa dimatikan tapi diarahkan. Dan pengarahan paling tepat dilakukan saat anak berada pada masa-masa belajar dan mencari tahu.
0 notes
Photo
Hari #5 Fitrah Seksualitas Anak Rupanya fitrah seksualitas sudah ada dalam diri anak sejak dini. Akhir-akhir ini saja saat saya sedang menyusui anak ketiga saya, anak perempuan saya yang berusia 2 tahun membandingkan dadanya dengan milik saya. Dia bilang gak ada, mami ada. Kemudian bilang punyanya kecil. Lalu si sulung yang kritis langsung nanya, "Kok neng mah kecil?" Jeng jeng jeng... Hmm.. oke karena sedang belajar tentang ini jadi langsung saya jawab detail. Intinya nanti dadanya akan tumbuh setelah tambah besar. Kemudian menambahkan kalau dadanya sendiri takkan tumbuh besar karena dia laki-laki sedangkan neng perempuan. Lalu tiba-tiba dia bilang, "Mi itu tutup lagi" sambil merem dan nunjuk ke arah adik bayinya yang ternyata sudah selesai menyusu. Kalau begini..jadi ikutan malu juga hehehe...
0 notes
Photo
Hari Ke #4
-Menanamkan Budaya Malu Pada Anak-
Dikutip dari sebuah blog, dari semua rasa malu yang ada dalam diri kita, dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan penyebab rasa malu itu sendiri seperti :
1. Sangat tidak enak hati karena berbuat kurang baik atau berbeda dengan kebiasaan.
2. Segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat. 3. Merasa rendah dan hina.
Bicara tentang rasa malu dan kaitannya dengan fitrah seksualitas anak, malam tadi kami menonton sebuah tayangan film dokumenter yang ditayangkan di televisi Jepang tentang sebuah keluarga yang menyambut kelahiran anak ke-12 mereka.
Selanjutnya ada kegiatan sang ayah memandikan bayinya di kamar mandi di mana ke delapan anaknya yang lain dari mulai usia 1 tahun sampai kelas 4 SD berendam telanjang dalam satu ofuro (bak rendam). Baik laki-laki maupun perempuan, dicampur.
Saat saya masih terkaget-kaget melihatnya, si sulung yang kritis lebih cepat mengutarakan pertanyaan. “Kenapa itu mandinya barengan?” Saya menggeleng pelan sambil berpikir mencari jawaban yang tepat.
“Mungkin untuk menghemat air, soalnya kan banyak orang” hanya Itu jawaban yang terbersit di kepala saya. Kemudian saya menambahkan, “Kalau kita mandinya harus sendiri sendiri. Tidak boleh kayak gitu ya.. malu kan?” Dan lega saat si sulung mengiyakan.
Di sinilah urgensinya kita mempelajari tentang fitrah seksualitas anak. Dan saya merasa beruntung sampai di level sebelas ini.
Memang sejak saat kita mengetahui soal jam pelajaran berenang di sulung, di mana semua anak yang sudah selesai berenang melepas pakaiannya di tempat. Kita lebih serius melakukan upaya untuk menanamkan budaya malu pada si sulung. Sedikit-sedikit dia mulai mengerti dan menceritakan hal-hal yang tidak membuatnya nyaman di sekolah.
Kami juga meminta pada senseinya agar menyediakan ruangan ganti untuk si sulung saat akan berganti baju pada pelajaran berenang, dan merasa lega saat si sulung bercerita bahwa dia berganti baju sendiri di sebuah ruangan yang dijaga sensei.
Sebenarnya masih banyak tantangan dalam menjaga Fitrah seksualitas anak di negara yang terbilang bebas ini. Tantangan selanjutnya yang kita hadapi di sini yaitu mencari solusi efektif untuk anak, saat melihat muda-mudi yang bebas berpacaran dan berciuman di depan umum.
Sebelumnya kita pernah melihatnya beberapa kali dan berpikir jika terus melihat ini tanpa penanganan, bukan hal mustahil jika anak memandang kegiatan ini sebagai sesuatu yang lumrah dan melakukan hal yang sama di kemudian hari. Na'udzubillahimindzalik.
