#Film malang poster

[sonita0526]

मलंग: 'हमराह' में दिखेगी आदित्य दिशा की शानदार कैमेस्ट्री, कल रिलीज होगा सॉन्ग

मलंग: ‘हमराह’ में दिखेगी आदित्य दिशा की शानदार कैमेस्ट्री, कल रिलीज होगा सॉन्ग

डिजिटल डेस्क, मुम्बई। दिशा पाटनी और आदित्य रॉय कपूर अपनी अपकमिंग फिल्म मलंग को लेकर सुर्खियों में हैं। फिल्म के पोस्टर और ट्रेलर को लोगों द्वारा बहुत पसंद किया जा रहा है। फिल्म का गाना 'चल घर चलें' रिलीज होने के बाद एक और सॉन्ग रिलीज होने वाला है, जिसका नाम है हमराह। यह गाना 23 जनवरी को रिलीज होगा। इस बात की जानकारी​ दिशा पाटनी के सोशल मीडिया अकाउंट से मिली। 

        View this post on…

[thappad-fullmoviedownload-blog]

Thappad Full Movie Download 720p online leaked by tamilrockers tamilrockers has again leaked by Thappad full movie download filmywap on your website: This Drama, played by Taapse pannu, has been uploaded on filmywap's website after being released, which is a legal offense. So friends again, the most famous piracy website tamilrockers tamil movies has again started its art of piracy movies. Download full movie:::-https://mp4moviesworld66.blogspot.com/2020/01/download-thappad-full-movie-download.html Thappad full movie download filmywap Even after Tamilrockers faces such a legal action, even after getting so many court orders, they have not yet stopped to leak movies in their tamilrockers hd version. If we show the other side, the chennai high court has banned many tamilrockers latest site due to their illegal works. But tamilrockers hd walo necklaces, years after purchasing another new domain extension, do their piracy work again. Thappad full movie cast Directed by Anubhav Sinha Produced by Anubhav Sinha Bhushan kumar Krishna kumar Starring Taapsee pannu Production company Benaras Media Works T-series Release date 28 February 2020 https://mp4moviesworld66.blogspot.com/2020/01/download-thappad-full-movie-download.html So it is more sites like tamilrockers that by seeing these people you have done work like movierulz, openload and much more, then these people have leaked the newly released film. Attitude Status in Hindi 2020 Malang full movie download Love Aaj Kal Full Movie Download Kannum Kannum Kollaiyadithaal Movie Download So people are doing many searches in google to see this hindi film "Thappad" like thappad full movie download filmywap, Thappad full movie download 480p. Which is absolutely legal crime and you people should not search such a thing at all. https://mp4moviesworld66.blogspot.com/2020/01/download-thappad-full-movie-download.html Thappad Full Movie Download Thappad Full Movie Download Filmyzilla pagalworld tamilrockers, isaimini moviesda There are many other websites too, which have leaked very recently released popular film like Panga, Street dancer 3d, chhapaak, Sarileru neekevvaru, dabangg 3 which is a legal offense so that they can go to court bars Is mercury. Bo people have not stopped their piracy. Those people upload Abhi too soon after the film is released. Thappad full movie download filmywap 720p Thappad's screenplay is written by Anubhav Sinha. The story of this Thappad film has been set in Mumbai and delhi city. The film will be released worldwide on 28 February 2020. This film will be released in 1 language like Hindi language. The first look poster, announcing the title of the film, was released on 6 March 2020 via the official Twitter handle of the production house. Thappad full movie download Tamilrockers The soundtrack and score of this film were composed by Mangesh Dhakde. The song for this film has been recorded by Benaras Media Works, T eries Me. The lyrics of this Thappad are written by Anurag saika ji. The song of this film has been dubbed in 1 language like Hindi. Bollywood Drama thriller action film Thappad full movie download filmywap has done more than 16 crore business on the very first day of its release. On the other hand, the film has suffered a lot after the leak by tamilrockers. Because most people do Thappad full movie download filmywap from tamilrockers latest site.thappad full movie download::-https://mp4moviesworld66.blogspot.com/2020/01/download-thappad-full-movie-download.html

[moviezsiteupdates-blog]

Malang Movie Download Leaked Filmyzilla Watch Online

Malang Movie Download: Malang is an upcoming Indian Hindi-language romantic action thriller film directed by Mohit Suri. Jointly produced by Luv Ranjan, Ankur Garg, Bhushan Kumar, Krishan Kumar, and Jay Shewakramani. The film stars Aditya Roy Kapur, Disha Patani, Anil Kapoor and Kunal Khemu. Malang Full Movie Download, The primary shot taken on 16 March 2019, and therefore the principal photography began on 22 March in Goa. Movie cast Aditya Roy Kapur Disha Patani as Sara Anil Kapoor as Anjaney Agashe Kunal Khemu Amruta Khanvilkar Angela Krislinzki Elli AvrRam Shaad Randhawa The filing bound up on 7 October 2019, and it’s scheduled to release on 7 February 2020. The filming began on 16 March 2019. "Malang Full Movie Download" The principal photography began on 22 March in Goa. They shot the Mauritius schedule within the first week of May. They wrapped the film up on 7 October 2019.

