#Bagi bagi takjil
Explore tagged Tumblr posts
Text
SMSI Sumenep Bersama Ar-Raudlah Computers Berbagi Takjil, Wahyu: Untuk Meraih Keberkahan dengan Bersedekah
SUMENEP, detikkota.com – Di bulan penuh berkah ini Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumenep bersama Ar-raudah Computers bagi-bagi takjil. Sebanyak 300 bungkus takjil dibagikan kepada tukang becak dan masyarakat di masyarakat yang melintas di Jalan Trunojoyo, Kabupate Sumenep, Jawa Timur, Jumat (7/4/2023) sore. Masyarakat terlihat antusias menerima takjil yang dibagikan oleh anggota SMSI…
View On WordPress
#Bagi bagi takjil#berita sumenep terkini#Bulan puasa#Bulan ramadhan#serikat media siber indonesia#smsi
0 notes
Text
Jum’at Berkah, Satresnarkoba Polres Bojonegoro Bagi-bagi Takjil
Bojonegoro – Satuan Reserse Narkotika, Psikotropika dan Obat Berbahaya (Satresnarkoba) Polres Bojonegoro telah membagikan puluhan bungkus takjil kepada masyarakat untuk berbuka puasa. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kasat Resnarkoba, AKP Eko Suwanto SH.M.H.,M.AP. di dampingi KBO, Kanit, dan anggota Satresnarkoba. Takjil ini dibagikan jelang buka puasa kepada warga yang membutuhkan di…
0 notes
Text
Relawan Indramayu Akhiri Kegiatan Ramadan dengan Bagi-Bagi Takjil
JAKARTA | KBA – Tanpa terasa akhir bulan suci Ramadan tahun ini sudah mendekat. Untuk itu, simpul relawan DPD Payung Anies Indramayu, Jawa Barat mengakhiri kegiatan syiar Ramadan 1444 H mereka dengan membagi-bagikan takjil di Dapil 6 Kabupaten Indramayu Barat, tepatnya di Kecamatan Haurgeulis, Sabtu, 15 April 2023. “Sore hari Sabtu, tim Relawan Payung Anies setelah menunaikan Salat…
View On WordPress
0 notes
Text
Ramadhan itu berkahnya untuk semua. Orang yang jarang ke masjid jadi datang ke masjid; itu berkah. Orang yang mungkin selama ini pelit berbagi, tiba-tiba paling depan saat ada kegiatan bagi-bagi takjil; itu berkah. Orang yang jarang bangun pagi, akhirnya bisa merasakan udara subuh pagi hari; itu berkah.
Alhamdulillah, selebihnya kita doakan mereka agar merasakan berkah itu sampe seterusnya.
136 notes
·
View notes
Text
Sweet tooth treats!
Owalaaaaaah ada yg so soan ngasih surprise buat anak istrinya~ ngga ketauan lsg masukin ke kulkas gt aja. Sumpah gatau hahaha.
Karena udah bau bau liburan lebaran, anak2 sekolah jg udah libur wlpn kerjaan pak suami ttp banyak katanya, tp plg bisa lebih cefaaat yaazzzz. Ashar udah di rumah, ternyata lsg ke blkg tuh naro cupcakes pompidou wkwk. Aku sm nemo ngga ada yg ngeuh pula..
Sambil istirahat, suami blg "kamu ngga puasa jd gausah beli takjil yah? Akumah takjilnya kurma ajalah". Aku jawab "oke ntar aku bikinin slice beef kimchi salad lg kek maksi aku"..
Hanya selang sekian detik..
Pak suami, "eh buka diluar yuk". Aku, "laaahhhh"
Hadeh si labil, dadakan gini bingung pst rudet ih kudu booking lalalala. Apalagi kalo tmpt makannya fav org2. Tadinya pgn ke Sai ramen tp kudu booking dulu, yaudah ganti kita ke Fat pho, biasanya sepi disana. Setengah males tp mau jg makan diluar, kejebak ujan lah jd agak telat ke Fat pho nya. Jadi udah penuh.. Sudah kudugong~
Mampir indomaret dulu buat beli minum batalin puasa, sambil mikir mau buka dmn, kepikiran baso gandapura pasti selalu sepi. Dahlah kesana aja udah lama ngga ngebaso wkwk. Pas nyampe bener cuma kita bertiga cust yg dtg, selang 10 menitan ada pasutri dtg jg. Mayan ada 2 meja terisi. Masih suka heran knp baso best in town ngga penuh gt, duh sayang! Aku sampe blg ke keluarga aku bapak, ibu, adik semuanya sukaaaa. Apalagi bapak pecinta iga, beuhhh kmrn puasa2 jg bahas baso gandapura mulu wkwkwk. Ngga salah kan aku rekomenin!
1 porsi ku di bagi utk nemo aja msh kenyang bgt haaa mana enak pula. Pak suami saking menikmati basonya, sampe lupa minum dulu sungguh makannya tumaninah bgt yunow wkwkwk. Mengalami foodgasm cenah~ alhamdulillah yah!
Pulang2 suami spill2 katanya punya dessert, nemo yg blg. Hah dessert apaan? Palingan kalo ngga es campur, es doger, es buah lah yaa. Trus blio jawab bukaaaan nnt liat aja sendiri! Lah sebel bgt so so rahasiaan wkwk.
Pas di rumah ngecek kulkas hahahaha ada cupcakes pompidou waaaaa pas diliat toppingnya udah amburadul wkwkwk haduuhh dasar lakik ya gabisa bawa rapih gt huft. Gpp lah yg penting rasanya ttp enak~ terlebih lg apresiasi bapak suami yg udah beliin kita wuihihiii makasih yaaang.. Mumpung lg ngga puasa bisa bgt pagi2 siripin cupcakes yeaaayyy.. Karena kalo puasa suka bingung kpn wktnya, wareg wae gaksiiii.. Tinggal beli eskopi nihhhh enaknya siang2 tp suka pgn ngopi bareng suamiku hahaha. Sama jg kalo puasa bingung ngopinya kpn, kalo lg kenyang ngga nikmat ahh..
4 notes
·
View notes
Text
Kebersamaan
Pair : Solar x Reader (f)
Genre : kinda angsty, marriage life au
Summary : Solar sadar bahwa ia telah mengabaikanmu akhir-akhir ini. Ia tidak begitu memperhatikan bahwa kamu protes soal kebersamaan kalian yang hilang. Jadi Solar terus menganggap kamu baik-baik saja sampai suatu malam, ada sesuatu yang ganjil dari perilakumu.
Solar berprofesi sebagai chemical engineer, yang tahun ini sedang merancang salah satu proyek besar; memproduksi biodegradable—dalam rangka mengkampanyekan program GO GREEN untuk meningkatkan dampak yang lebih positif bagi lingkungan.
Tanggung jawabnya sebagai kepala proyek membuatnya harus mengeluarkan tenaga dan pikirannya secara ekstra. Ia jadi sering berangkat pagi dan pulang malam. Menghabiskan waktu seharian berada di tempat kerja.
