#Dr.dr. Supriyantoro
Explore tagged Tumblr posts
Text
Daftar 50 Peserta Inovasi Terbaik di Bidang Kesehatan
kiri-kanan: dr. Alex Papilaya dari IKKESINDO, Dr.dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS, Ketua IndoHCF Innovation Award, Dr. Daryo Soemitro, SpBS dari IKKESINDO dan Agus Komarudin dari IKATEMI Indonesia dengan penduduk 250 juta lebih membutuhkan terobosan dan inovasi di bidang kesehatan. Bidang kesehatan masih menjadi tantangan tersendiri di negara ini. Inovasi bidang kesehatan masih tergolong rendah. Padahal kesehatan merupakan faktor penting dalam pembangunan bangsa ini. Inilah yang mendorong peningkatan layanan kesehatan bangsa Indonesia Healthcare Forum program CSR dari PT IDS Medical Systems Indonesia mengadakan program penghargaan IndoHCF Innovation Award. Penghargaan ini bertujuan untuk memberikan apresiasi pada instansi dan individu atau kelompok yang telah berhasil menjalankan program-program peningkatan pelayanan kesehatan khususnya bidang kegawatdaruratan, kesehatan ibu & anak, inovasi di bidang alat kesehatan, teknologi informasi dan robotik kesehatan dan kreasi seni promosi kesehatan. IndoHCF Innovation Award 2017 dibagi menjadi lima kategori penghargaan yaitu Inovasi SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) Pra-RS, Inovasi Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Inovasi Alat Kesehatan, Inovasi E-Health, dan Inovasi Seni Kreasi Promosi Kesehatan. Untuk lima kategori tersebut, kriteria yang akan dinilai oleh tim juri antara lain, untuk Inovasi SPGDT mencakup aspek Manajemen (legal dan anggaran), Sarana Prasarana dan Peralatan (bangunan, ambulans dan peralatan, serta sistem komunikasi), SDM operator dan diklat, Pelayanan (waktu, jenis, jejaring kerja, dan SOP). Sedang kriteria untuk Inovasi KIA mencakup Analisis Masalah, Dampak dan Sasaran Program, Legalitas, Pengembangan, Manfaat, Originalitas dan Keunggulan, Sumber Daya, serta Evaluasi. Kriteria Inovasi Alat Kesehatan mencakup Ketepatan dalam implementasi dan kebutuhan, Daya saing, Analisa masalah, Bentuk dan keamanan produk, Potensi manfaat dan pengembangan, Originalitas dan keunikan, Evaluasi, dan Fabrikasi. Kriteria E-health mencakup Analisis Masalah, Dampak dan Sasaran Program, Konsep, bentuk, dan cara kerja, Originalitas dan keunggulan, Pembiayaan, Evaluasi, Rencana penerapan dan manfaat. Krieria Inovasi Seni Kreasi Promosi Kesehatan mencakup Analisa permasalahan, Originalitas dan keunikan, Nilai seni kreasi, dan Evaluasi. Seriusnya penjurian ini terlihat dari tim juri yang terlibat. Para juri IndoHCF Innovation Award 2017 terdiri dari Kementerian Kesehatan RI (Ditjen Kesehatan Masyarakat , Ditjen Kefarmasian & Alat Kesehatan, Ditjen Pelayanan Kesehatan), , Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Ikatan Konsultan Kesehatan Indonesia (IKKESINDO), Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC), Ikatan Elektromedis Indonesia (IKATEMI), Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPKMI), Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI), dan Perhimpunan Kedokteran Gawat Darurat Indonesia (PKGDI). "Ini merupakan kali pertama award inovasi dibidang kesehatan akan diberikan," ujar Dr.dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS, Ketua IndoHCF Innovation Award dalam media brifing pengumuman finalis di Jakarta, Selasa (02/05/2017) di Wisma 76, Jakarta. Menurutnya sebenarnya banyak peminat ajang ini, hanya saja mereka terlambat tahu