#Ditastoryonthestreet
Explore tagged Tumblr posts
Text
What’s Next: Episode Kampung Inggris
Then what’s next?
After pull of myself from my previuos job, then I manage to have ‘leha-leha’ time. Go back to Dumai and have a quality time with my parents and of course, the little angel: my sister, Dek Na.
In fact, I certainly got that point. But really don’t wanna stop right there. I have to think even two times harder to carry out my life.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul sama temen saya, lebih tua sih :p, namanya Mbak Dhian, yang nyeritain adek iparnya manfaatin gap year high school-college dengan ambil kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris. Terbersit di pikiran ini buat ambil langkah yang sama (((terbersit)))
Mayan biar otak gak kosong-kosong amat. Lagian bagi saya, belajar sendiri ada kalanya kurang asik karena gak ada yang bantuin review hasil belajar dan gak ada yang ‘maksa’ belajar dengan ritme yang sama gitu. Bahasa kerennya ‘tandem’. Ngehehehe
Setelah beberapa tahun lalu, temen saya Sabrina cerita pengalamannya ambil program di salah satu tempat kursus di Jalan Brawijaya No. 92 A Pare (biar penasaran dikit nama tempat kursusnya), akhirnya saya pun mendaftar ke lembaga tersebut.
I will tell you several informations about Kampung Inggris below, but since I only joined with two courses institute, so maybe you can find the rest informations about others from another sources. Okesip.
First and foremost *azeg..., saya kasih tahu sekilas tentang Kampung Inggris. Letaknya di Desa Tulung Rejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Gampangnya, 120 km dan ditempuh +/- 2,5 jam dari Bandara di Surabaya (Juanda International Airport). Pare nih daerah seluas kira-kira 47,21 km2 yang (asumsi saya) dihidupkan dengan keberadaan aktivitas berbagai lembaga kursus bahasa di sini. Gak cuma Bahasa Inggris (walaupun mendominasi), ada juga bahasa Arab dan bahasa kalbu.
Jadi di salah satu ruas jalannya nih, kamu bakal nemuin satu jalan lurus panjang dengan beragam tempat belajar kursus di kanan-kirinya. Udah kayak mini market yang dua itu tuh, dampingan. Satu lembaga kursus, trus sampingnya warung makan, abis tu lembaga kursus laen lagi, abis tu sebelahnya tempat potokopian, sebelahnya lembaga kursus lain lagi. Gitu terus sampe deket Gumul x))).
Saking ramenya, dengan atmosfer belajar non formal (tapi serius bahkan pakai kurikulum), maka disebutlah daerah ini Kampung Inggris. Awal berdirinya Kampung Inggris bisa kamu lihat di sini
Siswa yang belajar ke sini berasal dari berbagai daerah (termasuk Kediri-born-kid juga sih). Bahkan beberapa juga dari luar negeri. Bukan, bukan dari Bekasi. Tapi dari luar negeri beneran, negeri tetangga lah kayak Malaysia, Thailand gitu.
Mereka yang milih belajar di sini datang karena beberapa pertimbangan, di antaranya biaya yang relatif lebih murah dibandingin lembaga kursus di ibu kota, juga alasan ‘atmosfer’ mendukung. Iya pake tanda kutip karena bukan bahas atmosfer berkaitan dengan suhu. Panas dan debu siang hari di sini mayan bikin subscribe (baca: langganan) penyakit pernafasan kalo gak biasa dan gak dijaga. Maksud di sini, atmosfer sosialnya. Yaaa buat yang berencana melanjutkan studi, berkumpul dengan orang-orang yang tujuannya sama dengan ritme belajar yang sama, rata-rata pada milih belajar ke sini. Informasi jadi relatif lebih mudah didapat karena sharing sesama pemburu beasiswa gitu. Selain itu, atmosfer lifestyle. Di sini gak ada mall, gak ada bioskop, gak ada Timezone, gak ada resto fast food. Means, yang biasa entertain-nya ke tempat begituan, ya agak berganti sebentar lah. Tapi justru ada yang maksud menghindari demikian, makanya milih kemari. Ngakunya sih biar lebih fokus.