Solar memeriksa sebuah pesan teks online yang masuk melalui ponselnya.
Solar, pulang jam berapa?
Itu kamu, si pengirim pesan sekaligus perempuan yang sudah berstatus sah sebagai istrinya. Kamu selalu mengabarinya seperti ini akhir-akhir ini. Padahal menurutnya itu adalah hal yang tidak perlu. Karena kamu secara teknis sudah mengetahui jam pulang kerja Solar, jadi untuk apa bertanya lagi? Tapi Solar tetap membalasnya seperti biasa.
Balasan lainnya muncul.
Hari ini aku masak rendang kesukaanmu.
Solar tidak mengerti apa urgensimu untuk repot-repot memasak makanan yang tidak bisa ia makan untuk malam ini. Solar selalu pulang larut malam, tak bisa menemanimu. Tapi ia mengerti, kamu menyayanginya. Ia harus menghargai usahamu itu.
Terimakasih, aku akan memakannya saat sahur nanti.
Solar meletakkan ponselnya ke dalam sakunya setelah berbalas pesan denganmu.
Kini ia sedang mengantri makanan prasmanan yang disediakan secara gratis untuk makan malam di tempat kerjanya. Terkhusus pada bulan Ramadan, ada tambahan takjil gratis bagi yang berpuasa. Hal inilah yang membuatnya tak ingin pulang dan berbuka puasa di rumah.
Solar tak ingin menyia-nyiakan jatah makannya. Menurutnya adalah hal yang mubadzir makanan mewah mewah ini dianggurin. Ini kan makanan jatahnya—yang dipotong dari uang gajinya.
Namun, ada satu hal lain yang tidak kamu ketahui. Solar selalu terlambat pulang larut malam bukan karena kerja, tapi karena mengikuti pesta kecil-kecilan yang diadakan selepas tarawih. Acara itu semacam perkumpulan pergaulan kelas atas yang dimana para hadirin hanya berhaha-hihi sambil menikmati kudapan mewah untuk melepas penat.
Itu adalah kegiatan yang Solar senangi. Ia cukup menyukai acara sosialita kelas atas. Acara-acara semacam itu mampu membuat harga dirinya melonjak naik. Dan ia sering mengikutinya tanpa memberitahukannya kepadamu.
"Mau kemana Pak? Buru-buru amat." Solar menegur seseorang yang akrab dengannya—manajer HRD perusahaan, Taufan.
"Oh itu, hari ini saya ingin buka puasa rumah." Taufan tersenyum lebar. "Saya kangen istri.. Istri juga sudah masak banyak katanya. Hehe, saya jadi nggak sabar mau pulang."
Solar bergumam sebagai tanggapan sambil berjalan maju. Ia mengambil piring dan sendok, kemudian mengambil lauk-pauk yang tampak menggugah selera.
"Oh, Bapak juga mau pulang toh? Saya juga. Anak-istri sampai ngambek karena sering saya tinggal. Saya sampai diancam tidur luar hohoho... Tapi saya bersyukur karena punya keluarga. Rumah jadi terasa lengkap." Bapak tim marketing yang lagi mengantri ikut nimbrung.
"Bapak beruntung. Putriku satu-satunya adalah harta saya yang paling berharga. Ramadan tahun lalu, kami masih berpuasa bersama, tapi sekarang kami hanya bisa berkomunikasi lewat video call karena dia sedang kuliah di luar negeri. Saya kangen.." Ibu-ibu bergincu tebal—tim produksi—di belakang Solar menyahut.
Solar mendadak gugup ketika mereka membahas keluarga. Ia jadi teringat padamu yang akhir-akhir ia abaikan. Sementara itu, Taufan sudah pergi sedari tadi setelah berhasil membungkus pulang jatah makannya.
Si Bapak bertanya ke Solar. "Bagaimana dengan Bapak? Bapak tidak ingin buka puasa di rumah juga?"
Solar tersentak, gelagapan. "A-itu besok saja—"
"Oh begitu.. Apa tidak apa-apa meninggalkan istri sendirian di rumah?"
Solar keringat dingin. "Itu.."
Ia menghela nafas lega saat antrian berakhir yang berarti percakapannya pun akan terhenti juga. "Tidak apa-apa. Saya permisi duluan, Pak." Solar lekas kabur dari pembicaraan yang membuatnya canggung itu.
Solar mengambil meja dekat dinding, membaur dengan orang-orang perusahaan lainnya. Ia melakoni dirinya sebagaimana biasanya ia membangun citra dirinya di hadapan orang-orang. Di tengah-tengah cengkrama sebelum buka puasa, mendadak ia kepikiran kamu.
Percakapan mengenai keluarga tadi sukses mempengaruhi pikirannya. Ia akhir-akhir ini sadar bahwa ia cukup mengabaikanmu. Ia terlalu dibuai oleh kesenangan disini. Kamu sekarang sedang buka puasa sendirian, tapi tidak apa-apa kan? Kamu tidak pernah protes soal ini.
Sementara itu, waktu buka puasa telah tiba.
Setelah kepikiran kamu, tiba-tiba Solar ingin cepat pulang ke rumah. Ia ingin tahu keadaanmu. Ia tidak bisa mengingat—percakapan apa yang ia lakukan denganmu terakhir kali saat tatap muka? Atau kapan terakhir ia mengusap kepalamu sebelum tidur? Ia bahkan tidak ingat bagaimana kondisi kamu terakhir kali sebelum berangkat kerja.
Padahal tinggal serumah, tapi bagaimana bisa ia tidak tahu kabarmu akhir-akhir ini?
Solar cepat-cepat menghabiskan makanannya. Setelah kepikiran kamu, ia jadi tak berminat untuk mengikuti acara haha-hihi yang sebenarnya hanya membuang-buang waktu.
Solar mendecak kesal ketika mobilnya terjebak macet panjang yang ternyata disebabkan oleh kecelakaan motor terlindas truk. Sebenarnya itu berita besar, namun Solar akan mencari tahu detail beritanya nanti.
Sampai rumah ternyata lebih lambat dari yang diharapkan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Kamu pasti sudah tidur.
Solar membuka pintu sambil mengucap salam. Ia menemukanmu sedang terbaring di sofa tengah. Kenapa kamu tidur disini? Solar mendekatimu untuk memeriksa dan kemudian mengangkat tubuhmu untuk dipindahkan ke kasur. Kamu harus tidur dengan nyaman.
"Hngg.. Solar?" Kamu terbangun, membuka mata sedikit untuk mengintip.
"Pindah ke kamar. Jangan tidur disini." katanya sambil berjalan membawa tubuhmu. Kamu mengalungkan tanganmu di leher Solar sambil memejamkan mata.
Sesampainya di kamar, Solar membaringkanmu dengan hati-hati. Ia hendak bangkit, tapi tanganmu masih mengunci lehernya. Solar reflek menahan tubuhnya dengan topangan tangan di kasur untuk mencegah badannya jatuh menimpamu.
