#By : Iis dan dewi
Explore tagged Tumblr posts
cacatoto-2024 · 1 month ago
Text
Dewi Yustisiana, S.H., M.Kn
Tumblr media
Dewi Yustisiana, S.H., M.Kn. (lahir 25 Februari 1978) adalah seorang politikus Indonesia. Ia tergabung dalam Partai Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2024, ia maju pada daerah pemilihan Sumatera Selatan II, meraih 115.429 suara dan diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2024–2029.
0 notes
liluislove · 2 months ago
Text
LilouiSound #86
0.22 AM 29 September
Selepas skincare setelah nilepin baju dan pulamh makan-makan dari rumah Dewi. Liat hape, ehh udah ganti hari.
Iis 26 tahun .....
Kok tua yah???
0 notes
rupmoker · 2 months ago
Text
Tumblr media
Rupbasan Mojokerto Kemenkumham Jawa Timur Ikuti Sosialisasi Pengisian Survei Budaya Kerja Tahun 2024
Rupbasan Mojokerto Kemenkumham Jawa Timur Ikuti Sosialisasi Pengisian Survei Budaya Kerja Tahun 2024
Mojokerto - Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Kemenkumham Jawa Timurturut berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi pengisian Survei Budaya Kerja Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari surat Kepala Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kemenkumham RI Nomor : SEK.2.UM.01.01-1097 tanggal 19 September 2024, perihal undangan sosialisasi petunjuk pengisian survei budaya kerja. Jum'at, 20 September 2024.
Kegiatan yang dilaksanakan secara virtual ini diikuti oleh seluruh pegawai Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Kemenkumham Jawa Timur. Sosialisasi ini bertujuan memberikan arahan mengenai tata cara pengisian survei yang akan dilaksanakan di seluruh unit kerja Kemenkumham, termasuk Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Kemenkumham Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut, narasumber dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB), Ibu Fajrianita Dewi, turut membahas mengenai Survei dan Evaluasi Budaya Kerja ASN 2024. Beliau menyampaikan pentingnya survei ini sebagai instrumen untuk mengukur dan mengevaluasi budaya kerja di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM, yang nantinya akan dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan peningkatan budaya kerja ASN di Kemenkumham.“Survei ini tidak hanya sekadar pengumpulan data, tetapi juga sebagai refleksi dari komitmen ASN untuk menciptakan budaya kerja yang adaptif, inovatif, dan melayani. Evaluasi yang dilakukan akan berdampak langsung pada peningkatan kinerja dan pelayanan publik.”ujarnya.
Dengan mengikuti sosialisasi ini, Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Kemenkumham Jawa Timur berkomitmen mendukung pelaksanaan survei budaya kerja secara optimal, sebagai upaya untuk memperkuat budaya kerja yang positif dan produktif di lingkungan Kemenkumham. Survei ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai kondisi budaya kerja di setiap unit kerja dan menjadi dasar penyusunan kebijakan yang lebih baik ke depannya.
#KumhamPASTI #kemenkumhamRI #supratmanandiagtas #kemenkumhamjatim #kakanwilkemenkumhamjatim #heniyuwono #RupMokerPrima #WBKPasti #menpanrb #rupbasanmojokerto #jatimpastihebat @kemenkumhamri @Ditjenpas @kumhamjatim @sipp_menpan @anugerahasn_menpan @diary_kemenkumham @rbkunwas
1 note · View note
rasiooid · 4 months ago
Text
Kadisdukcapil Diduga Tak Netral di Pilkada Bupati Pandeglang, Ini Respons Bawaslu
RASIOO.id – Beredar foto Pejabat Eseelon II di Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang diduga mendukung secara terang-terangan bakal calon Bupati Dewi Setiani dan Iing Andri Supriyadi. ASN tersebut diketahui merupakan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Pandeglang.   Video terebut beredar luas di lini massa.  Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Pandeglang,…
0 notes
baliportalnews · 11 months ago
Text
Jurnalis di Teritori Jatimbalinus Sabet Penghargaan Tertinggi di AJP 2023
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, JAKARTA - Pertamina menyelenggarakan Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) untuk mengapresiasi insan pers terhadap karya-karya jurnalistik seputar energi dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Tahun ini pada gelaran yang sudah memasuki tahun ke-20, penghargaan tersebut melahirkan jurnalis berbakat dan karya-karya potensial. Kegiatan ini melibatkan seluruh jurnalis se-Indonesia yang terbagi menjadi 9 teritorial. Sebanyak 6 kategori diperlombakan antara lain essay foto, media online, media cetak, media radio, publikasi CSR, dan media TV. Pada malam penghargaan Anugerah Jurnalistik Pertamina yang bertempat di Yogyakarta, 15 Desember lalu, media di wilayah Jatimbalinus berhasil menyabet penghargaan tertinggi sebagai berikut: - Best of The Best 2023 dari seluruh kategori sekaligus Juara I kategori Media Cetak, karya dari Kekson Fole Salukh Jurnalis Victory News NTT dengan judul karya Oase di Pelosok Pulau Timur itu Bernama Pertashop. - Juara II Nasional Kategori CSR diraih oleh Dewi Umaryati, Jurnalis INews (MNC Group) Bali, dengan judul karya "Kedonganan Ngardi Resik". - Juara II Nasional Kategori TV diraih oleh Wida Subianto dengan jurnalis CNN Indonesia dengan judul karya "Menjaga Ketersediaan BBM di Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar)". Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi mengatakan bahwa Pertamina Patra Niaga sangat terbuka dan mengapresiasi para jurnalis untuk dapat memberikan informasi yang akurat dan tepat kepada masyarakat. “Ajang ini memacu media untuk mengedukasi masyarakat seputar informasi energi dan kami bangga turut mendampingi dan mencetak karya terbaik dari masing-masing jurnalis dari program-program Pertamina baik operasional bisnis maupun CSR yang memang menarik secara program untuk jadi sebuah karya,” tuturnya. Kekson Fole Salukh, peraih Best of The Best dari Victory News mengaku pencapaiannya menjadi Juara 1 Nasional Kategori Media Cetak serta Best of the Best AJP 2023 ini menjadi kebanggaan tersendiri. "Saya bersyukur juga sebelumnya bisa ikut pelatihan yang diselenggarakan oleh Pertamina Patra Niaga (PPN) Jatimbalinus di Banyuwangi, yang bisa menjadi 'isi' dan bekal bagi otak kami untuk menaklukkan AJP 2023 ini," papar Kekson menggebu-gebu. Rasa pesimis sempat menghampiri Kekson, mengingat 2.500 lebih karya yang masuk menjadi saingan. "Tetapi Puji Tuhan, hari ini dinobatkan menjadi Best of The Best ini bisa menjadi kebanggaan bagi kebanggan bagi PPN Jatimbalinus dan juga warga NTT," imbuhnya.(bpn) Read the full article
0 notes
hendriyvialli · 1 year ago
Text
Sri Baduga Maharaja
( Prabu Siliwangi/Raden Pemanah Rasa )
Lahir : Kawali, Ciamis, Jawa Barat 1401 M
Gelar : Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Raja Sunda ke - 35 : 3 Juni 1482 -
Orang Tua : ♂ Rakryan Ningratkancana / Prabu Dewa Niskala / Raja Sunda, ♀ Nay Ratna Mayangsari / Ratu Banawati.
Saudara : ♀ Dewi Retna Pamekas / Ratu Ayu Kirana, ♂ Raden Kusumalaya Ajar Kutamangu / Raden Palinggih.
