Tumgik
#Begal Gunung Merbabu
borobudurnews · 2 years
Text
AKHIRNYA !!! Begal Pendaki Di Gunung Merbabu Berhasil Diringkus
AKHIRNYA !!! Begal Pendaki Di Gunung Merbabu Berhasil Diringkus
BNews–JATENG-– Masih ingat video viral yang menarasikan adanya begal di jalur pendakian Gunung Merbabu via Suwanting, Magelang? Pria terduga begal yang meresahkan para pendaki itu akhirnya ditangkap dan dibawa turun. “Alhamdulillah, Kamis (3/11) kemarin teman-teman dari basecamp dan resort berhasil mengajak turun (pelaku),” kata Koordinator Perlindungan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Photo
Tumblr media
NAIK MERBABU, REMEDIAL 4 SKS!
Diajak naik gunung, yakali gak kuy! Kids zaman now butuh refreshing. Apalagi setelah tubuh ini patah menjadi seratus dua belas, otak yang hampir mengerak, lengkap dengan ginyur kantung mata dan wajah kusut tanda belum di setrika berminggu-minggu.
UAS memang petaka, belum lagi urusan lain macam pelantikan yang harus teleportasi tingkat tinggi berkali-kali dari Jogja bagian utara tengah selatan timur barat hingga sekarat. Terakhir, perkara mengembalikan Bupati ke kandang dan LPJ akhir tahun yang harus ditenun sambil manyun. Halah.
Ya Tuhan, andai aku adalah Baby Groot dalam film Guardian of the Galaxy yang bisa ignoring all my problems while my life crashes and burns. He he
Ya, alhasil tubuh dan fikiran ini meronta manja, minta di ajak tamasya. Syukur sekale, ditawari naik Merbabu oleh Kak Adit, pria gemuk yang cukup ramah, heboh kala bercerita, suka tertawa lebar, dan ngomong kasar “PANTEK!”. Tampangnya yang seram itu jelas menandakan doi anak gunung sejati. Ceilah wkwk.
Jujur ya gais, ini adalah pengalaman pertamaku naik gunung. Selama ini travelingku masih receh sebatas pantai, kulineran, pertunjukan seni, dll yang kurang menantang. Entah keselek micin jenis apa aku hingga berani memutuskan untuk ikut mendaki meski aku cukup sadar diri melihat tubuh bundar yang jarang olahraga ini, hihi.
Tim naik gunung kali ini ada delapan orang, termasuk aku. Dan mereka semua sudah pernah naik gunung berkali-kali, kecuali aku. Kak Nurul, Aida, Septi, Fatur, Kak Adit, Kak Fatta, Kak Pandu, diantara mereka aku hanyalah butiran debu. Oh tidak, lebih tepatnya seonggok upil yang nyempil, menghambat jalannya pernafasan dan harus disentil. Anjir.
Nah, perihal remedial 4 SKS ku, sesungguhnya ini hanya istilah seperti di dunia perkuliahan saja. 4 SKS tersebut terbagi menjadi dua hal. Remedial 2 SKS yang pertama adalah karena aku mendaki tanpa menggendong si carrier (tas goenoeng itu loh gais). Duh jangankan sok membawa carrier, toh membawa beban tubuh sendiri saja daku sudah keberatan, dasar gendut!
Aku benar-benar cupu, hanya membawa tas ransel kuliah biasa berisi baju ganti dan roti-roti. Bahkan air mineral dibawain juga! wah gimana gak bahagia, tasku enteng, teng, teng teng! Meskipun sebenarnya aku tidak enak hati, melihat mereka kerepotan gara-gara aku, si manusia tak tahu diri. Saat aku bisa leha-leha, mereka terlihat lelah membawa carrier besar menjulang, berat berkilo-kilo, berisi besi-besi, tenda, kompor, gas, bahan makanan, dan semangat besar. Mantap, mereka semua panutanku!
Hari Pertama
Kita berangkat dari Jogja naik motor sekitar pukul 3 sore dengan niat memilih jalur pendakian Selo. Sejak awal keberangkatan, aku ditebengi oleh Kak Fatta, pria tua berwajah Cina, mengaku antagonis tapi melankolis, baik tapi menyebalkan, tidak konsisten! Wkwk.
Hampir maghrib, dan kami-pun sampai di Basecamp tempat penitipan motor. Aku bahagia, karena disana sempat menikmati indahnya senja. Seperti kata Jo kepada Sore, bahwa “Senja selalu menyenangkan, kadang ia hitam kelam, kadang ia merah merekah. Tapi langit, selalu menerima senja apa adanya”. Unchhh!
Pukul tujuh malam kami mulai mendaki, menjajaki kaki diatas bumi. Panca indraku cukup bekerja baik pada malam hari, aku mampu merasakan, mendengar, dan mencium bau Merbabu. Kala itu aku ingin menangis, dan tidak bisa menerka apa penyebabnya. Gadis cengeng sepertiku biasanya takut diserang rindu. Ulululuu.