"(Nama)..." Solar melepaskan tanganmu. Ia harus ganti baju sebelum tidur. Tanganmu berhasil lepas, namun sedetik kemudian kembali melingkari lehernya lagi.
"Kamu mau pergi lagi..?" Kamu berdengung. Matamu masih terpejam.
Solar memproses sebentar. Kamu mengigau?
"Sebentar (Nama)." Solar kembali melepaskan tanganmu, namun ia kaget saat kamu tiba-tiba merengek.
"Mau kemana lagi..?"
Solar menggenggam kedua pergelangan tanganmu. "Aku mau ganti baju dulu."
"Gak usah. Kamu pasti bakal lama lagi datangnya..."
Solar menatap wajahmu. Alismu mengerut, terlihat gelisah. Perilakumu tampak ganjil. Belum lagi Solar hendak melepaskan diri, kamu menarik tubuh Solar mendekat. Solar panik—tapi ia tak menolak. Kepalanya mendarat di dadamu. Kamu memeluknya erat.
"Aku kesepian.." lirihmu persis di atas kepalanya. "Kita.. udah jarang ngobrol. Kamu bahkan tidak pernah melihatku dengan benar.. Kamu selalu sibuk. Pulang larut, berangkat pagi-pagi sekali. Aku sampai berpikir apakah kamu bosan padaku dan punya cewek baru.."
Suaramu bergetar seperti ingin menangis.
"Aku bingung... Setiap aku tanya, kamu diam. Setiap aku memulai obrolan, kamu jawabnya irit kata kayak lagi hemat tenaga banget. Apakah proyeknya seberat itu sampai-sampai kamu merasa kalau bicara denganku jadi buang-buang waktu dan tenagamu?—Solar.. Aku sudah tak menarik lagi ya? Masakanku kurang enak? Atau aku terlalu menuntut ini itu? Tolong beritahu aku.."
Hati Solar bergetar. Ia tidak tahu kalau kamu sampai sesakit ini. Kamu yang Solar tahu itu—perempuan yang lebih mengedepankan rasionalitas dibandingkan perasaan. Jadi melihat sisi rentanmu seperti ini membuatnya tersadar bahwa perilaku yang ia lakukan sudah keterlaluan.
Ia kira kamu tidak ada masalah karena tidak bertanya, tapi itu ternyata karena dirinya sendiri yang tidak mendengarkanmu. Ia terlalu memikirkan kesenangannya sendiri, sampai lupa kalau ia punya kamu—istrinya—yang juga mempunyai hak untuk dibahagiakan.
Kamu mengeratkan pelukan. "... Solar, aku kangen.."
"Maaf.." Solar berbisik lirih. Ia membenarkan posisi tidurnya di sampingmu, kemudian mengusap-ngusap pipimu dengan penuh penyesalan.
Ia tidak tahu kamu dalam kondisi sadar atau tidak. Tapi bahkan walaupun kamu mengigau, Solar akan menganggapnya serius.
Malam ini ia langsung menemanimu tidur tanpa mengganti baju kerjanya.
-
Solar cepat-cepat pamit setelah pekerjaannya selesai.
Kejadian semalam tentu saja tak mungkin tak menganggu Solar. Sepanjang bekerja, konsentrasinya beberapa kali terpecah karena teringat denganmu.
Sahur tadi, kamu tidak mengatakan apa-apa. Hanya terjadi keheningan seperti biasa. Solar juga tidak mengungkitnya—ia menunggumu mengatakannya. Namun, yang terjadi hanyalah keheningan. Dan keheningan yang sebelumnya terasa biasa saja, kini terasa canggung dan menyesakkan. Kamu sudah tak peduli lagi kah padanya?
Solar telah sampai di parkiran.
Sebelum menghidupkan mesin mobil, sekali lagi ia memeriksa ponselnya. Tidak ada notif darimu yang masuk. Aneh, biasanya kamu selalu menanyakannya, 'pulang jam berapa?' atau memberitahu bahwa kamu memasak makanan kesukaannya. Namun, kali ini sepi.
Apa terjadi sesuatu padamu? Solar segera menancapkan gas mobilnya dengan cepat menuju rumah.
Bertepatan itu, waktu buka puasa telah tiba ketika sampai di rumah. Solar masuk ke dalam rumah dengan agak terburu-buru. Daripada lekas berbuka puasa, hal yang pertama yang ia lakukan adalah menemuimu. Ia langsung mencarimu ke dapur—tempat yang memungkinkan kamu berada ketika buka puasa—namun ternyata kosong.
"(Nama)!" Solar memanggilmu dengan khawatir. Ia mencari ke seluruh ruangan yang ada di lantai satu ini. Ruang tamu, tidak ada. Ruang cuci, kamar mandi, jemuran, tidak ada. Kamu tidak ada dimana pun di lantai satu yang luas ini.
Kekhawatirannya muncul semakin besar. Ia bergegas naik ke lantai dua.
Solar memanggilmu sekali lagi sambil membuka pintu kamarnya.
"Solar?" Matamu terlihat kaget melihat presensi Solar di ujung pintu kamar dengan tampang ngos-ngosan.
Kamu sedang menyantap makanan di depan televisi yang menyiarkan acara hiburan.
"Kamu pulang?!" Kamu memekik tak percaya sambil menghampiri Solar.
Solar mengusap wajahmu sambil mengucapkan syukur berkali-kali dalam hatinya. Ia sempat cemas kamu terjadi sesuatu yang tidak-tidak hari ini. Tapi syukurlah, kamu baik-baik saja.
Kamu meneliti tampang Solar dari atas sampai bawah. "Kamu kenapa?" tanyamu dengan tampang heran.
Solar tak bergeming. Ia masih berdiri di depanmu tanpa kata-kata.
"Ah, udah buka puasa belum? Aku bikinin teh dulu ya." Kamu beranjak meninggalkan Solar turun ke dapur.
Tanpa berganti baju dulu, Solar mengikutimu. Di dapur tampak kosong melompong. Kamu sepertinya tak memasak apapun.
"Maaf.. Aku gatau kalo kamu bakal pulang. Kirain buka puasa disana kayak biasanya, jadi aku ga masak apa-apa. Aku cuma goreng telur dadar tadi buat makan malam." katamu sambil menuang air panas ke dalam teko yang berisi teh celup dan gula pasir.
"Nggak apa-apa.." jawab Solar pelan. Ini salahnya. Kamu jadi mulai terbiasa di fase kesendirian, sampai kamu tak mengharapkan kedatangannya lagi. Ia mengambil tempat duduk di meja makan, lalu menenggak air putih untuk membatalkan puasa.
Kamu menaruh teko yang beruap-uap—berisi teh panas yang baru selesai dibuat, kemudian menuangkannya ke cangkir untuk Solar.
"Terimakasih." ucap Solar sambil menerimanya. Kamu duduk di kursi seberang Solar.