Malang Full Movie Download leaked by Fillmyzilla

They all lead cast first look posters of the film released on 3 January 2020. On 6 January, the official trailer of the film launched by T-Series. They scheduled the film to release on 14 February 2020; Later on 26 December 2019, they advanced it to 7 February. Soundtrack album by Mithoon, Ankit Tiwari, Asim Azhar, Ved Sharma, and The Fusion Project. Malang Movie Download, The film’s music composed of Mithoon, Ankit Tiwari, Asim Azhar, Ved Sharma. The Fusion Project with lyrics written by Sayeed Quadri, Kunaal Vermaa, Prince Dubey and Haarsh Limabachiyaa. They have paired Disha Patani and Aditya Roy Kapur opposite each other for the first time in Malang. The recently unveiled track, Chal Gharu Chalen, featuring the two was an intense ode to love and has over 32 million views on YouTube. Full Movie Watch Online Adding to the audience’s excitement, the title track of the film. Its teaser has now unveiled which begins with the gorgeous Disha Patani walking by the beach in a bikini. The 24-second long video offers us a glimpse of Aditya and Disha’s chemistry. Malang also stars Kunal Kemmu and Anil Kapoor in pivotal roles. The film’s power-packed trailer unveiled last week and attracted a lot of attention. It lauded by other Bollywood celebs. Malang Movie Download Watch Online: A week after the trailer’s release, superstar Salman Khan had tweeted. Street Dancer 3D Movie Read the full article

[mmfilmsprod]

Story-2: Naache Mast Malang

M&M Films presents a beautiful Baba Ramdev Ji song "Naache Mast Malang", sung by a famous Rajasthani singer Richhpal Dhaliwal, lyrics by Chandarbhan music by Sapna Studio and directed by Raju Dilraj.

Special Thanks to Jaskaran Sandhu

Please subscribe our channel to get all updates and notifications.

https://youtu.be/lJORx1kOAes

#mmfilmsprod #jatinmehandi #sapnastudio #vakilsitara #rajudilraj #bhajan #babaramdevji #lordramdev #naachemastmalang #jaskaransandhu #princemehandiratta #chandarbhan #richhpaldhaliwal

~ Poster designed by Raju Dilraj

[salmonmentai]

Devi Kava Nila

Bertukar kesan pesan dengan orang paling bijaksana di dunia fantasi.

Entah mengapa ia diberi nama Devi Kava Nila, sehingga sejak kecil sudah harus mengalami situasi yang depresif. Devi Kava Nila, Devi kafanilah, namanya saja sudah meminta dirinya dikafani. Namanya saja sudah memninta yang punya nama untuk koid dan segera dikafani. Tapi apalah gunanya makna selain identitas? Tapi tetap saja malang sekali nasib orang ini harus dikaruniai identitas yang tidak bisa ditolak dengan nama semacam itu.

Saya mengenal orang ini ketika saya menginjak bangku SMA kelas 2, padahal saya sebenarnya tidak pernah menginjak bangku juga sih. Ketika melihat dia berkeliaran di dalam kelas saya menengok kanan kiri, mencari orang tua, karena ada anak SD yang nyasar ke kelas kami. Eh ternyata dia memang sudah SMA. Dan sekelas dengan saya. Dia kalau mau pinjam HP ke temannya manggilnya angkat tangan dulu. Dia angkat tangan seperti mau bertanya sesuatu pada guru dan bilang "He Markotip! Pinjam HPnya dong!" Entah mengapa dia tabiatnya seperti itu. Hingga saat ini pun ketika keakraban saya dengan dia sudah terbangun dengan baik saya tidak bisa memahami gestur-gestur yang ia pilih ketika berbicara itu dari mana. Seakan-akan ia selalu di depan kamera tik-tok jadi kalau ngomong harus atraktif dengan gesturnya. Atau dia menganggap ia hidup dalam kotak-kotak lembar manga slice of life yang memang ekspresi dan gesturnya ada aturannya sendiri. Harus imut dan tidak normal sebagai mestinya. Dan entah mengapa meskipun dia hidup di dunia nyata, bukan di lembaran komik, tapi dia menaati aturan itu dengan taat, lebih taat daripada dzikir dan sholat.

Jadi banyak yang saya tanyakan pada diri saya sendiri tentang manusia macam Devi Kava Nila ini. Dulu ia pernah saya buat nangis di les-lesan yang memanfaatkan ketakutan akan kegagalan anak SMA untuk meraih universitas yang mereka inginkan sebagai pasarnya. Jadi kita memang sama-sama takut untuk tidak dapat universitas yang kami inginkan, tapi saya tetap gagal meraih universitas yang saya inginkan sedangkan dia berhasil. Namun saya tidak ingin membahas itu, saya mau membahas saya pernah membuat nangis Devi Kava Nila hingga tersedu-sedu di dalam les-lesan itu. Entah waktu itu dia bertanya tentang apa lalu saya jawab, "Itu urusanmu dan seluruh keluargamu yang gila-gila!" tentunya ketika saya mengatakan itu saya bercanda tanpa meriset apa yang terjadi di keluarganya.

Setelah itu dia menangis, tersedu-sedu tidak bisa berhenti. Kemudian ketika saya sudah kuliah dan hendak pergi ke Gunung Lawu, saya sudah di dalam kereta dari Malang menuju Madiun tiba-tiba mendapat pesan dari Devi Kava Nila. Ia bercerita tentang masalah keluarganya yang membuat ia sedih dan ingin kabur dari rumah dan mengajak saya. Lalu otak saya langsung mengais-ngais memori ketika saya mengejek keluarganya seenaknya dan membuat ia menangis tersedu-sedu tanpa bisa berhenti. Saya sekejap langsung tahu alasan ia menangis dan merasa bersalah hingga ingin mengubur diri. Namun entah mengapa ia memilih bercerita pada saya dan ingin kabur ke rumah teman bersama saya.