Istri : Nyai Subanglarang / Dewi Kumalawangi (Puteri Subang Keranjang), ♀ Kentringmanik Mayang Sunda ? (Nyimas Padmawati), ♀ Ratu Anten, ♀ Ratu Ratnasih / Nyi Rajamatri (Ratu Istri Rajamantri), ♀ Nyai Ambetkasih, ♀ Nyai Aciputih.
Anak : ♂ Prabu Kian Santang / Raja Sangara, ♀Nyai Rara Santang / Hajjah Syarifah Mudaim, ♂ Walangsungsang / / Sri Mangana (Pangeran Cakrabuwana), ♂ Prabu Surawisésa / Munding Laya Dikusuma (Ratu Samiam), ♂ Dalem Manggu Larang, ♂ Munding Sari / Ratu Bancana, ♂Munding Laya Dikusumah (Munding Sari Ageung / Munding II / Prabu Munding Suria Ageung / Prabu Munding Wangi), ♂ R. Sake Alias Prabu Wastu Dewata, ♀ R. Ne-Eukeun,♂Munding Keleupeung / Munding Kelemu Wilamantri , ♂ Prabu Liman Sanjaya, ♂Jaka Puspa Alias Guru Gantangan, ♀ Dewi Surawati, ♂ Balik Layaran / Sunan Kebo Warna, ♂ Sultan Surosoan, ♂Banyak Ngampar (Silihwarni) / Arya Gagak Ngampar, ♂Prabu Layakusumah, ♀ Nyai Lara Badaya, ♂ Rd. Ceumeut / Raden Meumeut (Raden Ameut), ♂Raden Tenga, ♂ Raden Banyak Catra / Raden Kamandaka, ♀ Ratna Ayu Kirana.
Wafat : Pakuan Pajajaran, 31 Desember 1521 M
Makam : Desa Pajajar, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Keterangan :
Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Sunda: ᮞᮢᮤ ᮘᮓᮥᮌ ᮙᮠᮛᮏ atau ᮕᮢᮘᮥ ᮞᮤᮜᮤᮝᮍᮤ) (Ratu Jayadewata) (1401-1521) putra Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana lahir 1401 M di Kawali Ciamis, mengawali pemerintahan zaman Pakuan Pajajaran Pasundan, yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan Pajajaran di Bogor mencapai puncak perkembangannya.
Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta Kerajaan Galuh di Kawali Ciamis dari ayahnya Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Permaisuri Mayangsari putri Prabu Bunisora, yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewataprana. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda di Pakuan Bogor dari mertua dan uwanya, Prabu Susuktunggal putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Permaisuri Ratna Sarkati putri Resi Susuk Lampung. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Kerajaan Sunda - Kerajaan Galuh dan dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Jadi, sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, rakyat Sunda kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat. Untuk menuliskan situasi kepindahan keluarga kerajaan dapat dilihat pada Pindahnya Ratu Pajajaran.
Prabu Siliwangi
Di Tatar Pasundan, Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Niskala Wastu Kancana (kakeknya). Menurut tradisi lama, orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun memopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis:
"Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira".
Indonesia: Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya.
Arti nama Siliwangi Sunting
Nama Siliwangi adalah berasal dari kata "Silih" dan "Wawangi", artinya sebagai pengganti Prabu Wangi. Tentang hal itu, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan bahwa orang Sunda menganggap Sri Baduga sebagai pengganti Prabu Wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi sebagai berikut (artinya saja):
"Di medan perang Bubat, ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain.
Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa.
Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Tatar Sunda. Kemasyurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Tatar Sunda. Oleh karena itu, nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda".
Biografi Sunting
Leluhur Sunting
Kesenjangan antara pendapat orang Sunda dengan fakta sejarah seperti yang diungkapkan di atas mudah dijajagi. Pangeran Wangsakerta, penanggung jawab penyusunan Sejarah Nusantara, menganggap bahwa tokoh Prabu Wangi adalah Maharaja Linggabuana yang gugur di Bubat, sedangkan penggantinya ("silih"nya) bukan Sri Baduga melainkan Niskala Wastu Kancana (kakek Sri Baduga, yang menurut naskah Wastu Kancana disebut juga Prabu Wangisutah).
Orang Sunda tidak memperhatikan perbedaan ini sehingga menganggap Prabu Siliwangi sebagai putera Wastu Kancana (Prabu Anggalarang). Tetapi dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahwa Mahaprabu Niskala Wastu Kancana itu adalah "seuweu" Prabu Wangi. Mengapa Dewa Niskala (ayah Sri Baduga) dilewat? Ini disebabkan Prabu Dewa Niskala hanya menjadi penguasa Galuh. Dalam hubungan ini tokoh Sri Baduga memang penerus "langsung" dari Wastu Kancana. Menurut Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/4, ayah dan mertua Sri Baduga (Dewa Niskala dan Susuktunggal) hanya bergelar Prabu, sedangkan Jayadewata bergelar Maharaja (sama seperti kakeknya Niskala Wastu Kancana sebagai penguasa Sunda-Galuh).
Dengan demikian, seperti diutarakan Amir Sutaarga (1965), Sri Baduga itu dianggap sebagai "silih" (pengganti) Prabu Wangi Wastu Kancana (oleh Pangeran Wangsakerta disebut Prabu Wangisutah). "Silih" dalam pengertian kekuasaan ini oleh para pujangga babad yang kemudian ditanggapi sebagai pergantian generasi langsung dari ayah kepada anak sehingga Prabu Siliwangi dianggap putera Mahaprabu Niskala Wastu Kancana.
Masa muda dan Silsilah Sunting
Waktu mudanya Sri Baduga atau Prabu Jayadewata terkenal sebagai pengembara ksatria pemberani dan tangkas. Istri pertamanya, Nyi Ambetkasih putri pamannya, Ki Gedeng Sindangkasih putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari Kerajaan Surantaka ibu kotanya Desa Kedaton sekarang di Kecamatan Kapetakan Cirebon, penguasa di Pelabuhan Muarajati Cirebon berbatasan langsung dengan Kerajaan Sing Apura. Saat Wafat digantikan menantunya, Prabu Jayadewata. Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabu Wangi.
Bahkan satu-satunya saat menyamar dengan nama Keukeumbingan Rajasunu yang pernah mengalahkan Ratu Kerajaan Japura Prabu Amuk Murugul putra Prabu Susuktunggal putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana waktu bersaing memperebutkan Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa/ Giridewata atau Ki Gedeng Jumajan Jati, penguasa Kerajaan Sing Apura putra Ki Gedeng Kasmaya, Penguasa Cirebon Girang putra Prabu Bunisora (Adik Mahaprabu Niskala Wastu Kancana), (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam) dari Kerajaan Sing Apura berbatasan dengan Kerajaan Surantaka. Dari pernikahannya dengan Permaisuri Subanglarang melahirkan Raden Walangsungsang atau Cakrabuwana, Nyimas Rara Santang dan Raden Kian Santang. Kemudian Nyimas Pakungwati putri Pangeran Walangsungsang menikah dengan Sunan Gunung Jati putra Nyimas Rara Santang. Pangeran Walangsungsang sebagai Sultan Cirebon I dan Sunan Gunung Jati sebagai Sultan Cirebon II dalam Kesultanan Cirebon sejak tahun 1430 M.[1].[2]
Setelah terbuka jati diri Sang Prabu Jayadewata masih kerabat, lalu diantarkannya menemui ayah Prabu Amuk Murugul, yaitu Prabu Susuktunggal kakak lain Ibu Prabu Dewa Niskala ayahnya Prabu Jayadewata, di Kerajaan Sunda Bogor sekarang dan dijodohkan dengan Nyai Kentring Manik Mayang Sunda putri Prabu Susuktunggal, yang nanti melahirkan Prabu Sanghyang Surawisesa kelak jadi pengganti Sri Baduga Maharaja di Pakuan Pajajaran dan Sang Surasowan jadi Adipati di Pesisir Banten atau Banten Girang. Sang Surasowan berputra Adipati Arya Surajaya dan putri Nyai Kawung Anten. Nyi Kawung Anten kelak menikah dengan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati dan melahirkan Pangeran Sabakingkin alias Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten tahun 1552 M.