"Kenapa tiba-tiba pulang? Apa ada yang tertinggal?" tanyamu.
Solar termenung sejenak sebelum menjawab. "Iya, ada yang tertinggal. Aku meninggalkan kebersamaan kita di suatu tempat dan aku ingin mengambilnya kembali."
Kamu membuat ekspresi tanda tanya.
"—Jadi mulai besok, aku akan buka puasa di rumah."
Kamu menutup mulut dengan tampang tidak percaya. "Solar..." Matamu berbinar-binar, namun sedetik kemudian berkaca-kaca.
Solar bangkit menuju ke arahmu. Ia meraih tubuhmu ke dalam pelukannya.
"Maaf.. karena mengabaikanmu. Selama ini kamu pasti kesepian ya?" ucap Solar sambil mengusap-ngusap punggungmu.
Digituin Solar, dadamu semakin sesak dan air matamu semakin ingin keluar dari tempatnya.
"Jangan begitu lagi.. Aku jadi bingung banget. Kalau tak bisa bicara langsung, bisa lewat tulisan.. Biar akunya juga nggak berspekulasi yang aneh-aneh." balasmu dalam pelukannya.
"Aku mengerti. Aku minta maaf.." Solar memelukmu lebih erat lagi.
Saat ini ia mulai menyadari bahwa ia rindu pelukan hangat dan harum tubuhmu. Seiring dengan pelukan yang semakin erat, hatinya semakin diliputi rasa kangen yang teramat sangat. Ternyata ia sudah jauh denganmu sampai sekangen ini.
Solar melepaskan pelukannya, lalu menatap wajahmu. "Ohiya (Nama), gimana kalau nambah anggota baru di rumah ini? Biar kamu gak kesepian amat pas aku tinggal kerja."
Solar bertanya tanpa maksud jahil sebenarnya, tapi pipimu merona.
"Heh." Kamu meninju lengannya pelan. "Kalau sudah ada anak dan kamu masih mengabaikanku seperti ini pun, aku tetap akan sedih. Bukannya aku tidak mau. Aku juga sudah memikirkan ide itu—tapi untuk sekarang, aku masih pengen puas-puasin pacaran denganmu dulu tanpa ada yang ganggu." Kamu menunduk untuk menyembunyikan senyummu.
Hati Solar meleleh melihat sisi manjamu yang seperti ini. Yaampun, kamu imut banget. Solar ingin menerkammu, tapi ia tahan-tahan sampai akhirnya ia memilih untuk memelukmu ala beruang—super erat sampai kamu protes minta dilepaskan karena sesak nafas.
Solar tertawa kecil, menikmati gerutuan dan wajah merahmu. Pesta memang menyenangkan, namun tidak sehangat kamu. Solar tak akan melepaskanmu lagi kali ini.
Pelan-pelan, ia mengembalikan kebersamaannya denganmu yang sempat hilang.
5 notes
·
View notes
Text
Ketika Kamu Merindukan Segalanya
Ketika kamu merindukan rendang yang dibuatnya setiap Hari Raya Idul Fitri tiba. Ketika kamu merindukan naik delman setiap sore, delman yang hanya ada ketika bulan puasa, hiburan bagi anak-anak di saat para Ibu sibuk menyiapkan makanan untuk berbuka dan para kakak berburu takjil sebelum adzan magrib berkumandang. Ketika kamu merindukan segala menu makanan mulai terhidang satu persatu di atas…
View On WordPress
2 notes
·
View notes
Text
30 Januari 2023
To Allah SWT
Sebelum bulan Januari ditahun 2023 ini berakhir, Ya Allah, hamba mengajukan proposal:
Menikah
Umroh bersama suami
Lolos PPPK
Silaturahmi ke tempat saudara 1 bulan sekali
Jalan-jalan solo jogja naik kereta
Tambahan penghasilan
Jalan-jalan ke gunung, pantai
Jalan-jalan keliling kota Rembang pakai sepeda motor
Bagi takjil saat puasa
Sholat aidul fitri bersama suami
Beli tablet apple
Ya Allah, hamba mempunyai rencana seperti ini, tapi Engkau sebaik-baiknya perencana dalam hidup saya, Saya RIDHO & IKHLAS atas semua takdir yang Engkau berikan, Love Allah🥰
7 notes
·
View notes
Text
Umrah Tahun Ini
Assalamu'alaikum.
Sudah berdebu sekali ya ini tumblr. Untuk membuka kembali tumblr ini, aku mulai dengan cerita tentang pengalaman umrahku di tahun ini.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah wa syukurillah, tahun ini aku, papaku, mamaku, bisa pergi bareng lagi untuk umrah. Tepatnya di tanggal 17 Maret 2023 sampai 1 April 2023, dengan jadwal 3 hari di Madinah dan sisanya di Mekkah. Jadi, alhamdulillah dapat sekitar 10 hari Ramadhan full di Mekkah.
Ini pengalaman pertama kalinya kami ngerasain puasa pas umrah. Ya Allah, luar biasa banget penuhnya orang-orang di sana, masyaAllah. Beda banget sama waktu tahun lalu kami umrah, karena masih banyak negara yang dilarang untuk umrah karena Covid, jadi di sana masih sepi banget. Tahun lalu jadi pengalaman pertama ngeliat di sana itu sesepi itu. Tapi, umrah tahun ini jadi pengalaman pertama ngeliat di sana serame itu, sepenuh itu.
Walaupun di sana itu manusianya sepenuh itu, tapi menyenangkan. Walaupun emang kudu desak-desakan sama orang, tapi ya seneng. Cuman emang kalo mau bisa shalat di dalam Masjidil Haram, ya kudu sejam setengah sampai sejam sebelum waktu shalatnya dimulai. Itu pun kadang udah penuuuh banget di dalam masjid. Jadi ya kudu nyempil gitu. Untung badan kecil kan, enak deh nyempil nyempil, hehehe.
Di sana itu luar biasa banget ya, kita bisa ngeliat semangatnya orang-orang beribadah waktu bulan puasa. Mereka berlomba untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya. Apalagi memang melaksanakan prosesi umrah saat bulan Ramadhan itu istimewa, karena sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda bahwa umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.
Sumber: https://rumaysho.com/2657-umrah-ramadhan-seperti-haji-bersama-nabi336.html
MasyaAllah, luar biasa banget kan. Ga heran kalau di sana tiap bulan Ramadhan selalu penuh sesak.
Ga cuman itu, beberapa dari mereka juga ada yang nyediain takjil untuk jamaah. Jadi pada bagi-bagi gitu kalo udah mendekati waktunya berbuka. Dari pengalamanku kemarin, paling enak ambil tempat di rooftop kalau menunggu waktu buka puasa. Jadi ambil tempat di rooftop itu mulai dari shalat Asar sampai tarawih. Kenapa? Karena lebih lapang dan nggak terlalu desak-desakan. Kalau di bawah, kadang tempatnya ditutup askar, kadang kalo pun dibuka, desak-desakan, kalo nggak gitu, ada tempat sekecil apapun, bakalan didudukin sama orang (ini pengalaman juga nih, hahaha, space untuk sujud didudukin sama orang lain sampai shalat jadi susah buat sujud).