Lalu ketika saya menulis dan menyutradarai film tentang KDRT yang memotret beban psikologis perempuan yang mengalami KDRT, Devi Kava Nila dengan tulus hati membuatkan ilustrasinya untuk poster pra produksi. Saya kembali bertanya pada diri sendiri kenapa dia mau, yang entah apapun jawabannya saya tidak tahu hingga saat ini. Padahal film itu bercerita tentang bagaiamana peristiwa KDRT dirahasiakan oleh korbannya sendiri sehingga tiada yang bisa menolongnya. Sedangkan permasalahan keluarga Devi Kava Nila juga jarang sekali ada yang tahu hingga ia berani bercerita pada saya. Dan memori saya mengejek keluarganya dengan kasar masih kuat di otak saya, jadi saya terkejut ketika poster pra produksi film yang saya sutradarai itu dibikinkan oleh Devi Kava Nila.

Kemudian entah datangnya dari mana ia tiba-tiba meminta cerpen saya untuk dijadikan komik. Dari sekian banyak cerpen yang saya berikan padanya, yang Devi Kava Nila pilih untuk dijadikan cerpen adalah cerpen yang saya rasa tidak bisa dibuat komik. Tapi dia bersikeras untuk membuat cerpen saya itu jadi komik pertamanya. Komiknya bIsa dibaca di sini kalau bahan mentahnya bisa dibaca di sini.

Lalu semakin lama, kita semakin akrab sebagai manusia, kita sering ngopi dan berbagi rokok. Meski dia gajinya lebih besar daripada saya tapi kebanyakan yang menraktir saya. Keakraban kita saya rasa bisa hadir karena Devi Kava Nila merupakan manusia yang dengan kerendahan hati mau mendengarkan cerita tanpa intervensi. Meskipun ia sering kali terbawa perasaan ketika mendengar cerita siapa saja, seakan-akan cerita orang lain adalah urusannya yang harus ia bereskan. Dan juga saya yang mau mendengarkan dia bercerita meskipun tidak jelas ceritanya sepotong-potong dan saya di suruh menyimpulkan sendiri. Ia memang manusia gua yang gagap menanggapi interaksi sosial di dunia nyata. Karena ia lebih sering di rumah untuk menonton tonight show.

Ketika saya ingat-ingat ketika saya hampir lulus SMA saya pernah berfantasi ikut mempilox seragam saya seperti anak muda haus eksistensi pada umumnya. Lalu saya mencari Devi Kava Nila dan berbicara jujur padanya. Bahwa ketika kita lulus, Devi Kava Nila adalah salah satu manusia yang akan segera saya rindukan. Namun saya tidak mengatakannya, dan saya tidak begitu merindukannya juga. Karena bagi saya di setiap perpisahan yang dramatis adalah perpisahannya, sok sok an berberat hati, takut tidak akan mengalami hal yang familiar bersama lagi. Namun kalau memang harus berpisah untuk sementara atau selamanya, ya kita akan menemukan kefamiliaran yang baru lagi. Sehingga ruang untuk merindu diisi kefamiliaran yang baru kita miliki yang sementara menghilang. Kefamiliaran yang lama sudah tergantikan. Jadi saya tidak begitu merindukan Devi Kava Nila, karena saya sudah memiliki kefamiliaran yang baru, dan Devi Kava Nila pun begitu.

Namun ketika saat ini saya dan Devi Kava Nila semakin akrab sebagai manusia tidak ada yang bisa saya rasakan selain bersyukur bahwa di dunia ini masih ada kefamiliaran yang bisa saya singgahi di mana segalanya terasa begitu asing. Karena di umur yang rawan krisis eksistensi ini segalanya mudah untuk mejadi asing. Lama kelamaan yang awalnya familiar bisa menjadi asing dengan sekejap mata. Dan Devi Kava Nila mejadi manusia yang dengannya saya bisa merayakan kefamiliaran yang menjadi oase atas keterasingan.

[southeastasianists]

Usmar Ismail’s Darah dan Doa, or The Long March, is said to be the first movie produced and financed by Indonesians. Its first day of filming, March 30, 1950, is now commemorated as National Film Day. But did you know that it wasn’t the first movie produced in Indonesia?

That honour belonged to Loetoeng Kasaroeng by by L. Heuveldorp and G. Kruger, released in 1926, almost two decades before Indonesia’s independence.

When the movie was released, there was no “Indonesia,” only the Dutch East Indies.

While a nicely preserved copy of Darah dan Doa is safely kept at Sinematek Indonesia in Jakarta — the first film archive in South-east Asia and still the only one in Indonesia — Loetoeng Kasaroeng’s whereabouts are unknown.

The oldest movie that Sinematek has is The Teng Chun’s Tie Pat Kai Kawin, released in 1935.

According to Indonesian Film Centre Foundation (YPFI) manager Kiki Muchtar, before 2010 Indonesian films were mainly recorded on celluloid.

“Now movie theatres use DCP [digital cinema package],” Kiki said.

Part of what YPFI does is digitalising celluloid films. That can be easy. Tracing the celluloids themselves often take them off the beaten path.

During the “Mana Film Indonesia?” (“Where Are the Indonesian Films?”) discussion held at microcinema Kineforum in Central Jakarta on Saturday (March 24), Kiki presented the results of his research to map out where celluloid copies of Indonesian films are kept, based on data she compiles from filmindonesia.or.id.

Over 600 celluloid feature films are kept at Sinematek, 707 are kept by their original production houses and 77 are in the possession of a man called Muchlis who used to run a mobile cinema business.