Referensi: http://sdislamalhasanah.blogspot.jp/2010/05/tumbuhkan-budaya-malu.html?m=1
0 notes
Photo
Level #11 Fitrah Seksualitas Presentasi #2 Oleh: Kelompok 2 Kelompok kedua tidak kalah kerennya dengan yang sebelumnya. Kali ini mereka (kelompok dua) menekankan pentingnya menumbuhkan fitrah seksualitas dan mengangkat fenomena sosial di mana lingkungan sudah terkontaminasi dengan membebaskan orang yang berprilaku menyimpang berekspresi. Contohnya dalam hal berpakaian sehingga dapat mempengaruhi anak-anak yang fitrah seksualitasnya belum tumbuh sempurna. Selain itu, (ini yang membuat saya sendiri miris) pendidikan seks yang ada sekarang ini tujuannya bukan untuk memenuhi fitrah mereka sebagai pria maupun wanita yang bertanggung jawab. Melainkan untuk bermain seks dengan aman. Di sinilah pentingnya menumbuhkan fitrah ini karena dapat membuat anak memahami diri dan mengetahui mission of life-nya. Ada beberapa poin penting, mengapa menumbuhkan fitrah seksualitas ini sangat diperlukan. Diantaranya: 1. Di masa mendatang, anak akan faham perannya sebagai ayah atau ibu terbaik untuk anak-anaknya 2. Memudahkan anak-anak mengidentifikasi syariat Islam sesuai gendernya. 3. Anak-anak dapat melindungi diri. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan fitrah ini adalah: 1. Kehadiran ayah dan ibu dalam masa perkembangannya. 2. Menjadi teladan untuk anak-anak dengan berpakaian dan berperan sesuai gender. 3. Kedekatan anak usia dini dengan orangtuanya supaya memiliki keseimbangannya emosional dan rasional. Untuk memastikan identitas seksualnya. 4. Menumbuhkan fitrah seksualitasnya sesuai usianya. Media edukasi yang disuguhkan kelompok ini sungguh menarik. Yaitu berupa cerita pendek untuk anak-anak. Mengapa cerita pendek? Karena dengan cerpen ini diharapkan anak-anak akan lebih mudah memahami fitrah seksualitasnya, dan agar membuka forum diskusi antara orangtua dan anak. Bravo Kelompok 2!
0 notes
Text
Hari #14 Tentang kata larangan "JANGAN"
Niatnya ingin membuat review dari buku atau artikel yang serius, tapi apa daya ternyata saya belum bisa memanage waktu dengan baik. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Beberapa hari lalu saya membaca sebuah tulisan yang cukup viral. Yaitu tentang propaganda terselubung dalam ilmu parenting. Sebenarnya saya termasuk orang yang setuju dengan pendapat untuk tidak menggunakan kata jangan pada anak dan menggantinya dengan kata yang lebih positif. Namun tulisan itu membantahnya dengan menyebut bahwa lebih dari 500 kalimat dalam Al Qur'an menggunakan kata"Laa" yang berarti jangan. Selain itu, surah Luqman ayat 12 sampai 19 dibuka dengan penekanan Allah bahwa Luqman adalah orang yang diberi hikmah dan pada ayat ke 13 Luqman menggunakan kata jangan pada anaknya. Sampai pada suatu 19 ada empat kata Laa(jangan) yang dilontarkan Luqman pada anaknya.
Ini baru sebagian ulasan dan saya mulai dilanda kebingungan. Apalagi di akhir tulisan disebutkan anak-anak yang dididik tanpa "jangan" beresiko tidak memiliki sense of syariah dan keterikatan hukum. Hmmm.. untuk sementara saya hanya bisa merenung dan mencari referensi lainnya sambil bertanya-tanya apakah benar teori parenting barat menyebabkan anak-anak tumbuh menjadi generasi liberal? Hmmm..