informasinya. Padahal sudah sejak Januari, pihaknya telah melakukan sosialisasi melalui media sosial seperti Instagram, Twitter dan Facebook, juga melalui pemberitaan di berbagai media massa. Periode pendaftaran IndoHCF Innovation Award sudah dimulai pada 1 Januari 2017 hingga 31 April 2017. Supriyantoro menyebut jumlah total pendaftar yang lolos seleksi administrasi tercatat melampaui target 167 peserta. Dengan komposisi: Kategori inovasi SPGDT Pra-RS 13 peserta, Inovasi Program KIA 23 peserta, Inovasi Alat Kesehatan 46 peserta, Inovasi e-health 46 peserta, serta Inovasi Kreasi Seni Promkes sebanyak 39 peserta. "Total peserta yang masuk sebenarnya 194, ada 4 peserta mengundurkan diri, 23 peserta gugur, karena tidak memenuhi syarat administrasi, maka hanya 167 peserta yang lolos," tuturnya. Dari total peserta yang lolos kemudian disaring kembali menjadi 50 peserta terbaik yang diumumkan Selasa ini. Sehubungan dengan hal ini, maka tim juri memutuskan untuk meniadakan tahapan seleksi 10 besar dan langsung melakukan tahapan seleksi masuk babak Final yaitu 5 besar untuk 4 kategori; SPGDT Pra-RS, Program KIA, Alat Kesehatan dan e-health. Khusus untuk Kreasi Seni Promosi Kesehatan terpilih 3 besar untuk babak final. Peserta yang lolos masuk ke 10 besar, inovasinya akan dimuat dalam Buku “50 Karya Inovasi Terbaik Bidang Kesehatan Pada IndoHCF Innovation Awards I – 2017”. "Bahkan sebelum ajang IndoHCF, inovator lokal langsung mengikuti ajang lomba di level internasional, di sana mereka berhadapan dengan produk yang lebih tinggi kualitasnya. Jadi kita coba untuk mengangkat ke permukaan inovator lokal sehingga bisa dimanfaatkan secara lokal juga. Apalagi harganya terjangkau," katanya. Bagi lima terbaik dalam 4 kategori pertama, akan melaksanakan demo, expo dan presentasi pada tanggal 22-23 Mei 2017, sejalan dengan penyelenggaraan workshop dan seminar mengenai Emergency / Disaster dan E-health serta expo yang dilakukan di dua hari tersebut. Sedangkan Terbaik 1 hingga 3 untuk kategori Seni Kreasi Promosi Kesehatan, akan dinilai secara langsung saat tampil pada Malam Final yang akan digelar pada 23 Mei 2017. "Lima terbaik dari 4 kategori, selain Promosi Kesehatan, akan melakukan presentasi, expo, dan wawancara di tanggal 22-23 Mei, untuk ditentukan pemenang tiap kategori. Sedangkan kategori Promosi Kesehatan langsung ditentukan Juara 1,2,3 di malam final oleh 5 orang juri," Supriyantoro menjelaskan. Tim Juri dari Ikatan Konsultan Kesehatan Inonesia (IKKESINDO), Prof. dr. Alex Papilaya, mengatakan, hampir semua inisiatif dari para inovator muncul karena gelisah dengan sistem kesehatan yang ada saat ini. "Tidak berjalan baik. Makanya mereka membuat terobosan," ujarnya. Alex mengatakan penjurian sangat ketat, aspek originalitas, bentuk produk, potensi manfaat produk, penerimaan masyarakat, dan sebagainya sangat diperhatikan. "Intinya kalau hanya paper saja, itu bukan inovasi. Jadi ada paper, ada alatnya, sudah digunakan, dan diterima banyak kalangan tentu akan meraih nilai tertinggi," tegasnya. Sementara Dr. Daryo Soemitro, SpBS, tim juri lain dari IKKESINDO, mengatakan bahwa kriteria pemenang juga dilihat dari efektivitas dan harga produk. "Contohnya ada alat kesehatan untuk mendeteksi penyakit jantung, portable. Harga hanya 850 ribuan rupiah saja," tuturnya. Award juga diberikan pada peserta favorit, yang pemilihannya akan dilakukan melalui media sosial dan website IndoHCF. Selain pemberian anugerah pada para