The rest, which amounts to over 2,300 films, are in the private collection of a few companies and collectors, including 14 Entertainment, Be Cang Film, Inter Pratama Studio and the Indonesian Old Cinema Museum in Malang, East Java.

In some cases, old movies end up overseas, usually in the collections of museums, libraries or embassies.

The government has no official film archives centre. Sinematek, established in 1975 by Misbach Yusa Biran and Usmar Ismail, is often mistaken as state-owned, when in fact it’s owned by Yayasan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, a private foundation that used to be called Yayasan Citra.

With a staff of only 11 people and limited funding, Sinematek does its best to preserve films.

The celluloid copies are kept in a climate-controlled vault with a temperature between 9 and 13°C.

The humidity level is supposed to be kept at 40-45 per cent but since Indonesia is a tropical country, that rarely happens. Most of the time it can only be kept down to 63 per cent.

Sinematek Indonesia head Adisurya Abdy said almost 300 titles in its collection have been digitalised.

Adisurya wants the government to show more commitment to preserve our cinematic legacy by helping to keep Sinematek running and improve its facilities.

“We need someone, the government, to help us pay for it, basically. We need real and continuous support from the government, not just sporadic ones, ones that we have to beg for,” he told the Jakarta Globe on Tuesday.

Adisurya pointed out that short films and documentaries often suffer even worse fate than feature films when it comes to archiving and preservation.

Nevertheless, YPFI has archived and digitalised quite a few celluloid documentaries and short films that they sourced privately from the Jakarta Arts Institute (IKJ), Sonobudoyo Museum in Yogyakarta, Indonesian Old Cinema Museum, PFN, Arsari Foundation, Bung Karno Foundation in Jakarta and Bandung and from private collectors.

Watch vintage films at Sinematek

Sinematek allows anyone to watch films in their viewing room, but you have to make an appointment in advance for a group of five or more people.

Budi Iswanto, a staff member at Sinematek, said the films are also not to be brought outside the centre.

If you want to screen a film from Sinematek’s collection for non-commercial purposes — ie, you’re not charging money for tickets — you can send a letter to request the film, then Sinematek will decide if the copy of the film is in good enough condition to be screened.

If you plan to charge people for tickets, then you’ll need to get permission from the film’s producer.

“Here we don’t only keep films but we also keep posters and printed stills, and books about filmmaking,” Budi said.

Sinematek also keeps newer films in DVD, VCD and VHS.

The original celluloids for the restored versions of Usmar Ismail’s Lewat Djam Malam (After the Curfew), Tiga Dara (Three Maidens), Darah dan Doa and Asrul Sani’s Pagar Kawat Berduri (Barbed Wire Fence) all came from Sinematek.

Old movie trend

The restored version of Lewat Djam Malam was screened in cinemas in 2012, then Tiga Dara followed in 2016.

The restored Darah dan Doa and Pagar Kawat Berduri had no commercial releases since the restoration was government-funded.

So if you hear that a film is being restored, don’t get your hopes up just yet.

Commercial cinemas rarely screen old movies, but CGV kicked off its “Vintage Film Festival” last Thursday with the original Pengabdi Setan (Satan’s Slave), made in 1980 by Sisworo Gautama Putra.

The festival is held in 10 cities where there is a CGV cinema and runs until April 29. Some of the titles being screened include classics like Mat Dower (Big Lips) (1969), Ratu Ilmu Hitam (Queen of Black Magic) (1981), and the Catatan Harian Si Boy (Boy’s Diaries) series (1987-1991).

Micro cinemas Kineforum and Kinosaurus often screen vintage movies as part of their monthly programs.

Just recently Kineforum screened Gadis Penakluk (Girl Conqueror) (1980) and the 1982 version of Titian Serambut Dibelah Tujuh (The Narrow Bridge).

Outside cinemas and micro cinemas, old Indonesian films are now also available on streaming services.

Indihome, Telkom Indonesia’s pay TV service, has a channel called FLiK TV showing Indonesian films from the 1970s and recent releases.

You can also watch classic Indonesian movies on streaming platforms Iflix, Viu, Mox, Catchplay and HOOQ.

HOOQ boasts an extensive collection of around 1,500 local titles. HOOQ head of content Dellawati Wijaya said they contribute to 55-60 per cent of total traffic on the platform.

Recently releases, such as Galih & Ratna and Dear Nathan, both released in 2017, are more popular. The remastered version of the 2000 teen romance Ada Apa Dengan Cinta? (What’s Up with Love) is also a favourite.

“But some films that disappeared quickly from the cinemas have turned out to be big hits on our platform,” Della said.

HOOQ also has a selection of vintage movies, including Alam Surawidjaja’s 1979 war flick Janur Kuning (Yellow Coconut Leaf), Mourtadha Risyaf’s Naga Bonar and comedies starring Benyamin Sueb and the ever-popular Warkop trio.

Della said there are still many Indonesian films available for viewing on illegal streaming websites.

“We have to kill around 20 links per day. When we released Surga Yang Tak Dirindukan 2 (Unwanted Bliss 2), we had to kill 90 links,” Della said.

Power of community

Facebook group Komunitas Pecinta Film Indonesia Jadul (Old Movie Lovers of Indonesia) was formed in 2010 and has nearly 9,000 members so far. They host public screenings of classic Indonesian films at least twice a year, usually in coffee shops.

One of the members, Rendy Dwika Chandra, told the Jakarta Globe the group defines old films as those released between 1927 and 1992.

The members’ combined collections consist of over 1,000 films in VCD, DVD, VHS/Betamax and laser discs.

“We have classic films released between 1956 and 1992. Older than that, it’s much harder to get,” Rendy said.