Setelah lima jam, melewati medan terjal, lelah itu nyatanya tak sebanding dengan decak kagum saat melihat Maha indahnya jutaan bintang. Mirip biji selasih, katanya hehe. Lah jadi seret dan pengen minum es!
Pukul 12 malam, dan kami hanya sampai di Pos 3. Aku, kak Adit dan Kak Fatta, kami sampai lebih dulu sebab mereka berniat memasang tenda. Sembari melepas lelah, kami berbaring untuk mengatur nafas, melihat ke langit, dan menikmati ciuman angin malam yang dingin.
“Bintang adalah cahaya masa lalu, sebab ia telah terbentuk jutaan tahun yang lalu” begitulah seingatku, sepenggal kata dari Kak Fatta yang sepertinya masih terkungkung dengan masa lalunya.
Selanjutnya, kami mendirikan tenda dengan susah payah karena berkali kali didera angin kencang. Seperti biasa, aku tidak berguna dan tak banyak membantu. Sesekali meringkuk karena menggigil, tidak terbiasa dengan suhu dingin. Pukul 2 pagi kami selesai mendirikan tenda dan siap tidur pulas pasca menyantap lahap nasi bercampur indomie, dengan telur dan taburan lada pedas membuat perut menjadi panas!
Satu tenda ber empat, berharap agar hangat. Pukul 3, semua sudah tidur karena kelelahan. Kecuali aku, manusia lemah yang masih saja kedinginan. Bermodal baju, sweater yang dipinjami kak Fatta dan jaket hijau hangat milik Bang Ali, ditambah kaos kaki, sarung tangan, lengkap dengan sleeping bag, masih tidak cukup!
Dinginku semakin menjalar, jantungku berdegup tak karuan, dan nafasku berantakan. Aku duduk mencoba menenangkan diri. Tak berhasil. Aku berbaring lagi, nafasku malah semakin sulit. Kak Nurul terbangun, sepertinya karena terganggu suara nafasku yang sesak. Begitu pula Septi dan Aida.
Aku semakin panik, kepala mendongak ke atas, tangan kutaruh di dada dan berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya karena takut itu yang terakhir kalinya. Kak Nurul dengan sigap membantuku memberi oksigen, Septi dan Aida memelukku sembari menggosok tanganku agar hangat, mereka mencoba menenangkanku.
Entah apa namanya, Hipotermia atau bukan. Aku berhasil diselamatkan dengan cara mengganti sleeping bag yang lebih hangat dan segelas air panas berkat kesuksesan kak Fatta dalam menghidupkan kompor. Kak Fat, maaf sudah sangat mengganggu tidurmu! Terimakasih kak Nurul, wanita tangguh yang jago masak, benar-benar pendaki idaman. Terimakasih juga Aida, dedek emeshnya kak Nurul yang baik, ramah, sering menemaniku, dan menghawatirkanku. Terimakasih pula kepada Septi, wanita bertubuh kecil tapi kuat, penikmat banyak gunung, dan yang paling sering memelukku dikala dingin.
Hari Kedua
Karena sedang mager dan sudah pernah ke Merbabu, kak Nurul memilih menjaga tenda di pos 3. Karena persediaan air menipis, kak Adit dan kak Pandu berniat mencari air. Sedangkan aku, Aida, Septi, Fatur, dan kak Fatta berniat melanjutkan perjalanan menuju Puncak dengan semangat seadanya.
Oh iya, kak Pandu adalah sosok pria berwajah polos, kalau gabut suka menggoreng tahu dan tempe, kadang sok galak, tapi penurut dan suka membantu. Kalau Fatur, adek tingkat yang berkulit eksotis, berambut keriting sebahu, berbadan ringan seperti kapas sehingga bisa berjalan cepat, tapi tetap bisa bersabar menunggu teman lain yang berjalan lambat.
Kami berangkat dari Pos 3 pukul 8 pagi, dan berhasil menuju sabana 1 juga sabana 2 pada pukul 11. Benar benar pemandangan yang indah! Tempatku berpijak adalah Merbabu, dan Merapi ada di hadapanku. Merapi terlihat abu abu, sedangkan Merbabu hijau dengan langit yang begitu biru. Aku masih sulit percaya, tentang bagaimana bisa melihat gumpalan gumapalan awan lembut indah berjejer, posisinya lebih rendah dariku!
Sayang, kami tidak sampai puncak, dan itu membuatku remedial dua SKS untuk kedua kalinya! Semangat kami sudah terkuras habis, terik matahari semakin meringis, dan katanya pemandangan puncak sama saja dengan sabana, hanya beda sensasinya. Ahhh aku remedial! Dan intinya harus mengulang naik Merbabu dengan membawa carrier dan sampai puncak! Mungkin gak ya? He he he
Kami turun dengan sisa-sisa tenaga. Sesekali mendapati adegan memalukan dengan terpeleset. Banyak pendaki lain yang bernasib sama lelahnya, dan tiap kali berpapasan, kami saling menyapa. Hal ini membuatku mengerti bahwa yang hangat dari suhu dingin gunung adalah sapaan pendaki lain yang tak dikenal. Kita memberi semangat dan saling menguatkan.