Tenang...di sini tetep ada kok supermarket, toko buku, bank, car free day, Go-Jek, laundry, sewa sepeda / motor buat sehari-hari. Intinya kebutuhan dasar sih terpenuhi lah. DAN yang gak kalah penting buat kamu tahu adalah: KAMU TIDAK HARUS BERKOMUNIKASI DALAM BAHASA INGGRIS UNTUK MEMBELI/ MENGAKSES ITU SEMUA. Masyarakat lokal juga ngomongnya Bahasa Indonesia kok, bahkan ada yang pakai Bahasa Jawa. Tapi jangan heran kalo pas beli jajanan, kamu yang cewek dipanggil ‘Miss” sama pedagangnya, atau “Mister’ buat yang lelaki.
Ada lagi yang memang merasa practice kemampuan Bahasa Inggrisnya bakal lebih mantap (jiwa) dengan belajar di sini. “Kalo di sana (daerah asal), di lingkungan temen-temen biasa gitu, kita ngomong pake Bahasa Inggris, kan suka diledekin gitu ‘blagu atau apalah’. Nah kalo di sini, kita kan sama-sama belajar. Jadinya cuap-cuap nge-Inggris, salah sekalipun, ok aja,” komen salah satu temen saya di lembaga kursus pertama.
Alesan lainnya, nampaknya ada yang ngejer bisa travelling outdoor ke tempat wisata sekitar situsih hahaha yup! Bahkan ada beberapa kursus yang nawarin biaya program include paket wisata ke Gunung Bromo, Batu (Malang), Kawah Ijen, Gumul, Raja Ampat, Azerbaijan, Maldives.
*Tiga terakhir bo’ong deng
Ok. Sampe situ dulu ya perkenalan daerahnya.
Kita masuk ke program belajarnya.
Saya memilih lembaga TEST.
Test apa?
Ya TEST.
Nama lembaganya TEST.
Lengkapnya TEST English School (TEST-ES)
Setelah cari-cari info di web, saya milih komunikasi lewat LINE @infopare
Ntar admin-nya bakal kasih info ke kamu tentang tepat kursus dan prentilan programnya. Tapi kita ditanyai dulu beberapa pertanyaan kayak gini:
1. Mau ambil program apa? (Speaking, Writing, IELTS preparation, TOEFL preparation, etc)
2. Mau berapa lama? (2 minggu, 1 bulan, 2 bulan, 7 bulan, selama kamu saling percaya)
3. Rencana lembaga dituju (ini optional. Artinya kalo kita belum punya referensi, boleh nanya aja). Kalo saya, kemarin langsung pilih TEST.
4. Sudah pernah tes TOEFL/IELTS? Berapa skornya (Terketiklah jawaban Pernah Test TOEFL, skor 513)
Setelah melengkapi data, dia kasih rekomen data info di atas termasuk biaya. Waktu itu biayanya Rp 1.200.000 untuk IELTS camp 1 bulan termasuk tempat menginap/dorm (semacam asrama/kos-kosan). Saya langsung ok-in dan harus transfer biaya ke rekening mereka. Deadlin transfer biasanya 3 hari sebelum mulai program. Saya tambahin bayar Rp 110.000 buat ongkos mobil penjemputan Juanda-TEST dari Eureka Tour. Infonya include dari chatting dengan @infopare kok. Jam penjemputan dari Juanda, terakhir jam 8 malem ya, paling pagi jam 7. Silakan sesuaikan dengan jam flight kamu kalo gak mau berakhir nginep di bandara kayak saya karena ambil flight jam 6 sore dari Medan dan nyampenya jam 9 malem, di tanggal 8 September. Waktu itu mbak admin-nya bilang, jam penjemputan menyesuaikan aja dengan flight kita. Namun nyatanya tidak demikian. Jadi saya harus nunggu keberangkatan tanggal 9 pagi. Untung petugas bandaranya baek-baek dan ada temen nunggu juga.
Jadi alhamdulillah aman.
Walopun pegel.