Prabu Siliwangi juga menikahi Ratu Istri Rajamantri putri Prabu Gajah Agung putra Prabu Tajimalela atau Prabu Agung Resi Cakrabuana putra Prabu Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata putra untuk mendirikan Kerajaan Sumedang larang tahun 900 M. Nama kerajaannya berubah-ubah, Kerajaan Tembong Agung saat Prabu Aji Putih, zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata Insun medal Insun madangan. Artinya Aku dilahirkan, Aku menerangi. Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.[3]
Ratu Pucuk Umun Sumedang keturunan Prabu Gajah Agung menikah dengan Pangeran Pangeran Kusumahdinata atau Pangeran Santri putra Pangeran Pamelekaran atau Pangeran Muhammad, sahabat Sunan Gunung Jati. Ibu Pangeran Santri Ratu Martasari/Nyi Mas Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Dari pernikahan itu lahir Prabu Geusan Ulun yang memerintah Sumedang Larang (1578-1610) M bersamaan dengan berakhirnya Pakuan Pajajaran tahun 1579 M, menerima mahkota emas milik Raja Pakuan Pajajaran yang bernama Binokasih (Mahkota Binokasih) dari senapati Pajajaran sebagai tanda bahwa Kerajaan Sumedang Larang penerus sah Kerajaan Pajajaran.
Kebijakan dalam kehidupan sosial Sunting
Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja):
Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran. Harus menitipkan ibu kota di Jayagiri dan ibu kota di Sunda Sembawa.
Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan "dasa", "calagra", "kapas timbang", dan "pare dongdang".
Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea. Karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran. Merekalah yang tegas mengamalkan peraturan dewa.
Dengan tegas di sini disebut "dayeuhan" (ibu kota) di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Penduduk kedua dayeuh ini dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu "dasa" (pajak tenaga perorangan), "calagra" (pajak tenaga kolektif), "kapas timbang" (kapas 10 pikul) dan "pare dondang" (padi 1 gotongan). Dalam kropak 630, urutan pajak tersebut adalah dasa, calagra, "upeti", "panggeureus reuma".
Dalam koropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa "kapas sapuluh carangka" (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat.
"Pare dondang" disebut "panggeres reuma". Panggeres adalah hasil lebih atau hasil cuma-cuma tanpa usaha. Reuma adalah bekas ladang. Jadi, padi yang tumbuh terlambat (turiang) di bekas ladang setelah dipanen dan kemudian ditinggalkan karena petani membuka ladang baru, menjadi hak raja atau penguasa setempat (tohaan). Dongdang adalah alat pikul seperti "tempat tidur" persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Dondang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut "dondang" (berayun). Dondang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan atau arak-arakan. Oleh karena itu, "pare dongdang" atau "penggeres reuma" ini lebih bersifat barang antaran.
Pajak yang benar-benar hanyalah pajak tenaga dalam bentuk "dasa" dan "calagra" (Di Majapahit disebut "walaghara = pasukan kerja bakti). Tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan raja diantaranya: menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air (ngikis), bekerja di ladang atau di "serang ageung" (ladang kerajaan yang hasil padinya di peruntukkan bagi upacara resmi).
Dalam kropak 630 disebutkan "wwang tani bakti di wado" (petani tunduk kepada wado). Wado atau wadwa ialah prajurit kerajaan yang memimpin calagara. Sistem dasa dan calagara ini terus berlanjut setelah zaman kerajaan. Belanda yang di negaranya tidak mengenal sistem semacam ini memanfaatkanna untuk "rodi". Bentuk dasa diubah menjadi "Heerendiensten" (bekerja di tanah milik penguasa atau pembesar). Calagara diubah menjadi "Algemeenediensten" (dinas umum) atau "Campongdiesnten" (dinas Kampung) yang menyangkut kepentingan umum, seperti pemeliharaan saluran air, jalan, rumah jada dan keamanan. Jenis pertama dilakukan tanpa imbalan apa-apa, sedangkan jenis kedua dilakuan dengan imbalan dan makan. "Preangerstelsel" dan "Cultuurstelsel" yang keduanya berupa sistem tanam paksa memanfaatkan tradisi pajak tenaga ini.
Dalam akhir abad ke-19 bentuknya berubah menjadi "lakon gawe" dan berlaku untuk tingkat desa. Karena bersifat pajak, ada sangsi untuk mereka yang melalaikannya. Dari sinilah orang Sunda mempunyai peribahasa "puraga tamba kadengda" (bekerja sekadar untuk menghindari hukuman atau dendaan). Bentuk dasa pada dasarnya tetap berlangsung. Di desa ada kewajiban "gebagan" yaitu bekerja di sawah bengkok dan ti tingkat kabupaten bekerja untuk menggarap tanah para pembesar setempat.
Jadi "gotong royong tradisional berupa bekerja untuk kepentingan umum atas perintah kepala desa", menurut sejarahnya bukanlah gotong royong. Memang tradisional, tetapi ide dasarnya adalah pajak dalam bentuk tenaga. Dalam Pustaka Jawadwipa disebut karyabhakti dan sudah dikenal pada masa Tarumanagara dalam abad ke-5.
Piagam-piagam Sri Baduga lainnya berupa "piteket" karena langsung merupakan perintahnya. Isinya tidak hanya pembebasan pajak tetapi juga penetapan batas-batas "kabuyutan" di Sunda Sembawa dan Gunung Samaya yang dinyatakan sebagai "lurah kwikuan" yang disebut juga desa perdikan, desa bebas pajak.
Ketika memerintah Prabu Siliwangi dikenal sebagai pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan Egalitarianisme. Egalitarianisme sendiri memiliki arti sebagai paham yang memegang teguh azas kesetaraan dalam kehidupan sosial. hal tersebut sering digambarkan dalam berbagai literasi menenai Prabu Siliwangi.[1]
Peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahannya Sunting
Beberapa peristiwa menurut sumber-sumber sejarah:
Carita Parahiyangan Sunting
Dalam sumber sejarah ini, pemerintahan Sri Baduga dilukiskan demikian:
"Purbatisi purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit. Suka kreta tang lor kidul kulon wetan kena kreta rasa. Tan kreta ja lakibi dina urang reya, ja loba di sanghiyang siksa".
(Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit batin. Senang sejahtera di utara, barat dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang banyak yang serakah akan ajaran agama).
Dari Naskah ini dapat diketahui, bahwa pada saat itu telah banyak Rakyat Pajajaran yang beralih agama (Islam) dengan meninggalkan agama lama.
Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2. Sunting
Naskah ini menceritakan, bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka, Syarif Hidayat atau lebih dikenal Sunan Gunung Jati menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. Syarif Hidayat masih cucu Sri Baduga dari Lara Santang. Ia dijadikan raja oleh uanya (Pangeran Cakrabuana) dan menjadi raja merdeka terlepas dari Pajajaran di Tatar Pasundan (Jawa Barat dan Banten).
Ketika itu Sri Baduga baru saja menempati Istana Sang Bhima (sebelumnya di Surawisesa). Kemudian diberitakan, bahwa pasukan Angkatan Laut Demak yang kuat berada di Pelabuhan Cirebon untuk menjaga kemungkinan datangnya serangan Pajajaran.
Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon, tidak mengetahui kehadiran pasukan Demak di sana. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menyerahkan diri dan masuk Islam.
Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang santri Syekh Quro).
Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga (sebelum menjadi Susuhunan) sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Karena Syarif Hidayat dinobatkan oleh Cakrabuana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh penguasa Pajajaran.
Demikianlah situasi yang dihadapi Sri Baduga pada awal masa pemerintahannya. Dapat dimaklumi kenapa ia mencurahkan perhatian kepada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan dan menyusun Pagelaran (formasi tempur) karena Pajajaran adalah negara yang kuat di darat, tetapi lemah di laut.
Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki enam buah Kapal Jung 150 ton dan beberapa lankaras (?) untuk kepentingan perdagangan antar-pulaunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor/tahun).
Keadaan makin tegang ketika hubungan Demak-Cirebon makin dikukuhkan dengan perkawinan putera-puteri dari kedua belah pihak. Ada empat pasangan yang dijodohkan, yaitu:
Pangeran Hasanudin dengan Ratu Ayu Kirana (Purnamasidi).
Ratu Ayu dengan Pangeran Sabrang Lor.
Pangeran Jayakelana dengan Ratu Pembayun.
Pangeran Bratakelana dengan Ratu Ayu Wulan (Ratu Nyawa).
Perkawinan Pangeran Sabrang Lor alias Yunus Abdul Kadir dengan Ratu Ayu terjadi 1511. Sebagai Senapati Sarjawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon.
Persekutuan Cirebon-Demak inilah yang sangat mencemaskan Sri Baduga di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Imperium Portugis Afonso de Albuquerque di Malaka yang ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai milik Kesultanan Samudera Pasai. Sebaliknya upaya Pajajaran ini telah pula meresahkan pihak Demak.
Pangeran Cakrabuana dan Susuhunan Jati (Syarif Hidayat) tetap menghormati Sri Baduga karena masing-masing sebagai ayah dan kakek. Oleh karena itu permusuhan antara Pajajaran dengan Cirebon tidak berkembang ke arah ketegangan yang melumpuhkan sektor-sektor pemerintahan. Sri Baduga hanya tidak senang hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, bukan terhadap Kerajaan Cirebon. Terhadap Islam, ia sendiri tidak membencinya karena salah seorang permaisurinya, Subanglarang, adalah seorang muslimah dan ketiga anaknya—Walangsungsang alias Cakrabuana, Lara Santang, dan Raja Sangara—diizinkan sejak kecil mengikuti agama ibunya (Islam).
Karena permusuhan tidak berlanjut ke arah pertumpahan darah, maka masing masing pihak dapat mengembangkan keadaan dalam negerinya. Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai zaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan zaman Sri Baduga dengan komentar "The Kingdom of Sunda is justly governed; they are honest men" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur).
Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.
Naskah Kitab Waruga Jagat dari Sumedang dan Pancakaki Masalah Karuhun Kabeh dari Ciamis yang ditulis dalam abad ke-18 dalam bahasa Jawa dan huruf Arab Pegon masih menyebut masa pemerintahan Sri Baduga ini dengan masa Gemuh Pakuan (kemakmuran Pakuan) sehingga tak mengherankan bila hanya Sri Baduga yang kemudian diabadikan kebesarannya oleh raja penggantinya dalam zaman Pajajaran.
Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi dalam Prasasti Tembaga Kebantenan disebut Susuhunan di Pakuan Pajajaran, memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Ia disebut secara anumerta Sang Lumahing (Sang Mokteng) Rancamaya karena ia dipusarakan di Rancamaya.
Kultus Prabu Siliwangi Sunting
Sunda Wiwitan Sunting
Dalam kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan, tokoh Prabu Siliwangi dihormati sebagai gambaran pemimpin ideal masyarakat Sunda. Ia dihormati dan diakui sebagai karuhun atau leluhur para menak atau bangsawan Sunda.
Hindu Dharma Sunting
Dalam kompleks Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, di lereng utara Gunung Salak, terdapat sebuah candi yang dibangun untuk memuliakan tokoh Sunda, Prabu Siliwangi. Pura ini terletak di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Konghucu Sunting
Prabu Siliwangi dipuja dan memiliki altar tersendiri pada Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa, Simpenan, Sukabumi.[4]
Uga Wangsit Siliwangi Sunting
Prabu Siliwangi memberikan petuah kepada keturunannya dalam bentuk wangsit yang disebut Uga Wangsit Siliwangi
Sc: Elisandra Nur Maharani 28
#history #sunda #sejarah #siliwangi #rajasunda
Tumblr media
0 notes
realita-lampung · 1 year ago
Text
Mulyadi Irsan, Ditetapkan Sebagai Penjabat Bupati Tanggamus
Tumblr media
Setelah beredarnya 6 nama yang diusulkan untuk menjadi Penjabat (Pj) Bupati Tanggamus, akhirnya pilihan jatuh kepada Mulyadi Irsan, Sabtu (23/09/2023). Mulyadi Irsan sebelumnya adalah Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung. Ia menggantikan Dewi Handajani, yang telah habis masa jabatannya pada 20 September 2023. Sekdakab Tanggamus Hamid Heriansyah Lubis, sempat pula merasakan menjadi Pelaksana Harian (PLH) Bupati Tanggamus terhitung mulai Sabtu (23/9/2023). Sebentar memang, tapi setidaknya Hamid pernah menjadi Sekda yang merangkap sebagai Bupati Tanggamus. Saat ini tengah disiapkan pelantikan Mulyadi Irsan oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, di Balai Keratun, Kota Bandar Lampung. Bersamaan dengan pelantikan Ketua TP PKK dan Dekranasda Tanggamus di Gedung Pusiban Pemprov Lampung. Sebelumnya, beredar kabar ada enam pimpinan tinggi pratama (PPTP) atau Eselon II dari lingkup Pemprov Lampung. Tiga nama diusulkan oleh DPRD Tanggamus, dan tiga lainnya diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung ke Kemendagri. DPRD Tanggamus mengusulkan: - Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Agus Nompitu. - Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Mulyadi Irsan. - Kepala Dinas Cipta Karya dan Pengelolaan Sumber daya Air (PSDA) Budhi Dharmawan. Pemprov Lampung mengusulkan: - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Transmigrasi (PMDT) Zaidirina. - Kepala Dinas Kehutanan Ruhyansyah . - Kasat Pol-PP Zulkarnain. Berkaca dari dua usulan itu, dapat diasosiasikan bahwa Pj Bupati Tanggamus Mulyadi Irsan adalah produk DPRD Tanggamus. Selamat bertugas Pak Bupati… ! (Hadi haryanto) Read the full article
0 notes
turisiancom · 2 years ago
Text