Alhamdulillahnya, gara-gara susah sujud itu, akhirnya habis shalat magrib kita keluar, eh malah nggak sengaja liat orang bagi-bagi takjil (aku ngomongnya sih ransum ya, hihi) dari kerajaan. Terus itu juga pada desak-desakan, tapi alhamdulillah dapet juga dari orangnya. Nah, ini ya, rejeki jadi orang badan kecil, di sana aku dikira anak kecil mulu, padahal aslinya udah umur 26 tahun. Di sana itu kalo sama orangtua atau anak kecil mereka kayak ngutamain banget. Jadi, aku nggak ngantri ambil ransumnya itu, aku cuman berdiri di paling belakang dan melambai ke orang arabnya sana, eh atas izin Allah, orangnya liat, terus aku langsung dikasih. Alhamdulillaaah. Jadi buat yang punya badan kecil, jangan berkecil hati yaaa. Syukuri aja. Di tempat yang tepat, itu akan jadi keuntungan tersendiri, hehehe.
Ini dia tampak ransum dari kerajaan.
Jadi, di tahun ini alhamdulillah, bisa ngerasain shalat mulai dari lantai paling bawah Masjidil Haram sampai ke rooftop Masjidil Haram. Cuman belum ngerasain tawaf di lantai 2 sama lantai 3nya. InsyaAllah, semoga Allah manggil ke sana lagi, pengen ngerasain tawaf di lantai 2 sama lantai 3nya.
Di umrah tahun ini juga, alhamdulillah ngerasain city tour ke kota Thaif. Ngerasain naik kereta gantungnya. Tapi karena nggak tau kalo di seberang sana ada tobogan, akhirnya ga turun. Jadi habis sampai seberang langsung balik lagi. Kalo tau ada mainan kan turun dulu yak. Hahaha. Kalo ditanya harganya, untuk naik kereta gantung itu, di tiketnya sih SR100, tapi kemarin kita bisa tawar sampai SR50 karena rame-rame, Alhamdulillah.
Ceritanya segini dulu yaaa. Kerjaan sudah datang, waktunya bekerja kembaliii. Sampai jumpa lagi kapan-kapan. Semoga temen-temen yang membaca dan punya hajat ingin umrah, bisa segera dipanggil Allah menjadi tamuNya yaa. Aamiin ya Rabbal 'alamiin.
Wassalamu'alaikum.
5 notes
·
View notes
Text
Buka Bersama, Bukan Untuk Acara Pamer Pencapaian
Bulan Ramadhan, sudah berada di pertengahan rembulan yang semakin terang benderang. Hal-hal yang dirindukan di sebelas bulan terakhir, terbayarkan. Bulan, dimana banyak tradisi tidak ditemui di 11 bulan lainnya. Merindukan santapan khas ramadan, takjil saat berbuka, ngabuburit bersama kerabat dan rekan, lantunan shalawat tarhim dan imsak, gemuruh musik patrol yang membangunkan sahur setiap malam, tidak kita jumpai, jika kita tidak ditakdirkan menemui keindahan berkah bulan ramadhan. Maka, patut kita syukuri tiada tara atas pertemuan dan perkumpulan kita di bulan yang penuh dengan magfirah dan ampunan.
Salah satu tradisi yang masih membudaya di setiap kalangan, salah satunya adalah tradisi buka bersama. Jangan salah, di setiap pojok kota, pinggir maupun tengah kerumunan jalan. Adzan Maghrib menjadi lantunan paling favorit, bagi setiap muslim yang menjalankan puasa. Ajakan BukBer (baca: buka bersama) tidak pernah berhenti satu hari saja. Setiap hari, warung-warung baik resto bintang atau kaki lima full booked untuk acara buka bersama. Menyenangkan memang, acara buka bersama selalu menjadikan kenangan yang lama kembali tercipta. Tapi, ada salah satu budaya yang menjadikan tradisi buka bersama terasa muak dan menghilangkan nilai-nilai kebersamaan. Apa itu? Flexing!
Sedang terngiang-ngiang di telinga kita, istilah baru ini. Sebenarnya ini bukan hal baru, tapi orang-orang semakin memunculkan tren ini dengan mengikuti gaya hidup kebarat-baratan. Flexing, berasal dari bahasa Inggris, menurut urbandictiorary.com, bermakna “to show off, the act of bragging about money-related things, such as how much money do you have, or about expensive possesions.” Atau bisa juga diartikan dengan pamer, tindakan menyombongkan diri tentang hal yang berhubungan dengan uang, atau tentang harta dan benda mahal.
Akhir-akhir ini, marak juga tentang para pejabat yang terangkut karena urusan pamer dengan harta kekayaan, karena postingan sang anak, malah justru menggiring orang tua pada hal yang tidak diinginkan, membuka rahasia-rahasia yang seharusnya diketahui oleh publik, tapi disembunyikan dengan ayem-ayem saja. Jangankan pejabat, yang (barangkali) memang punya duit dan harta. Akhir-akhir ini, ramai pula jadi perbincangan. Status atau postingan anak-anak kita yang menanyakan “info sewa iphone atau vespa matic buat bukber kelas.” Saat itu, kami tak sengaja membaca tulisan yang lewat di cerita instagram. Spontan, kaget. Karena, hal seperti ini seyogyanya memang tidak wajar. Tanpa babibu, langsung kami tegur. Karena kami sadar, posisi kami adalah pendidik, peduli dengan keprihatinan anak-anak. Kemudian, si anak menjawab. Bahwa, untuk sekadar foto-foto, “biar bagus, keren”. Jawaban ini tidak terduga. Sejak kejadian itu, kami tidak dapat lagi melihat cerita instagramnya, entah disenyapkan, atau dengan tindakan apa. Mungkin, si anak jengkel karena teguran gurunya.
Sampai saat ini, kami merasa gumun. Bertanya-tanya. Memang alasannya apa? Kalau memakai handphone biasa? Apa salahnya. Kalau berangkat dengan kendaraan seadanya. Toh, acara bukber kan, untuk membatalkan puasa, paling tidak makan, atau minum. Lalu untuk apa? Harus memakai standar iphone? Apa keistimewaannya? Oh, setelah itu kami baru sadar. Bila gaya hidup para hedonis ini sudah meracuni anak-anak, bahkan kita sendiri tentunya. Standar yang ditetapkan saat mengunggah foto atau cerita instagram, keren dengan menggunakan aplikasi bawaan iphone. Jalan kemana-mana, menggunakan vespa matic lebih gaul, dibanding dengan kendaraanlainnya. Entah, siapa yang membuat batasan ini. Tentu salah kaprah, bila memiliki fasilitas itu semua jika tidak mempunyai tujuan yang tepat. Memiliki benda itu, tidak salah. Karena memang ada spesifikasi yang tidak dimiliki handphone lain. Menjadi salah nilainya, jika hanya untuk dibuat ikut tren atau gegayaan.