Members are allowed to borrow or trade their collections, but not every film since some are in very delicate condition.

“We take extreme care of our rare collections,” Rendy said.

Though it’s still an uphill climb for both watching and preserving vintage movies in Indonesia, YPFI is making progress with its plan to launch a website with a complete archival data on Indonesian films.

“Our new website will be a one-stop information centre about Indonesian films. You can find out everything about them, from where you can get access to a copy to where you can watch them with your friends,” Kiki said.

[thebroadcast-blog2]

Watch Lootcase on Disney+ Hotstar VIP from 31 July

Audience can watch movie Lootcase on Disney+ Hotstar VIP from 31 July loaded with extremely talented actors Kunal Kemmu ,Gajraj Rao ,Rasika Dugal,Ranvir Shorey and Vijay Raaz Disney+ Hotstar VIP announced release of Lootcase out of those seven movies scheduled to release on OTT instead of theaters. First release scheduled in list is Sushant Singh's Dil Bechara which will release on 24th July 2020. Second movie releasing after Dil Bechara is Kunal Kemmu's Lootcase on 31th July 2020.Film is comedy drama where Kunal Kemmu is accompanied by various talented actors. Disney+ Hotstar VIP in latest announcement reveals date on which movie will stream on their platform Disney Plus Hotstar Multiplex. https://www.instagram.com/p/CCkhthTpttI/?utm_source=ig_web_copy_link As the news of release came Kunal Kemmu also share movie poster on his Instagram with message expressing his happiness and excitement. He wrote "I’m so happy and excited to share this with you guys! I’ve been waiting for this day. We are bringing #Lootcase directly to the safety and comfort of your home :) So you and I have a movie date on the 31st of July See you " Kunal Kemmu was seen in Malang with Anil Kapoor, Aditya Roy Kapur and Disha Patani which was released in Feb 2020. https://www.instagram.com/p/CCkhUMVn82s/?utm_source=ig_web_copy_link Gajraj Rao, who played MLA Patil in movie ask audience to find solution for the entire mess with a message on Instagram. Read the full article

[pausedby]

Foto keluarga dan lanturan cerita 1990an

Keluarga saya boleh dibilang sebagai keluarga yang hanya sedikit memiliki arsip, termasuk arsip foto. Sejak saya lahir, saya belum pernah--atau pernah, namun lupa--melihat foto kakek dari ayah dan ibu serta nenek dari ayah yang wafat sebelum saya lahir. Bahkan ketika rumah dan tangga orang tua saya mulai menetap di Kota Malang, arsip foto minim  bisa saya nikmati.

Pun ketika orang tua saya berziarah ke tanah suci, salah satu kenangan yang teringat adalah satu rol film yang hangus akibat tustel pinjaman yang dibawa ke tanah suci terbuka dengan tak sengaja. Tak berapa lama kemudian, beberapa simpanan klise/negatif foto keluarga yang menyimpan rekaman cikal bakal keluarga bapak dan ibu saya yang saya kumpulkan akhirnya raib, mungkin akibat pindah rumah atau memang dianggap sebagai tumpukan kecil dokumen tak bersejarah. Untungnya, kami masih memiliki beberapa album serta satu cetakan foto pernikahan bapak dan ibu yang terpajang di dapur (meskipun dalam foto ini sebenarnya yang tampak adalah nenek saya, foto berdua ayah ibu entah kemana).

Mungkin itu salah satu gairah kecil yang membuat saya terobsesi dengan fotografi. Ditambah dengan hubungan intim saya dengan pasar loak, menjadikan saya semakin bergairah ketika melihat foto-foto tanpa keluarga yang terpajang di kardus-kardus kecil di sepanjang rel Pasar Comboran.

Saya selalu menyimpan dokumen-dokumen tentang diri saya secara rapi, bahkan sebuah tiket perjalanan sekalipun. Sampai kini kira-kira ada ribuan tiket bus dan kereta api (dengan berbagai macam bentuk dan transformasinya), sekaligus dokumen dan benda-benda kecil yang saya adopsi dari pasar loak.

2015, saya melakukan penelitian untuk studi saya yang sedikit banyak membahas tentang sastra, mobilitas, dan trauma narrative di komunitas Indigenous Australia. Ketika itu pula saya berkenalan dengan sebuah buku berjudul "Family Frames: Photography, Narrative and Postmemory". Saya menyadari bahwa terdapat sejarah universal yang terbentuk dari jaringan-jaringan komunal dan familial, seperti sastra yang memiliki narasi trauma, atau album foto keluarga. Dari studi kasus tersebut, saya kemudian membesarkan tekad untuk melakukan digitalisasi secara menyeluruh pada arsip koleksi saya, ditambah dengan beberapa donasi dari kerabat, sekaligus metode 'nguping' serta wawancara singkat dengan kerabat mengenai asal-usul keluarga saya.

Dalam ingatan saya, tak banyak hal yang berbeda pada keluarga sederhana saya. Attitude yang termanifestasi dalam diri orang tua saya tumbuh dan besar dibawah tekanan  rezim, seperti orang tua lain pada umumnya. Saya masih ingat, hobi menggambar kakak saya sempat menuai badai kemarahan bapak lantaran keisengannya waktu itu yang menggambar logo palu arit usai menonton film wajib G30S PKI, meskipun kami tidak mengerti apa cerita dan isinya. Waktu itu bapak merobek buku tulis kakak yang biasa dipakainya sebagai buku sekolah karena di halaman belakang buku itu palu arit tergambar dengan arsiran pensil yang sangat rapi. Kakak saya memang sangat pandai menggambar, beberapa dekade setelah itu ia menjadi desainer grafis yang handal.