TURISIAN.com – Pengguna operator XL Axiata tak perlu khawatir terhadap gangguan sinyal ketika menyaksikan event F1 Powerboat (F1 H20) di Danau Toba, Sumatera Utara. PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) memperkuat jaringan 4G untuk mendukung kelancaran pertandingan internasional F1 H20 pada  24-26 Februari 2023 mendatang. Di kawasan seputaran Danau Toba, termasuk Pulau Samosir, jaringan 4G perusahaan telah menjangkau 489 desa dan 35 kecamatan supaya tak ada gangguan sinyal. Yakni yang berada di Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara. Lalu di Kabupaten Humbang Hasunduta, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. BACA JUGA: 18 Calender of Event 2023 Siap Digelar Pariwisata Riau, Ini Daftarnya Total ada sekitar 430 BTS 4G yang melayani pelanggan di semua area tersebut. Secara khusus, pihaknya juga mengerahkan 2 unit mobile BTS. "Kami berupaya untuk terus menjaga performa jaringan 4G di Kawasan Danau Toba. Hal ini seiring dengan penetapan destinasi popular ini sebagai destinasi wisata super prioritas oleh pemerintah," kata Group Head XL Axaita West Region, Desy Sari Dewi dalam keterangannya Jumat 17 Februari 2023. Dikatakan, F1 Powerboat merupakan merupakan Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1), yang diselenggarakan oleh Union Internationale Motonautique. Dan disponsori H20. F1 Powerboat merupakan ajang balap perahu motor internasional ini juga sering disebut F1H20. 25 Ribu Wisatawan Ajang balap perahu super cepat kelas dunia ini ditargetkan bisa mendatangkan hingga 25 ribu wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. BACA JUGA: Event Otomotif IIMS 2023 Tawarkan Kendaraan Listrik, Bisa Dibeli Lewat Finance Ini (Act) Head of Sales XL Axiata Sumut Outer - Aceh, Bertrand Sinabariba, menyebut bahwa saat ini tersedia promo produk yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan dan masyarakat di Kawasan Danau Toba. Utamanya, untuk mengakses layanan data di jaringan 4G XL Axiata dengan harga yang sangat terjangkau. Dengan produk tersebut, masyarakat dan pelanggan akan mendapatkan manfaat berupa paket data mulai dari 3GB hingga 55GB. “Paket data tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk menunjang produktivitas masyarakat sehari-hari. Termasuk untuk mendukung bisnis kalangan UMKM, pelajar dan mahasiswa, pegawai swasta, hingga aparat pemerintahan,” paparnya. BACA JUGA: Dukung Ajang F1 Powerboat Danau Toba, AP II Siapkan Bandara Sisingamangaraja XII “Untuk memastikan masyarakat dan pelanggan mudah mendapatkan produk XL Axiata, baik XL maupun AXIS, saat ini di Kawasan Danau Toba ada sekitar 300 toko pulsa yang menyediakan produk XL Axiata,” sambung Bertrand. Jaringan Distribusi Melalui toko-toko jaringan distribusi tersebut, pelanggan juga bisa mendapatkan informasi dan juga menyampaikan keluhan. Di mana selanjutnya pengelola toko akan meneruskannya ke layanan pelanggan XL Axiata. Sebagian toko-toko tersebut berada di sekitar pusat aktivitas penyelenggaraan F1 Powerboat. Sehingga para pengunjung. BACA JUGA: Ada 1,3 Juta Wisatawan Menuju Danau Toba, Event Ini Daya Tariknya Bahkan para pihak yang terkait dengan penyelenggaraan gelaran besar tersebut bisa dengan mudah mendapatkan produk XL Axiata, termasuk kartu perdana. Ada juga promo terbaru Paket Combo Flex dengan menawarkan bonus dobel kuota dalam periode yang Panjang. Pelanggan yang membeli dan mengaktifkan kartu perdana XL mulai bulan Januari 2023 akan mendapatkan bonus dobel kuota tiap kali isi ulang paket data selama setahun penuh. Bonus dobel kuota hanya perlu di aktifkan 1x di Aplikasi myXL, di bulan berikutnya bonus dobel kuota langsung aktif setelah perpanjangan paket. Total kuota hingga 124GB, mulai dari 15 ribuan. *** Sumber: Antaranews
0 notes
swjpoperty · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Jual Tanah di Jalan Dewi Sri II Legian Bali Lokasi Premiumhttps://jualrumahdibali.id/jual-tanah-di-jalan-dewi-sri.htmlJual Tanah di Jalan Dewi Sri II, bagi anda yang belum mengenal daerah dan kawasan Dwi Sri Legian ini, saya sedikit jelaskan mengenai kawsan ini.Kawasan Dewi Sri ini adalah kawasan Investasi property terbaik saat ini, karena lokasinya yang tidak jauh dari Kuta, seminyak dan Airport, dan kawasannya sanggat hidup, di sepanjang jalau utama dan jalan ke 2 dewi sri di penuhi usaha Kuliner, Hotel, Spa, Villa, Guest house, home stay, coworking space dan masih banyak usaha yang berkembang di jalan dewi sri ini  Spesifikasi Jual Tanah di Jalan Dewi Sri IILuas Tanah : 700 m2Dimensi : Lebar 16 mtr x 44 mtrSertifikat Hak Milik (SHM)harga Turun dari Rp. 1,3 M / are menjadiRp. 1,1 M / are  (Good Price) Hubungi KamiHerman Tan – 081999138869Epic BaliYour Trusted Property Agent In Bali
1 note · View note
dstntflwr · 2 years ago
Text
PERISTIWA PERBURUAN MATTHEW FREEFORM OLEH DIVINE PALACE TAHUN 203
HEAVENLY PALACE, DIPERBARUI TAHUN 230
ANASTASIA SNOWTIGER, STAF DEPARTEMEN SEJARAH
NJ.043261082087962
(Arsip sebelumnya: PERISTIWA PUNCAK PERANG EVERNIGHT TAHUN 158)
Pada tahun 158 setelah berakhirnya Perang Evernight yang dimenangkan oleh para bintang keturunan Dewi Nightsky, Klan Evernight ditetapkan untuk diusir dari Alula dan dikunci di dalam Gunung Snefnug, rohnya takkan lagi melihat langit dan keturunannya akan membeku di dalam salju.
Pada tahun 203, Divine Palace yang menaungi para pendekar dan tabib menyadari bahwa terdapat sebuah aliran dari dua orang murid. Aliran ini tampak berbeda karena tidak aliran energi di dalam pedang mereka merah membara, tidak berwarna kekuningan seperti senjata Novasihr lainnya.
Dua murid ini bernama Matthew dan Angelique Freeform.
Berdasarkan arsip Divine Palace (baca: BUKU TAHUNAN DIVINE PALACE TAHUN 203), Matthew dan Angelique Freeform adalah sepasang kakak beradik yang dibersarkan tak jauh dari Gunung Snefnug yang bersalju, dimana angka kematian saat itu begitu tinggi dikarenakan energi negatif yang disalurkan oleh kunci Klan Evernight, ditambah lagi cuaca Gunung Snefnug yang saat itu masih tidak stabil saljunya (baca: ARSIP GEOLOGIS ALULA TIMUR, BAB II).
Sepanjang pembelajaran mereka di Divine Palace, Heavenly Palace tidak menerima laporan apapun yang menunjukkan pergerakan aneh dari kedua Freeform bersaudara. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kerajaan Alula masih aman dari ancaman.
Namun pada pembaharuan ini, Penulis ingin menuliskan bahwa terdapat sebuah insiden yang ditemukan, berdasarkan kesaksian beberapa reporter yang terbungkam dan takkan Penulis sebutkan namanya. Bahwa Matthew Freeform sempat diadili di dalam Pengadilan Internal Divine Palace karena membunuh dua teman sekamarnya, namun dibebaskan karena dia tidak dalam keadaan sadar.
Pada tahun berikutnya sebelum mereka lulus, tepatnya pada tahun 205, Angelique Freeform dipergoki oleh seorang murid tabib yang namanya takkan Penulis sebutkan. Tabib itu bersedia untuk menceritakan bahwa dia melihat Angelique tengah meminum secangkir teh pennyroyal.
“Teh pennyroyal begitu populer di kalangan rakyat jelata, terutama para wanita di Distrik Lampu Merah. Pennyroyal bersifat racun pada manusia, dia bisa menyebabkan sakit ginjal dan sebagainya – namun mereka menggunakan teh ini untuk satu manfaat: aborsi.”