Bukber, menjadi hal yang mulai dihindari ajakannya. Karena, banyak pertanyaan, ujaran yang menyebutkan tentang pencapaian karir, nasib, jumlah minimum maksimum harta, menjadi topik perbincangan. Padahal, tujuan kita untuk berkumpul. Untuk bertemu, untuk berdiskusi, untuk mengobrol. Tapi, bisa kan? Jika bukan tentang pamer sana-sini. Untung, bila lawan bicara juga saling menghormati, bila berada di posisi yang sama. Bayangkan, bila kita menyebutkan di depan orang yang nasibnya tak selalu sama? Bukankah bagian dari kesombongan luar biasa?
Flexing akan sulit dihilangkan, bila gaya hidup hedonis menjadi sorotan, bila tontonan selebgram menjadi tuntunan, merasa ingin dihormati secara materi selalu menjadi tuntutan. Apalagi, bagi mereka yang punya gaya hidup elit, tapi ekonomi sulit. Pinjaman online berkeliaran, paylater menumpuk sampai tercekik jeratan, rentenir tertawa melihat gaya hidup dan pinjaman yang tidak bisa terbayar. Sebenarnya, apa yang membuat seseorang berniat untuk memamerkan harta kekayaan pada orang lain? Terlalu menyedihkan-kah hidupnya? Hingga kehidupannya harus diketahui banyak orang? Hingga kita harus menilai dengan pencapaian yang dimiliki? Hingga kita harus punya sesuatu yang bernilai di mata orang lain, hanya untuk mengemis penghormatan?
Baik buka bersama atau acara terdekat ketika bulan Ramadhan usai; Halal bi halal. Jadikan kegiatan ini menjadi ajang untuk berbagi, untuk menyambung silaturahim dengan saudara dan rekan-rekan kita. Menjadikannya sebagai acara untuk pamer sana-sini, tidak tepat, bahkan salah kaprah. Bagaimana bila kita memupuk rasa kasih sayang dengan saudara kita dengan amalan-amalan terbaik di hadapan-Nya? Kapan lagi, kita menjumpai waktu waktu istimewa, pahala double combo kalau bukan di bulan yang penuh berkah ini. Semoga ibadah puasa dan juga amalan terbaik kita diterima dengan cara yang baik di sisi-Nya.
6 notes
·
View notes
Text
Ya Allah, ternyata kami kecil sekali memaknai hidup
Sore ini kepalaku panas sekali. Tugas kuliah menumpuk. Topik penelitian skripsi. Tenggat pengumpulan desain. Amanah di Haska. Masalah di rumah. Dan masih banyak lagi.
Rasanya pusing. Kesalnya makin berlipat-lipat sebab mendadak sinyal hilang, aku menjadi sulit mengakses internet untuk menuntaskan banyak tugas. Huftttt, lelah sekali.
Akhirnya kuputuskan untuk beranjak, menatap sekitar. Teman-teman sedang riweh menyiapkan takjil untuk buka puasa. Beberapa kalang kabut mengantri mandi juga berberes meja kursi bekas kajian tadi. Kudapati dua temanku seperti sedang bersiap, kutanya, "mau kemana?"
"Bagi-bagi takjil nih". Mataku berbinar, spontan kubalas, "mau ikutttt".
Sepertinya aku butuh melihat dunia luar, pikirku.
Berbekal mantol dan totebag untuk beli jajanan, aku dan dua temanku tadi berangkat ke sekitaran bunderan UGM, tempat mangkal para tunawisma.
Aku berhenti di salah satu sisi jalan, memberikan beberapa bungkus minuman boba pada tunawisma yang nampaknya benar-benar sudah menunggu takjil gratis datang.
Wajah mereka terlihat senang sekali, kegirangan. Beberapa mengucap syukur, "semoga lancar ya mbakk rezekinya". It was really warm my heart
Karena banyak sekalii tunawisma yang ada di situ, kami memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan. Melihat kami yang membawa bungkusan-bungkusan takjil yang sepertinya gratis, para tunawisma itu mendatangi kami. Bersemangat sekali menerima takjil kami. Dalam waktu singkat, takjil yang kami bawa sudah tandas. Kami pun pulang.
Sepanjang perjalanan pulang, aku merenung. Ya Allah, ternyata aku sempit sekali dalam memandang hidup. Kupikir hidupku sudah paling merana, namun lihatlah, ada manusia yang bahkan alas kaki pun mereka tak punya. Aku yang sore itu sempat terpikir jajan cilor atau pentol pedas, sedang mereka untuk sekadar minum harus menunggu belas kasihan orang lain.
Memang benar ya, hidup ini adalah tentang mengikhtiarkan apa yang dapat menjadi pahala, dan mensyukuri sisanya.
Ultimate key: pasti ada maksud baik dari Allah dalam segala peristiwa. SEMANGAT NIN <3
[in frame: foto comel bagi takjil kemaren wkwk]
3 notes
·
View notes
Text
Polres Jombang Bagi Takjil Ke Pengendara Sembari Sosialisasikan Keselamatan Lalulintas
MMCJATIM – Polres Jombang membagikan takjil kepada masyarakat yang melintasi depan Mapolres. Seiring membagikan takjil, polisi juga mensosialisasikan keselamatan berlalu lintas kepada pengendara di jalan. Kapolres Jombang AKBP Eko Bagus Riyadi mengatakan, pihaknya membagikan takjil gratis untuk pengguna jalan yang melintas di depan Mapolres Jombang, Jalan KH Wahid Hasyim, Kamis (14/03/2024).…
0 notes
Text
Relawan Anies Bogor Raya Bagi Takjil untuk Masyarakat Yang Masih di Jalan Saat Berbuka
JAKARTA | KBA – Sebagai rasa solidaritas dengan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa, Simpul Relawan Bakal Capres Koalisi Perubahan Anis Rasyid Baswedan se-kota Bogor mengadakan kegiatan bagi-bagi takjil. Semua itu dilakukan pada hari Rabu, 5 April 2023 di pinggir jalan di depan Museum Perjuangan Rakyat Bogor. Ketua DPD Simpul Relawan Anies Baswedan Club (ABClub) Bogor Raya Hj…
View On WordPress
0 notes
Text
Cerita Ramadhan Masa Kuliah ^,^
Alhamdulillah, di tahun 2024 ini gue masih diberi kesempatan sama Allah untuk bertemu bulan yang mulia ini. Bulan Ramadhan.