Sore berlalu dengan acara pindah tenda, dan kami tak sempat melihat sunset karena gerimis. Kala malam mulai menyapa, aku sedikit cemas, lagi-lagi takut dingin menyergap. Aku rela berkeliling mencari kayu, mencabuti rumput, mencari ranting, perih mata kena asap, menunggu api menyala supaya hangat. Lagi lagi, terimakasih kak Pandu dan kak Fatta atas ketidakmenyerahan kalian untuk menghidupkan api.
Seperti kayu yang selalu siap menjadi bara kala ia merindukan api, dan kesetiaan angin yang terus membelai untuk mempertahankannya. Hangat adalah hadiah atas perjuangan.
Kami merapat dan berbincang hingga larut. Malam kami diberi kejutan dengan kedatangan Bang Ali, pria yang katanya petualang sejati, sang pemilik pisau-pisau aneh, berambut panjang indah, lebih cocok jadi model iklan shampoo.
Hari Ketiga
Aku tak bisa tidur, takut kejadian seperti malam sebelumnya terulang. Paginya, meski mengantuk, aku mencoba meraba sunrise. Tak seindah biasanya memang, tapi pecinta pagi sepertiku tetap semangat berjalan. Ujung-ujungnya malah merindukan gudeg yang dekat kosan. Dasar!
Waktunya turun gunung! Kegamangan menyelinap sebab tigaperempat hatiku masih ingin menikmati Merbabu, tapi seperempatnya lagi ingin pulang untuk mandi. Sebab aku belum mandiii tak tuntuang taktuntuang, tapi masih cantik juga. Wkwk
Kami turun pukul 12 siang setelah selesai melakukan aksi kampanye memungut sampah yang ada di sekitar lokasi camp Pos 3. Ternyata turun gunung dua kali lebih cepat daripada naiknya! Meski diperjalanan sempat di begal oleh monyet manja yang membuat sepotong melon segar melayang sia-sia, menyebalkan!!
Kami berhasil melanjutkan perjalanan meski dengan jempol kaki berteriak meminta pertolongan. Sekitar pukul 3 sore akhirnya kami semua sampai basecamp dengan selamat, bahagia sejahtera gembira lalala! Setelah bersih-bersih dan mandi segar, kami melanjutkan perjanan menuju Jogja pada pukul 5.
Kebiasaanku mengantuk kalau di motor kumat, dan kak Fatta jahat karena tidak mau di ajak ngobrol dengan alasan lelah. Kena angin sepoi sedit, mataku jadi berat. Karena kurang tidur, mata perih diajak melek, yaudah tidur ajalah. Saat tidur, sesekali aku terkejut karena tubuhku terbawa angin ke arah belakang. Aku juga sering terbangun karena berkali-kali helmku terbentur helm kak Fatta.
Tercyduq! Aku ketahuan tidur oleh kak Fatta. Seperti kataku, ia tidak konsisten. Manusia yang mengaku antagonis ini mendadak baik, mempersilahkanku tidur dengan memegangiku supaya aman. Masa bodoh, ngantukku berat! Toh aku tak menganggapnya sebagai pria. Bagiku, ia adalah mbak-mbak cantik yang tomboy, wkwk ini serius.
Terakhir, sampailah kami di kos kak Adit dalam kondisi basah kuyup akibat hujan di setengah perjalanan. Setelah berhahahihi, perjumpaan itu diakhiri dengan selebrasi menjahiliku memberi iming-iming gocar yang tak kunjung datang. Lugu dan bodoh memang beda tipis, dan aku adalah gadis yang mudah percaya bahkan meski dibohongi kalau tiang langit runtuh sebelah. Payah.
Sampai jumpa lagi, Merbabu sayangku. Berkatmu, aku jadi tahu arti kata PANTEK HAHAHAHA PARAH.
4 notes · View notes
indoflashlight · 7 years
Video
HATI - HATI BANYAK BEGAL DI GUNUNG MERBABU — Selain terkenal dengan medannya yang cukup bersahabat dan menawarkan keindahan panorama alam di sepanjang jalur, pendakian Merbabu memang terkenal dengan begalnya, ya inilah begal yang dimaksud adalah “Monyet” yang siap mengambil makanan yang di bawa pendaki. Jika tidak berhati-hati maka makanan siap di jajal para monyet. Jadi sebelum mendaki Merbabu pastikan barang bawaan disimpan serahasia mungkin, kalau diperlihatkan sedikitpun siap” deh. Tapi kalau ada makanan lebih boleh donk dibagikan ke Monyet” ini. Salam leatari. 🌐IF Region: @indoflashlightJateng @indoflashlightSumater @indoflashlightBaliLombok 📱Doc: (@msdinn) 📍Location: Jalur Pendakina Gunung Merbabu, Semarang-Boyolali-Magelang, Jawa Tengah, Indonesia 🇮🇩 | #indoflashlight #indoflashlightJateng #kemenpar #begalgunung #begal #monyet #satwa #indonesia @msdinn) 📍Location: (di Mount Merbabu)
0 notes