Aturan Divine Palace telah menetapkan bahwa pernikahan diperbolehkan, terutama jika terdapat faktor-faktor bagi para bangsawan yang harus mendapatkan perlindungan dalam naungan ikatan (baca: ATURAN DAN TATA TERTIB DIVINE PALACE), namun kesepakatannya adalah kehamilan harus ditunda.
Permasalahannya adalah Angelique Freeform muda belum memiliki pasangan.
Angelique Freeform diadili secepat yang dia bisa, menghindari agar bayinya tidak lahir di penjara bawah tanah, namun Matthew Freeform telah menghilang. Banyak praduga mengatakan bahwa Matthew dan Angelique Freeform telah melakukan praktek incest dan anak tersebut adalah hasilnya. Namun, praduga dan gosip tidak memiliki tempat di dalam arsip sejarah, sehingga sampai saat ini, ayah dari putra Angelique Freeform tidak ditemukan.
Matthew Freeform sendiri diburu untuk menjelaskan dan memberikan pencerahan tentang kehamilan adiknya, juga diperiksa keadaan meridian untuk Novasihr-nya. Tidak ada yang bisa memeriksa Angelique Freeform yang tengah mengandung, dan ketika putranya lahir, dia meninggal dunia.
Sampai saat ini, misteri Novasihr merah yang Matthew dan Angelique Freeform miliki masih menimbulkan pertanyaan. Walaupun putra Angelique Freeform, yang diangkat oleh Keluarga Montarac menjadi putra mereka, tidak menunjukkan tanda adanya Novasihr merah, melainkan kekuningan seperti anak lainnya.
Pada arsip ini diberikan beberapa pencerahan yang arsip sebelumnya miliki – yang hanya menunjukkan Matthew Freeform yang menghilang ketika Angelique Freeform diadili. Ada baiknya jika para rekan staf sejarawan Penulis untuk mencari tahu lebih dalam tentang Novasihr merah, juga tentang kepergian dan silsilah akar keluarga Freeform sebelum Matthew dan Angelique Freeform.
0 notes
detikkota · 2 years ago
Text
Gelar Rakor TPID, Bupati Sumenep Minta Kerja Sama Semua Pihak
Gelar Rakor TPID, Bupati Sumenep Minta Kerja Sama Semua Pihak
SUMENEP, detikkota.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep Gelar rapat koordinasi (Rakor) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang berlangsung di Ruang Rapat Arya Wiraraja Lantai II Kantor Bupati Sumenep, Selasa (29/11/2022). Rapat koordinasi tersebut dibuka langsung oleh Bupati Sumenep Achmad Fauzi melalui meeting secara virtual dan dihadiri Wakil Bupati Sumenep, Hj. Dewi Khalifah,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rezaadipraya · 3 years ago
Text
Amber Heard dan Oki Setiana Dewi
Amber Heard dan Oki Setiana Dewi, akhir-akhir ini seperti pepatah Pinang dibelah dua, alias serupa. Tapi yang mirip dari Amber Heard dan Oki Setiana Dewi, bukan soal fisik, melainkan dipertemukan dalam suatu tema yang sama, yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Amber Heard melaporkan suaminya aktor Johnny Depp, atas kekerasan atau penganiayaan fisik. Karena perkara tersebut, sang aktor dilarang untuk tampil. Namun kemudian, ditemukan fakta bahwa kekerasan tersebut dibuat-buat, bahkan Amber Heard justru melakukan kekerasan fisik pada mantan suaminya tersebut. Kebohongan ini membuat sang aktris terancam dikeluarkan dari proyek film, antara lain Aquaman II. Lalu bagaimana dengan Oki Setiana Dewi. Dikenal masyarakat Indonesia lewat perannya dalam film Ketika Cinta Bertasbih (2009). Kini Oki atau lebih dikenal dengan Ustazah Oki, lebih aktif sebagai penceramah; selain gelar doktornya dalam bidang dakwah Islam.
Sebagaimana telah dibahas Amber Heard dan Oki Setiana Dewi, mirip karena isu KDRT. Mba Amber Heard yang tidak terlalu terkenal, jadi terkenal gara-gara KDRT. Mba Oki yang tadinya tidak terlalu menonjol sebagai dai' perempuan, jadi menonjol, karena konon menormalisasi KDRT dalam ceramahnya. Ceramahnya yang mana? Saya engga tau juga, karena cuma satu video yang saya tonton. Dalam video tersebut dia menyoroti soal kebiasaan buruk para isteri, yang senang mengeluh di sosial media, lapor ke orang tua. Daripada begitu, para isteri ini sebaiknya menyembunyikan kesukaran itu dan berdoa kepada Allah.
Pernyataan ini berkembang oleh para SJW maya. Statmen mereka sebagaimana biasanya mengkritik budaya patriaki dan agama Islam. Sebenarnya emang boleh memukul isteri ketika ia berlaku durhaka kepada suaminya? Soal ini sebenarnya sudah ada yang pernah bahas. Suami boleh memukul isteri, ketika dia sudah berupaya menasehati isterinya. Dan ada bagian-bagian tubuh manusia (berlaku bagi laki-laki maupun perempuan) yang tidak boleh dipukul, antara lain bagian kepala, wajah, dada,perut, kemaluan. Intinya yang boleh dipukul itu lengan. Memukulnya juga bukan seperti memukul samsak, alias menabok atawa kepret. Klo menampar kan lebih sering diasosiasikan dengan pipi.
By the way, anyway, busway. Poin penting dari ceramah Ustazah Oki itu penting buat kita yang hidup di jaman instagram, tiktok dll. Bahwa terkadang orang lupa klo semua itu cuma alat alias platform, untuk bercengkrama dengan mereka yang ngga bisa dijangkau secara nyata, dan bisnis. Sayangnya sekarang semuanya jadi abu-abu, mana yang sebenarnya mana yang maya, jadi engga jelas. Klo memang ada KDRT lapor ke pihak berwenang. Jadi bukan jatohnya ngumbar aib rumah tangga demi konten alias cari duit. Dari sini kita bisa belajar dari kasus Amber Heard, perempuan bisa melakukan fabrikasi KDRT dan pada waktu yang sama menjadi pelaku KDRT.