Sebelum Ramadhan, target gua adalah ujian sempro. Alhamdulillah dapat berjalan dengan lancar, tentunya atas pertolongan Allah. Setelah itu, masuklah ke bulan yang mulia ini, Ramadhan :)
Ramadhan awal di Jogja
Sedikit cerita, semenjak di Jogja, gue menjalani Ramadhan dengan berbeda pada setiap tahunnya. Gue mulai tinggal di Jogja tuh tahun 2019 sekitar Agustus-September. Masih di Ma'had Aly gitu lah ya. Baru juga 2 semester (waktu itu mustawa 2 dan 3) kemudian di 2020 Covid-19 melanda. Gue pulkam, dan menjalani Ramadhan di rumah. Setelah itu, mulai ke Jogja lagi pas Covid-19 udah mereda. Sekitar setahunan, pada 2020 akhir, yang mana gue udah pindah kuliah di UMY. Kalo gak salah sekitar September juga. Gue ke Jogja dan beradaptasi lagi sama lingkungan baru. Karena lingkungan kuliah gue saat ini berbeda dengan sebelumnya. Awal kuliah, dari masa orientasi, gue dan angkatan gue menjalani online. Saat itu dunia benar-benar beradaptasi sama dunia pendidikan yang serba online itu. Yaudah lah ya, kemudian gue menemui Ramadhan kembali pada tahun 2021.
Pada saat itu, kira-kira gue semester 2-an lah. Di Ramadhan inilah viralnya kampus gue sama takjil drive-thru-nya. Awalnya, gue males kan ikutan karena rasanya crowded banget pada saat itu, sampai antriannya ke pemukiman warga, hehe. Gue kan males ya sama sesuatu yang antriannya lama gitu memakan banyak waktu. Ya gue menghabiskan awal Ramadhan itu dengan beli aja takjil atau masak. Se-simpel itu. Gue juga sholat tarawih sendirian di kost. Tapi, saat akhir Ramadhan gue mulai ikutan tuh antri takjil di kampus karena udah mulai sepi (sebagian mahasiswa udah pada pulkam), juga nyobain tarawih di masjid kampus. Gue juga rasanya gak lama-lama, sih Ramadhan di Jogja pada saat itu. Gue balik kampung aja setelah itu.
Ramadhan di luar negeri
Kemudian, gue menemukan Ramadhan lagi di tahun 2022. Gue gak expect bahwa Ramadhan gue tahun itu bakal berjalan dimana? Yup di luar negeri! Gue ke negara tetangga, Malaysia. Dengan segala drama yang gue alamin di semester itu, alhamdulillah Allah punya rencana yang gak gue duga. Gue ikut student exchange yang mana itu kewajiban prodi, alias tuntutan. Saat itu, Covid-19 udah mulai mereda. Dari yang awalnya lock-down, pandemi sampai endemi. Saat itu gue berangkat masih lock-down, dengan persyaratan ketat segala macamnya. Sehari setelah gue sampai Malaysia, mereka mengumumkan resmi endemi. Sekitar tiga hari setelah gue sampai kampus di Pahang, masuklah bulan Ramadhan. Gue awali perjalanan satu semester disana dengan Ramadhan. Selama Ramadhan disana, tentu gue dan temen-temen excited banget. Gue menjalani sahur dengan makanan instan, juga makanan yang disediakan di kantin kampus yang letaknya dekat dorm tempat gue tinggal, karena untuk survive disanaa waktu awal-awal memang agak membingungkan. Huehe..
Untuk buka puasa pun begitu. Gue dan temen-temen membeli makanan juga takjilan di kantin kampus. Beberapa kali gue dan temen-temen diajakin bukber keluar sama para dosen atau kating yang ada disana. Bahkan dikirimin makanan juga. Selain itu, kami juga rutin antri takjil di masjid kampus karena baru tau pas Ramadhan udah jalan beberapa hari. So, dari situ kami sering war takjil dengan antrian panjang, sampai antrian pendek ketika para mahasiswa udah pulkam. Sistemnya mirip antri makan di pondok pesantren, kami bawa wadah makan dan wadah minum sendiri-sendiri, kemudian dibagikan sama panitianya. Mana takjilnya enak-enak pula, walaupun beda negara hehe.
Biasanya setelah ambil takjil, gue dan temen-temen balik ke dorm untuk buka bareng dan salat Magrib. Lalu lanjut tarawih di masjid kampus. Biasanya kalau mau pulang tarawih ada snack-snack yang disediakan juga sama masjid. Duh, Ramadhan saat itu memori indah lah bagi gue. Mana masjid kampusnya juga nyaman, jadi suka banget. Akhir Ramadhan udah banyak student yang pulang kampung, jadi sepi. Waktu itu, di dorm tempat gue tinggal udah sepi bangeet tinggal sisa beberapa orang aja yang sampai idul fitri kami semua sholat di masjid kampus dan gak sampe 1 shaff, soalnya cuma beberapa butir manusia. Huehee.
Jadi panitia Ramadhan kampus.
And then, go to next Ramadhan, in 2023. Pengalaman tahun ini beda lagi dah. Gue daftar jadi panitia Ramadhan UMY (RUMY), dan gue keterima, alhamdulillah. Jadi, dari sebelum Ramadhan itu sudah menyiapkan dari berbagai rapat, pembagian tugas panitia, sampai menjalani Ramadhan itu sendiri.
Nah, tugas gue dan tim waktu itu adalah mengundang atau menghubungi dan mengonfirmasi para asatidz untuk mengisi kajian yang ada di kampus. Tugas bagi seluruh panitia yaitu membagi takjil gratis ke para mahasiswa. Takjilnya sudah disediakan dari Boga, kami hanya membagikannya saja. Ada yang di bagian drive-thru, juga di masjid (buat yang jalan kaki).
Kami tinggal di masjid kampus. Disediakan kamar di sana, yang terpisah dari ikhwan. Kalo nggak salah seinget gue, kami ada 60 orang yang mana akhowat 30, dan ikhwan 30. Berasa i'tikaf gitu dah. Sahur juga sudah disediakan dari Boga. Menurut gue, ini pengalaman yang keren bisa berpartisipasi di sini. Ketemu temen-temen yang anak maskam banget, beda-beda fakultas, sampe orang-orang yang gue gak nyangka ternyata se-daerah sama gue. Hehe.
Pengalaman saat itu di memori gue juga positif banget. Sisi ekstrovert gue keluar dah pas Ramadhan itu. Karena kan dari sahur ke sahur ketemu banyak orang mulu. Mungkin yang lebih kerasa itu capeknya, karena kuliah masih terus berjalan juga. Tapi capeknya itu senang rasanya. Minusnya, gue gak bisa kabur-kaburan, ntar dicariin. Mau kemanapun harus izin, ya karena punya tanggung jawab. Alhamdulillahnya, masih bisa izin-izin buat bukber kalo lagi senggang gitu.
Gue mudik mepet lebaran saat itu. Tapi kerennya, dianterin sama temen-temen panitia. Baru kali itu gue pulkam dianterin rame orang, biasanya mah dianterin ojol aja wkwk. Kali ini gue gak langsung pulkam ke Lampung, karena tiket bus udah habis saat itu. Gue memutuskan ke Purbalingga dulu, tempat si Ela biar bisa pulang bareng dengan bus dari sana yang masih tersedia.