Dari peristiwa itu, sepertinya sebuah trauma talah termanifestasikan dalam pikiran bapak ibu saya. Trauma yang tak terhapuskan meskipun hanya digambar dengan pensil. Solusi paling logis waktu itu adalah merobek habis buku tulis itu, menghancurkan segala hal yang menempel padanya, sampai akar-akarnya. Penghapus pensil, dengan logika itu, tentunya tak akan menyelesaikan trauma. Mungkin karena trauma memang seharusya tak mudah dihapus begitu saja, ia harus ditularkan pada anak-cucu. Jika begitu, wajar saja jika tindakan merobek tuntas buku itu, atau bahkan kemudian membakarnya adalah sebuah solusi logis agar supaya trauma tersebut turut tertularkan pada kakak, dan saya.

Anyway, saya dan kakak saya adalah generasi bandit--bandel dan sengit--di era itu, segala kejadian-kejadian politis hanya kami ingat separuh saja. Kami lebih sibuk dengan film satria baja hitam dan Yoko, pendekar rajawali, yang harus kami tonton di TV tetangga usai mengaji di surau. Yang kami ingat dari krisis moneter adalah harga-harga naik, kata bapak ibu saya, yang tak juga begitu kami rasakan karena bagi saya dan kakak tak ada pemotongan uang saku karena waktu itu kami memang tidak rutin punya uang saku. Yang saya ingat dari reformasi adalah seorang tokoh pahlawan di buku SD yang dibubuhi coretan gambar ikat kepala bertuliskan "MASI REFOR". Kata reformasi terbalik akibat ia tak bisa dengan baik memprediksi coretannya, sepertinya ia tak bakat melukis, vandalisme buku mata pelajaran pun tak beres dikerjakannya. Selain itu, mungkin poster kabinet pemerintahan yang dicoret oleh ibu saya akibat menteri-menteri yang mendadak diganti setelah baru saja diputuskan usai PEMILU. Saya ingat waktu itu ibu berbicara agak ketus, 'amburadul', malam ketika kami berada di kios toko kami di depan rumah. Kemungkinan besar ketusnya adalah karena ia harus membeli lagi poster susunan kabinet yang lain, yang lebih baru.

Saya tak ingat persis waktu itu tentang peristiwa politis yang terjadi di Ibukota. Saya tak mendengar kerusuhan di Jakarta, tragedi trisakti, tragedi Mei 98. Saya belum menyadari betapa legendarisnya Foto Bang Julian Sihombing yang tayang di halaman belakang koran KOMPAS. Semua itu hal yang asing bagi saya karena mungkin pikiran saya terlalu tersita oleh pertanyaan bagaimana menonton TV dengan nyaman dengan televisi Panasonic hitam putih yang hanya punya 12 saluran TV, sedangkan teman-teman saya waktu itu sudah membicarakan soal film Titanic yang mereka tonton di VCD, serta film Tarzan X, juga beberapa film lain yang disebut BF, Blue Film.

Tidak menonton film-film tersebut bukan berarti bahwa saya anak yang soleh dan takut dosa, namun memang kejadian terjadi hanya karena ada kesempatan. Dan sejak kecil memang saya tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi 'nakal' semacam itu. Alhamdulillah, sekaligus tidak. Tidak? karena bagaimanapun pengalaman adalah guru terbaik, mengalami dan mendalami peristiwa politik di akhir masa orba misalnya, saya waktu itu tak sempat mendalaminya. Akibatnya mungkin saya akan menjadi pewaris narasi trauma seperti yang dialami orang tua saya.

Begitu pula dengan pengalaman menikmati foto-foto keluarga. Saya tidak banyak menikmati pengalaman semacam itu. Ketika duduk di bangku kuliah, waktu itu internet masih lumayan belum begitu populer sekali, serta kuota internet belum semurah sekarang ini, saya seringkali meminta teman saya menunjukkan arsip foto-foto keluarganya, terutama yang datang dari luar kota. Yang paling membuat saya bergairah adalah ketika teman saya menunjukkan, ini Monas, ini Riau, ini Tugu Khatulistiwa, ini perjalanan keluarga kami ke Nganjuk, kami berhenti di sini, makan ini di situ, kemudian lanjut ke sini. Hal-hal itulah yang kemudian membuat saya lebih tersadarkan lagi, keluarga kami tak mempunyai jejak kenangan seperti itu. Paling tidak, foto-foto keluarga itu membantu menambal lubang-lubang ingatan yang tak tertahankan.

Lubang itulah yang kemudian membuat saya kemudian melakukan sedikit eksperimen dengan arsip foto-foto keluarga, meskipun bukan keluarga saya. Motivasi personalnya, seperti yang saya ceritakan diatas, untuk mengisi kekosongan cerita a la familia. Karena memang cerita soal piknik, tamasya, bukan cerita yang banyak ditemukan di keluarga saya, terutama yang bisa diceritakan lewat foto. Lebih banyak cerita-cerita kekonyolan anak kecil yang menghabiskan waktunya untuk meloloskan diri dari perintah-perintah orang tua.

Motivasi lainnya, mungkin, mungkin juga tidak, adalah untuk mengadopsi kenangan-kenangan yang terbuang itu--meskipun mengadopsi juga bukan kata yang tepat, karena beberapa arsip yang saya punya adalah salinan digital dari arsip foto keluarga teman saya. Namun dalam kasus foto-foto yang saya adopsi dari pasar loak, ketika gambar-gambar itu sudah terlepas dari ikatan familialnya, terlepaslah cerita sentimentil yang melekat padanya.