3 notes · View notes
cinews-id · 4 years ago
Text
1 note · View note
baliportalnews · 1 year ago
Text
Lepas Gerak Jalan 8 KM Tingkat SD, Sekda Suyasa Harap Peserta dapat Bangkitkan Kembali Jiwa Patriotisme
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG - Meriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia (RI), Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng menggelar Gerak Jalan 8 KM tingkat SD se-Kabupaten Buleleng. Lomba yang diikuti sebanyak 89 peserta itu dilepas langsung oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa yang diikuti oleh seluruh Pimpinan OPD dan BUMD lingkup Pemkab Buleleng di depan Taman Kota Singaraja, Senin (14/8/2023). Dalam sambutannya, Sekda Suyasa mengatakan, lomba Gerak Jalan yang rutin diadakan setiap tahun memiliki makna tentang pembangunan serta bentuk peringatan terhadap hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. "Saya berharap lomba Gerak Jalan ini mampu membangkitkan kembali jiwa Patriotisme dan Nasionalisme serta semangat kebangsaan, sehingga akan tumbuh rasa persatuan dan kesatuan menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya," harapnya. Selain itu, Suyasa menyampaikan Gerak Jalan ini juga dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani serta dapat dijadikan sebagai sarana untuk menempa diri menjadi generasi muda yang kuat, cerdas dan bermartabat. Gerak Jalan 8 KM tingkat SD menempuh rute yang diawali start Jln. Ngurah Rai, lurus menuju Jln. Pramuka, Jln. Diponegoro, Jln. Erlangga, Jln. Imam Bonjol, Jln. Gajah Mada, Jln. Veteran, Jln. Pahlawan, Jln. Sudirman, Jln. A.Yani, Jln. Dewi Sartika, Jln. Udayana, finish di depan kantor KONI Buleleng. Adapun total hadiah yang diperebutkan dalam lomba Gerak Jalan 8 KM tingkat SD sebesar Rp30 juta dengan rincian, Juara I memperoleh Tropy, Piagam, dan hadiah lomba sebesar Rp10 juta, Juara II memperoleh Tropy, Piagam dan hadiah Lomba sebesar Rp7,5 juta, Juara III Memperoleh Tropy, Piagam dan hadiah Lomba sebesar Rp5 juta, serta Juara Harapan I memperoleh Piagam dan hadiah Lomba sebesar Rp3 juta. (sri/bpn) Read the full article
0 notes
pergimelaut · 4 years ago
Text
Tentang “Life’s So Beautiful and So Are You” dan Tulisan Paling Membanggakan Tiap Tahun: Rekap Tulisan 2020 [Bagian II]
Saya tergoda untuk jawab Life’s Beautiful and So Are You sebagai jawaban dari pertanyaan “Tulisan paling membanggakan tahun 2020”, karena kemarin, tulisan ini diumumkan bisa meraih penghargaan Best Alternative Universe dan salah satu Fanfiction of the Year, hihi. Dan ini tulisan yang banyak bikin saya menerima tanggapan-tanggapan baik. Selain itu, proses bikin tulisannya pun saya lalui dengan kecermatan. Lalu, idenya pun saya rawat baik-baik sejak 2017.
Tumblr media
Tapi, akan saya jelaskan kenapa jawabannya bukan itu.
Sebagaimana yang telah saya kasih tahu di pos sebelumnya, Life’s Beautiful and So Are You itu banyak kurangnya, terutama dari ketergantungan cerita pada fandom (dengan kata lain, sekalipun itu alternative universe, saya merasa kalau hanya orang-orang fandom yang bisa menikmati; soalnya, mana mau ada pembaca luar yang dikasih seabrek nama dewa-dewi banyak banget dalam satu paragraf?), dan keakuratan sejarah.
Keakuratan sejarah di tulisan itu rasanya minus. Iya sih geografisnya betul. Apalagi saya sampai buka Google Maps untuk memastikan berapa lama menyusuri Sungai Barito dari hulu ke hilir, atau lama perjalanan dari Kalimantan Timur ke Selatan. Tapi, konteks sosialnya KELEWATAN SIH PARAHNYA. Nggak ada pemberontakan orang-orang Jaitan Layar terhadap Kutai, euy. Kalau dipikir-pikir, buat apa coba? Selo amat. Waktu itu feodalisme masih kuat, dan rakyat mana peduli rajanya siapa? Apalagi ketika titahnya absolut dan nggak mempengaruhi mereka secara perekonomian.
Terus kenapa saya bikin begitu? Dan kenapa dapat dua penghargaan. Hngg. Pertanyaan bagus. Sebagai seseorang yang suka banget nulis historikal murni, sudah sangat mudah ditebak bahwa bikin cerita yang konteks sejarahnya salah itu KESEL BANGET, ASLI. Selama nulis aksi konsolidasi warga Jaitan Layar dan represi dari aparat istana Kerajaan Kutai, saya diem-diem batin, “Etdah, aslinya nggak kayak gini, cuy.” (Atau mungkin aslinya kayak gitu[?], entahlah, nggak ada fakta sejarahnya, pokoknya.)
Untuk pertanyaan saya soal keheranan bahwa tulisan ini dapat penghargaan (bahkan Fanfiction of the Year[!]—dulu waktu kebijakan IFA masih murni hasil poling, ini satu-satunya kategori yang kedudukannya mulia di hati saya LOL), sebenarnya saya tahu jawabannya. Twist-nya bagus, hehe, saya pun merasa bahwa itu sebuah capaian yang besar dalam perjalanan saya bikin plot twist. Lalu, mungkin karena ini diapresiasi sebagai alternative universe sejarah Indonesia; bukan factual research, bukan historical.
Lalu, ini pemikiran saya akhir-akhir ini: mungkin dunia nyata memang “nggak menarik”. Saya membicarakan ini kemarin dengan teman saya, soal fiksi dan dunia nyata. Pada dasarnya, akan selalu bagus kalau ditambah unsur lain (atau ditekankan pada salah satu unsur yang sudah ada, dan memberikan kredit lebih kecil pada unsur lain yang “tidak menarik”).
Cerita-cerita historikal kebanggaan saya, katakanlah BUR(DE)N (2020) dan Sehnsucht (2019), nggak mendapatkan apresiasi yang sepantasnya atas riset yang saya lakukan. “Apresiasi” di sini BUKAN tanggapan positif mengenai tulisan itu, tapi hasil tulisan itu sendiri. Saya berpendapat bahwa tulisan historikal yang saya buat adalah wujud apresiasi dari riset saya. Soalnya, karena saya riset itulah, makanya tulisannya ada. (Dan, dulu saya beneran suka bikin tulisan dari bacaan saya; saya baca fakta sejarah, saya menganggapnya berkesan, dan saya mengapresiasi fakta sejarah yang saya pelajari itu dengan bikin tulisan historikal—begitu alurnya.) Tapi, ternyata apresiasi itu—dalam artian, tulisan itu—tidak bagus. Dengan kata lain, tulisannya jelek. Terlalu padat, terlalu pening, terlalu membosankan … bahkan, ada kalanya saya malas baca ulang.
Tapi Sehnsucht jadi tulisan paling membanggakan bagi saya di 2019. Dan yang saya banggakan bukan hasil tulisannya—itu sendiri saya akui. Saya bangga pada risetnya. Pada perjalanan kenapa tulisan itu bisa(-bisanya) ada; bagaimana risetnya, lelahnya, sampai pakai Google Translate bahasa Hongaria lho. Padahal tulisannya jelek, dan saya sendiri nggak bangga sama tulisannya. Tapi karena saya yang nulis dan cari bahan bacaan, saya tahu betapa berdarah-darahnya saya bikin ini, jadi saya mengapresiasinya. Itulah sebabnya saya yakin kalau cuma saya yang bisa jawab kalau saya bangga sama Sehnsucht ini LOL.
Mari lihat apa tulisan paling membanggakan bagi saya di tahun 2018, dan jawabannya adalah Hidup Atau Hilang (2018). Tentang sejarah Perang Saudara di Amerika dan melibatkan konflik antara Amerika Serikat dan Konfederasi Amerika. Di situ saya bereksperimen untuk mendeskripsikan bagaimana seseorang mencekik orang lain. Dan lagi-lagi, alasan saya menjadikan tulisan itu paling membanggakan adalah latar belakang pembuatannya.
Lalu, pada tulisan yang membanggakan tahun 2017, jawabannya adalah Makna Mutiara (2017) yang saya buat 2 Februari 2017—sekaligus pertama kalinya saya melakukan Rekap Tulisan dan merencanakannya sebagai agenda tahunan. Latar belakangnya adalah penjajahan Inggris atas Hong Kong dan pengembalian Hong Kong ke Cina. Menariknya, alasan tulisan ini dipilih adalah karena tulisan ini jadi titik berubahnya gaya bahasa saya, yang terlihat pada tulisan-tulisan setelah itu sepanjang 2017.