#Harike14
#Tantangan10Hari
#Level11
#FitrahSeksualitasAnak
#KuliahBunsayIIP
#LearningbyTeaching
0 notes
Video
tumblr
Review Presentasi #8 Hari #10 Cerita sedikit dulu. Hari ini berakhir chaos. Hehe.. karena ditinggal papinya anak-anak dinas, jadinya gak sempat nulis review karena kelelahan. Akhirnya pas seger, hari sudah berganti. Kelompok 8 ini membahas tentang peran keluarga dalam melindungi anak dari bahaya LGBT. Dari judulnya saja saya sudah setuju. Keluarga merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Baru-baru ini ramai diberitakan tentang seorang anak SMP yang berusia 13 tahun hamil oleh seorang anak SD. Rupanya anak laki-laki ini tidak naik SD selama dua tahun jadi secara umur dia sudah 13 tahun dan sudah matang secara seksual. Nah lucunya lagi reaksi sang ayah lebihah yang menuai kecaman masyarakat. Bagaimana tidak? Sang ayah, anggota keluarga yang seharusnya menjadi pihak yang melindungi anak dari ha negatif malah dengan bangga menyebut kalau putranya terbukti sebagai pria jantan. Dan menyebut putranya hanya sedang menguji coba penisnya yang baru di sunat. Apa jadinya jika semua ayah berpikir begitu? Mungkin LGBT semakin merajalela. Karena pola asuh adalah salah satu hal penyebab munculnya LGBT. Na'udzubillahimindzalik. #Harike10 #Level11 #Tantangan10Hari #FitrahSeksualitasAnak #KuliahBunsayIIP #LearningByTeaching
0 notes
Photo
Review Presentasi #7 Hari #9 Pengaruh media dan pornografi dalam penodaan fitrah seksualitas anak Dari judulnya saja udah bikin hati saya mengerijut. Bagaimana tidak? Itu yang saya khawatirkan saat ini di tempat ini. Media di sini tak terlalu mengkhawatirkan, televisi menampilkan acara edukasi yang menyenangkan di mulai saat anak-anak bangun sampai waktunya sekolah, di sambung saat jam anak-anak pulang sekolah sampai waktu mereka tidur. Yang saya khawatirkan justru lingkungan. Ada kalanya kita melihat remaja pacaran sangat mesra atau poster iklan di jalan yang menampilkan badan yang polos. Saat anak saya melihatnya saya merasa serba salah. Sempat saya membiarkannya karena anak tak bertanya. Tapi kemudian takut kelak ia menganggap hal itu lumrah dilakukan. Tapi kalau dijelaskan sekarang berarti sama dengan mengenalkan konsep pacaran. Akhirnya saya mengambil jalan untuk mengalihkan perhatian mereka. Dan sekarang saya bisa mencoba solusi untuk melindungi fitrah mereka sesuai yang di rekomendasikan kelompok 7 diantaranya, pendidikan agama, cek&ricek dengan membuat mereka menceritakan segala hal yang dilihat, mendampingi saat bermain gadget, membuat kesepakatan penggunaan gadget. #HariKe9 #Level7 #Tantangan10Hari #FitrahSeksualitasAnak #KuliahBunsayIIP #LearningByTeaching
0 notes
Video
tumblr
Presentasi #5 Hari #7 Senada dengan presentasi kelompok 4, kelompok 5 ini menyuguhkan hal yang saya butuhkan yaitu mengenai pandangan Islam terhadap fitrah seksualitas. Di sini ditulis bahwa tantangan yang harus dihadapi oleh generasi saat ini yaitu LGBTQ yang artinya Lesbian Gay Bisexual Transgender and Queen. Mungkin bukan Queen ya karena setahu saya yang ada itu Queer. Apa itu Queer? Yaitu seseorang yang tidak mau diidentifikasi sebagai gender yang bisa dipasangkan (misalnya laki dan perempuan, homoseksual dan heteroseksual) atau mereka yang tidak mau diberi label berdasarkan orientasi seksual mereka. How can? Ngeri banget jadi makhluk bergender netral. Mereka seperti benar-benar kehilangan identitasnya. Dan ini nih yang bikin saya membuka mata dan mungkin bisa membuka mata para feminis di luar sana bahwa dalam Islam posisi pria dan wanita dalam sejajar. Tentu saja dengan syarat yang tercantum dalam al-quran iman dan amal sholeh serta taat pada aturan Allah. Karena kemuliaan seorang manusia bukanlah ditentukan menurut jenis kelaminnya melainkan: iman, ketakwaan, amal soleh (kebermanfaatan) serta seberapa jauh ia menerapkan aturan Allah SWT di dalam kehidupannya. Catat!! Jadi walaupun kelihatan Islam itu membatasi gerak para wanita, nyatanya para wanita Islam sama sekali tidak dipaksa melakukan sesuatu seperti menutup aurat. Ini sebuah ketaatam karena mereka tahu Islam selalu memuliakan wanita.
0 notes
Video
youtube
Presentasi #3 Fitrah Seksualitas Oleh Kelompok #3
Malam ini kelompok 3 mengajak kita bernyanyi lagu untuk anak-anak yang mudah diingat.
Dewasa ini, marak sekali pelecehan seksual yang korbannya tidak lain adalah anak usia dini. Pelakunya bahkan merupakan orang terdekat. Media lagu 'sentuhan boleh dan tidak boleh' ini secara langsung mengajarkan anak untuk tidak boleh percaya pada orang yang berani membuat mereka tidak nyaman dengan menyentuh anggota tubuh yang tertutup.
1 note
·
View note