Oh ya, FYI, program di Kamp ING dimulainya tanggal 10 dan 25 tiap bulannya. Tapi gak semua program sih. Kayak IELTS camp di TEST-ES, cuma ada di tanggal 10. Kalo kita mau nyampe di Pare 2 hari (atau lebih) sebelum mulai program, kita belum boleh masuk dorm. So, silakan cari kos-kosan laen. Salah satunya, kalo di sekitar TEST, ada Rumah Kost Al-Azhar buat cewek. Biaya Rp 125.000 per minggu, Rp 200.000/2 minggu, Rp 300.000/bulan, untuk sekamar ber2-4 ya. Fasilitas kamar bersih, kasur, lemari cabinet, kipas angin, kamar mandi di luar, include free wi-fi, air dan listrik.
Trus ntar kalo di TEST ada placement test-nya (FREE). Ini diadakan beberapa saat sebelum mulai program buat ngukur kita pas gak masuk di kelas yang mau kita ambil. Nah sejatinya ya, kita kudu placement test dulu baru bayar. Tapi karena waktu itu saya gak tahu ada tes ini jadilah saya bayar aja seminggu sebelum program dan setibanya di lokasi baru ikut placement test. Awalnya saya pikir, placement test gak susah-susah ama. Ternyata pas nyampe lokasi, ada temen calon student yang gagal placement test dan ga bisa ikut kelas IELTS established (nama lain IELTS Camp). Jadi alternatifnya dia tetep di TEST tapi ambil program lain sebagai persiapan ke level established, atau pilih tempat kursus lain. Doi milihnya tempat kursus laen, ya udin. Kita gak ditakdirkan bersama~~
Dari situ saya jadi cemas. Jangan-jangan nasib saya sama. Bukan berarti program lain di TEST ga bagus, tapi saya emang ngejer paket yang cuma 1 bulan. Setau saya waktu itu cuma program ini yang sebulan buat IELTS hehehe. Akhirnya, meski letih tetap kujalani itu placement test-nya di ruangan kelas. Tesnya jam 1 siang. Keluar hasilnya sekitar jam 2. Setelah ngerjain tes tertulis, ada speaking dengan tutor, dan saya dinyatakan: SAH, eh LULUS. Asiiik.
Mulailah belajar tanggal 11. Tanggal 10 masih perkenalan gitu, termasuk perkenalan slogan dan peraturan. #WeSpeakScholarship *asek
Trus mengenai peraturan: Di sini, kalo kamu mau pergi keluar daerah Pare, kudu pakai surat izin ditujukan ke headmaster-nya, ya sebagai bagian dari tanggung jawab mereka. Jadinya, niat jalan-jalan terbatasi, tapi saya sih fine-fine aja. Toh niat ke sini juga mau belajar kan *ziiiiyh...alesan, padahal alesan utama karena jadi menghemat kocek karena gak kemana-mana.
Kurikulumnya, materi masing-masing subtes di IELTS. Belajar dari Senin-Sabtu, dari jam 5.30 (Iya, tengah enem pagi) sampe 17.30 (cuma minggu pertama). Mulai minggu kedua sampe selese, belajar sampe jam 21.00, ada selang waktu istirahat kok. Kita bisa makan, salat, tidur, ngerjain tugas di waktu ini. Nah IMO, salah satu enaknya di TEST, jam istirahat diorientasikan sesuai dengan waktu salat. Gak bakalan telat, bahkan disediakan sela waktu buat Dhuha. Sedangkan kegiatan lain, gak jauh beda. Kecuali buat saya, waktu makan, istirahat dan salat jadi ada penyesuaian. Di sini aktivitas saya mostly maju 1 jam dibandingkan di Medan.
Saya infoin dikit biaya hidup saya di sana ya kayak gini:
1. Makan pokok: @Rp 5.000 – Rp 12.000 per hari, edisi warteg (lauk rumahan atau pecel) atau beli di tukang jualan yang lewat-lewat (biasanya bubur)
2. Jajan pagi (susu) Rp 2.000 (ini ada nyamperin ke lokasi TEST, pagi doang)
3. Jajan minum siang-malam hari Rp 5.000-Rp 8.000 untuk jus/coklat/kopi sachet
4. Sewa sepeda (Rp 90.000/bulan, Rp50.000/2 minggu), motor (___) *ini harus titip KTP asli
5. Beli buku *optional Rp5.000–Rp100.000
6. Belanja bulanan (mandi+cuci Rp 30.000)
Utamanya itu sih..
NB. Poin 2-5 gak tiap hari yak. Tekor aja~
Bersambung...
0 notes