Kenapa “menarik”? Karena ini adalah alasan yang niatnya mau saya pakai untuk jawaban saya pada pertanyaan “Tulisan paling membanggakan tahun 2020” LOL. Saya mempertimbangkan untuk menjawab dengan Menakar Keruh (2020), karena—berdasarkan pembacaan amatiran saya—saya merasa kalau pada tulisan itulah saya praktis mengubah gaya bahasa saya. Perubahannya masih akan berangsur-angsur, tentu, apalagi itu saya buat di akhir 2020 dan setelah itu belum banyak tulisan yang saya selesaikan, jadi, sekali lagi, masih pada pembacaan saja.
Terus saya jadi bingung, pertanyaan ini mau saya jawab apa. Kok saya nggak bangga dengan semua tulisan saya ya?! Mengesalkan sekali. Jangan serendah itu dong, menilai dirimu. Ayo, dijawab.
*
Setelah ini, saya akan menyuarakan perenungan-perenungan saya, dan kenapa saya nggak menganggap mereka sebagai sebuah karya yang membanggakan.
Relik Hidup? Nggak. Saya senang dan puas, tapi, itu El hablador banget, sumpah deh. Mungkin kalau saya bikin dengan topik serupa, baru saya bisa meninggalkan kesan-kesan El hablador dan menggantinya dengan hal-hal yang sungguh-sungguh dari saya sendiri. Kalau Menakar Keruh, sebenarnya saya suka, dan bangga. Tapi pada beberapa bagian, itu terkesan bertele-tele, walaupun memang kalau mau mendalami seorang tokoh, ya harus begitu. BUR(DE)N bosenin asli. Ngantuk. Kayak pelajaran Sejarah. Biar Saya Takar Sendiri Sesal dalam Kopi, saya suka judulnya. Dan, ah, ini HAMPIR berubah, gaya bahasanya, tapi belum meninggalkan gaya bahasa saya yang lama. Tapi sudah saya niatkan begitu.
Perjumpaan Kembali ini sebuah eksperimen realisme magis, skip deh, namanya baru eksperimen jadi jeleknya bisa diharapkan. Bertele-tele dan gaya penceritaan yang lambat. Kelihatan banget penulis cerita ini, siapa pun dia, naksir Arthur sampai taraf yang perlu dikhawatirkan. Bawa Aku Pergi dari Hinakazari … hei, sebenarnya ini bisa jadi kandidat kuat. Saya riset banyak, saya senang menulisnya, saya senang dengan hasilnya. Dan, nggak berbeda dengan tulisan-tulisan yang risetnya banyak, ada bagian-bagian yang membosankan pula! Makin memenuhi syarat, kan! Tulisan ini akan saya lewatkan. Saya suka Lakuna, tulisan yang senyatanya menjelaskan perbedaan kelas. Sangat dekat dengan proses saya membuat Kupamanduka.
Cerita Janji sangat heart-warming. Saya menyampaikan secara terang-terangan perasaan saya dan keinginan saya betapa dua tokoh dalam cerita ini bisa mendapat kebahagiaan sebesar-besarnya. Lalu, Life’s Beautiful and So Are You sudah saya jelaskan ya. Proses bikin kerangka karangannya beneran menyenangkan, twist-nya juga sudah saya siapkan di awal, jadi proses mengolah ide itu yang harus diapresiasi. Saya sudah lebih dari cukup diapresiasi oleh penghargaan Fanfiction of The Year untuk itu.
Stagnasi, Life Is Calm and Shall I Be Too, Life Is Cruel and Death’s Relaxed, Life Is Quick and You’re Slow itu sangat sangat canon dan susah kupisahkan dari fandomnya—ya karena canon itu. Kok saya jadi nggak menghargai canon? Bukan nggak menghargai, tapi, saya nggak bangga, karena nggak ada riset. Namanya juga canon (kecuali di Hetalia, atau kecuali canon yang kayak Lakuna) jadi itu jelas wujud dari kebanggaan saya pada kreatornya. Mengulang Perputaran rada-rada ditemani Kupamanduka, soalnya bahas Kamisan di Jakarta pada perspektif anak tentara dan pelajar dalam demonstrasi. Sayangnya adegan ini porsinya nggak besar, dan nggak berkesan pula dalam cerita.
Tapi Nanti, Nanti cukup lucu dan menyedihkan. Latarnya Taman Iblis di Mesir jaman Perang Dunia Kedua. Lagi-lagi Inggris dan Jerman—kesukaan saya sepanjang 1940-an di babak Eropa. Tapi, nggak ada kebaruan di sini, dan risetnya juga cuma satu video edukasi, itu pun nggak sampai kelar. Lalu, Déjà vu juga Perang Dunia Kedua dengan relasi yang muncul adalah Inggris dan Italia Selatan. Tapi historikalnya nggak begitu kerasa sih. Kamu, Lalu Laut di Pagi Hari akan saya sukai kalau saja bisa saya asah lebih dalam, tapi karena itu tulisan impulsif yang ringkas dan cepat, jadi hasilnya juga seadanya. Ah, saya suka Kasultanan Siak pokoknya. Terakhir, Gaslighting yang sebenarnya bukan gaslighting (kayak lagu “Acapella”-nya Chase Goehring bukan akapela), dan saya merasa mudah bikin relasi mereka—relasi toksik gampang ditulis HAHA. Sayangnya saya nggak tertantang, jadinya.
TUNGGU, KENAPA JADI KAYAK NYEBUTIN ULANG SEMUA TULISAN-TULISAN SAYA?
Bodoh.
*
Tapi, berita baiknya, dengan ini saya bisa menentukan tulisan kebanggaan saya, yakni Bawa Aku Pergi dari Hinakazari (2020)! Yay. Dengan ini saya bisa menjawab pertanyaan itu dengan tenang, tapi karena sudah kepanjangan, mari kita potong lagi. orz
4 notes · View notes
realita-lampung · 1 year ago
Text
Masa Jabatan Habis, SK Pj Bupati Tanggamus Belum Turun
Tumblr media
Masa jabatan Dewi Handajani sebagai bupati dan AM Syafi'I sebagai wakil bupati Tanggamus berakhir pada hari ini. Namun, Kementerian Dalam Negeri belum menurunkan surat Penjabat (Pj) belum turun hingga jatuh tempo, Rabu (20/09/2023). Kabupaten Tanggamus harus dijabat oleh pj atau pelaksana harian (plh) karena bupati dan wakilnya habis masa jabatan 20 September 2023, hingga terpilihnya pasangan kepala daerah yang baru lewat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024, tepatnya 27 November 2024. Kabag Kerjasama Pejabat Negara dan Legislatif Biro Pemerintahan dan Otda Pemprov Lampung Koharuddin mengatakan jika sampai jatuh tempo belum keluar SK Pj, otomatis penjabat sementaranya Sekdakab Tanggamus Hamid Heriansyah Lubis. Sebelumnya, beredar enam pimpinan tinggi pratama (PPTP) atau eselon II dari lingkup Pemprov Lampung, tiga usul DPRD Tanggamus dan tiga usul Pemprov Lampung ke Kemendagri. DPRD Tanggamus mengusulkan: - Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Agus Nompitu. - Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Mulyadi Irsan. - Kepala Dinas Cipta Karya dan Pengelolaan Sumber daya Air (PSDA) Budhi Dharmawan. Pemprov Lampung mengusulkan: - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Transmigrasi (PMDT) Zaidirina. - Kepala Dinas Kehutanan Ruhyansyah . - Kasat Pol-PP Zulkarnain. (Hadi haryanto/Hatta) Read the full article
0 notes