Foto-foto tersebut menjadi sebuah objek yang dikebiri dari kenangannya, yang bisa dimaknai hanya sebagai objek semata, artefak tanpa nostalgia, serpihan antiklimaks dari sebuah era. Saya dan orang lain mungkin hanya akan melihat sebuah potret sebagai sebuah potret orang asing yang tak saya kenal di sebuah lokasi yang tak saya tahu. Saya, mungkin saja hanya akan tertarik dengan penanda-penanda yang lebih universal. Misalnya; gaya berpakaian, bentuk bangunan tua, bentuk mobil klasik, tempat-tempat tertentu, atau bahkan paling yang paling jauh, bagaimana keluarga (Indonesia) tergambar dari foto-fotonya.

Tumpukan foto ini mungkin adalah foto yatim piatu. Orphan images. Maka kemudian saya memutuskan untuk mengadopsi dan mencoba memetakan, melihat lebih dalam, serta berusaha memosisikan narasi familial dalam kaitannya dengan narasi yang lebih luas. Arsip tersebut adalah sebuah artefak kolektif yang tak disadari terbentuk dari percikan gejala dunia universal. Seperti buih dari ombak besar, cerita sampingan dari narasi yang lebih besar, the periphery of the central narrative. Ia terbentuk dalam ruang (a)politis yang lebih domestik, yang lebih intim, yaitu ruang bernama keluarga.

Unhistoried Indonesian family, photograph, and narrative.

unhistoried@gmail.com

[halallaku]

📘📒Tips agar anak suka membaca📘📒⁣ ⁣ 📔Biarkan anak baca beberapa cerita setiap hari⁣ ⁣ Semakin banyak anak terpapar literatur, maka kebiasaan membaca akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Anak akan menemukan informasi baru, konsep baru, dan kesadaran fonemik dalam setiap cerita.⁣ ⁣ 📔Kelilingi anak dengan bahan bacaan.⁣ ⁣ Anak-anak yang mendapatkan akses penuh terhadap sumber bacaan di rumah, lebih berkesempatan untuk memiliki kebiasaan gemar membaca. Dorong anak Anda untuk terus membaca buku dengan menyediakan beragam buku dan majalah menarik yang sesuai dengan tingkat usianya. ⁣ ⁣ 📔Dorong anak untuk membaca apapun, tak hanya buku⁣ ⁣ Jadikan membaca sebagai bagian penting dari kehidupan anak-anak. Biarkan mereka membaca menu di restoran, nama-nama film di bioksop, poster-poster di pinggir jalan, tulisan di bungkus makanan ringan, dan bacaan-bacaan sederhana lainnya.⁣ ⁣ Anda bisa pastikan anak melihat sesuatu untuk dibaca di waktu luang mereka.⁣ ⁣ 📔Biarkan anak memilih jenis bacaan yang mau mereka baca⁣ ⁣ Membaca untuk menyenangkan diri sendiri adalah salah satu cara terbaik bagi seorang anak untuk bisa berprestasi di sekolah, Anda bisa membiarkan anak-anak Anda memilih untuk membaca apapun yang mereka mau, apakah itu komik, buku pop up, buku bergambar. Meski demikian, Anda tetap harus melakukan pengawasan.⁣ ⁣ 📔Bantu anak memilih buku sesuai usia⁣ ⁣ Meski anak dibebaskan untuk membaca apapun, Anda tetap harus memastikan bahwa mereka membaca bacaan yang sesuai dengan usia. Anda bisa membantu mereka memilih buku sendiri yang topik-topiknya dapat menarik minat mereka untuk membaca.⁣ ⁣ Anda bisa membawa anak ke perpustakaan yang memiliki banyak akses buku. Anda juga bisa memilih buku Wahana Bermain Anak Cerdas untuk menemani si kecil.⁣ ⁣ 📔Beri respons positif kepada anak⁣ ⁣ Respons atau umpan balik dari orangtua memiliki pengaruh kuat pada anak. Anda perlu mengapresiasi seberapa keras anak berusaha menjadi pembaca yang baik. Jangan lupa beri pujian tulus untuk menghargai mereka.⁣ ⁣ #superteam⁣ #LVBTrainingCenter⁣ #SUPERTEAM_SNC_2⁣ #SNC2020⁣ #SpiritNabawiyahCommunity (at Malang) https://www.instagram.com/p/B74cxP3n_P_/?igshid=pfhqmpspdgl2

[optimisticprincepainter]

DISHA PATANI SHARED POSTER OF UPCOMING SONG ‘HUMRAAH’ FROM MALANG :

DISHA PATANI SHARED POSTER OF UPCOMING SONG ‘HUMRAAH’ FROM MALANG :

After creating a buzz with its trailer, songs and poster, the makers of the film Malang are set to release another song titled ‘Humraah’. Disha Patani took to Twitter to share a romantic poster of the song on Tuesday. The 37-year-old actor shared the intriguing poster featuring her and Aditya Roy Kapoor. In the poster, Disha is seen sitting close to Aditya as the two-love birds are be seen…

[tumbledsom]

Aditya Roy Kapur on Kissing Disha Patani for Malang Poster: It Wasn’t Awkward Aditya Roy Kapur is gearing up for his next, Malang, with Disha Patani. In an interview, the actor opened up about locking lips for the film's poster. via Top Movies News- News18.com

[mylucky137276]

Malang title track sees Aditya and Disha's amazing chemistry

After creating an immense buzz with the trailer of the forthcoming movie 'Malang', the makers of the film on Thursday dropped the much-anticipated title track of the romantic-action thriller.