Ramadhan keliling Masjid Jogja
Next, cerita Ramadhan 2024. Setiap Ramadhan emang punya cerita yang berbeda. Namanya juga ganti tahun pasti ganti cerita. Ramadhan tahun 2024 ini adalah dimana gue membalaskan rasa keinginan gue yang belum tercapai selama Ramadhan di Jogja, yaitu keliling masjid!
So, dari dulu temen-temen gue bilang kalo kita itu bisa menghemat pengeluaran makan selama Ramadhan, alias dapet makan gratis terus selama sebulan full. Tipsnya, dateng aja ke masjid-masjid. Awalnya, gue kira ya masjid-masjid tertentu aja, seperti masjid-masjid besar. Ternyata tidaak.
Dari awal Ramadhan, beberapa temen gue udah ngajakin buat hunting masjid. Dan gue iyakan tawaran menarik itu. Pas pertama puasa, gue sahur seperti biasa yang mana gue kalo sahur ya masak sendiri di kost, atau cukup makan buah or roti aja. Bahkan selama sahur di kost kemarin gue gak ada makan nasi. Nah, sorenya kalau buka puasa itulah saat hunting.
Masa Ramadhan ini adalah masa gue skripsian. Gue juga halaqoh tahfidz di salah satu rumah tahfizh. Jadi, kegiatan gue pasca sahur adalah muroja'ah, beres-beres, siap-siap, halaqoh, ke kampus sampe sore, pulang ke kost mandi sore, pergi ikut kajian ke berbagai masjid (tiap hari ganti-ganti masjid), sampai tarawih di masjid dan pulang malam sekitar jam 21-22 gitu dah. Capek, tapi seru dan senang. Gue di kost cuma istirahat aja dah. Dan dari kurang lebih sebulan sebelum Ramadhan ini gue sudah membangun habits mandi sebelum subuh rutin. Alhamdulillah gak ada yang bolong sampe gue pulkam.
Tiap hari gue menjalani aktivitas yang cenderung sama polanya, tapi beda-beda ceritanya. Gue tiap hari ketemu orang yang berbeda, sama temen yang berbeda alias gonta-ganti, ke masjid dan tempat-tempat berbeda, yang semua punya kesan berbeda. Tetapi, amazing-nya itu gue kagum banget sama masjid-masjid di Jogja, yang mana gue belum pernah menemukan vibes yang se-antusias ini untuk Ramadhan. Gue sampe heran banget 'kok bisa?'. Dari masjid besar di pusat kota sampai masjid kecil di desa-desa, semua antusias. Setiap sore menjelang Magrib selalu ada pengajian di setiap masjid, juga takjil gratis yang disediakan untuk siapapun yang datang. Gue beneran keliling tuh (pernah satu hari di sore hari gue keliling melihat banyak masjid, dan semuanya aktif! Gak ada satupun masjid yang gak mengadakan pengajian). Ini keren banget menurut gue.
Gue emang kurang lebih mau 5 tahun di Jogja, dan baru ini gue merasakan hal yang menyenangkan ini saat mengikuti pola Ramadhan di sini. Gue gak pernah beli makan, cuy! Gue pun merasakan menu-menu yang berbeda dari setiap masjid. Bahkan gue sama temen-temen punya list masjid-masjid yang mau kita kunjungi. Ada masjid besar di perkotaan, juga masjid kecil di pedesaan. Gue juga ikut berbagai kajian, tarawih di masjid yang mana dengan format tarawih 4-4-3, juga 2-2-2-2-3, dengan imam-imam yang Maa shaa Allah bacaannya. Rata-rata kalo masjid besar atau di perkotaan itu imamnya muda, dan masjid kecil atau di pedesaan itu imamnya bapak-bapak tua (dengan ceramah yang full bahasa Jawa, yang gue kagak ngerti) hehe. Gue sama temen-temen cenderung cari masjid yang adem biar nyaman salatnya, hehe.
Gue ngerasa semangat banget di awal Ramadhan ini, karena setiap gue keluar, pergi ke masjid-masjid, ada banyak pelajaran dan perenungan yang gue dapet, pun banyak orang yang gue temui. Beberapa temen gue jadi panitia Ramadhan di masjid-masjid itu. Gue senang juga ketika datang ke masjid, bukan hanya semangat, tetapi ada kecenderungan untuk selalu mengisi kotak infaq, yang mana gue gak bakal nemuin kalo mendekam di kost'an aja. Hehehe. Gue juga senang bisa tilawah lebih fokus ketika semangat gue meningkat karena di masjid banyak orang yang berlomba-lomba mengumpulkan pundi-pundi amal. Gue jatuh cinta banget pokoknya.
Sayangnya, gue pas dapet haid jadi gak bisa ikutan lagi. Singkat dari itu gue langsung pulkam. Kurang lebihnya gue menjalani 15 hari Ramadhan di Jogja tahun ini, dengan total 8 Masjid berbeda yang dikunjungi. Selebihnya gue pulkam ke Lampung. Kali ini, gue pulkam dianterin sama kedua temen gue, Rina dan Nadia. Dibawain barang-barang gue sama mereka, bahkan dibawain bekal sama Rina, huhuu luvvv bangett.
Sedihnya, semangat gue menurun pas udah balik ke Rumah. Ya karena gak ketemu banyak orang yang antusias lagi. Rasanya langsung kaya beda vibes gitu, beda dunia, wkwkw. Tapi setidaknya, gue bisa berusaha memaksimalkan birrul-walidain dan family-time bersama keluarga. Gue juga sempet ketemu sama temen-temen lama, bukber kecil-kecilan, dan yaah semua dibawa happy aja.
Cerita ini adalah cerita gue secara garis besar aja, adapun ha-hal detilnya gak bisa gue spill semua karena gak muat, cuy!
Alhamdulillah 'ala kulli haal :)
1 note
·
View note
Text
Jemaah Masjid As-Syifa Bone Bolango Terima Pembagian Takjil Gratis
Hargo.co.id, GORONTALO – Bulan Ramadan menjadi berkah tersendiri bagi Jemaah Masjid As-Syifa Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. Para Jamaah menerima pembagian takjil gratis yang diberikan oleh PT Aneka Karya Pratama sebagai menu pembuka saat melaksanakan buka puasa. “Kami mengucapkan terima kasih atas diberikannya eskrim gratis ini untuk buka puasa. Apalagi di bulan suci…
View On WordPress
#1445 Hijriah#Gratis#Jemaah#Kabupaten Bone Bolango#Masjid As Syifa#Pembagian#Ramadan#Ramadhan#Takjil
0 notes
Text
KARANGANYAR — Senin 08 April 2024 Serka Mujiyanto Anggota Koramil 05/Mojogedang melaksanakan pemantauan kegiatan bagi 1000 takjil diseputaran Tugu Pasar Mojogedang.
0 notes