inovator kesehatan. Pada 22-23 Mei itu juga diadakan seminar dan workshop nasional dalam hal penanggulangan kegawatdaruratan dan perkembangan teknologi informasi di bidang Kesehatan, mengingat masih tingginya angka kematian akibat penanganan situasi gawat darurat yang belum optimal, baik dari sisi sistem penanganan maupun keterampilan pertolongan terutama bagi para penolong pertama non medis. Seminar dan workshop terkait e-Health diadakan untuk mendorong perkembangan industry teknologi informasi di bidang informasi yang dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Berikut Lima Finalis untuk Setiap kategori INDOHCF Innovation Awards I - 2017: I. Inovasi SPGTD Pra RS Erwan Subagyo, dengan judul karya: PSC 119 Kota Surakarta Hanif Pandu Suhito, dengan judul karya: Si Cepat Ambulan Hebat Kota Semarang PSC 119 Sepintu Sedulang Kab. Bangka, dengan judul karya: SENSASI SILET PSC 119 Sepintu Sedulang Pangkas Cemas Masyarakat Kab. Bangka dr. Rezy Friyana, dengan judul karya: Si Pena Emas melalui Brigade Siaga Bencana (BSB) Bantaeng dari Kabupaten Bantaeng Sujianto, S.Kep, Ners, MMRS, dengan judul karya: PSC Kabupaten Tulungagung II. Inovasi Program KIA dr. A. Nugroho P.L., M.Kes, dengan judul karya: Gerakan Peduli Keluarga (GARPU), dari Kabupaten Kediri Dame S. Barasa, dengan judul karya: Gema Siaga, dari kabupaten Pakpak Bharat drg. Hunik Rimawati M.Kes, dengan judul karya: Rindu KIA, dari Kabupaten Kulonprogo Rosmawati, SKM,M.KES, dengan judul karya: SMS Bunda Cerdas, Bumil Pintar AKI, AKB Menurun, dari Kabupaten Bangka dr. Sri Indriyani, dengan judul karya: Bergandengan Tangan Menyelamatkan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Tangerang. III. Inovasi Alat Kesehatan Agri Suwandi, dengan judul karya: Customized Total Knee Replacement (TKR), dari Jakarta Selatan Fariz Rifki Pranoto, dengan judul karya: Postwec, dari Kabupaten Sidoarjo dr. Hasballah Zakaria, M.Sc., dengan judul karya: NIVA (Sistem Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular untuk Pencegahan Penyakit Jantung dan Stroke), dari Bandung PT Sarandi Karya Nugraha, dengan judul karya: Solusi Deteksi Dini Gangguan Fungsi Ginjal dengan Renograf Terpadu, dari Sukabumi dr. Soni Sunarso Sulistiawan, SpAn, FIPM, dengan judul karya: Inovasi Videolaryngoscope Kualitas Mercy seharga Panci: Black Box VL-Scope, dari Surabaya. IV. Inovasi E-Healt dr. Ajeng Sekartiwi, dengan judul karya: Merealisasikan Pemrosesan Data Kesehatan Keluarga (Kesga) Program Ketuk Pintu Layani dengan Hati (KPLDH) dari 0% Menjadi 100%, dari Jakarta Selatan Arrozaq Ave, dengan judul karya: Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular Menggunakan Sensor Photoplethysmogram, dari Jakarta Pusat Budi Ari Bowo, dengan judul karya: MESES JAMUR (SMS Panjang Umur), dari Malang. Firmansyah, dengan judul karya: LaCaK Malaria, Aplikasi pelaporan cepat penderita malaria melalui HP, dari Halmahera Selatan DR.Dr.Tri Wahyu Murni Sulisetyowati,Sp.B., Sp.BTKV(K), MHKes, dengan judul karya: EMCIS (Emergency Medical System Information), dari Bandung V. Inovasi Seni Kreasi Promosi Kesehatan Asri Permata Sari, dengan judul karya: 1000 Jamban untuk Roro Jomplang, dari Depok Mproject, dengan judul karya: Edan-Edanan Nginceng Wong Meteng, dari Semarang Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, dengan judul karya: Promosi 10 Pedoman Gizi Seimbang untuk Anak Sekolah, dari Depok. Editor: Eva Martha Rahayu http://dlvr.it/P35VV9
1 note
·
View note