The lead actor of the flick, Aditya Roy Kapur, hopped on to Instagram to share the news of the title track release among his followers and posted a poster with a caption that read, "Get ready to fall in love and unleash the madness within you with #MalangTitleTrack Song out now: Link in bio! #Malang."

Unlike the trailer which gave a powerful action-packed sight to the movie, the title track has fallen to a rather soothing spot, both with the song as well as the video.

Clocking in at two-minutes and fifty-nine seconds, the video is a finely flavored mixture of the chemistry between the lead actors Aditya and Disha and the blossoming romance of the two in Goa.

The title track has both sides of the coin, it is the lovely bond brewing between the two, but given a minute to the video, it holds a slightly melancholic mood from Aditya who is remembering their first meeting. Read Complete Article

[moviezsiteupdates-blog]

Malang Movie Download Leaked Filmyzilla Watch Online

Malang Movie Download: Malang is an upcoming Indian Hindi-language romantic action thriller film directed by Mohit Suri. Jointly produced by Luv Ranjan, Ankur Garg, Bhushan Kumar, Krishan Kumar, and Jay Shewakramani. The film stars Aditya Roy Kapur, Disha Patani, Anil Kapoor and Kunal Khemu. Malang Full Movie Download, The primary shot taken on 16 March 2019, and therefore the principal photography began on 22 March in Goa. Movie cast Aditya Roy Kapur Disha Patani as Sara Anil Kapoor as Anjaney Agashe Kunal Khemu Amruta Khanvilkar Angela Krislinzki Elli AvrRam Shaad Randhawa The filing bound up on 7 October 2019, and it’s scheduled to release on 7 February 2020. The filming began on 16 March 2019. "Malang Full Movie Download" The principal photography began on 22 March in Goa. They shot the Mauritius schedule within the first week of May. They wrapped the film up on 7 October 2019.

Malang Full Movie Download leaked by Fillmyzilla

They all lead cast first look posters of the film released on 3 January 2020. On 6 January, the official trailer of the film launched by T-Series. They scheduled the film to release on 14 February 2020; Later on 26 December 2019, they advanced it to 7 February. Soundtrack album by Mithoon, Ankit Tiwari, Asim Azhar, Ved Sharma, and The Fusion Project. Malang Movie Download, The film’s music composed of Mithoon, Ankit Tiwari, Asim Azhar, Ved Sharma. The Fusion Project with lyrics written by Sayeed Quadri, Kunaal Vermaa, Prince Dubey and Haarsh Limabachiyaa. They have paired Disha Patani and Aditya Roy Kapur opposite each other for the first time in Malang. The recently unveiled track, Chal Gharu Chalen, featuring the two was an intense ode to love and has over 32 million views on YouTube. Full Movie Watch Online Adding to the audience’s excitement, the title track of the film. Its teaser has now unveiled which begins with the gorgeous Disha Patani walking by the beach in a bikini. The 24-second long video offers us a glimpse of Aditya and Disha’s chemistry. Malang also stars Kunal Kemmu and Anil Kapoor in pivotal roles. The film’s power-packed trailer unveiled last week and attracted a lot of attention. It lauded by other Bollywood celebs. Malang Movie Download Watch Online: Street Dancer 3D Movie Read the full article

[varindia]

Hot actress Disha Patani raised many eyebrows when she posted her bikini picture while shooting for her upcoming film Malang. When the poster was out, she of course gained many praises for her sensational look, but was even trolled at the same time.

[news4me]

Disha Patani, Aditya Roy Kapur 'Unleash the Madness' in Malang Poster

Disha Patani, Aditya Roy Kapur ‘Unleash the Madness’ in Malang Poster

[ad_1]

‘Malang’ is all set to release on February 7. The trailer of the film drops on Monday, January 6. Check out the latest film poster below.

‘Malang’ film poster Heartthrobs Disha Patani and Aditya Roy Kapur are coming together for romance-thriller film Malang, releasing February 7. It is directed by Mohit Suri and features Anil Kapoor and Kunal Kemmu in pivotal roles. The four actors…

[yog-guru-ratan]

Presenting New Sizzling Poster of #Movie #Malang Starring #AdityaRoyKapur #AnilKapoor #DishPatani & #KunalKemmu #Film Written by Mohit Suri #AseemArora & #AniGuha & Directed by #MohitSuri & Produced by #LuvRanjan #AnkurGarg #BhushanKumar #JayShewakramani #LuvFilms #TSeries Trailer Releasing on 6 January 2020 Best Wishes By #RatanKGupta #RKG #FilmCritic #Writer Journalist & Host #TheRKGShow #RKGMovieReviews #Bollywood #Movies #Films #Actor #Actors #Actress #ScriptWriters #FilmMakers Visit RKG Website https://www.RatanKGupta.com & Follow Ratan K. Gupta (RKG) on All Social Media Platforms https://www.Facebook.com/RatanKGupta15 https://www.Twitter.com/RatanKGupta https://www.Instagram.com/RatanKGupta https://www.Linkedin.com/in/RatanKGupta https://RatanKGupta.Tumblr.com Please Like Share Comments on "The RKG Show" & Subscribe https://www.Youtube.com/RatanKGupta Channel for Latest Bollywood News, Film Trade Analysis & Movie Reviews By Ratan K. Gupta (RKG) For Any Query & Details, Email-RatanKGupta15@Gmail.com & Call or SMS or WhatsApp on Phone No.-7906331183 https://www.instagram.com/p/B66K4isJ-c-/?igshid=1fi5o4ssvvz1k